Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No.

1 /Juni 2017 (14-25)

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN


IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) YANG DIBERI PAKAN HIDUP
DAN PAKAN BUATAN DI KARAMBA JARING APUNG
WADUK CIRATA
Asep Imam Warsono, Titin Herawati, dan Ayi Yustiati
Universitas Padjadjaran

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan betutu tertinggi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2016 di karamba jaring apung Balai Pelestarian
Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias Waduk Cirata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimental Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan
tersebut adalah A (pemberian pakan benih ikan nila hasil dari pemijahan induk yang dipelihara bersama dengan
betutu (sistem polikultur)), B (pemberian pakan benih nila sebesar 5% dari biomassa betutu) dan C (pemberian
pakan ikan kaca sebesar 5% dari biomassa betutu), D (pemberian pakan komersial sebesar 5% dari biomassa
betutu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan hidup dan pakan komersial meningkatkan laju
pertumbuhan harian, laju pertumbuhan bobot mutlak dan efisiensi pakan ikan betutu. Pemberian pakan hidup
berupa ikan kaca sebesar 5% dari biomassa ikan betutu, memberikan hasil pertumbuhan yang dapat
menghasilkan Kelangsungan Hidup sebesar 82,5%, Pertumbuhan Harian sebesar 0,56%/hari, Pertumbuhan
Mutlak sebesar 305,33 gram dan Efisiensi Pakan sebesar 11,87%.

Kata Kunci: Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan Harian, Betutu, Karamba Jaring Apung Cirata, Pakan Hidup,
Pakan Buatan

Abstract
This research was conducted to find out the highest survival and growth rates of marble goby. It was started from
April to June 2016 in cage culture system of Concervation Center of Public Aquatic Fisheries and Ornamental
Fish Cirata Reservior. The method implemented was experimental method using Group Randomized Design
(GRD) with four treatments and three replications. The treatment are follows; A (polyculture system of marble
goby and mature tilapia) B (tilapia seed was given with dose 5% of the weight of marble goby biomass), C (glass
fish was given with dose 5% of the weight of marble goby biomass), and D (commercial feed was given with
dose 5% of the weight of marble goby biomass). The results of this research shows that feeding by natural feed
and commercial feed can increase Daily Growth Rate, Absolute Growth Rate, and Feed Efficiency of marble
goby. Feeding by glass fish as natural feed with dose 5% the weight of marble goby biomass that influence the
highest result with survive rate 82,5%, growth rate 0,56%/day, growth of 90 days 305,33 gram, and Food
Effeciency 11,87%.

Keywords : Survive Rate, Growth Rate, Marble Goby, Cirata Cage Culture System, Live Feed, Commercial
Feed

14
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

Pendahuluan dengan kebiasaan makannya. Pakan hidup


yang dapat dijadikan sebagai pakan ikan betutu
Waduk Cirata merupakan waduk dari diantaranya adalah ikan nila dan ikan kaca.
tiga waduk yang berada di daerah aliran sungai Ikan nila (Oreochromis niloticus)
(DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak merupakan ikan air tawar yang banyak
diantara dua waduk lainnya, yaitu Waduk dibudidayakan. Ikan nila memiliki kandungan
Saguling dan Waduk Jatiluhur. Waduk Cirata protein tinggi dan mudah berkembang biak
banyak dimanfaatkan untuk pemasok air irigasi (Anggraeni 2015), sekali memijah nila gift
pertanian, pengendalian banjir, Pembangkit dapat mengeluarkan telur (fekunditas)
Listrik Tenaga Air (PLTA), pariwisata, sebanyak 300-1.500 butir (Suyanto 2010).
ekoturisme, air minum (Garno 2000 dalam Ikan Kaca atau ikan pepetek (Chanda nama)
Nuraini D. 2005). Salah satu pemanfaatan merupakan ikan air tawar yang banyak
Waduk Cirata yang paling berkembang yaitu dijumpai dan berlimpah di danau dan waduk,
budidaya menggunakan karamba jaring apung hidupnya bergerombol dalam jumlah banyak.
(Husen 2000 dalam Nuraini D. 2005). (Roberts 1994 dalam Archis R et.al),
Ikan betutu merupakan salah satu jenis Berdasarkan latar belakang tersebut
ikan air tawar spesies asli Indonesia diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
(indegenus species) yang banyak digermari mengetahui pengaruh perbedaan pemberian
masyarakat, memiliki nilai jual yang baik dan pakan (alami dan buatan) terhadap
dipercaya memiliki berbagai manfaat bagi kelangsungan dan pertumbuhan ikan betutu
manusia. Ikan betutu cukup digemari oleh pada Karamba Jaring Apung Waduk Cirata.
masyarakat karena dagingnya yang empuk,
berwarna putih dan tidak banyak duri. Selama
ini produksi ikan betutu masih mengandalkan
Bahan Dan Metode Penelitian
dari hasil tangkapan di alam. Jika ini terjadi
terus menerus, maka stok ikan betutu di alam Penelitian dilaksanakan dari bulan
akan semakin berkurang dan bisa berakibat desember 2015 sampai dengan juni 2016, pada
terjadinya kelangkaan (Sumawidjaya et al. bulan Desember-Januari 2016 dilakukan
2002). persiapan jaring, pengadaan ikan dan
Ikan betutu di kawasan Waduk Cirata aklimatisasi ikan. Penelitian pendahuluan
menjadi salah satu komoditas unggulan. Harga dilakukan pada bulan Maret 2016 selama
yang semakin melangit dan permintaan yang sembilan hari, penelitian utama dilakukan pada
terus meningkat memungkinkan ikan ini bulan Maret-Juni 2016. Penelitian dilakukan di
dijadikan salah satu komoditas yang dapat Karamba Jaring Apung, Waduk Cirata, Cianjur
dikembangkan secara besar-besaran. Ikan Jawa Barat.
betutu memiliki pertumbuhan yang sangat Metode yang digunakan dalam
lambat, untuk mencapai ukuran konsumsi, Ikan penelitian yaitu metode eksperimental dengan
Betutu membutuhkan waktu sekitar 15 - 18 Rancangan Acak (RAK) dengan empat
bulan, untuk mencapai berat 400 – 500 gram perlakuan dan tiga ulangan Perlakuan tersebut
per ekor, waktu yang diperlukan adalah sekitar adalah A (kombinasi pemberian pakan benih
1,6 tahun untuk bisa dipanen (Kordi 2013). ikan nila hasil dari pemijahan induk yang
Mengatasi pertumbuhan yang lambat dalam dipelihara bersama dengan betutu), B (pakan
budidaya Ikan betutu yaitu dengan cara hidup berupa benih nila sebesar 5% dari
pemberian pakan yang cocok ( Sudrajat dan biomassa betutu) dan C (pakan hidup berupa
Effendi 2002). ikan kaca sebesar 5% dari biomassa betutu), D
Pakan yang biasa digunakan untuk (pakan komersial berupa pelet sebesar 5% dari
budidaya ikan Betutu adalah pakan hidup dan biomassa betutu). Pengaruh setiap perlakuan
pakan buatan. Pemilihan pakan hidup untuk diuji dengan analisis sidik ragam (uji F) pada
ikan betutu harus memenuhi kebutuhan selang uji 5%, apabila terdapat perbedaan antar
nutrisi, murah, mudah didapat, berlimpah perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak
dan dapat berkembang dengan cepat. berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 95
Pemanfaatan pakan hidup merupakan salah %.
satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan. Ikan betutu
menyukai pakan ikan yang masih hidup sesuai

15
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 1 /Juni 2017 (14-25)

Hasil Dan Pembahasan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%


menunjukan bahwa semua perlakuan
Kalangsungan Hidup Ikan Betutu pemberian pakan tidak memberikan pengaruh
Hasil pengamatan tingkat yang berbeda nyata terhadap kelangsungan
kelangsungan hidup ikan betutu an terus hidup ikan betutu.
mengalami penurunan dangan bertambahnya
waktu pemeliharaan (gambar 2). Hasil analisis

Gambar 1. Kelangsungan Hidup Ikan Betutu

Tingkat kelangsungan hidup tersebut jenis kelamin, keturunan, umur, reproduksi,


menunjukan bahwa kebutuhan nutrisi, pakan, ketahanan terhadap penyakit dan faktor
serta kualitas air media pemeliharaan masih eksternal meliputi kualitas air, padat
mendukung pertumbuhan ikan betutu. Menurut penebaran, jumlah dan komposisi kelengkapan
Hepher (1988) dalam (Nugroho et al. 2015), asam amino dalam pakan. Hasil pengamatan
besar kecilnya kelangsungan hidup terhadap tingkap kelangsungan hidup ikan
dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi betutu (tabel 1).

Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan betutu selama penelitian


Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)
A (Pemberian Benih Ikan Nila dari Hasil Pemijahan Induk Nila
64,55a
yang Dipelihara bersama Ikan Betutu (Sistem Polikulur))
B (Pemberian Benih Ikan Nila) 80,56a
C (Pemberian Ikan Kaca) 82,50a
D (Pemberian Pakan Komersial) 64,96a
Keterangan: Rata-rata nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Jika dilihat berdasarkan tabel 1 dengan perlakuan A yaitu pemberian benih ikan nila
pemberian pakan hidup ikan kaca (perlakuan dari hasil pemijahan indukan ikan nila
C) menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dihasilkan kurang baik yaitu sebesar 64,55 %,
tertinggi yaitu sebesar 82,5%, hal ini diduga hal ini bisa terjadi karena akibat dari buangan
karena pakan yang diberikan tercukupi serta feses indukan ikan nila yang mengendap
kebutuhan nutrisi yang tinggi dalam ikan kaca menjadi racun sehingga mempengaruhi media
sehingga kelangsungan hidup tinggi penelitian, dan mengalami stres ketika proses
dibandingkan dengan perlakuan lain dan pengambilan pada waktu sampling. Faktor lain
didukung oleh kualitas air pada media diduga karena pakan hidup berupa benih ikan
pemeliharaan yang terbilang baik. Kualitas air nila dari hasil, memijah diduga banyak yang
bepengaruh pada produksi ikan karena secara keluar jaring sehingga pakan yang tersedia
langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tidak tercukupi, akibatnya ikan betutu menjadi
ikan dan kelangsungan hidup ikan (Kumalasari kanibalisme karena kekurangan makanan dan
2003 dalam Dima 2015). saling memangsa, pada beberapa tubuh ikan
Hasil penelitian selama 90 hari yang mati terlihat luka bekas gigitan, sesuai
menunjukan bahwa kelangsungan hidup pada dengan pernyataan Chua dan Teng (1978)

16
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

dalam Prihadi (2012) menyatakan bahwa sifat selama 90 hari masa pemeliharaan berkisar
kanibal pada ikan karnivor dapat terjadi ketika antara 64,55% - 82,5%, hasil tersebut masih
bersaing mencari makan sedangkan pakan terbilang baik walaupun terjadi kematian yang
yang tersedia kurang mencukupi. tinggi akibat umbal balik, jika dibandingkan
Kematian meningkat drastis pada dengan penelitian Hidayah (1993) betutu yang
pertengahan bulan juni 2016, diduga akibat dipelihara di dalam akuarium dengan
cuaca buruk dan curah hujan tinggi diserta pemberian pakan yang berbeda menghasilkan
angin kencang, sehingga mengakibatkan kelangsungan hidup tertinggi sebesar 41,69%,
sebagian kawasan Waduk Cirata mengalami tetapi pada umumnya menurut Kordi (2013)
fenomena umbal balik (turn over), kematian angka mortalitas pada ikan betutu angka
ikan di karamba jaring apung milik Balai kematian dapat mencapai 5-10%,
Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan kelangsungan hidup ikan betutu terendah
Hias (BPPPUIH) Provinsi Jawa Barat selama penelitian yaitu sebesar 64,55% lebih
mengalami kematian sebanyak 1,4 ton, hal ini baik bila dibandingkan dengan hasil penelitian
diduga karena penurunan suhu lapisan air Hidayah (1993) kelangsungan hidup lebih
permukaan lebih rendah dari suhu lapisan air rendah bila dibandingkan dengan penelitian
di bawahnya sehingga nutrient, NH3 dan H2S Kordi (2013).
hasil penguraian dari sisa-sisa pakan dan
kotoran yang mengendap akan terangkat Pertumbuhan Ikan Betutu
kepermukaan air, menghasilkan bau tidak
sedap pada perairan dan meracuni ikan Pertumbuhan merupakan perubahan
sehingga menimbulkan kematian pada biota ukuran ikan baik pertambahan panjang
perairan, terlihat perubahan warna air pada saat maupun bobot akibat adanya kelebihan energi
penelitian menjadi sedikit kecoklatan serta bau (Effendie 1997). Pertumbuhan ikan betutu
tidak sedap. Tingkat kelangsungan hidup selama penelitian disajikan dalam gambar 2.

Gambar 2. Pertumbuhan Ikan Betutu

Pertumbuhan ikan betutu pada bulan sementara waktu, kemudian pertumbuhan


pertama ikan betutu menunjukan fase adaptasi berjalan dengan cepat. Adanya perbedaan
yaitu fase dimana ikan betutu beradaptasi pertumbuhan ikan betutu diduga akibat dari
dengan jenis pakan dan lingkungan tempat perbedaan kandungan nutrisi yang terkandung
pemeliharaan, pada bulan ke dua dalam pakan yang diberikan, dan disebabkan
pertumbuhannya cepat untuk semua perlakuan, alamiah dari ikan itu sendiri. Hasil analisis
hal tersebut sesuai dengan pernyataan Effendie proksimat komposisi pakan ikan betutu yang
(1997), menyatakan bahwa dimana diberikan selama penelitian dilihat pada tabel
pertumbuhan pada fase awal dari hidupnya 2.
mula-mula berjalan dengan lambat untuk

17
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 1 /Juni 2017 (14-25)

Tabel 2. Kandungan Komposisi Pakan pada Ikan Betutu


Kandungan (%)
Serat
Pakan Protein Lemak Kadar Abu
Kasar Sumber
(%) (%) Air (%) (%)
(%)
Ikan Kaca 59,32 12,76 78,99 0,00 17,99 Uji proksimat
Ikan Nila 49,60 5,90 79,30 0,12 20,14 Anggraeni 2015
Pakan Komersial 40 5 11 2 13 Matahari Sakti 2013

Chumaidi dkk. (1990) dalam Natadia membantu penyerapan vitamin yang larut
(2015) menyatakan bahwa jenis ikan karnivora dalam lemak.
membutuhkan protein yang lebih banyak Peningkatan bobot paling besar pada
daripada ikan herbivora, pada umumnya ikan pemberian ikan kaca (perlakuan C),
karnivora membutuhkan protein sekitar 20- peningkatan bobot terendah yaitu pada
60% dan optimum 35-41% sedangkan Ellis et pemberian pakan komersial (perlakuan D),
al., dalam Marzuqi (2013) menyatakan bahwa rendahnya pada perlakuan D disebabkan
ikan karnivora cenderung membutuhkan pakan karena kandungan serat yang terdapat pada
dengan konsentrasi protein yang tinggi yaitu pakan tersebut tinggi yaitu 2% sedangkan serat
45-55%. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan pada ikan kaca yaitu 0%, ikan betutu atau ikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : karnivor bahkan tidak dapat mencerna serat
ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang sama sekali dan berpengaruh terhadap
dimakan, kesediaan dan kualitas pakan dan kecernaan protein. Serat yang tinggi
kadar protein. Kandungan lemak pada pakan menyebabkan porsi ekskresi lebih besar,
yang diberikan berkisar antara 5,90 – 12,76%, sehingga menyebabkan semakin berkurangnya
kandungan lemak yang paling tinggi terdapat masukan protein yang dapat dicerna,sesuai
pada ikan kaca yaitu 12,76%, sedangkan pernyataan Djajasewaka (1985), bahwa ikan
kandungan lemak paling rendah terdapat pada mempunyai keterbatasan dalam mencerna
pakan komersial dengan sebesar 5%. Menurut serat, sehingga kandungan serat maksimal
Hidayat (2013), bahwa kandungan lemak pada dalam pakan disarankan 8%.
pakan ikan karnivora yang dibutuhkan berkisar
antara 4-18% . Keberadaan lemak sangat
penting untuk kelangsungan hidup dan Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Betutu
pertumbuhan ikan, terutama ikan daerah tropis,
Rata-rata laju pertumbuhan bobot
selain itu lemak berfungsi pula dalam
mutlak ikan betutu dapat dilihat pada Gambar
3.

Gambar 3. Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Betutu

Hasil analisis sidik ragam (tabel 3) dari biomassa betutu (perlakuan C)


menunjukan bahwa perlakuan pemberian memberikan pengaruh yang sama terhadap
pakan benih ikan nila dari hasil pemijahan pertumbuhan bobot mutlak, namun memiliki
induk nila yang dipelihara bersama ikan betutu pengaruh yang berbeda terhadap pemberian
(sistem polikultur) (perlakuan A), pemberian pakan komersial (perlakuan D). Hasil
benih ikan nila 5% dari biomassa betutu penelitian rata-rata pertumbuhan bobot mutlak
(perlakuan B) dan pemberian ikan kaca 5% ikan betutu bias dilihat pada tabel 3.

18
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

Tabel 3. Rata-rata Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak ikan betutu selama penelitian
Rata-rata Pertumbuhan Bobot Mutlak
Perlakuan
(gram)
A (Pemberian Benih Ikan Nila dari Hasil Pemijahan Induk
Nila yang Dipelihara bersama Ikan Betutu (Sistem 149,67 b
Polikulur))
B (Pemberian Benih Ikan Nila) 290,33 b
C (Pemberian Ikan Kaca) 305,33 b
D (Pemberian Pakan Komersial) 61,670 a
Keterangan: Rata-rata nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan Pemberian pakan komersial


bobot mutlak (tabel 3) pakan yang diberi ikan menghasilkan pertumbuhan terendah sebesar
kaca sebesar 5% dari biomassa betutu 61,670 gram, hal ini diduga karena ikan betutu
menunjukan hasil tertinggi sebesar 305,33 masih belum terbiasa dengan pakan komersial
gram, hal tersebut dipengaruhi dengan baik aroma, bentuk pelet serta kecernaan
kandungan nutrisi pakan memenuhi kriteria, pakan. Faktor lain yang berperan pada
hal ini ditunjukan dari kandungan protein ikan pertumbuhan ikan adalah komponen yang
kaca sebesar 59,32%. Menurut Sudhiharno terdapat pada pakan, komponen penyusun
(1999) dalam Agustriani dkk (2013) pakan yang berbeda-beda memberikan
menyatakan bahwa ikan betutu yang pengaruh yang berbeda juga terhadap
mengkonsumsi pakan dengan kandungan pertumbuhan ikan betutu. Jumlah protein yang
protein yang tinggi maka akan mempercepat dibutuhkan untuk pertumbuhan yang optimal
proses tumbuh baik itu berat maupun panjang, tergantung dari keberadaan sumber energi
sebagaimana yang dikatakan mujiman (2004) nonprotein dalam pakan. Rendahnya
dalam Marzuqi (2013) bahwa secara alami, ketersediaan energi nonprotein dalam pakan
semua energi yang dibutuhkan oleh seekor menyebabkan sebagian protein dalam pakan
ikan pada dasarnya berasal dari protein, protein dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber
digunakan untuk pertumbuhan dan energi (Afrianto dan Liviawaty 2005).
pemeliharaan tubuh, protein tinggi pada ikan Pertumbuhan ikan betutu yang diberi
kaca diduga digunakan secara optimal dalam pakan hidup baik itu pakan benih ikan nila dari
pemanfaat untuk pembentukan jaringan, hasil pemijahan induk nila yang dipelihara
dengan demikian protein akan lebih terarah bersama ikan betutu, pemberian benih ikan nila
untuk sumber energi pertumbuhan. 5% dari biomassa betutu dan pemberian ikan
Kandungan lemak pada ikan kaca juga kaca 5% dari biomassa betutu pertumbuhan
tinggi yaitu sebesar 12,76%, lemak memiliki bobot mutlak antara 149,67-305,33 gram, hasil
kandungan energi yang paling besar. Menurut tersebut tinggi jika dibandingkan penelitian
Buwono (2000) dalam Marzuqi (2013) bahwa Anggraeni (2015) dengan pemberian pakan
ikan karnivora (pemakan daging) lebih efisien pakan hidup kepada indukan betutu berupa
dalam pemanfaatan lemak sebagai sumber ikan nila yang dipelihara di kolam (insitu)
energi daripada ikan omnivora (pemakan menghasilkan pertambahan sebesar 15,04 gram
segalanya) atau herbivora (pemakan pada pemeliharaan tiga bulan, dan penelitian
tumbuhan). Kandungan lemak yang tinggi Natadia (2015) bahwa pemberian pakan hidup
pada pakan tersebut memungkinkan sebagai ikan nila diberikan pada ikan betutu berukuran
sumber energi untuk bergerak, dijelaskan pula lebih dari 100 gram yang dipelihara di kolam
dalam Laining et al. dalam Marzuqi (2013) (insitu) menunjukan pertumbuhan tertinggi
bahwa ikan karnivora memerlukan lemak yaitu sebesar 76 gram pada pemeliharaan
dalam pakannya antara 9%-13%. Menurut selama 3 bulan, pemberian pakan ikan kaca
Jauhar (1990) dalam Marzuqi (2013) menghasilkan pertumbuhan tertinggi jika
menyatakan bahwa lemak dan karbohidrat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,
merupakan sumber energi alternatif untuk perbedaan hasil tersebut diduga karena
memenuhi kebutuhan metabolik dengan tujuan pengaruh lingkungan, nutrisi dalam pakan dan
untuk menghemat energi. pengaruh dari ikan itu sendiri.

19
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 1 /Juni 2017 (14-25)

Laju Pertumbuhan Harian Ikan Betutu dipelihara bersama ikan betutu (sistem
polikultur) (perlakuan A) memiliki pengaruh
Rata-rata laju pertumbuhan harian ikan
yang sama dengan pemberian pakan komersial
betutu dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil
5% dari biomassa betutu (perlakuan D) namun
analisis sidik ragam (tabel 4) menunjukan
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
bahwa perlakuan pemberian pakan benih ikan
perlakuan yang lainnya.
nila dari hasil pemijahan induk nila yang

Gambar 4. Rata-rata Pertumbuhan Harian Ikan betutu

Perlakuan pemberian pakan komersial (perlakuan B) dan pemberian (perlakuan C).


(perlakuan D) memberikan pengaruh yang Hasil penelitian terhadap pertumbuhan harian
berbeda terhadap pemberian benih ikan nila ikan betutu (tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Ikan Betutu Selama Penelitian


Perlakuan Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian
(%)
A (Pemberian Benih Ikan Nila dari Hasil Pemijahan Induk
Nila yang Dipelihara bersama Ikan Betutu (Sistem 0,29 ab
Polikulur))
B (Pemberian Benih Ikan Nila) 0,48 b
C (Pemberian Ikan Kaca) 0,56 b
D (Pemberian Pakan Komersial) 0,13 a
Keterangan: Rata-rata nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan dengan kebiasaan makan ikan betutu, hal
harian (tabel 4) menunjukan bahwa tersebut berkaitan dengan pernyataan
pertumbuhan tertinggi pada ikan betutu Ramdhani (2000) menjelaksan bahwa jika
terdapat pada pemberian ikan kaca (perlakuan bandingkan dengan pakan buatan, pakan hidup
C) sebesar 0,56% dibandingkan dengan lebih sering dimakan oleh ikan betutu, karena
perlakuan pemberian benih ikan nila dari hasil pakan hidup adalah pakan yang biasa dimakan
memijah induk nila (perlakuan A) dan ikan betutu dalam habitat aslinya. Pemberian
pemberian pakan komersial (perlakuan D), hal pakan komersial pada (perlakuan D)
tersebut diduga karena pakan yang diberikan mengandung serat yang cukup tinggi sehingga
mampu memenuhi kebutuhan protein yang mempengaruhi daya cerna ikan betutu, karena
dibutuhkan oleh ikan betutu, sesuai dengan ikan karnivor pada umumnya tidak mampu
pernyataan Prihadi (2012) menyatakan ikan mencerna serat dengan baik. meskipun kadar
karnivora yang membutuhkan lebih banyak protein dalam pakan komersial sudah
protein untuk hidup dan tumbuh, akan tetapi mencukupi, tetapi hasil menunjukan tidak
kadar proteinnya haru sesuai dengan mengalami pertumbuhan yang pesat, Kordi
kebutuhan ikan. Pemberian pakan komersial (2013) menyatakan bahwa kadar protein dalam
(perlakuan D) menunjukan laju pertumbuhan pakan buatan sebesar 40% mencapai kriteria
harian yang lebih lambat, hal ini diduga karena tetapi formulasi belum teruji kecocokannya
pakan tersebut belum cocok atau belum terhadap ikan betutu, sampai saat ini belum
terbiasa, pakan yang diberikan masih ada formulasi pakan komersial yang tepat
memerlukan adaptasi yang berhubungan untuk pemeliharaann ikan betutu. Pemberian

20
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

benih ikan nila dari hasil pemijahan induk nila 49,34% mengasilkan pertumbuhan harian
yang dipelihara bersama ikan betutu tertinggi sebesar 0,23%, pemberian ikan nila
(perlakuan A) menunjukan hasil yang rendah dengan protein sebesar 49,60% menghasilkan
juga, rendahnya pertumbuhan pada perlakuan pertumbuhan harian sebesar 0,20% dan ikan
A diduga karena anakan ikan nila yang mas dengan kandungan protein sebesar
dihasilkan dari indukan sebagian keluar dari 39,21% menghasilkan pertumbuhan harian
jaring pemeliharaan sehingga pakan yang di sebesar 0,08% yang dipelihara selama tiga
butuhkan tidak tercukupi. bulan, dan penelitian Natadia (2015) dengan
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan hidup berupa ikan nila
rata-rata laju pertumbuhan harian ikan betutu sebesar 4% dengan kandungan protein 49,60%
antara 0,13-0,56%, menurut Supito dkk. (1998) menunjukan pertumbuhan harian tertinggi
menyatakan bahwa laju pertumbuhan harian sebesar 0,44% yang dipelihara selama tiga
normal sebesar 2-3% untuk ukuran 50-100 g bulan.
dan 0,7-1,5% untuk ukuran 200-300 g, tetapi
hasil penelitian tersebut tinggi bila Efesiensi pakan
dibandingkan dengan hasil penelitian
Anggraeni (2015) bahwa penggunaan Rata – rata efesiensi pakan ikan betutu
pemberian pakan hidup secara at satiation dapat dilihat pada gambar 5.
berupa ikan nilem dengan protein sebesar

Gambar 5. Efesiensi Pakan Ikan Betutu

Hasil analisis sidik ragam (tabel 5) pakan komersial (perlakuan D) 5% dari


menunjukan bahwa perlakuan pemberian biomassa betutu, namun perlakuan pemberian
pakan benih ikan nila dari hasil pemijahan pakan komersial (perlakuan D) memberikan
induk nila yang dipelihara bersama ikan betutu pengaruh yang berbeda terhadap pemberian
(sistem polikultur) (perlakuan A) tidak pakan ikan nila (perlakuan B) dan pemberian
memberikan perbedaan terhadap pemberian ikan kaca (perlakuan C).Hasil penelitian
benih ikan nila 5% dari biomassa betutu terhadap pertumbuhan harian ikan betutu dapat
(perlakuan B), pemberian ikan kaca 5% dari dilihat pada tabel 5.
biomassa betutu (perlakuan C) dan pemberian

Tabel 5. Rata-rata Efesiensi Pakan Ikan Betutu selama Penelitian


Perlakuan Rata-rata Efisiensi Pakan (%)
A (Pemberian Benih Ikan Nila dari Hasil Pemijahan Induk
ab
Nila yang Dipelihara bersama Ikan Betutu (Sistem 5,20
Polikulur))
B (Pemberian Benih Ikan Nila) 9,91 b
C (Pemberian Ikan Kaca) 11,87 b
D (Pemberian Pakan Komersial) 2,66 a
Keterangan: Rata-rata nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

21
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 1 /Juni 2017 (14-25)

Jika dilihat dari rata-rata efesiensi bertahap yaitu dua kali dalam sehari, tetapi
pakan (tabel 5) menunjukan nilai efisiensi ikan betutu masih belum terlalu respon, hal ini
pakan tertinggi yaitu pada pemberian ikan kaca disebabkan karena ikan betutu lebih menyukai
(perlakuan C) sebesar 11,87% sedangkan nilai pakan yang bergerak dibandingkan dengan
efisiensi pakan terendah terdapat pada pakan yang tidak bergerak, yang secara food
pemberian pakan komersial (perlakuan D) habit dan feeding habit ikan betutu tergolong
sebesar 2,66%. Hal ini diduga karena ikan kaca ikan karnivora dan predator sehingga lebih
memiliki tubuh yang kecil sesuai untuk bukaan menyukai ikan hidup (Hidayat, et al. 2013).
mulut ikan betutu, memiliki pergerakan yang Afrianto et al. (2005) dalam Marzuqi (2013),
disukai oleh ikan betutu sehingga ada bahwa pada prinsipnya nilai kecernaan ikan
ketertarikan untuk memakannya, ditambah karnivor terhadap pakan buatan yang diberikan
dengan kandungan nutrisi dalam ikan kaca tergantung pada kandungan, tingkat
yang tinggi. Berdasarkan analisis uji proksimat penerimaan ikan dan enzim yang dimilikinya,
menunjukan bahwa kandungan nutrisi ikan menurut Marzuqi (2013) menjelaksan bahwa
ikan kaca sangat tinggi terutama kadar protein aktivitas enzim dipengaruhi oleh kandungan
sebesar 59,32%, kadar protein yang tinggi komposisi pakan yang dimakan.
dalam pakan akan mempengaruhi Hasil penelitian menunjukan bahwa
pertumbuhan ikan (Hasting dan Dickie, 1972 pemberian pakan hidup menghasilkan efesiensi
dalam Kordi, 2013). Selain kadar protein, pakan antara 5,20-11,87%, dan pemberian
kadar nutrisi yang terkandung dalam pakan pakan komersial menghasilkan nilai efesiensi
tersebut terbilang tinggi yaitu dengan pakan sebesar 2,66%, hasil tersebut rendah jika
kandungan lemak sebesar 12,76% dan dibandingkan dengan penelitian Hidayat, et al.
kandungan karbohidrat sebesar 9,93%, (2013) yaitu nilai efesiensi pakan ikan gabus
kandungan tersebut bisa dimanfaatkan oleh mencapai 12,74%, menurut Craig dan Helfrich
ikan betutu sebagai kebutuhan energinya, (2002) menyatakan bahwa nilai efisiensi pakan
seperti yang dijelaksan Marzuqi (2013) bahwa dapat dikatakan baik apabila nilai efisiensi
lemak dan karbohidrat cukup tinggi pakan lebih dari 50%.
mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme dan berperan dalam menyuplai Kualitas Air
sumber energi untuk tubuh ikan selain protein.
Perlakuan pakan berupa pemberian Pengukuruan kualitas air meliputi
pakan komersial (perlakuan D) sudah suhu, pH dan DO disajikan dalam Tabel 6.
dilakukan metode pemberian pakan secara

Tabel 6. Hasil Kisaran Pengukuran Kualitas Air Pada Kolam Pemeliharaan Selama Penelitian
Parameter Bulan Kisaran pada Kolam Kisaran kualitas air untuk
ke- Pemeliharaan Ikan Betutu (Kordi 2013)
0 29,0 – 30,0
1 28,6 – 30,5
Suhu (oC) 25,0 – 32,0
2 30,1 – 31,1
3 28,2 – 30,7
0 2,9 – 3,5
1 3 – 3,4 2 dapat hidup, > 3
DO (mg/L)
2 3,2 – 3,5 Pertumbuhan Optimum
3 3,1 – 3,4
0 6,6 – 7,1
1 6,5 – 7,3 5,5 – 6,5 dapat hidup, 7 – 7,5
pH
2 6,7 – 7,2 pertumbuhan optimal
3 6,6 – 7,2

Amonia (BPWC 2015) 0,021-0,030 0,556-0,687

Berdasarkan hasil penelitian kualitas pada kolam pemeliharaan antara 28 – 29 oC,


air (Tabel 8), kisaran suhu masing – masing kisaran tersebut masih terbilang dalam kisaran

22
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

suhu yang optimum untuk kegiatan budidaya perairan yang mengandung amonia antara
ikan, terutama ikan betutu yang berkisar antara 0,556 – 0,779. Konsentrasi amonia bebas
25 – 32 oC. Kordi (2013) dalam natadia 2015 (NH3) di perairan bergantung pada pH dan
menyatakan bahwa ikan betutu adalah salah suhu perairan. Semakin meningkatnya pH dan
satu ikan rawa yang hidup pada perairan relatif suhu perairan menyebabkan persentase amonia
panas >24 oC. Menurut Kordi (2013) suhu pada bebas (NH3) terhadap amonia total (NH3 dan
waduk dan danau cenderung stabil antara 27 – NH4) semakin meningkat (Effendi 2003).
32 o C pada musim panas. Suhu menurun Menurut effendi (2003) amonia bebas (NH 3)
hingga di bawah 28 oC pada musim hujan, tidak dapat terionisasi (amoniak), sedangkan
peralihan musim dari musim hujan ke panas amonium (NH4) dapat terionisasi, pada pH 7
atau musim panas ke musim hujan, suhu tidak atau kurang , sebagian besar amonia akan
stabil, suhu tidak stabil dan berfluktuasi (naik- mengalami ionisasi. Sebaliknya, pada pH lebih
turun) hingga mencapai 4 – 5 o C. Suhu besar dari 7, amonia tak terionisasi yang
terendah selama penilitan pada bulan kesatu bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang
dan ketiga sebesar 28 oC, rendahnya suhu lebih banyak. Amonia bebas yang tak
disebabkan karena terjadinya curah hujan yang terionisasi bersifat toksik terhadap organisme
tinggi selama masa pemeliharaan ikan betutu, akuatik. Toksisitas amoniak terhadap
akan tetapi perubahan suhu tersebut tidak organisme akuatik akan meningkat jika terjadi
secara drastis berpengaruh terhadap penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan
pertumbuhan ikan betutu. suhu. (Effendi,.2003)
Hasil pengukuran oksigen terlarurt
(DO) dalam kolam pemeliharaan ikan betutu
di karamba jaring apung berkisar antara 2,9 – Kesimpulan
3,5 mg/L, hal tersebut menunjukan bahwa DO
pada kolam pemeliharaan dalam kisaran yang Berdasarkan hasil penelitian, dapat
optimum untuk pemeliharaan ikan betutu. Hal disimpulkan bahwa Pemberian pakan hidup
tersebut ditunjang oleh pernyataan Kordi ikan kaca sebesar 5% dari biomassa betutu
(2013), bahwa betutu merupakan ikan yang menghasilkan kelangsungan hidup sebesar
tahan hidup diperairan yang kualitasnya buruk, 82,5%. Pemberian jenis pakan yang berbeda
ikan betutu masih bisa bertahan hidup dalam baik itu pakan hidup (pemberian benih ikan
perairan dengan kandungan oksigen terlarut nila dari hasil pemijahan induk nila yang
yang rendah yaitu 2 mg/L dan betutu tumbuh dipelihara bersama ikan betutu, benih ikan
dengan baik dalam perairan dengan kandungan nila, ikan kaca) dan pakan komersial
oksigen terlarut > 3 mg/L. menghasilkan pertambahan bobot ikan betutu
Hasil pengukuran derajat keasaman berbeda-beda yang dipelihara selama 90 hari.
(pH) air pada kolam pemeliharaan ikan betutu Pemberian pakan hidup ikan kaca
diukur pada siang hari berkisar antara 6,5 – sebesar 5% dari biomassa betutu menghasilkan
7,3, pada umumnya ukuran suhu selama pertumbuhan ikan betutu tertinggi yaitu
pengukuran pada penelitian ini sesuai untuk pertumbuhan bobot mutlak sebesar 305,33
pertumbuhan ikan betutu. Kordi (2013) gram, pertumbuhan harian sebesar 0,56%, dan
menyatakan bahwa ikan betutu dapat bertahan efisiensi pakan sebesar 11,87%.
hidup pada perairan asam atau pH rendah.
Pada pH 5,5 – 6,5, ikan betutu masih bisa
hidup dan tumbuh, meskipun ikan betutu bisa Daftar Pustaka
tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7,0 – 7,5. Afrianto, E. dan E. Liviawati. 1998. Beberapa
Amonia Bebas (NH3) berkisar antara Metode Budidaya Ikan. Penerbit
0,021-0,030 mg/L, menurut Mayhudin (2008) Kanisius . Yogyakarta. hlm 14 - 17.
dalam Aquarista el.al (2012) menyatakan
bahwa kisaran amonia bebas (NH3) pada ikan Anggraeni N.M. dan N. Abdulgani. 2013.
air tawar kurang dari 1 mg/L masih memenuhi Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan
kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan. Pakan komersial terhadap Pertumbuhan
Kisaran ammonia pada kisaran tersebut ikan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
betutu masih dapat hidup optimum, sesuai pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains
dengan pernyataan Kordi (2013) bahwa ikan Dan Seni Pomits, Surabaya, 2(1): 197-
betutu masih dapat hidup optimum pada 201.

23
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 1 /Juni 2017 (14-25)

Anggraeni R.D. 2015. Efektivitas Pemberian Marzuqi, M dan Najusary D. N. 2013.


Pakan Hidup Terhadap Kematangan Kecernaan Nutrien Pakan dengan
Gonad Ikan Betutu (Oxyeleotris Kadar Protein dan Lemak Berbeda
marmorata). Skripsi Program Studi Pada Juveni Ikan Kerapu (Epinephelus
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu corallicola). Jurnal Penelitian Balai
Kelautan, Universitas Padjadjaran. 90 Besar Penelitian dan Pengembangan
hlm. Budidaya Laut, Gondol. 14 hlm.
Agustriani, dkk. 2013. Laju Pertumbuhan dan Natadia, S.S. 2015. Pengaruh Pemberian
Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan
Kakap Putih (Lates calcalifer, Blonch) Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata).
dengan Pemberian Pakan yang Skripsi Program Studi Perikanan.
Berbeda. Jurnal Program Studi Ilmu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya. Universitas Padjadjaran.
Sumatera Selatan. 8 hlm.
Nugroho, I.N, Subandiono, Herawati, V.E.
Archis R. 2004. Onogeny of Scale Feeding in 2015. Tingkat Pemanfaatan Artemia Sp.
the Asian Glassfish, Chanda nama Beku, Artemia Sp. Awetan Dan Cacing
(Ambassidae). Jurnal of Texas A&M Sutera untuk Pertumbuhan dan
University. 6 hlm. Kelangsungan Hidup Larva Gurami
(Osphronemus gouramy, Lac.). Jurnal
Craig, S dan L. A. Helfrich. 2002.
Program Studi Budidaya Perairan,
Understanding Fish Nutrition Feeds and
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan
Feeding. Virgia Tech.
dan Ilmu Kelautan, Universitas
BPWC. 2015. Kualitas Air Waduk Cirata. Diponegoro. 117-124 hlm.
Data Pusat Litbang Sumber Daya Air,
Nuraini, D. 2005. Pengaruh Substrat Terhadap
Badan Litbang PU, Kemetrian PU
Pertumbuhan Perifiton di Waduk
Cianjur.
Ciarat. Jawa Barat. Skripsi Program
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan Studi Departemen Budidaya Perairan.
(Makanan Ikan). Cetakan ke-1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Yasaguna. Jakarta. 47 hlm. Institut Pertanian Bogor.
Djajasewaka, H. 1985. Kualitas dan Putri, K. K. 2014. Pengaruh Pemberian
Kuantitas Tepung Ikan dalam Ransum Jumlah Pakan Terhadap Laju
Ikan. Prosiding Rapat Teknis Tepung Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan
Ikan, 28-29 Mei 1985. Jakarta. 125 Betutu (Oxyeleotris marmorata) di
hlm. Karamba Jaring Apung Waduk Cirata.
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Ikan Alami. Skripsi Program Studi Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta.87 hlm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta 159 Prihadi, D. P. 2012. Pengaruh Jenis dan Waktu
hlm. Pemberian Pakan Terhadap Tingkat
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Hidayah, Z. 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Kerapu Macan (Epinephelus
Buatan Terhadap Pertumbuhan dan fuscoguttatus) dalam Karamba Jaring
Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu Apung di Balai Budidaya Laut
(Oxyeleotris marmorata blkr) yang Lampung. Jurnal Program Studi Ilmu
Dipelihara di Kolam. Skripsi Program Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Studi Budidaya Perairan Fakultas Kelautan Universitas Padjadjaran
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Jatinangor. Jatinangor. 11 hlm.
Bogor. 60 hlm.
Ramdhani D. 2000. Kelangsungan Hidup Ikan
Kordi, M.G.H. 2013. Panduan Lengkap Betutu Oxyeleotris marmorata (BLKR.).
Bisnis & Budidaya Ikan Betutu. Lily yang Dipelihara di Kabupaten Serang
Publisher Yogyakarta. 226 hlm. Bogor. Skripsi Program studi Budidaya

24
Asep Imam Warsono: Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Betutu.....

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Sumawidjaja, K., I. Effendi dan Enywati.
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 2002. Pemijahan Ikan
Betutu,Oxyeleotris marmorata (BKLR.),
Suyanto, R. 2010. Nila. Jakarta : Penebar
di Kolam Tanah dan Kolam Beton.
Swadaya. 212 hlm.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 1(1): 1-3
Supito, K, dan I.S. Djunaidah. 1998. Kaji (2002). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Pendahuluan Pembesaran Ikan Kerapu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di
Tambak. Prosiding Perikanan Pantai
Bali.

25

Anda mungkin juga menyukai