Anda di halaman 1dari 15

Tanggal/Paraf Nilai

PERCOBAAN B1
PENGANGKUTAN AIR MELALUI XYLEM DAN PENGARUH KADAR GARAM
TERHADAP PENYERAPAN AIR

A. Capaian Pembelajaran
1. Praktikan dapat mengetahui pengaruh kadar garam yang berbeda terhadap
penyerapan air dan pertumbuhan
2. Praktikan dapat mengetahui mekanisme penyerapan air yang dilakuakan xylem
pada tumbuhan
B. Capaian Pelajaran Mingguan
1. Praktikan dapat merancang percobaan pengaruh kadar garam berbeda terhadap
penyerapan air pada tumbuhan.
2. Praktikan dapat menentukan konsentasi garam (NaCl) yang tepat untuk
pertumbuhan tanaman tertentu.
3. Praktikan dapat menentukan perlakuan pada pembuluh xylem yang paling banyak
menyerap air.
C. Dasar Teori
1. Xilem dan Floem
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari
berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan
dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga
sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid
ditemukan di dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian
besar angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji,
memiliki unsur-unsur pembuluh (Campbell, 2008: 323). Trakeid adalah sel-sel yang
panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Air bergerak dari sel ke sel terutama
melalui ceruk, sehingga air tidak perlu menyeberangi dinding sekunder yang tebal.
Dinding sekunder trakeid diperkeras oleh lignin, yang mencegah sel-sel runtuh akibat
tegangan transport air dan juga memberi dukungan. Unsur-unsur pembuluh umumnya
lebih lebar, lebih pendek, berdinding tipis, dan kurang meruncing dibandingkan
trakeid. Unsur-unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan,
membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh. Dinding ujung dari unsur
pembuluh memiliki lempeng berlubang-lubang yang mengalirkan air secara bebas

1
melalui pembuluh (Campbell, 2008: 323). Struktur trakeid dan unsur pembuluh dapat
dilihat pada gambar di bawah ini. Menurut Nugroho dkk (2012: 95), unsur-unsur
xilem terdiri dari unsur trakeal, serat xilem, dan parenkim xilem.
1) Unsur Trakeal
Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan air besera zat
terlarut di dalamnya, dengan sel-sel yang memanjang, tidak mengandung protoplas
(bersifat mati), dinding sel berlignin, mempunyai macam-macam noktah. Unsur
trakeal terdiri dari dua macam sel yaitu trakea dan trakeida.
2) Serat xilem
Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang biasanya berlignin.
Ada dua macam serat pada tumbuhan, yakni serat trakeid dan serat libriform. Serat
libriform mempunyai ukuran lebih panjang dan dinding selnya lebih tebal dibanding
serat trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana pada serat libroform, sedangkan serat
trakeid memiliki noktah terlindung.
3) Parenkim xilem
Parenkim xilem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup. Dijumpai pada xilem
primer maupun xilem sekunder. Pada xilem sekunder dijumpai dua macam parenkim,
yaitu parenkim katu dan parenkim jari-jari empulur.
Menurut Nugroho dkk (2012: 97), floem merupakan jaringan pengangkut
yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis
dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk
sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel
pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan parenkim floem.
1) Unsur-unsur tapis
Ciri khas dari unsur tapis adalah adanya daerah tapis di dindingnya dan inti hilang dari
protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah noktah yang termodifikasi dan
tampak sebagai daerah cekung di dinding yang berpori-pori. Pori-pori tersebut dilalui
oleh plasmodesmata yang menghubungan dua unsur tapis yang berdampingan. Sel-sel
tapis merupakan sel panjang yang ujungnya meruncing di bidang tangensial dan
membulat di bidang radial. Dindng lateral banyak mengandung daerah tapis yang
berpori. Pada komponen bulu tapis, dinding ujungnya saling berdekatan dengan
dinding ujung sel di bawahnya atau di atas sehingga membentuk deretan sel-sel
memanjang yang disebut pembuluh tapis (Nugroho dkk, 2012: 97).
2) Sel pengiring
2
Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel pengiring biasanya
merupakan untaian atau deretan yang menyerupai sel parenkim dengan sel-sel yang
bersifat hidup. Sel pengiring diduga berperan dalam keluar masuknya zat-zat makanan
melalui pembuluh tapis (Nugroho dkk, 2012: 98).
3) Sel albumin
Sel albumin merupakan sel-sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim buluh tapis yang
mengadung banyak zat putih telur dan terletak dekat dengan sel-sel tapis pada
tumbuhan Gymnospermae. Diduga sel-sel albumin mempunyai fungsi serupa dengan
sel pengiring (Nugroho dkk, 2012: 98).
4) Serat-serat floem
Letak serat-serat floem pada berkas floem bervariasi. Pada floem primer, serat
terdapat di bagian jaringan sebelah luar yang awalnya berkelompok membentuk suatu
klaster atau masa kemudian dalam perkembangannya akan menjadi homogeny,
sedangkan pada floem sekunder letak serat mengikuti berbagai pola. Serat dewasa
dapat bersifat hidupa maupun mati. Serat hidup dapat juga berfungsi sebagai tempat
penyimanan cadangan makanan (Nugroho dkk, 2012: 98).
5) Parenkim floem
Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak di bagian buluh
tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat penyimpan zat-zat tepung,
lemak, dan zat-zat organik lainnya (Nugroho dkk, 2012: 98). Berikut ini adalah
gambar struktur unsur-unsur floem.

2. Pengangkutan air melalui xilem


Xilem meliputi trakea trakeida serta unsur-unsur lain seperti serabut dan
perenkim xylem. Xilem bertugas mengambil air dan zat hara dari dalam tanah dan
mengedarkannya ke daun dan seluruh bagian tubuh tumbuhan. Transport air dari akar
kebanyakan mengikuti lintasan apoplastik yakni menembus epidermis dan korteks
hingga mencapai endodermis dimana terdapat pita caspari yang akan menghalangi
pengangkutan air lebih lanjut. Sementara pengangkutan fotosintat oleh floem
kebanyakan mengikuti jalur simplas, yakni transport dimulai dari dalam sel parenkim,
antara sel parenkim, dari parenkim ke floem dan pengangkutan lebih lanjut oleh floem
ke seluruh bagian sel yang membutuhkan atau fotosintat dari floem tersebut akan
disimpan dalam bentuk amilum.Proses transpor airpada tumbuhan dipengaruhi
beberapa faktor yaitu tekanan akar, kapilaritas pembuluh xilem, dan laju transpirasi.

3
Transport air pada tumbuhan sangat penting yaitu untuk memenuhi kebutuhan air
tumbuhan untuk metabolisme dan mengganti air yang hilang akibat transpirasi.
(Nugroho, 2012)
3. Pengaruh Kadar Garam Terhadap Pertumbuhan
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pengaruh garam terhadap
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh:
a. Kadar garam yaitu jumlah garam yang terlarut pada batas ambang
toleransi. Peningkatan kadar garam berpengaruh negatif bagi
pertumbuhan tanaman
b. Macam garam yaitu banyak ragam garm dalam tanah yakni klorida
(NaCl,CaCl2,KCl), nitrat [NaNO3,Ca(NO3)2] sulfat [Na2(SO4),
Ca(SO4), K2SO4]. Garam yang mengandung K dan Ca tinggi baik
bagi tanaman
Pengendapan garam yang sudah larut dalam tanah secara parah
menghambat pertumbuhan tanaman. Pengendapan garam tersebut akan mengimbas
plasmolisis yaitu suatu proses bergerak keluarnya air dari tanaman ke larutan tanah.
Kehadiran ion Na+ dalam jumlah tinggi dapat mempertahankan partikel-partikel
tanah tetap tersuspensi. Dengan pengeringan, tanah membentuk lempeng-lempeng
keras dan terjadi pembentukan kerak di permukaan. Yang disebut terakhir ini
menurunkan porositas tanah dan aerasi terhambat secara parah. Nilai pH yang
tinggi pada banyak diantara tanah-tanah tersebut juga menurunkan ketersediaan
sejumlah hara mikro. Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe, Cu, Zn dan atau Mn
(Tan, 2004) Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan (up take)
air dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik.
Secara khusus, kegaraman yang tingi menimbulkan keracunan tanaman, terutama
oleh ion Na+ dan Cl- . Beberapa tanaman peka terhadap kegaraman (<4 ds.m1)
seperti apel, jeruk dan kacang-kacangan, tanaman lain nisbi tahan kegaraman (4-10
ds.m1) seperti padi, kentang, mentimun, sorgum dan jagung dan tanaman lainnya
lebih tahan kegaraman (>10 ds. m1) seperti kapas, bayam dan kurma (Noor,2004)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengangkutan air


Faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh tumbuhan
dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar (lingkungan). Meskipun faktor lingkungan di
atmosfer mempengaruhi, tetapi peranannya dikalahkan oleh faktor tanah. Faktor

4
dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu menurut Moore (1979) :
a. Kecepatan transpirasi : penyerapan air hampir setara dengan transpirasi
(penguapan lewat daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal ini terjadi karena
adanya transpirasi menyebabkan daya hisap daun sebagai akibat kohesi yang
diteruskan lewat sistem hydrostatik pada xylem. Kecepatan transpirasi antara
lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keadaan permukaan daun.
b. Sistem perakaran : berbagai tumbuhan menunjukkan perakaran yang berbeda,
baik pada pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena
penyerapan terutama berlangsung pada bulu akar, menentukan penyerapan.
c. Pertumbuhan pucuk : bila pucuk tumbuh dengan baik akan memerlukan
banyak air, menyebabkan daya serap bertambah.
d. Metabolisme : karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka
kecepatan metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya
penyerapan.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya
tekan akar adalah sebagai berikut :
1). Tekanan akar
2). Kapilaritas
3). Sel pemompa
4). Kohesi
Faktor dalam meliputi :
a. Ukuran (luas) daun Semakin luas ukuran daun, maka daya hisap daun akan
semakin besar pula dan sebaliknya.
b. Tebal tipisnya daun: Semakin luas ukuran daun, maka daya hisap daun akan
semakin besar pula dan sebaliknya.
c. Jumlah stomata: Semakin banyak stomata, maka daya hisap daun akan
semakin besar pula dan sebaliknya.
d. Jumlah bulu akar (trikoma): Semakin banyak bulu akar, maka daya hisap daun
akan semakin besar pula dan sebaliknya
e. Jumlah daun: Semakin banyak jumlah daun, maka daya hisap daun akan
semakin besar pula dan sebaliknya (Lakitan, 2004)
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol/gelas plastik bekas b. Cuter

5
c. Karet gelang e. Penggaris
d. Karton/kertas tebal
2. Bahan
a. Batang Alamanda
cathartica atau batang
dikotil lain
b. Air/ Aquades
c. Larutan garam 2sdt/200ml,
d. Kapas
e. Kertas Label
f. vaselin

6
E. Cara Kerja
1. Kulit batang dikerat untuk menghilangkan floemnya, setinggi kirakira 5 cm
dari ujung bawah dengan lebar keratan kira-kira 2 cm.
2. Bekas keratin dioles dengan vaselin, dan kemudian batas bawah keratan
dipotong.
3. Pucuk batang tadi dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air 200 ml.
Usahakan agar ujung bawah batang tidak menyentuh dasar botol. Tegakkan
ujung batang dengan kapas dan karton penutup.
4. Keratan yang lain dibuat dan setelah ujung keratan bagian bawah dipotong,
olesi ujung potongan dan tempat keratan dengan vaselin. Usahakan agar ujung
keratan tidak tertutup vaselin.
5. Ujung batang ini dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air sebagaimana
pada point 3. Ada 7 perlakuan :
a. Pada media air, xilem dan floem terbuka (kontrol)
b. Pada media air xilem ditutup
c. Pada media air floem ditutup
d. Pada media larutan garam, xilem dan floem terbuka
e. Pada media larutan garam xilem tertutup
f. Pada media larutan garam floem tertutup
g. Pada media air xilem dan floem tertutup - Floem ditutup - Xilem, floem
ditutup - Keduanya tidak ditutup
6. Permukaan atas ditandai dari air di dalam botol. Diamati tiap 2 hari sekali dan
ditambahkan air apabila permukaan berkurang. Dicatat kenampakan morfologis
(warna daun dan jumlah daun) pada ujung batang, volume air yang ditambahkan
diukur.
7. Pengamatan dilakukan sampai hari ke-6 (4 kali pengamatan : 0, 2, 4, 6 hari).

F. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1.Hasil pengamatan pengangkutan air melalui xilem pada batang Hibiscus
rosasinensis

7
Har Morfologi Daun Volume air yang
Perlakuan Keterangan
i Warna Jumlah berkurang (cm)
A Hijau 4 0 Segar
0
B Hijau 3 0 Segar
C Hijau 4 0 Segar

8
Har Morfologi Daun Volume air yang
Perlakuan Keterangan
i Warna Jumlah berkurang (cm)
D Hijau 4 0 Segar
E Hijau 3 0 Segar
F Hijau 4 0 Segar
G Hijau 3 0 Segar
A Hijau 4 0,2 ,Layu
B Hijau 3 0,3 Segar
C Hijau muda 4 0,3 Segar
2
D Hijau 4 0,1 Segar
E Hijau 3 0,1 Segar
F Hijau 4 0,1 Segar
G Hijau 3 0,1 Segar
A Hijau 4 0,2 Segar
B Hijau 3 0,3 Segar
Hijau
C 4 0,3 Segar
4 Kekuningan
D Hijau tua 4 0,2 Layu
E Hijau tua 3 0,2 Layu
F Hijau 3 0,2 Layu
G Hijau tua 3 0,2 Layu
Hijau
A 3 0,2 Layu
kekuningan
Hijau
B 3 0,2 Layu
kekuningn
6 C Coklat 2 0,2 Kering
D Coklat 3 0,2 Kering
E Coklat 2 0,2 Kering
F Coklat 3 0,2 Kering
G Coklat 3 0,2 Kering
Keterangan:
A. Kontrol (penambahan air dengan xilem dan floem terbuka)
B. Media air dengan xilem ditutup
C. Media air dengan floem ditutup
D. Larutan garam 2 sdt/200ml dengan xilem dan floem terbuka
E. Larutan garam 2 sdt/200ml dengan xilem ditutup
F. Larutan garam 2sdt/200ml dengan floem ditutup
G. Media air, xilem dan floem ditutup

9
Chart Title
0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
A B C D E F G

0 2 4 6
Gambar 1. Diagram hubungan antara Perlakuan dengan volume air yang diserap

Gambar 2. Pengamatan hari ke 0 Gambar 3. Pengamatan hari ke 2

Gambar 4. Pengamatan hari ke 4 Gambar 4. Pengamatan hari ke 6

Pembahasan

10
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai
macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang
sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan
penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di dalam
xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta
segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji, memiliki unsur-unsur
pembuluh (Campbell, 2008). Menurut Nugroho dkk (2012: 97), floem merupakan
jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan
hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai
macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur
tapis, sel pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan parenkim
floem.
Percobaan B1 bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang terserap pada hari ke 2,
4 dan 6, untuk mengetahui perubahan warna pada daun, untuk mengetahui perubahan
jumlah daun. Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah botol/gelas plastik bekas
untuk wadah air dan tumbuhan, cutter untuk mengerat batang, karet gelang untuk
mengikat antara kardus dan gelas, karton/kertas tebal untuk menutup botol/gelas,
penggaris untuk mengukur panjang. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan
B1 adalah batang Hibiscus rosasinensis, air/ aquades, larutan garam 2sdt/200ml, kapas,
kertas label dan vaselin. Berdasarkan percobaan B1 didapatkan hasil pada hari 0
perlakuan A,B,C,D,E,F,G sama sekali tidak mengalami penyerapan air, jumlah daun
4,3,4,4,3,4,3, warna hijau, kondisi segar, pada hari ke 2 perlakuan A,B,C,D,E,F,G secara
berturut turut mengalami penyerapan sebanyak 0,2, 0,3, 0,3, 0,1, 0,1, 0,1, 0,1, jumlah
daun secara berturut turut 4,3,4,4,3,4,3 warna daun A,B,D,E,F,G berwarna hijau
sedangkan C berwarna hijau muda, kondisi semuanya segar. Pada hari ke 4 perlakuan
A,B,C,D,E,F,G secara berturut turut mengalami penyerapan sebanyak 0,2, 0,3, 0,3, 0,2,
0,2, 0,2, 0,2, jumlah daun secara berturut turut 4,3,4,4,3,3,3 warna daun A,B,F hijau, C
hijau kekuningan D,E,,G hijau tua, kondisi A,B,C segar sedangkan D,E,F,G layu. Pada
hari ke 6 perlakuan A,B,C,D,E,F,G secara berturut turut mengalami penyerapan sebanyak
0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, jumlah daun secara berturut turut 3,3,2,3,2,3,3, warna daun
A hijau kekuningan, B hijau, C,D,E,F,G coklat. Kondisi tanaman A dan B layu CDEFG

11
kering.

Pada jalur apoplas air akan masuk lewat diantara dinding sel dan plasma membran.
Air yang bergerak melewati jalur ini hampir tidak memiliki hambatan. Pada jalur simplas,
air masuk melewati bagian dalam dari sel atau sitoplasma, bergerak dari sel yang satu ke
sel yang lainnya melalui plasmodesmata (saluran penghubung antar sel). Kecepatan air
yang melalui jalur simplas lebih rendah dibandingkan jalur apoplas karena hambatan
dalam sitoplasma empat kali lebih besar daripada dinding sel. Pergerakan air ke pusat akar
yang melalui jalur apoplas akan berhenti ketika telah mencapai endodermis akibat adanya
lapisan kedap air pada endodermis yang disebut sebagai casparian strip. Strip terdiri atas
suberin yakni lapisan lilin yang impermeabel terhadap air. Jadi karena tidak dapat lagi
melewati dinding sel endodermis, air harus masuk melalui plasma membran terus ke
dalam sitoplasma. Casparian strip memaksa air yang melewati jalur apoplas beralih ke
jalur simplas. Air kemudian masuk ke dalam xylem dan diangkut ke bagian atas tanaman.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh tumbuhan dipengaruhi
faktor dalam dan faktor luar (lingkungan). Meskipun faktor lingkungan di atmosfer
mempengaruhi, tetapi peranannya dikalahkan oleh faktor tanah. Faktor dalam (disebut
juga faktor tumbuhan) yaitu menurut Moore (1979) Kecepatan transpirasi, sistem
perakaran, metabolism. Faktor dalam meliputi luas daun, tebal tipisnya daun, jumlah
stomata, jumlah bulu akar (trikoma).
Pengendapan garam yang sudah larut dalam tanah secara parah menghambat
pertumbuhan tanaman. Pengendapan garam tersebut akan mengimbas plasmolisis yaitu
suatu proses bergerak keluarnya air dari tanaman ke larutan tanah. Kehadiran ion Na+
dalam jumlah tinggi dapat mempertahankan partikel-partikel tanah tetap tersuspensi.
Dengan pengeringan, tanah membentuk lempeng-lempeng keras dan terjadi pembentukan
kerak di permukaan. Yang disebut terakhir ini menurunkan porositas tanah dan aerasi
terhambat secara parah. Nilai pH yang tinggi pada banyak diantara tanah-tanah tersebut
juga menurunkan ketersediaan sejumlah hara mikro. Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe,
Cu, Zn dan atau Mn (Tan, 2004) Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat
penyerapan (up take) air dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan
tekanan osmotik. Secara khusus, kegaraman yang tingi menimbulkan keracunan tanaman,
terutama oleh ion Na+ dan Cl- . Beberapa tanaman peka terhadap kegaraman (<4 ds.m1)

12
seperti apel, jeruk dan kacang-kacangan, tanaman lain nisbi tahan kegaraman (4-10
ds.m1) seperti padi, kentang, mentimun, sorgum dan jagung dan tanaman lainnya lebih
tahan kegaraman (>10 ds. m1) seperti kapas, bayam dan kurma (Noor,2004). Tipe
jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri dari:
1) Xilem
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari
berbagai macam bentuk sel. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam
mineral dari akar menuju ke daun, serta berfungsi sebagai jaringan penguat karena
mempunyai dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin (Hartanto, Nugroho,
dkk, 2012:). Pada umumya elemen xilem terdiri dari trakeid dan trakea, serabut
xilem, dan parenkim xilem.
2) Floem
Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan
mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan
yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel yang bersifat hidup dan
mati (Hartanto, Nugroho, dkk, 2012: 97). Pada umumnya elemen floem disusun
oleh unsurunsur tapis, sel pengiris, serabut floem, sklereid, dan parenkima floem.
Unsur utama adalah pembuluh tapis dan parenkima floem. Parenkima floem
berfungsi menyimpan cadangan makanan. Persebaran serabut floem sering kali
sangat luas dan berfungsi untuk memberi sokongan pada tubuh tumbuhan
(Solomon, 2008)

G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam percobaan B1 diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Pada hari 0 perlakuan A,B,C,D,E,F,G sama sekali tidak mengalami penyerapan


air, pada hari ke 2 perlakuan A,B,C,D,E,F,G secara berturut turut mengalami
penyerapan sebanyak 0,2, 0,3, 0,3, 0,1, 0,1, 0,1, 0,1. Pada hari ke 4 perlakuan
A,B,C,D,E,F,G secara berturut turut mengalami penyerapan sebanyak 0,2, 0,3,
0,3, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2. Pada hari ke 6 perlakuan A,B,C,D,E,F,G secara berturut
turut mengalami penyerapan sebanyak 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2, 0,2.

13
2. Hari 0 semua daun berwarna hijau, hari ke 2 warna daun A,B,D,E,F,G berwarna
hijau sedangkan C berwarna hijau muda, hari ke 4 warna daun A,B,F hijau, C
hijau kekuningan D,E,,G hijau tua, hari ke 6 warna daun A hijau kekuningan, B
hijau, C,D,E,F,G coklat.
3. Pada hari ke 0 jumlah daun ABCDEFG secara berturut-turut 4,3,4,4,3,4,3. Pada
hari ke 2 jumlah daun secara berturut turut 4,3,4,4,3,4,3, Pada hari ke 4 jumlah
daun secara berturut turut 4,3,4,4,3,3,3. Pada hari ke 6 perlakuan A,B,C,D,E,F,G
secara berturut turut jumlah daun secara berturut turut 3,3,2,3,2,3,3.

H. Daftar Pustaka
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky,
R.B. Jackson. 2011. Biology 9th edition. USA: Benjamin/ Cummings Pearson
Education, Inc.
Lakitan, B . 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rosmarkam, Afandiedan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Moore, 1979. Faktor Luar dan faktor Dalam Tubuh Tumbuhan
Moore, T. C. 1979. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones.New Yotk: Springer
Verlag
Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nugroho, H., Purnomo, I. Sumardi. 2010. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok:
Penebar Swadaya.
Solomon, E.P., Berg L.R. dan Martin, D.W. 2008. Biology, Eighth Edition, Thomson
Learning Academic Resourse Center, Publisher Peter Adams, Australia,
Canada, United Kingdom, United States

14
15

Anda mungkin juga menyukai