PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pertama kali dibentuk pada tanggal 19
Agustus 1945 dengan nama Departemen Kehakiman. Menteri Kehakiman yang pertama
menjabat adalah Soepomo. Kementerian Hukum dan Hak asasi manusia pada zaman
pemerintahan Belanda disebut Departemen Van Justitie yaitu berdasarkan peraturan
Hederland Yudie Stateblad No. 576. Departemen Kehakiman telah beberapa kali berubah
nama karena disesuaikan dengan fungsi departemen tersebut yaitu dari Departemen
Kehakiman menjadi Departemen Perundang-undangan dan sekarang menjadi Kementerian
Hukum dan Hak asasi manusia.
Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan
instansi vertikal Kementerian Hukum dan Hak asasi manusia yang berkedudukan diProvinsi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak asasi
manusia. Kantor Wilayah terdiri dari beberapa divisi serta sejumlah unit pelaksana teknis
(UPT) termasuk kantor Imigrasi.Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Lapas Terbuka, Lapas
Narkotika, Rumah Tahanan Negara (Rutan), Cabang Rutan, Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara (Rupbasan), Balai Pemasyarakatan (Bapas), Balai Harta Peninggalan (BHP),
serta Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim).
1
Gagasan Pemasyarakatan dicetuskan pertama kali oleh Sahardjo pada tanggal 5 Juli
1963 dalam pidato penganugrahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ilmu Hukum
Universitas Indonesia. Sahardjo menyatakan ”di bawah pohon beringin Pengayoman yang
telah kami tetapkan untuk menjadi penyuluh bagi petugas dalam memperlakukan narapidana
maka tujuan pidana penjara kami rumuskan : di samping menimbulkan rasa derita pada
terpidana karena dihilangkannya kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar
bertaubat, mendidik supaya ia menjadi seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang
berguna. Dengan singkat tujuan pidana penjara adalah Pemasyarakatan”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 29 Tahun
2015 tanggal 30 September 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan adalah unsur pelaksana yang
berada dibawah dan tanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan
mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dibangun karakter Aparatur Sipil
Negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan
kesatuan bangsa. Maka, dibentuklah UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
2
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 merupakan peraturan hukum yang
dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai dasar hukum dalam
penyelenggaran manajemen dan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN). Pembentukan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang profesional diawali dengan Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditegaskan dalam Peraturan Kepala LAN
Nomor 16 Tahun 2015 untuk membentuk PNS yang profesional yaitu PNS yang
karakternya dibentuk oleh nilai-nilai dasar profesi PNS sehingga mampu melaksanakan
tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan publik.
Dengan demikian pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melaluis
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional dan bebas dari intervensi
politik serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 22 Undang-undang ASN Nomor 5 Tahun 2014.
Persepsi masyarakat pada saat ini terhadap kualitas pelayanan ASN masih belum
memuaskan dan terkesan memiliki alur pelayanan yang berbelit, prosedur yang kurang
jelas bahkan tidak jarang terkesan mempersulit masyarakat awam. Kondisi demikian
menyebabkan kurang positifnya citra kinerja ASN. Banyak kinerja ASN yang masih
kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dengan pekerjaannya, lebih mementingkan
kepentingan pribadi dibanding kepentingan masyarakat dan tak jarang terjerumus dalam
kasus korupsi maupun kasus pelanggaran hukum lainnya.
3
Menyikapi situasi tersebut Pemerintah mulai melakukan pembenahan dan pengetatan
aturan untuk meningkatkan profesionalitas para ASN. Langkah awalnya dengan
melakukan proses perekrutan model sistem CAT (Computer Assisted Test) sebagai modal
dasar untuk menciptakan ASN yang bersih dari KKN dengan SDM yang berkualitas. Lebih
lanjut selain proses rekrutmen dengan model baru, diberlakukan pula Latihan Dasar CPNS
pola baru. Latsar pola baru ini diharapkan meningkatkan kualitas ASN yang berlandaskan
pada nilai-nilai dasar yang meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi yang kemudian dapat disingkat menjadi ANEKA. Oleh karena itu
peserta Latihan Dasar CPNS mampu menjadi Aparatur Sipil Negara yang profesional
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik dan sebagai perekat dan pemersatu
bangsa.
Setelah mempelajari dan memahami kelima nilai dasar, peserta diklat latsar dituntut
untuk memliki nilai-nilai dasar tersebut sebagai pedoman dan prinsip yang menjadi
landasan dalam menjalankan profesinya sebagai ASN. Untuk menunjang aktualisasi nilai-
nilai dasar profesi ASN terlaksana dengan baik, maka peserta diklat latsar perlu membuat
Rancangan Aktualisasi kelima dasar tersebut yang dituangkan dalam dokumen Rancangan
Aktulisasi yang kemudian akan diaktualisasikan di tempat tugas masing-masing. Ada
harapan besar bahwa nilai-nilai dasar ASN yang sudah diaktualisasi bisa menjadi suatu
pembiasaan (habituasi) dalam setiap pelaksanaan tugas ASN.
Seiring berjalannya waktu pada Diklat Latsar kali ini mengalami perubahan baru
yang di atur dalam Peraturan Kepala LAN No. 25 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III.
Pengembangan terhadap konsep diklat terintegrasi sejalan dengan perkembangan dinamika
tuntutan jabatan dan penguatan terhadap kompetensi bidang sesuai dengan formasi jabatan
yang ditetapkan maka nomenklatur Diklat Latsar diubah menjadi Pelatihan Dasar Calon
PNS, Peserta pola baru yang terdapat pada diklat golongan II ini wajib mengikuti Struktur
Kurikulum Pembentukan Karakter PNS, yang terdiri dari :
4
1) Agenda Sikap dan Perilaku Bela Negara
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaranmata pelatihan Kesehatan Jasmani
dan Mental, Tata Upacara Sipil dan Keprotokolan, dan Kesiapsiagaan secara
terintegrasi. Setelah mempelajari mata pelatihan tersebut, peserta menerapkannya
sebagai proses pembentukan sikap perilaku sebagai PNS Profesional selama
penyelenggaraan pelatihan
2) Agenda Nilai–Nilai Dasar PNS
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata Pelatihan Akuntabilitas
PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Setelah
mempelajari mata Pelatihan tersebut, peserta melakukan studi lapangan dengan tujuan
untuk memperkuat pemahaman terhadap pembelajaran internalisasi Nilai-Nilai Dasar
PNS.
3) Agenda Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata Pelatihan Manajemen ASN,
Pelayanan Publik, dan Whole of Government. Setelah peserta mempelajari mata
Pelatihan tersebut, peserta melakukan studi lapangan dengan tujuan untuk memperkuat
pemahaman terhadap pembelajaran Pengetahuan tentang Kedudukan dan Peran PNS
dalam NKRI.
4) Agenda Habituasi
Agenda pembelajaran ini memfasilitasi agar peserta melakukan proses aktualisasi
melalui pembiasaan diri terhadap kompetensi yang telah diperolehnya melalui berbagai
mata Pelatihan yang telah dipelajari.
5
Untuk membentuk PNS yakni yang memiliki karakter yang dibentuk oleh
nilai-nilai dasar PNS yakini Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik,
Komitmen mutu, Anti korupsi serta dapat menjalankan peran kedudukan
PNS dalam NKRI dan manajemen ASN, Pelayanan publik dan Whole of
Governtment.
Mengerti dan memahami lebih dalam tentang nilai-nilai profesi Aparatur
Sipil Negara yang mencakup Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik,
Komitmen mutu, dan Anti korupsi (ANEKA).
Memperoleh pengalaman nyata tentang penerapan nilai dasar ANEKA
dalam bentuk Sikap dan Perilaku dan Disiplin, dalam Kedudukan dan
perannya sebagai anggota ASN yang akan diterapkan di instansi tempat
bekerja.
Bisa mengaktualisasi kelima nilai dasar yang diperoleh dari latihan Dasar
CPNS golongan II terkait tugas yang diamanatkannya.
- Manfaat :
Mampu menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas sehingga memiliki tanggung
jawab dan integritas terhadap tugas dan jabatan.
Mampu menerapkan nilai-nilai Nasionalisme dengan mengedepankan
kepentingan nasional dalam pelaksanaan tugas jabatan dan bekerja atas
dasar semangat nilai-nilai Pancasila.
Mampu menerapkan nilai-nilai Etika Publik dengan menjunjung tinggi
standar etika publik dalam pelaksanaan tugas dan jabatan.
Mampu menerapkan Nilai-nilai Komitmen Mutu dengan melakukan
inovasi peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatan sehingga mewujudkan
pelayanan yang prima di lingkungan kerja.
Mampu Menerapkan Nilai-nilai Anti korupsi dengan menekankan
kejujuran, kedisiplinan serta sikap tidak korupsi di lingkungan instansinya.
6
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang mencerminka nilai-nilai
ANEKA mencakup Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen
mutu, dan Anti korupsi.
- Manfaat :
Terwujudnya lingkungan kerja yang harmonis yang di dasari prinsip-
prinsip nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik,
Komitmen mutu, dan Anti korupsi).
Terwujudnya organisasi yang cepat memberikan pelayanan prima dengan
di dasari tata nilai PASTI (profesional, akuntabel, sinergi, transparan,
inovatif) serta nilai SMART (serius, minded, aktif, responsif, talk).
Terwujudnya arus informasi yang aktif dan efisien dari Unit Pelaksana
Tekni (UPT) dalam hal ini Lapas Perempuan Kelas II A Tangerang ke
bidang masing-masing atau sebaliknya.
Terwujudnya kontrol yang baik dari UPT Lapas Perempuan Kelas II A
Tangerang melalui Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan secara
berkala.
7
1. Melakukan perhitungan jumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) pada saat
aplusan regu jaga.
2. Mencatat buku laporan jaga.
3. Memeriksa perlengkapan jaga (kunci, HT (handy talky), dan lain-lain.
4. Mengawasi WBP secara langsung.
5. Melakukan pengawalan kegiatan diluar lapas/ asimilasi).
6. Melakukan pengawasan secara keliling.
b) Inisiatif
1. Melakukan koordinasi dengan petugas regu jaga sebelumnya untuk menyuruh
seluruh WBP keluar dari kamarnya masing-masing serta menyuruh WBP yang
masih berada di luar paviliun untuk kembali ke paviliun huniannya untuk
persiapan aplusan, terkecuali yang sudah di tulis di buku BON kegiatan.
2. Menyuruh WBP untuk tunjuk tangan saat petugas regu jaga sedang mengabsen
nama-nama WBP saat aplusan dilaksanakan.
3. Memastikan kembali WBP yang di BON kegiatan di buku BON kegiatan dan
memastikan keberadaannya berada di tempat kegiatan tersebut.
c) Perintah Atasan
1. Membuat buku absensi WBP sesuai dengan nomer kamarnya dan paviliun
huniannya yang disertai dengan kolom keterangan keberadaan WBP saat aplusan
dilaksanakan.
2. Membariskan WBP di depan kamarnya masing-masing kemudian mengabsen
nama WBP satu per satu sesuai dengan urutan nomer kamar dan sesuai dengan
paviliun huniannya.
D. Data Diri
1. Mentor / Atasan
Nama : Yusmarni,S.E,.M.H
NIP : 19680213 199403 2 001
Pangkat/Gol.Ruang : Pembina / IVa
Jabatan : Kasi. Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Kelas II A Tangerang
8
Unit Kerja : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tangerang
2. Coach / Pembimbing
Nama : Nurohma, S. IP., M.Si.
Pangkat / Gol. Ruang :Pembina / IVa
NIP : 19760508 200901 1 009
Jabatan : Widyaiswara Ahli Madya
Unit Kerja : BPSDM Hukum dan HAM
3. Peserta
Nama : Nindya Ningsih Sari
NIP : 19950927 201712 2 006
Pangkat /Gol. Ruang : Pengatur Muda / IIa
Jabatan : Penjaga Tahanan
Unit Kerja : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tangerang
E. Lembar Konfirmasi
Coach, Mentor,
Nurohma
Yusmarni,S.E,.M.H
NIP. 19760508 200901 1 009
NIP. 19680213 199403 2 001
F. Judul
Berdasarkan latar belakang, tujuan, manfaat dan ruang lingkup di atas maka penulis
mengambil Judul “Optimalisasi Pelaksanaan Perhitungan Jumlah Warga Binaan
9
Pemasyarakatan (WBP) Saat Aplusan Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, PROFIL ORGANISASI DAN ISU
A. Tinjauan Pustaka
10
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang
pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang
didasarkan pada nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan
negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa dalam pengabian sebagai abdi
negara dan abdi rakyat. Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara,
misalnya yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban
untuk bangsa dan negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Banyak
contoh lain misalnya melestarikan budaya dan mentaati aturan.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945,
yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1)
yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
11
sama untuk melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara
RI 1945 tersebut. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat
luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik
sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara. Setidaknya unsur Bela Negara antara lain, Cinta Tanah Air,
Kesadaran Berbangsa dan bernegara, Yakin akan Pancasila sebagai ideologi
negara, Rela berkorban untuk bangsa dan negara dan Memiliki kemampuan awal
bela negara.
13
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah
warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam
manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak semua pegawai yang bekerja untuk
pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat berstatus sebagai pegawai
kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
budaya kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi yang umumnya pada
instansi swasta, agar memberikan pengaruh pada borokrasi saat ini
Fungsi ASN secara mendasar dituntut untuk professional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut :
1. Pelaksana kebijakan publik
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pelayan publik
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setiap ASN yang bertugas mempunyai kode etik. Kode Etik tersebut
merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi.
14
Dengan demikian, ASN mempunyai kedudukan dan berperan Aktif dalam
Pelaksanaan Pelayanan Publik, Pelaksana Kebijakan Publik dan perekat serta
pemersatu bangsa dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan.ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode
etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
b) Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa Pelayanan publik adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas)
dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni
yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena
adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan : Old Public Administration
(OPA), New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public
Service (NPS).
15
Lembaga Pemasyarakatan dalam menjalankan pelayanan publik yang
prima dengan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau nilai, sebagai berikut :
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesarbesarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa
tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah;
3. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang mendudukan tertinggi;
4. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas
dasar perbedaan identitas sosial, pandangan politik, enisitas, agama,
profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya;
5. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar dalam jumlah tertentu untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
16
mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal
dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh
warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhikewajiban sebagai pemerintahan;
6. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan
mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan,
dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan
biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban tidak hanya secara
formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara
vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak
maupun elektronik.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan publik harus
17
dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan
dengan kelompok yang kuat.
Dengan demikian, ASN mempunyai kedudukan dan berperan Aktif
dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik, Pelaksana Kebijakan Publik dan
perekat serta pemersatu bangsa dapat dilaksanakan sesuai dengan regulasi
yang ada dengan mengutamakan prinsip-prinsip pelayanan prima.
18
antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior
terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak berjalan
beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau ‘’saling membunuh‟.
Masing-masing sektor menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang
lainnya.
Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar
belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi
formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat
kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini
dalam satu frame NKRI.
Dengan demikian WoG harus dilaksanakan oleh Lembaga
Pemasyarakatan khususnya demi mencapai tujuan yaitu dengan bekerja sama
dengan kementerian/lembaga Pemerintahan Republik Indonesia dalam
menyelesaikan permasalahan dalam rangka mempersiapkan klien
pemasyarakatan menjadi manusia yang berguna dan bertanggung jawab di
masyarakat.
a) Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas
19
Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik
antara lain adalah :
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Nilai – Nilai yang Terkandung Dalam Akuntabilitas, meliputi :
Mengambil pilihan yang tepat dan benar, Kepemimpinan, Transparan
Tanggung jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan,
Konsisten
Fungsi akuntabilitas
Akuntabilitas mempunyai prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap tataran tingkat/level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan
dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada
atasannya.Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda.
Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS sehingga
menjadi kebiasaan atau di sebut dengan (“how things are done around
here”). Akuntabilitas publik memiliki 3 fungsi utama yang di kemukakan
oleh seorang ahli (Brovens,2007), yaitu : Untuk menyediakan control
demokratis (peran demokrasi), Untuk mencegah korupsi dan
20
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstittusional), Untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Aspek – Aspek Akuntabilitas
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelomApok/institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences) Akuntabilitas adalah kewajiban.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance) Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki
kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Tingkatan Akuntabilitas
1) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) mengacu pada nilai-
nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral
dan etika.
2) Akuntabilitas Individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan.
3) Akuntabilitas Kelompok Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan
atas kerjasama kelompok.
4) Akuntabilitas Organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
21
5) Akuntabilitas Stakeholder, Stakeholder yang dimaksud adalah
masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
b) Nasionalisme
Pengertian Nasionalisme
22
senantiasabersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
c) Etika Publik
Pengertian Etika Publik
23
mewujudkan tercapainya kompetensi dasar tersebut dapat diukur melalui
indikator keberhasilan yang di rumuskan sebagai berikut :
d) Komitmen Mutu
Pengertian Komitmen Mutu
24
Komitmen mutu mengacu kepada ukuran baik buruk yang
dipersepsikan oleh individu terhadap nilai suatu produk atau pun jasa.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, mutu sering dikaitkan dengan
pelayanan kepada masyarakat. Pegawai ASN harus mampu menjadi
pelayanan publik yang handal dan professional, menjadi pendengar yang
baik atas berbagai pengaduan dan keluhan masyarakat, sekaligus mampu
menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui langkah
perbaikan secara nyata, bukan sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan
gejolak masyarakat. Komitmen mutu adalah janji pada diri sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Bidang apapun yang terkait dengan PNS semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberikan kepuasan kepada
stakeholder.
25
o Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai keadaan
yang lebih baik di masa yang akan datang.
o Berorientasi mutu yaitu setiap kegiatan atau program yang
dilakukan diarahkan untuk pencapaian standar mutu.
2) Menunjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif yang
berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik.
3) Mengaktualisasi komitmen mutu dalam menjalankan tugas ASN.
e) Anti Korupsi
Pengertian Anti Korupsi
26
Menanamkan sikap sadar anti korupsi merupakan salah satu cara
untuk menjauhkan diri kita dari korupsi. Salah satu cara menanamkan sikap
anti korupsi adalah menanamkan nilai integritas anti korupsi jujur, mandiri,
adil, kerja keras, peduli, tanggung jawab, disiplin, sederhana,dan berani.
Kompetensi dasar dalam anti korupsi adalah :
B. Profil Organisasi
27
Dengan demikian apabila kepatuhan terjadi karena bukan atas dasar persetujuan
narapidana maka diperlukan adanya pemaksaan yang konsisten dan terus menerus
agar narapidana dapat patuh.
28
penghuni 250 orang. Sampai pada 29 Juni 2018 jumlah WBP (warga binaan
pemasyarakatan) yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang sebanyak 355 orang, tentu ini sudah over capacity dan tidak sesuai
dengan kapasitas jumlah penghuni. Di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang terdiri dari 21 unit bangun yaitu : 5 Unit
Perkantoran, 7 Unit Blok Hunian, 1 Unit Pelatihan bunga kering dan ruang isolasi,
1 Unit dapur, 1 Unit ruang serbaguna, 1 Unit ruang aula, 1 Unit poliklinik, 1 Unit
gereja, 1 Unit musholla, 1 Unit wihara, 1 Unit lapangan olahraga.
29
Indonesia.Keberadaan dan Kedudukan Lapas Perempuan sendiri sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal (12) ayat
(2) diatur "Pembinaan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS) dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan. Hal tersebut
menjadi entry point bahwa perlindungan hukum terhadap narapidana perempuan
haruslah khusus.Adapun di dalam Lapas khusus perempuan, Narapidana
perempuan “hak-hak keperempuanannya” dipenuhi sama seperti yang dibutuhkan
perempuan pada umumnya. Meskipun secara faktual sedang berada di dalam
Lapas.
Visi dan Misi Organisasi
- Visi :
Mewujudkan Manusia yang beriman, bertakwa, aktif dan produktif serta
bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
- Misi :
Melaksanakan Pembinaan Mental Spiritual baik Rohani dan Jasmani yang
bertujuan kutuk meningkatkan kesadaran sebagai makhluk mandiri, anggota
masyarakat dan Makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
MOTTO Organisasi
I : Inovatif
K : Komunikatif
H : Harmonis
L : Luwes
A : Aman
S : Serasi
1. Tugas Pokok :
Melaksanakan Pemasyarakatan Narapidan Wanita sesuai Peraturan dan
Perundang-undangan yang berlaku”
2. Fungsi :
Melaksanakan pembinaan dan perawatan Narapidana dan tahanan
30
Memberikan bimbingan sosial dan kerohanian pada narapidana dan
tahanan
Mempersiapkan saran dan mengelola hasil kerja
Melakukan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan lembaga
pemasyarakatan
Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib lembaga
pemasyarakatan
Melakukan fungsi registrasi dan administrasi
Melakukakan urusan tata usaha dan rumah tangga
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011 Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai berikut.
31
Gambar 1. Struktur Organisasi
32
36
b) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan
Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan mempunyai
tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta
memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan asimilasi,
cuti pengelepasan dan kesejahteraan narapidana / anak didik serta
mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana /
anak didik.
4. Seksi Kegiatan Kerja
- Tugas : Seksi Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan
kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengolah hasil kerja.
- Fungsi :
Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana / anak didik
dan mengelola hasil kerja.
Mempersiapkan fasilitas sarana kerja.
- Seksi Kegiatan Kerja Terdiri dari :
a) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja
Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja
mempunyai tugas Memberikan Petunjuk dan Bimbingan Latihan
Kerja bagi narapidana / anak didik serta mengolah hasil kerja.
b) Sub Seksi Sarana Kerja
Sub Seksi Sarana Kerja mempunyai tugas Mempersiapkan fasilitas
sarana kerja.
5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
- Tugas : Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai tugas
mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas
pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan
pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib.
- Fungsi :
Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian
tugas pengamanan.
37
Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan
yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan
dan menegakkan tata tertib.
- Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib Terdiri dari :
a) Sub Seksi Keamanan
Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,
penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan.
b) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas Menerima
laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang
bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan
menegakkan tata tertib.
6. Kesatuan Pegamanan LAPAS
- Tugas : Kesatuan Pengamanan LAPAS mempunyai tugas menjaga
keamanan dan ketertiban Lapas.
- Fungsi :
Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana / anak
didik.
Melakukan pemeliharaan dan tata tertib.
Melakukan pengawalan pemerimaan, penempatan dan pengeluaran
narapidana / anak didik.
Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan.
Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan.
38
Unit Tempat Peserta Bekerja
39
Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Metode USG
merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik
scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari
masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya
masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Urgency, yaitu mendesak suatu isu tersebut harus dibahas, dianalisa atau
ditindaklanjuti.
2. Seriousness, yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan.
3. Growth, yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
Dalam menjalankan tugas kurang lebih selama 3 bulan sebagai salah petugas
pengamanan di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang ada beberapa isu yang di
dapati yang dapat diperbaiki sehingga dalam menjalankan tugas sehari-hari dapat
berjalan dengan baik, diantaranya :
Beberapa isu yang diatas dapat diselesaikan dengan beberapa metode seperti
enviromental scanning, problem solving ,dan Analysis. Metode problem solving
40
adalah sebuah metode dimana kemampuan peserta dapat mengembangkan dan
memilih alternative pemecahan isu / masalah, dan kemampuan memetakan aktor
terkait dan perannya masing-masing dalam penyelesaian isu / masalah. Dengan
menggunakan metode USG kita dapat menentukan prioritas isu yang terdapat di
tempat kerja, seperti isu – isu yang diatas.
Kriteria
No. Isu Permasalahan Total
U S G
Kurangnya koordinasi antara petugas regu jaga
dengan petugas administrasi terkait
1. 3 3 4 10
permasalahan yang terjadi di lingkungan Lapas
ataupun terkait tentang kebijakan.
Kurang optimal dan kondusifnya
2. pelaksanaan perhitungan jumlah WBP 3 4 5 12
(aplusan)
Belum berfungsinya dengan baik dan efektif
3. 3 2 3 8
kotak saran di tempat pelayanan kunjungan
Sesuai dengan hasil analisa metode USG diatas, maka dapat dikatakan bahwa isu yang
menjadi permasalahan utama adalah “Kurang optimal dan kondusifnya saat pelaksanaan
perhitungan jumlah WBP (aplusan)”. Kondisi tersebut sangatlah mengkhawatirkan apabila
dibiarkan terus-menerus bahkan dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di dalam Lapas.
Pada dasarnya melakukan perhitungan jumlah WBP terlihat mudah namun apabila dilakukan
dengan tidak teliti dan sesuai SOP dapat berakibat fatal bisa saja adanya pelarian oleh WBP
yang tidak diketahui oleh petugas akibat dari perhitungan WBP yang tidak benar atau bisa
saja jumlah WBP secara keseluruhan antara regu sebelumnya dengan regu selanjutnya tidak
sama.
Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan solusi yang tepat dan efektif yaitu
dengan melakukan koordinasi dengan petugas regu jaga sebelumnya untuk menyuruh seluruh
WBP kembali ke paviliun huniannya lalu membariskan WBP di depan kamarnya masing-
masing dan mengabsen satu per satu nama WBP. Hal tersebut sesuai dengan SOP (standard
operasional) dalam melakukan perhitungan jumlah WBP yang benar. Sehingga diharapkan
area Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang aman, tertib, kondusif dan berjalan dengan
optimal.
41
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Rancangan Kegiatan
42
harus mencari dan memastikan keberadaan WBP yang tidak berada di
blok hunian saat aplusan. Melihat permasalahan atau isu tersebut penulis
merasa bahwa dalam pelaksanaan perhitungan jumlah WBP harus
dilakukan sesuai dengan SOP yaitu dengan menyuruh WBP secara
langsung kembali ke blok huniannya dan menyuruh WBP untuk baris di
depan kamarnya masing-masing serta mengabsen nama WBP satu per satu
di buku absen WBP yang telah disediakan. Sebagai antisipasi agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan perhitungan jumlah WBP serta tidak
terjadi tindakan fatal yaitu pelarian yang terlambat diketahui oleh petugas.
43
4. Rancangan Kegiatan
Berdasarkan hasil identifikasi isu yang diangkat, maka penulis mencari
pemecahan masalah dengan mengaitkan melalui kegiatan dari SKP, perintah
atasan, dan inisiatif pribadi. Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut :
- Unit Kerja :
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
- Identifikasi Isu :
Mengantisipasi kesalahan dalam perhitungan jumlah WBP
- Isu yang Diangkat :
Kurang optimal dan kondusifnya pelaksanaan perhitungan jumlah WBP
(aplusan)
- Gagasan Isu :
Melakukan perhitungan jumlah WBP sesuai dengan SOP
44
Tabel 2.Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Kontribusi
Penguatan
No Nilai – Nilai Terhadap
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Kegiatan Nilai
. Dasar Visi dan Misi
Organisasi
Organisasi
1. Melakukan 1. Berdikusi terlebih Dukungan Akuntabilita Dengan Dengan
konsultasi dahulu kepada Mentor penuh dari s: kualitas pelaksanaa
dengan Ka. terkait dengan isu Mentor Memiliki pelaksanaan n kegiatan
Lapas selaku rancangan aktualisasi terkait rasa yang tinggi yang
pembuat dan penerapannya di rancangan tanggung dan dilakukan
kebijakan terkait lingkungan lapas yang akan jawab dan mengedepank dengan
isu rancangan perempuan kelas II A diaktualisasi konsisten an ketelitian penuh
aktualisasi yang Tangerang. kan dalam dan tanggung tanggung
akan 2. Menghadap Ka. Lapas Adanya penegakan jawab tanpa jawab,
dihabituasikan dengan di dampingi persetujuan hukum mengurangi berintegrita
oleh penulis Mentor terkait dan didalam sikap ramah s terhadap
dengan di rancangan yang akan di dukungan Lapas dan sopan waktu
dampingi aktualisasikan yaitu dari Ka. Nasionalism sesuai dengan maka nilai
Mentor dan pelaksanaan perhitungan Lapas e: yaitu: organisasi
mengajukan WBP yang sesuai terkait Menjunjung Mewujudkan Kementeria
kepada Ka. dengan SOP. usulan yang tinggi nilai pelayanan n Hukum
Lapas dalam 3. Mengajukan pembuatan akan demokratis hukum yang dan HAM
pembuatan buku buku absensi WBP dilaksanaka dalam berkualitas; terutama
absensi seluruh setiap blok kepada Ka. n pelaksanaan Mewujudkan Profesional
WBP setiap Lapas. Adanya tugas aparatur ,
blok hunian. 4. Menerima saran dan persetujuan Etika kementrian Akuntabel,
arahan dari Ka. Lapas dalam Publik: hukum dan dan
terkait dengan usulan mendukung Menghormati hem yang Sinergitas
yang telah disampaikan. dan Atasan, profesional, dapat
melengkapi menjaga mewujudkan diperkuat.
sarana dan sopan satun penegakan
prasaran dalam hukum yang
yang bertutur kata, berkualitas
diperlukan dan dalam
agar usulan melaksanaka melakukan
tersebut n tugas perhitungan
berjalan sesuai jumlah WBP
baik dengan saat aplusan
perintah dilakukan.
Atasan.
Rancangan
Komitmen
aktualisasi
Mutu:
dapat
Mewujudkan
berjalan
pelayanan
sesuai
prima.
dengan
Anti
rencana dan
Korupsi:
tersistematis
Menegakkan
dan berjalan
kejujuran dan
baik.
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
jawab dalam
pelaksanaan
46
tugas
47
KPLP dan Kasi. bertutur kata, berkualitas
Adm. Kamtib dan dalam
terkait usulan melaksanaka melakukan
yang n tugas perhitungan
disampaikan. sesuai jumlah WBP
dengan saat aplusan
perintah dilakukan.
Atasan.
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti
Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
jawab dalam
pelaksanaan
tugas
3. Melakukan 1. Menghadap Ka. Urum 1. Adanya dukungan dalam hal Akuntabilita Dengan Dengan
pengajuan untuk pengajuan buku melengkapi sarana dan kualitas pelaksanaa
48
tambahan buku untuk menulis absensi prasarana penunjang kegiatan s: pelaksanaan n kegiatan
untuk buku seluruh WBP setiap blok 2. Adanya laporan terkait Memiliki yang tinggi yang
absensi seluruh hunian dalam rangka pemakaian buku absensi rasa dan dilakukan
WBP dengan menunjang kelengkapan seluruh WBP dan buku tanggung mengedepank dengan
bagian URUM sarana dan prasarana sesuai dengan yang jawab dan an ketelitian penuh
(urusan umum). usulan aplusan yang dibutuhkan dan jumlahnya konsisten dan tanggung tanggung
sesuai dengan SOP. tidak kurang. dalam jawab tanpa jawab,
2. Menulis di buku BON penegakan mengurangi berintegrita
URUM jumlah buku hukum sikap ramah s terhadap
yang diperlukan dan didalam dan sopan waktu
bentuk buku yang Lapas sesuai dengan maka nilai
diinginkan seperti apa. Nasionalism yaitu: organisasi
e: Mewujudkan Kementeria
Menjunjung pelayanan n Hukum
tinggi nilai hukum yang dan HAM
demokratis berkualitas; terutama
dalam Mewujudkan Profesional
pelaksanaan aparatur ,
tugas kementrian Akuntabel,
Etika hukum dan dan
Publik: hem yang Sinergitas
Menghormati profesional, dapat
Atasan, mewujudkan diperkuat.
menjaga penegakan
sopan satun hukum yang
dalam berkualitas
bertutur kata, dalam
dan melakukan
49
melaksanaka perhitungan
n tugas jumlah WBP
sesuai saat aplusan
dengan dilakukan.
perintah
Atasan.
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti
Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
jawab dalam
pelaksanaan
tugas
50
WBP di setiap diperlukan karena sarana dan prasarana jawab dan mengedepank dengan
blok hunian dan dalam penunjang sesuai dengan konsisten an ketelitian penuh
Melengkapi rangka kebutuhan dalam dan tanggung tanggung
buku absensi melengkap 3. Memudahkan saat kegiatan penegakan jawab tanpa jawab,
tersebut dengan i usulan dilaksanakan dan diharapkan hukum mengurangi berintegrita
nama-nama yang akan tidak adanya kendala didalam sikap ramah s terhadap
WBP dan dilaksanak Lapas dan sopan waktu
keterangan an. Nasionalism sesuai dengan maka nilai
penting lainnya. 2. Melihat e: yaitu: organisasi
kembali Menjunjung Mewujudkan Kementeria
kesesuaian tinggi nilai pelayanan n Hukum
bentuk demokratis hukum yang dan HAM
buku yang dalam berkualitas; terutama
mudah pelaksanaan Mewujudkan Profesional
untuk tugas aparatur ,
dibuatkan Etika kementrian Akuntabel,
absensi. Publik: hukum dan dan
3. Menulis Menghormati hem yang Sinergitas
buku Atasan, profesional, dapat
absensi menjaga mewujudkan diperkuat.
nama- sopan satun penegakan
nama dalam hukum yang
WBP bertutur kata, berkualitas
sesuai dan dalam
dengan melaksanaka melakukan
kamar dan n tugas perhitungan
blok sesuai jumlah WBP
huniannya dengan saat aplusan
51
beserta perintah dilakukan.
tanggal Atasan.
dan kolom Komitmen
keterangan Mutu:
keberadaa Mewujudkan
n WBP. pelayanan
prima.
5. Mensosialisasik 1. Menginformasikan 1. Adanya informasi yang jelas Akuntabilita Dengan Dengan
an pelaksanaan kepada masing-masing dan detail serta tidak adanya s: kualitas pelaksanaa
perhitungan komandan regu, rekan- miskomunikasi antar sesama Memiliki pelaksanaan n kegiatan
jumlah WBP rekan di regu penjagaan petugas regu jaga rasa yang tinggi yang
yang sesuai dan tamping-tamping 2. Adanya informasi yang jelas tanggung dan dilakukan
dengan SOP tiap blok hunian tekait dan detail serta tidak adanya jawab dan mengedepank dengan
kepada usulan aplusan yang miskomunikasi atau protes konsisten an ketelitian penuh
komandan regu, sesuai SOP di dampingi dari WBP dalam dan tanggung tanggung
rekan-rekan oleh Ka. KPLP, Kasi. penegakan jawab tanpa jawab,
regu jaga dan Adm. Kamtib dan hukum mengurangi berintegrita
tamping- Mentor. didalam sikap ramah s terhadap
tamping setiap 2. Meminta kepada petugas Lapas dan sopan waktu
blok hunian regu jaga dan tamping- Nasionalism sesuai dengan maka nilai
yang di tamping tiap blok e: yaitu: organisasi
dampingi oleh hunian untuk dapat Menjunjung Mewujudkan Kementeria
pejabat terkait mengikuti cara aplusan tinggi nilai pelayanan n Hukum
dan Mentor. yang sesuai dengan SOP demokratis hukum yang dan HAM
dan ikut mendukung dalam berkualitas; terutama
usulan tersebut pelaksanaan Mewujudkan Profesional
tugas aparatur ,
Etika kementrian Akuntabel,
52
Publik: hukum dan dan
Menghormati hem yang Sinergitas
Atasan, profesional, dapat
menjaga mewujudkan diperkuat.
sopan satun penegakan
dalam hukum yang
bertutur kata, berkualitas
dan dalam
melaksanaka melakukan
n tugas perhitungan
sesuai jumlah WBP
dengan saat aplusan
perintah dilakukan.
Atasan.
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti
Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
53
jawab dalam
pelaksanaan
tugas
6. Bekerja sama 1. Memberitahukan kepada 1. Tidak adanya miskomunikasi Akuntabilita Dengan Dengan
dengan setiap rekan-rekan regu dan saling mendukung s: kualitas pelaksanaa
regu penjagaan penjagaan tentang cara 2. Adanya dukungan penuh dan Memiliki pelaksanaan n kegiatan
untuk ikut aplusan yang sesuai respons positif terkait kegiatan rasa yang tinggi yang
berkontribusi dengan SOP yang dilaksanakan tanggung dan dilakukan
melaksanakan 2. Meminta dukungan dan 3. Kegiatan berjalan sesuai jawab dan mengedepank dengan
perhitungan kontribusinya baik dari dengan rencana dan mendapat konsisten an ketelitian penuh
jumlah WBP petugas regu jaga dukungan dari pejabat terkait dan dalam dan tanggung tanggung
yang sesuai maupun WBP senior penegakan jawab tanpa jawab,
dengan SOP 3. Meminta pendampingan hukum mengurangi berintegrita
yaitu dengan dari pejabat terkait dan didalam sikap ramah s terhadap
menyuruh WBP juga senior dalam Lapas dan sopan waktu
kembali ke blok pelaksanaan usulan Nasionalism sesuai dengan maka nilai
huniannya dan tersebut dan diharapkan e: yaitu: organisasi
membariskanny dilakukan secara Menjunjung Mewujudkan Kementeria
a di depan berkelanjutan. tinggi nilai pelayanan n Hukum
kamarnya demokratis hukum yang dan HAM
masing-masing dalam berkualitas; terutama
kemudian di pelaksanaan Mewujudkan Profesional
absen nama tugas aparatur ,
WBP satu per Etika kementrian Akuntabel,
satu di buku Publik: hukum dan dan
absensi WBP. Menghormati hem yang Sinergitas
Atasan, profesional, dapat
menjaga mewujudkan diperkuat.
54
sopan satun penegakan
dalam hukum yang
bertutur kata, berkualitas
dan dalam
melaksanaka melakukan
n tugas perhitungan
sesuai jumlah WBP
dengan saat aplusan
perintah dilakukan.
Atasan.
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti
Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
jawab dalam
pelaksanaan
tugas
55
evaluasi terkait Mentor kendala dan hal- sudah dilaksanakan kepada s: kualitas pelaksanaa
kegiatan yang hal yang terjadi selama mentor secara berkala Memiliki pelaksanaan n kegiatan
sudah melaksanakan aplusan 2. Mengetahui kendala saat rasa yang tinggi yang
dilaksanakan sesuai dengan SOP. kegiatan dilaksanakan dan tanggung dan dilakukan
dan memastikan 2. Mengevaluasi hasil dari mencari jalan keluar agar jawab dan mengedepank dengan
kegiatan pelaksanaan aplusan kegiatan dapat berjalan lancar konsisten an ketelitian penuh
berjalan sesuai sesuai dengan SOP 3. Aplusan menjadi lebih tertib, dalam dan tanggung tanggung
dengan dengan Mentor dan kondusif dan memudahkan kerja penegakan jawab tanpa jawab,
perencanaan dan sama sama menemukan petugas regu jaga hukum mengurangi berintegrita
berlangsung solusinya. didalam sikap ramah s terhadap
secara 3. Meminta arahan dan Lapas dan sopan waktu
berkelanjutan. masukan dari Mentor Nasionalism sesuai dengan maka nilai
agar usulan yang telah e: yaitu: organisasi
dilaksanakan oleh Menjunjung Mewujudkan Kementeria
penulis bisa tinggi nilai pelayanan n Hukum
berkelanjutan. demokratis hukum yang dan HAM
dalam berkualitas; terutama
pelaksanaan Mewujudkan Profesional
tugas aparatur ,
Etika kementrian Akuntabel,
Publik: hukum dan dan
Menghormati hem yang Sinergitas
Atasan, profesional, dapat
menjaga mewujudkan diperkuat.
sopan satun penegakan
dalam hukum yang
bertutur kata, berkualitas
dan dalam
56
melaksanaka melakukan
n tugas perhitungan
sesuai jumlah WBP
dengan saat aplusan
perintah dilakukan.
Atasan.
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti
Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukak
an pendapat,
serta disiplin
dan tanggung
jawab dalam
pelaksanaan
tugas
57
B. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan implementasi Rancangan Aktualisasi selama 80 hari kerja di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang adalah sebagai
berikut.
Tabel. 3 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Juli di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN JULI
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan konsultasi
dengan Ka. Lapas selaku
pembuat kebijakan terkait isu
rancangan aktualisasi yang
akan dihabituasikan oleh
penulis dengan di dampingi
Mentor dan mengajukan
kepada Ka. Lapas dalam
pembuatan buku absensi
seluruh WBP setiap blok
hunian.
Melakukan konsultasi dan
koordinasi dengan Ka. KPLP
dan Kasi. Adm. Kamtib
selaku pejabat terkait di
bagian keamanan dan
ketertiban Lapas dalam
pelaksanaan perhitungan
58
jumlah WBP yang sesuai
dengan SOP.
59
yang sesuai dengan SOP
yaitu dengan menyuruh WBP
kembali ke blok huniannya
dan membariskannya di
depan kamarnya masing-
masing kemudian di absen
nama WBP satu per satu di
buku absensi WBP.
60
Tabel. 4 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Agustus di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN AGUSTUS
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan konsultasi
dengan Ka. Lapas selaku
pembuat kebijakan terkait isu
rancangan aktualisasi yang
akan dihabituasikan oleh
penulis dengan di dampingi
Mentor dan mengajukan
kepada Ka. Lapas dalam
pembuatan buku absensi
seluruh WBP setiap blok
hunian.
Melakukan konsultasi dan
koordinasi dengan Ka. KPLP
dan Kasi. Adm. Kamtib
selaku pejabat terkait di
bagian keamanan dan
ketertiban Lapas dalam
pelaksanaan perhitungan
jumlah WBP yang sesuai
dengan SOP.
61
bagian URUM (urusan
umum).
62
nama WBP satu per satu di
buku absensi WBP.
63
Tabel. 5 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan September di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN SEPTEMBER
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Melakukan konsultasi
dengan Ka. Lapas selaku
pembuat kebijakan terkait isu
rancangan aktualisasi yang
akan dihabituasikan oleh
penulis dengan di dampingi
Mentor dan mengajukan
kepada Ka. Lapas dalam
pembuatan buku absensi
seluruh WBP setiap blok
hunian.
Melakukan konsultasi dan
koordinasi dengan Ka. KPLP
dan Kasi. Adm. Kamtib
selaku pejabat terkait di
bagian keamanan dan
ketertiban Lapas dalam
pelaksanaan perhitungan
jumlah WBP yang sesuai
dengan SOP.
64
bagian URUM (urusan
umum).
65
nama WBP satu per satu di
buku absensi WBP.
66
Tabel. 6 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Oktober di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN OKTOBER
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan konsultasi
dengan Ka. Lapas selaku
pembuat kebijakan terkait isu
rancangan aktualisasi yang
akan dihabituasikan oleh
penulis dengan di dampingi
Mentor dan mengajukan
kepada Ka. Lapas dalam
pembuatan buku absensi
seluruh WBP setiap blok
hunian.
Melakukan konsultasi dan
koordinasi dengan Ka. KPLP
dan Kasi. Adm. Kamtib
selaku pejabat terkait di
bagian keamanan dan
ketertiban Lapas dalam
pelaksanaan perhitungan
jumlah WBP yang sesuai
dengan SOP.
Melakukan pengajuan
tambahan buku untuk buku
absensi seluruh WBP dengan
67
bagian URUM (urusan
umum).
Memastikan ketersediaan
buku absensi WBP sesuai
dengan jumlah WBP di
setiap blok hunian.
Mensosialisasikan
pelaksanaan perhitungan
jumlah WBP yang sesuai
dengan SOP kepada
komandan regu, rekan-rekan
regu jaga dan tamping-
tamping setiap blok hunian
yang di dampingi oleh
pejabat terkait dan Mentor.
68
nama WBP satu per satu di
buku absensi WBP.
69
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rancangan kegiatan yang akan dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
B. Saran
Diharapkan dalam pelaksanaan rancangan aktualisasi di tempat kerja nanti
diharapkan tidak ada halangan yang dapat menghambat penerapan gagasan serta
nilai – nilai ANEKA dapat diterapkan sesuai dengan yang sudah di rencanakan
oleh penulis.
1) Melakukan sosialiasai baik kepada WBP dan petugas regu jaga terkait tata
cara perhitungan jumlah WBP
2) Pelaksanaan perhitungan jumlah WBP atau saat aplusan dapat mengikuti
SOP dengan mebariskan WBP di depan kamar huniannya masing-masing,
agar perhitungan berjalan efektif dan kondusif.
Sekian saran dari penulis dan penulis mengharapkan saran dari para
pembaca untuk menyempurnakan rancangan aktualisasi.
67
67
DAFTAR PUSTAKA
1. https://kemenkumham.go.id/profil/sejarah, diunduh pada tanggal 28 Juni 2018 Pukul 11.00
WIB.
2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.09-
PR.07.10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM RI,
2007, hlm. 5-6
6. Utomo, T. W., dkk. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi. Lembaga
Administrasi Negara. p.23-24.
7. Colvin, Mark (2017). Applying Differential Coercion and Social Support Theory to Prison
Organizations The Case of the Penitentiary of New Mexico. The Prison Journal.Vol. 87 .pp.
367 – 387.
11. Kusumasari, B., dkk. (2015). Modul Pelatihan Daar Calon PNS Akuntabilitas. Lembaga
Adminsitrasi Negara. p. 7-8.
12. Kumorotomo, W., dkk. (2015). Modul Modul Pelatihan Daar Calon PNS Etika Publik
Lembaa Administrasi Negara.p. 19.
12. Dwiyanto, A., dkk. (2015). Modul Modul Pelatihan Daar Calon PNS Anti Korupsi. Lembaa
Administrasi Negara. p. 50.
67
67