Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmHf
disertai peningkatan diatolik tetap 90 mmHg pada 2 kali pengukuran
selang waktu 5 menit dalam keadaan rileks. Tekanan darah yaitu
cardiac output. Diastole adalah fase ketika jantung beristrihat ketika
darah masuh, diastole ketika jantung memompa darah keseluruh
tubuh. Sebelumnya mengalami hipertensi akan terjadi prehipertensi
terlebih dahulu.
Etiologi
Hipertensi Esensial atau primer
Hipertensi yang tidak diketauI penyebabnya, kemungkinan karena
factor genetic dan lingkungan
Hipertensi non esensial atau sekunder
Penyebabnya diketahui berasal dari penyakit tertentu seperti
penyakit ginjal kronis, gangguan fungsi hormon paratiroid dan tiroid
atau obat-obatan tertentu misalnya amfetamin, NSAID,
kortokosteriid, kontrasepsi oral, imunosupresan. 5-10% penyakit
hipertensi
Faktor Resiko
- Perokok
- Obesitas
- Tidak bergerak secara aktif
- Usia laki-laki 55 tahun perempuan 65 tahun
- Diabetes melitus
- GFR <69 mL/min
- Urin protein >150 mg/24 jam
Patofisologi
1. Ketidakseimbangan RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron
Sistem)
Hati membuat dan melepaskan protein yang disebut
angiotensinogen, Angiotensinogen diubah oleh enzim renin yang
dihasilkan oleh ginjal diubah menjadi angiotensin I, angiotensin I
kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin
converting enzyme yang terdapat pada paru-paru, pada
angiotensin II ini ada 2 reseptor yang saling berkompetisi untuk
berikatan dengan angiotensin 2, pada hipertensi regulasinya
gagal sehingga yang seharusnya reseptor AT2 yang berikatan
dengan angiotensin 2 tetapi malah reseptor AT1 yang berikatan
dengan angiotensin II, Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai
vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian instraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat sehingga meningkatkan
tekanan darah.
b. Jalur kedua yaitu menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron adalah hormon steroid yang berperan
penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi NaCl dengan
cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada akhirnya meningkatkan
volume dan tekanan darah.
2. Sympathetic nerveous system/system saraf simpatik
Sistem saraf simpatis ginjal adalah yang berperan utama
diperkembangan dan pemeliharaan hipertensi, yang akan
mempengaruhi tekanan darah melalui dua jalur yaitu jalur eferen
dan aferen. Pada jalur eferen dimulai dengan membawa sinyal
dari SNS (sympathetic nerveus system) ke ginjal untuk
meningkatkan ekskresi renin sehingga mengaktifkan sistem
RAAS dan meningkatkan natrium dan retensi air, semuanya
menghasilkan peningkatan volume sirkulasi dan karena itu
meningkatkan tekanan darah. Hal ini mnyebabkan aliran darah
keginjal menurun dan untuk meningkatkan perfusi maka ginjal
memicu jalur aferen yang mmbawa signal menuju ke SNS
(sympathetic nerveus system) yang akhirnya mmperberat
aktivitas saraf simpatis lalu mempertahankan tekanan darah
tinggi
Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
Manifestasi Klinik
Gejala
- Sakit kepala
- Pusing
- Sakit pada tengkuk leher
- Penglihatan kabur
- Palpitasi
- Lelah
Tanda
- Nilai TD diatas normal
Diagnosis
- Pengukuran TD secara berulanf : BP lebih 140/90 mmHG
- Pengukuran pertama : BO lebih dari 210/120 mmHg
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan darah
- Chesr X-ray dan ECG
- Identifikasi faktor resiko
Penatalaksanaan
Goal terapi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler dan ginjal
Terapi non farmakologi
Mengkurangi asupan natirum, mengurangi merokok, alcohol, kurangi
berat badan jika obesitas, konsumi rendah lemak, dan lebih banyak
makan buah buahan dan sayur.
Algoritma
Terapi hipertensi JNC 8
Modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi, jika hipertesi tidak diabetes
melitus dan CKD ketika >60 tahun BP goal <150/90 mmHg, <60
tahun BP goal <140/90 mmHg, ras kulit putih golongan tiazid, ACEI,
CCB, ras kulit hitam golongan tiazid atau CCB, jika tidak jika
hipertensi tidak CKD dan diabetes melitus BP <140/90 mmHg , jika
hipertensi baik CKD dengan atau diabetes melitus BP goal <140/90 ,
diberi CCB atau tiazid. ACEI, ARB, CCB, TIAZID, jika tidak ada
penyakit penyerta dgn , DM ACEI dan ARB, CKD ACEI dan ARB,
Mencegah ternajdi stroke, ACEI DAN TIAZID
Terapi Farmakologi
1. Diuretik
Menurunkan retensu air dan reabsobsi Na +. Na+ memasukin urin
dalam jumlah banyak untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik.
- Tiazid
Nama obat golongan tiazid adalah Hidroklorotiazid, klorotiazid,
klortalidon dan indapamid. Indikasi klinis yaitu hipertensi pada
lansia dengan ras kulit hitam, gagal jantung pngestif dan
hiperkareturia. Efek samping hipokalemia, hipomagneaimes,
hiperkalesemia, hiperglikemia, hiperurisemia (70% penyakit)
potensi gout. Kontraindikasi dengan hipertensi disertai
diabetes melitus atau hiperlipidemia.
- Loop Diuretik
Furosemid, bumetanid, asam etakrinat dan torsemid. Dosis
masa kerja pendek sehingga perlu dosis 2 kali sehari dengan
efek samping hipokalemia, hipomagneaimes, hiperkalesemia,
hiperglikemia kontraindikasi dengan penyakit fungsi ginjal
tidak adekuat atau CR 50ml/min.
- Hemat Kalium
Spironolakton, amilonid dan triamferen. Disebut juga diuretik
lemah sehingga perlu kombinasi dengan diuretuik lain atau
mengurangi hipokalemia dari diuretik lain bisa juga dikatakan
hiperaldosteroidisme primer. Kontraindikasi dengan gagal
ginjal kronis klirens serum lebih dari 25 mg/dl dengan efek
samping hiperkalemia jika dikombinasi dengan ACEI, ARB
dan sumplemen kalium, gynecomastia 10%, menstruasi tdak
teratur dan berkuranganya libido. Dimana spironolakton
dengan dosis 100 mg/hari menyebabkan efek tiazid 25 mg
- Osmotik
Manitol dan urea
- Inhibitor Anhidrat Karbonat
Asetazolamid. Efeksamping batuk kering disebabkan karenan
meningkatnya bradikinin kontraindukasi dengan wanita hamil
trimester 2 dan 3 atau fetotoksisk. Indikasi efektif pada pasien
hipertensi pasien muda dengan ras kulit putih, gagal jantung
kronis, infark miokar dan hipertensi disertai diabetes melitus
dan obesitas.
- Penghambat beta-blocker
Dimana bekerja menurunkan aksi simpatik utamanya
direseptor B1 dijantung menghambta pelepasan renin
sehingga menurunkan pembentukkan angiotensin II dan
sekresi aldosteron sehingga menurunkan ion NA + dan air.
a. Kardioselektif (atenolol, bisoprolol dan metoprololo)
b. Non selektif (propanolol dan nadolol)
c. Simpatomimetik instrinsik (asebutolol dan pindolol)
- CCB
Bekerja menghambat gerakan masukknya kalsium denga cara
terikat pada kanal kalsium tipe L dijantung dan otot polos
koroner dan cvaskuler perifer sehingga menyebabkan otot
polos vaskuler beristirahat terjadi dilatasi arteriola
a. Difenil alkil amin (verapamil)
b. Benzitiazepin (diltiazem)
c. Dihidropiridon (nifedipin,amlodipin, felodipin dan nikardipin)
- Antagonis Reseptor Angiotensin II
Bekerja menghambat pelepasan renin sehingga menurunkan
pembentukkan angiotensin II dan sekresi aldosteron sehingga
menurunkan retensi ion Na+ dan air. Dengan indukasi
hipeertensi disertai diabetes melitus, gagl jantung dan gagal
ginjal kronik. Efek samping obat lebih ringan daripda ACEI
dan kurang menyebabkan batuk dibandingkan ACEI.
Kontraindikasi dengan wanita hamil trimester 2 dan 3
menyebabkan fetotoksik
- Penghambat alfa blocker
Indikasi dengan kombinasi dengan diuretik untuk
meminimalkan edema dan oembesaran prostat. Efek samping
refleks takikardia shingga perlu kombnasi dengan beta bloker
dan hipotensi postural. Bekerja menyekat kompetitif alfa 1
adrenoseptor sehingga menurunkan resistensi vaskular perifer
dan tekanan darah arterial dengan menyebabkan relaksasi
otot polos areteri dan vena.
- Vasodilator
Vasidilatior langsung dengan cara menurunkan resistensi
perifer yaitu hidralazin dan minoksidil yang menyebabkan
refleks takikardia sehingga digunakan bersama dengan
betabloker dan diuretik untuk menurunkan retensi antrium.
- Obat adrenergik yang bekerja sentral
Klonidin dan alfa metildopa bekerja mengurangi aliran
adrenalin dari ssp yang menyebabkan penurunan resistensi
perifer. Obat ini digunakan pada pasien hipertensi dengan
insufisiensi ginjal. Dengan penghentian mendadak dapat
menyebabkan rebound hipertensi.
- Kedaruratan hipertensi
Sangat membahayakan dimana tekanan darah diatas 210/150
mmHg. Namun jarang terjadi. Tujuan pengobatan ini untuk
menurunkan tekanan darah secepatnya. Obat yang dapat
digunakan yaitu natrium nitropusid dan diazoksid sebagai
vasodilator langsung dengan refleks tikakardia sehingga
diberikan bersama dengan penyekat beta. Kemudian obat
labetalol dimana penyekat alfa dan beta non selektif tifak
memiliki refleks takikardia.