ENSEFALITIS
ENSEFALITIS
ENSEFALITIS
Meningoensefalitis Virus
Meningoensefalitis virus merupakan proses radang akut yang melibatkan
meningen dan sampai tingkat yang bervariasi,jaringan otak.Infeksi ini relatif lazim
dan dapat disebabkan oleh sejumlah agen yang berbeda.CSS ditandai dengan
pleositosis dan tidak ada mikroorganisme pada perwarnaan Gram dan biakan
rutin.Pada kebanyakan keadaan ifeksi adalah sembuh sendiri ,namun pada beberapa
kasus ,mungkin ditemukan morbiditas dan mortalitas.
2. Etiologi Ensefalitis
Untuk mengetahuai penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik
dan virulogik pada spesimen feses ,sputum,serum darah ataupun cairan serebrospinal
yang harus diambil pada hari – hari pertama.
1) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan
serangga.Masa inkubasinya antara 5 – 15 hari.
2) Enterovirus
Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari semua kasus.Termasuk dalam
enterovirus adalah poliovirus,herpes zoster.Enterovirus disamping dapat
1
menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps
(gondongan)
3) Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyebab meningitis yang sangat mematikan di
Amerika Utara (Hickey dalam Donna,1995).
4) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba
,keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
5) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi
yang berlangsung berminggu – minggu atau berbulan – bulan.
6) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces
dematitides, biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah.Tempat
masuknya melalui paru – paru atau lesi pada kulit.
2
4. Patofisiologi Ensefalitis
Peradangan di otak
Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah
Resiko tinggi
deficit cairan,
dan hipovolemik
Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik
5. Komplikasi Ensefalitis
Retardasi mental
Kejang
Demensia
Paralisis
Kebutaan
6. Penatalaksanaan Ensefalitis
a. Pencegahan
Penggunaan yang luas vaksin viruse yang efektif untuk polio, campak,
parotitis dan rubela yang dilemahkan telah hampir melenyapkan komplikasi SSS
dari penyakit – penyakit ini di Amerika Serikat.Keberadaan program vaksin
binatang domestik terhadap rabies telah mengurangi frekuensi ensefalitis
rabies.Pengendalian ensefalitis karena arbovirus kurang berhasil karena vaksi
4
spesifik untuk penyakit arbovirus yang terjadi di Amerika Utara tidak tersedia.
Namun, pengendalian vektor serangga dengan metode penyemprotan yang sesuai
dan pemberantasan tempat – tempat perkembangbiakan mengurangi insiden
infeksi ini.
b. Penatalaksanaan umum
Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan intrakranial (pengurangan
edema serebri)
Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya ventilator
Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehabilitasi
c. Pengobatan
Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes simpleks
Amphotericin B (Fungizone),sulfadiazine,miconozole,rifampin untuk
pengobatan amuba encephalitis.
Glucocorticosteroid : dexamethasone
Anticonvulsan : phenytoin ( dilantin)
Analgetik : acetaminophen
Diuretik osmotik : manitol
5
Takikardia, disritmia (pada fase akut).
c. Eliminasi
Tanda: Adanya inkontinesia dan/atau retensi.
d. Makanan/Cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan.
Kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda: Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. Higene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut).
f. Neurosensorik
Gejala: Sakit kepala (mungkin merupakan gejal pertama dan biasanya berat).
Parestesia, rasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf cranial).
Ganguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa
infeksi.
Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.
Tanda: Status mental/tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang berat
hingga koma, delusi dan halusinasi/psikosis organic.Apaksia/kesulitan
dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran/reaksi pupil): unisokor atau tidak berespon terhadap
cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (boal mata bergerak – gerak terus
menerus).
Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah):
perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf cranial V dan VII
terkena).
Spastik; hemiparese atau hemiplegia.
g. Nyeri/Kenyamanan
6
Gejala: Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin akan
diperburuk oleh ketegangan; leher/punggung kaku; nyeri pada gerakan
ocular, fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.
Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah.
Menangis/mengaduh/mengeluh
h. Pernapasan
Tanda: Peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma)
dan gelisah.
i. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas/infeksi lain, meliputi;
mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen
atau kulit; fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera
kepala, anemia sel sabit.
Tanda: Suhu meningkat, diaphoresis, menggigil. Adanya ras, purpura
menyeluruh, perdarahan subkutan. Kelemahan secara umum; tonus
otot flaksid atau spastik; paralisi atau paresis. Gangguan sensasi.
7
Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber
infeksi intracranial.
2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari
pathogen,statis cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan
pemajanan orang lain terhadap patogen.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan
edema serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah
arteri/vena,hipovolemia dan masalah pertukaran pada tingkat seluler
(asidosis).
3. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan intasi korteks serebral
mempredisposisikan muatan neural dan aktivitas kejang umum, keterlibatan
area lokal (kejang fokal), kelemahan umum, paralisis, parestesia, ataksia, dan
vertilago.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran
5. Nyeri [akut] berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi/inflamasi dantoksin dalam sirkulasi.
6. Risiko defisit cairan dan hipovolemik berhubungan dengan hipertermi yang
menyebabkan evaporasi berlebihan dan keadaan hipermetabolik.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kerusakan saraf kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan mengunyah
dan kesulitan makan.
8. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
persepsi atau kognitif, nyeri, tirah baring dan penurunan kekuatan/ketahanan
otot.
9. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran.
10. Ansietas / ketakutan / kecemasan berhubungan dengan krisis situasi, transmisi
interpersonal dan keikutsertaan merasakan ancaman kematian / perubahan
dalam status kesehatan (keterlibatan otak)
8
11. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) mengenai penyebab infeksi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan
interpretasi informasi kurang mengingat keterbatasan kognitif.
3. Intervensi
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari pathogen,statis
cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan
pemajanan orang lain terhadap patogen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu
b. Tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan Pada fase awal meningitis
pencegahan. meningokokus atau infeksi ensefilitis
lainnya, isolasi mungkin deperlukan
sampai organismenya diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan
untuk menurunkan risiko penyebaran
pada orang lain.
Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan Menurunkan risiko pasien terkena
yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. infeksi sekunder. Mengontrol
Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai penyebaran sumber infeksi, mencegah
kebutuhan. pemajanan pada individu terinfeksi
(mis ; individu yang mengalami infeksi
saluran napas atas).
Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya Terapi obat biasanya akan diberikan
tanda-tanda klinis dari proses infeksi. terus selama kurang lebih 5 hari setelah
suhu turun (kembali normal) dan tanda-
tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda
klinis yang terus menerus merupakan
indikasi perkembangan dari
meningokosemia akut yang dapat
9
bertahan sampai berminggu-
minggu/berbulan-bulan atau terjadi
penyebaran patogen secara
hematogen/sepsis.
Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya Infeksi sekunder seperti
nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang miokarditis/perikarditis dapat
terus menerus berkembang dan memerlukan intervensi
lanjut.
Auskultasi suara napas. Pantau kecepatan Adanya ronki/mengi, takipnea dan
pernapasan dan usaha pernapasan. peningkatan kerja pernapasan mungkin
mencerminkan adanya akumulasi secret
dengan risiko terjadinya infeksi
pernapasan.
Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjarkan Memobilisasi secret dan meningkatkan
untuk melakukan napas dalam. kelancaran sekret yang akan
menurunkan risiko terjadinya
komplikasi terhadap pernapsan.
Catat karakteristik urine, seperti warna, Urine statis, dehidrasi dan kelemahan
kejernihan dan bau. umum meningkatkan risiko terhadap
infeksi kandung kemih/ginjal/awitan
sepsis.
Identifikasi kontak yang berisiko terhadap Orang-orang dengan kontak pernapasan
perkembangan proses infeksi serebral dan memerlukan terapi antibiotika
anjurkan keluarga mereka untuk meminta profilaksis untuk mencegah penyebaran
pengobatan. infeksi.
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi. Obat yang dipilih tergantung pada tipe
Penisilin G, ampisilin, kloramfenikol, gentasimin, infeksi dan sensitivitas individu. Catatan
amfoterisin B. : Obat intratekal mungkin di indikasikan
untuk basilus Gram-negatif, jamur,
amuba.
Berikan vidarabin (Vira-A) Bermanfa’at untuk pengobatan herpes
simpleks ensefalitis.
10
Siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai Mungkin memerlukan drainase dari
indikasi. adanya abses otak atau penglepasan
“pirau ventrikel” untuk mencegah
rupture/mengontrol penyebaran infeksi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dari fungsi
motorik/sensorik.
b. Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
c. Melaporkan tak adanya/menurunkan berat sakit kepala.
d. Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala Perubahan tekanan CSS mungkin
datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah merupakan potensi adanya risiko
dilakukan fungsi lumbal. herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan
segera.
Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan Pengkajian kecenderungan adanya
bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti perubahan tingkat kesadaran dan
GCS. potensial peningkatan TIK adalah
sangat berguna dalam menentukan
lokasi, penyebaran/luasnya dan
perkembangan dari kerusakan
serebral
Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan Merupakan indikasi adanya iritasi
yang meningkat, peka rangsang dan adanya meningeal dan mungkin juga terjadi
11
serangan kejang. dalam periode akut atau
penyembuhan dari trauma otak.
Pantau tanda vital, seperti tekanan darah.Catat Normalnya, autoregulasi mampu
serangan dari/hipertensi sistolik yang terus mempertahankan aliran darah
menerus dan tekanan nadi yang melebar. serebral dengan konstan sebagai
dampak adanya fluktuasi pada
tekanan darah sistemik. Kehilangan
fungsi autoregulasi mungkin
mengikuti kerusakan vaskuler
serebral lokal atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK.
Fenomena ini dapat ditunjukan oleh
peningkatan tekanan darah sistemik
yang bersama’an dengan penurunan
tekanan darah diastolik (tekanan nadi
yang melebar).
Pantau frekuensi/irama jantung Perubahan pada frekuensi (tersering
adalah bradikardia) dan disritmia
dapat terjadi, yang mencerminkan
trauma/tekanan batang otak pada
tidak adanya penyakit jantung yang
mendasari.
Pantau pernapsan, catat pola dan irama Tipe dari pola pernapasan merupakan
pernapasan, seperti adanya periode apnea setelah tanda yang berat dari adanya
hiperventilasi yang disebut pernapasan cheyne- peningkatan TIK/daerah serebral
Stokes. yang terkena dan mungkin
merupakan indikasi perlunya untuk
melakukan intubasi dengan disertai
pemasangan ventilator mekanik
Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai Demam biasanya berhubungan
kebutuhan. Batasi pengguna’an selimut, lakukan dengan proses inflamasi tetapi
kompres hangat jika ada demam. Tutupi mungkin merupakan komplikasi dari
ekstremitas dengan selimut ketika selimut kerusakan pada hipotalamus. Terjadi
hipotermia digunakan. peningkatan kebutuhan metabolisme
dan konsumsi oksigen (terutama
12
dengan menggigil), yang dapat
meningkatkan TIK.
Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik Hipertermia meningkatkan
urine, turgor kulit, dan keada’an membrane kehilangan air takkasatmata dan
mukosa. meningkatkan risiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun/munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui oral.
Catatan : SIADH mungkin akan
terjadi, yang berpotensi untuk
terjadinya retensi cairan dengan
terbentuknya edema dan penurunan
pengeluaran urine.
Bantu pasien untuk berkemih/membatasi batuk, Aktivitas seperti ini akan
muntah, mengejan. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tekanan intratorak dan
mengeluarkan napas selama intraabdomen yang dapat
pergerakan/perpindahan di tempat tidur. meningkatkan TIK. Ekshalasi selama
perubahan posisi tersebut dapat
mencegah pengaruh manuver
Valsalva.
Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, Meningkatkan istirahat dan
seperti massase punggung, lingkungan yang menurunkan stimulasi sensorik yang
tenang, suara yang halus dan sentuhan yang berlebihan.
lembut.
Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan Mencegah kelelahan berlebihan.
dan batasi lamanya tindakan tersebut Aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dapat meningkatkan TIK
dengan menghasilkan akumulatif
stimulus.
Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien Mendengarkan suara yang
jika diperlukan. menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga tampaknya
menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien dan mungkin
akan dapat menurunkan TIK.
13
Kolaborasi
Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 Peningkatan aliran vena dari kepala
derajat sesuai toleransi/indikasi. Jaga kepala akan menurunkan TIK.
pasien tetap berada pada posisi netral.
Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen Terjadinya asidosis dapat
sesuai kebutuhan. menghambat masuknya oksigen pada
tingkat sel yang
memperburuk/meningkatkan iskemia
serebral.
Gunakan selimut hipotermia. Dapat menurunkan permeabilitas
kapiler untuk membatasi
pembentukan edema serebral, dapat
juga menurunkan risiko terjadinya
“fenomena rebound” ketika
menggunakan manitol.
Klorpomasin (Thorazine) Obat pilihan dalam mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil
yang dapat meningkatkan TIK.
Catatan : obat ini dapat menurunkan
ambang kejang atau sebagai pencetus
terjadinya toksisitas dilantin
Asetaminofen (Tylenol), baik oral maupun rectal. Menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi
oksigen dan risiko kejang.
14
mungkin untuk mencegah
komplikasi.
Berikan keamanan pada pasien dengan member Melindungi pasien jika terjadi kejang.
bantalan pada penghalang tempat tidur, Catatan: Memasukkan jalan napas
pertahankan penghalang tempat tidur tetep buatan/gulungan lunak hanya jika
terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik rahangnya relaksasi, jangan dipaksa,
atau gulungan lunak dan alat penghisap. memasukkan ketika giginya
mengatup, dan jaringan lunak akan
rusak.
Pertahankan tirah baring selama fase akut. Menurunkan risiko terjatuh/trauma
Pindahkan/gerakkan dengan bantuan sesuai ketika terjadi vertigo, sinkope atau
membaiknya keadaan. ataksia.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, seperti fenitonin Merupakan indikasi untuk
(Dilatin), diazepam (Valium), fenobarbital penanganan dan pencegahan kejang.
(Luminal). Catatan: Fenobarbital dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan
sedative serta menutupi tanda/gejala
dan peningkatan TIK.
15
penggunaan otot-otot aksesori, warna dan dengan interval yang teratur adalah penting
kekentalan sputum karena pernafasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan karena adanya kelemahan
atau paralisis pada otot-otot interkosta dan
diafragma yang berkembang dengan cepat
Atur posisi fowler dan semi fowler Peninggian kepala tempat tidur memudahkan
penafasan, meningkatkan ekspansi dada dan
meningkatkan batuk efektif
Ajarkan cara batuk efektif Klien berada pada resiko tinggi jika tidak
dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan nafas dan mengalami
kesulitan dalam menelan yang dapat
menyebabkan aspirasi saliva dan
mencetuskan gagal nafas akut
Lakukan fisioterapi dada, vibrasi dada Terapi fisik dada membantu meningkakan
batuk lebih efektif
Penuhi hidrasi cairan via oral, seperti minum Pemenuhan cairan dapat mengencerkan
air putih dan pertahankan asupan cairan mukus yang kental dan dapat untuk
2500 ml/hari pemenuhan cairan yang banyak keluar dari
tubuh
Lakukan penghisapan lendir dijalan nafas Pengisapan mungkin diperlukan untuk
mempertahnkan kepatenan jalan nafas
menjadi bersih
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan lingkungan yang tenang ruangan agak Menurunkan reaksi terhadap
16
gelap sesuai indikasi stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan Meningkatkan vasokonstriksi,
perawatn diri yang penting menumpulkan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri.
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin Menurunkan gerakan yang dapat
di atas mata meningkatkan nyeri.
Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, Menurunkan iritasi meningeal,
seperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis. resultan ketidaknyamanan lebih
lanjut.
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara Dapat membantu merelaksasika
tepat dan masase otot daerah leher/bahu. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.
Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan
leher/punggung jika tidak ada demam dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak
anjurkan untuk melakukan napas dalam. nyaman.
Kolaborasi
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan: Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
17
akurat. status kebutuhan cairan klien. Intake dan
output harus dalam keadaan balance
untuk mencegah kehilangan cairan.
Monitor status hidrasi (kelembaban membran Status hidrasi merupakan tanda yang
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) diobservasi untuk melihat kecukupan
volume cairan klien dan baik buruknya
sirkulasi klien.
Monitor vital sign/TTV Tanda-tanda vital menggambarkan
kondisi umum klien. Pemantauan dapat
dilakukan dengan melihat grafik TTV
untuk dapat mengetahui perubahan
keadaan klien setiap waktu.
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung Masukan makanan/cairan dapat
intake kalori harian memengarhi status kebutuhan cairan
klien dan dapat untuk menghitung
kebutuhan kalori klien agar kebutuhan
cairan dan kalori klien tercukupi dengan
tepat dan sesuai kondisi, usia, dan BB
klien.
Kolaborasikan pemberian cairan IV Cairan IV membantu memenuhi
kebuthan cairan dan elektrolit secara
cepat ketika demam tinggi dan
berlangsung lama yang menyebabkan
peningkatan metabolisme tubuh dan
evaporasi berlebihan.
Dorong masukan oral. Dorong keluarga untuk Selain cairan dari minuman, makanan
membantu klien makan. juga sangat penting untuk mengimbangi
balance cairan dan untuk mencegah
kekosongan lambung serta menambah
energi. Anak biasanya akan terstimulasi
untuk makan dengan kehadiran keluarga
yang menemaninya.
18
kerusakan saraf kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan mengunyah dan kesulitan
makan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria.
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi Rasional
Kaji adanya alergi makanan Untuk mengetahui adanya
Berikan oksigen tambahan selama makan Menurunkan dispneu dan meningkatkan
sesuai indikasi energi dan maka
Kalaborasi dengan ahli gizi untuk Memenuhi kebutuhan kalori didasarkan pada
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang situasi atau kebutuhan individu untuk
diperlukan pasien. memeberikan nutrisi maksimal dengan upaya
minimal pasien atau penggunaan energi
Berikan makanan yang terpilih (sudah Untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang.
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Berikan informasi tentang kebutuhan Agar pasien mengetahui jenis nutrisi yang
nutrisi. dibutuhkan oleh tubuh
Berikan perawatan oral sering, buang Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah
sekret, berikan wadah khsus untuk sekali pencegahan terhadap nafsu makan dan dapat
pakai, dan tissue. membuat mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama satu jam Membantu menurunkan kelemahan selama
sebelum dan sesudah makan. Berikan waktu makan dan memberikan kesempatan
makan porsi kecil tapi sering. untuk meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
minuman karbonat. mengganggu nafas abdomen dan gerakan
19
diafragma dan dapat meningkatkan dispnea
Hindari makanan yang sangat panas atau Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau
sangat dingin. meningkatkan spasme batuk.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rendah nutrisi. Catatan :
penurunan berat badan dapat berlangsung
meskipun masukan adekuat sesuai dengan
edema
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai kembali atau mempertahankan
b. Posisi fungsional optimal yang ditunjukkan
c. Oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
d. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
e. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi Rasionalisasi
Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara Mengidentifikasi kemungkinan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi. fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan.
Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang Mempertahankan mobilisasi dan
gerak. fungsi sendi/ posisi normal
20
ekstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk Perubahan posisi yang teratur
menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi menyebabkan penyebaran terhadap
pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan berat badan dan meningkatkan
posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. sirkulasi pada seluruh bagian badan
Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang kulit dan menurunkan resiko
basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih terjadinya ekskorlasi kulit
dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan
mencegah decubitus)
Bantu pasien dengan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi seringkali menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting
Kaji kesadaran sensorik seperti respon panas / Informasi penting untuk keamanan
dingin atau benda tajam / tumpul dan kesadaran pasien. Semua system sensorik dapat
terhadap gerakan dan letak tubuh. terpengaruh denagn adanya
perubahan kehilangan sensasi /
kemampuan untuk menerima dan
berespon secara stimulasi.
Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal Membantu melokalisasi daerah otak
kemampuan seperti memusatkan kedua mata yang mengalami gangguan dan
dengan mengikuti instruksi verbal yang sederhana. mengidentifikasi tanda
21
perkembangan terhadap peningkatan
fungsi neurologi.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Memberikan terapi pada klien untuk
terapi membentu proses penyembuhan.
23
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi informasi kurang
mengingat keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
b. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Diskusikan mengenai kemungkinan proses Proses pemulihan dapat berlangsung
penyembuhan yang lama. dalam beberapa minggu/bulan dan
informasi yang tepat mengenai
harapan dapat menolong pasien untuk
mengatasi ketidak mampuannya dan
juga menerima perasaan tidak
nyaman yang lama.
Berikan informasi kepada orang tua/keluarga Meningkatkan proses penyembuhan.
tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein atau Makan makanan jumlah kecil tetapi
karbohidrat yang dapat diberikan/dimakan dalam sering akan memerlukan kalori yang
jumlah kecil tetapi sering untuk pasien. sedikit pada proses metabolism,
menurunkan iritasi lambung dan
mungkin juga dapat meningkatkan
pemasukan secara total.
Instruksikan pada keluarga agar pasien terus Membantu dalam menemukan
menerus melakukan latihan rentang gerak secara fungsi/kekuatan otot.
bertahap, gunakan air mandi yang agak hangat
untuk meningkatkan relaksasi otot.
Diskusikan bersama orang tua/keluarga Kelelahan sering timbul melebihi apa
pentingnya istirahat yang adekuat, jadwalkan yang diharapkan pasien/keluarga.
waktu yang seimbang antara istirahat dengan Istirahat tambahan diperlukan untuk
latihan. Lakukan tingkat aktivitas sesuai membantu proses penyembuhan dan
kemampuan pasien. meningkatkan kemampuan koping.
Tingkatkan perkembangan dari system latihan Mencegah kejenuhan dan membantu
yang dimodifikasi (jangan monoton). mempertahankan rasa berguna dalam
hidup selama periode pemulihan.
24
Kaji ulang pengobatan yang diberi dan tekankan Pemenuhan program pengobatan
yang mengkonsultasikan kesehatannya dengan terjadwal perlu untuk mengatasi
pemberi asuhan untuk menentukan proses infeksi. Pengobatan lain/obat
pengobatan/obat yang harus digunakan dirumah. yang dijual bebas tidak mungkin
tepat dengan program pengobatan
yang diresepkan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan
intervensi.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan neurologis adalah spesialisasi yang menuntut pemahaman tentang
neuroanatomi, neurofisiologi, tes neurodiagnostik, keperawatan kritis dan keperawatan
26
rehabilitasi. Masalah-masalah neurologis dapat mengakibatkan perubahan dalam kognitif,
sensorik, dan fungsi neuromuskular seseorang dan dapat merugikan citra diri.
Kejang demam pertama terjadi pada kenaikkan suhu tidak mendadak dengan puncak
tidak terlalu tinggi (berkisar 38˚C sampai 40˚C) serta jarak waktu antara mulai demam
sampai timbul bangkitan kejang singkat (kurang dari satu jam), merupakan indikator bahwa
pederita mempunyai nilai ambang terhadap kejang rendah. Nilai ambang kejang rendah
merupakan faktor risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam.
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingston (dimodifikasi oleh
Subbagian Anak FKUI-RSCM Jakarta) :Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4
tahun, kejang hanya berlangsung sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit, kejang bersifat
umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf
sebelum dan sesudah kejang normal, pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun
tidak melebihi 4 kali.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien anak kejang demam, antara lain:
27
mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza,
varicella, dan pascavaksinasi pertusis.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah
lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan
kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna,
setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan
ensefalitis.
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya. Ensefalitis suparatif akut
dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, Streptococus, E.Colli,
Mycobacterium, dan T.Pallidium. Sedangkan ensefalitis virus penyebab adalah virus RNA
(Virus Parotitis), virusmorbili, virus rabies, virus Rubela, virus dengue, virus polio,
cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.
Prioritas keperawatan untuk masalah keperawatan ensefalitis yaitu: memaksimalkan
fungsi serebral dan perfusi jaringan, mencegah komplikasi/trauma, menghilangkan
ansietas/memberikan dukungan emosional pada pasien/keluarga, nyeri menurun/minimal,
memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan akan pengobatan.
Meningitis adalah peradangan pada meningen (selaput), yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis. (Munttaqin, Arif.2008). Klasifikasi meningitis dengan factor penyebabnya :
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefaitis, limfoma, leukemia, atau di ruang
subakhanoid
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Jika meninghitis tidak ditangani dengan baik, maka dapat menimbulkan komplikasi
berupa Hidrosefalus Obstruktif, Meningicocal Septicemia (Mengingocemia), Sindrom Water
Prederichsen (Septik Syok, DIC, Pendarahan Adrenal Bilateral), SIADH (Syndrome
Inppropriate Antidiuretic Hormone), Efusi Subdural, Kejang, Edema dan Herniasi Serebral,
Cerebral Palsy, Gangguan Mental, Gangguan Belajar, Attention Deficit Disorder.
28
B. Saran
Peran perawat anak adalah untuk menolong klien dalam mengidentifikasi masalah,
membuat tujuan bersama, menjalankan kegiatan langsung, menggunakan intervensi
keperawatan yang tepat (mencangkup penyuluhan, konseling dan mengoordinasikan
kegiatan) dan mengevaluasi hasil perawatan sehingga tercapai tingkat fungsi setinggi
mungkin dan dapat meningkatkan kualitas hidup bagi klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC
Kowalak, Jenifer P., William Welsh, Brenna Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
29
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nelson, Waldo E., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 – edisi 15; Editor Richard E.
Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab.
Jakarta : EGC.
______. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3 – edisi 15; Editor Richard E. Behrman, Robert M.
Kliegman, Ann M. Arvin; Editor Bahasa Indonesia, Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Sagung
Seto.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9,
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta : EGC.
Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar
Swadaya.
30