Anda di halaman 1dari 76

HUBUNGAN UKURAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN

DRIBBLING SEPAK BOLA USIA 12-14 TAHUN LEMBAGA


PENDIDIKAN SEPAK BOLA PUTRA
WONOGIRI TAHUN 2010

Oleh :

SKRIPSI

Oleh :
MUZAKI MAHAR PRASETYA
K 4605032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HUBUNGAN UKURAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN
DRIBBLING SEPAK BOLA USIA 12-14 TAHUN LEMBAGA
PENDIDIKAN SEPAK BOLA PUTRA
WONOGIRI TAHUN 2010

Oleh :
MUZAKI MAHAR PRASETYA
K 4605032

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

ii
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heru Suranto, M. Pd Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes


NIP. 19491109 198010 1 001 NIP. 19630608 199010 2 001

iii
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari :
Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :


(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H . Mulyono, M.M

Sekretaris : Fadilah Umar, S. Pd. M. Or

Anggota I : Drs. Heru Suranto, M. Pd

Anggota II : Dra. Hanik Liskustyawati, M. Kes

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP. 19600727 198702 1 001

iv
ABSTRAK

Muzaki Mahar Prasetya. HUBUNGAN UKURAN PANJANG TUNGKAI


DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLING SEPAK BOLA USIA 12-14 TAHUN
LEMBAGA PENDIDIKAN SEPAK BOLA PUTRA WONOGIRI TAHUN
2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan ukuran


panjang tungkai dengan kemampuan dribbling sepak bola pada siswa usia 12-14
tahun LPSB Putra Wonogiri 2010.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif korelasional. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa usia 12-14 tahun LPSB Putra Wonogiri 2010.
Pengambilan sampel menggunakan seluruh populasi. Untuk mengukur panjang
tungkai dengan Anthropometer dari Barry L. Johnson & Jack K. Nelson (1986:
187) dan untuk mengukur kemampuan dribbling dengan tes Dribbling dari
Norbert Rogalski dan Ernst G. Degel yang dikutip Soekatamsi (1984: 258). Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi korelasi sederhana.
Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan terhadap data
keseluruhan ukuran tungkai terhadap kemampuan menggiring bola, diperoleh nilai
r sebesar 0,150684, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai r tabel pada taraf
signifikan 5% yaitu 0,423, karena nilai rhitung < rtabel, dengan demikian hipotesis
diterima, sehingga simpulan hasil penelitian adalah tidak ada hubungan signifikan
antara ukuran panjang tungkai dengan kemampuan driblling siswa usia 12-14
tahun LPSB Putra Wonogiri 2010.

v
MOTTO

 Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang


lain.
(HR. Al Qodla’iy)

 Jangan menghindar menghadapi masalah yang berat, tapi


selesaikanlah masalah itu.
( penulis)

vi
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :


Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih
Adik-adikku tersayang
Someone yang selalu mendukungku
Teman-teman Angkatan 2005
JPOK FKIP UNS
Almamater

vii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi


berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan


Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang, telah memberikan
izin penulisan skripsi.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan persetujuan skripsi.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penulisan skripsi..
4. Drs. Heru Suranto, M. Pd., pembimbing I dan Dra. Hanik Liskustyawati,
M.Kes. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Kepala Lembaga Pendidikan Sepak Bola Putra Wonogiri yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
6. Siswa usia 12-14 tahun LPSB Putra Wonogiri yang bersedia menjadi sampel
penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

viii
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.

Surakarta, juli 2010

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ................................………………………………………………… i
PENGAJUAN ...............................…………………………………………. ii
PERSETUJUAN .........................……………………………………………. iii
PENGESAHAN..............................………………………. ………………… iv
ABSTRAK .................………………………………………………………. v
MOTTO .....................……………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN .............................………………………………………. vii
KATA PENGANTAR ..................................……………………………….. viii
DAFTAR ISI ......................................……………………………………… x
DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………… xiii
DAFTAR TABEL ....................……………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................…………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah ......…………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian .....…………………………………………… 4
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………. 5
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………. 5
1. Permainan Sepak Bola………………………….…………… 5
2. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola..………………………… 7
a. Teknik Menendang Bola…………………………………. 9
b. Menyundul Bola............................……………………….. 11
c. Menghentikan Bola.........................................…………… 12
d. Lemparan ke Dalam............................................................. 13
e. Merebut Bola......................................................................... 14
f. Menggiring Bola......................................………………… 15

x
1) Kecepatan...................................................................... 21
2) Kekuatan.......................................................................... 23
3) Daya Tahan...................................................................... 24
4) Kelentukan....................................................................... 25
5) Kelincahan....................................................................... 26
a) Faktor Kelincahan..................................................... 27
b) Peranan Kelincahan Disepak Bola.......................... 28
3. Tinggi badan.....................………………………………….…. 29
a. Pengertian Tungkai.............................................................. 30
b. Susunan Tulang Gerak Bawah............................................. 31
c. Tungkai Panjang................................................................... 33
d. Tungkai Pendek.................................................................... 34
B. Kerangka Pemikiran .......………………………………………. 35
C. Perumusan Hipotesis ............………………………….……….. 36
BAB III METODE PENELITIAN .............……………………….………… 37
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....………………………….… 37
B. Populasi Dan Sampel …………………………….……………. 37
C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 37
D. Teknik Analisis Data……………………………...………… 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................……………………………….. 40
A. Deskripsi Data .........……………………………........................ 40
B. Uji Prasyarat Analisis................................................................... 40
1. Uji Reliabilitas……………………………………………… 40
2. Uji Normalitas……………………………………………... 41
C. Pengujian Hipotesis……………………………………………. 42
D. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….. 42
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........……….................. 43
A. Simpulan…………………………………………………….... 43
B. Implikasi..................................................................................… 43
C. Saran............................................................................................. 43

xi
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………. 44
LAMPIRAN............…………………………………………………………. 46

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Perkenaan bola dengan kaki bagian dalam ….....………....... 18


Gambar 2. Menggiring dengan kura- kura kaki penuh............................ 18
Gambar 3. Menggiring dengan kura-kura kaki bagian
luar……………………………………………...................... 19

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Panjang Tungkai dengan
Kemampuan Menggiring Sepak Bola ....................................... 40
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ........………………………... 40
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas…………………………………... 41
Tabel 4. Rangkuman Uji Normalitas dengan Lilliefors……………….. 41
Tabel 5. Hasil Penghitungan Korelasi Sederhana..................................... 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengambilan Data Tes Panjang Tungkai...................... 46
Lampiran 2. Hasil Pengambilan Data Tes Dribbling.................................. 47
Lampiran 3. Uji Reliabilitas Data Tes Dribbling......................................... 48
Lampiran 4. Uji Normalitas Data Tes Dribbling......................................... 51
Lampiran 5. Uji Normalitas Data Tes Panjang Tungkai............................. 52
Lampiran 6. Perhitungan Analisis Data....................................................... 53
Lampiran 7. Petunjuk tes dan pengukuran panjang tungkai ……….......... 55
Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Keterampilan Dribbling............ 57
Lampiran 9. Dokumentasi....................................................................... 59

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer dan digemari oleh
orang tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin
menjadi seorang pemain sepak bola yang baik, bahkan kalau mungkin menjadi
bintang sepak bola. Dalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat, permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga yang diprioritaskan
untuk dibina. Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi alangkah baiknya jika
semenjak anak-anak telah mendapatkan pengenalan olahraga khususnya olahraga
sepak bola secara benar, teratur dan terarah.
Setiap olahraga memiliki organisasi pusat tersendiri sebagai naungan
dari klub-klub atau lembaga yang berada di bawahnya. Begitu juga dengan sepak
bola yang membutuhkan organisasi olahraga, karena organisasi olahraga
merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk mencapai prestasi maksimal dengan
kerjasama antar orang-orang yang mengerti dan paham tentang olahraga tersebut,
oleh karena itu didalamnya harus terjalin dengan baik, mempunyai rencana kerja
dan program kerja yang jelas. Melalui organisasi maka akan lebih jelas langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkan tujuannya, hubungan yang
harmonis, kerjasama yang baik (kompak) sehingga organisasi berjalan dengan
lancar dan berkembang maksimal. Setelah organisasi tertata langkah selanjutnya
adalah metode pembinaan yang perlu diterapkan oleh para pengurus karena
metode yang baik dan tepat akan menghasilkan prestasi yang maksimal dalam
lembaga pendidikan sepa kbola.
Kelangsungan dan kelancaran dari organisasi tidak lepas dari pendanaan,
dengan adanya dana yang memadai maka kegiatan akan berjalan dengan baik.
Suatu organisasi yang baik harus mencari atau mendapatkan sumber dana yang
bisa berasal dari dalam anggota organisasi maupun dari luar anggota organisasi.
Selama ini masyarakat sering mendengar bahwa tim kesayangan dari masing-

1
2

masing daerah mengundurkan diri dari kompetisi sepak bola yang sedang
berlangsung karena masalah pendanaan tunggakan gaji pemain, tunggakan gaji
pelatih, tidak bisa membayar denda kerena hukuman dan lain sebagainya.
Fasilitas latihan pemain harus diperhatikan dan harus di dukung oleh
sarana dan prasarana yang baik. Prasarana dan sarana yang baik dan berkualitas
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guna menunjang kegiatan latihan
sehingga prestasi meksimal dapat tercapai. Tanpa adanya prasarana dan sarana
yang baik maka segala kegiatan akan terganggu dan mungkin terhenti.
Prestasi yang maksimal merupakan impian setiap pemain atau klub dari
berbagai macam cabang olahraga, keberhasilan prestasi tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak. Pelatih yang berkualitas memegang peranan penting terhadap
peningkatan prestasi klubnya, pelatih harus mampu menerapkan program latihan
yang sesuai dengan keadaan, memantau latihan dan membina secara teratur
sehingga mampu mengembangkan prestasi yang dicapai klubnya.
Indonesia mempunyai banyak pemain bagus dan berbakat tetapi selama
ini pelatih belum dapat memoles kekurangan masing-masing individu dengan
tepat untuk menjadi pemain berkualitas yang mempengaruhi keadaan suatu tim
sehingga memperoleh kemenangan dalam permainan sepak bola. Melihat dari
prestasi sepak bola Indonesia belum seperti yang diharapkan, dengan merosotnya
tim nasional (timnas) sekarang, padahal ditahun 1997 hanya Indonesia yang
pertama mengadakan sertifikasi pelatih berlisensi A oleh PSSI di antara negara se
Asia. Hal yang cukup cepat dengan mengadakan sertifikasi pelatih berlisensi A,
melihat hal tersebut seharusnya menjadikan prestasi tim nasional (timnas) dapat
melangkah lebih maju dibanding negara lain di Asia. Melalui klub sepak bola atau
sekolah sepak bola diharapkan mampu mencetak pemain- pemain sepak bola yang
terampil dan berprestasi. Sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan bibit-bibit
pemain sepak bola yang berbakat dan berprestasi, sehingga sepak bola Indonesia
mampu bersaing dengan negara lain, maka perlu diadakan pengenalan latihan
yang baik untuk membentuk pemain yang berkulitas dan sebaiknya diidentifikasi
melalui pemanduan bakatnya sejak usia dini.
3

Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) termasuk dalam


penyelenggaraan pendidikan jasmani karena mempunyai manfaat bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak khususnya dibidang pemanduan bakat.
Banyaknya klub sepakbola atau lembaga pendidikan sepak bola (LPSB)
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia.
Salah satu lembaga di Indonesia adalah Lembaga Pendidikan Sepak Bola
Putra Wonogiri. Di lembaga tersebut siswa usia 12-14 tahun LPSB Putra
Wonogiri menarik untuk diteliti pada usia siswa tersebut latihan fisik dan teknik
merupakan program latihan dasar yang diprioritaskan. Pembinaan dan latihan
didasarkan pada kelompok umur dimaksudkan agar masing- masing kelompok
suatu tim berdiri sendiri dalam latihan. Hal ini disebabkan karena setiap kelompok
umur memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda- beda, sehingga
dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kelompok umur yang
ada.
Karakter LPSB putra wonogiri dalam latihan fisik dan teknik yang
ditonjolkan adalah dribbling dan terlihat para siswa bertubuh pendek di usia 12-14
tahun dibanding dengan LPSB lain. Tetapi dalam pengamatan, para siswa
menggiring bola mudah direbut lawan dan penguasaan bola kurang, harusnya
pemain yang bertubuh pendek mempunyai keseimbangan yang lebih baik
dibanding pemain yang bertubuh tinggi, sehingga pemain bertubuh pendek saat
menggiring bola jauh lebih baik dibanding pemain yang bertubuh tinggi. Tetapi
tidak dipungkiri bahwa pencarian bibit pemain yang dibutuhkan berpostur tubuh
tinggi proporsional sebab jangkauan tungkai lebih panjang untuk menjangkau
bola dan memudahkan pemain dalam berebut bola atas serta memudahkan dalam
menambah kecepatan sewaktu menggiring bola cepat hal ini sangat dibutuhkan
dalam serangan balik, tetapi pemain bertubuh tinggi mempunyai kekurangan yaitu
kurangnya keseimbangan dibanding pemain yang bertubuh pendek.
Dengan munculnya masalah tersebut untuk memilih ukuran tungkai
yang cocok dengan karakteristik LPSB Putra Wonogiri sehingga memperoleh
hasil permainan yang baik dan mendapatkan prestasi yang maksimal, oleh karena
itu untuk mengetahui seberapa besar hubungan panjang tungkai dan menggiring
4

bola khususnya di LPSB Putra Wonogiri akan diadakan penelitian dengan judul
“Hubungan ukuran panjang tungkai dengan kemampuan dribbling LPSB Putra
Wonogiri tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah, adakah


hubungan ukuran panjang tungkai dan kemampuan dribble sepak bola pada siswa
usia 12-14 tahun LPSB Putra Wonogiri 2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini


mempunyai tujuan, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan ukuran panjang
tungkai dengan kemampuan dribble sepak bola pada siswa usia 12-14 tahun
LPSB Putra Wonogiri 2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, untuk


menentukan perlu tidaknya perbedaan ukuran panjang tungkai dijadikan sebagai
salah satu kriteria oleh pelatih untuk memilih bibit ( calon pemain) di LPSB Putra
Wonogiri tahun 2010.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Sepakbola

Sepakbola adalah cabang olahraga permainan yang menuntut kualitas


fisik dan teknik yang baik. Permainan sepakbola dilakukan dalam waktu yang
cukup lama yaitu 2x 45 menit, bahkan masih dilakukan penambahan waktu
(perpanjangan). Selama waktu permainan, pemain dituntut untuk bergerak sambil
memainkan teknik dasar sepakbola. Dalam memperagakan teknik dasar sepakbola
tersebut kualitas fisik yang prima sangatlah mempengaruhi. Dengan demikian
kualitas fisik dan teknik merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
permainan sepakbola.
Sepakbola adalah cabang olahraga beregu yang pelaksanaanya dilakukan
dua regu. Masing-masing regu terdiri dari 11 (sebelas) orang pemain termasuk
penjaga gawang. Setiap pemain bebas memainkan bola dengan seluruh anggota
badan kecuali lengan sedangkan kiper atau penjaga gawang bebas melakukan dan
menggunakan semua anggota badan manapun.
Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu yang
terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Hampir
seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan mengolah bola dengan
kaki kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan
seluruh bagian atau anggota badannya dengan kaki atau tangannya
(Soekatamsi, 1995: 11).

Sepakbola merupakan salah satu permainan bola besar dimana dilakukan


secara beregu yang memiliki prinsip sederhana yaitu memasukan bola ke gawang
lawan sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk
melindungi agar gawangnya tidak kemasukan bola. Jozef Sneyers (1988 : 3 )
menyatakan, “Prinsip sepakbola sederhana sekali yaitu membuat gol dan
mencegah jangan sampai lawan berbuat sama terhadap gawngnya sendiri “.
5
6

Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga yang cukup populer


dan memasyarakat di seluruh dunia. Hampir setiap orang di seluruh dunia
mengenal dan menggemari permainan sepakbola. Dapat dikatakan bahwa,
permainan sepakbola dijadikan olahraga Nasional di suatu negara. Seperti
dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 1) bahwa, “Sepakbola merupakan
permainan beregu yang paling populer di dunia dan bahkan telah menjadi
permainan Nasional bagi setiap negara di Eropa, Amerika Selatan, Asia, Afrika
dan bahkan pada saat ini permainan itu digemari di Amerika Serikat”.
Permainan sepakbola mempunyai daya tarik tersendiri, jika dibandingkan
dengan cabang olahraga permainan lainnya. Lebih lanjut Beltasar Tarigan
(2001:2) menyatakan, “Daya tarik permainan sepak bola adalah keterampilan
memperagakan kemampuan dalam mengolah bola, penampilan usaha yang
sungguh-sungguh penuh perjuangan, gerakan yang dinamis, disertai dengan
kejutan-kejutan taktik, yang membuat penonton kagum melihatnya”. Pendapat
lain dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 1) bahwa,
Alasan dari daya tarik sepakbola terletak pada kealamian permainan
tersebut. Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan
mental. Anda harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi
permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil
menghadapi lawan. Anda harus mampu berlari beberapa mil dalam satu
pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan menanggapi
berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat dan harus memahami
taktik permainan individu, kelompok dan beregu. Kemampuan untuk
memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan anda di lapangan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga


permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya memiliki karakteristik
tersendiri. Penampilan seorang pemain sangat bergantung pada kemampuannya
memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan yaitu, bagaimana
memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan,
kemampuan fisik dan mental yang baik, kemampuan memperagakan taktik dan
strategi permainan baik individu, kelompok maupun tim, usaha yang sungguh-
sungguh dan kerjasama yang kompak untuk memenangkan pertandingan.
7

2. Teknik Dasar Bermain Sepakbola

Teknik dasar bermain sepakbola adalah semua cara pelaksanaan gerakan-


gerakan yang diperlukan untuk bermain sepakbola, terlepas sama sekali dari
permainannya. Artinya memerintah badan sendiri dan memerintah bola dengan
kakinya, dengan tungkainya, dengan kepalanya, dengan badannya, kecuali dengan
lengannya. Jadi setiap pemain harus dapat memerintah bola, bukan bola
memerintah pemain. Sepakbola merupakan olahraga permainan yang memiliki
gerakan cukup kompleks, dalam bermain sepakbola seorang pemain dituntut
memiliki kualitas fisik, teknik, taktik dan mental yang baik. Kualitas fisik, teknik,
taktik dan mental merupakan komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya
untuk mencapai prestasi dalam permainan sepakbola. Seperti dikemukakan
Soekatamsi (1984: 11) bahwa, “Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya dalam sepakbola haruslah memiliki empat kelengkapan pokok
yaitu (1) pembinaan teknik, (2) pembinaan fisik, (3) pembinaan taktik dan (4)
kematangan juara”.
Teknik dasar bermain bola adalah bagian penting untuk mencapai
keterampilan teknik bermain bola. Dapat dikatakan menang-kalahnya suatu tim
dapat ditentukan oleh tingkat penguasaan teknik dasar para pemainnya. Dalam hal
ini Jozef Sneyers (1988: 10) menyatakan bahwa ”Mutu permainan kesebelasan
ditentukan oleh suatu penguasaan teknik dasar tentang sepakbola. Taktik tanpa
teknik tidak mungkin kecuali bila taktik itu sangat sederhana”.
Pendapat di atas menunjukan bahwa, penguasaan teknik dasar bermain
sepakbola merupakan faktor yang akan mempengaruhi penampilan pemain
maupun tim secara kolektif, kualitas permainan dan penerapan taktik bermain
sepakbola. Taktik peremainan tidak akan mempunyai arti, jika para pemainnya
tidak menguasai teknik dasar bermain. Menguasai teknik dasar bermain sepakbola
merupakan fundamen agar dapat bermain sepakbola dengan baik. Arma
Abdoellah (1981: 320) menyatakan, “Kemampuan menguasai teknik merupakan
syarat utama bagi setiap pemain, dimana sangat erat hubungannya dengan prestasi
seseorang sebagai anggota tim”. Menurut Remmy Muchtar (1992: 27)
8

berpendapat, “Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik perlu menguasai


teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik yang baik tidak mungkin dapat
menguasai atau mengontrol bola dengan baik”. Sedangkan yang dimaksud teknik
dasar bermain sepakbola menurut Soekatamsi (1995: 18) adalah “Semua cara
pelaksanaan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk bermain sepak bola, terlepas
sama sekali dari permainannya”. Menurut Remmy Muchtar (1992: 27) bahwa,
“Teknik sepakbola adalah cara pengolahan bola maupun pengolahan gerak tubuh
dalam bermain sepakbola”.
Teknik dasar bermain sepakbola merupakan cara-cara memainkan bola
berdiri sendiri terlepas dari permainan sepakbola yang sebenarnya. Bertolak dari
pengertian teknik dasar bermain bola yang telah dikemukakan diatas dapat
diidentifikasikan bahwa teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua
macam menurut Remmy Muchtar (1992: 27) terdiri dari :

a. Teknik Badan,terdiri dari :


1) Cara berlari
2) Cara melompat
3) Cara tipu badan
b. Teknik bola, terdiri dari :
1) Teknik menendang
2) Teknik menahan bola (trapping)
3) Teknik menggiring bola (dribble)
4) Gerak tipu
5) Teknik menyundul (heading)
6) Teknik merebut bola (tackling)
7) Teknik lemparan dalam (throw in) dan
8) Teknik penjaga gawang

Macam-macam keterampilan teknik dasar memainkan bola yang harus


dikuasai dalam permainan sepakbola menurut Joseph A. Luxbacher (1997:
213)adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan mengoper bola
2. Keterampilan menerima bola
3. Keterampilan menggiring dan melindungi bola
4. Keterampilan mentakle bola
5. Keterampilan menyundul bola
6. Keterampilan menembak
7. Keterampilan menjaga gawang.
9

Berbagai macam teori tentang teknik dasar yang dikemukakan di atas,


dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Teknik Menendang Bola


Menendang bola pada dasarnya merupakan upaya untuk memindahkan
bola dari satu tempat ke tempat lain. Seperti dikemukakan A. Sarumpaet dkk.
(1992: 20) bahwa, “Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan
bola dari sutau tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki. Menendang bola
dapat dilakukan dalam keadaan bola diam, menggelinding maupun melayang di
udara”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menendang bola mempunyai
tujuan untuk memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain sebagai umpan
atau membersihkan bola dari daerah pertahan. Dalam pelaksanaan menendang
bola dapat dilakukan terhadap bola diam, menggelinding atau melayang di udara
bergantung pada situasi yang terjadi dalam permainan.
Menurut Joseph A. Luxbacher (1997: 12) bahwa, “Keterampilan untuk
mengoper dan menerima bola membentuk jalan vital yang menghubungkan
kesebelasan pemain ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-
bagiannya”. Hal senada dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 37) bahwa,
“Sepakbola merupakan permainan tim. Oleh karena itu, operan bola merupakan
alat penghubung antara pemain yang satu dengan lainnya”.
Berdasarkan tiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, menendang
bola merupakan teknik dasar sepakbola yang mempunyai peran penting untuk
menghubungkan pemain satu dengan pemain lainnya dalam satu tim. Operan
melalui tendangan ini pada prinsipnya bertujuan untuk memberi umpan dan
selanjutnya melakukan penyerangan pertahanan lawan. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari menendang bola yang dikemukakan A. Sarumpaet dkk., (1992: 20)
yaitu:
1) Untuk memberikan bola kepada teman atau mengoper bola.
2) Dalam usaha memasukkan bola k egawang lawan.
10

3) Untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran


seperti tendangan bebas, tendangan penjuru, tendagan hukuman,
tendangan gawang dan sebagainya.
4) Usaha melakukan clearing atau pembersihan dengan jalan menyaou
bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung
serangan lawan pada daerah perthanan sendiri.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menendang bola mempunyai


peran penting baik sebagai umpan, mencetak gol ke gawang lawan,
menghidupkan kembali permainan dan untuk clearing atau menyapu bola dari
daerah pertahanan.Menendang bola merupakan ciri khas yang dominan dalam
permainan sepakbola. Menurut Agus Mukholid (2004: 24) tujuan menendang bola
adalah, “Untuk mengumpan, menembak ke gawang agar terjadi gol, dan untuk
menghalau atau menyapu dalam rangka menggagalkan serangan atau permainan
lawan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tujuan menendang bola dapat
diklasifikasikan bermacam-macam menurut situasi yang terjadi di dalam
permainan. Menendang bola dapat dijadikan sebagai umpan kepada teman
seregunya, mencetak gol ke gawang lawan atau menyapu bola bila pertahanannya
mendapat serangan dari lawan.
Tendangan dalam permainan sepakbola dapat bermacam-macam
bentuknya. Adakalanya tendangan bola keras menyusur tanah, tendangan lurus
(setengah melambung) dan keras, tendangan melambung tinggi dan melengkung.
Berdasarkan hal tersebut tendangan dalam sepakbola dapat dibedakan menjadi
beberapa macam. Soekatamsi (1988: 48-49) membedakan jenis tendangan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan atas tinggi rendahnya lambungan bola, tendangan
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Tendangan bola rendah, bola menggulir datar di atas tanah
sampai setinggi lutut.
b) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola
melambung paling rendah setinggi lutut dan paling tinggi setinggi
kepala.
c) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling
rendah setinggi kepala.
2) Berdasarkan atas putaran dan jalannya bola yaitu:
11

a) Tendangan lurus (langsung), bola setelah ditendang tidak berputar


sehingga bola melambung lurus dan jalannya kencang. Tenaga
tendangan melalui titik pusat bola.
b) Tendangan melengkung, bola setelah ditendang berputar ke arah
yang berlawanan dengan tendangan dan arah bola.

Seorang pemain harus mampu menggunakan bagian-bagian kaki untuk


menendang bola dengan efektif. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian
kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola yaitu: “(1) Kaki bagian dalam
(inside-foot), (2) Punggung kaki (instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam
(inside-instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”.

b. Menyundul bola (heading)


Menyundul ( heading ) merupakan teknik dasar memainkan bola dengan
kepala, bagian kepala yang biasa digunakan terutama adalah dahi. Teknik
menyundul bola cukup besar peranannya dalam permainan sepak bola, sehingga
perlu dikuasai oleh pemain sepak bola. Dalam hal ini Joseph A. Luxbacher (1997
: 87) mengemukakan bahwa ”Untuk menjadi pemain sepak bola yang sempurna,
anda harus mengembangkan kemampuan heading yang baik. Tendangan gawang,
tendangan sudut, operan bola tinggi dan penghadangan bola harus sering
dimainkan di udara dengan menggunakan kepala anda”.
Penguasaan terhadap teknik dasar menyundul bola akan memberikan
beberapa manfaat bagi pemain. Adapun kegunaan atau manfaat menyundul bola
dalam permainan sepak bola menurut Soekatamsi ( 1988 : 171 ) yaitu untuk :
1. Meneruskan bola atau mengoperkan bola pada teman.
2. Memasukkan bola ke mulut gawang lawan untuk membuat gol.
3. Memberikan umpan kepada teman untuk membuat gol.
4. Menyapu bola di daerah pertahanan sendiri untuk mematahkan serangan
lawan.

Kemampuan menyundul bola memberikan manfaat yang besar dalam


permainan sepak bola. Sundulan kepala dapat juga digunakan untuk
mengumpankan bola dengan tujuan dimasukkan ke gawang lawan atau langsung
membuat gol, seperti yang telah diuraikan diatas. Teknik menyundul bola juga
efektif digunakan sebagai teknik pertahanan, terutama untuk menyapu bola yang
12

datangnya tinggi (melambung). Apabila lawan melakukan serangan cepat dengan


umpan bola yang tinggi (melambung), sundulan kepala sangat efektif untuk
mematahkan serangan tersebut.
Soekatamsi (1988: 171), dasar-dasar teknik menyundul bola adalah
sebagai berikut :
1) Lari menjemput arahnya datangnya bola, pandangan mata tertuju ke
arah bola
2) Otot leher kuatkan, untuk menyundul bola digunakan dahi yaitu
daerah kepala ke atas kening di bawah rambut kepala.
3) Badan digerakkan, ditarik ke belakang melengkung pada daerah
pinggang. Kemudian dengan gerakan seluruh tubuh yaitu kekuatan
otot-otot perut, dorongkan panggul dan kaki ( lutut bengkok
diluruskan ) badan diayunkan ke depan hingga dahi tepat mengenai
bola.
4) Pada waktu menyundul bola mata tetap terbuka dan selalu mengikuti
arah datangnya bola dan kemana bola diarahkan dan selanjutnya
diikuti gerakan lanjutan untuk segera mencari posisi.

Teknik dasar bermain bola adalah bagian penting untuk mencapai


keterampilan teknik bermain bola. Dapat dikatakan menang-kalahnya suatu tim
dapat ditentukan oleh tingkat penguasaan teknik dasar para pemainnya. Dalam hal
ini Jozef Sneyers (1988: 10) menyatakan bahwa ”Mutu permainan kesebelasan
ditentukan oleh suatu penguasaan teknik dasar tentang sepakbola. Taktik tanpa
teknik tidak mungkin kecuali bila taktik itu sangat sederhana”.
Pendapat di atas menunjukan bahwa, penguasaan teknik dasar bermain
sepakbola merupakan faktor yang akan mempengaruhi penampilan pemain
maupun tim secara kolektif, kualitas permainan dan penerapan taktik bermain
sepakbola. Taktik peremainan tidak akan mempunyai arti, jika para pemainnya
tidak menguasai teknik dasar bermain bola.

c. Menghentikan bola (controlling)


Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan
sepakbola yang penggunaanya bersamaan dengan teknik menendang bola.
Menerima bola dapat dilakukan dengan seluruh anggota badan dari kepala sampai
kaki kecuali dengan lengan selain pemain yang berada di bawah mistar gawang
13

atau penjaga gawang. Tujuan menghentikan bola adalah untuk mengontrol bola,
yang termasuk didalamnya adalah untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan
laju permainan dan memudahkan untuk passing.
Teknik menghentikan bola terdapat banyak cara yang dapat dilakukan
diantaranya yaitu menggunakan punggung kaki, paha, dada dan kepala apabila
memungkinkan.Berdasarkan arah datangnya bola teknik controlling dibedakan
pada: bola yang datang menyusur tanah, setinggi dada dan di atas kepala.
Prinsip menerima bola (controlling) dalam permainan sepakbola,
Soekatamsi (1984: 124) sebagai berikut :
a) Lari menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tetuju pada arah
bola.
b) Kaki tumpu menerima seluruh berat badan, lutut ditekuk sedikit.
c) Bagian kaki atau bagian badan yang dipergunakan untuk menerima
bola, pada waktu kontak dengan bola digerakan mengikuti arah lintasan
hingga bola berhenti atau bola tidak mental (mantul) dan berhenti dekat
badan,selanjutnya bola dikuasai.
d) Sebelum menerima bola harus segera dipikirkan bola akan diapakan
setelah dikuasai, di operkan kepada teman, digiring atau ditembakan ke
arah mulut gawang lawan.

d. Lemparan ke Dalam (Throw-in)


Yang dimaksud dengan lemparan bola ialah melemparkan bola yang
keluar lapangan dari garis samping kembali masuk ke dalam permainan.
Lemparan ke dalam diberikan :
1. Bila bola sepenuhnya melewati garis samping, baik menggelinding di
tanah maupun melayang di udara
2. Dilakukan dari titik dimana bola melewati garis samping
3. Diberikan kepada lawan dari pemain terakhir yang menyentuh bola
Lemparan ke dalam dilakuan apabila bola keluar melewati garis samping
lapangan. Prosedur pada saat melemparkan bola, pemain yang melakukan
lemparan ke dalam:
1. Menghadap ke lapangan permainan
2. Sebagian dari kakinya berada diatas garis samping atau diluar garis
samping
14

3. Menggunakan kedua belah tangan


4. Melemparkan bola dari belakang melalui atas kepala

Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung membuat gol dan


keuntungannya dalam melempar bola kepada teman tidak ada hukuman bagi
pemain yang berdiri offside, sehingga pemain bebas berdiri di posisi manapun
termasuk pemain penyerang lawan diposisi muka gawang.

e. Merebut Bola (tackling)

Merebut bola (tackling) adalah teknik mengambil bola dari penguasaan


pemain lawan dengan cara mentekel kedua kaki. Teknik ini biasanya dilakukan
oleh pemain yang menempati posisi bertahan. Tindakan ini dilakukan untuk
menghambat pergerakan yang dilakukan oleh para penyerang tim lawan.Tackel
yang baik dan bersih akan menyebabkan pemain lawan kehilangan penguasaan
bola sehingga bola dapat diambil dan dikuasai untuk memulai kembali permainan
tim.

Tackel akan dianggap sebagai pelanggaran jika teknik merebut bola ini
sengaja ditujukan untuk melanggar kaki lawan, jika ini dilakukan maka akan
mendapat hukuman tendangan bebas dan mungkin juga mendapatkan kartu
peringatan (kartu kuning) dari wasit. Tidak keberhasilan dalam merebut bola atau
tackle karena pengaturan waktu yang tidak tepat, kurangnya kontrol tubuh, atau
teknik yang tidak sempurna. Tackle sendiri ada tiga teknik dasar seperti yang
dikemukakan J.A Luxbacher (2004: 53) “Tiga teknik dasar tackle yaitu block
tackle (memblok), poke tackle (menyodok) dan slide tackle (meluncur)”.
Soekatamsi (1984: 192) prinsip-prinsip merampas bola :

1. Menempatkan diri sedekat mungkin dengan pemain lawan yang sedang


menguasai bola.
2. Pandangan selalu pada bola, sebab yang dirampas adalah bolanya.
3. Perhatikan gerak langkah kaki serta gerak tipu lawan.
4. Perhatikan kapan atau ketepatan waktu dalam merampas bola, yaitu
pada saat lawan kehilangan keseimbangan badan atau jauh dari bola,
15

waktu akan mengoperkan bola atau waktu akan menembakan bola ke


gawang.
5. Penggunaan bagian kaki yang akan digunakan untuk merampas bola.

f. Menggiring bola (dribbling)


Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang cukup
memiliki peranan penting dalam permainan sepak bola, tidak heran jika para
pengamat sepak bola khususnya mengatakan bahwa mahirnya seorang pamain
dapat dilihat pada bagaimana seorang pemain tersebut menggiring bola. Dribbling
atau menggiring bola pada prinsipnya menggulirkan bola secara terus menerus di
atas tanah dengan menggunakan kaki. Berkaitan dengan menggiring bola Joseph
A. Luxbacher (1997 : 47) menyatakan, ”Menggiring bola adalah sebagai seni dari
pada keterampilan sepakbola, anda dapat mengembangkan gaya anda sendiri,
menggunakan cara yang anda inginkan, selama tetap mengalahkan lawan sambil
menguasai bola”. Sedangkan menurut soekatamsi (1984 :158) ” Menggiring bola
diartikan dengan gerakan lari menggunakan kaki mendorong bola agar bergulir
terus - menerus di atas tanah”.
Berdasarkan pengertian menggiring bola yang dikemukakan kedua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, dribbling atau menggiring bola merupakan
usaha seorang pemain untuk menggulirkan bola secara terus menerus di atas tanah
sambil berlari dengan menggunakan kaki untuk membawa bola dari satu daerah
permainan ke daerah permainan lainnya dengan menggunakan berbagai cara jika
mendapat hadangan dari lawan sehingga dapat melepaskan diri dan bola tetap
dalam penguasaannya.
Pada saat melakukan dribbling tidak lepas dari hadangan lawan. Untuk
melepaskan diri dari hadangan lawan saat menggiring bola dibutuhkan
kemampuan gerak tipu untuk mengelabuhi lawan atau berimprovisasi. Remmy
Muchtar (1992:43) menyatakan, ”tujuan gerak tipu yaitu untuk menipu lawan
dengan gerakan-gerakan yang menggiurkan, sehingga pemain yang menguasai
bola tersebut dapat melampaui lawan”. Berdasarkan pendapat tersebut
menunjukan bahwa, pada saat menggiring bola selalu menghadapi situasi yang
sulit yaitu mendapat hadangan dari lawan untuk melepaskan hadangan dari lawan
16

kemampuan gerak tipu atau gerakan-gerakan yang mengecoh lawan sangat


penting. Untuk mengecoh lawan saat menggiring bola yaitu dengan mengubah
arah dan kecepatannya, sehingga lawan sulit menghadangnya kemudian
mempunyai peluang untuk mengoper bola atau menembakan bola ke gawang
lawan.
Dalam menggiring bola seorang pemain harus dapat merubah arah dan
melewati lawan dengan cepat serta harus dapat menggunakan seluruh bagian
kakinya sesuai dengan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan semua itu
sangat dibutuhkan unsur fisik yang baik karena dukungan fisik yang baik
diharapkan seorang pemain atau atlet akan dapat bermain dengan baik pula.
Menggiring Bola Merupakan salah satu bentuk keterampilan yang
memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks. Untuk mendukung kemampuan
menggiring bola, seorang pemain harus memiliki beberapa kemampuan tidak
hanya tungkai sebagai faktor terpenting di saat menggiring bola tetapi
kemampuan kondisik fisik seperti kelincahan juga sebagai faktor penentu
keberhasilan seorang pemain dalam menguasai bola agar tidak mudah kehilangan
bola atau direbut lawan sehingga dapat menciptakan peluang untuk menghasilkan
gol. Selain kemampuan tersebut di atas, dalam menggiring bola harus memahami
prinsip-prinsip menggiring bola yang benar Soekatamsi (1984: 158) adalah:
a. Bola di dalam penguasaan pemain,tidak mudah direbut lawan, dan bola
selalu terkontrol.
b. Di depan pemain terdapat daerah kosong artinya bebas dari lawan.
c. Bola digiring dengan kaki kanan atau kaki kiri, tiap langkah kaki kanan
atau kaki kiri mendorong bola ke depan, jadi bola didorong bukan
ditendang. Irama sentuhan pada bola tidak mengubah irama langkah
kaki.
d. Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada
bola saja, akan tetapi harus pula memperhatikan atau mengamati situasi
sekitar dan lapangan atau posisi lawan.
e. Badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas pada waktu lari
biasa.

Dalam menggiring bola harus dilakukan pada saat yang tepat sehingga
memberi keuntungan yang diperoleh dalam menggiring bola, yaitu apabila
menggiring bola dilakukan di daerah lawan dapat dijadikan serangan untuk
17

menciptakan peluang terciptanya sebuah gol. Namun apabila menggiring bola


dilakukan di daerah pertahanan sendiri justru akan merugikan tim sendiri. Seperti
yang dikemukakan oleh Joseph A Luxbacher (2004: 47) ”Jangan melakukan
dribble untuk mengalahkan lawan pada sepertiga daerah pertahanan didekat
gawang anda sendiri. Jika bola lepas di dearah tersebut , lawan dapat mudah
mencetak gol”. Kerugian menggiring bola di daerah sendiri, yaitu apabila bola
dapat direbut oleh lawan kemungkinan bagi pemain bertahan belum siap
melakukan pertahanan, shingga lawan mempunyai kesempatan untuk mencetak
gol.
Sedangkan kegunaan dribble dalam sepak bola menurut soekatamsi
(1984: 158) :
1) Untuk melewati lawan.
2) Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman
dengan tepat.
3) Untuk menahan bola tetap pada penguasaan, Menyelamatkan bola
apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan
segera memberi operan kepada teman.

Macam-macam cara menggiring bola menurut Soekatamsi (1984: 159-


161) adalah:
1) Menggiring bola dengan kura- kura bagian dalam.
Cara melakukanya adalah :
 Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam
menendang bola dengan kura –kura kaki sebelah dalam
 Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan
seperti teknik menendang bola, akan tetapi tiap langkah teratur
menyentuh atau mendorong bola bergulir ke depan dan bola harus
selalu dekat dengan kaki. Dengan demikaian bola mudah dikuasi
dan tidak mudah direbut lawan.
 Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus selalu sedikit
ditekuk, dan pda waktu kaki menyentuh bola, mata melihat pada
bola, selanjutnya melihat situasi di depan.
18

Gambar 1. Perkenaan bola dengan kaki bagian dalam.


(Soekatamsi, 1984: 159)

2) Menggiring bola dengan kura – kura kaki penuh.


Cara melakukanya adalah :
 Posisi kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan
kura –kura kaki penuh.
 Kaki yang digunakan untuk menggiring bola sesuai dengan irama
langkah lari tiap langkah dengan kura- kura penuh bola didorong
bergulir ke depan dekat kaki.

Gambar 2. Posisi kaki saat menggiring dengan kura- kura kaki penuh.
(Soekatamsi, 1984: 161)

3) Menggiring bola dengan kura – kura kaki bagian dalam.


 Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam
menendang bola dengan kura – kura kaki sebelah luar.
19

 Setiap langkah secara teratur dengan kura –kura kaki bagian luar
kaki kanan atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan, dan
bola harus selalu dekat dengan kaki.
 Pada saatmenggiring bola kedua lutut selalu sedikit ditekuk, wktu
kaki menyentuh bola pandangan pada bola, dan selanjutnya melihat
situasi lapangan.

Gambar 3. Menggiring bola dengan kura – kura kaki bagian luar.


(Soekatamsi, 1984: 162)

Teknik menggiring bola dengan menggunakan kura –kura kaki sebelah


luar paling sering digunakan dalam permainan. Ada beberapa alasan yang
dikemukakan oleh Soekatamsi (1984: 162), yaitu :
 Bagain dari kaki yangbersentuhan dengan bola cukup luas.
 Pemain mudah dapat bergerak ke depan atau membelok, berputar,
merubah arah. Hal ini sesuai dengan arah sikap kaki pada waktu
lari.
 Pemain dapat mengontrol bola atau menguasai bola dengan baik.
 Pemain dapat cepat mudah memberikan bola kepada teman.

Joseph A. Luxbachere (2004: 47) mengemukakan, ”Beberapa orang


menganggap penggiringan bola lebih sebagai seni dari pada keterampilan”.
Menggiring bola dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan keinginan selama
tetap mencari sasaran utama yaitu mengalhkan lawan dengan tetap menjaga bola
dalam penguasaan. Selain itu tidak lepas dari fungsinya, yaitu untuk
mempertahankan bola saat berlari melintasi lawan atau pada waktu memasuki
daerah pertahanan.
20

Dalam permainan sepakbola pemain yang memiliki kondisi fisik yang


baik akan memiliki beberapa keuntungan yang akan menjadikan pemain dapat
meningkatan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam
kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain dari komponen kondisi
fisik, pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, respon atau
tanggapan yang cepat dari organisme tubuh kita, apabila sewaktu-waktu respon
atau tanggapan sedemikian diperlukan. Selain itu apabila kondisi fisik atlet baik,
maka ia akan lebih cepat pula menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan.
Secara psikologi ada keuntungannya, karena atlet yang memiliki kondisi fisik
yang baik akan merasa lebih percaya diri dan lebih siap dalam menghadapi
tantangan–tantangan latihan dan pertandingan.
Latihan teknik di lembaga pendidikan sepakbola putra wonogiri
khususnya menggiring bola merupakan program latihan dasar yang diprioritaskan
dibanding dengan pelatihan LPSB lain untuk umur 12-14 tahun di LPSB tersebut.
Pembinaan ini dikelompokan berdasarkan umur dimaksudkan agar masing –
masing kelompok suatu tim berdiri sendiri dalam latihan, hal ini disebabkan
karena setiap kelompok umur memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang
berbeda-beda sehingga dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan
dengan kelompok umur yang ada.
Pembinaan usia dini merupakan upaya untuk menyiapkan atlet –atlet
sepak bola yang cakap dan handal baik dari segi fisik, teknik, taktik maupun
mental. Dengan melatih anak sejak dini dan membagi anak ke dalam masing –
masing kelompok umur akan membantu mencapai puncak prestasi. Seperti yang
dikemukakan oleh Yusuf Hadisamita dan Aip Syarifudin (1996: 91) “secara
teoritis atlet harus sudah mulai dilatih sejak umur 10 tahun atau dalam usia
muda”. Setiap anak memiliki kemampuan yang berebeda –beda, hal ini sesuai
dengan umur masing –masing anak. Kemampuan anak juga berbeda dengan orang
dewasa, karena masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani, oleh karena itu menurut Jozef Sneyers (1989 :26-28) membagi umur ke
dalam empat kelompok, yaitu :
1) Pemula (6- 13 tahun)
21

a) Suka meniru apa saja (misalnya pemain kesebelasan utama)


b) Tak pernah diam (lupa tempat mereka dalam tim)
c) Paling senang main di depan atau sebagai penjaga gawang
d) Cenderung untuk menendang bola dan mengejarnya
2) Junior B (14-15 tahun)
a) Lebih menyadari tempatnya masing-masing banyak dorongan untuk
memainkan bola
b) Pengaruh kekuatan dan bentuk fisik
c) Pertumbuhan di bidang fisik dan mental
d) Ingin berprestasi
3) Junior A (16- 17 tahun)
a) Usia puber – watak berubah-ubah, besar kemungkinan terlibat
konflik
b) Ingin mempunyai teman (sifat buruk dan baik)
c) Puas diri
4) Senior (mulai 18 tahun)
Berkembang unsur fisik – ingin menjadi dewasa. Kombinasi bakat –
bakat tertentu mengarahkan mereka ketempat tertentu dalam
kesebelasan.
Pembinaan kondisi fisik yang berpotensi dalam olahraga sangat penting
sekali dan dilakukan secara intensif, karena dengan terbentuknya dan dimilikinya
kondisi fisik akan sangat memudahkan untuk pembinaan selanjutnya. Baik dalam
usaha pembinaan untuk mempelajari teknik, taktik maupun untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan dan penampilan yang lainya.
Pendapat yabg dikemukakan oleh Arma Abdoellah (1981: 416&420)
menyatakan:
Teknik badan yang ditujukan kepada perkembangan kemampuan fisik untuk
mencapai kesegaran fisik (physical fitness), agar dapat bermain sepak bola
sebaik-baiknya yang meliputi :
(a) Kecepatan (speed).
(b) Kekuatan (strenght)
(c) Daya tahan (endurance).
(d) Kelicahan (agility).
(e) Kelentukan (flexibility).
Komponen kondisi fisik disetiap cabang olahraga mempunyai peranan
yang berbeda-beda. Berikut ini penjelasan kondisi fisik yang diperlukan dalam
permainan sepakbola khususnya diperlukan saat menggiring bola.

1) Kecepatan (speed)
Kecepatan merupakan komponen kondisi fisik yang penting dalam usaha
mencapai prestasi yang tinggi. Kecepatan adalah perubahan gerak dari satu tempat
22

ke tempat yang lain yang dilakukan dalam waktu singkat. Perubahan tersebut
berlaku untuk seluruh tubuh atau salah satu bagian tubuh saja.Seperti
dikemukakan Dangsina Moeloek dan Artjatmo Tcokronegoro (1984: 7) bahwa
“kecepatan dalah sebagai laju gerak, dapat berlaku untuk seluruh tubuh atau
bagian tubuh”. Menurut M. Sajoto (1995: 5) kecepatan adalah “kemampuan
seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dlam bentuk yang sama,
dalam waktu yang sesingkat- singkatnya”.
Berdasarkan pendapat dari kedua ahli diatas dapat disimpulkan bahwa,
kecepatan merupakan kamampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang
sama dalam wakyu yang sesingkat-singkatnya. Macam-macam kecepatan dibagi
menjadi tiga berdasarkan bentuk-bentuk gerakan. Dalam hal ini Sudjarwo (1993:
28)membedakan kecepatan menjadi tiga macam “(1) sprinting speed, (2) reaction
of speed, (3) speed of movement”. Sprinting speed adalah suatu kemampuan
bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal, dihasilkan oleh
banyaknya frekuensi gerakan kaki serta panjang langkah. Reaction of speed
adalah kecepatan mengadakan reaksi terhadap suatu rangsang. Speed of movement
adalah kemampuan kecepatan kontraksi secara maksimal oleh otot-otot atau
dalam segerombolan otot dalam suatu gerakan yang terputus. Gerakan tersebut
merupakan gerakan mendadak, meledak dalam suatu gerakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan, Sudjarwo (1993: 29)
menyatakan, baik tidaknya kecepatan (speed) seorang atlet dapatdilihat :
1) Macam fibril otot (pembawaan).
2) Pengaturan sistem yang baik, berari sisitem koordinasi untuk mengatur
kecepatan.
3) Kekuatan otot, merupakan faktor yangmenentukan kecepatan.
4) Elastisitas otot, makin baik akan menyebabkan kontraksi otot yang baik
berarti kecepatan baik pula.
5) Sifat rilex dari otot baik pengaruhmya terhadap kecepatanmaupun
penguasaan teknik. Otot yang rilex tidak cepat lelah berarti efektif dan
ekonomis.
Dari pendapat diatas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut kecepatan
ini dihasilkan kontraksi otot secara maksimal. Kecepatan berlaku untuk seluruh
tubuh atau salah satu bagian tubuh saja. Keterlibatan kecepatan seluruh tubuh atau
bagian tubuh ini tergantung dari tuntutan cabang olahraga yang bersangkutan.
23

Misalnya kecepatan yang dibutuhkan sprinter dengan usaha meloloskan diri


seorang pemain sepakbola yang sedang dibayang-bayangi pemain lawan saat
menerima bola lemparan ke dalam agar bola tidak direbut lawan.

2) Kekuataan (strenght)
Kekuatan merupakan salah satu unsur pokok dominan sebagai
kemampuan gerak untuk mencapai prestasi maksimal. Rusell R. Pate et al (1984)
mengemukakan “Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan
gerak atau bentuk dari suatu benda”. Suharsono (1993: 39) berpendapat bahwa
”Kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban, menahan atau
memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas olahraga”. Berdasarkan
pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan
beban tertentu dalam suatu aktivitas.
Kekuatan merupakan salah satu unsur dari komponen kondisi fisik yang
diperlukan pada setiap cabang olahraga sesuai dengan karakteristik cabang
olahraga tersebut. Kekuatan otot adalah unsur komponen kondisi fisik yang sangat
penting dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena :
1) Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik.
2) Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari
kemungkinan cidera.
3) Latihan kekuatan dapat membantu membentuk postur tubuh yang ideal.
4) Dengan kekuatan dapat memperkuat persendian.
Berikut faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan Suharno HP (1993:
39) menyatakan :
1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morphologisyang
tergantung pada proses hipertrofi otot)
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin
besar fibril otot yang berkerjaberarti kekuatan bertambah besar.
3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh,makin besar skelet makin besar
kekuatan.
24

Karena itu kebanyakan penampilan keterampilan olahraga melibatkan


gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi
otot dan kekuatan gaya maupun kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar
atau orang lain. Misalnya salah satu keterampilan menyundul bola dalam suatu
permainan sepakbola saat berebut bola dengan pemain lawan.

3) Daya Tahan
Sepakbola membutuhkan kebugaran dan stamina yang baik. Bukan satu
hal yang baik bila seseorang bisa bermain hebat dalam 10 menit pertama, setelah
itu ia menunjukan sikap kelalahan. Selama hampir 1,5 jam pertandingan
sepakbola, para pemain berlari rata-rata sekitar 5mil (8 kilometer) dengan
sebagian lari cepat dan lari-lari kecil cepat, jarak seperti itu bukan jarak yang
pendek. Untuk itu untuk memperoleh stamina yang baik adalah dengan latihan
daya tahan karena tingkatan tertinggi dari daya tahan adalah stamina. Latihan
daya tahan yang makin lama, makin berat dan makin meningkat untuk menjadi
latihan stamina yang meningkatkan kemampuan bertahan terhadap rasa lelah dan
makin lama makin berkembang.
Daya tahan ada dua macam Yusuf Hadisasmita dan Aip Syrifuddin
(1996: 107) daya tahan ada dua macam adalah.
1. Daya tahan otot. Otot bergantung pada :
(a) Kekuatan otot
(b) Jumlah bahan bakar yang ada pada otot dan hati
(c) Diet gizi dalam waktu yang lama
(d) Istirahat yang cukup
2. Daya kardiorespiratori, daya ini bergantung pada :
(a) Kompononen alat-alat pernafasan tubuh untuk menyedot oksigen
dalam jumlah yang besar dan mengeluarkan zat asam arang dalam
jumlah yang besar pula.
(b) Kemamapuan jantung untuk menambah keluaran darah dan
menstrabsportasikan Oksogen dan kabondioksida ke dan dari otot
melalui darah.
Latihan pembentukan daya tahan anak terutama pada latihan dari daya
tahan otot dan latihan cardio respiratory endurance yang merupakan faktor –
faktor penting di dalam pembentukan tingkat kesegaran jasmani. Oleh karena itu
unsur kondisi fisik seperti daya tahan tidak hanya sebagai pelengkap dari unsur
25

lain dalam permainan sepakbola karena pemain sepakbola tidak akan menciptakan
permainan yang indah dilihat dan tidak bisa memenangkan permainan tanpa
mempinyai stamina yang baik.

4) Kelentukan
M. sajoto (1988 : 58) menyatakan bahwa “kelentukan adalah efektifitas
seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh
dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar
persendian”.
Kelentukan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan gerak
olahraga, apabila seseorang mengalami gerak yang kurang luas pada
persendiannya dapat mengganggu gerakan atau menimbulkan cedera pada otot.
Macam-macam kelentukan menurut Suharno (1993 : 54) antara lain:
(1) Kelentukan umum, ialah kemampuan seseorang dalam gerak dengan
amplitudo yang luas dimana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada
umumnya dan menghadapi hidup sehari-hari. Kelentukan sendi-sendi
tidak mengganggu/menghambat gerakan dalam olahraga apa saja dan
pekerjaan umum sesuai dengan situasi,
(2) Kelentukan khusus, ialah kemampuan seseorang dalam gerak dengan
amplitudo yang luas dan berseni dalam satu cabang olahraga. Tuntutan
masing-masing cabang olahraga terhadap kelentukan sangat berbeda-
beda. Perbedaan tersebut biasanya atas dasar perbedaan teknik dari
masing-masing cabang olahraga dan taktik bertanding yang digunakan.

Latihan kelentukan (fleksibilitas) tubuh sangat erat kaitannya dengan


gerak persendian, oleh karena itu latihan kelentukan adalah suatu bentuk latihan
untuk memberikan gerak yang luas pada persendian, dengan tujuan untuk
mengurangi kekakuan pada tubuh menambah elastisitas pada otot, dan
mengurangi ketegangan pada otot. Hal ini merupakan dasar yang sangat penting
dalan pembinaan fisik permainan sepakbola sebab dalam permainan sepakbola
dibutuhkan banyak fungsi kelentukan dari anggota tubuh misalnya, pada saat
pemain menyundul bola (heading) yang dibutuhkan salah satu fungsi dari organ
tubuh yaitu otot perut.
26

Pendapat dari Suharno (1993 : 56) masalah-masalah yang perlu diperhatikan


dalam kaitannya melatih kelentukan adalah:
1) Pemanasan sebelum masuk ke inti latihan, harus cukup baik.
2) Gerakan-gerakan jangan dipaksakan sehingga mengakibatkan
robek/putusnya jaringan-jaringan pembentuk persendian.
3) Latihan harus sistematis, metodis penambahan beban latihan dari sedikit
demi sedikit.
4) Selesia latihan kelentukan, perlu diimbangi dengan latihan kekuatan
pembentuk sendi-sendi yang dilatih.
5) Janganlah memaksa atlet yang sedang susah, muram,takut dan sakit untuk
berlatih kelentukan.
6) Latihan kelentukan sebaiknya dimulai umur dini dan pada siang hari.
7) Latihan dengan metode aktif dan pasif selalu dikombinasikan.

5) Kelincahan
Kelincahan merupakan unsur kondisi fisik yang di dalam beroperasinya
melibatkan unsur kondisi fisik lainnya. Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 4.38)
menyatakan, ”Tingkat kelincahan seseorang ditentukan oleh kecepatan, dan
kelentukan, tanpa memiliki kecepatan dan kelentukan yang baik seseorang tidak
dapat bergerak dengan lincah. Selain itu unsur keseimbangan juga turut
memberikan sumbangan terhadap kelincahan”.
Pada prinsipnya kelincahan merupakan kemampuan untuk merubah arah
pada saat melakukan gerakan. Orang dikatakan lincah apabila mampu mengubah
arah dan posisi tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak,
tanpa kehilangan keeimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Berkaitan
dengan kelincahan Rusli Lutan dkk. (1992: 116) menyatakan, ”Kelincahan
(agility) dalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah dengan cepat dan
tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan”. Sedangkan Mulyono
Biyakto Atmojo (2001: 58) berpendapat, ”Kelincahan adalah kemampuan untuk
merubah dengan cepat dan tepat posisi tubuh dengan ruang”. Menurut Sudjarwo
(1993: 31) bahwa, ”Kelincahan merupakan kemampuan untuk merubah arah dan
posisi dengan situasi yang dihadapi ”.
Pada prinsipnya pengertian kelincahan yang dikemukakan tiga ahli
tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk merubah arah dan
27

posisinya pada saat bergerak dengan kecepatan dan keseimbangan gerak yang
baik. Kelincahan sangat berperan penting dalam kegiatan olahraga terutama
cabang olahraga permainan termasuk sepakbola.
Ditinjau dari kegunaannya, kelincahan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu kelincahan umum dan kelincahan khusus.
Kelincahan umum adalah kelincahan seseorang dalam melakukan olahraga
pada umumnya dan menghadapi situasi hidup dan lingkungannya.
Sedangkan kelincahan khusus adalah kelincahan seseorang untuk
melakukan cabang olahraga khusus yang dalam cabang olahraga lain tidak
diperlukan (akrobat, peloncat indah, pemain bolavoli, dan lain-lain).
(Suharno HP 1993: 51)

Kelincahan umum pada prinsipnya digunakan untuk aktivitas sehari-hari


atau kegiatan olahraga secara umum. Sedangkan kelincahan khusus merupakan
kelincahan yang bersifat khusus yang dibutuhkan dalam olahraga cabang tertentu.
Kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu sesuai tuntutan
cabang olahraga yang dipelajari. Dengan memiliki kelincahan memungkinkan
mempunyai mobilitas gerak yang lebih baik, sehingga gerakan yang dilakukan
lebih efektif dan efisien.
Ditinjau dari sudut anatomis kelincahan umum melibatkan gerakan
seluruh segmen bagian tubuh, sedangkan kelincahan khusus hanya melibatkan
segmen tubuh tertentu. Kelincahan umum dan kelincahan khusus dapat diperoleh
dengan latihan yang baik dan teratur.

a) Faktor Kelincahan
Karakteristik kelincahan sangat unik. Kelincahan memainkan peranan
khusus terhadap mobilitas fisik. Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik
tunggal, akan tetapi tersusun dari beberapa unsur fisik yang salaing berinteraksi
satu dengan lainnya. Dangsina moeloek dan Artjamo Tjokronegoro (1984: 9)
bertpendapat, ”kelincahan bergantung pada faktor kekuatan, kecepatan, tenaga
ledak otot, waktu reaksi, keseimbangan dan koordinasi. Faktor lain yang
mempengaruhinya adalah tipe tubuh, usia, jenis kelamin, berat badan dan
kelelahan”. Pendapat lain dikemukakan Sudjarwo (1993:32) faktor-faktor yang
28

mempengaruhi agility antara lain: ”(1) kecepatan bereaksi terhadap rangsang, (2)
kemampuan koreksi diri sendiri, (3) kemampuan mengatur keseimbangan, (4)
kemampuan mengatasi rintangan (lawan,keadaan sekitarnya)”.
kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah atau
posisi tubuh secara cepat dan efektif di arena tertentu tanpa kehilangan
keseimbangan. Seseorang dapat meningkatkan kelincahan dengan meningkatkan
kekuatan otot-ototnya. Kelincahan biasanya dapat dilihat dari kemampuan
bergerak dengan cepat, mengubah arah dan posisi, menghindari benturan antara
pemain dan kemampuan berkelit dari pemain dilapangan. Kemampuan bergerak
mengubah arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
dalam waktu yang relatif singkat dan cepat.

b) Peranan Kelincahan Sepakbola


Menggiring bola adalah teknik dasar sepakbola yang menentukan
mobilitas gerak yang baik. Menggiring bola dilakukan dengan merubah arah dan
kecepatannya saat melewati lawannya. Seorang pemain yang mempunyai
kelincahan baik, maka akan mampu merubah arah dan kecepatannya dengan
efektif dan efisien serta mampu mengoperkan bola tepat pada sasaran yang
diinginkan. Seorang pemain yang lincah akan mengatasinnya dengan baik
meskipun dalam situasi yang sulit. Seperti yang dikemukakan oleh Remmy
Muchtar (1992:91) bahwa, ”Kelincahan sering dapat diamati dalam situasi
prmainan sepakbola. Sebagai contoh, seorang pemain yang tergelincir atau
terjatuh di lapangan, namun masih mampu menguasi bola dan mengoperkan bola
tersebut dengan cepat pada temannya. Dan sebaliknnya, seorang pemain yang
kurang lincah mengalami situasi yang sama tidak mampu menguasai bola, namun
kemungkinan justru mengalami cidera”.
Dari contoh tersebut menggambarkan bahwa, seorang pemain yang
lincah akan mampu menyelesaikan bola meskipun dalam kondisi yang sulit.
Demikian halnya dalam gerakan menggiring bola, seorang pemain yang lincah
akan mampu lolos dari hadangan atau kawalan lawan serta masih tetap menguasai
bola.
29

3. Tinggi Badan

Siswa mengalami pertumbuhan dan perkembangan berbeda-beda yang


akan mempengaruhi kondisi tubuh atau ukuran tubuh. Ukuran tubuh proporsional
sesuai cabang olahraga yang ditekuni merupakan salah satu syarat yang dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Faktor antropometri seorang atlet
mempunyai peranan penting pada cabang olahraga yang ditekuninya sehingga
akan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi, M. Sajoto (1995: 11) “Salah satu
aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang
meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai,
(2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”.
Tinggi badan proporsional dipengaruhi dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang pada setiap hari yang mengalami peningkatan.
Perkembangan dan pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pertumbuhan yang sangat pesat dapat terjadi pada usia balita dan remaja. Gizi
makanan yang baik dan dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan
seseorang baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Menurut Asmuni Rachmat
Ranggasudiro yang dikutip Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:
47) ”Keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan
kesiapan otot rangka dan organ tubuh lainnya untuk menerima beban olahraga”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa gizi makanan yang
baik yang dikonsumsi seseorang akan mempengaruhi pertumbuhan rangka tubuh
dan organ tubuh lainnya. Dengan demikian seseorang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi, atletis, tungkai yang panjang serta lengan yang panjang dapat
dipengaruhi oleh gizi makanan yang dikonsusinya. Dengan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga panjangnya segmen-segmen badan berkaitan dengan
tinggi badan. Keadaan segmen badan yang panjang sudah tentu terdapat
penyesuaian panjang otot dan luas penampang fisiologis. Dengan demikian akan
berpengaruh terhadap jumlah kekuatan yang dihasilkan pada saat otot
berkontraksi dalam melawan beban.
30

Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan


keadaan fisik seseorang. Dalam hal ini Sugiyanto (1998:37) menyatakan ”Faktor
keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari
orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dari penampilan fisik”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa faktor keturunan atau genetik sangat
menentukan potensi dan penampilan fisiknya seseorang yang dibawa sejak lahir.
Lebih lanjut Sugiyanto (1998:37) mengemukakan ”sifat, pertumbuhan fisik dan
faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruhnya adalah terhadap ukuran,
bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”. Dipertegas lagi pendapat dari
Rusell R. Pate et al (1984) mengemukakan “Tak ada dua orang yang tepat sama
dan tak ada dua orang yang secara fisiologis benar-benar sama”. Oleh karena itu
dikatakan jelas diatas bahwa setiap anak satu sama lain berbeda.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa setiap manusia
pertumbuhanya dari anak menjadi dewasa berbeda-beda karena dipengaruhi faktor
gizi, keturunan atau genetik dan lingkungan. Sepakbola membutuhkan tungkai
agar dapat mengadakan permainan sepakbola dan berusaha menguasai bola
dengan kemampuan teknik dan fisik yang dimiliki agar bola tidak mudah hilang
dari penguasaan dan direbut lawan. Oleh karena itu ukuran tubuh para siswa
LPSB putra wonogiri umur 12-14 tahun tidaklah sama dan mempunyai ukuran
panjang tungkai berbeda yang berpengaruh terhadap menggiring bola.

a. Pengertian Tungkai
Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan
pangkal paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai sebagai
bagian dari postur tubuh memiliki hubungan yang sangat erat dalam kaitannya
dengan menggiring bola. Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah
memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak
bawah, panjang tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian
atas, serta penentu gerakan baik dalam berjalan, berlari, melompat dan mengolah
bola.
31

Tipe tubuh atau bentuk tubuh merupakan salah satu bagian yang dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Menurut Dangsina Moeloek dan
Arjatmo Tjokronegoro (1984:76) “Bentuk fisik olahragawan yang berbakat dapat
mendukung pencapaian prestasi olahraga”. Namun demikian bentuk fisik tersebut
harus didukung penggunaan teknik, taktik dan mental yang baik. Demikian halnya
dengan cabang permaianan sepakbola, bentuk tubuh memegang peranan yang
penting untuk mencapai prestasi tinggi. Menurut Dangsina Moeloek dan Arjatmo
Tjokronegoro (1984: 77-78) tipe tubuh dibedakan menjadi tiga macam yaitu “(1)
somatotif endomorfi, (2) somatotif mesomorfi, (3) somatotif ektomorfi”. Adapun
ciri-ciri dari tipe tubuh tersebut menurut Sheldon yang dikutip Mulyono B.
(1997:50) sebagai berikut :
1) Ectomorph : langsing, lemah dengan tubuh yang kecil halus. Tulang-
tulang kecil dengan otot-otot yang tipis
2) Endomorph : tubuh bulat dan lunak, perut menonjol ke depan melebihi
rongga dada, pundak persegi tinggi, leher pendek. Gelar-gelar otot tidak
terlihat, dada berkembang
3) Mesomorph : tubuh persegi, otot-otot keras kuat, tulang-tulang besar dan
tertutup otot-otot yang tebal pula. Kaki, togok dan lengan umumnya
massive (penjal)

Bila dilihat dari jenis-jenis tipe tubuh tersebut maka tipe tubuh yang baik
dan cocok untuk permainan sepakbola adalah tipe mesomorph, yang dalam
sepakbola khususnya untuk dribbling diperlukan bentuk tubuh yang atletis dengan
otot-otot dan tulang yang kuat dan besar.

b. Susunan Tulang Gerak Bawah


Panjang tungkai melibatkan tulang-tulang dan otot-otot pembentuk
tungkai baik tungkai bawah dan tungkai atas. ”Tulang-tulang pembentuk tungkai
17 meliputi tulang-tulang kaki, tulang tibia dan fibula, serta tulang femur”.
(Raven, 1981:14).
Anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan
gelang panggul, meliputi : 1) tulang pangkal paha (Coxae), 2) tulang paha
(Femur), 3) tulang kering (Tibia), 4) tulang betis (Fibula), 5) tempurung
lutut (Patela), 6) tulang pangkal kaki (Tarsalia), 7) tulang telapak kaki
(Meta Tarsalia), dan 8) Ruas jari-jari kaki (Phalangea). (Syaifuddin,
1992:31)
32

Otot-otot pembentuk tungkai yang terlibat pada pelaksanaan menggiring


bola (dribbling) adalah otot-otot anggota gerak bawah. Raven (1981:14)
menyatakan “Otot-otot anggota gerak bawah terdiri dari beberapa kelompok otot,
yaitu : 1) otot pangkal paha, 2) otot tungkai atas, 3) otot tungkai bawah dan 4) otot
kaki”. Otot-otot penggerak tungkai atas, mempunyai selaput pembungkus yang
sangat kuat dan disebut fasia lata.
Otot-otot tungkai atas menjadi 3 golongan yaitu : 1) otot abduktor, meliputi
a) muskulus abduktor maldanus sebelah dalam, b) muskulus abduktor brevis
sebelah tengah, dan c) muskulus abduktor longus sebelah luar. Ketiga otot
ini menjadi satu yang disebut muskulus abduktor femoralis, dengan fungsi
menyelenggarakan gerakan abduksi tulang femur; 2) muskulus ekstensor,
meliputi : a) muskulus rektus femoris, b) muskulus vastus lateralis eksternal,
c) mus-kulus vastus medialis internal, d) muskulus vastus inter medial; dan
3) otot fleksor femoris, meliputi : a) biseps femoris berfungsi
membengkokkan pada dan meluruskan tungkai bawah, b) muskulus semi
membranosis berfungsi membengkokkan tungkai bawah, c) muskulus semi
tendinosus berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar ke dalam,
d) 18 muskulus sartorius berfungsi untuk eksorotasi femur, memutar keluar
pada waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan
membengkokkan keluar. (Syaifuddin 1992:56).

Otot-otot penunjang gerak tungkai bawah, terdiri dari : 1) muskulus tibialis


anterior berfungsi untuk mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan
membengkok-kan kaki, 2) muskulus ekstensor falangus longus berfungsi
meluruskan jari kaki, 3) otot kedang jempol berfungsi untuk meluruskan ibu
jari, 4) tendon arkiles berfungsi untuk meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokkan tungkai bawah lutut, 5) otot ketul empu kaki panjang
berpangkap pada betis, uratnya melewati tulang jari berfungsi
membengkokkan empu kaki, 6) otot tulang kering belakang melekat pada
tulang kaki berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki
di sebelah dalam, 7) otot kedang jari bersama terletak di punggung kaki
berfungsi untuk meluruskan jari kaki. (Syaifuddin, 1992:56-57).

Panjang tungkai merupakan anggota gerak bagian bawah yang terdiri


tungkai dan panggul. Secara garis besar tungkai manusia terdiri dari tiga bagian,
yaitu : tungkai atas, yaitu paha dari pangkal paha sampai ke lutut. Istilah
anatominya adalah femur atau fligh. Tulang paha ini adalah tulang terpanjang
pada tubuh, yang berupa tulang pipa. Tungkai bawah, yaitu dari lutut sampai
pergelangan kaki (dibatasi patea), yang istilahnya adalah leg atau calt. Tungkai
bawah ini terdiri tibia (tulang kering) yang merupakan kerangka utama dari
33

tungkai bawah, berupa tulang pipa, dan fibula (tulang betis), letaknya sebelah
lateral tungkai bawah. Tapak kaki, terdiri tulang tarsal dan falanks. Tulang tarsal
(tulang mata kaki), tulang-tulang ini menopang berat badan saat berdiri. Sedang
falanks adalah ruas jari kaki bentuknya sama dengan jari-jari tangan tetapi lebih
pendek.
Ketiga bagian anggota gerak bawah tersebut mempunyai peranan penting
dalam gerakan mendribbling bola. Dalam proses gerakan menggiring bola ketiga
bagian anggota gerak bawah tersebut saling mempengaruhi untuk mendapatkan
kecepatan maksimal. Selain itu juga dibantu gerakan kedua lengan, sikap badan
dan gerakan yang selaras, maka keseluruhan gerak tersebut merupakan siklus
yang harus dikoordinasikan dengan baik untuk memperoleh teknik menggiring
bola yang maksimal.

c. Tungkai panjang
Salah satu bagian tubuh yang dapat mendukung prestasi sepakbola adalah
panjang tungkai yang berguna untuk menendang, berlari, tackling, melompat dan
saat mengolah bola. Tungkai mempunyai kekuatan untuk melakukan akivitas
tersebut karena mempunyai kekuatan. Menurut Suharno HP, (1993: 39-40) salah
satu faktor penentu kekuatan adalah “Tergantung besar kecilnya rangka tubuh,
makin besar skelet makin besar kekuatan”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki rangka tubuh yang besar (termasuk tungkai yang
panjang) dapat mempengaruhi dalam pencapaian prestasi sepakbola khususnya
dalam menggiring bola.
Dari penjelasan diatas menerangkan bahwa tungkai yang besar dan
panjang mempunyai prioritas yang tinggi untuk memaksimalkan gerakan
menggiring bola karena tungkai panjang mempunyai jangkauan tungkai lebih
panjang untuk menjangkau bola dan memudahkan dalam menambah kecepatan
sewaktu menggiring bola cepat saat dibutuhkan dalam serangan balik, karena
untuk dapat berlari cepat yang dibutuhkan hanya menambah panjang langkah
bukan frekuensi saat berlari Sudarminto (1997: 40) menyatakan “Makin cepat
seseorang berlari, makin panjang langkahnya. Biasanya bila seorang pelari akan
34

mendahului lawannya ia akan memperpanjang dengan langkahnya bukan


menambahkan jumlah langkahnya”. Dari pendapat tersebut jika pemain yang
bertungkai panjang dengan pemain yang bertungkai pendek sama-sama berlari
untuk menggiring bola cepat sewaktu serangan balik, maka pemain bertungkai
panjang akan lebih cepat, akan tetapi tidak memungkiri bahwa orang yang
bertubuh tinggi proporsional, yang diikuti dengan tungkai panjang kesulitan
dalam menggiring bola karena titik berat badan lebih tinggi menjauh dari gravitasi
bumi sehingga mempunyai pengaruh terhadap keseimbangan.

d. Tungkai pendek
Dribbling adalah usaha seorang pemain untuk menggulirkan bola secara
terus menerus di atas tanah sambil berlari dengan menggunakan kaki untuk
membawa bola dari satu daerah permainan ke daerah permainan lainnya.
Kelincahan tidak lepas dari keseimbangan, baik kurangnya keseimbangan
dihasilkan dari ukuran tinggi tubuh proporsional yang mempunyai posisi titik
berat badan dan memiliki ukuran tungkai sendiri-sendiri yang berpengaruh saat
menggiring bola atau dribbling.
Suharno HP, (1993:51) menyatakan “faktor- faktor penentu kelincahan
1)kecepatan reaksi dan kecepatan gerak, 2)kemampuan berantisipasi,
3)keseimbangan, 4)kelentukan sendi, 5)kemampuan mengerem gerakan”. dari
teori maka keseimbangan dan kelincahan saling berkaitan, keseimbangan
merupakan salah satu faktor penentu kelincahan yang sangat diperlukan saat
menggiring bola dengan menghadapi hadangan lawan. Dikuatkan dengan
pendapat Soedarminto dkk (2004: 4.50) menyatakan “Keadaan keseimbangan
suatu obyek memiliki tingkat keseimbangan tertentu yang disebut stabilitas.
Stabilitas ini bergerak antara stabil dan labil, stabilitas dapat dipengaruhi oleh
faktor: tingginya titik berat, makin kebawah makin stabil”.
Oleh karena itu ukuran tubuh pendek proporsional yang mempunyai
tungkai pendek dibanding ukuran tubuh tinggi proporsional adalah kurang dalam
menjangkau bola tetapi mempunyai keseimbangan yang baik dibanding tungkai
panjang yang berpostur tubuh tinggi proporsional. Tubuh yang lebih pendek
35

memiliki keseimbangan yang baik dibanding tubuh yang tinggi sehingga


mempunyai kelincahan yang tinggi untuk memperoleh keuntungan saat
menggiring bola untuk melepaskan diri dari lawan.

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat


dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :
1. Dribbling adalah usaha pemain untuk menggulirkan bola secara terus
menerus di atas tanah sambil berlari dengan menggunakan kaki disertai
kelincahan agar dengan mudah melewati lawan sehingga tidak mudah
kehilangan bola.
2. Kelebihan dan kekurangan tubuh yang berukuran pendek terhadap
kemampuan dribbling
a. Kelebihan tubuh pendek saat dribbling
• Stabilitas atau keseimbangan badan dalam mengolah bola untuk
melewati lawan lebih baik dibanding tubuh yang berukuran tinggi.
b. Kekurangan tubuh pendek saat dribbling
• Keterbatasan tungkai untuk menjangkau bola.
• Keterbatasan dalam menambahkan jangkauan langkah untuk berlari
cepat saat menggiring bola sewaktu serangan balik.
3. Kelebihan dan kekurangan tubuh yang berukuran tinggi saat dribbling
a. Kelebihan tubuh tinggi saat dribbling
• Memudahkan untuk berlari cepat dengan memperpanjang langkah
pada saat serangan balik dilakukan.
• Mempunyai jangkauan panjang untuk menjangkau bola agar bola
dapat dikuasai.
b. Kekurangan tubuh tinggi saat dribbling
• Keseimbangan atau stabilitas tergolong labil dibanding tubuh pendek
yang mempunyai titik berat badan yang mendekati gravitasi bumi.
36

C. Hipotesis

Dari uraian tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka


hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tidak ada hubungan ukuran panjang tungkai secara proporsional dengan
bentuk tubuh, dengan kemampuan dribbling bola pada siswa usia 12-14 tahun
LPSB Putra Wonogiri 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan di tempat latihan stadion
Sepakbola Pringgondani Wonogiri.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelompok umur 12-14 tahun
pada Lembaga Pendidikan Sepak Bola Putra Wonogiri tahun 2010 sejumlah 22
orang.

2. Sampel Penelitian
Tidak menggunakan sampel karena dalam penelitian ini seluruh anggota
populasi diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


dengan tes dan pengukuran sebagai berikut :
1) Untuk mengukur panjang tungkai dengan Anthropometer
2) Untuk mengukur kemampuan dribbling dengan tes Dribbling

37
38

D. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik dengan studi korelasional. Adapun langkah-langkah analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Reliabilitas
Mencari koefisien reliabilitas masing-masing predicator dan kriterium
sehingga didapat koefisien konsistensi dengan menggunakan rumus korelasi
interklas (Mulyono B, 2001: 42).
MSA – MSW
R=
MSA
Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

b. Uji Normalitas Data


Untuk menguji normalitas data digunakan teknik Lifiefors dari Sudjana
(1992 : 466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai
berikut :
(1) Pengamatan x1, x2 …. xn dijadikan bilangan baku z1, z2 …. zn dengan
menggunakan rumus
(2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(z1) = P (z<z1)
39

(3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2 …. zn yang lebih kecil atau sama
dengan z1 jika proporsi dinyatakan oleh S(Z1), maka :
Banyaknya z1 , z 2 ,..........., z n yang  z1
Szi =
n
(4) Hitung selisih F (z1) – S (z1) kemudian ditentukan harga mutlaknya
(5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut
sebagai Lhitung

2. Analisis Data

Menghitung analisis regresi korelasi sederhana


Dalam menghitung koefisien korelasi terhadap kriterium tersebut
menggunakan rumus korelasi product moment berikut :
N . XY   X . Y
N. X  
rxy =
  X  N . Y   Y 
2 2 2 2

(Sudjana, 1983: 38)


Keterangan :
N = Jumlah sampel x = Variabel prediktor
rxy = Korelasi antara x dan y y = Variabel kriterium
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dari hasil tiap variabel dikelompokan dan dianalisis dengan statistik.
Rangkuman deskripsi data secara keseluruhan akan disajikan dalam bentuk tabel,
sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Panjang Tungkai dengan Kemampuan


Menggiring Sepak Bola.
Hasil Standart
Variabel Tes N Rata-rata
Tertinggi Terendah Deviasi
Panjang
22 89 71 79,136 5,222
Tungkai

Dribbling 1 22 29,72 39,38 33,934 2,138


2 22 28,03 38,75 32,138 2,882

B. Uji Prasyarat Analisis

Dalam uji prasyarat analisis statistik parametik diuji persyaratan analisis


reliabilitas dan uji persyaratan normalitas. Adapun uji persyaratan dapat
dipaparkan sebagai berikut :

1. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui keajegan hasil tes kemampuan menggiring bola
(dribbling) dilakukan uji Reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Reliabilitas Katagori
Dribbling 0,64 Cukup

40
41

Dalam mengkategorikan kofisien reliabilitas hasil tersebut, menggunakan


pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B.
(1992 :22), yaitu :

Tabel 3. Range Katagori Reliabilitas


Kategori Reliabilita
Tinggi sekali 0,90-1,0
Tinggi 0,80-0,89
Cukup 0,60-0,79
Kurang 0,40-0,59
Tidak Signifikan 0,00-0,39

2. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode lilliefors.


Adapun hasil uji normalitas yang dilakukan pada hasil pengukuran, panjang
tungkai (x) dan dribbling (Y) pada penelitian ini adalah :

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data


Variabel N M SD Lhitung Ltabel 5% Simpulan
Panjang Berdistribusi
22 79,136 5,222 0,135 0,189
tungkai normal
Berdistribusi
Dribbling 22 23,428 2,852 0,151 0,189
normal

Dari hasil uji normalitas yang di lakukan pada tiap-tiap variabel tersebut
dapat diketahui bahwa, nilai (Lhitung) dari tiap-tiap variabel lebih kecil dari nilai
lilliefors dalam tabel. Dengan demikian hipotesis nol masing-masing variabel
diterima. Yang berarti bahwa baik data hasil panjang tungkai (x) dan dribbling
(Y) tersebut termasuk berdistribusi normal.
42

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji


apakah pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat diterima
atau ditolak. Setelah diadakan penaksiran terhadap hasil analisis data seperti di
atas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diperoleh nilai r sebesar 0,150684, dimana nilai tersebut lebih kecil dari
nilai r dalam tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,423, karena nilai rhitung < rtabel,
atau dari angka penolakan hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis kerja yang
kebetulan sama dengan hipotesisi nol diterima yang menyatakan tidak adanya
hubungan, berarti tidak ada hubungan signifikan antara ukuran panjang tungkai
dengan kemampuan driblling.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


Hasil analisis korelasi masing-masing prediktor antara keseluruhan
ukuran panjang tungkai dengan dribbling, dengan kritrium penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Hasil analisis korelasi sederhana masing-masing prediktor dengan
kriterium tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Penghitungan Korelasi Sederhana


Variabel rhitung rtabel Kesimpulan
XY 0,150684 0,423 Tidak signifikan

Berdasarkan analisis korelasi antara keseluruhan panjang tungkai (x)


dengan dribbling (Y). Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,150684 Dengan N
=22, nilai rtabel 5% = 0,423 Ternyata rhitung = 0,150684 < rtabel 5% = 0,423. Yang
berati hipotesis nol (Ho) diterima. Maka dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara ukuran panjang tungkai (x) dengan kemampuan
dribbling (Y).
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis regresi korelasi yang telah
dikerjakan dan dilakukan dapat diperoleh kesimpulan, tidak ada hubungan yang
signifikan antara ukuran panjang tungkai dengan kemampuan menggiring bola
(dribbling) pada permainan sepak bola siswa usia 12-14 tahun LPSB Putra
Wonogiri tahun 2010.

B. Implikasi

Dari hasil peneliltian akan menimbulkan implikasi, dalam melatih


khususnya di Lembaga Pendidikan Sepak Bola Putra Wonogiri tidak terlalu
menimbulkan perbedaan ukuran panjang tungkai dalam belajar menggiring bola
(dribbling) pada permainan sepak bola siswa usia 12-14 tahun LPSB Putra
Wonogiri tahun 2010.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang


ditimbulkan maka disarankan, kepada pelatih khususnya saat melatih dribbling
tidak perlu mempertimbangkan ukuran panjang tungkai di Lembaga Pendidikan
Sepak Bola khususnya siswa usia 12 -14 tahun Putra Wonogiri tahun 2010.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudhistira.


Andi suhendro. 2004. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Sastra
Hudaya.

A. Sarumpaet dkk. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.


Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Barry L., Johnson. dan Jack K., Nelson. 1986. Practical Measurement for
Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company.
Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan dan Olahraga.


Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran.

Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak


Kusuma Jakarta.

Jef Sneyer. 1988. Sepakbola dan Strategi Bermain. Jakarta: PT. Rosda Jaya
Putra.
Joseph A. Luxbacher. 1997. Sepakbola Langkah-Langkah Menuju Sukses. Alih
Bahasa . Agusta Wibawa. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Jozeph Sneyers. 1988 . Sepak Bola Remaja. Bandung : PT. Rosdaya Jaya Putra.

M. Sajoto. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Konisi Fisik dalam


Olahraga. Semarang : Dahara Prize

1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: IKIP


Semarang Press.
Mulyono B. 1992. Tes dan Pengukuran. Surkarta: UNS Press.
45

2001. Tes dan pengukuran dalam pendidikan Jasmani/Olahraga.


Surakarta: JPOK FKIP UNS.
Pate R. R., Mc.Clenaghan B. & Rotella R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah
Kepelatihan. Alih Bahasa Kasiyo Dwijowinoto, Semarang: IKIP
Semarang Press.
Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Depdikbud.
Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Soedarminto. 1997. Biomekanika olahraga 1. UNS Press.
Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surakarta: Tiga Serangkai.
1995. Teori dan Praktek Sepakbola I. Surakarta: UNS Press.
Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press.

Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.


1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press.
Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Syaifuddin. 1992. Anatomi fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik
Lampiran : 1

Hasil Pengambilan Data Tes Panjang Tungkai.


No Nama T Badan T . Togok P Tungkai
(cm) (cm) (cm)
1 Nino 163 83 80
2 Aditia 160 84 76
3 Anjar Kurniawan 151 78 73
4 Bimo Utomo 170 84 86
5 Fery Andika 161 80 81
6 Ade Wahyudi 158 82 76
7 Ian Arbian P 168 85 83
8 Ridwan Arif 162 81 81
9 Veri Setiawan 167 82 85
10 Risang P 156 80 76
11 Danang S 170 84 86
12 Soni Aditya 142 71 71
13 Adi N 148 77 71
14 Wahyu Eka W 170 86 84
15 Kurniawan 164 84 80
16 Wahyu Adi 175 86 89
17 Satya P 159 81 78
18 Yoga K 153 77 76
19 M. Syafik 168 84 84
20 Ilham F 147 74 73
21 Bella CK 157 83 74
22 Dadang 158 80 78

46
47

Lampiran : 2

Hasil Pengambilan Data Tes Dribbling


No NAMA Tes 1 Tes 2 Terbaik
1 Nino 25.68 25.07 25.07
2 Aditia 21.46 20.44 20.44
3 Anjar Kurniawan 32.94 35 32.94
4 Bimo Utomo 28.46 26.06 26.06
5 Fery Andika 22.22 22.91 22.22
6 Ade Wahyudi 24.44 23.65 23.65
7 Ian Arbian P 33.41 23.28 23.28
8 Ridwan Arif 26.75 27.52 26.75
9 Veri Setiawan 35.18 26.16 26.16
10 Risang P 21.72 21.62 21.62
11 Danang S 20.09 23.03 20.09
12 Soni Aditya 22.9 22.97 22.9
13 Adi N 24.97 21.22 21.22
14 Wahyu Eka W 26.28 20.87 20.87
15 Kurniawan 26.72 21.31 21.31
16 Wahyu Adi 23.41 27.22 23.41
17 Satya P 24.18 27.75 24.18
18 Yoga K 21.87 22.44 21.87
19 M. Syafik 23.06 21.06 21.06
20 Ilham F 27.32 24.65 24.65
21 Bella CK 22.41 22.53 22.41
22 Dadang 23.25 25.53 23.25
48

Lampiran : 3

Uji Reliabilitas Data Tes Dribbling


NO Nama X Y X2 Y2 Ti Ti2
1 Nino 25.68 25.07 659.462 628.505 50.75 2575.563
2 Aditia 21.46 20.44 460.532 417.794 41.90 1755.610
3 Anjar Kurniawan 32.94 35 1085.044 1225.000 67.94 4615.844
4 Bimo Utomo 28.46 26.06 809.972 679.124 54.52 2972.430
5 Fery Andika 22.22 22.91 493.728 524.868 45.13 2036.717
6 Ade Wahyudi 24.44 23.65 597.314 559.323 48.09 2312.648
7 Ian Arbian P 33.41 23.28 1116.228 541.958 56.69 3213.756
8 Ridwan Arif 26.75 27.52 715.563 757.350 54.27 2945.233
9 Veri Setiawan 35.18 26.16 1237.632 684.346 61.34 3762.596
10 Risang P 21.72 21.62 471.758 467.424 43.34 1878.356
11 Danang S 20.09 23.03 403.608 530.381 43.12 1859.334
12 Soni Aditya 22.9 22.97 524.410 527.621 45.87 2104.057
13 Adi N 24.97 21.22 623.501 450.288 46.19 2133.516
14 Wahyu Eka W 26.28 20.87 690.638 435.557 47.15 2223.123
15 Kurniawan 26.72 21.31 713.958 454.116 48.03 2306.881
16 Wahyu Adi 23.41 27.22 548.028 740.928 50.63 2563.397
17 Satya P 24.18 27.75 584.672 770.063 51.93 2696.725
18 Yoga K 21.87 22.44 478.297 503.554 44.31 1963.376
19 M. Syafik 23.06 21.06 531.764 443.524 44.12 1946.574
20 Ilham F 27.32 24.65 746.382 607.623 51.97 2700.881
21 Bella CK 22.41 22.53 502.208 507.601 44.94 2019.604
22 Dadang 23.25 25.53 540.563 651.781 48.78 2379.488

JUMLAH 558.72 532.29 14535.26 13108.73 1091.01 54965.71


MEAN 25.68 25.07 659.4624 628.5049 50.75 2575.563
SD 4.058 3.309 224.503 177.992 6.403 687.849
49

Langkah I

∑X = 1091.01
∑X2 = 27643.990
∑Ti2 = 54965.71

SSA = ∑Ti2 - (∑X)2


k n.k

= 54965.71 - 1190302.82
2 44

= 27482.85 - 27052.34

= 430.517

∑Ti2
SSW = ∑X2 -
k

54965.71
27643.990 -
=
2
27643.990 - 27482.85
=
161.136
=

Langkah II

SST = ∑X2 (∑X)2


- n.k
(1091.01)2
= 27643.990
- 22.2
1190302.82
= 27643.990
- 44

= 27643.990 - 27052.34
= 591.653
50

Langkah III

SST = SSA + SSW


= 430.517 + 161.136
= 591.653
Langkah IV
dfT = (n) . (k) - 1 dfA = (n) - 1 dfW = n . (k - 1)
= (22) .(2) - 1 = 22 - 1 = 22 (2-1)
= 43 = 21 = 22

Langkah V
dfT = dfA + dfW
= 21 + 22
= 43

Langkah VI
MSA SSA MSW = SSW
=
dfA dfW
430.517 = 161.136
=
21 22
= 20.501 = 7.324

Langkah VII

Letakkan semua harga yang diperoleh ke dalam tabel ANAVA

Sumber df SS MS
Diantara Subyek (A) 21 430.517 20.501
Dalam Subyek (W) 22 161.136 7.324
Total (T) 43 591.653

Langkah VIII
R = MSA - MSW
MSA
20.501 - 7.324
=
20.501
13.176
=
20.501
= 0.643

Jadi Reliabilitas Tes Dribbling adalah : 0.643


51

Lampiran : 4

Pengujian Uji Normalitas Data Tes Dribbling

Data pada kelompok tersebut disusun dalam tabel sebagai berikut :


No Nama X (i) Z (i) F (Zi) S (Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 Danang S 20.09 -1.17 0.121 0.045 0.076
2 Aditia 20.44 -1.05 0.146 0.091 0.055
3 Wahyu Eka W 20.87 -0.90 0.184 0.136 0.048
4 M. Syafik 21.06 -0.83 0.206 0.182 0.024
5 Adi N 21.22 -0.77 0.22 0.227 0.007
6 Kurniawan 21.31 -0.74 0.229 0.273 0.044
7 Risang P 21.62 -0.63 0.264 0.318 0.054
8 Yoga K 21.87 -0.55 0.291 0.364 0.073
9 Fery Andika 22.22 -0.42 0.337 0.409 0.072
10 Bella CK 22.41 -0.36 0.359 0.455 0.096
11 Soni Aditya 22.9 -0.19 0.424 0.500 0.076
12 Dadang 23.25 -0.06 0.476 0.545 0.069
13 Ian Arbian P 23.28 -0.05 0.48 0.591 0.111
14 Wahyu Adi 23.41 -0.01 0.496 0.636 0.140
15 Ade Wahyudi 23.65 0.08 0.531 0.682 0.151
16 Satya P 24.18 0.26 0.602 0.727 0.125
17 Ilham F 24.65 0.43 0.666 0.773 0.107
18 Nino 25.07 0.58 0.719 0.818 0.099
19 Bimo Utomo 26.06 0.92 0.821 0.864 0.043
20 Veri Setiawan 26.16 0.96 0.831 0.909 0.078
21 Ridwan Arif 26.75 1.16 0.877 0.955 0.078
22 Anjar Kurniawan 32.94 3.34 1 1.000 0.000

JUMLAH 515.410
MEAN 23.428
SD 2.852

Keterangan :
L hitung = 0.151
L tabel = 0.189 (Lilliefors n = 22 dengan taraf nyata= 0,05)

Kesimpulan :
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas normal
52

Lampiran : 5

Uji Normalitas Data Tes Panjang Tungkai

Data pada kelompok tersebut disusun dalam tabel sebagai berikut :


No Nama X (i) Z (i) F (Zi) S (Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 Soni Aditya 71 -1.56 0.059 0.091 0.032
2 Adi N 71 -1.56 0.059 0.091 0.032
3 Anjar Kurniawan 73 -1.18 0.119 0.182 0.063
4 Ilham F 73 -1.18 0.119 0.182 0.063
5 Bella CK 74 -0.98 0.163 0.227 0.064
6 Aditia 76 -0.60 0.274 0.409 0.135
7 Ade Wahyudi 76 -0.60 0.274 0.409 0.135
8 Risang P 76 -0.60 0.274 0.409 0.135
9 Yoga K 76 -0.60 0.274 0.409 0.135
10 Satya P 78 -0.22 0.412 0.500 0.088
11 Dadang 78 -0.22 0.412 0.500 0.088
12 Nino 80 0.17 0.567 0.591 0.024
13 Kurniawan 80 0.17 0.567 0.591 0.024
14 Fery Andika 81 0.36 0.64 0.682 0.042
15 Ridwan Arif 81 0.36 0.64 0.682 0.042
16 Ian Arbian P 83 0.74 0.77 0.727 0.043
17 Wahyu Eka W 84 0.93 0.823 0.818 0.005
18 M. Syafik 84 0.93 0.823 0.818 0.005
19 Veri Setiawan 85 1.12 0.868 0.864 0.004
20 Bimo Utomo 86 1.31 0.904 0.955 0.051
21 Danang S 86 1.31 0.904 0.955 0.051
22 Wahyu Adi 89 1.89 0.97 1.000 0.030

JUMLAH 1741
MEAN 79.136
SD 5.222

Keterangan :
L hitung = 0.135
L tabel = 0.189 (Lilliefors n = 22 dengan taraf nyata= 0,05)

Kesimpulan :
Karena Lhit < Ltab, maka hipotesis nol diterima sehingga data di atas normal
53

Lampiran : 6

Perhitungan Analisis Data

Tebel Analisis Data Keseluruhan Ukuran Tungkai (x) Dan Dribling (Y)
No X Y X2 Y2 XY
1 80 25,68 6400 659,4624 2054,4
2 76 21,46 5776 460,5316 1630,96
3 73 32,94 5329 1085,044 2404,62
4 86 28,46 7396 809,9716 2447,56
5 81 22,22 6561 493,7284 1799,82
6 76 24,44 5776 597,3136 1857,44
7 83 33,41 6889 1116,228 2773,03
8 81 26,75 6561 715,5625 2166,75
9 85 35,18 7225 1237,632 2990,3
10 76 21,72 5776 471,7584 1650,72
11 86 20,09 7396 403,6081 1727,74
12 71 22,9 5041 524,41 1625,9
13 71 24,97 5041 623,5009 1772,87
14 84 26,28 7056 690,6384 2207,52
15 80 26,72 6400 713,9584 2137,6
16 89 23,41 7921 548,0281 2083,49
17 78 24,18 6084 584,6724 1886,04
18 76 21,87 5776 478,2969 1662,12
19 84 23,06 7056 531,7636 1937,04
20 73 27,32 5329 746,3824 1994,36
21 74 22,41 5476 502,2081 1658,34
22 78 23,25 6084 540,5625 1813,5

Jumlah 1741 558,72 138349 14535,26 44282,12


Mean 79,136 25,396 6288,591 660,694 2012,824
SD 5,222 4,058 829,673 224,503 371,952
54

∑ry = N. ∑XY - ∑X.∑Y

( N.∑X 2 - (∑X)2) x (N.∑Y2 -


(∑Y)2)

= 22 . 44282,12 - 1741 . 558,72

(22 . 138349 - (1741)2) x ( 22 . 14535,26 -


(558,72)2)

= 974206,6 - 972731,5

12597 x 7607,68

= 1475,12

95833945

1475,12
=
9789,481

= 0,150684

Hasil Penghitungan diperoleh nilai r1,2 = 0,150684< r tabel = 0,423,


dengan N= 22 (taraf signifikan 5%). Sehingga koefisien korelasi Y atas X adalah
tidak berarti (tidak signifikan).
55

Lampiran : 7

Petunjuk Pelaksanaan tes dan pengukuran panjang tungkai

Untuk mengukur panjang tungkai dengan melalui pendalaman ilmu


anthropometri. Anthropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung
terfokus pada dimensi tubuh manusia, dengan alat ukur anthropometer. Dengan
cara tinggi tubuh dikurangi tinggi duduk untuk menghasilkan ukuran panjang
tungkai. Barry L. Johnson and Jack K. Nelson (1986:187-191).

a) Alat dan perlengkapan:


 Pita ukur flekxibel (Anthropometer tape)
 Kertas pengukur (inches)
 Pensil (landmark pencil)
 Tempat duduk
 Blangko dan alat tulis
b) Petugas:
 Dua orang pemandu tes
 Seorang pencatat
c) Pelaksanaan tes.
Mengukur tinggi badan:
 Tempelkan kertas pengukur tersebut pada dinding yang lurus datar
setinggi 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai datar dan rata.
 Lepaskan sepatu dan sandal
 Berdiri tegap seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus,
tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel pada
dinding, dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
 Subyek di ukur dari bagian paling ujung atas kepala sampai telapak kaki
yang menyentuh lantai.
56

 Baca seberapa tinggi subyek dengan melihat angka pada skala yang
nampak pada ujung bagian atas kepala. Angka tersebut menunjukkan
tinggi anak yang diukur.
Mengukur tinggi duduk:
 Lepaskan sepatu atau sandal
 Subyek disuruh duduk pada tempat yang disediakan
 Kemudian tester diukur dari ujung kepala sampai tulang ekor
d) Penilaian:
 Hasil dari pengukuran tinggi badan dikurangi hasil pengukuran tinggi
duduk kemudian diperoleh hasil ukuran panjang tungkai.
57

Lampiran : 8

Petunjuk Pelaksanaan Tes Keterampilan Dribbling

Untuk mengukur teknik dribbling (menggiring bola) dalam permainan


sepakbola dengan tes menggiring bola dari Noebert Rogalski dan Erns G. Degel
yang dikutip Soekatamsi (1984: 258), kesempatan melakukan tes sebanyak 2kali.

a) Alat dan perlengkapan:


 Stopwatch
 Lapangan sepakbola
 Tiang pancang berjumlah 10
 Roll meter
 Bola kaki
 Kapur atau garis start
 Blangko dan alat tulis
b) Petugas:
 Satu orang pemandu tes
 Satu orang timer
 Satu orang pencatat
c) Pelaksanaan tes:
 Subyek berdiri dengan bola diletakan di atas tanah di belakang garis start
 Jika ada aba-aba “YA” dengan serentak subyek melakukan menghitung
waktu yang dicatat dalam detik dan subyek melakukan dribbling berliku-
liku melalui 10 tiang pancang, pada tiang pancang ke-10 berputar kembali
menggiring bola berliku-liku melalui tiang pancang bersama bola melalui
garis finish.
 Mematikan waktu stopwatch bersamaan dengan subyek yang menggiring
bola masuk garis finish
 Setelah itu lamanya waktu dari menggiring bola subyek dicatat diblangko.
58

Gambar 5, menggiring bola


Soekatamsi (1948:258)

a) Penilaian:
 Penilaian diambil waktu yang dicapai mulai start hingga finish dengan dua
kali subyek melakukan tes dribbling dan dicatat dalam detik. Prestasi
catatan waktu terbaik.
Medali:
 Perunggu :27 detik
 Perak :24 detik
 Emas :22 detik
59

Lampiran : 9

Pengarahan Siswa Sebelum Pengambilan Test Penelitian

Pengambilan Test Tinggi Badan


60

Pengambilan Test Tinggi Duduk

Pengambilan Test Dribbling


61

Pengambilan Test Dribbling

Pengambilan Test Dribbling

Anda mungkin juga menyukai