Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan individu/kelompok

tertentu melalui kegiatan pengajaran, pelatihan, yang berlansung sepanjang hidup

diberbagai lingkungan belajar dalam rangka mempersiapkan manusia agar dapat

memainkan peran secara cepat. Adapun tujuan pendidikan yaitu sebagai gambaran

tentang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan

disebutkan pada bab II paal 2 UU Sisdiknas untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan

yang maha esa, muliah, sehat, berilmu, cukup, kreatif, serta bertanggung jawab.

Pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan non formal,

pendidikan formal yaitu lembaga sekolah diDesa Ogobayas terletak di Kecamatan

Mepanga Kabupaten Parigi Mautong. Desa ini memiliki jumlah penduduk

sebanyak 1.357nan jiwa, yang terdiri dari 4 dusun. Jumlah sekolah di Desa

Ogobayas sekitar 1 (SD), 1 (SMP),dan 1 Sekolah (MA). Tingkat pendidikan di

Desa ini sangat rendah di lihat dari jumlah lulusan SD SMP,SMA bahkan lulusan

SI juga sangat jarang ditemukan. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap

kemajuan bangsa melihat persaingan global antar negara semakin lama semakin

maju karena tuntutan zaman yang tambah modern. Jika tingkat pendidikan

masyarakat rendah maka sulit bagi negara untuk mampu bersaing dengan negara

1
lain. Selain itu tingkat pendididakan yang rendah menghambat majunya sebuah

Negara untuk berkembang.

lain. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah menghambat majunya sebuah

negara untuk berkembang.

Menurut Johan Dewey dalam Harsianti (2004:2) memformulasikan

pegertian sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu proses pegalaman yang terus

menerus, termasuk perbaikan dan penyusunan kembali pengalaman. Karna

kehidupan itu adalah merupakan proses pertumbuhan atau kehidupan yang tepat

tanpa di batasi oleh usia. Proses pendidikan itu adalah suatu proses penyesuaian

yang terus menerus, pada fase yang menabah pertumbuhan seseorang konsep

pengertian tersebut menekankan bahwa pendidikan merupakan pertumbuhan dan

pegalaman, ini berarti bahwa kegiatan akan berjalan dengan baik dan mencapi

yang telah ditetapkan apabila anak sebagi subjek berpartisipasi secara aktif dalam

proses mengajar di samping itu, bangsa yang berkembang mempunyai keyakinan

bahwa pendidikan dapat mempertinggi derajat bangsanya dan dapat memperkuat

situasinya ditengah-tengah bangsa lainnya.Kemudian untuk mencapi tujuan

tersebut, maka yang pertama dilakukan mengadakan ekpensi pendidikan,ini

merupakan fenomena pendidikan nasional bangsa Indonesia dewasa ini. Pernyatan

ini degan relavan penegasan.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dalam Harsianti (2004:4) :

1) Setiap warga negara mendapatkan pendidikan


2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiayai
3) Pemerintah mengusahakan dan menyeleggarakan suatu sistem pendidikan
nasianal ,yang menigkatkan keamanan dan ketakwan serta ahlak mulia rangka
mencerdasakan kehidupan bangsa , yang di atur dengan undang-undang.
Setiap masyarakat baik di daerah perkotaan maupun perdesaan

mendapatkan hak menempuh pendidikan terutama pada lembaga-lembaga

pendidikan formal sesuai dengan kebijakan pemerintah. Pentingnya pendidikan

dalam rangka pembagunan manusia seutuhnya, menitikberatkan pembagunan

pendidikan pada penigkatan mutu (kualitas) dan perluasan pendidikan untuk

mewujudkan dan menetapkan wajib belajar pada semua jenjang pedidikan.

Realitanya masih banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan untuk

anaknya sehingga banyak anak yang putus sekolah menjadi masalah yang cukup

serius karena ironisnya dengan usaha pemerintah yang gencar untuk memajukan

pendidikan nasional. Putus sekolah merupakan jurang yang menghabat anak untuk

mendapatkan haknya. Putus sekolah disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor

ekonomi, pendidikan orang tua, kurangnya minat anak untuk bersekolah, anak

memiliki persoalan disekolah serta lingkungan tempat tinggal menjadi pemicu

untuk seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikan

Setelah melakukan observasi awal masalah yang ditemukan di Desa

Ogobayas, adalah masalah tentang rendahnya pendidikan pada masyarakat mulai

dari banyaknya anak yang putus sekolah di jenjang pendidikan SD, SMP,SMA

bahkan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan Tinggi. Masalah ini

menyebabkan kurangnya anak lulus di jenjang pendidikan wajib belajar 12 tahun

dan kurangnya lulusan sarjana. Bahkan pegawai atau pekerja yang bekerja di

sekolah maupun instansi lain merupakan guru atau pegawai yang dikirim dari luar

daerah. ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Ogobayas.


Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya tingkat

pendidikan, masyarakat Ogobayas dan bagaimanadampak dari rendahnya tingkat

pendidikan tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian

denganjudul“Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan di

Masyarakat Desa Ogobayasa Kecamatan Mepanga.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a.) Apakah Faktor –faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Desa

Ogobayas Kecamatan Mepanga

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Untuk mengedintifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat

pendidikan di Desa Ogobayas Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Mautong.

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk Pembaca: Sebagai bahan informasi tentang faktor rendahnya

pendidikan di Desa Ogobayas Kecamatan Mepanga.


b. Untuk Penelitian: Sebagai bahan masukan untuk penelitian yang relevan

dimasa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses dan pembangunan manusia seutuhnya

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya dimasa yang

akan datang. pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pegendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan mempuyai peranan yang sangat penting dalam membangun

sebuah negara. Sumber daya manusia dapat dikembangkan menjadi lebih

berkualitas melalui pendidikan. Pendidikan menjadi motor penggerak

kelangsungan hidup dalam konteks politik, sosial, ekonomi, maupun budaya.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan

Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

merupakan sarana dalam mewujudkan tujuan negara. Undang-Undang No. 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa

“setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pegajaran dalam rangka

pegembangan pribadi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya”. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak indonesia berhak memperoleh


pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa

memandang status sosial, ras,etnis,agama,serta gender.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

kehidupan. Perkembangan masa depan akan ditandai oleh pesatnya Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK juga memberikan

dampak terhadap kemajuan bidang-bidang kehidupan lainnya. Hal ini

menyebabkan percepatan proses perubahan yang menyangkut seluruh aspek

kehidupan. Proses ini memberikan presfektif baru terhadap pembangunan. Artinya

orentasi pembangunan dimasa mendatang harus dipeoritaskan pada peningkatan

sumber daya manusia.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, pengertian pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian pendidikan adalah proses

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Istilah Pendidikan/atau kata

pendidikan sudah tidak asing lagi, karena disadari bahwa sebenarnya segala

bentuk kehidupan masyarakat, domonitori oleh apa yang dinamakan pendidikan.

Karena definisi dan pegertian pendidikan sangat luas dan pendidikan


sesungguhnya berlangsung seumur hidup manusia. Dalam hal pegertian yang

luas,Kartono (1997:5) menyatakan bahwa pendidikan merupakan satu upaya

memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu pada

individu-individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka.

Sedangkan istilah pendidikan, Purwanto (1997:3) menyatakan bahwa :Pendidikan

berasal dari bahasa latin yaitu peadagoige, yang berarti pendidikan. Pegertian itu

juga merupakan hasil saduran dari kata yunani yaitu peadagogos yang berarti

seseorang yang bertugas memimpin, mendampingi seorang anak ke dua dari

sekolah. Peados : anak,agoge : saya membimbing, saya memimpin.

Pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha

manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan

baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam

masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan

nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi

berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam

suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya..

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 pasal 31, ayat (3)

menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan

Undang-Undang, dan pasal 31, ayat (5) menyebutkan, Pemerintah memajukan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia “.

Dari penjabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-

Undang No 20 Tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c. Rendahnya Pendidikan di Tingkat Sekolah Dasar (SD)

Menurut BPS (2010: 36) penyebab utama anak sampai mengalamiputus

sekolah adalah karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnyapendidikan

anak, keterbatasan ekonomi/tidak ada biaya, keadaan geografisyang kurang

menguntungkan, keterbatasan akses menuju ke sekolah, karenasekolah jauh atau

minimnya fasilitas pendidikan. Mudjito AK, (2008: 5)menyatakan bahwa masih

banyaknya siswa SD mengalami putus sekolah disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

a. Rendahnya kemampuan ekonomi termasuk eksploitasi tenaga anak sebagai

pekerja anak oleh orangtuanya demi membantu mencari nafkah keluarga

b. Rendahnya pemahamantentang pentingnya pendidikan dan kurangnya

dukungan motivasi darikeluarga

c. Jauhnya jarak antara rumah dan sekolah

d lemahnyakemampuan murid untuk meneruskan belajar dari satu kelas ke

kelas selanjutnya dan kurang adanya perhatian dari pihak sekolah.


Mencermati apa yang diungkapkan oleh Mudjito AK memberikan

gambaran bahwa kondisi keluarga sangat mempengaruhi keberlanjutansekolah

anak, salah satunya adalah kondisi perekonomian

keluarga. Halsenada juga diungkapkan oleh Muhammad Saroni (2011:

148) bahwa,“tingkat perekonomian keluarga pada kenyataannya merupakan salah

satu aspek penghambat kesempatan proses pendidikan dan pembelajaran. Ada

banyak anak usia sekolah yang terhambat, bahkan kehilangan kesempatan

mengikuti proses pendidikan hanya karena keadaan ekonomi keluarga yang

kurang mendukung”.

d. Rendahnya tingkat Pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP)

Menurut Siti Maryam (2017:116) menyampaikan bahwa tingkat

pendidikan orang tua memiliki hubungan dengan bentuk kekerasan di dalam

lingkungan rumah tangga. Hal ini didukung oleh rendahnya pendidikan dan

pemahaman orang tua mengenai pengasuhan anak. Selain itu, didukung oleh

rendahnya pengertian orang tua dalam memahami tahap tumbuh kembang anak.

Dapat dikatakan bahwa pendidikan formal yang diperoleh orang tua dapat

mengurangi bentuk kekerasan dalam pengasuhan di rumah.Menurut Indah Utami

(2014:118) menjabarkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan

kekerasan fisik dan verbal dalam pengasuhan dirumah. Dapat digambarkan bahwa

semakin rendah tingkat pendidikan orang tua, maka semakin tinggi tindak

kekerasan fisik dan verbal pada anak. Hal ini tentu akan merugikan anak sebagai

individu yang lemah dan membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari orang
tua. Membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari orang tua.Menurut

(Muhamad Ali,2009:2)

Banyak sekali Faktor yang menjadi penyebab anak mengalami putus

sekolah, diantaranya yang berasal dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan

karena malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi

dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu

membayar kewajiban biaya sekolah. Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam

menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak

sehingga anak tidak bias bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan

teman sekolahnya selain ituadalah karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan

diajak bermain seperti playstasion samapi akirnya membolos dan tidak naik

kelas,perstasi di sekolahmu menurun dan malu pergi kesekolah

e. Rendahanya Tingkant Pendidkan di Sekolah Menegah Atas (SMA)

Nazili Shaleh Ahmad dalam Sarfa Wassahua (2016:100) menyatakan

bahwa,ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami putus sekolah

yaitu:(1) adat istiadat dan ajaran-ajaran tertentu, (2) karena kecilnya pendapatan

orang tua murid, (3) jauhnya jarak antara rumah dan sekolah (4) lemahnya

kemampuan murid untuk meneruskan belajar dari satu kelas ke kelas selanjutnya

dan (5) kurang adanya perhatian dari pihak sekolah.

Menurut (Supardi, 2013:40) usia remaja tepatnya pelajar sekolah

menengah atas sudah dikatakan sebagai usia yang di izinkan melakukan

pernikahan, namun dikarenakan usia tersebut termasuk dalam usia sekolah, maka
pernikahan usia dini itu pun dihadirkan karena akan mengganggu pendidikannya.

Remaja yang melakukan pernikahan dini akan kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan formal mengembangkan dirinya dikarenakan

bertambahnya tanggung jawab terutama setelah mengandung dan memiliki anak.

Pernikahan dini yang akhirnya menyebabkan remaja sehingga putus sekolah.

Menimbulkan persoalan hukum, melanggar undang-undang tentang pernikahan,

perlindungan anak dan Hak Asasi Manusia, namun pernikahan usia dini

menimbulkan peristiwa traumatik yang akan menghantui seumur hidup dan

timbulnya persoalan resiko terjadinya penyakit pada wanita serta resiko tinggi

berbahaya saat melahirkan, baik pada ibu maupun pada anak yang akan

dilahirkan. (Khawatib, 2009 dalam Masnawi, 2013).

f. Pegertian Anak Putus Sekolah

Muhammad Rifa’i (2014 :201) Putus sekolah merupakan predikat yang

diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu

jenjang pendidikan sehingga tidak dapat melanjutkan studinya kejenjang

pendidikan berikutnya. Misalnya, seorang warga masyarakat/anak yang hanya

mengikuti pendidikan disekolah dasar (SD) sampai kelas 5, disebut putus sekolah

SD (belum tamat SB/tanpa STTB). Dengan demikian, juga seorang warga

masyarakat yang memiliki STTB SD kemudian mengikuti pelajaran di SMP

sampai kelas 2 saja, disebut putus sekolah SMP,dan seterusnya.

Pendapat lain Paul B.Harton dan Chester L (1999:399) yang mengatakan

‘’putus sekolah adalah terputusnya proses belajar belajar mengajar seseorang atau
sekelompok orang secara formal tidak lagi mengikuti kegiatan pendidikan yang

dilaksanakan disekolah dan diatur berdasarkan pendidikan yang berlaku’’.

Adapun pegertian putus sekolah menurut Ahmad (2011:86) yaitu

berhentinya seseorang murid baik ditengah-tengah tahun ajaran atau pada akhir

pendidikan sesuai dengan jenjang waktu yang sistem persekolahan yang diikuti

baik SD,SMP dan SMA.

g. Bentuk-bentuk faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Faktor penyebab yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menyebabkan

anak putus sekolah adalah sebagai berikut:

A. Faktor internal

1.) Kurangnya Minat Anak untuk Bersekolah

Desca (2015:17) menyatakan bahwa penyebab anak putus sekolah

diutamakan karena rasa minat kesekolah tidak ada (Malas). Kurangnya minat anak

untuk bersekolah merupakan persoalan yang utama bagi anak putus sekolah yang

ada di Desa Masari,karena faktor ini berasal dari dalam diri anak itu sendiri yang

menyebabkan anak putus sekolah.

Penyebab anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar belakang

pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang dari

dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan

sekolah. Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu

pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik

terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah

kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan


anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian

dari orang tua terutama tentang pendidikannya, jarak tempat tingal anak dengan

sekolah yang jauh, fasilitas belajar yang kurang.

B. Faktor Eksternal

1.) Lemahnya Ekonomi Keluarga

Latar belakang kemunculan putus sekolah dalam dunia pendidikan kita.

Kebanyakan adalah persoalan ekonomi, orang tua siswa tidak mampu membiayai

anaknya untuk melanjutkan sekolah. Kekuatan dan kekuasaan ekonomi mereka

hanya mampu dipergunakan untuk biaya hidupsehari-hari. Tidak jarang anaknya

yang sedang sekolah melakukan kerja untuk membantu orang tuanya mencukupi

kebutuhan sehari-hari seluruh anggota keluarga tersebut. Biasanya, kerja atau

bantuan anak tersebut dilakukan setelah ia pulang sekolah, sampai menjelang

waktu memasuki malam, ada juga sampai malam. Terkadang ada juga dilakukan

sebelum ia berangkat sekolah dan setelah ia pulang sekolah. Pekerjaan tersebut

bisa dari ikut berjualan di pasar, jualan koran, cari pasir, memecah batu, membuat

batu bata, mencari ikan, mencari kayu, dan lain sebagainya.

Pada kasus anak putus sekolah karena alasan ekonomis dan anak yang

terpaksa melakukan kerja selain belajar, pekerjaan tersebut dilakukan tentunya

ikut mengurangi konsentrasi proses belajarnya di sekolah tersebut. Fisiknya

akhirnya banyak terkuras dalam kerja tersebut, sementara proses belajar yang

menggunakan nalar ikut tersebut, sementara proses belajar yang menggunakan

nalar ikut berkurang karena kecapean tersebut. Terkadang, ketika ia sudah

melakukan atas membantu orang tuanya mencukupi kebutuhan sehari-hari,


pekerjaan tertsebut tidak bisa membantu keluarganya dalam mencukupi

kebutuhan ekonomi dasar, seperti makanan, dengan kasus keluargaa miskin

dengan jumlah anggota keluarga besar. Itu membuat sang anak menjadi berfikir

terlalu keras pula, sementara sekolah tak bisa diabaikannya dan menuntutnya

untuk berfikir, memahami pelajaran yang diajarkan guru disekolah. Proses

selanjutnya, orang tuanya mendorong anaknya fokus dalam kerja saja, sementara

sang anak tersebut tentu tidak punya pilihan lain, melihat kondisi orang tuanya

kecapean karena sudah tua, sulit membiayai kebutuhan sehari-hari, sementara

adik-adiknya membutuhkan makan,akhirnya ia memilih putus sekolah.

2.) Faktor Lingkungan (Pergaulan)

Menurut Yusuf (1982:34),lingkungan masyarakat adalah merupakan

lingkungan yang ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai

dengan keberadaanya.pada lingkungan keluarga telah dikemukakan peranya

dalam membentuk anak-anak,demikian juga lingkungan sekolah.lingkungan

sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian

anak.Disitulah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar

rumah dan memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak diluar

keluarga.Dalam lingkungan masyarakat anak-anak mempelajari hal-hal yang

baik,sebaliknya anak juga dapat mempelajari hal-hak yang buruk.jika anak berada

dilingkungan masyarakat yang berpendidikan,antusias terhadap anak-

anaknya,maka secara tidak langsung anak juga akan terpengaruh ke hal-hal yang

di lakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya dan begitu juga

sebaliknya,anak yang tinggal di lingkunggan masyarakat pemabuk,penjudi dan


lain sebagainya,maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi

tersebut.lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal anak,terutama tetangga

dapat mempengaruhi pendidikan keluarga,dan terkadang pola kehidupan pola

tetanga dapa menjadi patokan dalam sebuah keluarga terhadapa pola hidup

keluarganya.

3.) Rendanya Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua anak yang mempuyai anak putus sekolah di Desa

Ogobayas termasuk golongan rendah . mayoritas pendidikan terakhir orang tua

tidak memiliki tamatan sekolah dasar, oleh sebab itu rendahnya pendidikan orang

tua menyebabkan kurannya kepedulian orang tua untuk memberikan pendidikan

yang tinggi berkualitas untuk masa depan anak. Bahar(1989:127) menyatakan

“keterlibatan orang tua dalam mendorong anaknya dalam pendidikan tergantung

pada tingkat pendidikan orang tua.

Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal

yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah

dalam usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan

mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan

tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu

mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai

minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya.

Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai

suksesnya bersekolah.Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga


menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak keran setiap harinya

hanya memikirkan bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi,

apalagi kalau harus meninggalkan keluarga untuk berusaha menempuh waktu

berbulan-bulan bahkan kalau sampai tahunan, hal ini tentu pendidikan anak

menjadi terabaikan.

5.) Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Didunia ini, dimanapun terdapat masyarakat di sanapun terdapat

pendidikan. Melalui praktek pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami

dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada

di masa yang akan datang. Namun, di desa Ogobayas masih banyak yang belum

memahami betapa pentingnya pendidikan untuk generasi penerus. Sehingga di

desa Ogobayas masih banyak anak-anak yang seharusnya masih duduk di bangku

sekolah tapi mereka memutuskan pendidikan karena menganggap pendidikan itu

tidak penting. Mereka sekolah yang penting sudah bisa baca tulis mereka itu

menganggap sudah cukup untuk pendidikan mereka.

h. Faktor penyebap anak putus Sekolah

Menurut muhamad Rifai ‘i( 2014 :203-204 ) Ada juga anak putus sekolah krana

sang anak memiliki musuh, baik itu seniornya, teman seangkatanya, adik kelasnya

yang tidak membuatnya nyaman. Atau ia melakukan perbuatan tidak bermoral,

perbuatan kej, melakukan kekerasan, melakukan pelcehan seksual karna kemajuan

teknologi dan imformasi dunia internet atau melalui tayangan telvisi,seperti


pembunuhan,pemrkosan, atau melakukan kekerasan pada temna sekolahnya yang

mengakibatkan kerusakan fisik atau cacat fisik dan itu mengakibatkan bukan

hanya berurusan dengan tata tertib sekolah, dengan kelurga pihak korban,tapi juga

berlanjut dengan pihak berkoban,tapi juga berpikhak aparat berwenag, yang

mengakibatkan ia akan dipenjara, untuk kasus pelajar sekolah menegah atau

mahsiswa

i. Dampak Bagi Anak Putus Sekolah

Kasus anak putus sekolah ini tentunya akan menimbulkan beberapa

dampak yang akan dialami atau diterima baik bagi anak itu sendiri,

masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. Menurut Abdul Halik

dalam Herry Gunawan (2019:20), dampak anak putus sekolah sebagai

berikut: 1) Menambah jumlah pengangguran; 2) Kerugian bagi masa depan

anak;3) Menjadi beban orang tua; 4) Menambah kemungkinan terjadinya

kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Menurut Mutiara Fara dalam Herry Gunawan (2019:21-23),

menyatakan dampak akibat putus sekolah pada anak yaitu:

A. Dampak Negatif

1. Terbatasnya wawasan atau pengetahuan pada anak

Anak yang mengalami putus sekolah tentu nya tidak akan mendapatkan

pengetahuan-pengetahuan baru, mereka tidak memiliki pengetahuan yang

cukup tentang perkembangan informasi dan sumber-sumber informasi

penghidupan yang terus berubah seiring dengan perubahan sosial yang

semakin cepat akibat dari kehadiran teknologi informasi dan komunikasi.


Akibatnya mereka semakin ketinggalan dalam segala hal dan semakin

terbatas wawasan pengetahuannya.

2. Menambah jumlah pengangguran

Pendidikan yang rendah tentunya akan sangat berpengaruh untuk masa

depan, salah satu nya dalam mecari pekerjaan. Saat ini untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak sangat sulit karena setiap pekerjaan memiliki syarat-syarat

tertentu, tidak kecuali syarat pendidikan. Jika anak tidak memiliki pendidikan

yang cukup baik tentu akan menjadi kendala untuk mendapatkan pekerjaan,

sehingga anak menjadi pengangguran.

3. Menimbulkan kenakalan remaja

Dengan pendidikan yang rendah tentu anak-anak yang mengalami

putus sekolah biasanya memiliki moral yang buruk sehingga mereka akan

bergaul dengan bebas, teman sebaya sering kali menjadi faktor utama bagi

seorang remaja untuk melakukan tindak kejahatan. Karena pendidikan

sangat berguna dalam membentuk kepribadian seseorang agar memiliki

pengetahuan akan baik buruknya suatu perbuatan.

Dampak anak putus sekolah menurut penelitian Bad’ul Muamalah

(studi analisis penanganan anak putus sekolah di desa ngepanrejo kecamatan

bandongan kabupaten magelang). Putus sekolah yang di timbulkan baik

faktor eksternal maupun internal menimbulkan dampak negatif bagi

masayarakat desa Ngepanrejo, adapun dampaknya antara lain : menjadikan

beban bagi aparat desa, menimbulkan kenakalan remaja, menyebabkan

penganguran, kurannya wawasan tentang pendidikan.


B. Dampak Positif

1. Anak Lebih Mandiri

Menurut Masrun et al. dalam Retnowati Y (2014:202) kemandirian

mencakup pegertian dari berbagai istilah seperti autonomy, independency dan

self reliance. Autonomy adalah tendensi untuk mencapai sesuatu, mengatasi

sesuatu, bertindsk secara efektif terhadap lingkungan dan merencanakan serta

mewujudkan harapan-harapannya. Independency merupakan prilaku yang

aktifitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengharapakan pengarahan dari

orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Self Reliance mempuyai ciri-ciri

adanya kebutuhan yang menonjol untuk memperoleh pegakuan oran lain,

merasa mampu mengontrol tindakannya sendiri dan penuh inisiatif.

Kemandirian ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif,

kemampuan untuk mengatasi masalah, penuh ketekunan, memperoleh kepuasan

dari usahanya serta berkeinginan megerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Ciri-ciri sikap mandiri menurut Djunanah dalam Retnowati Y (2014:202) yaitu :

memenuhi diri atau identitas diri, memiliki kemampuan inisiatif, membuat

pertimbangan sendiri dalam bertindak, mencukupi kebutuhan sendiri,

bertangung jawab atas tindakannya, mampu membebaskan diri dari keterkaitan

yang tidak perlu,dan dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk

kemampuan memilih.

Kemandirian seperti halnya kondisi psikologi yang lain dapat berkembang

dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang
dilakukan secara terus-menerus dan dilakaukan sejak dini. Latihan tersebut

dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan orang lain.

2. Penelitian Terdahulu

Penelitian merupakan suatu kajian permasaalahan yang terjadi yang akan

diteliti sesorang, atau kelompok. Penelitian ini juga diharapkan mampumembuat

suatu karya yang teruji keilmiahany. Baik secara metode, konsep, maupun teori.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil revensi yang relevan dengan penelitian

penulis diantaranya :

1.) Rosnawati (2014) “Studi Tentang Faktor-faktor penyebab Anak Putus

Sekolah di Desa Lampasio Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-toli”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui (1)faktor-faktor yang menyebabkan anak putus

sekolah di Desa Lampasio Kacamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli (2)untuk

mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi anak putus

sekolah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan populasi penelitian

120 orang anak putus sekolah dan pegambilan sampel 15% dari populasi yaitu

diperoleh sampling. Pegumpulan data dengan menggunakan studi pustaka

dokumentasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Hasil penelitan menunjukan bahwa faktor penyebeb anak putus

sekolah adalah faktor ekonomi keluarga yang rendah,faktor lingkungan

masyarakat, dan faktor jarak antara rumah dan kesekolah yang sangat jauh.

Kemudian upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi anak putus sekolah

di Desa Lampasio Kacamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli adalah mengarahkan


anak-anak putus sekolah melalui kegiatan yang bersifat positif melalui tindakan

preventif (pencegahan) dan represif (penanggulangan).

2.) Muh.Azwar Astak (2016) “ Peranan orang Tua dalam Membina Karakter

Anak Putus Sekolah di Desa Towara Kacamatan Petasia Timur Kabupaten

Morowali Utara”. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana peranan orang tua dalam membina karakter anak putus sekolah di Desa

Towara Kacamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara. Adapun tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan orang tua dalam

membina karakter anak putus sekolah di Desa Towara Kacamatan Petasia

Kabupaten Morowali Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan

orang tua yang memiliki anak putus sekolah derusia dibawah 21 tahun dan belum

menikah yang berada di Desa Towara Kacamatan Petasia Kabupaten Morowali

Utara yang berjumlah 16 Kepala Keluarga dan sampel dalam penelitian ini adalah

keseluruhan jumlah populasi yang berjumlah 16 Kepala Keluarga. Adapun tehnik

yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dan

angket. Hasil observasi, wawancara, dan angket dijadikan sebagai dasar untuk

membahas masalah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa

pada umumnya orang tua anak putus sekolah yang berada di Desa Towara

Kacamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara telah menjalanankan peranannya

dengan cukup maksimal dalam membina karakter anak mereka yang putus

sekolah meskipun ada sebagaian kecil orang tua tidak terlalu memperhatikan

kegiatan yang dilakukan anak mereka pada saat diluar rumah. Adapun bentuk

peran yang dilakukan orang tua yang berada di Desa Towara Kacaman Petasia
Kabupaten Morowali Utara dalam membina karakter anak putus sekolahyaitu :

tetap mendidik anak, memahami karakter yang dimiliki anak, tetap menamkan

nilai-nilai agama kepada anak, tetap mengajarkan aturan atau norma yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat, selalu memberikan contoh teladfan yang baik

kepada anak, memperhatikan kegiatan anak, mengawasi dan membatasi pergaulan

anak, dan memberikan nasehat apabila anak melakukan perilaku yang

menyimpang.

3.) Dedy Melky (2016) “Studi Tentang Anak Putus Sekolah pada Usia Wajib

belajar di Kacamatan Kulawi selatan”.Permasalahan dalam penelitian ini adalah

Faktor-faktor penyebab Anak putus Sekolah di Kacamatan Kulawi Selatan, apa

dampak yang ditimbulkan akibat Anak putus Sekolah di Kacamatan Kulawi

Selatan dan upaya yang dilakukan dalam menangulangi Anak Putus Sekolah di

Kacamatan Kulawi Selatan. Adapun tujuan yang inggin dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan Anak putus

Sekolah dan mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat Anak Putus Sekolah

pada usia wajib belajar di Kacamatan Kulawi Selatan. Subyek dalam penelitian

ini berjumlah 22 orang Anak Putus Sekolah. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket dan wawancara.

Sementara analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis hasil

penelitian adalah faktor-faktor penyebab Anak Putus Sekolah di Kamatan Kulawi

Selatan adalah faktor Ekonomi dan Motivasi diri yang kurang dari anak. Dampak

yang ditimbulkan oleh Anak Putus Sekolah adalah maraknya kenakalan remaja,

dan kasus-kasus kenakalan remaja semakin marak. Upaya yang dilakukan dalam
menanggulangi Anak Putus Sekolah melalui berbagai program telah dilaksankan

oleh Pemerintah baik program anak Putus Sekolah yaitu Program paket A maupun

B dan program pemberian beasiswa bagi anak yang tidak mampu.

Tabel 1 Penelitian Relevan


Aspek Rosnawati Muh.Azward Dedy Melky Ulandari
Penelitian (2014) Astak (2016)
(2016)
Judul PenelitianStudi tentang Peranan orang Tua Studi Tentang Faktor Penyebab
Faktor-faktor dalam Anak Putus Anak Putus Sekolah
Anak Putus membina Sekolah pada pada Masyarakat di
Sekolah di Karakter Anak Usia Wajib Desa Masari
Desa Putus Sekolah belajar di Kecamatan Parigi
Lampasio di Desa Kecamata Selatan Kabupaten
Kecamatan Towara Kulawi Parigi Moutong
Lampasio Kecamatan selatan.
Kabupaten Petasia Timur
Tolitoli. Kabupaten
Morowali
Utara.
Jenis PenelitianDeskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Kualitatif
Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Teknik -Studi Pustaka -Observasi -Observasi -Oobservasi
Peguimpula-Dokumentasi -Wawancara -Wawancara -awawancara
n Data -Wawancara -Angket -Angket -Ddokumentasi

Hasil PenelitianHhasil Penelitian Hasil Analisis hasil Hasil penelitian


menunjukan penelitian penelitian menunjukan bahwa
bahwa faktor ditemukan adalah faktor- faktor penyebab
penyebab anak bahwa pada faktor terputusnya
putus sekolah umumnya penyebab pendidikan anak yang
adalah faktor orang tua anak Anak Putus ada di Desa Masari
ekonomii, putus sekolah Sekolah di Kecamatan Parigi
faktor yang berada di Kecamatan Selatan Kabupaten
lingkungan Desa Towara Kulawi Selatan Parigi Moutong di
masyarakat, Kecamatan adalah faktor sebabkan oleh dua
dan faktor Petasia Ekonomi dan faktor yaitu faktor
jarak antara Kabupaten Motivasi diri internal dan eksternal,
rumah dan Morowali yang kurang faktor internal
sekolah, upaya Utara telah dari anak. meliputi kurangnya
yang dilakukan menjalanankan Dampak yang minat anak untuk
untuk peranannya ditimbulkan bersekolah,
menanggulangi dengan cukup oleh Anak sedangkan faktor
anak putus maksimal Putus Sekolah eksternal meliputi
sekolah adalah dalam adalah latar belakang
mengarahkan membina maraknya pendidikan orang tua,
anak-anak karakter anak kenakalan lemahnya ekonomi
putus sekolah mereka yang remaja, dan keluarga, dan anak
melalui putus sekolah kasus-kasus memiliki persoalan
kegiatan yang meskipun ada kenakalan disekolah. Adapun
bersifat positif sebagaian kecil remaja dampak dari perilaku
melalui orang tua tidak semakin anak putus sekolah
tindakan terlalu marak. Upaya ada dua yaitu dampak
preventif dan memperhatika yang dilakukan positif dan negatif ,
refresif n kegiatan dalam dampak positifnya
yang dilakukan menanggulangi yaitu anak lebih
anak mereka Anak Putus mandiri, berbakti
pada saat Sekolah kepada orang tua dan
diluar rumah. melalui kariawan toko
Adapun bentuk berbagai sebaliknya dampak
peran yang program telah negatif dari prilaku
dilakukan dilaksankan anak putus sekolah
orang tua yang oleh yaitu menimbulkan
berada di Desa Pemerintah perkelahian,
Towara baik program pencurian dan
Kacaman anak Putus minum-minuman
Petasia Sekolah yaitu keras.
Kabupaten Program paket
Morowali A maupun B
Utara dalam dan program
membina pemberian
karakter anak beasiswa bagi
putus anak yang
sekolahyaitu : tidak mampu.
tetap mendidik
anak,
memahami
karakter yang
dimiliki anak,
tetap
menamkan
nilai-nilai
agama kepada
anak, tetap
mengajarkan
aturan atau
norma yang
berlaku dalam
kehidupan
masyarakat,
selalu
memberikan
contoh teladfan
yang baik
kepada anak,
memperhatika
n kegiatan
anak,
mengawasi dan
membatasi
pergaulan
anak, dan
memberikan
nasehat apabila
anak
melakukan
perilaku yang
menyimpang.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosnawati (2014),

Muh.Azward Astak (2016) dan Dedy Melky (2016), teryata penelitian yang

berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, baik judul, tempat, waktu

penelitian, serta hasil penelitian tetapi memiliki persamaan pada subjek penelitian.

Perbedaan peneliti ini dengan penelitian terdahulu Rosnawati (2014)

adalah tentang judul yang dimana peneliti akan meneliti tentang Faktor dan

Dampak Penyebab Anak Putus Sekolah pada Masyarakat di Desa Masari

Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Sedangkan peneliti

terdahulu meneliti tentang Studi tentang Faktor-faktor Anak Putus Sekolah di

Desa Lampasio Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-toli.


Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitia terdahulu Muh.Azward Astak

(2016) adalah tentang judul yang dimana peneliti akan meneliti Faktor dan

Dampak Penyebab Anak Putus Sekolah pada Masyarakat di Desa Masari

Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong, sedangkan peneliti

terdahulu meneliti tentang Peranan Orang Tua dalam Membina Karakter Anak

Putus Sekolah di Desa Tawara Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali

Utara.

Perbedaan peneliti ini dengan peneliti terdahulu Dedy Melky (2016)

adalah tentang judul yang dimana peneliti akan meneliti Faktor dan Dampak

Penyebab Anak Putus Sekolah pada Masyarakat di Desa Masari Kecamatan Parigi

Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Sedangkan peneliti terdahulu meneliti tentang

Studi tentang Anak Putus Sekolah pada Usia Wajib Belajar di Kecamatan Kulawi

Selatan. Namun dari ketiga penelitian terdahulu memiliki persamaan dengan

penelitian akan dilakukan oleh peneliti yaitu terdapat pada subjek penelitian,

adapun subjek penelitian yaitu anak yang putus sekolah dan orang tua anak yang

putus sekolah.

Adapun kontribusi penelitian terdahulu terhadap penelitian yang akan

peneliti lakukan, yaitu pada kajian yang berkaitan dengan anak putus sekolah dan

penelitian terdahulu menjadi sumber referensi bagi penulis dalam proses

penyusunan penelitian, dengan demikian peneliti sangat terbantu dalam langkah,

metode, dan sebagainya. Sedangkan kontribusi penulis dalam penelitian ini adalah

lebih menfokuskan penelitian terhadap faktor dan dampak penyebab anak putus

sekolah.
3. Kerangka Kenseptual

Putus sekolah adalah ketika anak atau peserta didik memutuskan untuk

berhenti atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dengan alasan

tertentu. Putus sekolah ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputu kurangnya minat anak

untuk bersekolah dan faktor eksternalnya meliputi latar belakang pendidikan

orang tua, lemahnya ekonomi keluarga dan anak memiliki persoalan disekolah.

Di Desa Masari juga terdapat anak putus sekolah dan menimbulkan

beberapa dampak positif maupun negatif. Menurut Mutiara farah dalam Herry

Gunawan (2019:21-23), ada tiga dampak negatif dan satu dampak positif prilaku

anak putus sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil satu dampak negatif

yaitu kenakalan remaja seperti pencurian, perkelahian dan minum-minuman keras.

Dan dampak positifnya yaitu anak lebih mandiri, berbakti kepada orang tua dan

menjadi karyawan toko.


Kerangka Pemikiran

Faktor Penyebab Rendahnya Pendidikan

a. Kurangnya minat anak untuk


Sekolah Dasar (SD)
bersekolah
b. Kurangnya dorongan orang tua
untuk bersekolah
c.

a. Kondisi lingkungan tempat


tinggal
Sekolah b. Lemahnya ekonomi keluarga
Menengah c. Lingkungan sekolah
Pertama (SMP)

a. Lemahnya
ekonomi
keluarga
Sekolah Menengah b. Lingkungan
Atas (SMA) tempat tinggal
c. Kasus
pernikahan dini
diusia remaja
d. Kenakalan di
lingkungan
sekolah dan
luar sekolah
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, maka

penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

(Moleong, 2000:03) penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertlis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat di amati”.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang merupakan

pendekatan yang menjelaskan sesuatu yang menjadi sasaran penelitian secara

mendetail dan mendalam. Menurut Sugiyono (2012:05) pengertian dari metode

penelitian adalah sebagai berikut : “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisispasi

masalah”.

Maka dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat

memperoleh informasi yang mendalam tentang Studi Tentang Faktor Penyebab

Rendahnya Tingkat Pendidkan masyarakt Ogobayas, Kecamatan Mepanga,

Kabupaten Parigi Moutong.


2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ogobayas adapun alasan penulis memilih

sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi awal menunjukan

bahwa Di Desa tersebut terdapat sebagian faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan

diDesa Ogobayas Kecematan Mepanga

3. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang menempuh

pendidikan hanya pada masyarakat Ogobayas Kecamatan Mepanga Kabupaten

Parigi Moutong. Maka untuk mendapatkan informasi yang akurat dan diakui

kebenarannya, digunakan teknik sampling yaitu menggunakan Purposive

Sampling dimana pemilihan dilakukan secara sengaja berdasarkan kreteria yang

telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Berdasarkan hal tersebut maka subjek yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah anak yang menempuh pendidikan dimasyarakat pada tingkat

SD, SMP, SMA dengan jumlah 10 orang dan Kepala Desa Ogobayas Kecamatan

Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yanh dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data menurut Arikunto (209:100):satu penelitan

tidak akan memperoleh hasil tanpa adanya data, oleh karna itu pengumpulan data

menjadi langkah utama dalam melaksanakan penelitian,digunakan teknik

pegumpulan data sebagai berikut :

a.) Pengamatan (observasi)


Dalam rangka untuk mencapai kebenaran yang objektif maka peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan, yaitu pada lokasi yang

menjadi objek peneliti (orang tua anak yang tidak menempuh kejenjang

pendidikan menegah pertama ).

b.) Wawancara (interview)

Wawancara yang dimaksud adalah dilakukan dengan tanya jawab untuk

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c.) Dokumentasi

Penulis juga mengambil data dokumentasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini berupa gambar atau foto-foto yang berhubungan dengan pelaksaan

dalam penelitian, peneliti juga melakukan dokumentasi dalam memperkuat data

dengan mengumpulkan hasil Wawancara. Penggunaan dokumentasi ini

dimaksudkan sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan peneliti di Desa

Ogobayas Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.

5. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman, (1992:16) Analisis data dignakan dengan tujuan

menjelaskan data yang dijabarkan dalam kalimat dan ditunjukan dengan tabel

seperlunya sesuai temuan dalam penelitian. Setelah sejumlah data berhasil

dikumpulkan, penulis lansung melakukan analisis data dengan cara reduksi data,

dan penyajian data.

a.) Reduksi data

Reduksi data dilakukan dengan cara memilih dan memisahkan data hasil
wawancara dengan observasi yang di peroleh dari lapangan yang sesuai dengan

permasalahan yang dibahasyaitu studi tentang penyebab Rendahnya Tingkat

Pendidikan masyarakat Obabayas Kecamatan Mepannga Kabupaten Parigi

Moutong.

b.) Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan yaitu dengan menyusun informasi yang

telahdidapatkan dari informasi yang dapat memberi kemungkinan untuk ditarik

kesimpulan untuk ditindak lanjut, dalam hal ini informasi atau data dilakukan

dengan cara wawancara dengan informan yang telah ditetapkan sebagai subyek

penelitian.

c.) Verifikasi data

Verifikasi data dilakukan dengan cara, data yang suda disusun dalam

bentuk kalimat maupun tabel kemudian disimpulkan sehaingga peneliti

memperoleh data yang berkualitas.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ogobayas menurut bahasa Lauje (Bahasa local) terbagi dua arti yaitu Ogo

artinya air sedangkan Bayas artinya pasir. Jadi Ogobayas dapat diartikan air pasir,

dan lebih dimaknai sebagai air yang keluar dari pasir. Sekitar tahun 1920 desa

Ogobayas masih dikenal dengan nama “Boya Ogobayas” yang masih dihuni oleh

suku yang dikenal dengan suku Tambalate, mereka berasal dari wilayah

gorontalo. Tujuan mereka adalah ingin menguasai wilayah Boya Ogobayas

sebagai tempat tinggal untuk mencari hidup dengan bekerja sebagai buruh :

namun suku Tambalang ini dalam kurun waktu awal belum menetap (Masih

berpindah-pindah) dari Boya Ogobayas kedaerah asal mereka dalam kurang

waktu sekitar tahun 1923 tujuan suku Tambalate ini dihambat oleh suku Lauje dan

Kaili yang tidak setuju dengan misi mereka, sehingga terjadi sengketa antar dua

suku sampai mengakibatkan perang antara suku Lauje dan suku Tambalate, yang

dikenal pada waktu itu dengan perang Tambalate. Suku Tambalate menyerah

dengan membuat perjanjian disuatu tempat dan bersumpah untuk tidak melakukan

perang lagi, dengan menjadikan Bolagan sebagai daerah pemisah kedua suku

tersebut. Dan tempat itu mereka namai dengan nama Bolagan, yang sekarang

sudah menjadi bagian desa Moubang. Dan sebagai batas desa Ogobayas bagian

timur sebelum terjadinya pemekaran desa Gurinda.


Menurut riwayat, pasca perang Tambalate ini sekitar kurang lebih 20

tahun Ogobayas tidak ada penghuninya, mereka mengungsi untuk menghindari

gangguan keamanan di lingkungan mereka. Sekitar tahun 1942 Ogobayas mulai

dimasuki lagi sekelompok masyarakat suku Kaili yang pada saat itu dipimpin oleh

salah seorang tokoh petani sebagai kepala suku bernama Lamakasih yang berasal

dari tanah Kaili BoyaogePalu dengan maksud membuka hutan rimba di Ogobayas

guna dijadikan lahan perkebunan sampai tahun 1996.

Namun keberadaan para petani pada saat itu terasa sangat jauh untuk

memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Pada tahun 1957 masyarakat Ogobayas

mengungsi meninggalkan desa dan melarikan diri karena takut ancaman

gerombolan dan tentara Permesta sampat tahun 1960. Setelah berlalu gangguan

gerombolan dan Permesta, pada tahun 1960 sampai 1970 desa Ogobayas masih

dikenal dengan nama Boya Ogobayas dan pada tahun itu juga masyarakat mulai

berdatangan untuk membuka lahan perkebunan dan telah menjadi petani tetap

sehingga pada tahun 1973 penduduk Ogobayas baru berjumlah 37 kepala

keluarga, selaku kepala Boya pada waktu itu Almarhum MK kami sampai tahun

1982 dan tahun 1982 berubahlah status Boya menjadi rukun keluarga (RK),

selanjutnya pada tahun itu juga dimekarkan menjadi dua RK yaitu RK 4 dan RK 5

wilayah desa Mepanga selaku RK 4. Bapak MK kami dan kepala RK 5 Bapak

Kabilanga dibawah pemerintahan kepala desa Mepanga Latondo Nanga tahun

1985 berubah status RK 4 dan RK 5 dilebur menjadi satu wilayah dan berubah

status menjadi sebuah Dusun dan diberi nama dusun 5 Ogobayas kepala wilayah

pada suatu jabatan oleh Abdul Hanau 1999. Pada tahun 2007 pemerintah desa
Mepanga dengan kepala desa yang menjabat saat itu Bapak Nasrun Hamzah,

Dusun 5 Ogobayas dimekarkan menjadi satu desa. Dan pada tanggal 1 januari

tahun 2008 desa Ogobayas resmi sebagai sebuah defintif baru di wilayah

kecamatan Mepanga dengan kepala desa Bapak Abdul Hanau hingga tahun 2015

dan dilanjutkan oleh Bapak Asmadi. SH selaku pelaksanaan tugas kepala desa

hingga 10 maret 2016, berdasarkan hasil kepala desa yang dilaksanakan pada

tanggal 10 maret yang ditetapkan melalui surat keputusan Bupati Parigi Moutong

tentang kepala desa terpilih Bapak Anwar Sadad Nirwan S.Kom sebagai kepala

desa Ogobayas yang melaksanakan tugasnya mulai 10 maret 2016 hingga 10

maret 2020 dengan Visi Terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam membangun

menuju masyarakat yang sejahtera, aman serta pemerintah yang aman.

b. Kondisi Geografis Desa Ogobayas

Desa Ogobayas Luas Wilayah 12,92KM persegi dengan batas sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara :Desa Bolagan

b. Sebelah Selatan :Desa Moubaga

c. Sebelah Barat :Gurinda

d. Sebelah Timur :malalan

e. Jumlah luas tanah di Desa Ogobayas :12,3 (10km )

c. Keadaan Penduduk

Menurut data yang diperoleh dari desa Ogobayas tahun 2019 berjumlah

1.357 jiwa. yang terdiri dari penduduk laki-laki 682 jiwa, sedangkan perempuan

berjumlah 675 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dirinci dalam table berikut:
Table 2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 682 Jiwa

2. Perempuan 675 Jiwa

Jumlah 1.357 Jiwa

Sumber: Kantor desa Ogobayas Tahun 2020

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

secara keseluruhan di Desa Ogobayas berjumlah 1.357 jiwa dengan jumlah 358

KK. Penduduk laki-laki berjumlah 683 jiwa, sementara permpuan berjumlah 675

jiwa. Dengan demikian, jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah

perempuan.

d. Keadaan Pendidikan

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting dalam memajukan tingkat

kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada

khususnya. Dengan pendidikan yang cukup maka akan melahirkan kecakapan,

dengan kecakapan akan mendorong tumbuhnya keterampilan yang dengan

sendirinya akan membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat menuntaskan

kemiskinan. Tingkat pendidikan di Desa Ogobayas terilhat pada tabel berikut :


Tabel 3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Ogobayas 2020
No Tingkat Penddikan Jumlah

1. Tamat SD 123
2. Tamat SMP 96

3. Tamat SMA 81
4. Sarjana 5

5. Putus Sekolah 115


Total 420
Sumber data : Profil Desa Ogobayas, Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan masyarakat ogobayas tahun

2020 diketahui bahwa jumlah masyarakat yang menamatkan pendidikan Sekolah

Dasar (SD) berjumlah 123 orang, Sekolah menengah pertama berjumlah 96

orang, Sekolah Menengah Atas ( SMA) berjumlah 81 orang, yang melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi berjumlah 5 Orang, dan yang terakhir adalah jumlah

anak putus sekolah berjumlah 150 orang. Anak-anak yang putus sekolah ada yang

bekerja, membantu orang tua dan sebagian besar memilih untuk menikah diusia

dini.

Tabel 4 Fasilitas Sekolah Penunjang Pendidikan

No. Fasilitas Sekolah Jumlah Keterangan

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang kelas 6

4. Perpustakaan 1

5. Ruang Tata Usaha 1

6. Ruang UKS 1

7. Kamar mandi/Wc 2 Rusak


Jumlah 13

Sumber data : SD Inpres 2 Mepanga


Kondisi fasilitas di Sekolah Dasar sangat relatif, dimana hal ini yang

menunjukkan proses belajar dan mengajar di SD Inpres 2 Mepanga salah satu

faktor pendukung untuk kenyamanan belajar para siswa. Namun, di Sekolah Dasar

yang terletak di Desa Ogobayas masih banyak fasilitas yang kurang mendukung

untuk pembelajaran para siswa. Dimana fasilitas yang ada masih kurang memadai.

Tabel 5 Fasilitas Sekolah Penunjang Pendidikan SMP

Fasilitas Sekolah
No. Jumlah Keterangan

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang kelas 3

4. Perpustakaan 1

5. Ruang Tata Usaha 1

6. Ruang Komputer 1

7 Ruang Laboratorium 1

8. Ruang UKS 1

9. Mushollah 1

10. Kamar mandi/Wc 4

Jumlah 15

Sumber Data : SMP Inpres 2 Mepanga


Kondisi fasilitas di SMP Inpres 2 Mepanga relatif, dimana hal ini yang

menunjukkan proses belajar dan mengajar di SMP Inpres 2 Mepanga salah satu

faktor pendukung untuk kenyamanan belajar para siswa. Namun, di SMP Inpres 2

Mepanga yang terletak di desa Ogobayas masih kurang memadai fasilitas yang

ada di sekolah. Di mana banyak komputer dan fasilitas lain yang sudah rusak

namun belum di perbaiki atau diganti dengan yang baru.

Tabel 6 Fasilitas Sekolah Penunjang Pendidikan SMA/MA

No. Fasilitas Sekolah Jumlah Keterangan

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang kelas 3

4. Perpustakaan 1

5. Ruang Tata Usaha 1

6. Ruang UKS 1

7. Mushola 1

8. Kamar mandi/Wc 2

Jumlah 11

Sumber Data : Ma Al-Huda Ogobayas

Kondisi fasilitas di MA relatif, dimana hal ini yang menunjukkan proses

belajar dan mengajar di MA salah satu faktor pendukung untuk kenyamanan

belajar para siswa. Namun, di MA yang terletak di desa Ogobayas ini masih

sangat kurang fasilitas yang ada di lingkungan sekolah.


e. Keadaan Ekonomi

Secara umum kondisi perekonomian Masyarakat di desa ogobayas banyak

yang masih mengandalkan sumber ekonominya dengan cara bercocok tanam,

sebagai petani kebun (kakao, cengkeh dan kelapa) dan beternak. Selain itu,

aktivitas masyarakat Ogobayas ada yang bekerja pendapatan kelurga sehingga

menyebabkan orang tua berkerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari –hari

sehingga perhatian orang tua terhadap pendidikan cenderung terabaikan.bahkan di

anggap meringankan bebean orang tua anak di ajak untuk berkerja sehingga

menimbulkan dalam bangku sekolah dalam waktu yang cukup lama

Kondisi anak putus sekolah di desa ogobayas, Jumlah anak putus sekolah

yang berumur di bawah 20 tahun di Desa Ogobayas kecamatan mepang kabupaten

parigi moutongsebagai berikut:

Tabel 7 jumlah anak putus sekolah

No Anak Putus Sekolah Umur Putus Sekolah


1 Eelia 11 SD
2 Dewi 11 SD
3 Andi 17 SMP
4 Apriyanto 16 SMP
5 Fatmawati 12 SD
6 Fikal 17 SMP
7 Elfiana 18 SMA
8 Fajria 19 SMA
9 Aldi 18 SMA
10 Fitri 18 SMA

f. Faktor-faktor Penyebap Rendanya Tingkat Pendidikan di Desa

Ogobayas

Rendahnya tingkat pendidikan di desa Ogobayas yang pertama disebabkan

oleh factor ekonomi keluarga yang rendah, karena sebagian besar perekonomian
masyarakat Ogobayas hanya Bertani yang penghasilannya tidak menentu sehingga

mereka mencari pekerjaan lain agar bias mencukupi kebutuhan sehari-hari.

pendapatan kelurga sehingga menyebabkan orang tua berkerja keras untuk

mencukupi kebutuhan sehari –hari sehingga perhatian orang tua terhadap

pendidikan cenderung terabaikan.bahkan di anggap meringankan bebean orang

tua anak di ajak untuk berkerja sehingga menimbulkan dalam bangku sekolah

dalam waktu yang cukup lama. Faktor penyebap anak putus sekolah sebagai

berikut :

A. Faktor internal

1.) Kurangnya Minat Anak Untuk Bersekolah

Desca (2015:17) menyatakan bahwa penyebab anak putus sekolah

diutamakan karena rasa minat kesekolah tidak ada (Malas). Kurangnya minat

anak untuk bersekolah merupakan persoalan yang utama bagi anak putus

sekolah yang ada di Desa Masari,karena faktor ini berasal dari dalam diri anak

itu sendiri yang menyebabkan anak putus sekolah.

Menurut Slameto, 2002 Dalam Reddy, 2013 orang tua yang kurang/tidak

memperhatikan dan memberi dorongan atau motivasi terhadap pendidikan

anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan

sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak

mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak

memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar

anaknya kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan

anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan tidak
memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studynya. Hal ini dapat terjadi pada

anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan

mereka atau hal yang lain.

Kurangnya Minat anak bersekolah dapat di sebabkan oleh perhatian orang

tua yang kurang jarak antar tempat tinggal anak dengan sekolah yang jauh,

fasilitas sekolah yang kurang, dan pengaruh lingkugan sekitarnya. Minat yang

kurang di sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat yang kurang

dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya tingkat pendidikan

masyarakat rendah yang diikuti oleh rendahnya kesadarn tentang pentingnya

pendidikan. Menurut (Slameto, 1995:43) bahwa kurangnya minat anak dapat

mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan

dapat melahirkan sikap penolakan terhadap pendidikan. Berikut hasil wawancara

dengan ibu Cumia, beliau(Jumat, 06 Maret 2020) mengatakan bahwa:

Saya sebagai ibu rumah tangga dan suami saya sebagai petani mempunyai
7 orang anak. 3 diantaranya tidak melanjutkan pendidikan. Anak saya
tidak melanjutkan pendidikan karena mereka sudah merasa malas datang
kesekolah sehingga tidak datang tepat waktu dan itupun datang sesuka
mereka pada jam berapa. Terkadang saya tahunya anak saya telah
berangkat ke sekolah tapi ternyata dia malah berkeliaran di luar
lingkungan sekolah karena mengikuti ajakan temannya yang tidak jelas
tujuannya. Saya melihat minat anak saya kurang untuk pergi kesekolah dia
lebih memilih pergi bersama teman-temannya. Walaupun sudah diberikan
nasihat dan teguran oleh gurunya tapi tidak didengarkan. Jadi saya sebagai
orang tuanya juga sudah berusaha sebisanya tapi kembali lagi kepada
anaknya yang sudah tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya. Sehinggga
dia akhirnya putus sekolah”.

Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Fatmawati, ( 08 Maret 2020)

menngatakan bahawa:

Penyebab berheti saya sekolah karena terjadi perceraian antara kedua


orang tua saya. Sehingga saya tidak ada motivasi dari orang tua saya dan
motivasi dari dalam diri saya. Saya merasa orang tua saya tidak lagi
memperhatikan pendidikan saya. Setelah berpisah mereka sudah
mempunyai keluarga dan sehingga saya merasa diabaikan oleh mereka.
Saya hanya tinggal bersama nenek saya dan merawatnya karena beliau
sudah tua. Padahal saya sebenarnya masih .ingin melanjutkan sekolah tapi
dari kedua orang tua saya seperti tidak mendukung jika saya melanjutkan
sekolah jadi, sayapun merasa tidak minat lagi sekolah karena tidak adanya
dukungan dari kedua orang tua.dan saya berheti sekolah kelas 5 SD
tahuan 2015

Sama halnya yang di ungkapakan oleh Andi anak putus sekolah: (08 Maret 2020)

Saya bersaudara 5 orang dari 5 orang bersaudara saya anak keempat.


Kurangnya minat saya bersekolah karena faktor jarak rumah ke sekolah
yang jauh dan orang tua saya lebih suka saya membantu orang tua saya ke
kebun untuk mencari sayur-mayur dan berjualan di pasar saja daripada
saya harus jauh-jauh ke sekolah. Mulai dari pagi saya membantu berjualan
sayuran di pasar. Dan terkadang kalau saya tidak berjualan saya
mengupas kelapa untuk menambah penghasilan saya.”

Sama halnya di ungkapkan oleh Apriyanto (07 Maret 2020)

Saya anak kedua dari tiga orang bersudara penyebab saya berhetih sekolah
karna saya tidak memiliki keinginan lagi untuk sekolah,kalwa saya
mengikuti pelajaran saya seing sakit kemudian juga kurannya biyaya untuk
sekolah saya berhetih sekolah 2015 kelas 3 SMP,dan jarak kesekolah cukup
jauh dari rumah saya dan pendapatan orang tua saya tidak menetu perbulan
Sama halnya di ungkapkan oleh ibu Fatmah (07 maret 2020 )
Pekerjan saya sebagi ibu rumah tangga suami saya sebagi petanianak saya ada
tiga orang,anak pertama saya putus sekolah karna tidak punya biyaya untuk
melajutkan ke SMA,sedangkan anak kedua saya putus sekolah SMP, Sebab
dia tidak mampu lagi mengikuti pembelajaran karan anak saya seing sakit.

Sama halnya yang di ungkapakan oleh ibu Asriana (02 maret 2020)

Saya sebagi ibu rumah tanggadan suami saya sebagi petani, saya memiliki tiga
orang anak, anak kedua saya berhenti sekolah kelas 4 SD, saya bertanya
kepada anak saya kenapa berhenti sekolah, dan alas an yang dia berikan
yaitu karena malas setiap hari jalan kaki ke sekolah dikerenakan jarak
rumah ke sekolah 1 Km. selain malas jalan kaki anak tersebut juga malas
bangun pagi, itulah falktor yang menyebabkan anak tersebut berhenti
sekolah.

Sama halnaya diungkapakan oleh Dewi (02 Maret 2020)


Saya berhetih sekolah karna saya malas,saya lebih memilh menjaga adik saya
di rumah dari pada sekolah.

A. Faktor Eksternal

1.) Faktor Ekonomi

Muhammad Saroni (2011;148) bahwa, “ tingkat perekonomian keluarga

pada kenyatanya merupakan salah satu aspek penghambat kesempatan proses

pendidikan dan pembelajaran. Ada banyak anak usia sekolah yang terhambat

,bahkan kehilagan kesempatan menggikutu proses pendidikan hanya karena

keadan ekonomi keluarga yang kurang mendukung”.

Berikut hasil wawancara dengan orang tua anak yang bernama IbuCumia

(11 Maret 20200) Beliau Mengatakan:

Saya mempunyai 7 orang anak, dari 7 orang anak itu 3 diantaranya putus
sekolah dan selebihnya melanjutkan pendidikan hanya sampai jenjang
SD dan SMP . Saya tidak melanjutkan pendidikan anak-anak saya
dikarenakan ekonomi yang lemah dan penghasilan perbulan yang tidak
menentu apalagi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga juga banyak.
Sehingga pendidikan mereka hanya sampai itu saja. Dengan berentinya
sekolah anak-anak saya, mau bagaimana lagi karena memang ekonomi
keluarga kami lemah sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi. Dan menurut saya pendidikan itu memang
penting tapi karena ekonomi kami tidak mendukung jadi pendidikan anak-
anak saya hanya sebatas itu. Setelah anak-anak saya berhenti sekolah
mereka ada yang membantu saya di kebun, ada yang merantau, dan ada
juga yang bekerja serabutan untuk mencari uang.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh,Erlia ( 11 maret2020) menyatakan


bahwa:
Saya 7 orang bersaudara dan saya anak pertama dari 7 bersaudara.
Penyebab saya berhenti sekolah karena orang tua saya tidak mampu lagi
membayar uang sekolah, saya berhenti sekolah pada tahun 2016 kelas 4SD
di karenakan orang tua saya sudah tidak mampu membiyayainya. Karena
orang tua, saya juga masih ada adik-adik saya yang masih kecil yang harus
dibiayai juga kebutuhannya. Setelah putus sekolah saya merasa sedikit
menyesal apabila melihat teman sebayanya pergi ke sekolah dan bisa
melanjutkan pendidikan dan saya merasa malu apabila teman-teman saya
mengajak bermain bersama karena saya sudah berhenti sekolah tidak
seperti mereka yang masih melanjutkan sekolah. Disisi lain dengan
berhentinya sekolah saya bisa membantu orang tua saya bekerja sehingga
bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai
kebutuhan adik-adik saya.

Berikut hasil wawancara dengan orang tua anak yang bernama ibu Hadija

(03 maret 2020 )

Saya sebagi ibu rumah tangga saya memiliki tujuh orang anak ,anak
pertma sampe ketiga sudah menikah dan ikut dengan suaminya mereka
anak kempat yang putus sekolah karna kurangnya biyaya untuk
melajutkan sekolhnya sebenarnya dia juga masi memiliki keinginan untuk
sekolah akan tetapi kurangnya biyaya dalam keluarga saya,anak saya
memeutuskan berhetih sekolah untuk membatu saya berjualan

Penjelasan juga ditambahkan oleh Ibu Fitri, Berikut penjelasan terasebut

pada tanggal 03 maret 2020:

Saya berhetih sekolahkelas 1 SMA karna Ekonami dalam keluarga saya


saya memutuskan untuk memebatu orang tua saya berjualan agar
meriganakan bebean orang tua saya karna masi ada adik –adik saya yang
masi duduk di bangku sekolah pasti mereka membutuhkan biyaya juga

2.) Faktor Lingkungan (Pergaulan)

Menurut Yusuf (1982:34),lingkungan masyarakat adalah merupakan

lingkungan yang ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai

dengan keberadaanya.pada lingkungan keluarga telah dikemukakan peranya

dalam membentuk anak-anak,demikian juga lingkungan sekolah.lingkungan

sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian

anak.Disitulah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar

rumah dan memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak diluar

keluarga.Dalam lingkungan masyarakat anak-anak mempelajari hal-hal yang

baik,sebaliknya anak juga dapat mempelajari hal-hak yang buruk.jika anak berada
dilingkungan masyarakat yang berpendidikan,antusias terhadap anak-

anaknya,maka secara tidak langsung anak juga akan terpengaruh ke hal-hal yang

di lakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya dan begitu juga

sebaliknya,anak yang tinggal di lingkunggan masyarakat pemabuk,penjudi dan

lain sebagainya,maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi

tersebut.lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal anak,terutama tetangga

dapat mempengaruhi pendidikan keluarga,dan terkadang pola kehidupan pola

tetanga dapa menjadi patokan dalam sebuah keluarga terhadapa pola hidup

keluarganya.

Berikut hasil wawancara dengan orang tua anak yang bernama ibu

karmila(Sabtu,07 Maret 2020) beliau mengatakan bahwa:

Saya sebagai ibu rumah tangga dengan suami sebagai petani mempunyai 6
orang anak tersebut 3 diantaranya tidak melanjutkan pendidikan
sedangkan 2 orang anak lainnya ada yang melanjutkan sampai jenjang
SMA 2 orang, 1 orang SMP, dan 1 orang hanya sampai dijenjang SD.
Anak saya tidak melanjutkan pendidikan karena mereka sering saya
melihat bersama teman-temannya yang juga tidak bersekolah. Kadang
mereka datang kerumah untuk mengajak anak saya pergi keluar rumah
tanpa tujuan yang jelas. Sehingga menyebabkan anak saya juga ikut-ikutan
bersama mereka yang tidak bersekolah dan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.Akibatnya pendidikan mereka terputus dan harus menikah di
usia dini yang seharusnya usia mereka masih duduk di bangku sekolah.”

Sama halnya yang di ungkapkan juga oleh anak yang putus sekolah yang

bernama Elfina (Rabu,04 Maret 2020)

Mengatakan bahwa :

Saya bersaudara 6 orang dan saya anak ke -4 penyebab saya putus


sekolah karna saya sering bergaul dengan anak yang tidak bersekolah
sehingga saya mudah terpengaruh dengan ajakan teman –teman saya
sehingga saya melakukan hal –hal yang merugikan masa depan saya.
Teman-teman saya banyak mengajak saya untuk berbuat hal yang tidak
seharusnya, misalnya mereka datang kerumah berpamitan dengan orang
tua pergi belajar. Tapi nyatanya mereka mengajak saya untuk balapan liar
dan minum-minuman beralkohol di rumah yang tidak berpenghuni. Dari
situ lama-kelamaan saya terpengaruh oleh ajakan dari teman-teman saya
untuk melakukan hal-hal yang negatif. Sehingga penyebab saya putus
sekolah salah satu faktornya yaitu karena lingkungan (pergaulan) yang
tidak baik.

Berikut ini hasil dari wawancara orang tua anak putus sekolah beliau
bernama hernia (04 maret 2020 )
Saya mempunyai 2 anak ,anak yang pertma saya berhetih sekolah karna
anak saya pergaulanya tidak bisa dia bilang lagi karna dia sering bergaual
dengan temn-temnayang tidak sekolah dia sangat gampang di bujuk
temnanaya dengan melakukan hal –hal yang tidak baik seperti perkelahian
dan lain lain-lain

Sama halnya di ungkapkan fikal (08 maret )


Saya berhetih sekolahtahun 2015 karna saya sering melakuan kesalahan di
sekolah seperti tidak tepat wakru kesekolah dan seing bolos dan orang tua
saya sering mendapat laporan dari temna- temna saya di situ orang tua sya
kecwa dangan kelakuan saya

3.) Rendanya Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidkan orang tua di tentukan berdasarkan terakhir di tempuh.dari hasil

penelitian menujukan sebagian besar orang tua rendahnya pendidikan anak yang

baik sehingga hal ini berpengaruh kurangnya pemahaman dengan pengetahuan

pendidikan tentang pendidikan bagi anak Pendidikan orang tua mempunyai

rendahna tinngkat pendidkandi dersa Ogobayas yang rendah. pendidkan terakhir

orang tua tidak semua memiliki tamatan sekoalah dasar,oleh sebab rendahnay

pendidikan orang tua menyebabkan kurangnya peduli kepedulian orang tua untuk

memeberikan pendidikan yang tinggi dan berkualitas untuk masa depan


anak.Bahar(1989:1270) menyatakan”keterlibatan orang tua dalam mendorong

anaknya dalam pendidkan tergantunng pada tingkat pendidikan orang tua”

Sama halnya di ungkapkan oleh pak mudin (08 maret 2020)

Saya sebagai seorang ayah . Pendidikan terkahir saya hanya sekolah dasar itupun

hanya sampai kelas 3 SD. Sya mempunyai 6 orang anak, saya menyetujui

keputusan anak saya untuk bnerhenti bersekolah karna menurut saya, setinggi

apapun mereka bersekolah tetap saja akhirnya akan berkerja sebagai petani seperti

saya ini.

Sama halnya diungkapkan oleh tika Saya berhenti bersekolah karna saya kasian

melihat orangtua saya dalam membiayai biaya sekolah saya,karna saya masih

mempunyai adik yang harus dibiayai . sehingga saya memutuskan untuk

membantu orangtua saya bekerja sehingga dapat membantu meringankan beban

mereka.

4.) Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Didunia ini, dimanapun terdapat masyarakat di sanapun terdapat

pendidikan. Melalui praktek pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami

dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada

di masa yang akan datang. Namun, di desa Ogobayas masih banyak yang belum

memahami betapa pentingnya pendidikan untuk generasi penerus. Sehingga di

desa Ogobayas masih banyak anak-anak yang seharusnya masih duduk di bangku

sekolah tapi mereka memutuskan pendidikan karena menganggap pendidikan itu


tidak penting. Mereka sekolah yang penting sudah bisa baca tulis mereka itu

menganggap sudah cukup untuk pendidikan mereka.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Adelia, beliau mengatakan bahwa:(09

maret 2020)

Menurut saya, di desa Ogobayas ini pendidikan mereka masih rendah


karena saya melihat masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah dan
seharusnya anak-anak tersebut duduk di bangku sekolah. Mereka
menganggap pendidikan tidak penting, mereka lebih memilih pergi ke
kebun atau bekerja membantu orang tua untuk menghasilkan uang
daripada sekolah tinggi-tinggi. Lebih baik bekerja saja daripada sekolah
tinggi-tingi hanya menghabiskan uang saja yang akhirnya kata mereka
perempuan akan kembali juga kedapur dan laki-laki akhirnya yang ujung-
ujungnya bekerja di kebun juga.”

Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Fajria, mengatakan bahwa:


((09 maret 2020)
Menurut saya pendidikan di desa Ogobayas masih rendah karena saya
melihat di desa Ogobayas ini masih banyak anak-anak yang tidak
mementingkan soal pendidikan mereka. Mereka hanya mengandalkan
uang orang tua untuk mencukupi hidup. Mereka tidak memikirkan
pentingnya pendidikan. Orang tua merekapun tidak memaksa mereka
untuk bersekolah tinggi karena itu semua dikembalikan kepada anak
apakah mereka mau lanjut sekolah ataupun tidak. Dan anak-anak mereka
memilih untuk tidak bersekolah lagi”.

Berikut hasil wawancara dengan ibu Mirna , belia (06 maret 2020)

mengatakan bahwa :

Menurut saya di desa Ogobayas ini anak –anak pendidikanya belum


memenuhi stadar yang baik pendidiaknya karena di ogobayas ini masi
bayak anak –anak yang berhetih sekolah kalaw melihat dari sisi ekonmai
ada orang tua mereka yang mamapu akan tetapi keiginan anak – anak
bersekolah kurang nya motivasi dalam diri mereka

Sama halnya di ungkapkan oleh Aldi mengatakan bahwa (10 maret 2020)

Menurt saya anak –anak di desa Ogobayas ini pendidikanya masi kurang
pertama saya melihat pergaulan anak- anak tersebut dan kuranganay
dorogang dari Orang tua mereka yang saya liahat ada beberpa orang tua
merka,mereka megajak anak merka berkebun orang tua mera bilang yang
pentig sudah bisa menulis dan memebaca

3. Pembahasan

Setelah menyajikan data dari hasil penelitian yang didapatkan dari teknik

pengumpulan data maka selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengnalisis

data. Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara,

terdapat faktor-faktor yang menyebapkan anak putus sekolah, Beberapa

diantaranya sebagai berikut :

A. Faktor Internal

1.) Kurangnya Minat Anak untuk Bersekolah

Menurut Slameto, 2002 Dalam Reddy, 2013 orang tua yang kurang/tidak

memperhatikan dan memberi dorongan atau motivasi terhadap pendidikan

anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan

sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak

mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak

memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar

anaknya kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan

anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan tidak

memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studynya. Hal ini dapat terjadi pada

anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan

mereka atau hal yang lain.


Hal tersebut sesuai dengan yang hasil penelitian di desa Ogobayas yang di

ungkapkan oleh anak putus sekolah yang bernama Fatmawati, mengatakan bahwa

“Penyebab kurangnya minat saya untuk bersekolah karena terjadi perceraian

antara kedua orang tua saya sehingga saya tidak ada motivasi dari orang tua saya

dan motivasi dari dalam diri saya. Saya merasa orang tua saya tidak lagi

memperhatikan pendidikan saya lalu mereka setelah berpisah mereka sudah

mempunyai keluarga dan kehidupan yang baru sehingga saya merasa diabaikan

oleh mereka. Saya hanya tinggal bersama nenek saya dan merawatnya karena

beliau sudah tua. Padahal saya sebenarnya masih ingin melanjutkan sekolah saya

tapi dari kedua orang tua saya seperti tidak mendukung jika saya melanjutkan

sekolah jadi, sayapun merasa tidak minat lagi sekolah karena tidak adanya

dukungan dari kedua orang tua.” ( 08 Maret 2020)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat anak

untuk bersekolah juga diakibatkan oleh kurangnya dukungan dan motivasi dari

kedua orang tua dan keluarga sehingga mempengaruhi juga kepada minat anak

untuk bersekolah. Kedua orang tua hanya sibuk pada urusannya masing-masing

dan mengabaikan anak mereka. Sehingga anakpun menjadi tidak bersemangat

untuk pergi sekolah dan akhirnya memilih putus sekolah. Berikut kesimpulan

hasil wawancara Jumat, 06 Maret 2020) diantaranya :

1.) Saya sebagai ibu rumah tangga dan suami saya sebagai petani mempunyai 7

orang anak. 3 diantaranya tidak melanjutkan pendidikan. Anak saya tidak

melanjutkan pendidikan karena mereka sudah merasa malas datang

kesekolah sehingga tidak datang tepat waktu dan itupun datang sesuka
mereka pada jam berapa. Terkadang saya tahunya anak saya telah berangkat

ke sekolah tapi ternyata dia malah berkeliaran di luar lingkungan sekolah

karena mengikuti ajakan temannya yang tidak jelas tujuannya. Saya melihat

minat anak saya kurang untuk pergi kesekolah dia lebih memilih pergi

bersama teman-temannya. Walaupun sudah diberikan nasihat dan teguran

oleh gurunya tapi tidak didengarkan. Jadi saya sebagai orang tuanya juga

sudah berusaha sebisanya tapi kembali lagi kepada anaknya yang sudah

tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya. Sehinggga dia akhirnya putus

sekolah”

2.) Penyebab berhenti saya sekolah karena terjadi perceraian antara kedua orang

tua saya. Sehingga saya tidak ada motivasi dari orang tua saya dan motivasi

dari dalam diri saya. Saya merasa orang tua saya tidak lagi memperhatikan

pendidikan saya. Setelah berpisah mereka sudah mempunyai keluarga dan

sehingga saya merasa diabaikan oleh mereka. Saya hanya tinggal bersama

nenek saya dan merawatnya karena beliau sudah tua. Padahal saya

sebenarnya masih .ingin melanjutkan sekolah tapi dari kedua orang tua saya

seperti tidak mendukung jika saya melanjutkan sekolah jadi, sayapun merasa

tidak minat lagi sekolah karena tidak adanya dukungan dari kedua orang

tua.dan saya berheti sekolah kelas 5 SD tahuan 2015

3.) Saya bersaudara 5 orang dari 5 orang bersaudara saya anak keempat.

Kurangnya minat saya bersekolah karena faktor jarak rumah ke sekolah

yang jauh dan orang tua saya lebih suka saya membantu orang tua saya ke

kebun untuk mencari sayur-mayur dan berjualan di pasar saja daripada saya
harus jauh-jauh ke sekolah. Mulai dari pagi saya membantu berjualan

sayuran di pasar. Dan terkadang kalau saya tidak berjualan saya mengupas

kelapa untuk menambah penghasilan saya.”

4.) Saya sebagi ibu rumah tanggadan suami saya sebagi petani, saya memiliki

tiga orang anak, anak kedua saya berhenti sekolah kelas 4 SD, saya

bertanya kepada anak saya kenapa berhenti sekolah, dan alas an yang dia

berikan yaitu karena malas setiap hari jalan kaki ke sekolah dikerenakan

jarak rumah ke sekolah 1 Km. selain malas jalan kaki anak tersebut juga

malas bangun pagi, itulah falktor yang menyebabkan anak tersebut berhenti

sekolah.

5.) . Saya berhentih sekolah karna saya malas,saya lebih memilh menjaga adik

saya di rumah dari pada sekolah.

B. Faktor Eksternal

1.) Ekonomi Keluarga

Yang menyebabkan anak putus sekolah adalah faktor ekonami keluarga.

Faktor ekonami yang di maksudkan adalah ketidak mampuan keluarga untuk

membiayai segala proses yang di butuhkan selama menempuh pendidikan atau

sekolah dalam satu jenjang tertentu. Berdasarkan hasil wawncara dan observasi

yang di lakuakan peneliti bahwa faktor penyebab anak putus sekolah pada

masyarakat di desa ogobayas kecamatan mepanga yaitu faktor ekonomi. Hal ini

terjadi karena sebagian besar anak –anak yang ada di Desa Ogobayas lebih

memilih untuk membantu kebutuhan ekonami keluarganya di bandingkan pergi

keseklolah karena kehidupan orang tua anak yang putus sekolah tersebut sebagian
besar hanya berkja di kebun yang penghasilanya tidak menetu bahkan hanya pasa-

pasan untuk makan sehari –hari.

Hal tersebut seperi yang diungkapkan oleh Mudjito AK memberikan gambaran

bahwa kondisi keluarga sangat mempegaruhi kerberlanjuatan sekolah anak, salah

sataunya adalah kondisi perekonamian keluarga.hal senada juga di ungkapkan

oleh Muhammad Saroni (2011;148) bahwa, “ tingkat perekonomian keluarga pada

kenyatanya merupakan salah satu aspek penghambat kesempatan proses

pendidikan dan pembelajaran. Ada banyak anak usia sekolah yang terhambat

,bahkan kehilagan kesempatan menggikutu proses pendidikan hanya karena

keadan ekonomi keluarga yang kurang mendukung”.

Berikut hasil wawancara dari berapa informan dismpulakan sebagai

berikut :

1.) Saya mempunyai 7 orang anak, dari 7 orang anak itu 3 diantaranya putus

sekolah dan selebihnya melanjutkan pendidikan hanya sampai jenjang SD

dan SMP . Saya tidak melanjutkan pendidikan anak-anak saya dikarenakan

ekonomi yang lemah dan penghasilan perbulan yang tidak menentu apalagi

kebutuhan sehari-hari dalam keluarga juga banyak. Sehingga pendidikan

mereka hanya sampai itu saja. Dengan berentinya sekolah anak-anak saya,

mau bagaimana lagi karena memang ekonomi keluarga kami lemah

sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Dan menurut saya pendidikan itu memang penting tapi karena ekonomi

kami tidak mendukung jadi pendidikan anak-anak saya hanya sebatas itu.

Setelah anak-anak saya berhenti sekolah mereka ada yang membantu saya di
kebun, ada yang merantau, dan ada juga yang bekerja serabutan untuk

mencari uang.”

2.) Saya 7 orang bersaudara dan saya anak pertama dari 7 bersaudara. Penyebab

saya berhenti sekolah karena orang tua saya tidak mampu lagi membayar

uang sekolah, saya berhenti sekolah pada tahun 2016 kelas 4SD di

karenakan orang tua saya sudah tidak mampu membiyayainya. Karena

orang tua, saya juga masih ada adik-adik saya yang masih kecil yang harus

dibiayai juga kebutuhannya. Setelah putus sekolah saya merasa sedikit

menyesal apabila melihat teman sebayanya pergi ke sekolah dan bisa

melanjutkan pendidikan dan saya merasa malu apabila teman-teman saya

mengajak bermain bersama karena saya sudah berhenti sekolah tidak seperti

mereka yang masih melanjutkan sekolah. Disisi lain dengan berhentinya

sekolah saya bisa membantu orang tua saya bekerja sehingga bisa membantu

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai kebutuhan adik-adik

saya.

3.) Saya sebagi ibu rumah tangga saya memiliki tujuh orang anak ,anak pertma

sampe ketiga sudah menikah dan ikut dengan suaminya mereka anak kempat

yang putus sekolah karna kurangnya biyaya untuk melajutkan sekolhnya

sebenarnya dia juga masi memiliki keinginan untuk sekolah akan tetapi

kurangnya biyaya dalam keluarga saya,anak saya memeutuskan berhetih

sekolah untuk membatu saya berjualan

4.) Saya berhentih sekolah kelas 1 SMA karna Ekonami dalam keluarga saya

saya memutuskan untuk memebatu orang tua saya berjualan agar


meriganakan bebean orang tua saya karna masi ada adik –adik saya yang

masi duduk di bangku sekolah pasti mereka membutuhkan biyaya juga

2.) Faktor Lingkungan (Pergaulan)

Menurut Yusuf (1982:34),lingkungan masyarakat adalah merupakan

lingkungan yang ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai

dengan keberadaanya.pada lingkungan keluarga telah dikemukakan peranya

dalam membentuk anak-anak,demikian juga lingkungan sekolah.lingkungan

sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian

anak.Disitulah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar

rumah dan memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak diluar

keluarga.Dalam lingkungan masyarakat anak-anak mempelajari hal-hal yang

baik,sebaliknya anak juga dapat mempelajari hal-hak yang buruk.jika anak berada

dilingkungan masyarakat yang berpendidikan,antusias terhadap anak-

anaknya,maka secara tidak langsung anak juga akan terpengaruh ke hal-hal yang

di lakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya dan begitu juga

sebaliknya,anak yang tinggal di lingkunggan masyarakat pemabuk,penjudi dan

lain sebagainya,maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi

tersebut.lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal anak,terutama tetangga

dapat mempengaruhi pendidikan keluarga,dan terkadang pola kehidupan pola

tetanga dapa menjadi patokan dalam sebuah keluarga terhadapa pola hidup

keluarganya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa ogobayas lingkungan

memang sangat mempengaruhi rendanya tingkat pendidikan di desa tersebut.


Dimana anak-anak yang putus sekolah diakibatkan oleh pergaulan yang tidak

baik, sehingga mempengaruhi mereka untuk tidak melanjutkan sekolahnya.

Mereka lebih memilih bergaul dengan teman-teman yang tidak bersekolah,

sehingga sekolah mereka terputus karena terpengaruh teman yang tidak

bersekolah. Dan mengakibatkan hal-hal yang tidak baik sehingga menimbulkan

permasalahan dampak negatif anak putus sekolah dan dampak positif kepada

keluarga dan masyarkat dampak positif seperti membantu orang tua di rumah

walaupun anak putus sekolah memberikan dampak negatif namun tidak begitu

serius, tidak membahayakan dan tidak mengganggu ketentraman dan kenyamanan

di masyarakat ogobayas.

Berikut hasil wawancara dengan orang tua anak yang putus sekolah

diantara kesimpulannya adalah :

1.) Saya sebagai ibu rumah tangga dengan suami sebagai petani mempunyai 6

orang anak tersebut 3 diantaranya tidak melanjutkan pendidikan sedangkan

2 orang anak lainnya ada yang melanjutkan sampai jenjang SMA 2 orang, 1

orang SMP, dan 1 orang hanya sampai dijenjang SD. Anak saya tidak

melanjutkan pendidikan karena mereka sering saya melihat bersama teman-

temannya yang juga tidak bersekolah. Kadang mereka datang kerumah

untuk mengajak anak saya pergi keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.

Sehingga menyebabkan anak saya juga ikut-ikutan bersama mereka yang

tidak bersekolah dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Akibatnya

pendidikan mereka terputus dan harus menikah di usia dini yang seharusnya

usia mereka masih duduk di bangku sekolah.”


2.) Saya bersaudara 6 orang dan saya anak ke -4 penyebab saya putus sekolah

karna saya sering bergaul dengan anak yang tidak bersekolah sehingga saya

mudah terpengaruh dengan ajakan teman –teman saya sehingga saya

melakukan hal –hal yang merugikan masa depan saya. Teman-teman saya

banyak mengajak saya untuk berbuat hal yang tidak seharusnya, misalnya

mereka datang kerumah berpamitan dengan orang tua pergi belajar. Tapi

nyatanya mereka mengajak saya untuk balapan liar dan minum-minuman

beralkohol di rumah yang tidak berpenghuni. Dari situ lama-kelamaan saya

terpengaruh oleh ajakan dari teman-teman saya untuk melakukan hal-hal

yang negatif. Sehingga penyebab saya putus sekolah salah satu faktornya

yaitu karena lingkungan (pergaulan) yang tidak baik.

3.) Saya mempunyai 2 anak ,anak yang pertma saya berhetih sekolah karna anak

saya pergaulanya tidak bisa dia bilang lagi karna dia sering bergaual dengan

temn-temnayang tidak sekolah dia sangat gampang di bujuk temnanaya

dengan melakukan hal –hal yang tidak baik seperti perkelahian dan lain lain-

lain

4.) Saya berhetih sekolahtahun 2015 karna saya sering melakuan kesalahan di

sekolah seperti tidak tepat wakru kesekolah dan seing bolos dan orang tua

saya sering mendapat laporan dari temna- temna saya di situ orang tua sya

kecwa dangan kelakuan saya

5.) Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Didunia ini, dimanapun terdapat masyarakat di sanapun terdapat


pendidikan. Melalui praktek pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami

dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada

di masa yang akan datang. Namun, di desa Ogobayas masih banyak yang belum

memahami betapa pentingnya pendidikan untuk generasi penerus. Sehingga di

desa Ogobayas masih banyak anak-anak yang seharusnya masih duduk di bangku

sekolah tapi mereka memutuskan pendidikan karena menganggap pendidikan itu

tidak penting. Mereka sekolah yang penting sudah bisa baca tulis mereka itu

menganggap sudah cukup untuk pendidikan mereka. Berikut pandangan

masyarakat terhadap pendidikan diantaranya :

1.) Desa Ogobayas ini pendidikan mereka masih rendah karena saya melihat

masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah dan seharusnya anak-anak

tersebut duduk di bangku sekolah. Mereka menganggap pendidikan tidak

penting, mereka lebih memilih pergi ke kebun atau bekerja membantu orang

tua untuk menghasilkan uang daripada sekolah tinggi-tinggi. Lebih baik

bekerja saja daripada sekolah tinggi-tingi hanya menghabiskan uang saja

yang akhirnya kata mereka perempuan akan kembali juga kedapur dan laki-

laki akhirnya yang ujung-ujungnya bekerja di kebun juga.”

2.) pada penelitian ini di Desa Ogobayas masih rendah karena saya melihat di

desa Ogobayas ini masih banyak anak-anak yang tidak mementingkan soal

pendidikan mereka. Mereka hanya mengandalkan uang orang tua untuk

mencukupi hidup. Mereka tidak memikirkan pentingnya pendidikan. Orang

tua merekapun tidak memaksa mereka untuk bersekolah tinggi karena itu
semua dikembalikan kepada anak apakah mereka mau lanjut sekolah

ataupun tidak. Dan anak-anak mereka memilih untuk tidak bersekolah lagi.

3.) Pendidikanya belum memenuhi stadar yang baik pendidiaknya karena di

ogobayas ini masi bayak anak –anak yang berhetih sekolah kalaw melihat

dari sisi ekonmai ada orang tua mereka yang mamapu akan tetapi keiginan

anak – anak bersekolah kurang nya motivasi dalam diri mereka

4.) kurang pertama pergaulan anak- anak , kuranganay dorogang dari Orang

tua, Penulis melihat ada beberapa orang tua yang megajak anak merka

berkebun. Orang tua mereka mengatakan yang terpenting sudah bisa

menulis dan memebaca .


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimplan

Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnyayang telah di lakuakan

mengenai faktor –faktor rendahnya tingkat pendidikan di desa ogobayas, maka

dalam hal ini penulis dapat mengambil kesimpulanFaktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya pendidikan di desa Ogobayas kecamatan mepanga

kabupaten Parigi Moutong di sebabkan oleh faktor-faktor berikut:

a. Faktor Ekonomi Keluarga, Hal ini terjadi karena sebagian besar anak–anak

yang ada di desa ogobayas lebih memilih untuk membantu kebutuhan

ekonami keluarganya yang lemah di bandingkan pergi kesekolah karena

kehidupan orang tua anak yang putus sekolah tersebut sebagian besar hanya

berkja di kebun yang penghasilanya tidak menetu bahkan hanya pasa-pasan

untuk makan sehari –hari.


b. Faktor Lingkungan (Pergaulan), faktor lingkungan juga sangat berpengaruh

terhadap rendahnya tingkat pendidikan di desa Ogobayas. Hal ini terjadi

karena anak-anak terbawa pengaruh buruk dari pergaulan anak-anak yang

sudah tidak bersekolah.

c. Faktor Kurangnya Minat Anak untuk Bersekolah, hal ini di sebabkan oleh

kurangnya dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya terutama

kedua orang tuanya.

d. Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan, masyarakat di desa Ogobayas

masih belum memahami pentingnya pendidikan sehingga masih banyak juga

anak-anak di desa tersebut yang tidak melanjutkan pendidikannya.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penelitidapatmembrikan saran–saran yang

dapat mengurangi rendahnya tingkat pendidikan di desa ogobayas sebagai

berikut:

1. Di lingkugan keluarga sebaiknya keluarga harus lebih memperhatikan anak–

anak mereka dengan memberikan dukugan dan motivasi untuk tetap

bersekolah.

2. Seharusnya anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah harus lebih

semangat untuk sekolah kejenjang yang lebih tinggi agar nantinya bisa

memperbaiki keadaan ekonami keluarganya.

3 Aparat Desa disarankan untuk memberikan sanksi yang tegas untuk anak-anak

yang menggangu keteramna desa dan melakukan kenakalan seperti


pencurian,perkelahian dan minum-minuman keras agar anak tersebut

mendapatkan efek jera dan tidak melakukan kenakalan tersbut

3 Bagi orang tua yang memiliki anak putus sekolah hendaknya bisa membatasii

pergaulan anak-anaknya agar tidak terjerumus hal –hal yang tidak di inginkan

kemudian bisa mendukung anak –anak untuk berwirausah seperti membuat

keratifitas –kratifitas yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

I Ketut Pande Ramawisuta. (2019). Persepsi Masyarakat Terhadap Anak Putus


Sekolah Pada Jenjang SMP di Desa Lilimori Kecamatan Bulutaba
Kabupaten Pasangkayu.Skripsi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS,
Universitas Tadulako (Tidak diterbitkan).

Sarfa Wassahua (2016) analisis faktor penyebab anak putus sekolah dikampung di
kampong wara negeri hative kecil kota ambon .jurnal online diakses pada
06 aguastus 2020

Noor Rizqa. (2015). Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Smp Di
Desa Bumi Rejo Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun 201.

Noor Rizqa. (2015). Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Smp Di
Desa Bumi Rejo Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun
2014. Universitas Tadulako ( Tidak diterbitkan).

Nur Aslikudin. (2015). Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan


formal Implikasinya dalam Sikap Kedewasaan Anak di Dusun Semoyo,
Desa Sughmas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Selatan.
Skripsi Online diakses pada 14 Januari 2020.

Sutirna.(2015). Landasan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Imran, M. (2014). Pendidikan Masyarakat Terpencil di Dusun Tomp Desa Laro


Kecamatan Sigi Kabupaten Biromaru. Jurnal Geografi FKIP Universitas
Tadulako.

Nurribtiwati.Hw. (2013).Studi Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat


Pendidikan Di Desa Baliase Kecamatan Marawola”Skripsi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendikan, Universitas Tadulako.
( Tidak diterbitkan).

Sugiyono (2012) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Setiadi, Elly, M. (2006). Ilmu Sosual dan Budaya Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi.(2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Surya Brata .(2002). Metode Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.

Loekman Soetrisno. (1997). Kemiskinan, Perempuan,dan Pemberdayaan.Kansis.


Yogyakarta

S. Arikunto,(1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta PT Rineka


Cipta

BPS.(2010). Statistik pendidikan 2009. Jakarta: BPS RI di Akses pada 01 januari

Slameto 1995.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka


Cipta diakses pada tanggal 15 januari 2020

Setyadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta : Kencana.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta
2020

Indah U. (2014:118) Hubungan kematangan emosi ibu dengan kekerasan variable


dan fisik pada usia anak sekolah SD negeri 11 indralaya.Jurnal onlien
diakses pada tanggal 3 Agustus 2020

Siti Maryam (2017:116) gambaran pendidikan orang tua dan kekerasan pada anak
dalam keluarga di gempong geulanggan tengah kec.kota juang kabupaten
bireuan.diakses pada 11 juni 2020

Khawatib, 2009 dalam Masnawi,Fatma Agustina 2013 diaksespada 01 Agustus


2020.

LAMPI
RAN
Lampiran 1

Hasil observasi

1. Faktor ekonomi keluga


2. Faktor lingkugan
3. Kuragnya minat anak bersekolah
4. Pandagan masyarakat terhap pendidikan
Data Informan

N Nama Informan Keteragan


O
1 Anwar Sadad Nirwan ,S Kepala desa
Kom
2 Suaib S.Pd Guru
3 Cumia Orang tua anak putus sekolah
4 Asriana Orang tua anak putus sekolah
5 Fatmawati Orang tua anak putus sekolah
6 Adelia Orang tua anak putus sekolah
7 Mirna Orang tua anak putus sekolah
8 Hadija Orang tua anak putus sekolah
9 Herlina Orang tua anak putus sekolah
1o Fatmah Orang tuan anak putus sekolah
11 Wiwin Orang tua anak putus sekolah
12 Erlia Anak putus Sekolah
13 Dewi Anak Putus Sekolah
14 Elfiana Anak Putus Sekolah
15 Andi Anak Putus Sekolah
16 Fajria Anak Putus Sekolah
17 Aldi Anak Putus Sekolah
18 Fitri Anak Putus Sekolah
19 Fikal Anak Putus Sekolah
20 Apriyanto Anak Putus Sekolah
21 Fatmawati Anak Putus Sekolah
Lampiran 2

Pedoman wawancara Denngan Orang Tua Anak putus Sekolah

1 .Berpa Jumlah Anak Ibu \Bapak ?

2. Berpa Anak Ibu/Bapak yang berheti Sekolah ?

3. Apa yang Menyebabkan Anak ibu /Bapak berti sekolah ?

4. Umur berapa Anak Ibu/Bapak putus Sekolah

5. Bagaimna Ibu/Bapak Menyikapi anak putus Sekolah ?

6. Menurut Ibu/Bapak Pentigkah anak bersekolah ?

7. Apa Saja yang di lakukan anak ibu berheti sekolah ?

8. Berpa pendapatan ibu /Bapak perbulan ?


Lampiran 3

Pedoman wawancara dengan anak putus sekolah

1. Berpa anda bersudara ?


2. Mengapa anda berhetih sekolah ?
3. Apa yang menyebabakan anda berhetih sekolah ?
4. Tahun berpa anda berhetih sekolah ?
5. Apa yang anda rasakan setelah berhetih sekolah ?
6. Apa pendidikan terahir orang tua anda
7. Pernakah orang tua anda memeberikan nasehat kepada anda pentignya
pendidikan ?
8. Bagimna tanggapa orang tua anda setelah berhenti ?
9. Apa kegiatan yang anda lakukan setelah berhenti sekolah ?
Lampiran 4

Pedoman Wawancara Dengan kepala Desa

1. Faktor apa yang menyebabakn anak berheti sekolah ?


2. Apa Dampak positif Dari anak putus Sekolah di desa ogobayas ?
3. Apa Saja upaya yang dilakukan pemerintah dalam menagulagi ?
4. Apa Harpan Bapak melihat Anak –anak di desa Ogobayas banyak berheti
sekolah ?
Lampiran 5

Pedoman wawancara pak guru

1. Apa Saja yang menyebakan anak putus sekolah ?


2. Bagimna dampak perilaku anak putus sekolah ?
3. Menurt pendapat bapak pendidkan sangat penting ?
4. Bagimna menyikapi anak putus sekolah di desa Ogobayas ?
5. Apakah ada perhatian dari pihak sekolah dengan mengatasi anak putus
sekolah di Ogobayas ?
Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian
Wawancara kepada anak Putus sek

wawancara kepada anak putus sekolah


Wawancara kepada orang tua anak putus sekolah

Wawancara kepada orang tua anak putus sekolah


Waawancara kepada kepala Desa Ogobayas

Wawancara kepada guru di Desa Ogobayas


Lampiran 7

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Nama : Maryam

Stambuk : A 321 16 009

Jurusan/program studi : Pendidikan IPS/

PPKn

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya.

Apabilah dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sangsi sesuai aturan yang berlaku.

Palu 15 Desember 2020


Yang membuat Pernyataan

Maryam
Stb.A321 16 099

Lampiran 8

BIODATA PENULIS

I UMUM

1. Nama : Maryam
2. TTL : Mepangga, 6 januari 1996

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Nama orang Tua

a. Ayah : Hanis

b. Ibu : Min

5. Agama : Islam

6. Alamat : Mepangga
II Pendidikan

1.SD : SDN 2 impres 2 Mepangga


2. SMP : MTS N Tomini

3. SMA : SMA N 2 Mepangga

4. PT : Terdaftar pada program Studi PPKn,


P.IPS Jurusan

Anda mungkin juga menyukai