Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA

NAMA : YUDI SETIAWAN


NPM : E1D017168
KELAS :C

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
1. Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :

 Kasus yang bertentangan dalam bidang sosial

Juru bicara Jamaah Anshorut Tauhid Jawa Timur Zulkarnain menduga bom bunuh diri di Gereja
Bethel Injil Sepenuh di Kepunton, Solo, Jawa Tengah, berkaitan langsung dengan gejolak yang terjadi
di Ambon beberapa waktu lalu. “Pemerintah harus waspada, gejolak seperti di Ambon sudah menjalar
dan tidak hanya terjadi di Ambon,” kata Zulkarnain kepada Tempo, Ahad 25 September 2011. Bom
bunuh diri di Solo sendiri, tambah dia, merupakan imbas dari ketidakseriusan pemerintah dalam
menuntaskan kasus Ambon.
Konflik yang terjadi di Ambon, tambah dia, telah menyulut banyak kelompok yang bersiap jihad ke
Ambon. Hanya, pengetatan pintu-pintu masuk ke Ambon membuat banyak kelompok yang akhirnya
memutuskan untuk menyalurkan niatan jihadnya di luar Ambon.

 Kasus Yang Bertentangan Dalam Bidang Politik

Awal November, publik dikejutkan dengan berita tentang jasa pelobi yang digunakan oleh seorang
pejabat negara agar Presiden Jokowi dapat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama
di Gedung Putih, Washington DC.

Kabar ini langsung membuat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggelar konferensi dadakan di
Jakarta. Retno membantah bahwa pemerintah menggunakan jasa pelobi dalam kunjungan Presiden
Jokowi ke Gedung Putih pada 26 Oktober lalu.

 Kasus yang bertentangan dalam bidang budaya


Menyimaklebihjauhtentangkonflik antara suku dayak dan suku madura, yang
jugadisebutsebagaikonfliketnis yang bersifatlaten (tersembunyi) karena di antarakeduaetnis yang
bertikai (Dayakdengan Madura) sudah lama terjadiketidakharmonisandalaminteraksisosialnya.
SukuDayaksebagaisukuasli Kalimantan
merasaterusikkehidupannyadengansemakinmeningkatnyapopulasisuku Madura yang
jugamendominasihampirseluruhaspekkehidupannya.
Ketidakharmonisandalaminteraksisosialantarakeduaetnisinitidakcepatmendapatpenanganandaritokoh
masyarakatsetempatmaupunolehaparaturpemerintah agar dapatditangani. Padapertikaian yang
terjaditerlihatadanyakeberpihakandariaparatkepadasalahsatuetnismenurutpendapatetnis lain.
Kondisiiniterusberlanjut, yang
padaakhirnyamenjadikonflikterbukaberakardandiiringidengankekerasan.
Konflik yang dipicuolehpersoalan yang sederhana, menjadikerusuhandan di
identifikasipemicupecahnyakonflikadalah :adanyabenturanbudayaetnislokaldenganetnispendatang,
lemahnyasupremasihukum, adanyatindakkekerasan.
Benturanbudayainisebenarnyalebihbanyakdisebabkanolehkesombongandanketidakpedulianetnis
Madura terhadaphukumadatdanbudayalokal yang
sangatdihormatimasyarakatsetempatsepertihakataskepemilikantanah.
 Kasus Yang Bertentangan Dalam Bidang Pertahanan Dan Keamanan
Salah satu argumentasi pembatasan tersebut adalah sila pertama Pancasila yang berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini dianggap sudah menjadi dalil kuat untuk
menentang keberadaan LGBT yang dianggap sebagai praktek yang tidak relijius. Wilayah
inilah yang menjadi tema pusat artikel dialektis singkat ini.

Pancasila adalah dasar negara atau jika dijabarkan lebih jauh adalah dasar filosofis yang
menjadi pedoman filosofis bagaimana negara ini harus dijalankan dalam koridor kebangsaan.
Ketuhanan Yang Maha Esa pada awalnya diajukan oleh Sukarno sebagai sila kelima dalam
sidang BPUPKI sebelum kemudian diposisikan sebagai sila pertama. Sebagai sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lepas dari perbedaan pendapat, pergantian "Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dalam piagam
Jakarta hanya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa menyiratkan adanya dialektika dalam
memahami ketuhanan dan bagaimana memposisikannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan semestinya.

Ajaran ketuhanan dalam sebuah agama tentu saja berbeda dengan ajaran ketuhanan dalam
agama lain. Tetapi agama biasanya akan kerkutat dalam konsep ketuhanan dan gagasan
kolektif yang menentang keberadan Tuhan biasanya tidak dianggap sebagai agama. Orang
yang memiliki keyakinan pada suatu agama yang menggambarkan Tuhan yang sangat
personal kemungkinan besar tidak mengartikan prime cause dalam konsep emanasi
neoplatonik sebagai Tuhan, apalagi hubungan substansi dan aksiden dalam konsep
pantheistiknya Spinoza. Meskipun demikian deistik mungkin akan beranggapan berbeda dan
memhami entitas traansenden seperti itu sebagai Tuhan. Dengan kata lain, pemahaman sila
pertama Pancasila tidak akan lepas dari bagaimana persepsi Ketuhanan itu terbentuk melalui
ajaran agama dan seberapa jauh individu melakukan dialektika personal dan sosial untuk
menemukan Tuhan.

 Kasus yang bertentangan dalam Bidang Ekonomi


"Dari 69 perkara tindak pidana umum berupa pelanggaran Undang-Undang nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika, sepuluh perkara di antaranya yang menjadi terdakwa adalah anggota Polri, dan
ada juga yang telah divonis penjara," kata Humas PN Ambon Hery Setyobudi, Selasa kemarin. Dikutip
dari Antara.

Sisanya adalah para terdakwa dan terpidana yang memiliki latar belakang sebagai masyarakat biasa,
pegawai swasta, satpam, maupun aparatur sipil negara (ASN) yang telah dijatuhi hukuman penjara
oleh majelis hakim maupun yang masih menjalani proses persidangan.

Menurut dia, anggota Polri yang diproses hukum di PN Ambon karena kasus seperti ini kebanyakan
adalah pemakai, dan barang bukti yang diamankan berupa alat isap dan sabu yang jumlahnya
bervariasi.

Misalnya Mario Athiuta yang merupakan anggota Propam Polres Seram Bagian Timur, atau
Fachrudin Fadangrani alias Farid yang merupakan anggota Polair Polda Maluku telah divonis 1,5
tahun penjara sejak akhir Agustus 2017 karena terbukti membeli satu paket sabu dari seseorang
bernama Mardin di kawasan IAIN Ambon.
Terdakwa Farid ditangkap awal Januari 2017 setelah bersama saksi Bripka Akmal Mahu secara
bersama-sama menikmati sabu di rumah salah satu keluarga saksi, dan dia mengaku awalnya berniat
membantu mengungkap masuknya 200 gram sabu dari Makasar antara akhir 2016 hingga Januari
2017.

"Untuk terdakwa Wardy Marasabessy yang merupakan anggota Polres Buru masih dalam proses
persidangan dan memasuki agenda penuntutan, karena kedapatan memiliki 16 paket sabu dan polisi
menyita enam buah telepon genggam, alat isap (bong) serta uang tunai Rp 60 juta di lokasi base
camp Pagar Senk Gunung Botak di Dusun Wamsait yang merupakan arael penambangan emas,"
katanya.

Dua saksi lainnya Gunawan Santoso dan Nurachman alias Ipul yang merupakan rekan Wardy
mengaku membeli sabu dari terdakwa berulang kali.

Terdakwa pernah mengatakan kepada kedua saksi bisa membantu mendapatkan sabu karena dia
ada jalurnya, sehingga Gunawan Santoso dua kali melakukan pembelian satu paket sabu seharga Rp
2,5 juta dan saksi Ipul membelinya sebanyak tiga kali.

Mereka juga mengaku sudah beberapa kali menikmati sabu bersama terdakwa dengan cara membeli
narkoba dari orang lain.

Sementara terdakwa Wardy dalam persidangan pernah mengaku kalau 78 persen anggota Polres
Buru dari berbagai unit adalah pengguna narkoba, karena membeli barang haram tersebut dari
dirinya atau bersama-sama menikmati sabu.

1. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

 Kasus yang bertentangan dalam bidang sosial

Saiful Arif, selaku bidang operasional di LBH Surabaya mengungkapkan, masyarakat miskin selama
ini masih menjadi aktor utama ketidakadilan. Sehingga justru di forum-forum hukum, masyarakat
miskin menjadi bulan-bulanan kepastian tanpa keadilan hukum.
“Suatu contoh kasus, konflik agrarian, sengketa masih mewarnai perjalanan di tahun 2009, sebagian
besar adalah sengketa-sengketa lama yang tidak kunjung menemukan jalan keluar, aktor-aktor lama
masih mendominasi konflik agraria di Jawa Timur, yakni TNI, PTPN, Pemerintah daerah, serta pihak
Swasta,” ungkapnya, di Kantor LBH Surabaya, Jalan Kidal No 6 Surabaya, Selasa (29/12/2009). LBH
Surabaya mencatat telah terjadi penggusuran terhadap 389 PKL yang dilakukan Pemerintah kota
Surabaya. Dia menjelaskan, Pemkot Surabaya di tahun 2009 melakukan penggusuran lebih dari 750
rumah warga miskin yang berada di sitren kali Wonokromo.
“Apa yang dilakukan Pemkot Surabaya dan Satpol PP tersebut merupakan bentuk main hakim sendiri,
yang sangat berlawanan dengan ketentuan-ketentuan konstitusi, bahwa Negara Indonesia adalah
Negara hukum,” jelas Arif.
Sementara itu, Syaiful Aris, selaku Direktur LBH Surabaya mengatakan, bagi buruh di Jawa Timur
tahun 2009 ini juga masih menjadi tahun yang kelam. Cita-cita hidup layak belum juga dapat
diwujudkan, karena kebijakan upah yang masih dimanipulatif, agar upah buruh serendah-rendahnya.
“Menurut catatan yang ada di LBH Surabaya, ada 83 kasus yang melibatkan lebih dari 40 ribu buruh
yang terjadi sepanjang tahun ini, dan sebagian besar kasus tersebut belum mendapat penyelesaian,”
katanya. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di hadapi oleh seluruh pemerintahan yang
ada di dunia ini. Contoh kasus diatas hanyalah beberapa potret tentang ketidakadilan pemerintah
kepada rakyat miskin, tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah dalam memberi bantuan ataupun
jaminan kepada rakyat miskin. Di Indonesia banyak sekali daerah-daerah miskin yang tidak tercium
oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah seharusnya memberikan pemerataan pembangunan atau 
bantuan kepada rakyat miskin terutama di daerah pedesaan. Seharusnya pemerintah juga harus
memberikan pelayanan dan fasilitas kepada masyarakat miskin seperti pendidikan, kesehatan, air
minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini
disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai.
Bantuan sosial juga sangat dibutuhkan oleh mereka seperti kepada orang-orang penyandang cacat,
lanjut usia, dan yatim piatu. Sarana transportasi juga harus diperhatikan pada daerah terisolir untuk
mendukung penciptaan kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat miskin.

 kasus yang bertentangan dalam bidang politik

Sementara itu, terkait penangkapan tangan Bupati Klaten Sri Hartini, juru bicara KPK Febri Diansyah
meminta agar Kementerian Dalam Negeri mencermati proses pengisian jabatan bagi pejabat di tingkat
daerah.

Pasalnya, ini adalah untuk pertama kalinya suap terkait penempatan jabatan oleh kepala daerah yang
terungkap dan ditangani oleh KPK.

"Dan ternyata nilainya cukup signifikan," kata Febri.

Selama ini, menurut Febri, tindak korupsi yang banyak dilakukan oleh kepala daerah biasanya terkait
dengan pengesahan APBD.

"Apakah misalnya nanti dibutuhkan sebuah aturan agar dalam pengisian jabatan tersebut harus ada
proses yang transparan, akuntabel. Jadi lelang jabatan yang dilakukan itu dalam konsep
kompetensinya diukur, indikatornya jelas, dan bahkan melibatkan pihak yang independen. Nah
sekarang dalam kasus ini, indikasi yang kita dapatkan tidak demikian, dan aturannya tidak terlihat
belum cukup jelas untuk bisa diterapkan lebih lanjut," kata Febri.

 kasus yang bertentangan dalam bidang kebudayaan


Contoh kasus Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Budaya
Perilaku dari para pelaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) semakin
mengkhawatirkan. Belakangan, para pelaku LGBT seakan tidak takut lagi menunjukkan perilaku
menyimpang mereka dan menentang pelarangan LGBT.Keberanian para pelaku dalam menyuarakan
dukungan atau dorongan untuk melegalkan perilaku LGBT, harus diakui banyak diinspirasi negara-
negara barat. Apa yang terjadi di Amerika Serikat menjadi yang paling menginspirasi, lantaran
pemerintah AS telah mensahkan perilaku LGBT menjadi kegiatan yang legal.
Banyak yang berpendapat kalau legalisasi yang dilakukan negara-negar barat, khususnya
Amerika Serikat, tidak berangkat atau didasarkan dari norma etika dan agama. Ia menilai, legalisasi
perilaku LGBT di negara-negara tersebut semata didasarkan pada pendekatan sekularis ateistik, yang
tentu bertentangan dengan norma-norma yang agama.
 kasus yang bertentangan dengan bidang pertahanan dan keamanan

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan
teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan
dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat
agarSipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi ternyata pengertian
ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia
karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan
selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi
tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai.

 Kasus Yang Bertentangan Dengan Bidang Ekonomi

Berbicara keadilan maka bisa dilihat dari adanya pemerataan hasil pembangunan ekonomi di
Indonesia yang mana pembangunan ekonomi merupakan salah satu pilar tumbuhnya rezim
Orde Baru. Pemerintah Orde Baru bukannya tidak berusaha mengatasi ketidaksesuaian
rencana dan hasil pembangunan ekonomi berupa ketimpangan dan belum meratanya hasil
pembangunan. Sejak Pelita III (1979 – 1984) terjadi perubahan pokok. Trilogi Pembangunan
yang pada mulanya, urutannya ialah pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas. Kemudian
sejak Pelita tersebut diubah menjadi pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas. Disusul pula
dengan pencanangan dua pokok kebijaksanaan pembangunan, yaitu: (1) mengurangi jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan; dan (2) melaksanakan delapan jalur
pemerataan yang meliputi pemerataan pembagian pendapatan, penyebaran pembangunan di
seluruh daerah, kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha,
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan kesempatan memperoleh keadilan.

Pemerataan ekonomi yang akan dicapai tidak hanya untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi yang humanistik, namun juga mengamalkan amanat yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila Persatuan Indonesia

 kasus yang bertentangan dengan bidang sosial

Banyaknya Aliran Sesat Yang Muncul


JEMBER– Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember menangani sebanyak lima kasus aliran sesat di
kabupaten setempat, yang semuanya bisa diatasi tanpa kekerasan. Ketua MUI Jember bidang Fatwa
dan Hukum, Abdullah Samsul Arifin, Selasa menuturkan, pihaknya banyak menerima keluhan dari
masyarakat terkait dengan adanya aliran sesat yang meresahkan di sejumlah daerah. “Kami
menangani sebanyak lima kasus aliran sesat selama beberapa pekan terakhir, namun semuanya bisa
diatasi tanpa ada aksi kekerasan,” tutur Abdullah yang akrab disapa Gus Aab. Menurut dia, faktor
yang menyebabkan timbulnya aliran sesat, antara lain keterbatasan keilmuan yang dimiliki oleh orang
yang bersangkutan dan motivasi pelaksanaan ibadah yang kurang tepat.
 Kasus Bertentangan dengan Bidang Budaya
SUKU DAYAK VS SUKU MADURA
Penduduk asli Kalimantan Barat adalah Suku Dayak yang hidup sebagai petani dan nelayan Selain
suku asli, suku lainnya yang juga telah masuk ke bumi Kalimantan adalah Melayu, Cina, Madura,
Bugis, Minang dan Batak.
Dalam berkomunikasi penduduk yang heterogen ini menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu
sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi karena tingkat pendidikan mereka rendah, kebanyakan mereka
memakai bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian seringkali ditemui kesalahpahaman di
antara mereka. Terlebih jika umumnya orang Madura berbicara dengan orang Dayak, gaya
komunikasi orang Madura yang keras ditangkap oleh Orang Dayak sebagai kesombongan dan
kekasaran.
Kebudayaan yang berbeda seringkali dijadikan dasar penyebab timbulnya suatu konflik pada
masyarakat yang berbeda sosial budaya. Demikian juga yang terjadi pada konflik Dayak dan Madura
yang terjadi pada akhir tahun 1996 yaitu terjadinya kasus Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang
(sebelum pertengahan tahun 1999 termasuk Kabupaten Sambas), di Kalimantan Barat. Konflik sosial
sepertinya agak sulit terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat Kalimantan. Setelah itu,
pertikaian antar-etnis terjadi lagi di Sambas, lalu disusul di Kota Pontianak, dan terakhir di Sampit
serta menyebar ke semua wilayah di Kalimantan Tengah.
Orang Dayak yang ramah dan lembut merasa tidak nyaman dengan karakter orang Madura yang tidak
menghormati atau menghargai orang Dayak sebagai penduduk lokal yang menghargai hukum
adatnya. Hukum adat memegang peranan penting bagi orang Dayak. Tanah yang mereka miliki
adalah warisan leluhur yang harus mereka pertahankan. Seringkali mereka terkena tipudaya
masyarakat pendatang yang akhirnya berhasil menguasai atau bahkan menyerobot tanah mereka.
Perilaku dan tindakan masyarakat pendatang khususnya orang Madura menimbulkan sentimen sendiri
bagi orang Dayak yang menganggap mereka sebagai penjarah tanah mereka. Ditambah lagi dengan
keberhasilan dan kerja keras orang Madura menelola tanah dan menjadikan mereka sukses dalam
bisnis pertanian.
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi merupakan dasar dari munculnya suatu konflik2. Masyarakat
Dayak juga mempunyai suatu cirri yang dominan dalam mata pencarian yaitu kebanyakan bergantung
pada kehidupan bertani atau berladang. Dengan masuknya perusahaan kayu besar yang menggunduli
kayu-kayu yang bernilai, sangatlah mendesak keberadaannya dalam bidang perekonomian.
Perkebunan kelapa sawit yang menggantikannya lebih memilih orang pendatang sebagai pekerja
daripada orang Dayak. Hal yang demikian menyebabkan masyarakat adat merasa terpinggirkan atau
tertinggalkan dalam kegiatan perekonomian penting di daerahnya mereka sendiri. Perilaku orang
Madura terhadap orang Dayak dan keserakahan mereka yang telah menguras dan merusak alamnya
menjadi salah satu dasar pemicu timbulnya konflik di antara mereka.
Ketidakcocokan di antara karakter mereka menjadikan hubungan kedua etnis ini mudah menjadi suatu
konflik. Ditambah lagi dengan tidak adanya pemahaman dari kedua etnis terhadap latar belakang
sosial budaya masing-masing etnis. Kecurigaan dan kebencian membuat hubungan keduanya menjadi
tegang dan tidak harmonis.
Ketidakadilan juga dirasakan oleh masyarakat Dayak terhadap aparat keamanan yang tidak berlaku
adil terhadap orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum. Permintaan mereka untuk
menghukum orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum tidak diperhatikan oleh aparat
penegak hukum. Hal ini pada akhirnya orang Dayak melakukan kekerasan langsung terhadap orang
Madura, yaitu dengan penghancuran dan pembakaran pemukiman orang Madura.
Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau
merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Kekerasan adalah tindakan, perkataan, sikap,
berbagai struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental sosial atau lingkungan
dan atau menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh.
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa antara konflik dengan kekerasan bagaikan dua sisi mata
pedang yang terpisahkan satu dengan yang lainnya manakala konflik yang terjadi tidak segera
diselesaikan sebagaimana mestinya, sehingga menimbulkan kekerasan yang dapat merusak secara
material maupun immaterial.
Konflik adalah suatu kenyataan yang tidak terhindarkan jika pihak-pihak yang bertentangan tidak
memiliki pemahaman yang terhadap satu sama lain dan tujuan serta kebutuhan mereka tidak dapat
lagi sejalan. Perbedaan pendapat yang terjadi di antara keduanya pada dasarnya adalah hal yang
alami, namun jika tidak terkendali akan menjadi pemicu timbulnya kekerasan yang merusak kedua
belah pihak bahkan lingkungan sekitarnya. Untuk itu diperlukan penyelesaian yang memberikan
semangat damai pada kedua belah pihak. Jika konflik yang menyebabkan timbulnya kekerasan dapat
diselesaikan tanpa melakukan kekerasan memberikan suatu rasa damai dan aman pada masyarakat
sekitarnya. Sebaliknya, jika diselesaikan juga dengan kekerasan yang membabibuta akan
menyebabkan timbulnya rasa takut, tidak aman, kepanikan bagi orang sekitarnya, khususnya bagian
dari masyarakat yang bertikai. Permasalahan baru juga akan timbul dari penyelesaian dengan jalan
kekerasan.
Selanjutnya Simon Fisher dkk, mengajukan suatu konsep tentang arti kekerasan sebagai suatu
pendekatan dalam intervensi konflik yang menyebutkan bahwa konflik adalah fakta kehidupan yang
dapat memunculkan permasalahan-permasalahan berat saat kekerasan muncul dalam konflik tersebut.
Oleh karenanya dapat dibedakan antara kelompok yang menghendaki kekerasan sebagai penyelesaian
konflik dan kelompok yang anti kekerasan. Kelompok yang pro kekerasan cenderung untuk
memaksakan kehendaknya agar dituruti orang lain ketika cara lain yang ditempuh gagal. Sedangkan
kelompok anti kekerasan cenderung percaya bahwa kekerasan tidak akan mampu mendatangkan
manfaat yang diharapkan diharapkan, sehingga penggunaan kekerasan dirasa tidak bermanfaat dan
tidak adil. Secara praktis tindakan-tindakan anti kekerasan dilakukan masyarakat yang menerapkan
metode anti kekerasan secara mutlak mereka lebih percaya bahwa metode anti kekerasan yang
diterapkan dalam suatu konflik akan lebih berhasil dalam situasi yang mereka hadapi sendiri.
Menganalisa lebih lanjut tentang konflik horizontal yang terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia,
seperti konflik Dayak dan Madura dihubungkan dengan teori Simon Fisher, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar masyarakat di daerah konflik cenderung memilih jalan kekerasan sebagai alternative
penyelesaian masalah yang muncul di antara mereka. Mereka menganggap cara ini lebih membuat
pihak lawan memenuhi keinginan mereka.
Identitas yang terancam sebagai suatu suku asli Kalimantan yang terusik oleh kedatangan pendatang
membuat suku Dayak mengambil sikap keras. Ditambah lagi dengan tidak adanya perubahan sikap
dari masyarakat pendatang. Hal ini jelas terlihat pada dampak yang terjadi pasca konflik horizontal
Dayak dan Madura. Mereka tidak melihat dampak dari kekerasan bagi masyarakat mereka sendiri
yaitu korban jiwa dan harta benda, tetapi yang terpenting adalah keluarnya orang Madura dari wilayah
mereka.
Menyimak lebih jauh tentang konflik horizontal yang juga disebut sebagai konflik etnis yang bersifat
laten (tersembunyi) yang harus diangkat ke permukaan agar dapat ditangani secara efektif. Disebut
sebagai konflik yang bersifat laten karena di antara kedua etnis yang bertikai (Dayak dengan Madura)
sudah lama terjadi ketidakharmonisan dalam interaksi sosialnya. Suku Dayak sebagai suku asli
Kalimantan merasa terusik kehidupannya dengan semakin meningkatnya populasi suku Madura yang
juga mendominasi hampir seluruh aspek kehidupannya.
Ketidakharmonisan dalam interaksi sosial antara kedua etnis ini tidak cepat mendapat penanganan
dari tokoh masyarakat setempat maupun oleh aparatur pemerintah agar dapat ditangani. Pada
pertikaian yang terjadi terlihat adanya keberpihakan dari aparat kepada salah satu etnis menurut
pendapat etnis lain. Kondisi ini terus berlanjut, yang pada akhirnya menjadi konflik terbuka berakar
dan diiringi dengan kekerasan.
Konflik yang dipicu oleh persoalan yang sederhana, menjadi kerusuhan dan di identifikasi pemicu
pecahnya konflik adalah : adanya benturan budaya etnis lokal dengan etnis pendatang, lemahnya
supremasi hukum, adanya tindak kekerasan. Benturan budaya ini sebenarnya lebih banyak disebabkan
oleh kesombongan dan ketidakpedulian etnis Madura terhadap hukum adat dan budaya lokal yang
sangat dihormati masyarakat setempat seperti hakataskepemilikantanah.

 Kasus yang bertentangan dalam bidang keamanan

 SUKU DAYAK VS SUKU MADURA

Pendudukasli Kalimantan Barat adalah Suku Dayak yang hidup


sebagaipetanidannelayanSelainsukuasli, suku lainnya yang juga telah masuk ke bumi Kalimantan
adalah Melayu, Cina, Madura, Bugis, Minang dan Batak.
Dalam berkomunikasi penduduk yang heterogen ini menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu
sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi karena tingkat pendidikan mereka rendah, kebanyaka nmereka
memakai bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian seringkali ditemui kesalah pahaman di
antara mereka. Terlebih jika umumnya orang Madura berbicara dengan orang Dayak, gaya
komunikasi orang Madura yang keras ditangkap oleh Orang Dayak sebagai kesombongan dan
kekasaran. Kebudayaan yang berbeda seringkali dijadikan dasar penyebab timbulnya suatu konflik
pada masyarakat yang berbeda social budaya. Demikian juga yang terjadi pada konflik Dayak dan
Madura yang terjadi pada akhir tahun 1996 yaitu terjadinya kasus Sanggau Ledo, Kabupaten Bengka
yang (sebelum pertengahan tahun 1999 termasuk Kabupaten Sambas), di Kalimantan Barat. Konflik
social sepertinya agak sulit terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat Kalimantan. Setelah itu,
pertikaian antar-etnis terjadi lagi di Sambas, lalu disusul di Kota Pontianak, dan terakhir di Sampit
serta menyebar ke semua wilayah di Kalimantan Tengah.
Orang Dayak yang ramah dan lembut merasa tidak nyaman dengan karakter orang Madura yang tidak
menghormati atau menghargai orang Dayak sebagai penduduk lokal yang menghargai hokum
adatnya. Hukum adat memegang peranan penting bagi orang Dayak. Tanah yang mereka miliki
adalah warisan leluhur yang harus mereka pertahankan. Seringkali mereka terkena tipu daya
masyarakat pendatang yang akhirnya berhasil menguasai atau bahkan menyerobot tanah mereka.
Perilaku dan tindakan masyarakat pendatang khususnya orang Madura menimbulkan sentiment
sendiri bagi orang Dayak yang menganggap mereka sebagai penjarah tanah mereka. Ditambah lagi
dengan keberhasilan dan kerja keras orang Madura mengelola tanah dan menjadikan mereka sukses
dalam bisnis pertanian.
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi merupakan dasar dari munculnya suatu konflik2. Masyarakat
Dayak juga mempunyai suatu ciri yang dominan dalam mata pencarianya itu kebanyakan bergantung
pada kehidupan bertani atau berladang. Dengan masuknya perusahaan kayu besar yang menggunduli
kayu-kayu yang bernilai, sangatlah mendesak keberadaannya dalam bidang perekonomian.
Perkebunan kelapasawit yang menggantikannya lebih memilih orang pendatang sebagai pekerja
daripada orang Dayak. Hal yang demikian menyebabkan masyarakat adat merasa terpinggirkan atau
tertinggalkan dalam kegiatan perekonomian penting di daerahnya mereka sendiri. Perilaku orang
Madura terhadap orang Dayak dan keserakahan mereka yang telah menguras dan m merusak alamnya
menjadi salah satu dasar pemicu timbulnya konflik di antara mereka.
Ketidak cocokan di antara karakter mereka menjadikan hubungan kedua etnis ini mudah menjadi
suatu konflik. Ditambah lagi dengan tidak adanya pemahaman dari kedua etnis terhadap latar
belakang sosial budaya masing-masing etnis. Kecurigaan dan kebencian membuat hubungan
keduanya menjadi tegang dan tidak harmonis.
Ketidakadilan juga dirasakan oleh masyarakat Dayak terhadap aparat keamanan yang tidak berlakua
di terhadap orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum. Permintaan mereka untuk
menghukum orang Madura yang melakukan pelanggaran hokum tidak diperhatikan oleh aparat
penegak hukum. Hal ini pada akhirnya orang Dayak melakukan kekerasan langsung terhadap orang
Madura, yaitu dengan penghan curan dan pembakaran pemukiman orang Madura.

 Kasus Yang Bertentangan Dengan Bidang Politik


Tonggak sejarah yang pertama adalah pencetusan berdirinya OPM di Manokwari, tanggal 26
Juli 1965. Gerakan itu merembet hamper keseluruh daerah Kepala Burung, dan berlangsung
selama dua tahun. Tokoh pemimpin kharismatis gerakan ini adalah Johan Ariks, yang waktu
itu sudah berumur 75 tahun.
              Sedangkan tokoh-tokoh pimpinan militernya adalah dua bersaudara Mandatjan,
Lodewijk dan Barends, serta dua bersaudara Awom, Ferry dan Perminas. Inti kekuatan
tempur gerakan itu adalah para bekas anggota PVK, atau yang dikenal dengan sebutan
Batalyon Papua. Ariks dan Mandatjan bersaudara adalah tokoh-tokoh asli dari Pegunungan
Arfak di Kabupaten Manokwari, sedangkan kedua bersaudara Awoma dalah migrant suku
Biak yang memang banyak terdapat di Manokwari.(2) Sebelum terjun dalam pemberontakan
bersenjata itu, Ariks adalah pemimpin partai politik bernama Persatuan Orang New Guinea
(PONG) yang berbasis di Manokwari dan terutama beranggotakan orang-orang Arfak.
Tujuan partai ini adalah mencapai kemerdekaan penuh bagi Papua Barat, tanpa sasaran
tanggal tertentu

 Kasus Yang Bertentangan Dengan Bidang Ekonomi

3. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan.

 Yang bertentangan dengan sosial

Prita Mulyasari, seorang ibu dari dua orang anak yang masih kecil harus mendekam dibalik 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari pengakuannya, ia menjadi korban oknum
perusahaan RS Omni International Alam Sutera yang memperlakukan dia bak sapi perahan. Pasien
yang harusnya mendapat prioritas pelayanan kesehatan yang prima, justru menjadi obyek eksploitasi
finansia l dan bahkan jika apa yang diungkapkan oleh ibu Priya Mulyasari dalam email/surat pembaca
itu benar , maka secara insitusi RS Omni Internasional melindungi oknum dokter yang melakukan
mal-praktik. Pihak manajemen RS Omni telah menggunakan kekuasaan jaringan dan keuangan untuk
mendukung perbuatan yang tidak semestinya.

 Yang bertentangan dengan politik

Denpasar (ANTARA News) - Ketua Dewan Harian 1945 Provinsi Bali Prof I Wayan Windia
menganggap sistem politik di Indonesia saat ini sudah bertentangan dengan Pancasila, khususnya sila
keempat.

"Bahkan sudah jauh dari nilai-nilai UUD 1945 ketika dilahirkan pada saat perang dan revolusi
kemerdekaan," kata Prof Windia yang juga mantan anggota DPR-RI di Denpasar, Sabtu.

Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud itu melihat biaya pilitik yang sangat mahal,
sistem politik yang ditandai dengan banyaknya politik uang.

"Kondisi demikian akhirnya melahirkan pejabat yang hanya menyukai ekonomi, pertumbuhan dan
teknologi, sehingga kurang tertarik terhadap aspek sosial, pemerataan, dan kebudayaan," katanya.

Ia mengajak semua pihak untuk belajar dari penerapan sistem subak yang hingga kini tetap
dilaksanakan para petani di Bali dalam mengelola air secara adil dan merata, sesuai kepentingan dan
luasnya lahan garapan.

Subak, sebuah sistem yang diterapkan petani Bali secara turun temurun mengutamakan harmoni
dibandingkan konflik. 

Windia menjelaskan subak dalam pelaksanaannya mengutamakan konsensus dibandingkan dengan


demokrasi yakni setengah plus satu. Mengutaman efektivitas dibandingkan dengan sekedar efesiensi. 

Dia mengingatkan bahwa berbagai persoalan sosial, bangsa dan negara, tidak bisa diselesaikan hanya
dengan aturan-aturan tertulis. 

"Harus digali berbagai kearifan lokal untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang akan
semakin komplek, termasuk kemungkinan berdemokrasi belajar dari petani yang terhimpun dalam
subak," ujar Prof Windi

 Kasus yang bertentangan dengan pertahanan dan keamanan


 Kasus yang bertentangan dengan budaya

4. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Kasus yang bertentangan dengan bidang sosial


Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat berbeda, yang penduduknya
juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih
banyak masyarakat papua yang memakai koteka, pembangunan di derah tersebut juga tidak merata.
Kita bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-orang  memakai pakaian
yang berganti-ganti model, banyak bangunan menjulang tinggi.

*POSITIF :
- Sebagai makhluk sosial seharusnya menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera meskipun
daerah tempat tinggal berbeda.
*NEGATIF :
- Masih banyaknya masyarakat yang membeda-bedakan tempat tinggalnya. contohnya saja Jakarta
dan Papua. Banyak di daerah papua yang memakai koteka akan tetapi masih ada masyarakatnya yang
tidak memakainya. Kehidupan di Jakarta tentu saja berbeda dengan kehidupan di Papua. Banyaknya
masyarakat yang memakai pakaian yang berganti model dan tidak ingin ketinggalan zaman.

 kasus yang bertentangan dengan bidang budaya


Sekretaris Badan Kesehatan Partai Gerindra (Kesira) Batara Sirait menilai kasus pembuangan pasien
di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Aksi keji itu telah bertentangan dengan Pancasila.
“Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan oleh negara. Kasus pembuangan pasien yang
terjadi di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Partai Gerindra sangat menyayangkan
terjadinya hal seperti itu karena bertentangan dengan Pancasila sila kedua yaitu Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab,” kata Batara dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Dari berita di atas melanggar sila kedua karna tidak adanya keadilan bagi orang yang tidak mampu
dan tidak adanya perlindungan oleh Negara. Seseorang yang ingin sembuh dan bisa hidup seprti biasa
tapi ketika berobat dan dirawat dirumah sakit tersebut saat tidak bisa membayar pasien dibuang begitu
saja. Sudah jelas bahwa sila kedua ini mengajarkan bahwa kita harus saling tolong menolong.

 Kasus yang bertentangan dengan bidang politik

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai
bahwa dinasti politik di Indonesia adalah salah satu upaya untuk melanggengkan kekuasaan.

"Dinasti politik di Indonesia dan kaitannya dengan korupsi, agak signifikan, kalau tidak bisa
dikatakan relatif signifikan, kaitannya dengan korupsi. Karena memang karakter dinasti politik di
Indonesia, dia hadir dengan mengabaikan integritas, kompetensi, dan kapasitas, ketika mereka
dinominasikan untuk merebut suatu kekuasaan atau sebuah posisi publik," kata Titi.

Alhasil, mereka yang diajukan sebagai calon kepala daerah dari dinasti politik, menurut Titi, tak
melalui proses kaderisasi, rekrutmen yang demokratis, atau proses penempaan aktivitas politik yang
terencana, sehingga kandidat yang muncul pun sekadar 'untuk memperkokoh kekuasaan'

Anda mungkin juga menyukai