Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS

KESIAPAN PENINGKATAN KOPING

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Arjuna Gagola

Alfany N. Torar

Anggun Supriadi Kadir

Christiana A. Bojoh

Chindy K. Tampilang

Clara M. Sahede

Chanly Adrian

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI NERS LANJUTAN

2021
A. Pengertian Koping
Koping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan
merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau
eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki
individu (Sujanto, 2006).
Koping merupakan upaya perilaku dan kognitif seseorang dalam
menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart dan Laraia, 2005).
Menurut Hidayat (2004), koping adalah proses atau cara untuk berespon
terhadap lingkungan (stimulus) untuk mencapai kondisi adaptasi.

B. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus
menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia,
2005). Mekanisme koping merupakan perilaku pemecahan masalah yang
bertujuan untuk merendahkan ketegangan dalam kehidupan individu.
Menurut suryani dan widyasih (2008) dalam P. Rini (2012), secara garis
besar mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping adaptif dan
maladaptif :
1. Mekanisme Koping Adaptif
Koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi untuk
menghadapi keseimbangan dan menjadikan keadaan yang efektif.
Adaptasi individu yang baik muncul reaksi untuk menyelesaikan masalah
dengan melibatkan proses kognitif, efektif dan psikomotor. Kegunaan
koping adaptif membuat individu akan mencapai keadaan yang seimbang
antara tingkat fungsi dalam memelihara dan memperkuat kesehatan fisik
dan psikologi.
2. Mekanisme Koping Maladaptif
Penggunaan koping yang maladaptive dapat menimbulkan respon negatif
dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh dan respon verbal
yang tidak efektif. Perilaku mekanisme koping maladaptif antara lain
perilaku agresi dan menarik diri. Perilaku agresi yaitu perilaku menyerang
terhadap sasaran atau objek sedangkan perilaku menarik diri yaitu
perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang
lain dan reaksi psikologisnya yaitu individu menampilkan diri seperti
apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap
pada individu.

C. Sumber koping
Sumber daya mengatasi pilihan atau strategi yang membantu apa yang bisa
dilakukan. Mereka memperhitungkan pilihan koping yang tersedia,
kemungkinan bahwa opsi yang diberikan akan mencapai keinginan yang
sesungguhnya dan kemungkinan bahwa orang tersebut dapat menerapkan
strategi tertentu yang efektif. Hubungan anatara kelompok, individu,
keluarga, dan masyarakat adalah model yang sangat penting untuk saat ini.
Sumber daya koping lainnya termasuk kesehatan dan energy, mendukung
spiritual, keyakinan posuitif, kemampuan pemecahan masalah dan sosial.
Keyakinan spiritual dan melihat diri sendri positif dapat berfungsi sebagai
dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi dalam
kondisi yanhg paling buruk. (Suart & Laraia, 2005).
Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan dibagi
menjadi dua kategori :
1. Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving Strategic)
Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau
menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini
menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and Patient
(STOP).
2. Mekanisme Pertahanan Diri (Defence Mekanism)
Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme penyesuaian ego
yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasa tidak adekuat. Beberapa ciri
mekanisme pertahanan diri antara lain:
a. Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi atau
bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak
langsung mengatasi masalah.
b. Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak
menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.
c. Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan

Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering digunakan


untuk mengatasi kecemasan, antara lain :
1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan
memberi alasan yang rasional.
2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang
bentuknya atau obyeknya lain.
3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain
dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia ingin serupa orang
lain dan bersifat seperti orang itu.
4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal
mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan
melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan
dengan tujuan yang pertama.
5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang lain.
6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan
paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.
7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat diterima
dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya.
8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak
menyenangkan dirinya.
9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri
dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.
10) Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau
menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji.
11) Regresi: kemunduran karakterstik perilaku dari tahap perkembangan
yang lebih awal akibat stress.
12) Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial
karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
13) Undoing : tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang
sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping


Menurut Mu’tadin (2002), cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi
kesehatan fisik atau energy, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan sosial, dan materi.
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stress atau kecemasan individu di tuntut untuk dapat
mengerahkan tenaga yang cukup besar.
2. Keyakinan Atau Pandangan Yang Positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib yang mengerhkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.
3. Keterampilan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternative tindakan kemudian mempertimbangkan
alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan
pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat.
4. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku dimasyarakat.

5. Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
6. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-baranga atau
layanan yang biasanya dapat dibeli.

E. Tindakan keperawatan
Peningkatan Koping
 Definisi
Membantu pasien untuk beradaptasi menerima stressor, perubahan, atau
pengobatan yang mengganggu kebutuhan hidup dan peran.
Aktivitas/tindakan :
1) Hargai penyesuaian diri pasien terhadap perubahan body image, sesuai
indikasi.
2) Nilai pengaruh situasi hidup pasien terhadap peran dan hubungan.
3) Dorong pasien untuk mengidentifikasi gambaran yang realistik dari
perubahan peran.
4) Gunakan ketenangan, pendekatan yang menentramkan.
5) Bantu pasien dalam pengembangan penilaian objektif dari suatu kejadian.
6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi informasi yang paling menarik
diperoleh.
7) Sediakan informasi faktual perhatian pada diagnosis, pengobatan, dan
prognosis.
8) Sediakan bagi pasien pilihanyang realistik mengenai aspek-aspek
perawatan yang pasti.
9) Evaluasi kemampuan pasien membuat keputusan.
10) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
11) Dukung pasien menggunakan mekanisme pertahanan yang tepat.
12) Dorong pasien mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya.
13) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi yang positif untuk urusan
dengan pengurangan dan penanganan keperluan gaya hidup atau
perubahan peran.
14) Bantu pasien untuk memecahkan masalah dnegan cara yang konstruktif.
15) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, sesuai kebutuhan.
16) Anjurkan pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri.
Askep Teori pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka

1. Pengkajian meliputi upaya


Pengkajian mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang
dipikirkan,dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa
percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
·         Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
·         Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
·         Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup
yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya
sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa
(Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;

1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara
lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi,
Supresi  dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada
pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping
tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
orang yang telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alcohol
7)   Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2. Analisa data
a. Data Subjektif
1) Merasa putus asa dan kesepian
2) Kesulitan mengekspresikan perasaan
3) Konsentrasi menurun
b. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan
yang berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang
adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu
saat ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
1) 1 Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2) Dorong penjelasan
3) Ungkapkan hasil observasi
4) Gunakan refleksi
5)  Cari validasi persepsi
6) Berikan informasi
7) Nyatakan keraguan
8) Gunakan teknik menfokuskan
9) Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan
hal yang tersirat

h. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :


1) Kehadiran yang penuh perhatian
2) Menghormati proses berduka klien yang unik
3) Menghormati keyakinan personal klien
4) Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
5) Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan
dengan kehilangan

i. Prinsip Intervensi  Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan


1) Bina dan jalin hubungan saling percaya
2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3) Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4) Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5) Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6) Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7) Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8) Tentukan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.


Hidayat. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Mu’tadin. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan/
Yogyakarta : Andi Offset.
Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC.
Stuart. (2005). BukuSaku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC.
http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-dengan-kehilangan-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai