Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FILARIASIS

Diajukan Untuk Memenuhi tugas pratik PKKMB 1

Dosen Pembimbing : Dede Nur Aziz Muslim S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh

Marisa Nur Meliani

191FK01071

2C

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

PRODI D-III FAKULTAS KEPERAWATAN

2021
1. Definisi
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit
ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan
cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun
laki-laki.(Witagama,dedi.2009)

2. Etiologi
Wuchereria bancrofti merupakan cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti
benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina berukuran
dua kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0,2-0,3 mm. Manusia merupakan satu-satunya
hospes yang diketahui. Penularan nyamelalui proboscis (labela) sewaktu gigitan nyamuk
yang mengandung larva inefektif. Larva akan terdeposit di kulit, berpindah kepembuluh
limfa berkembang menjadi cacing dewasa selama 6-12 bulan, dan menyebabkan
kerusakan dan pembesaran pembuluh limfe. Filariasis dewasa hidup beberapa tahun di
tubuh manusia. Selama periode tersebut filarial berkembang menghasilkan jutaan
microfilaria (umur 3-36 bulan) yang belum masak, beredar di daerah perifer dan dapat
dihisap oleh nyamuk yang kemudian menularkan kemanusia lain (Nurarif & Kusuma,
2015, p. 144).
Cacing panjang halus seperti benang yaitu: filariasis yang disebabkan oleh
Wuchereria Bancrofti, (filariasis Bancrofti), filariasis yang disebabkan oleh brugia malayi
(filariasis malayi, filariasis brugia), filariasis yang disebabkan oleh brugia timori (Kunoli,
2012, p. 200).
3. Tanda dan Gejala
- Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi
- Umumnya masa tunas 8-12 bulan
- Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis,
epididymitis dan orkitis
- Gejala dari limfa denitis nyeri local, keras didaerah limfe, demam, sakit kepala
- Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus mengalami
dan badan, mual, lesu dan tidak nafsu makan kekambuhan tidak teratur selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum sembuh
- Fase kronik terjadi dengan gejala hidrocel, kiluria, limfedema, dan elephantiasis
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan
limfadenitis), serta edema local yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat
retrograde, menyebar secara periferdari KGB menuju arah sentral. Sepanjang
perjalanan ini, KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan
meradang (Padila, 2013, hal. 412).

4. Patofisiologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembulu getah bening
akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh mikrofilaria. Cacing
dewasa hidup dipembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan
menyebabkan pelebaran pembulu getah bening dan penebalan dinding pembuluh.
Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag didalam dan sekitar pembuluh getah bening
yang mengalami inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan
penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan kerusakan atau
inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama edema keras terjadi pada
kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filasriasis ini disebabkan
oleh efek langsung dari cacicng ini dan oleh respon imun yang menyebabkan pejamu
terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan
proliferasi yang menyebabkan obstruksi total getah bening (Sudoyo dkk, 2010, p. 2932).
5. Pathway

Parasit

Menuju Pembuluh
Limfa

Perubahan dari Larva


stadium 3

Menyebabkan antigen
Berkembang Biak Parasit Dewasa parasit

Kumpulan Cacing Menyebabkan Mengaktifkan sel T


Filaria dilatasi dewasa

Penyumbatan Pembengkakan Ig E berikatan


Pembuluh darah pembuluh limfa

Mediator Inflamasi
Kerusakan struktur
Gangguan Nyeri
mobilitas

Kelenjar getah
Kerusakan bening
Integritas Kulit

Hipertermi
Adanya inflamasi
pada kulit

Harga diri rendah


6. Manifestasi klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:

 
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari
penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok
mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat
bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik
ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan
gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih
dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu
aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
7. Komplikasi
Jika tidak ditangan dengan serius penyakit ini dapat menimbulkan Hidrokel
membesar, adapun dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi.

1. Hidrokel yang besar sehingga menekan pembuluh darah


2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan sehari – hari.
4. Chyluria (terdapat lemak pada urine)
5. TPE (topical pulmonary eosinifilia)
6. Hematuria
7. Kelumpuhan saraf (Sudoyo dkk, 2010, p. 2934).

8. Pengobatan

Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah
infeksi bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi
jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin,
albendazole, atau diethylcarbamazine.

Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan mati,
sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda dan aliran getah bening kembali
lancar.

Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya


tidak dapat kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:

 Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau
berbaring.
 Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
 Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.
 Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
 Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran getah
bening di bagian yang bengkak.

Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat
pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk mengecilkan
pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan mengangkat sebagian kelenjar
dan pembuluh limfa yang mengalami infeksi.

Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak dapat kembali
normal. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan filariasis sangat penting untuk
dijalankan, terutama bagi orang yang berisiko terkena penyakit ini.

9. Pencegahan Kaki Gajah

Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari gigitan
nyamuk. Hal ini sangat penting dilakukan, terutama di daerah endemik kaki gajah. Untuk
memaksimalkan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, Anda dapat melakukan langkah-
langkah sederhana berikut ini:

 Mengenakan baju dan celana panjang


 Mengoleskan losion antinyamuk
 Tidur dalam kelambu
 Membersihkan genangan air di sekitar rumah

Penyebaran kaki gajah juga dapat dihentikan dengan cara mengikuti program
pemerintah untuk memberantas kaki gajah, yaitu pemberian obat pencegahan massal
(POPM).

Program ini dilakukan di daerah yang masih memiliki kasus kaki gajah, seperti
provinsi Papua, Papua Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nanggroe Aceh
Darussalam, dan Sulawesi Tenggara.
10. Pemeriksaan diagnostic

a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik.
Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun
(Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam
diagnosis filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis
berulang dan gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c. Radiodiagnosis
            Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar
limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak
(filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin
yang dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem
limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremia, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen
merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih
mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O.
gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W.
bancrofti di Papua New Guinea.

11. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini
ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping
sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam,
berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia,
kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan
atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel,
funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis
pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita
mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis
pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering
ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi
dengan obat simtomatik.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

http://yetisuhaeti95.blogspot.com/2017/01/laporan-pendahuluan-filariasis.html

https://www.alodokter.com/filariasis#:~:text=Pengobatan%20Kaki%20Gajah,ivermectin%2C
%20albendazole%2C%20atau%20diethylcarbamazine.

https://samoke2012.wordpress.com/2018/08/29/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-
filariasis/

Anda mungkin juga menyukai