Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi
bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45
tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi
perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang
dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
b. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
c. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
g. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
3. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu
tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan
aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (Armilawaty,
2007)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Klasifikasi
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis.
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
C. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi Primer (esensial)
Lebih dari 90% pasien hipertensi merupakan hipertensi esensial, yang tidak
diketahui penyebab aslinya yang dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah.
Kemungkinan karena volume darah yang dipompa jantung meningkat, yang
mengakibatkan bertambahnya volume darah di pembuluh arteri. Hipertensi esensial
adalah istilah yang menunjukkan bahwa hipertensi yang terjadi tidak diketahui
penyebabnya. Walaupun begitu, pada kebanyakan pasien dengan hipertensi
esensial ini terdapat kecenderungan herediter yang kuat.
Riwayat keluarga hipertensi meningkatkan kemungkinan bahwa seorang individu
akan mengalami hipertensi. Faktor keturunan bersifat poligenik yang terlihat dari
adanya riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Jika salah satu atau kedua
orangtua mengidap hipertensi, maka kemungkinan anaknya juga terkena hipertensi.
Faktor predisposisi genetik dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan
resistensi insulin.
Hipertensi esensial menyerang empat kali lebih sering pada pria middle age
daripada pada wanita middle age. Faktor-faktor lingkungan yang menjadi faktor
predisposisi yang lebih dapat menyebabkan terjadinya hipertensi esensial antara
lain gaya hidup yang buruk (stres), banyak konsumsi garam, obesitas, merokok.
2. Hipertensi Sekunder
2.1. Hipertensi Goldblatt
Kenaikan awal tekanan arteri pada kasus hipertensi ini disebabkan oleh
mekanisme vasokonstriksi renin-angiotensin. Akibat sedikitnya aliran darah
yang melalui ginjal sesudah penurunan tekanan arteri renalis yang
berlangsung akut, ginjal tersebut akan menyekresi banyak renin. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya angiotensin dalam darah. Angiotensin ini
kemudian akan meningkatkan tekanan arteri secara akut. Sekresi renin akan
mencapai puncaknya dalam 1 jam atau lebih, tetapi dalam 5-7 hari akan
kembali normal karena pada waktu itu arteri renalis juga meningkat pada
keadaan normal sehingga tidak terjadi iskemik ginjal.
Kenaikan kedua pada tekanan arteri disebabkan oleh retensi cairan. Dalam
waktu 5-7 hari cairan akan meningkat cukup tinggi sehingga mengakibatkan
kenaikan tekanan arteri menjadi nilai baru yang dipertahankan. Nilai kuantitatif
tekanan yang dipertahankan ini dipengaruhi oleh derajat kontriksi yang terjadi
pada arteri renalis. Jadi, tekanan tekanan aorta harus meningkat cukup tinggi
sehingga tekanan arteri renalis yang di sebelah distal dari bagian yang
mengalami kontriksi akan cukup untuk menyebabkan keluaran urin yang
normal.
Selama masa kehamilan, banyak ibu yang mengalami hipertensi. Hal ini merupakan
manifestasi dari sindrom toksemia gravidarum. Prinsip patoligis yang menyebabkan
hipertensi ini diduga akibat penebalan membran glomerulus (mungkin terjadi karena
proses autoimun), yang mengurangi kecepatan filtrasi aliran dari glomerulus
kedalam tubulus ginjal. Dengan alasan yang jelas, tekanan arteri yang diperlukan
untuk menyebabkan pembentukan urin normal akan ditingkatkan. Selain itu, nilai
tekanan arteri jangka panjang juga meningkat. Pasien-pasien ini cenderung
menderita hipertensi karena konsumsi garam berlebih.
Merupakan tipe lain dari hipertensi beban-volume yang disebabkan oleh aldosteron
dalam tubuh berlebih atau kelebihan jenis steroid yang lain. Sebuah tumor kecil
yang terdapat pada salah satu kelenjar adrenal yang terkadang menyekresikan
banyak sekali aldosteron disebut sebagai “Aldosteronisme Primer”. Aldosteron
memiliki efek dapat meningkatkan kecepatan reabsorbsi garam dan air oleh tubulus
ginjal sehingga akan mengurangi hilangnya garam dan air dalam urin namun
menaikkan volume cairan ekstraseluler, akibatnya terjadi hipertensi. Bila keadaan
ini diteruskan, maka kelebihan aldosteron tersebut akan menyebabkan perubahan
patologis pada ginjal sehingga mengakibatkan ginjal menahan garam dan air lebih
banyak lagi disamping yang disebabkan oleh aldosteron tersebut. Oleh karena itu,
akhirnya hipertensi sering menjadi parah.
D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan saraf
3. Gagal jantung
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Gangguan serebral (otak) yg mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma. (www.id.novartis.com)
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. mual
4. muntah
5. sesak nafas
6. gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (www.medicastore.com)
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
G. Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
1. Aktivitas/Istirahat
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung kroner/katup dan
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-
gula yang bewarna hitam; kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan
berat badan akhir-akhir ini (meningkar/menurun). Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik).
6. Neurosensori
7. Nyeri/ketidaknyamanan
8. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral
transien hipotensi postural.
9. Pembelajaran/Penyuluhan
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index) yaitu berat
dalam kg dibagi tinggi dalam m².
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan system kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti adanya
gagal jntung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain serta koarktasio aorta.
4. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising abdomen,
pembesaran ginjal serta tumor yang lain.
5. Pemeriksaan fundus optikus dan system syaraf untuk mengetahui kemungkinan
adanya kerusakan serebrovaskuler.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya beban awal, penurunan curah
jantung sekunder terhadap infark miokard
2. Risiko Tinggi terhadap Penurunan Curah Jantung
3. Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap
obat-obatan antihipertensi
C. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya beban awal,
penurunan curah jantung sekunder terhadap infark miokard
INTERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi faktor penyebab dan Pengawasan intake diet dipantau untuk
penunjang, misal diet yang tidak menjaga kestabilan tekanan darah
tepat (intake natrium berlebih), agar tidak terjadi penumpukan cairan
kurangnya pengetahuan tentang yang dapat menyembabkan edema
pemenuhan hal-hal yang jaringan.
berkaitan dengan pengobatan.
1. Identifikasi dan awasi intake diet Pengawasan intake makanan pasien
klien dan kebiasaan-kebiasaan sangat diperlukan untuk mencegah
yang mungkin menyokong bertambahnya volume cairan dengan
terjadinya retensi urin. intake makanan yang tidak terkontrol.
Intake natrium yang tinggi dapat
Lanjutkan dengan memberikan intake
menyebabkan retensi air.
yang seseuai dengan kebutuhan klien.
1. Identifikasi pengetahuan klien
mengenai diagnosa medis, diet,
pengobatan, aktivitas dan
penggunaan balutan ACE dan
stoking emboli.
3.3.2 Risiko Tinggi terhadap Penurunan Curah Jantung
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tekanan darah. Ukur pada Perbandingan dari tekanan
kedua tangan/paha untuk evaluasi memberikan gambaran yang lebih
awal. Gunakan ukuran manset lengkap tentan keterlibatan/bidang
yang tepat dan teknik yang akurat. masalah vaskular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa
dengan pengukuran diastolik > 130 dan
dipertimbangkan sebagai peningkatan
pertama, kemudian maligna. Hipertensi
sistolik juga merupakan faktor risiko
yang ditentukan untuk penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemia
jantung bila tekanan diastolik 90 – 115.
2. Catat keberadaan, kualitas Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
denyutan sentral dan perifer. femoralis mungkin terpalpasi. Denyut
pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokonstriksi
dan kongesti vena.
3. Amati warna kulit, kelembaban, Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu, dan masa pengisian kapiler. masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung.
4. Berikan lingkungan tenang, Membantu untuk menurunkan rangsan
nyaman, kurangi aktivitas/keributan simpatis dan meningkatkan relaksasi.
lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
5. lakukan tindakan-tindakan yang Menurunkan stres dan ketegangan
nyaman, seperti pijantan punggung yang mempengaruhi tekanan darah
dan leher, meninggikan kepala dan perjalanan penyakit hipertensi.
tempat tidur,dll.
3.3.3 Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan
sekunder terhadap obat-obatan antihipertensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan tempat tidur yang Meningkatkan kenyamanan tidur serta
nyaman, seperti bantal dan guling. dukungan fisiologis/psikologis.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension.
WHO
Mycek, MJ dkk. 1997. Lippincott’s Illustrated Reviews : Pharmacology, 2nd edition.
Philadelphia : Lippincott-Raven Publishers
Price, SA. & Wilson, LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Rilantono, Lily Ismudiati dkk. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : FKUI
Aninomous. 2008. High Blood Pressure, Factors that Contribute to. akses internet di
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3053