Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta


kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di
negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan
penyakit kronik lainnya (16%), Kanker (13%), cedera (9%) dan Diabetes
melitus (2%). PTM seperti Kardiovaskuler, Stroke, Kanker, Diabetes melitus,
penyakit Paru Kronik Obstruktif dan Cedera terutama di negara berkembang,
telah mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula
pada peningkatan angka kematian dan kecacatan.1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan penyebab
kematian telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke Penyakit Tidak
Menular. Berdasarkan riset tersebut, penyebab kematian terbesar untuk
umur> 5 tahun adalah Stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Penyakit menular menyumbang 28,1% kematian sedangkan Penyakit Tidak
Menular sebagai penyumbang terbesar penyebab kematian terbesar (59,5%).2
Faktor risiko PTM antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat
dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia,
Hipertensi, hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan
dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.2
Salah PTM yang prevalensinya tinggi adalah hipertensi, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi dan meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil pengukuran yang didasarkan pada pasien umur ≥18 tahun
sebesar 25,8%,dimana hanya sekitar 36,8% masyarakat yang sudah mengetahui
terdiagnosis hipertensi, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis atau belum mengetahui bahwa mereka telah menderita
hipertensi.2
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang
secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.
Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang
dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri
koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Pada kebanyakan pasien
hipertensi etiologi dan patofisiologinya tidak diketahui, sehingga penyakit ini
tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat di kontrol.Masyarakat tidak menyadari
kalau mereka menderita hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung, otak,
atau ginjal.3
Data yang didapat dari WHO, menunjukkan bahwa kira-kira 50%
penderita hipertensi tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan darah
mereka meninggi. Selain di sebabkan oleh tidak adanya gejala atau keluhan
pada orang tersebut, juga disebabkan oleh sikap acuh tak acuh dari penderita-
penderita tersebut.4
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat
pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortilitas.5
Upaya pencegahan dan penanggulangan PTM akan menjadi lebih efektif
dan efisien jika faktor risiko tersebut dapat dikendalikan. Dampak dari PTM
dan risikonya selain berpengaruh pada ketahanan hidup manusia dan
penurunan produktivitas kerja juga menambah beban biaya pelayanan
kesehatan. Upaya pengendalian penyakit ini tidak mungkin dilakukan hanya
oleh sektor kesehatan saja akan tetapi harus melibatkan sektor lain dan
keterlibatan masyarakat secara aktif.

Di Jawa Barat angka prevalensi hipertensi tahun 2013 menempati


urutan ketiga tertinggi di Indonesia setelah Bangka Belitung dan Kalimantan
selatan, yaitu sekitar 29,4%.(3) Angka prevalensi hipertensi di Cirebon
mencapai sebesar 28,7% dan menempati urutan kedua tertinggi di Jawa Barat
setelah kabupaten Kuningan yaitu sekitar 32,3%. Kejadian hipertensi di
Puskemas Larangan yang terjadi pada tahun 2017 menduduki peringkat
pertama kategori penyakit tidak menular di masyarakat yaitu sebesar 41,95%,
sedangkan diabetes melitus menempati urutan kedua yaitu sekitar 13,19%.2

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan umum:


Mampu mengidentifikasi program-program puskesmas, mengetahui
kondisi dan sarana serta kegiatan yang akan dilaksanakan serta
mengidentifikasi berbagai permasalahan sesuai dengan prioritas masalah
yang dihadapi puskesmas.
1.2.2 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui program wajib dan perkembangan puskesmas.


2. Untuk mengamati sejauh mana program-program tersebut telah
berjalan, melalui data-data yang tersedia di Puskesmas Larangan.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dijumpai dalam
melaksanakan program-program tersebut.
4. Menganalisis berbagai masalah dan pemecahan masalah tersebut.
5. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan.
6. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan
dalam penyelesaian masalah kesehatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan
mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi co assisten dalam rangka
mengoptimalkan peran puskesmas.
1.3.2 Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat untuk mahasiswa sebagai sarana untuk menimba ilmu,
keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dasar
dengan segala bentuk keterbatasannya sehingga mahasiswa mengetahui
serta memahami kegiatan-kegiatan puskesmas baik dalam segi pelayanan,
manajemen, administratif dan karakter perilaku masyarakat dalam
pandangannya terhadap kesehatan khususnya dalam bidang Ilmu
Kedokteran Keluarga.

1.4. Profil Puskesmas dan Analisis Situasi


1.4.1 Dasar Hukum, Visi dan Misi
1.4.1.1 Dasar Hukum
Dasar hukum penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Larangan sebagai berikut:
a. Undang – Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No :
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar
PUSKESMAS
c. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 12 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Dinas-Dinas pada Pemerintah Kota Cirebon
d. Keputusan Walikota Nomor 22.N Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Cirebon.
1.4.1.2 Visi dan Misi
Puskesmas Larangan telah menetapkan visi dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adapun visi
Puskesmas Larangan adalah “Menjadikan puskesmas larangan
sebagai puskesmas andalan di Wilayah Kecamatan Harjamukti
dalam mewujudkan Cirebon Kota Sehat.”
Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas Larangan telah
menetapkan misi yang merupakan pernyataan yang menetapkan
tujuan dan sasaran yang dicapai. Adapun misi tersebut adalah:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
2. Menjadi pusat informasi kesehatan dan sebagai panutan
perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk
kepentingan pembangunan kesehatan masyarakat
4. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
5. Menciptakan pelayanan yang menitikberatkan kepada prinsip
keyamanan dan ketelitian

1.4.2 Data Geografi


Puskesmas Larangan terletak di Jl. Ciremai Raya No. 37 Cirebon,
wilayah kerja adalah Kelurahan Kecapi. Dengan luas wilayah sebesar 2,025
Km2 mencakup 18 RW yang terdiri dari 113 RT. Dengan jumlah peduduk
tahun 2008 sebanyak 20.569 jiwa, jumlah penduduk
Laki–laki 10.315 jiwa dan jumlah penduduk
Perempuan 10.344 jiwa. Kepadatan penduduk di
Kelurahan Kecapi sebesar 10.157 jiwa per km2.
Kelurahan-kelurahan yang berbatasan Wilayah
Kelurahan Kecapi adalah:

a. Sebelah Barat Daya : Kelurahan Kesambi


b. Sebelah Timur : Kelurahan Larangan
c. Sebelah Selatan : Kelurahan Kalijaga
d. Sebelah Barat : Kelurahan Drajat
Gambar 1. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Larangan
Gambar 2. Struktur organisasi puskesmas larangan Tahun 2017
1.4.3 Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk

Kelurahan Kecapi pada tahun 2017 terdapat 5.169 Kepala Keluarga, dari
jumlah tersebut terdapat 564 KK miskin, 2.619 Jiwa Miskin. Tahun 2017
jumlah kunjungan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
di Puskesmas Larangan sebanyak 81.560 orang, dan pada tahun 2018
mengalami peningkatan menjadi 90.637 orang. Lokasi Puskesmas
Larangan mudah terjangkau dengan sarana tranportasi yang ada. Berikut
adalah tabel jumlah penduduk menurut jenis kelamin :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah rata jml
No. Rukun Warga Penduduk Penduduk Kepala
Penduduk anggota
Laki-laki Perempuan Keluarga
KK

O1 Kecapi 1.630 830 800 424 3,84

O2 Larangan Utara 1.822 950 872 498 3,66

O3 Dukuh Semar 3.976 2.038 1.938 1.110 3,58

O4 Dharmamukti 1.431 706 725 420 3,41

O5 Semeru Asih 1.081 537 544 312 3,46

O6 Kelud Asih 866 429 437 269 3,22

O7 Mekar Asih 1.047 516 531 322 3,25

O8 Lingga Asih 741 370 371 210 3,53

O9 Guntur Asih I 1.104 570 534 325 3,40

1O Guntur Asih II 708 334 374 204 3,47

11 Budi Asih 872 446 426 259 3,37

12 Kurnia Asih 1.154 577 577 333 3,47

13 Salak Asih 688 342 346 214 3,21


14 Rukun Asih 1.551 731 820 448 3,46

15 Galunggung 2.371 1.199 1.172 636 3,73

16 Bayu Asih 2.108 1.050 1.058 609 3,46

17 Ciremai Giri 1.421 697 724 420 3,38

Larangan
18 2.148 1.114 1.034 550 3,91
Selatan

Larangan
19 1.702 848 854 453 3,76
Selatan

JUMLAH 28.421 14.284 14.137 8.016 3,55

Dari tabel di atas, dua RW yaitu RW 03 dan RW 16 yang


memiliki jumlah penduduk juga jumlah Kepala Keluarganya lebih
banyak dibandingkan dengan 16 RW lainnya. Sedangkan rata-rata
jumlah anggota keluarga per Kepala Keluarga secara umum merata
masih dibawah 5 orang, namun demikian hal ini belum bisa memberikan
sebagai gambaran keberhasilan program Keluarga Berencana.
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga yang banyak bisa
memberikan konsekuensi tingkat permasalahan yang banyak juga, dapat
diprediksikan juga permasalahan kesehatan akan muncul karena kesan
kumuh yang diperoleh dari tingginya jumlah penduduk dan Kepala
Keluarganya di wilayah tersebut.
Permasalahan lebih spesifik bisa terjadi pada kelompok-
kelompok risiko menurut kelompok umur seperti terlihat pada gambar
berikut, hal ini perlu upaya antisipatif yang tidak saja bersifat prospektif
tapi juga harus dilatarbelakangi yang retrospektif.
Dengan luas wilayah tersebut, masyarakat di wilayah Kelurahan
Kecapi dapat dengan mudah mengakses ke Puskesmas Larangan untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang tersedia. Jarak tempuh terjauh yaitu
bagian di wilayah RW Dukuh Semar (03) yang mencapai 3.000 meter
atau sebaliknya, Puskesmas Larangan dapat memberikan pelayanan
kesehatan masyarakat dengan mudah karena jarak tempuh dan akses ke
lokasi terjangkau.

b. Data Kesehatan

Data menjadi sangat penting bagi suatu organisasi, terutama akan


dipakai sebagai bahan pengambilan keputusan atau pun sumber
kebijakan pimpinan Puskesmas dalam melaksanakan program
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Terkait dengan data yang diperlukan oleh Puskesmas Larangan adalah
informasi sebagai data kesehatan dari pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh Puskesmas Larangan di wilayah kerjanya yaitu Kelurahan
Kecapi. Ada beberapa alat sebagai sumber data dari lapangan selain yang
dikerjakan oleh petugas Puskesmas Larangan juga dari kader-kader
kesehatan, kader kampung siaga, Petugas PLKB, Kantor Kelurahan
Kecapi, kader kelompok kerja masyarakat, dan stakeholder lainnya.
Pada umumnya di masyarakat yang menjadi kader dalam setiap kegiatan
pembangunan adalah orangnya tetap saja karena memang relatif sulit
untuk memperoleh kader yang bersedia secara ikhlas dan sukarela
memberikan pelayanan kepada warga masyarakatnya, sehingga
kecenderungan semakin berkurangnya jumlah kader mengikuti deret
waktu usianya semakin tinggi.
Kelompok sasaran yang berisiko yang disediakan pelayanan khusus dari
Puskesmas Larangan yaitu kelompok usia lanjut (Lansia) dimana setiap
bulannya di setiap Rukun Warga biasanya disediakan layanan Pos
Pembinaan Terpadu Lansia (Posbindu), biasanya kegiatannya
berbarengan dengan pelayanan saat Posyandu tetapi petugasnya berbeda.
Dalam merespon kebijakan pemerintah melalui program Desa Siaga,
Kota Cirebon sudah memulai dengan pengembangan seluruh Kecamatan,
Kelurahan, dan sampai ke tingkat Rukun Warga membentuk Kampung
Siaga. Sehingga seluruh RW yang berjumlah 19 RW di Kelurahan
Kecapi sudah dibentuk sebagai RW Siaga lengkap dengan
kepengurusannya dengan keputusan Lurah Kecapi.
Dari jumlah penduduk Kelurahan Kecapi sebanyak 20.601 jiwa sebesar
7,14% Balita, 19,70% anak-anak, dan 15,81% Lanjut Usia.

Rata-rata kunjungan per hari yang mendekati 300 pelanggan


menempatkan Puskesmas Larangan sebagai unit pelayanan publik yang
harus dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Ada pun
kunjungan pelanggan dan masyarakat yang mengakses ke Puskesmas
Larangan setiap bulannya dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 1. Jumlah Kunjungan Pelanggan ke Puskesmas


Larangan tahun 2017

6000 3907
4476 4225 4187 4289
5000 4278 4288 4403
4156 4165
4075
4824 5451
4000 4780 4803 2749 4757
4644 4302 4340
4864
3956
3000 3985
3611
2000

1000
2016
2017
0
Jan Feb Mart Aprl Mei Jun Jul Agst Spt Okt Nop Des

Banyaknya masyarakat yang mengakses Puskesmas Larangan


sebagai pelanggan tidak saja dari wilayah kerja yaitu Kelurahan Kecapi
tapi dari wilayah lainnya di Kecamatan Harjamukti atau luar wilayah
Kecamatan Harjamukti bahkan dari luar wilayah Kota Cirebon.
Dari hasil kunjungan pelanggan yang bersifat kuratif diperoleh
hasil kumulatif jenis penyakit yang diderita. Setiap tahunnya jenis
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut masih mendominasi kunjungan
pelanggan Puskesmas Larangan seperti yang ditampilkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. Jumlah kasus Penyakit di Puskesmas Larangan
Tahun 2015 - 2017
Tahun Tahun Tahun
No. Jenis Penyakit
2015 2016 2017
1 ISPA 921 7.305 5.567
2 DIARE 455 1.049 1.120
3 KULIT 511 1.605 664
4 HIPERTENSY 306 1.047 658
5 PENCERNAAN 1.097 2.168 2.041
6 REMATIK 347 744 217
7 TELINGA 135 506 259
8 PNOMONI 44 625 653
9 ANEMIA 278
10 TBC 480 1.073 1.273
11 DISENTRI 233 220 373
12 MATA 287 426 254

Sumber: Laporan Puskesmas Larangan


Penyakit infeksi masih merupakan bagian yang perlu ditindak
lanjuti melalui upaya-upaya program di Puskesmas Larangan. Penyakit-
penyakit infeksi dan menular langsung seperti ISPA, TB. Paru
(Tuberkulosis) , Disentri, dan lainnya masih merupakan permasalahan
kesehatan masyarakat. Walaupun belum pernah dilakukan pengkajian
secara lebih mendalam, namun dari beberapa indikator pembangunan
kesehatan bahwa determinan yang dapat mempengaruhi timbulnya atau
menyebarnya penyakit di masyarakat salah satu dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat itu sendiri.
Kondisi lingkungan yang memungkinkan sebagai pendukung
yaitu kondisi rumah sebagai tempat tinggalnya apakah sehat atau tidak,
ketersediaan suplai air bersih, atau terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar
di masyarakat. Kebutuhan sanitasi dasar masyarakat, secara umum sudah
terpenuhi seperti jamban keluarga, suplai air bersih, dan saluran
pembuangan air limbah dan program kesehatan lingkungan sudah
berjalan sesuai dengan tugas pelaksana fungsional sanitarian. Inspeksi
sanitasi tempat umum dan industri serta tempat pengelolaan/pengolahan
makanan merupakan bagian dari tugas yang dilaksanakan oleh sanitarian
Puskesmas Larangan.
c. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerja Puskesmas
Larangan pada tahun 2017 yang meliputi kematian, kesakitan dan
sepuluh besar penyakit, tergambar pada berikut ini :

1. Kematian
Jumlah kematian kasar merupakan data yang terdeteksi di
Puskesmas sedangkan jumlah kematian bayi dan ibu bersalin
merupakan data riil yang dilaporkan masyarakat dan divalidasi oleh
petugas Puskesmas. Upaya menekan jumlah kematian di wilayah
kerja Puskesmas Larangan khususnya pada kelompok rawan yaitu
ibu bersalin dan bayi merupakan hasil kerjasama Puskesmas dengan
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat
seperti RW Siaga dan layanan cepat 24 jam Puskesmas Keliling
untuk kasus rujukan atau kedaruratan medis, karena dirasa penting
dan besar manfaatnya bagi masyarakat maka pembinaan RW Siaga
sebagai bagian dari Program Kampung Siaga dan layanan cepat 24
jam dilanjutkan.
Sejak tahun 2014, kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas
Larangan nihil, sedangkan jumlah kematian bayi mengalami
penurunan. Penyebab kematian karena asfiksia merupakan penyebab
yang selama 3 tahun terjadi pada bayi. Angka kematian bayi dan
angka kematian ibu merupakan indikator dari Indeks Pembangunan
Manusia, maka dalam upaya pencapaian IPM yang diharapkan
berbagai upaya dilakukan melalui program-program unggulan.
Kota Cirebon, seperti sudah disampaikan sebelumnya telah
melaksanakan program Desa Siaga yang didukung oleh Walikota
Cirebon pada tahun 2005 Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon
sudah mencanangkan seluruh Kelurahan agar menjadi Kampung
Siaga. Hal tersebut dilanjutkan dengan mencanangkan seluruh
Rukun Warga yang berjumlah 247 RW adalah RW Siaga.
Maka dengan telah dicanangkannya program atau kebijakan
tersebut, Pemerintah Kota Cirebon sudah berupaya mengendalikan
jumlah kematian ibu dan kematian bayi yang berkaitan dengan
keterlambatan dalam penanganan rujukan.
Selain Kampung Siaga dengan RW Siaganya, program
unggulan yang dapat menunjang upaya pengendalian jumlah keatian
ibu dan kematian bayi yaitu upaya deteksi dini dan rujukan kasus
melalui Program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM),
merupakan kemitraan dengan RS Putera Bahagia.

2. Kesakitan
Angka kesakitan di wilayah kerja Puskesmas Larangan masih
didominasi oleh jumlah kasus penyakit yang berbasis lingkungan
yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut, penyakit kulit, penyakit mata,
TB. Paru, dan Diare.
Faktor determinan lingkungan disekitar tempat tinggal
masyarakat yang didukung oleh perilaku masyarakat dalam prilaku
hidup bersih dan sehat masih kurang memungkinkan sebagai
pendukung meningkatnya kasus ini, disamping faktor alamiah dari
kondisi lingkungan atau sifat agent dan vektor penyakit yang
bersangkutan. Gambaran secara rinci ditampilkan pada grafik berikut
ini :

Grafik 2. Jumlah Penyakit terbanyak di Puskesmas Larangan


Tahun 2017
8000 7305

6000

4000
2168
1605
2000 744 1047 1073 1049
426 506 278

ISPA Pencernaan Kulit Reumatik Mata


Telinga Hipertensi TBC Paru Anemi Diare

Sumber: Laporan Puskesmas Larangan

Sepuluh Besar Penyakit

Dari data kunjungan pelanggan ke Puskesmas Larangan selama


tahun 2017, bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
masih menempati rangking teratas sebesar 44% diikuti penyakit saluran
pencernaan 14%, secara keseluruhan rangking sepuluh besar penyakit
yang terdeteksi di Puskesmas Larangan seperti tercantum dalam grafik
berikut ini :

Grafik 3. Presentasi 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Larangan


Tahun 2017

Reum atikTelingaAnem ia
5%
Mata 4% 2%
Hipertensi
5% ISPA
6%
TB. Paru 40%
6%
Diare
6%
Kulit
12% Pencernaan
14%

Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Larangan tahun 2017, penyakit


hipertensi termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yaitu urutan ketujuh
dengan persentase 6 % dari jumlah kunjungan kasus selama tahun 2017.
Padahal pada tahun sebelumnya penyakit hipertensi tidak termasuk dalam
10 penyakit terbanyak. Hipertensi merupakan jenis penyakit tidak menular
yang harus terus diwaspadai oleh masyarakat dan petugas Puskesmas
Larangan selain penyakit tidak menular lainnya.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Program Kegiatan
A. Upaya Wajib
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu & Anak termasuk KB
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Keperawatan Kesehatan Masyarakat

B. Upaya Pengembangan
Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada
dan kemampuan Puskesmas. Bila ada masalah Kesehatan tapi
Puskesmas tidak mampu melakukan pemecahan masalahnya maka
pelaksanaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota. Adapun Upaya
Kesehatan Pengembangan Puskesmas yang sudah dilakukan di
Puskesmas Larangan meliputi :
1. Usaha Kesehatan Usia Lanjut
2. Usaha Kesehatan Jiwa
3. Usaha Kesehatan Olah Raga
4. Usaha Kesehatan Kerja
5. Usaha Kesehatan Indra
6. Usaha Kesehatan Haji
7. Usaha Kesehatan PTM
8. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
9. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
10. Usaha Kesehatan Remaja
11. Usaha Kesehatan Tradisional Komplementer
2.2 Penilaian Cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib Dan
Pengembangan Program Wajib Puskesmas Larangan

2.2.1 Program Wajib Puskesmas Larangan


a. Cakupan program pelayanan Kesehatan
No TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
JENIS KEGIATAN 2017 2017

1 KESEHATAN LINGKUNGAN
  Pengawasan Rumah sehat 4319 4525  

Pengawasan SAB 5032 5453

Pengawasan jamban sehat 4352 5373

Pengawasan SPAL 4352 5408

Pengawasan TTU 89 61 kesenjangan : 28

Pengawasan TPM 104 68 kesenjangan : 36

Klinik sanitasi 480 510

2 GIZI

3 PERKESMAS

4 PROMKES

13 RW 18 Rw Sesuai
* Cak kelurahan siaga aktif
2597
* Cak komunikasi
interpersonal dan koseling ( 5 %= 129) 129 Sesuai
(KIP/K)
* Cak penyuluhan 8 8 Sesuai
kelompok dlm gedung
  * Cak institusi kesehatan 3 3 Sesuai
ber PHBS
* cak pengkajian dan
pembinaan PHBS di 70% 77,29% Sesuai
tatanan RT
* Cakupan pemberdayaan
masyarakat melalui
penyuluhan kelomp oleh 19 kali 29 kali Sesuai
petugas di masyarakat
* Cakupan pembinaan 19 kali 20 kali Sesuai
UKBM
* Cakupan pembinaan
pemberdayaan masy di 13 RW 19 RW
lihat melalui presentase x Sesuai
desa siaga aktif, RW aktif
* Cakupan pemberdayaan 64 36 blm mencapai target
individu melalui
kunjungan rumah

UKS

Penjaringan anak sekolah 100% 100%

5 PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

IMUNISASI

* HB 0 95% 84.4 % kesejangan : 42 balita

* BCG 98% 92,70% kesejangan : 21 balita

* Polio 1 98% 98% kesejangan : 0 balita

* DPT HB Hib 1 98% 88.4 % kesejangan : 38 balita

* Polio 2 95% 89.4 % kesejangan : 34 balita

* DPT HB Hib 2 95% 84.9 % kesejangan : 40 balita

* Polio 3 93% 82,70% kesejangan : 41 balita

* Polio 4 93% 76,10% kesejangan : 47 balita

* DPT HB Hib 3 93% 78,90% kesejangan : 56 balita

* Campak 93% 72,60% kesejangan : 81 balita


DT 100% 90,33%

ISPA 100% 93,24%

Cakupan balita dg
pneumonia yang diobati 105 kasus 113

TB
Cak penemuan BTA (+) 22 20 kesejangan : 2

Cak kesembuhan BTA (+) 22 17 kesejangan : 5

Konversi (TB Paru) 22 14 kesejangan : 8

Penemuan Suspek 220 208 kesejangan : 12

MDR 0 3 kesejangan : 3
Cak penemuan BTA (+) 22 20 kesejangan : 2

Diare
766 kasus 846 kasus  
* Cakupan penemuan diare
* Cakupan penemuan diare 479 kasus 397 kasus
pada balita
Kesenjangan : 82 balita
kurangnya temuan diare
pada balita terutama di
masyarakat melalui kader
(oralit kader)

Kusta

Penemuan kasus baru 2 2


Kusta

HIV

Pemeriksaan VCT pada


caten dan poulasi kunci 0 336 reaktif 2

Pemeriksaan tes HIV


(VCT) bumil 0 240  

Pemeriksaan tes HIV pada


penderita TB 0 8 non reaktif

Pemeriksaan IMS 0 75  

Hepatitis

Pemeriksaan hepatitis pada bumil 422-249 = 173 blm


ibu hamil 0 249 dilakukan pem hepatitis

DBD 0 17

Malaria 60 apusan 100%

SE 52 mgg 100%

Rabies 0 100%

Campak 0 1

6 KESEHATAN IBU DAN ANAK


KESEHATAN IBU
* Buku KIA 437 422 Kesenjangan : 15
( seluruh bumil telah
mempunyai buku KIA)
* K1 437 (95 %) 422 (96,57) Kesenjangan : 15 (target
telat tercapai)
* K4 437 373 Kesenjangan dr K1-K4 :
49 ( abortus 10, mola 2,
pindah K4 : 37)
* Bumil mendapat Fe 1 437 (95 %) 422 (96,57) Kesenjangan : 15 (target
telat tercapai)
* Bumil mendapat Fe 3 437 345 Kesenjangan K4- Fe 3 : 28
( krn beda waktu
pengambilan)

437
* Deteksi Risti oleh nakes (20 % = 88 ) 116
* Deteksi Risti oleh
masyarakat 0 25 bumil

* Rujukan Kasus Risti


Maternal 88 110

* Rujukan Kasus Risti


neonatal 0 0

* Persalinan oleh Nakes di 417 (90%= Kesenjangan : 35


Fasyankes 375) 340

* Persalinan oleh Nakes di


non Fasyankes 0 0

* Persalinan oleh non


nakes 0 0

* Komplikasi kebidanan 437 (20 % =


yang ditangani 88 ) 113

417 (90%=
* Vitamin A nifas 375) 340

* Kunjungan Nifas 1 / KF 417 (90%=


1 375) 340 Kesenjangan PN - KF1 : 0

* Kunjungan Nifas 2 / KF 417 (90%= Kesenjangan PN - KF2 : 8


3 (3 hr s/d 7 hr) 375) 332 ( blm waktu kunjungan)

* Kunjungan Nifas 3 / KF 417 (90%= Kesenjangan PN - KF3 :


3 ( 8 s/d 42 hr) 375) 307 33 ( blm waktu kunjungan)

* Cak penanganan 398 ( 15 % = 47 Kesenjangan : 13 ( tdk


komplikasi neonatal 60 ) komplikasi)
* Kunjungan Neonatal 1 / Kesenjangan nakes - N1 =
KN 1 398 339 1 ( lahir mati 2, gemelli 1 )

* Kunjungan Neonatal 2 / Kesenjangan KN1 - KN 2


KN 2 398 329 = 10 ( blm waktunya )

* Kunjungan Neonatal 3 / Kesenjangan KN1 - KN 3


KN 3 398 310 = 29 ( blm waktunya )

* Kematian bayi 0 5

BP 1, Kel jantung bawaan


1, Kel jtg bawaan+ bblr 1,
Hisprung 1, Febris 1
BBLR 1 meninggal, 10
* BBLR 0 11 Hidup

bulin SC tidak mendapat


* IMD 417 (bulin) 172 IMD

b. Kematian Ibu dan Anak


NO NAMA TANGGAL PENYEBAB TEMPAT WAKTU
LAHIR

1 Iksan 11/03/2016 BP dan Rumah Sakit 25/2-2017


Meningitis

2 Teja 13/10/2016 Kelainan Jantung Rumah Sakit 05/4-2017


Bawaan

3 Alfarizi 29/03/2017 Hisprung Rumah Sakit 05/6-2017

4 Imam 06/09/2017 Febris Rumah Sakit 09/8-2017

5 Hendi 21/10/2017 Kelainan Jantung 21/10-2017


Bawaan
Rumah Sakit

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan
salah satu indikator yang penting dalam menentukan tingkat kesejahtraan
penduuduk, yaitu menyatakan banyaknya kematian bayi (0-1 tahun) per
seribu kelahiran hidup pada tahun yang bersangkutan. Berdasarkan pada
tahun 2017, kematian bayi di puskesmas Larangan ditemukan ada
kematian sebanyak 5 bayi penyebab kematian dikarenakan
bronkopneumoni dan meningitis, kelainan jantung bawaan, hisprung dan
febris

Kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang penting
dalam menentukan tingkat kesejahtraan penduduk, yaitu menyatakan banyaknya
angka kematian ibu per seribu pada tahun yang bersangkutan. Berdasarkan tahun
2017, kematian ibu di puskesmas Larangan tidak ada.

c. Cakupan Gizi
No. JENIS KEGIATAN TARGET CAKUPAN KESENJANGAN

1 Cakupan Balita 85 87.9 +2.9


Ditimbang (D/S)

2 Cakupan K / S 90 93.5 +3.5

3 Cakupan N / S 40 70.7 +30.7

4 Cakupan N / D 80 80.5 +0.5

5 Cakupan BGM / D 5 4.8 +0.2

6 Cakupan Distribusi 90 99.2 +9.2


Kapsul Vitamin A
bagi Bayi (6-11 bulan)

7 Cakupan Distribusi 90 94.4 +4.4


Kapsul Vitamin A
Bagi Anak Balita (12-
59 bulan)

8 Cakupan Distribusi 90 99.5 +9.5


Kapsul Vitamin A
bagi Ibu Nifas

9 Cakupan Distribusi 85 98.5 +13.5


Tablet Fe 90 tablet
pada ibu hamil

10 Cakupan ASI 80 81.8 +1.8


Eksklusif

11 Cakupan Keluarga 100 100 0


Sadar Gizi
Berdasarkan tabel diatas cakupan program gizi di puskesmas Larangan
sudah tercapai, jenis kegiatan tersebut meliputi pemberian vitamin A,
cakupan ASI, dan cakupan sadar Gizi mencapai target.

d. Cakupan Imunisasi
NO INDIKATOR TARGET (%) CAKUPAN (%) KESENJANGAN

1 BCG 98 98.5 0.5

2 DPT 1 HB1 98 98.8 0.8

3 DPT 2 HB 2 95 97.0 2.0

4 DPT 3 HB 3 90 95.1 5.1

5 Polio 1 98 98.5 0.5

6 Polio 2 95 97.2 2.2

7 Polio 3 93 96.3 3.3

8 Polio 4 90 95.1 5.1

9 CAMPAK 90 93.5 3.5

10 Hb Unijek 90 96.1 6.1

11 TT1 95 96.6 1.6

12 TT2 90 93.2 3.2

13 DT SD kls 1 95 96 1.0

TT SD Kls 2 95 98 3.0

Campak SD 95 96 1.0

14 TT SD Kls 3 95 97 2.0

15 TT 2 Catin

Diatas ini adalah tabel yang menggambarkan upaya pelayanan imunisasi


yang telah dilakukan di puskesmas larangan tahun 2017. Capaian
pelayanan imunisasi di puskesmas Susukan pada beberapa indikator
menunjukan pencapaian melebihi target.

e. Cakupan KesLing
No Jenis Kegiatan Target (%) Pencapaian (MS) (%) Kesenjangan

 1 Pengawasan Rumah sehat 4319 4525  

2 Pengawasan SAB 5032 5453

3 4352 5373
Pengawasan jamban sehat

4 Pengawasan SPAL 4352 5408

5 Pengawasan TTU 89 61 kesenjangan : 28

6 Pengawasan TPM 104 68 kesenjangan : 36

7 Klinik sanitasi 480 510

 8 Pengawasan Rumah sehat 4319 4525  

Cakupan program kesehatan lingkungan di puskesmas larangan meliputi 8


jenis kegiatan dengan 2 kegiatan diantaramya masih belum mencapai
targetnya.
2.2.2 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
A. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
1. Definisi Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan para usia lanjut yang
dilaksanakan dari tingkat Puskesmas.
2. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan paripurna bagi usia lanjut meliputi pencegahan,
pengobatan, peningkatan dan pemulihan. Kegiatan upaya kesehatan usia
lanjut di Puskesmas secara khusus ialah :
a. Senam
b. Penyuluhan
c. Deteksi & diagnosa dini
d. Proteksi & tindakan khusus
e. Pemulihan
Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan usia lanjut :
1) Peningkatan : melalui penyuluhan tentang kesehatan &
pemeliharaan kebersihan diri, menu makanan dengan gizi
seimbang & kesegaran jasmani
2) Upaya pencegahan : melalui pemeriksaan berkala, senam,
penyuluhan tentang alat bantu
3) Upaya pengobatan :
a) Pelayanan kesehatan dasar
b) Pelayanan kesehatan spesialistik melalui rujukan
b. Upaya pemulihan :
1) Fisioterapi
2) Mengembalikan percaya diri
c. Peningkatan peran serta masyarakat
d. Pencatatan & pelaporan
Program kesehatan pada usia lanjut ini di Puskesmas Larangan pada bulan januari
2018 sudah berjalan dengan baik, hal tersebut bisa dilihat pada tabel berikut.

NO MASALAH PENYEBAB MASALAH


1 Pada bulan Desember cakupan Sudah mencapai target
pelayanan kesehatan lansia sudah
mencapai 36.44% dari target
35%
Tabel 8. Analisi program kesehatan lansia bulan januari tahun 2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT


1 Meningkatkan upaya Seluruh Setiap hari Puskesmas
pemberdayaan individu dan pengunjung pelayanan
keluarga oleh petugas puskesmas puskesmas
melalui proses pembelajaran
pemecahan masalah dengan
sasaran individu

Tabel 9. Rencana tindak lanjut bulan januari tahun 2018

B. Upaya Kesehatan Jiwa


Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas adalah upaya kesehatan jiwa
yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas secara khusus atau terintegrasi
dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas dengan dukungan peran serta masyarakat baik di
dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat dan diutamakan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah, khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan
kelompok lainnya, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan,
dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Upaya
kesehatan jiwa terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif pasien
gangguan jiwa dan masalah psikososial.
a. Kegiatan pokok :
1. Kegiatan pokok kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di Puskesmas :
a) Pelayanan kesehatan jiwa
b) Peran serta masyarakat
c) Pemeriksaan Laboratorium
d) Pengobatan
e) Pelaksanaan Kegiatan
f) Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa terintegrasi dengan upaya kesehatan pokok
lainnya misalnya Pengobatan, KIA, Perkesmas, Usila, PKM dan
sebagainya. Kegiatan terintegrasi dapat berupa kegiatan :
penyuluhan, pemeriksaan, pengobatan, penemuan penderita, rujukan,
dsb.
b. Kegiatan khusus untuk menentukan diagnosis gangguan jiwa harus
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pengobatan
5. Peran serta masyarakat
Masyarakat harus dilibatkan secara aktif sejak awal dalam penemuan
penderita, penyuluhan terhadap keluarga penderita agar mau membawa
penderita berobat ke Puskesmas/Rumah sakit, dan penyuluhan
terhadap masyarakat agar mau menerima secara wajar terhadap
penderita yang pulang dari tempat perawatan serta bersama keluarga
menjaga agar tidak kambuh kembali.
c. Hambatan
1. Upaya Kesehatan Jiwa bukan sebagai program prioritas di
Puskesmas.
2. Kesiapan semua unsur di Puskesmas dalam masalah kesehatan
jiwa.
3. Peran serta masyarakat dalam masalah kesehatan jiwa.
4. Sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas

Untuk data kesehatan jiwa dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan


dan Pelaporan Puskesmas digunakan formulir laporan LB-1 : Laporan
Bulanan mengenai Data Kesakitan. Laporan Bulanan LB-1 dari
Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat pada
tanggal 5 bulan berikutnya. Kode penyakit : F 00 – F 99 Penyakit
Gangguan Jiwa dan Perilaku.
Program kesehatan jiwa yang dijalankan di Puskesmas Larangan pada
bulan januari tahun 2018 sudah tercapai dengan baik, hal tersebut bisa
dilihat pada tabel berikut ini.

MASALAH PENYEBAB MASALAH


Cakupan kesehatan jiwa sudah Cakupan tercapai
tercapai100 %
Deteksi dini kasus kasuskesehatan waktu dan petugas untuk konseling terbatas
jiwa di dalam gedung belum
dilakukan maksimal

Tabel 10. analisis masalah program kesehatan kesehatan jiwa bulan


januari tahun 2018
NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT
1 Pembuatan jadwal pengunjung Setiap hari Puskesmas
konseling Jiwa 1x dalam Puskesmas dengan pelayanan
sebulan untuk masing
masing petugas (yang
keluhan sakit
telah dilatih) berulang

Tabel 11. rencana tindak lanjut kesehatan jiwa bulan januari tahun 2018

C. Upaya Kesehatan Olahraga


1. Definisi upaya kesehatan olahraga
Upaya kesehatan olahraga adalah salah satu upaya kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
melalui aktivitas fisik dan atau olahraga.
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang
memanfaatkan aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan
derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan sebagian
kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan
kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya.
A. Pelaksanaan upaya kesehatan olahraga
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Olahraga Dilaksanakan
diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti:
a) Puskesmas
b) Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM)
c) Rumah sakit
d) Institusi kesehatan lain ( pemerintah / swasta )
Kesehatan olahraga diperlukan untuk tercapainya derajat
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat yang optimal dengan
melakukan olahraga atau latihan fisik secara baik, benar, terukur, dan
teratur serta berkesinambungan sebagai modal penting dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja sumber daya manusia.

Beberapa program kesehatan olahraga telah dijalankan di Puskesmas


Larangan dan hasilnya pada bulan januari tahun 2018 program yang
ditargetkan telah tercapai dengan cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat pada
tabel berikut ini.
NO MASALAH PENYEBAB MASALAH

1 Cakupan kesehatan olahraga sudah tercapai Cakupan tercapai


100%

Tabel 12. Analisis masalah program kesehatan olah raga bulan Januari
Tahun 2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT

1 Meningkatkan upaya Seluruh pengunjung Setiap hari Puskesmas


pemberdayaan individu puskesmas pelayanan
dan keluarga oleh petugas
puskesmas melalui proses
pembelajaran pemecahan
masalah dengan sasaran
individu

2 Penyampaian informasi Pengunjung Setiap hari Puskesmas


kesehatan kepada puskesmas pelayanan
masyarakat pengunjung
puskesmas di tempat
khusus atau ruang tunggu
atau tempat tidur (bedside
teaching) dengan waktu ±
10-15 menit dengan materi
sesuai isu aktual/masalah
kesehatan setempat dengan
didukung alat bantu atau
media penyuluhan.

Tabel 13. Rencana tindak lanjut kesehatan olah raga bulan januari tahun
2018

D. Upaya Indera / Upaya Kesehatan Mata Dan Pencegahan Kebutaan


(Ukm/Pk)
A. Definisi
Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan (UKM/PK)
adalah upaya kesehatan dasar dibidang UKM/PK (Upaya Kesehatan
Mata / Penanggulangan Kebutaan) yang dilaksanakan di tingkat
puskesmas. Upaya tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan puskesmas
dengan di dukung oleh peran serta aktif masyarakat, baik di dalam maupun
diluar gedung puskesmas yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas
B. Kegiatan pokok
1. Pelayanan kesehatan mata
a. Mendekatkan pelayanan profesional kepada masyarakat. Kegiatan
diluar gedung mengacu pada upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif
b. Penjaringan kasus-kasus penyakit mata dan kebutaan serta
gangguan fungsi penglihatan yang berkunjung ke puskesmas.
c. Penanganan kasus-kasus mata oleh tenaga perawatan yang telah
dilatih oleh dokter puskesmas.
d. Rujukan kasus-kasus penyakit mata tertentu kepada dokter ahli
mata yang berkunjung ke puskesmas.
2. Peran serta masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat atau kader dalam UKM-PK
dasar, yaitu membatu dan membimbing kader dalam :
a. Menyusun rencana kegiatan UKM-PK dasar dimasyarakat,
dalam rangka menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk dapat
mengatasi masalah kesehatan mata yang ada
b. Memantau kegiatan kader, membandingkan dengan rencana
yang disusun oleh kader
c. Mengenal masalah dan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakan oleh kader di masyarakat
d. Memecahkan masalah dan hambatan yang dihadapi
e. Pelaksanaan kegiatan tingkat lanjut
3. Pengembangan UKM/PK Dasar di Puskesmas
Sesuai dengan bobot permasalahan maka prioritasnya ditujukan
kepada Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna ( PKKP) yang
meliputi :
a. Upaya menunda terjadinya kebutaan oleh katarak dengan operasi
katarak masal
b. Pelayanan terhadap penyakit mata sederhana (blefaritis, kalazion,
hordeolum, konjungtivitis, keratitis, pterigium)
c. Pelayanan refraksi untuk meningkatkan mutu penglihatan
masyarakat
d. Rujukan, ditujukan kepada penyakit mata yang mudah didiagnosis
tetapi perlu dirujuk pada pelayanan kesehatan tingkat sekunder,
seperti endoftalmitis
Untuk mendukung pengembangan UKM/PK Dasar di
Puskesmas dilaksanakan berbagai kegiatan seperti :
a. Pelatihan bagi dokter, perawat dan kader
b. Pengadaan peralatan kesehatan mata dan obat-obatan
c. Pelayanan kesehatan mata mulai dari penyuluhan kesehatan mata,
perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan tepat,
pembatasan cacat mata, rehabilitasi medik dan sosial

Program kesehatan indera di puskesmas larangan sudah tercapai di


bulan januari 2018 tahun 2018, namun ada beberapa rancangan yang
masih belum optimal tercapai. Hal tersebut seperti yang bisa dilihat
pada tabel berikut ini.

NO MASALAH PENYEBAB MASALAH

1 Cakupan kegiatan kesehatan Pemeriksaan katarak di Pelayanan Umum,


indera tercapai namum Pustu, Lansia dan Posbindu belum dilakukan
penemuan kasus baru katarak dengan optimal
belum optimal

2 Deteksi dini kelainan refraksi Pemeriksaan refraksi di Pelayanan Umum,


mencapai target namun belum Pustu, Lansia dan Posbindu belum dilakukan
optimal dengan optimal

Tabel 14. Analisis masalah program kesehatan indera bulan januari tahun
2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT


1 Memperluas skrining Seluruh pengunjung Setiap hari Puskesmas
suspek katarak untuk puskesmas pelayanan
pasien dengan
gangguan penglihatan
2 Memperluas skrining Siswa kelas IV dan Setiap hari Puskesmas
refraksi V SD pelayanan

Tabel 15. rencana tindak lanjut program kesehatan indra bulan januari
tahun 2018

E. Upaya Kesehatan Haji


Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk mencapai kondisi
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, mengendalikan faktor risiko kesehatan haji,
menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama di Indonesia, selama
perjalanan, dan Arab Saudi, mencegah terjadinya transmisi penyakit menular
yang mungkin terbawa keluar dan/atau masuk oleh Jemaah Haji dan
memaksimalkan peran serta masyarakat dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Haji.
Istilah Kesehatan akan menjamin dapat melaksanakan seluruh
rangkaian rukun dan wajib haji kesehatan. Oleh karena itu menjadi kewajiban
bersama antara Pemerintah, Jemaah Haji dan Masyarakat untuk mewujudkan
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
Istilah Kesehatan bagi jemaah haji adalah rumusan kriteria jemaah
haji untuk memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji
secara mandiri, tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Saat ini Isthithaah Kesehatan telah dituangkan dalam bentuk Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istilah Kesehatan Jemaah
Haji. Berdasar Permenkes Nomor 15 Tahun 2016, untuk mewujudkan
Istithaah Kesehatan, Jemaah Haji harus melakukan pemeriksaan dan
pembinaan kesehatan yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota.
Puskesmas dan Dinas Kabupaten/Kota saat ini sudah mulai
melakukan pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan bagi jemaah haji
yang akan berangkat pada tahun 2018. Jemaah haji diwajibkan melakukan
pemeriksaan kesehatan di puskesmas, pemeriksaan kesehatan yang dimaksud
merupakan pemeriksaan khusus jemaah haji yaitu mulai dari pemeriksaan
fisik, laboratorium dan pemeriksaan kejiwaan. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan untuk mengetahui kondisi jemaah haji, jika mengalami gangguan
kesehatan akan diberikan pengobatan.
Setelah pemeriksaan kesehatan maka dilakukan upaya pembinaan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan atau setidaknya
mempertahankan status kesehatan jemaah haji agar tetap memenuhi syarat
istithaah kesehatan sampai menjelang keberangkatan. Pembinaan kesehatan
yang dilakukan berupa penyuluhan kesehatan jemaah haji dan pengukuran
kebugaran yang menggunakan metode rockport atau six minute walking test.
Pembinaan kesehatan ini dapat dilakukan di puskesmas saat pemeriksaan
kesehatan, atau dilapangan terbuka ataupun di KUA atau Asrama haji saat
jemaah haji melakukan manasik haji. Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Agama bekerja sama untuk mewujudkan jemaah haji sehat dan
mabrur.
Upaya kesehatan haji yang ada di puskesmas larang sudah tercapai
dengan cukup baik, namun ada permasalahan yang menghambat keberhasilan
program haji tersebut. Hal tersebut seperti yang bisa dilihat pada tabel berikut
ini.

NO MASALAH PENYEBAB MASALAH


1 Seluruh indikator program tercapai, Kontak pasien tidak di perbaharui oleh
namun dalam pelaksanaan petugas pihak Kemenag
mengalami kesulitan dengan kontak
pasien yang tidak up to date

Tabel 16. analisis masalah program kesehatan haji bulan januari tahun 2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT


1 Berkoordinasi dengan linsek Calon Haji Setiap hari Puskesmas
(Kemenag) mengenai data pelayanan
kontak calhaj untuk
mempermudah pelacakan

Tabel 17. rencana tindak lanjut program kesehatan haji bulan januari tahun 2018

F. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah


Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu
mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat
gigi sebagaimana hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun
2013 menyebutkan bahwa prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah
25,9%, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut
diatas angka nasional. Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari
daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkanmasyarakat Indonesia.
Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut
masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit
mulut di Indonesia yang cenderung meningkat

Anak-anak lebih rentan mengalami masalah kesehatan gigi dan


mulut. Masa kanak-kanak pertengahan 6-12 tahun sering disebut sebagai
masa-masa yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu
persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Dengan
adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam mulut,
menandai masa gigi campuran pada anak. Gigi yang baru tumbuh tersebut
belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan (Riyanti, 2012). Oleh
karena itu, gigi permanen yang tumbuh hanya satu kali dalam seumur hidup
harus dijaga, dirawat dan dipelihara dengan baik supaya terhindar dari
masalah gigi.Menjaga kebersihan gigi harus dilakukan setiap hari sehingga
gigi dan mulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa menyebabkan
kerusakan gigi. Kerusakan gigi pada anak bisa menyebabkan gangguan
masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi.
Rasa sakit pada gigi dan mulut akan menurunkan selera makan anak dan
pemecahan makanan di dalam mulut tidak sempurna sehingga penyerapan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh akan terganggu.

Program ini telah dijalankan oleh tenaga keshatan Puskesmas Larangan


dengan hasil cukup baik namun tidak optimal dikarenakan persentase kehadiran
sasaran masih kurang dari target. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel berikut ini.

MASALAH PENYEBAB MASALAH


Penjaringan telah Banyak siswa yang sakit/ijin dan tidak hadir pada hari
dilakukan dengan cakupan pemeriksaan
82.45% dar target 100%

Tabel 18. Masalah Program UKGS bulan januari tahun 2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT

1 Pemberitahuan lebih intensif kepada Seluruh siswa Kegiatan Sekolah


pihak sekolah agar siswa yang penjaringan
diperiksa mendekati 100%
2 Penyampaian informasi kesehatan Pengunjung Setiap hari Puskesmas
kepada masyarakat pengunjung puskesmas pelayanan
puskesmas di tempat khusus atau
ruang tunggu atau tempat tidur
(bedside teaching) dengan waktu ±
10-15 menit dengan materi sesuai
isu aktual/masalah kesehatan
setempat dengan didukung alat
bantu atau media penyuluhan.

Tabel 19. Rencana tindak lanjut Program UKGS bulan januari tahun 2018

G. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa


UKGMD Adalah suatu pendekatan Edukatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan peran serta Masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan Gigi (Upaya Promotif, Preventif secara terpadu (UKBM ) dikenal
dengan Primery Oral Health Care Aproach yang dilakukan di sarana –
sarana UKBM ( Posyandu, Poskesdes, Desa siaga dll .
Untuk mewujudkan visi Puskesmas Larangan telah menetapkan misi
yang merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang
dicapai. Adapun misi tersebut adalah:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
2. Menjadi pusat informasi kesehatan dan sebagai panutan perubahan
perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk kepentingan
pembangunan kesehatan masyarakat
2. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri.
3. Menciptakan pelayanan yang menitikberatkan kepada prinsip
keyamanan dan ketelitian
6. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
a. Pembinaan kader
b. Kunjungan ke posyandu dalam rangka penyuluhan dan
pemeriksaan gigi dan ibu Hamil
Program UKGMD ini di puskesmas larangan belum tercapai, namun
rancangan program yang akan dijalankan sudah ada. Hal tersebut seperti yang ada
pada tabel berikut ini.
NO MASALAH PENYEBAB MASALAH
1 Cakupan penjaringan belum tercapai Belum ada kegiatan penjaringan

Tabel 20. Analisis masalah program kesehatan UKGMD bulan januari tahun
2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT

1 Meningkatkan upaya pemberdayaan Seluruh Setiap hari Puskesmas


individu dan keluarga oleh petugas pengunjung pelayanan
puskesmas melalui proses puskesmas
pembelajaran pemecahan masalah
dengan sasaran individu
2 Penyampaian informasi kesehatan Pengunjung Setiap hari Puskesmas
kepada masyarakat pengunjung puskesmas pelayanan
puskesmas di tempat khusus atau
ruang tunggu atau tempat tidur
(bedside teaching) dengan waktu ±
10-15 menit dengan materi sesuai
isu aktual/masalah kesehatan
setempat dengan didukung alat
bantu atau media penyuluhan.
Tabel 21. Rencana tindak lanjut program kesehatan UKGMD bulan januari
tahun 2018

H. Upaya Kesehatan Remaja


PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait
dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses
semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan
efisien. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling,
mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu
diketahui remaja.

A. Jenis kegiatan dalam pkpr


1. Pemberian informasi dan edukasi
a) Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara
perorangan atau kelompok
b)Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan
materi dari puskesmas
c) Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS (focus group
discussion), diskusi interaktif yang dilengkapi dengan alat bantu
media cetak atau elektronik.
d)Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di
mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
Program kesehatan remaja yang di lakukan di puskesmas larangan ini belum
tercapai, karena ada beberapa data yang kurang dan belum dilakukan
penjaringan. Hal ttersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

MASALAH PENYEBAB MASALAH


Cakupan penjaringan belum tercapai Belum ada kegiatan penjaringan

Tabel 22. Masalah pada program kesehatan remaja bulan januari tahun
2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT

1 Meningkatkan upaya Seluruh Setiap hari Puskesmas


pemberdayaan individu dan pengunjung pelayanan
keluarga oleh petugas puskesmas puskesmas
melalui proses pembelajaran
pemecahan masalah dengan
sasaran individu

2 Penyampaian informasi kesehatan Pengunjung Setiap hari Puskesmas


kepada masyarakat pengunjung puskesmas pelayanan
puskesmas di tempat khusus atau
ruang tunggu atau tempat tidur
(bedside teaching) dengan waktu
± 10-15 menit dengan materi
sesuai isu aktual/masalah
kesehatan setempat dengan
didukung alat bantu atau media
penyuluhan.

Tabel 23. Rencana tindak lanjut program kesehatan remaja bulan januari
tahun 2018

I. Program Kesehatan Penyakit Tidak Menular


Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi
beberapa Penyakit Tidak Menular utama meningkat, sementara penyakit
menular masih tinggi, lebih diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru
dan penyakit lama yang muncul kembali. Oleh karena adanya pergeseran
penyakit tersebut maka Indonesia menghadapi Triple Burden of diseases.
Program kesehatan PTM ini sudah berjalan di puskesmas, hasilnya cukup
baik, namun ada beberapa hal yang harus dikoordinasikan pihak-pihak yang
terlibat pada program ini. Hal tersebut seperti yang tertera pada tabel berikut
ini.

NO MASALAH PENYEBAB MASALAH


1 Cakupan pembinaan PTM tercapai --

2 Permasalahan lain adalah Kader PTM jumlahnya kurang dan rata-


kaderisasi kader PTM rata lansia sehingga petugas kesulitan
melakukan kegiatan pemantauan PTM

Tabel 24. Analisis masalah program kesehatan PTM di bulan januari tahun
2018

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT


1 Penguatan Deteksi dini pengunjung usia 1x/bulan Baperkam RW
faktor risiko PTM > 15 tahun

2 Refreshing/kaderisasi Kader Posbindu Setiap Pelayanan Baperkam RW


kader Posbindu Posbindu

Tabel 25. Rencana Tindak lanjut program kesehatan PTM di bulan januari
tahun 2018

Jumlah Total
Penyakit
Laki-Laki Perempuan
Hipertensi 350 1020
Diabetes Melius 95 223
Obesitas 2 27
Jantung koroner 13 11
Stroke 8 2
Tumor Payudara 0 6
Tabel 26. Daftar beberapa penyakit tidak menular yang terjadi selama
tahun 2017 di Puskesmas Larangan

1. World Health Organization .2011. Global status report non-


communicable disease 2010. Geneva World Health Organization

2. Dapus ; Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar;


RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

3. Dapus; Dosh, S.A. The Diagnosis of Essencial and Secondary


Hypertension in Adult. J.Farm.PRACt 2009. Page: 707-712.
4. Dapus; World Health Organization .2011. Global status report non-
communicable disease 2010. Geneva World Health Organization

5. Dapus Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor


Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM
UNHAS. 2007.

Anda mungkin juga menyukai