Disusun Oleh :
Kelompok :5
1. Silvi Nofita Sari
2. Ilhami Ariyanti
3. Putra Oktavianto
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Asisten :
Tanggal pengumpulan :
Minyak yang telah dipakai menggoreng biasa disebut minyak jelantah. Kebanyakan
minyak jelantah sebenarnya merupakan minyak yang telah rusak. Minyak yang tinggi
kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama
saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)-nya bisa lebih lama lagi, meski pada
akhirnya akan rusak juga. Oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi
jenuh. Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap
teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik (Ramdja, 2010).
Minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang
dihasilkan dari reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saat penggorengan. Adanya FFA dalam
minyak goreng bekas dapat menyebabkan reaksi samping yaitu reaksi penyabunan, jika
dalam proses pembuatan biodiesel langsung menggunakan reaksi transesterifikasi. Sabun
yang dihasilkan dapat mengganggu reaksi dan proses pemurnian biodiesel. Reaksi
transesterifikasi memerlukan minyak dengan kemurnian tinggi (kandungan FFA <2%). Jika
FFA tinggi akan mengakibatkan reaksi transesterifikasi terganggu akibat terjadinya reaksi
penyabunan antara katalis dengan FFA. Kadar asam lemak bebas minyak nabati harus kecil
dari 1% (Aziz, 2011).
Kandungan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) di dalam minyak jelantah
lebih tinggi dibandingkan dengan FFA di dalam minyak segar. Biasanya kandungan FFA
lebih besar dari 1% berat. Kandungan FFA dalam minyak sangat berpengaruh terhadap
proses reaksi transesterifikasi minyak apabila menggunakan katalis basa. Karena FFA
dalam minyak dan alkohol dengan adanya basa akan membentuk sabun (padat) (Mahreni,
2010).
Campuran sabun, minyak dan alkohol ini membentuk emulsi yang dapat
menghambat kecepatan reaksi transesterifikasi dan menimbulkan masalah pada proses
pemisahan biodisel dan gliserol (hasil reaksi) (Mahreni, 2010).
Asam lemak bebas ini dihasilan oleh hasil oksidasi dan hidrolisis minyak
menjadi asam. Reaksi pembentukan asam semakin besar dengan pemanasan yang tinggi dan
waktu yang lama selama penggorengan makanan. Asam lemak dapat menyumbat filter atau
saringan dan menjadi korosi pada mesin diesel. Untuk menghilangkan FFA dari Waste
Cooking Oil, FFA harus dirubah menjadi ester dengan cara mereaksikan FFA dengan
metanol menggunakan katalis asam (bukan basa), karena katalis basa dengan FFA dan
methanol akan membentuk sabun (Mahreni, 2010).
Minyak jelantah (fried palm oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari
komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian
minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan
penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi
berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat
bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan
lingkungan (Hikmah, 2010).
Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat dari
berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses kimia menjadi biodiesel.
Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak nabati, turunan
dari CPO (crude palm oil). Adapun pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini
menggunakan reaksi transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan
pretreatment untuk menurunkan angka asam pada minyak jelantah (Akbar, 2008).
Minyak goreng sisa dapat digunakan sebagai bahan dasar biodiesel melalui reaksi
esterifikasi. Minyak jelantah tergolong sebagai limbah organik yang banyak mengandung
senyawa hidrokarbon, bila terdegradasi dilingkungan akan meningkatkan keasaman
lingkungan, menimbulkan bau yang tidak sedap, akibatnya hanya mikroorganisme yang
merugikan bagi manusia (Suirta, 2009).
B. Bahan
1. Minyak jelantah
2. HCL
3. NaOH
4. Aquadest
5. Methanol 98 %
6. H2SO4
7. Asam asetat
Penyaringan
Degumming
1. Ditambahkan HCL pada minyak jelantah sebanyak 0,5% dari volume minyak jelantah.
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan getah yang ada pada minyak jelantah.
2. Ditambahkan NaOH sebanyak 0,5 % dari berat minyak jelantah dan ditambahkan juga air
sebanyak 20 ml. Proses ini dilakukan untuk menetralkan pH minyak jelantah dan
melarutkan garam yang terdapat pada minyak jelantah.
3. Dilakukan pemanasan hingga 120°C.
Esterifikasi
Transesterifikasi
1. Proses ini dilakukan dengan membuat larutan Sodium Metaoksida terlebih dahulu.
Methanol 98% dan 0,1% w/w NaOH dicampurkan sambil dilakukan pengadukan hingga
larutan homogen.
2. Dilakukan pencampuran larutan Sodium Metaoksida yang telah dibuat pada Alkil Ester
(Biodisel).
3. Dilakukan pengadukan pada suhu 60°C selama 1 jam, kemudian diendapkan selama 24
jam. Proses ini menghasilakn 2 lapisan yaitu Alkil Ester (Biodisel) murni pada bagian
atas dan juga gliserol pada bagian bawah.
4. Alkil Ester (Biodisel) bagian atas dipisahkan.
5. Direaksikan kembali sisa larutan sodium metaoksida dengan ester untuk mendapatkan
biodiesel dengan kemurnian tinggi.
Pencucian
1. Dicampurkan air dengan volume yang sama seperti minyak jelantah dengan asam asetat
20% dari volume air, sambil dilakukan pemanasan hingga air mendidih.
2. Dicampurkan 20% larutan tersebut pada ester atau biodiesel yang telah dihasilkan dari
proses sebelumnya.
3. Dilakukan pengadukan hingga larutan tersebut pada ester atau biodiesel yang telah
dihasilakan dari proses sebelumnya.
4. Dilakukan pengadukan hingga larutan berwarna putih susu, kemudian diendapkan hingga
15 menit sampai terjadi pemisahan. Dipisahkan bagaian ester. Dilakukan pencucian ini
sebanyak 5 kali.
5. Pencucian ini berguna untuk menetralkan pH biodiesel dan juga melarutkan sisa-sisa
gliserol ataupun sabun yang dihasilkan dari reaksi trasnesterifikasi sebelumnya.
Pengeringan
1. Alkil ester (Biodisel) yang telah dipisahkan dari proses pencucian dipanaskan untuk
menghilangkan kandungan air.
2. Dilakukan pencampuran 1 gram silica gel kedalam ester hasil pencucian , disertai
pemanasan hingga suhu 120°C sambil dilakukan pengadukan. Tujuan proses ini untuk
memisahkan biodiesel dari kandungan air dan sisa-sisa gliserol.
V. Data pengamatan
a. Proses penyaringan
Volume minyak jelantah = 100 mL
Massa minyak jelantah = 88,53 gram
b. Proses degumming
0,5
Volume HCl pekat=0,5 % × volume minyak jelantah¿ ×100 mL¿ 0,5 mL
100
0,5
Massa NaOH =0,5 % × massa minyak jelantah¿ ×88,53 gram¿ 0,44625 gram
100
Massa NaOH ditimbang = 0,44625 gram (dilarutkan dalam 20 mL aquadest)
Suhu pemanasan = 120oC
c. Proses Esterifikasi
Mr methanol = 32 g/mol
Mr minyak jelantah = 854,058 g/mol
Densitas methanol = 0,792 g/mL
massa 88,53 gram
mol minyak jelantah= ¿ ¿ 0,1036 mol
Mr 854,058 g /mol
diketahui perbandingan stoikiometri methanol : minyak jelantah adalah 6 : 1, maka :
mol methanol 6 6 6
= mol methanol = ×mol minyak jelantah¿ × 0,1036 mol
mol minyak jelantah 1 1 1
g
¿ 0,6216 molmassa methanol=mol methanol × Mr methanol¿ 0,6216 mol × 32
mol
0,05
Volume H 2 SO4 pekat=0,05 % × volume minyak jelantah¿ ×100 mL¿ 0,05 mL
100
d. Proses Transesterifikasi
Massa NaOH =3 % × massa minyak jelantah
3
¿ ×88,53 gram ¿ 2,6559 gram
100
Massa NaOH ditimbang = 2,6559 gram (dilarutkan dalam 25,5 mL methanol 98%)
Pada penambahan NaOH 3% larutan yang dianalisis berubah menjadi gumpalan (terjadi
penyabunan) sehingga proses tidak dapat dilanjutkan. Untuk data selanjutnya digunakan data
dari kelompok lain.
e. Proses Pencucian
Volume aquadest=100 mL
20
Volume CH 3 COOH =20 % ×volume aquadest ¿ ×100 mL
100
¿ 20 mL
Volume campuran=volume aquadest+ volume CH 3 COOH
¿ 100 mL+20 mL ¿ 120 mL
20
Volume pencuci=20 % × volume campuran ¿ ×120 mL
100
¿ 24 mL
Volume alkil ester =
Massa alkil ester = 54,2933 gram
f. Proses Pengeringan
Massa silica gel = 1,0072 gram
Volume biodiesel murni = 65 mL
Massa biodiesel murni =
h. Uji Viskositas
Waktu alir aquadest
i. Uji Nyala
Menyala, api berwarna kuning kemerahan.
j. Uji Densitas
Volume piknometer = 5 mL
Massa piknometer kosong = 11,8116 gram
Massa pikno + biodiesel = 20,8275 gram
Massa biodiesel = 9,0159 gram
e. Rendemen
volume biodiesel 65 mL
Rendemen= × 100 %¿ ×100 % ¿ 65 %
volume minyak jelantah 100mL
VI. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan biodiesel,
mengetahui variable yang berpengaruh pada proses pembuatan biodiesel serta mengetahui uji
kulaitas biodiesel. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan biodiesel dengan proses
transesterifikasi terhadap minyak jelantah. Reaksi transesterifikasi sering disebut reaksi
alkoholis, yaitu reaksi antara trigliserida dengan alcohol yang menghasilkan ester dan gliserin
yang kemudian direaksikan dengn campuran katalis (methanol dan NaOH).