FISIOLOGI TUMBUHAN
LABORATORIUM TERPADU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
PERCOBAAN F1 DAN F2
FOTOSINTESIS
A. Capaian Pembelajaran
Praktikan dapat menjelaskan hasil reaksi fotosintesis dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap fotosintesis
B. Capaian Pembelajaran Mingguan
1. Praktikan dapat menguji kandungan amilum pada daun.
2. Praktikan dapat menjelaskan pengaruh cahaya terhadap kadungan amilum pada daun.
3. Praktikan dapat menjelaskan pengaruh suhu dan cahaya dari percobaan Ingenhouse
sederhana.
C. Dasar Teori
a. Fotosintesis
Fotosintesis (dari bahasa Yunani υώτο- [fó to-], "cahaya," dan σύνθεσις
[sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia
pembentukan zat makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama
tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori
tinggi, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa
jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesis adalah reaksi
penting pada tumbuhan yang berfungsi mengkonversi energi (cahaya) matahari menjadi
energi kimia yang disimpan dalam senyawa organic (Campbell &Reece, 2008). Cahaya
matahari diperlukan tanaman sebagai sumber energi untuk menjalankan 2 tahapan reaksi
pada fotosintesis yaitu reaksi terang atau light dependent reaction/LDR) yang terjadi di
tilakoid dan siklus Calvin atau light independent reaction/LIR) yang terjadi di stroma
(Yustiningsi, 2019). Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan
H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut
fotosintesis dengan persamaan reaksi kimia berikut ini :
cahaya matahari 6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2 .
Pigmen fotosintesis Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan
substrat dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen
fotosintesis (berupa klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan
karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari
spektrum tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari
spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada
karbohidrat berasal dari CO2 dan atom H pada karbohidrat berasal dari H2O ( A.N Song,
2012) .
b. Amilum
Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang berbeda yaitu
amilosa (17-20%) dan amilopektin (83- 80%)). Amilum juga didefinisikan sebagai
karbohidrat yang berasal dari tanaman, sebagai hasilfotosintesis, yang disimpan dalam
bagian tertentu tanaman sebagai cadangan makanan). Sifatnya yang inert dan dapat
tercampurkan dengan sebagian besar bahan obat merupakan kelebihan dari amilum
sebagai eksipien (Rissang, 2017). Amilum yang sering digunakan dalam industri farmasi
dapat dibagi menjadi 2 yaitu amilum alami dan amilum modifikasi. Amilum alami
(native starch) adalah amilum yang dihasilkan dari sumber umbi-umbian dan belum
mengalami perubahan sifat fisika dan kimia atau diolah secara fisika-kimia. Jika amilum
alami digunakan sebagai eksipien dalam tablet maka terdapat dua kekurangan yang
berpengaruh terhadap sifat fisik granul yaitu mempunyai daya alir dan kompaktibilitas
yang kurang baik. Hal ini terjadi karena amilum alami banyak mengandung amilosa
sehingga bersifat kering, kurang lekat dan cenderung menyerap air lebih banyak. Granul
amilum alami mempunyai kompaktibilitas yang kurang baik karena bentuk granulnya
oval polihedral sehingga strukturnya cenderung agak. Amilum termodifikasi merupakan
suatu amilum yang sudah diproses secara kimiawi maupun mekanis, sehingga
diharapkan akan diperoleh amilum yang mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang
lebih baik dari amilum asalnya sehingga dapat digunakan sebagai eksipien (Rissang,
2017).
c. JKJ
JKJ merupakan suatu larutan yang mengandung idium yang berfungsi sebagai indikator
atau petunjuk untuk mengetehui adanya larutan amilum atau glukosa. JKJ dapat bekerja
apabila adanya kandungan zat amilum (Campbell, 2012). Pada proses fotosintesis
terbentuk karbohidrat amilum. Terbentuknya amilum dapat dideteksi dengan larutan JKJ
(Jodium Kalium Jodida) (Kimball, 2000). Adanya amilum dapat dibuktikan dengan
pengujiaan yodium. Amilum hanya terdapat pada bagian-bagian daun yang hijau dan
terkena sinar. Warna biru kehitaman pada daun saat daun ditetesi larutan JKJ
menandakan adanya amilum (Campbell, 2012).
d. Percobaan Ingenhouse
Percobaan Ingenhousz adalah salah satu percobaan yang digunakan untuk membuktikan
bahwa proses fotosintesis pada tumbuhan menghasilkan oksigen. Tokoh yang
mengenalkan percobaan Ingenhousz adalah Jan Ingenhousz. Dalam Pembelajaran
Fotosintesis, salah satu praktikum yang dilaksanakan adalah percobaan Ingenhousz.
Bermulai dari Jan Ingenhousz (1799) yang ingin membuktikan bahwa pada fotosintesis
dilepaskan O2. Hal ini dibuktikan dengan percobaannya menggunakan tanaman air
Kangkung air verticillata di bawah corong terbalik. Jika tanaman tersebut kena sinar,
maka timbulah gelembunggelembung gas yang akhirnya mengumpul di dasar tabung
reaksi. Gas ini ternyata oksigen percobaan ini untuk membuktikan bahwa hasil fosintesis
adalah Oksigen. Dalam percobaan Ingenhousz siswa merangkai alat dan bahan guna
menemukan fakta yang kemudian dihubungkan dengan konsep materi fotosintesis.
Adapun alat yang di gunakan adalah yang tabung reaksi, Gelas kimia besar, corong kaca,
kawat pengait (Maleh, 2020)
a. Disiapkan 4 buah plastik atau botol bekas dan diisi 2 botol plastik dengan air dan
sendok teh soda kue sebagai perlakuan 1, kemudian diisi juga 2 botol plastik
dengan air biasa saja sebagai perlakuan 2
b. Dimasukan 5 batang tanaman kangkong air kedalam masing-masing kantong
plastik setiap perlakuan
c. Ditutup rapat botol plastik bekas
d. Diletakan botol plastik berisi air + soda dan botol plastik berisi air saja diluar dan
terkena cahaya matahari
e. Diletakan botol plastik berisi air + soda dan botol plastik berisi air selanjutnya di
tempat gelap
f. Diamati banyaknya gelembung udara yang terbentuk selama 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit
g. Dicatat hasil pengamatan yang di dapatkan
Pembahasan
Data pada tabel diatas menunjukan jumlah gelembung yang muncul pada
setiap perlakuannya selama rentang waktu yang telah ditentukan. Pada tempat
gelap jumlah gelembung yang muncul pada perlakuan kontrol dimana kangkung
airh hanya direndam didalam air biasa selama 5 menit jumlah gelembung yang
terbentuk sebanyak 0 gelembung. Begitupula kangkung air yang direndam pada air
yang diberi bubuk soda kue jumlah gelembung yang terbentuk juga 0 gelembung.
Pada tempat gelap jumlah gelembung yang muncul pada perlakuan kontrol dimana
kangkung air hanya direndam didalam air biasa selama 10 menit jumlah
gelembung yang terbentuk sekitar 10 gelembung dan angka ini tergolong sedikit.
Sedangkan kangkung air yang beri perlakuan atau eksperimen dimana kangkung
air direndam didalam air yang diberikan 2 sendok soda kue jumlah gelembung
yang terbentuk kurang lebih 16 gelembung dan jumlah ini juga tergolong sedikit.
Barulah pada kangkung air yang diletakan ditempat gelap selama 30 menit didalam
air bisa jumlah gelembung yang terbentuk sekitar 20 gelembung dan angka ini
tergolong banyak sedangkan pada perlakuan eksperimen jumlah gelembung yang
terbentuk sekitar 27 gelembung dan angka ini juga tergolong banyak.
Sedangkan pada kangkung air yang diletakan ditempat terang selama 5 menit
jumlah gelembung yang terbentuk pada perlakuan kontrol sekitar 12 gelembung
dan angka ini juga masih tergolong sedikit. Sedangkan pada kangkung air yang
diletakan ditempat terang selama 5 menit jumlah gelembung yang terbentuk pada
perlakuan eksperimen sekitar 17 gelembung dan angka ini juga masih tergolong
sedikit. Pada kangkung air yang diletakan ditempat terang selama 10 menit jumlah
gelembung yang terbentuk pada perlakuan kontrol sekitar 27 gelembung dan angka
ini sudah tergolong banyak. Sedangkan pada kangkung air yang diletakan ditempat
terang selama 10 menit jumlah gelembung yang terbentuk pada perlakuan
eksperimen sekitar 42 gelembung dan angka ini juga masih tergolong banyak.
Barulah pada kangkung air yang diletakan ditempat terang selama 30 menit jumlah
gelembung yang terbentuk pada perlakuan kontrol sekitar 37 gelembung dan angka
ini tergolong banyak. Sedangkan jumlah gelembung yang terbentuk pada perlakuan
eksperimen adalah sekitar 57 gelembung dan angka tersebut tergolong sangat
banyak. Dapat kita lihat bahwa memang jumlah gelembung yang muncul pada
perlakuan eksperimen dimana air rendaman diberikan 2 sendok soda kue lebih
banyak dibandingkan jumlah gelembung yang muncul di perlakuan kontrol yang
hanya berisi air saja. Hal ini dikarenakan soda kue memiliki sifat yang dapat
mempercepat laju reaksi fotosintesis sehingga jumlah gelembung yang dihasilkan
menjadi lebih banyak. Selain itu dapat pula kita lihat jumlah gelembung yang
dihasilkan di tempat terang lebih banyak dibandingkan jumlah gelembung yang
dihasilkan ditempat gelap baik pada waktu 5 menit, 10 menit, bahkan 30 menit. Hal
tersebut memang semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin banyak ATP
yang terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis. Maka gelembung yang
dihasilkan semakin banyak (Lupitasari, 2020). Selain itu perbedaan jumlah
gelembung yang dihasilkan pada perlakuan yang ditempatkan ditempat gelap dan
tempat terang juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal berpengaruh pada
hidrolisis air dan difusi karbon dioksida ke dalam daun, tetapi akan sangat
berpengaruh terhadap reaksi- reaksi biokimia fiksasi dan reduksi karbon dioksida.
Oleh sebab itu, peningkatan suhu akan menurunkan laju fotosintesis sampai
terjadinya denaturasi enzim dan kerusakan pada fotosistem (Lupitasari, 2020)
sehingga memang dibutuhkan suhu yang optimum untuk dapat melakukan
fotosintesis yang maksimal. Pada perlakuan yang diletakan ditempat gelap suhu
yang dibutuhkan kisaran 40-50 °C, suhu tersebut adalah merupakan suhu optimum
tanaman atau tumbuhan dapat melakukan fotosintesis ketika cahaya matahari yang
diterimanya kurang. Namun memang suhu ditempat gelap tidak mencapai angka
tersebut sehingga proses fotosintesis tidak dapat berjalan maksimal.
Adapun beberapa faktor yang menentukan laju fotosintesis ialah intensitas cahaya,
konsentrasi karbon dioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat (hasil foto sintesis),
dan tahap pertumbuhan tanaman (Lupitasari, 2020). Namun pada percobaan kali ini
faktor yang paling mempengaruhi adala intensitas cahya dimana apabila intensitas
cahaya berada dalam angka optimal maka proses fotosintesis juga akan berjalan
secara optimal.
Gambar 8. Fotosintesis di tempat gelap Gambar 9. Fotosintesis di tempat terang
Pembahasan
Gambar diatas merupakan gambar fotosintesis di tempat gelap G.8 dan G.9
fotosintesis ditempat terang. Dimana pada wadah yang sebelah kanan berisi
kangkung air yang direndam didalam air yang ditambakan 2 sendok soda kue.
Sedangkan sebalah kiri berisi kangkung air yang hanya di rendam didalam air
biasa tanpa di tambahkan apapun. Dapat kita lihat didalam wadahselah kanan
berisi kangkung airh yang ada terlihat seperti naik ke atas hal ini dikarenakan
adanya gaya dari soda yang dicampurkan tersebut. Sedangkan kangkung air yang
berada di wadah seblah kiri lebih berkumpul didasar botol hal tersebut dikarenakan
tidak adanya gaya tambahan dari air yang diisi didalam botol tersebut. Kemudian
dapat pula kita lihat jumlah gelembung yang terbentuk pada kangkung air yang
diletakan ditempat gelap lebih sedikit dibandingkan jumlah gelembung yang
dihasilkan oleh kangkung air yang diletakan ditempat terang. Hal tersebut
dikarenakan memang fotosintesis membutuhkan cahaya sehingga jumlah cahaya
yang cukup dapat membuat hasil fotosintesis menjadi lebih optimal. Hal tersebut
sesuai teori Lupitasari (2020) yang mengatakan bahwa memang semakin tinggi
intensitas cahaya maka semakin banyak ATP yang terbentuk, sehingga
mempercepat fotosintesis. Maka gelembung yang dihasilkan semakin banyak.
G. Kesimpulan
H. DaftarPustaka
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Universitas Sam
Ratulangi: Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12(1).
Campbell, N.A., J.B Reece, L.A Urry, M.L Cain., S.A Wasserman, P.V. Minorsky.
2017. Campbell Biology 11th Edition. New York: Pearson Higher Education.
Campbell, Neil.A., dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. (Alih bahasa:
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.
Fressenden R. J. 1997. Plant and Introduction to Modern Botany. New York :
Macmillan Publishing Co., Inc,
Kimball. J. W.1998. Biologi Edisi V jilid 1. Jakarta : Erlangga
Loveless.1994. Study Guide to Accompany Botany. Singapore : Chesther Bistane
Toronto
Lupitasari, Diana. Dkk. 2020. Pengaruh Cahaya dan Suhu Berdasarkan Karakter
Fotosintesis Ceratophyllum demersum sebagai Agen Fitoremediasi Effect of Light
and Temperature Based on the Photosynthetic Characteristics of Ceratophyllum
demersum as a Phytoremediation Agent. J. Kartika Kimia. Vol 3, (1) : 33-38
Maleh, Unru. 2020. Modifikasi Alat Percobaan Ingenhousz Untuk Meningkatkan
Efektifitas dan Efisiensi Pembelajaran Fotosintesis Pada Siswa Kelas VIII-3 SMP
Negeri 4 Pangkalan Raya. BALANGA: Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Vol. 8 (1):1-10
Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara Invitro
(The responses of potatoes (Solanum tuberosum L.) explant in vitro growth in
photoautorof condition). Pusat TFM - BPP Teknologi
Priyanta, Rissang B.S. dkk. 2017. Sifat Fisik Granul Amilum Jagung yang
Dimodifikasi secara Enzimatis Dengan Lactobacilus acidophilus Pada Berbagai
Waktu Fermentasi. Jurnal Farmasi Udayana. Vol 3 (2).
Salisbury F.B. dan Ross.C.W.1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Cetakan Keempat
Diterjemahkan oleh : L. Sumaryono 1995). Bandung: Penerbit ITB
Setyanti dkk. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijauan Alfafa
(Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang
Berbeda. Animal Agriculture Journal. Vol. 2 (1) : 86 - 96
Yustiningsih, Maria. 2019. Intensitas Cahaya dan Efisiensi Fotosintesis Pada
Tanaman Naungan dan Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. Jurnal Pendidikan
Biologi (JBE). Vol 4 (2) : 44-49