Anda di halaman 1dari 17

ANALISA SINTESA

MINGGU I

DISUSUN OLEH

INDAH PERMATA DEWI

(113063J120087)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2020-2021
LAPORAN ANALISA SINTESA

Initial klien : Tn A
Diagnosa medis : PPOK
No RM : 2001xxxxx

1. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana individu mengalami
ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk
secara efektif. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihanjalan napas tidak efektif
merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.(Sumber : Carpenito & Moyet, 2013, Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016 ).
2. Tindakan yang dilakukan:
Suction
3. prinsip-prinsip tindakan dan rasional:
Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah
ditetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi
tambahan karena prosedur tindakan suction. Teknik suction ada tiga jenis pelaksanaan
perawatan, yakni secara teknik steril, teknik modifikasi steril dan teknik bersih/non steril.
Teknik steril berupa kateter steril dan sarung tangan steril. Modifikasi teknik steril berupa
kateter steril dan sarung tangan bersih. Teknik bersih/non steril berupa kateter bersih dan
tangan yang bersih (Sumber : DEWI ANTIKA SARY, S.KEP.,NERS)
Prosedur tindakan keperawatan
Tujuan:
1. Mengurangi retensi sputum
2. Mencegah terjadinya infeksi paru
3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
4. Mencegah aspirasi pulmonal oleh cairan atau darah
Prosedur kerja

No Komponen

I Tahap Pre-Interaksi (persiapan perawat)


1. Cek instruksi perawatan
2. Mengkaji data-data mengenai kebutuhan penghisapan lendir/suction 
3. Siapkan alat:
a. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
b. Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
c. Pinset steril atau sarung tangan steril.
d. Alas dada atau handuk.
e. Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
f. Kom berisi cairan desinfektan (savlon 1:100) untuk membilas kateter.
g. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang sudah dipakai.
h. Ambubag / air viva dan selang O2.
i. Pelicin / jely
j. 1 botol Nacl 0,9 %
k. Nierbeken/bengkok
l. Kantong balutan yang kotor
m. Kertas tissue
n. Sarung tangan bersih
4. Cuci tangan

II Tahap Orientasi (persiapan pasien dan lngkungan)


1. Berikan salam, identifikasi pasien dan panggil pasien dengan namanya.
2. Tanyakan keluhan utama.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan penghisapan lendir (suction) kepada pasien/keluarga.
4. Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.
5. Jaga privasi pasien.

III Tahap pelaksanaan (kerja)


1. Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat
2. Menghubungkan kateter pengisap dengan slang pada mesin suction
3. Menghidupkan mesin suction
4. Memasukan cateter kedalam botol berisi air steril, mengontrol apakah alat suction
bekerja baik atau tidak.
5. Menjepit pangkal kateter dengan tangan kiri
6. Memasukan ujung kateter dengan tangan kanan kedalam mulut/hidung sampai
kerongkongan, bila perlu kateter dimasukan lebih dalam atau sejauh mungkin
a. Nasopharingeal ½ kateter yang masuk
b. Oropharingeal ¾ kateter yahg masuk
7. Mengisap lendir dengan menarik dan memasukan katetr dengan perlahan-lahan
dengan arah diputar
8. Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada rangsangan batuk untuk
mencegah trauma pada carina
9. Lama pengisapan ± 10-15 detik setiap 3 menit untuk mencegah hypoxi
10. Menarik kateter dengan arah diputar
11. Membilas kateter dengan air steril
12. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas 3-7 kali.
13. Ulangi prosedur diatas sampai bersih dan jalan nafas bebas dari lendir dan tidak
berbunyi
14. Mematikan mesin
15. Melepaskan kateter dari slang pengisap
16. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan cairan
desinfektan dalam tempat yang sudah disediakan.
17. Merapikan pasien

IV Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (data subyektif dan data obyektif).
2. Berikan reinforcement.
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya (k/p).
4. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam.
5. Cuci tangan.

V Dokumentasi
1. Mencatat hasil pengkajian saluran nafas sebelum dan sesudah penghisapan, ukuran
kateter yang digunakan, lama penghisapan, rute penghisapan, toleransi klien, tekanan
mesin yang digunakan, karakteristik lendir (jumlah, bau, warna, dan konsistensi
lendir).
2. Mencatat respon klien selama prosedur.

4. Analisa Tindakan Keperawatan:


Penurunan sarurasi oksigen

Gurgling

Penumpukan sekret

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Tindakan Soction untuk menghilangkan sekret yang menyumbat jalan nafas


5. Resiko yang dapat terjadi:
Kemungkinan bahaya yang akan terjadi akibat tindakan suction adalah nyeri hebat yang
dirasakan oleh pasien, hipoksia, trauma jaringan dan inflamasi di area saluran pernafasan
dan meningkatkan risiko infeksi.

6. Hasil yang didapat dan maknanya:


Dari tindakan suction banyak hal yang ilmu yang saya pelajari mulai dari keterampilan dalam melakukan
suction yang bersifat steril , ketelitian selama melakukan tindakan seperti memastikan jumlah kadar o2
dalam darah diatas 98-100 serta memaksimalkan ownya jika dibawah 98-100 . Selain itu juga, pertolongan
segera pada klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan suction terutama dalam
membersihkan jalan nafas klien kondisi klien sehingga tidak terjadi kegawatan lebih lanjut.

7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi):
Tindakan lain dalam mengatasi masalah klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu dengan
batuk efektif tujuannya Mengeluarkan sekret dari jalan napas. Kegiatan ini dapat dilakukan salah
satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatantidak istimewa tetapi ini sangat efektif
dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu .

Daftar refrensi
Craven, RF. And Hirnle, Constance J. (2000), Fundamental of Nursing, 3rd edition, New
York: Lippincott.

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8,
Jakarta.

Silbernagl, Stefan dan Lang, Florian. (2007), Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, edisi 1,
Jakarta: EGC.

Potter, P.A, Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Initial klien : Tn H
Diagnosa medis : PPOK
No RM : 2001xxxxx

1. Diagnosa keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas


Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana individu mengalami
ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk
secara efektif. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihanjalan napas tidak efektif
merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.(Sumber : Carpenito & Moyet, 2013, Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016 ).
2. Tindakan yang dilakukan:
Batuk efektif
3. prinsip-prinsip tindakan dan rasional:
Penerapan prosedur teknik pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi pulmonar
pada area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh gravitasi. Pembersihan dengan cara ini
dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda. Setiap
posisi mengalirkan bagian khusus dari pohon trakeobronkial-bidang paru atas, tengah, atau
bawah-ke dalam trakea. Batuk atau penghisapan kemudian dapat membuang sekret dari
trakea. Spasme bronkus dapat dicetuskan pada beberapa klien yang menerima drainase
postural. Spasme bronkus ini disebabkan oleh imobilisaisi sekret ke dalam jalan napas
pusat yang besar, yang meningkatkan kerja napas. Untuk menghadapi risiko spasme
bronkus, perawat dapat meminta dokter untuk mulai memberikan terapi bronkodilator
pada klien selama 20 menit sebelum dranase postural. (Sumber : Fransiska Dwi Hapsari, S. Kep.
Ners).
Prosedur tindakan keperawatan
Tujuan:
Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah:
1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
2. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran secret
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup
6. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
Prosedur kerja

I. Tahap Pre - Interaksi

1. Cek instruksi pemberian terapi


2. Cuci tangan.
3. Siapkan alat.
 Sputum pot berisi cairan desinfektan
 Kertas tissue
 Piala ginjal
 Air minum hangat
 Stetoskop
 Oksigen dan selangnya (K/P)
 Suction (K/P)
II. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan namanya.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dilakukan fisioterapi
klien/keluarga.
III. Tahap Kerja
1. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
2. Jaga privasi klien.
3. Bantu posisi klien semi Fowler atau Fowler.
4. Kaji tanda-tanda vital dan fungsi pernapasan yang signifikan (suara
napas, jenis pernapasan, frekuensi pernapasan).
LANGKAH-LANGKAH DRAINASE POSTURAL
1. Anjurkan pasien bernapas dalam dan batuk efektif setelah 3-4 kali
vibrasi untuk mengeluarkan secret.
2. Teknik batuk efektif :
Pasien dianjurkan napas dalam (inspirasi melalui hidung, ekspirasi melalui mulut) sebanyak 3 kali,
kemudian pada napas ke-3 ditahan selama 10 hitungan dan dibatukkan dengan kuat menggunakan otot
abdominal sebanyak 2 kali.
3. Tampung sekresi pada wadah yang bersih
4. Jika pasien tidak bisa batuk, lakukan pengisapan
5. Minta pasien untuk minum air.
6. Ulangi perkusi, vibrasi, dan postural drainase sampai area yang tersumbat telah terdrainase.
7. Setiap tindakan tidak boleh lebih dari 30-60 menit
Hal yang perlu diperhatikan
8. Auskultasi suara paru
9. Jika tidak ada suara abnormal, posisikan pasien pada posisi semula dan berikan minuman hangat pada
pasien untuk membantu mengencerkan secret.
10. Jika masih ada suara abnormal, berikan posisi istirahat atau pasien tidur dalam posisi postural drainase.
11. Tindakan clapping dan vibrasi di stop bila ada keluhan nyeri dan sesak nafas meningkat, tiba-tiba sakit
kepala dan adanya hemaptoe
IV. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (data subyektifdan data obyektif). Kaji ulang tanda-tanda vital dan fungsi
pernapasan yang signifikan. Bandingkan dengan pengkajian sebelum nebulisasi.
2. Berikan reinforcement.
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
4. Akhiri kegiatan.
5. Rapikan alat.
6. Cuci dan keringkan alat setelah digunakan.
7. Cuci tangan.
V. Dokumentasi
1. Catat kegiatan.
2. Catat hasil dari prosedur yang dilakukan.
3. Catat adanya efek samping atau reaksi merugikan yang muncul.
4. Catat data yang relevan pada dokumentasi keperawatan.
4. Analisa Tindakan Keperawatan:
Tindakan ini memerlukan keterampilan dari pemberian asuhan (perawat) selama proses
tindakkan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian
asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi. Menurut Nursing Intervention Clasification(NIC)
untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif akibat produksi sputum berlebih pada
pasien PPOK dapat diberikan tindakan mandiri keperawatan yaitu latihan batuk efektif
sumber : Menurut Bararah & Jauhar, (2013) (Bulecheck et al., 2016).
5.Resiko yang dapat terjadi:
Klien kurang memahami penjelasan perawat menyebabkan ketidaksesuaian dalam
mempraktekkan teknik batuk efektif
Cara pencegahan : Evaluasi bagaimana klien mempraktekkan teknik batuk efektif
6. Hasil yang didapat dan maknanya:
Dari tindakan teknik batuk efektif banyak hal yang ilmu yang saya pelajari mulai dari keterampilan dalam
melakukan teknik batuk efektif untuk membantu membersihkan sekret.

7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi):
Tindakan lain dalam mengatasi masalah klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu dengan
Perkusi dan vibrasi adalah teknik yang dilakukan secara manual untuk melepaskan lendir dan
meningkatkan pengaliran mukus serta sekret dari paru-paru pada klien dengan masalah-masalah paru-
paru tertentu.
a. Perkusi yaitu pergerakan yang ditimbulkan melalui ketukan pada dinding dada dalam irama yang teratur
dengan menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk. Pergelangan tangan dalam posisi
fleksi dan ekstensi selama pengetukan.
b. Vibrasi adalah teknik kompresi manual dan getaran pada dinding dada selama fase ekspirasi.
Kegiatan ini dapat dilakukan salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit
respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatantidak
istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada
pasien dengan fungsi paru yang terganggu .

Daftar refrensi
Fransiska Dwi Hapsari, S. Kep. Ners, Materi PKKT, 2020, Banjarmasin
Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I, 1994, EGC, Jakarta
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 2001, EGC,
Jakarta
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000, EGC, Jakarta
Initial klien : Tn F
Diagnosa medis : Pneumonia
No RM : 2001xxxxx

4. Diagnosa keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas


Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolar kapiler. Gangguan pertukaran gas adalah
kelebihan atau kekurangan oksigen dan pembuangan karbondioksida pada membrane
alveolus kapiler . Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigenasi
atau eliminasi karbondioksida dimembran kepiler alveolar..(Sumber : Heardman,2012,
Rosernberg,2010 , Wilkinson, 2012)
3. Tindakan yang dilakukan:
Pengambilan darah Arteri
4. prinsip-prinsip tindakan dan rasional:
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk memeriksa gas darah arteri (GDA), yaitu menilai
ada tidaknya gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik
atau gangguan metabolik. Dalam menentukan adanya gangguan asam-basa karena
pernapasan, dilakukan pemeriksaan PCO2 dan pH. Penilaian gangguan asam-basa karena
gangguan metabolik dilakukan pemeriksaan BE (base excess) dan bikarbonat (HCO3).
Pengambilan darah arteri dapat diambil melalui arteri radialis (pada pergelangan tangan),
arteri brakhialis pada daerah siku, arteri femoralis pada lipatan kaki. Pemeriksaan darah
pasien dengan penyakit paru obstruksi menahun, sindrom Guillain-Barre, diabetik
ketoasidosis, diare hebat, gagal ginjal, luka bakar, infark miokard akut, hipertiroid, emboli
paru, dan hipokalemia. Prinsip tindakan Keperawatan Steril, Darah yang diambil harus darah
arteri, Tindakan dilakukan secara tepat dan benar, Tindakan dilakukan sesuai dengan
indikasi/advis dokter

Prosedur tindakan keperawatan

Tujuan:

1. Untuk menilai status oksigenasi klien


2. Untuk menilai keseimbangan asam-basa
3. Untuk menilai efektivitas penggunaan ventilator
Prosedur kerja

Alat :

1. Torniquet 

2. Kapas alkohol 

3. Plester 

4. Spuit yang steril

5. Penutup jarum (karet ) 

6. Sarung tangan 

7. Heparin 

8. Kasa steril

Prosedur Kerja : 

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 


2. Cuci tangan
3. Ambil spuit sesuai dengan ukuran (5 ml) kemudian isi dengan heparin 0,1 cc. Basahi
bagian dalam spuit dengan heparin dengan mengguncangkannya
4. Tentukan arteri yang akan diambil darahnya
5. Pasang penopang/bantalan bila mengambil darah arteri pada pergelangan tangan
6. Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan diambil darah dengan kapas alkohol
7. Raba arteri dengan jari tangan yang setelah dilokalisasi. Arteri ditusuk dengan jarum
pada posisi tegak lurus, ambil darah sebanyak 2,5-5 cc atau sesuai program
8. Setelah darah diambil, tutup spuit dengan penutup kedap udara (penutup karet)
9. Berikan tekanan pada daerah yang ditusuk selama 2-5 menit.
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan gas darah arteri dan kirim ke laboratorium dengan
segera
11. Catat tanggal pengambilan dan respons pasien
12. Cuci tangan

5. Analisa Tindakan Keperawatan:


Tindakan ini memerlukan keterampilan dari pemberian asuhan (perawat) selama proses
tindakkan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi. Prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan
untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen
dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke seluruh tubuh. Saat darah
melewati paru-paru, oksigen masuk ke dalam darah sementara karbon dioksida terlepas dari
sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat
menentukan seberapa baik paru-paru dalam bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah
dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Prinsip tindakan Keperawatan Steril, Darah
yang diambil harus darah arteri, Tindakan dilakukan secara tepat dan benar, Tindakan
dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter

6. Resiko yang dapat terjadi:


Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar sesuai
prosedur tindakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prinsip tindakan. Namun
dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan
jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan
7. Hasil yang didapat dan maknanya:
Dari tindakan pengambilan darah arteri ini banyak ilmu yang saya pelajari mulai dari keterampilan dalam
melakukan pengambilan darah arteri dengan menjaga kesterilan

8. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi):
Tindakan lain dalam mengatasi masalah klien dengan gangguan pertukaran gas Pertukaran gas
merupakan suatu kondisi individu yang mengalami penurunan gas baik oksigen maupun
karondioksida antara alveoli paru dan sistem vascular, dapat disebebkan oleh sekresi yang
kental atau imbolisasi akibat penyakit sistem syaraf, depresi susunan saraf pusat, atau
penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas inimenunjukkan
penurunan kapasitas difusi, yang antara lain yang disebabkan oleh menurunnya luas
permukaan difusi, menebalkan membrane alveoli kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik
dan dapat menyebabkan pengangkutan O2’ dari paru kejaringan mejadi terganggu, anemia
dengan segala macam bentukknya, keracunan CO2’ dan terganggunya pada aliran darah.
Tanda klinisnya antara lain dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase
ekspirasi yang panjang, agitasi, lelah, letargi, meningkatnya tahanan vascular paru,
menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya PaCO2’ dan sianosis. (Mubarak, Lilis, &
Joko, 2015) Salah satu fungsi kolaboratif perawat adalah tindakan pengambilan spesimen.
Biasanya dokter menentukan tes dan perawat mengumpulkan dan mengirimkan spesimen
ke laboratorium. Meskipun beberapa prosedur tidak terlalu sulit untuk melakukannya,
pengumpulan spesimen mungkin menyebabkan rasa tidak nyaman bagi klien.

Daftar Refrensi

Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika

Wilkinson, A, (2012). Rencana asuhan kperawatan dan dokumentasi keperawatan :


diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif (Edisi 9).Jakarta : EGC

Heather Herdman, T, (2012). Nursing diagnoses : definitions & clasification. (Alih Bahasa
Made Sumarwati, S Kp, MN). Jakarta : EGC
Initial klien : Tn D
Diagnosa medis : Syok/ distress pernapasan
No RM : 2001xxxxx

1. Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif


Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi
tidak adekuat (Santoso, 2006). Pola napas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi dan
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2016)
2. Tindakan yang dilakukan: Pemberian terapi oksigenasi masker
3. prinsip-prinsip tindakan dan rasional:
a. Bersih

b.Persiapan alat dan persiapan pasien

Alat :

 Tabung oksigen

 Flowmeter

 Masker oksigen

c. Persiapan pemberian posisi semi fowler kepada klien

d. Atur peralatan oksigen dengan humidifier

e. Putar oksigen sesuai dengan terapi dan pastikan alat dapat berfungsi

Cek oksigen dapat mengalir atau tidak melalui selang

Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat

air

Perawat dapat merasakan oksigen keluar melalui masker oksigen

Atur oksigen pada flowmeter sesuai dengan kebutuhan

Pasang alat pemberian oksigen

Pakaikan masker hidung

Tarik karet masker kebelakang agar tetap berada ditempatnya

Prosedur tindakan keperawatan


Tujuan:

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan


2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
4. Untuk mengatasi keaadan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah
5. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard
Prosedur kerja

No
Kegiatan
.
I. Tahap Pre - Interaksi (Persiapan Perawat)
1. Cek instruksi pemberian oksigen.
2. Mengkaji data-data mengenai kekurangan oksigen (sesak nafas, nafas cuping
hitung, penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi, gelisah, bimbang dan
sianosis)
3. Siapkan alat dan cek fungsi :
a. Tabung oksigen (oksigen dinding) berisi oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier yang berisi NaCL atau aquades sampai batas pengisian 
b. Masker Oksigen (pemilihan alat sesuai kebutuhan)
c. Plester dan gunting (jika di butuhkan)
d. Kain kassa
e. Cotton bud dan tisu
4. Cuci tangan.

I. Tahap Orientasi (Persiapan pasien dan Lingkungan)


1. Berikan salam, identifikasi pasien dan panggil pasien dengan namanya.
2. Tanyakan keluhan utama.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian oksigen kepada pasien/keluarga.
4. Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.
5. Jaga privasi pasien.

I. Tahap Kerja
1. Bantu posisi pasien semi Fowler jika memungkinkan.
2. Atur peralatan oksigen:hubungkan selang masker oksigen dengan flowmeter pada
tabung oksigen atau oksigen dinding dan isi tabung humidifier dengan NaCl atau
Aquades.
3. Atur flowmeter oksigen sesuai
4. Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai.
a. Tempatkan masker ke arah wajah pasien dan letakkan dari hidung ke bawah, atur
masker sesuai dengan bentuk wajah, ikatkan karet pengikat melingkar kepala
pasien, alasi karet pengikat dengan kasa pada karet pengikat di telinga dan tulang
yang menonjol jika perlu.
5. Pastikan peralatan terpasang dengan tepat dan aman.
6. Kaji respon pasin secara teratur (setiap 15 menit setelah tindakan)
I. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (data subyektif dan data obyektif).
2. Berikan reinforcement.
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
4. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam.
5. Cuci tangan.

I. Dokumentasi
Catat kegiatan, hasil dari prosedur yang dilakukan, serta data yang relevan pada
dokumentasi keperawatan, waktu pelaksanaan.

6. Analisa Tindakan Keperawatan:


Klien dengan pola napas tidak efektif harus segera dilakukan tindakan pemberian oksigen
untuk membantu klien dalam mendapatkan pemenuhan kebutuhan oksigen yang adekuat
agar pola pernapasan klien bisa kembali normal.

7. Resiko yang dapat terjadi:


Bila diberikan trlalu banyak dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan bahkan
bisa sampai keracunan tetapi apabila kurang dari yang dibutuhkan dapat menyebabkan
sesak napas dan gangguan perfusi jaringan

8. Hasil yang didapat dan maknanya:


Dari tindakan pemberian terapi oksigen ini banyak ilmu yang saya pelajari mulai dari keterampilan dalam
melakukan pemasangan terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien

9. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi):
a. Monitor KU dan TTV

b. Kaji pola pernapasan dan bersihan jalan napas

c. Kolaborasi pemberian obat


Daftar Refrensi

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC,

Jakarta.

Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http://www.medicastore.

Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 15 April 2013).

Anda mungkin juga menyukai