Anda di halaman 1dari 17

Praktikum Ilmu Topik:

Lembar Kerja
Ukur Tanah II Pengukuran Cross

Pendidikan Teknik Memetakan jalan Kelompok : 7


Bangunan dengan metode cross Hari : Senin
pada poligon terbuka Tanggal : 13 Mei 2019
Semester IV menggunakan Waktu : 9.30 –15.00 WIB
pesawat Topcon TL-6 Lokasi :
UNIVERSITAS DE Depan Lab. Kayu PTB Kampus
SEBELAS MARET V FKIP UNS

A. Standar Kompetensi
Pengukuran untuk pembuatan peta situasi dan peta detail atau kontur.

B. Kompetensi Dasar
Mengukur dengan metode Cross di lapangan.

C. Sub Kompetensi Dasar


Mengukur dengan metode Cross Menggunakan Alat Ukur Tanah Pesawat
Theodolit Topcon TL-6 DE.

D. Indikator
1. Mahasiswa dapat menggambar sket lokasi praktek.
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan pesawat Topcon TL6 DE dalam
pengengukuran cross di lapangan.
3. Mahasiswa dapat membaca sudut jurusan menggunakan pesawat.
4. Mahasiswa dapat menggunakan dan menerangkan fungsi alat yang
digunakan.
5. Mahasiswa dapat menghitung jarak.
6. Mahasiswa dapat menghitung sudut yang diukur
7. Mahasiswa dapat menghitung sudut jurusan berurutan.
8. Mahasiswa dapat menggambar hasil data pengukuran cross dilapangan.
E. Tujuan Pembelajaran
1.Mahasiswa dapat menggambar sket lokasi praktek dengan benar.
2.Mahasiswa dapat mengoperasikan pesawat Topcon TL-6 DE dalam
pengengukuran cross dilapangan dengan benar.
3.Mahasiswa dapat membaca sudut jurusan menggunakan pesawat dengan tepat.
4.Mahasiswa dapat menggunakan dan menerangkan fungsi alat yang digunakan
dengan baik dan benar.
5.Mahasiswa dapat menghitung jarak dengan benar.
6.Mahasiswa dapat menghitung sudut yang diukur dengan benar.
7.Mahasiswa dapat menghitung sudut jurusan berurutan dengan benar.
8.Mahasiswa dapat menggambar peta jalan menggunakan poligon terbuka dengan
benar.

F. Pendahuluan
Segala struktur bangunan di dalam ilmu ukur tanah perlu diukur agar tercipta
perpaduan komponen-komponen bangunan yang serasi. Salah satu komponen
tersebut adalah jalan, pengukuran jalan sangatlah penting. Karena dari hasil
pengukuran tersebut akan di peroleh data-data mengenai ketinggian permukaan
jalan. Salah satu untuk mengukur permukaan jalan adalah dengan metode cross.

G. Alat Yang Digunakan


1. Pesawat Yopcon TL-6 DE : 1 buah
2. Statif : 1 buah
3. Baak ukur : 2 buah
4. Roll meter : 1 buah
5. Payung : 1 buah
6. Alat tulis : Secukupnya
H. Tindakan Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)
1. Mengikuti petunjuk dari dosen/pembimbing agar tidak terjadi kesalahan-
kesalahan pada waktu praktek.
2. Memakai pakaian praktek.
3. Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
4. Meletakkan peralatan ditempat yang aman.
5. Memeriksa kelengkapan peralatan sebelum dan sesudah praktek.
6. Segera mengembalikan alat praktek ke laboratorium setelah praktek selesai.

I. Langkah Kerja
1. Memperhatikan dan mendengarkan petunjuk serta pengarahan dari dosen
pembimbing.
2. Menyiapkan alat – alat yang digunakan untuk praktik di lapangan.
3. Memeriksa kelengkapan dan kondisi alat yang akan digunakan di lapangan.
4. Membuat sketsa gambar lokasi untuk pembuatan peta jalan raya.
5. Menentukan titik kedudukan pesawat dan titik kedudukan tembakan.
6. Mendatarkan statif dan membuat posisi ujung unting-unting tepat diatas
patok, dengan cara:

Gambar 7.1. Mendirikan statif

a. Mendirikan statif yang sudah dipasang unting-unting di atas patok.


b. Mengatur meja statif dalam posisi datar dengan mengatur ketinggian klem
statif (pengontrolan kedataran statif yaitu dengan dibidik oleh salah satu
orang dan dibantu juga dengan menggunakan kapur atau bolpoin dengan
cara menempatkannya pada tiga sisi statif, apabila sudah datar maka kapur
atau bolpin tidak akan bergerak, dan sebaliknya. Jika meja statif sudah
datar kunci klem statif sampai kencang).
c. Mengatur posisi statif supaya posisi ujung unting - unting berada tepat di
atas patok.
d. Menguatkan berdirinya statif dengan cara menginjak ketiga tumpuan kaki
statif oleh tiga orang secara bersamaan.
e. Mengatur tinggi statif dengan tinggi pembidik dengan mengatur ketinggian
klem statif sekaligus dicek kedataran meja statifnya.
7. Memasang pesawat Topcon TL-6 DE ditengah meja statif kemudian
kencangkan skrup yang menghubungkan pesawat dengan meja statif.

Gambar 7.2. Memasang dan mengatur pesawar Topcon TL-6 DE

8. Penyetelan kedataran pesawat:


a. Mengatur nivo kotak lingkaran
1) Memutar sekrup A dan B (misal dengan arah masuk atau keluar)
hingga gelembung nivo berada di tengah-tengah diantara sekrup A
dan sekrup B.
2) Memutar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah lingkaran indesk nivo.
3) Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi lagi
dengan cara 1) dan 2). Pesawat siap digunakan apabila gelembung
nivo kotak berada di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke
segala arah dan sudah mendapat azimuth utara.
Gambar 7.3. Menyetel nivo kotak

b. Mengatur nivo tabung


a) Meletakkan as teropong di atas salah satu sekrup pengatur kedataran,
dimisalkan sekrup C. Otomatis nivo tabung sejajar dengan sekrup A
dan B.
b) Memutar dua sekrup penyetel nivo A dan B dengan arah ke luar atau
ke dalam, sehingga didapat posisi gelembung nivo berada di tengah–
tengah garis indeks nivo.
c) Memutar pesawat 180°, periksa apakah kedudukan nivo masih
berada di tengah atau bergeser. Apabila kedudukan nivo bergeser
maka putarlah kembali sekrup A dan B.
d) Memutar pesawat 90° dan posisi nivo ditengahkan pada garis indeks
nivo dengan sekrup yang belum diputar (misal sekrup C).
e) Memutar pesawat ke segala arah. Apabila kedudukan nivo sudah di
tengah indeks nivo berarti pesawat sudah datar, tetapi apabila
keadaan nivo belum juga di tengah maka lakukan penyetelan ulang
cara mendatarkan pesawat yaitu melakukan kembali langkah b.

Gambar 7.4. Menyetel nivo tabung


9. Menentukan arah vertikal pesawat agar 900 dengan cara :
a. Keraskan skrup
pengunci arah horizontal dan kendorkan skrup pengunci arah
vertical
b. Putarlah teropong
sehingga gelembung nivo tepat atau mendekati di tengah – tengah.
Keraskan skrup pengunci arah vertikal dan gunakan skrup
penggerak halus arah vertikal, sehingga gelembung nivo reversi
tepat di tengah – tengah teropong membentuk sudut 90 ° terhadap
sumbu vertikal pesawat.
10. Mencari atau menetukan azimuth utara ( 00 ) dengan cara :
a. Kendorkan kunci kompas dan skrup pengunci arah horizontal
b. Tempatkan arah jarum kompas tepat berada pada skala 00 atau
paling tidak mendekati, dengan cara memutar pesawat dan
selanjutnya skrup pengunci arah horizontal di keraskan.
c. Gunakan skrup penggerak halus arah horizontal untuk
menentukan posisi jarum kompas tepat menunjukan arah utara
( 00 )
d. Baca skala nonius horizontal
11. Memasang rambu ukur / baak dengan posisi tegak.
12. Pembidikan rambu ukur dengan pesawat :
a. Kendorkan skrup pengunci horizontal, kemudian arahkan pesawat
tepat pada rambu ukur dengan bantuan visir
b. Skrup pengunci arah horizontal dikencangkan.
c. Bila bayangan rambu ukur kurang jelas gunakan skrup pengatur
diafragma
d. Untuk menempatkan bayangan benang silang tepat ditengah baak
ukur gunakan skrup penggerak halus arah horizontal..
e. Gunakan pengatur lensa okuler untuk memperjelas benang-
benang pembacaan pesawat yang dibentuk lensa pesawat
f. Pembacaan rambu ukur ( bayangan rambu ukur ) yang terdiri
atas : benang atas, tengah dan bawah
g. Pembacaan dengan lup terhadap skala nonius ( skala vertical dan
horizontal ) pada pesawat TOPCON
13. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter / baak ukur.
14. Mendirikan pesawat di titik P26.
15. Lakukan langkah 6 - 13.
16. Menempatkan titik sembarang yang sejajar dengan jalan, lakukan pembacaan
sudut azimuth pesawat terhadap baak ukur.
17. Penempatan kearah baak ukur A, B, C, D, Dengan cara :
a. Skrup pengunci arah horizontal di kendorkan, pesawat di putar
sampai sudut azimut semula berkurang 90 °
b. Skrup pengunci arah horizontal di keraskan , putar skrup
penggerak halus untuk menempatkan benang silang tepat
ditengah baak ukur.
c. Lakukan pembacaan benang dan sudut nonius pada baak ukur
18. Tempatkan baak ukur B, C, D segaris lurus dengan titik A
( penempatan titik B, C, D dilakukan pada setiap perubahan tinggi
permukaan tanah.) lakukan pembacan benang dan sudut nonius pada
rambu ukur.
19. Penempatan kearah baak ukur A’, B’, C’, Dengan cara :
a. Skrup pengunci arah horizontal di kendorkan, pesawat di putar
sampai sudut azimuth semula berkurang 180 °
b. Skrup pengunci arah horizontal di keraskan , putar skrup
penggerak halus untuk menempatkan benang silang tepat ditengah
baak ukur.
c. Lakukan pembacaan benang dan sudut nonius pada baak ukur.
20. Mencatat semua data hasil pembacaan baak ukur dan nonius kemudian
memasukkannya ke dalam bentuk tabel.
1. Menggambar hasil pengukuran praktik sesuai data yang diperoleh
2. Memeriksa semua perlengkapan praktik dan mengembalikannya ke
laboratorium
21. Memindahkan pesawat ke titik P33.
22. Memasang statif, menyetel kedataran pesawat dan persiapan sebelum
membidik dengan cara mengulangi langkah 6 – 13.
23. Mengulangi langkah 14 sampai dengan langkah 21 untuk mendapatkan
semua pengukuran cross pada tiap titik P34 dan P35 poligon terbuka.
24. Memasukan semua hasil pengukuran kedalam tabel
25. Membuat laporan sementara dari kegiatan yang telah dilakukan.
26. Memeriksa alat-alat yang telah selesai digunakan.
27. Mengembalikan alat-alat praktek ke laboratorium.
28. Melakukan perhitungan data.
J. Tabel Hasil Pengukuran

Jenis Pesawat : Topcon TL-6DE Pengukur : Kelompok 7


Lokasi : Depan Lab. Kayu PTB Hari/tgl : Senin
Waktu : Pukul 09.30 - 15.00 WIB 13 Mei 2019

Tabel 7.1. Hasil Perhitungan Cross


Pesawat Titik Tinggi Sudut Horizontal Bacaan Jarak Beda Tinggi Titik Koordinat (m) Koordinat (m)
Pesawat "HR" Pesawat "HD" Tingg (mm)
(m) i
° ´ " BA BT BB X Y ABSIS X ABSIS Y
P26 1345 107,9291065 9164386,708 474995,2097
A 89 36 30 1395 1374 1353 4,2 -29 107,9001065 9164390,656 474993,7773 3,948199842 -1,432381936
B 89 36 30 1468 1457 1446 2,2 -112 107,8171065 9164392,724 474993,027 2,068104679 -0,7502953
A’ 269 36 30 1227 1208 1189 3,8 137 108,0661065 9164389,152 474994,323 -3,572180809 1,295964609
B’ 269 36 30 1310 1296 1282 2,8 49 107,9781065 9164386,52 474995,2779 -2,632133228 0,954921291
C’ 269 36 30 1418 1404 1390 2,8 -59 107,8701065 9164383,888 474996,2329 -2,632133228 0,954921291
D’ 269 36 30 1427 1414 1401 2,6 -69 107,8601065 9164381,443 474997,1196 -2,444123711 0,886712627
E’ 269 36 30 1312 1299 1386 2,6 46 107,9751065 9164378,999 474998,0063 -2,444123711 0,886712627
P33 1485 108,4786574 9164357,748 474991,2062 0 0
A 57 25 20 1110 1063 1016 9,4 422 108,9006574 9164349,431 474995,5878 -8,316336079 4,381615481
B 57 25 20 1115 1078 1041 7,4 407 108,8856574 9164342,884 474999,0371 -6,546902871 3,449356868
C 57 25 20 1490 1465 1440 5 20 108,4986574 9164338,461 475001,3678 -4,423583021 2,330646533
D 57 25 20 1488 1473 1458 3 12 108,4906574 9164335,807 475002,7662 -2,654149812 1,39838792

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


A’ 237 25 20 1073 1098 1023 15 387 108,8656574 9164349,077 474995,7742 13,27074906 -6,991939598
B’ 237 25 20 1181 1116 1051 13 368 108,8476574 9164360,579 474989,7145 11,50131585 -6,059680985
C’ 237 25 20 415 350 285 13 1135 109,6136574 9164372,08 474983,6549 11,50131585 -6,059680985
D’ 237 25 20 415 351 287 12.8 1134 109,6126574 9164383,404 474977,6884 11,32437253 -5,966455123
E’ 237 25 20 1160 1096 1032 12,8 389 108,8676574 9164394,729 474971,7219 11,32437253 -5,966455123
F’ 237 25 20 1655 1592 1529 12,6 -107 108,3716574 9164405,876 474965,8487 11,14742921 -5,873229262
G’ 237 25 20 1602 1546 1490 11,2 -61 108,4176574 9164415,785 474960,6281 9,908825966 -5,220648233
H’ 237 25 20 1530 1478 1426 10,4 7 108,4856574 9164424,986 474955,7803 9,201052683 -4,847744788
I’ 237 25 20 1602 1551 1500 10,2 -66 108,4126574 9164434,01 474951,0258 9,024109362 -4,754518926
J’ 237 25 20 1584 1547 1510 7,4 -62 108,4166574 9164440,557 474947,5764 6,546902871 -3,449356868
K' 237 25 20 1502 1483 1464 3,8 2 108,4806574 9164443,919 474945,8052 3,361923096 -1,771291365
P34 1430 108,531588 9164356,498 475006,1497 0 0
A 97 21 38 1076 1026 1026 5 404 108,935588 9164351,539 475005,5091 -4,958797974 -0,640564323
A’ 277 21 38 1152 1296 1000 19,2 134 108,665588 9164370,581 475007,9689 19,04178422 2,459766999
B’ 277 21 38 1194 1117 1040 15,4 313 108,844588 9164385,854 475009,9418 15,27309776 1,972938114
C’ 277 21 38 1372 1296 1220 15,2 134 108,665588 9164400,928 475011,8891 15,07474584 1,947315541
D’ 277 21 38 1513 1438 1363 11,5 -8 108,523588 9164412,334 475013,3624 11,40523534 1,473297942
E’ 277 21 38 1454 1428 1402 5,2 2 108,533588 9164417,491 475014,0286 5,157149893 0,666186896
F’ 277 21 38 1436 1411 1386 5,0 19 108,550588 9164422,45 475014,6692 4,958797974 0,640564323
G’ 277 21 38 1450 1434 1418 3,2 -4 108,527588 9164425,623 475015,0791 3,173630703 0,409961167
H’ 277 21 38 1428 1413 1396 3,0 17 108,548588 9164428,598 475015,4635 2,975278784 0,384338594
P35 1455 108,6124954 9164359,96 475025,8433 0 0
A 105 57 40 960 879 798 16,2 576 109,1884954 9164355,505 475021,3885 -15,57546668 -4,454754512
B 105 57 40 964 884 804 16 571 109,1834954 9164351,105 475016,9888 -15,38317697 -4,399757543
C 105 57 40 2540 2461 2382 15,8 -1006 107,6064954 9164346,76 475012,644 -15,19088725 -4,344760574
D 105 57 40 2534 2457 2380 15,4 -1002 107,6104954 9164342,526 475008,4092 -14,80630783 -4,234766635

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


E 105 57 40 932 858 784 14,8 597 109,2094954 9164338,456 475004,3395 -14,22943869 -4,069775727
F 105 57 40 934 861 788 14,6 594 109,2064954 9164334,441 475000,3247 -14,03714898 -4,014778758
G 105 57 40 960 890 820 14 565 109,1774954 9164330,591 474996,4749 -13,46027985 -3,84978785
H 105 57 40 798 731 664 13,4 724 109,3364954 9164326,906 474992,7901 -12,88341071 -3,684796942
I 105 57 40 888 822 756 13,2 633 109,2454954 9164323,277 474989,1603 -12,691121 -3,629799973
J 105 57 40 1085 1022 959 12,6 433 109,0454954 9164319,812 474985,6955 -12,11425186 -3,464809065
K 105 57 40 1325 1268 1211 11,4 187 108,7994954 9164316,677 474982,5607 -10,96051359 -3,134827249
L 105 57 40 1478 1427 1376 10,2 28 108,6404954 9164313,872 474979,7558 -9,806775316 -2,804845434
M 105 57 40 1465 1420 1375 9 35 108,6474954 9164311,397 474977,281 -8,653037043 -2,474863618
N 105 57 40 1440 1401 1362 7,8 54 108,6664954 9164309,252 474975,1361 -7,499298771 -2,144881802
O 105 57 40 1726 1695 1664 6,2 -240 108,3724954 9164307,548 474973,4312 -5,960981074 -1,704906048
P 105 57 40 1746 1720 1694 5,2 -265 108,3474954 9164306,118 474972,0013 -4,999532514 -1,429921201
Q 105 57 40 1450 1434 1418 19,5 21 108,6334954 9164300,755 474966,639 -18,74824693 -5,362204505
A’ 285 57 40 1274 1174 1074 20 281 108,8934954 9164306,255 474972,1387 19,22897121 5,499696929
B’ 285 57 40 1275 1184 1093 18,2 271 108,8834954 9164311,26 474977,1435 17,4983638 5,004724205
C’ 285 57 40 1560 1479 1398 16,2 -24 108,5884954 9164315,715 474981,5982 15,57546668 4,454754512
D’ 285 57 40 1496 1452 1408 8,8 3 108,6154954 9164318,134 474984,0181 8,460747331 2,419866649

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


K. PERHITUNGAN PENGUKURAN
 Rumus-rumus dalam perhitungan hasil kerja
1. Jarak optis = (Ba – Bb) x 100
Ba−Bb
2. Control benang tengah Bt=
2
3. Beda tinggi = Tp – Bt
d
4. Koreksi tiap-tiap titik ¿ x besar kesalahan
∑d
 Perhitungan jarak optis
Contoh perhitungan :
 Titik 26 – Cross A
26 – A = (Ba – Bb) x 100
= (1395 – 1351) x 100
=4.200 mm
Perhitungan jarak di titik berikutnya dilanjutkan dengan
menggunakan Microsoft Excel, maka diperoleh data jarak
antar titik
26 – B = 2200 mm
26 – A’ = 3800 mm
26 – B’ = 2800 mm
26 – C’= 2800 mm
26 – D’= 2600 mm
26 – E’= 2600 mm

 Perhitungan beda tinggi titik detail cross


Contoh perhitungan :
a. Beda tinggi cross 26 – A
Tinggi pesawat = 1345
Titik a = Tp – Bt
= 1345 – 1374

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


= -29 mm
Perhitungan beda tinggi di titik di lanjutkan dengan
menggunakan Microsoft Excel, maka diperoleh data beda
tinggi
26 – B = -112 mm
26 – A’ = 137 mm
26 – B’ = 49 mm
26 – C’= -39 mm
26 – D’= -69 mm
26 – E’= 46 mm

 Perhitungan tinggi titikpada titik detail cross


Contoh perhitungan:
b. Titik 26 =
107,9291065mm
Titik 26 – A = Tinggi titik di (titik 1) + Beda Tinggi
= 107,9291065 + (-29)
= 107,9001065 mm
Titik 26 – B = Tinggi titik di (titik 1) + Beda Tinggi
= 107,9291065 + (-112)
= 107,8171065 mm
Perhitungan tinggi titik sebenarnya di titik berikutnya di
lanjutkan dengan menggunakan Microsoft Excel, maka di
peroleh data tinggi titik sebenarnya
Titik 26 – A’ = 108,0661065mm
Titik 26 – B’ = 107,9781065 mm
Titik 26 – C’= 107,8701065 mm
Titik 26 – D’= 107,8601065mm
Titik 26 – E’= 107,9751065 mm

 Perhitungan Absis (X) titik detail cross

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


Contoh perhitungan :
c. Perhitungan d sin α n
d sin α =4200 x sin¿ ¿ ¿ 3,948199842
Absis (X) Titik 26 = 9164386,708 (dari perhitungan pol.
terbuka)
Absis Titik A = X1 + d sin α
= 9164386,708 + 3,948199842
= 9164390,656
Perhitungan Absis (X) di titik berikutnya di lanjutkan dengan
menggunakan Microsoft Excel, maka diperoleh data Absis (X)
Absis titik B = 9164392,724
Absis titik A’= 9164389,152
Absis titik B’= 9164386,52
Absis titik C’= 9164383,888
Absis titik D’= 9164381,443
Absis titik E’= 9164378,999

Perhitungan ordinat (Y) titik detail cross


Contoh perhitungan :
d. Perhitungan d cos α n
d cos α =5200 x cos ¿ ¿¿ = -1,432381936
Ordinat (Y) Titik 26 = 474995,2097 (dari perhitungan pol.
terbuka)
Ordinat Titik a = Y1 +d cos α
= 474995,2097 + -1,43238193
= 474993,7773
Perhitungan Ordinat (Y) di titik berikutnya dengan
menggunakan Microsoft Excel, maka diperoleh data ordinat titik
Ordinat titik B = 474993,027
Ordinat titik A’= 474994,323
Ordinat titik B’= 474995,2779

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


Ordinat titik C’= 474996,2329
Ordinat titik D’= 474997,1196
Ordinat titik E’= 474998,0063

K. Kesulitan Yang Dihadapi


1. Kosentrasi saat pratek terganggu karena cuaca yang panas.
2. Proses praktek terganggu karena kendaraan yang lalu lalang.
3. Kurang koordinasi antar mahasiswa dan kurang menghargai waktu.

L. Keterampilan Yang Diperoleh


1. Mahasiswa terampil dalam menggambar sket lokasi praktek.
2. Mahasiswa terampil dalam mengoperasikan pesawat Topcon TL-6DE dalam
pengengukuran cross di lapangan.
3. Mahasiswa terampil dalam membaca sudut jurusan menggunakan pesawat.
4. Mahasiswa terampil dalam menggunakan dan menerangkan fungsi alat yang
digunakan.
5. Mahasiswa terampil dalam menghitung jarak.
6. Mahasiswa terampil dalam menghitung sudut yang diukur.
7. Mahasiswa terampil dalam menghitung sudut jurusan berurutan.
8. Mahasiswa terampil dalam menggambar hasil data pengukuran cross
dilapangan.
9. Mahasiswa terampil dalam mengukur peta jalan raya.

M. Kesimpulan
Melalui praktek pengukuran cross ini dapat diketahui sudut jurusan dan
koordinat titik dilapangan untuk membuat kerangka horizontal. Berguna untuk
mengetahui kedudukan titik yang sebenarnya pada daerah yang diukur secara
jelas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka dibutuhkan ketelitian,
kekompakan, dan ketrampilan yang memadai.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |


N. Saran
1. Mahasiswa perlu memahami materi yang mendalam sebelum melakukan
praktik.
2. Segera mengkonsulkan data yang sudah didapat dari lapangan kepada
dosen atau asisten dosen.
3. Selalu berkoordinasi antar mahasiswa dalam sebuah tim dan menggunakan
waktu seefektif dan seefesien mungkin.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II / Kls.A7 / PTB-FKIP-UNS / 2019 |

Anda mungkin juga menyukai