Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE MEMPELAJARI ISLAM TENTANG SOSIAL


BUDAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Metodologi Studi Islam

Oleh :

MAMAN ARIF

AWAB

SUSIHAH

SUSILAWATI

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(I A I B)
INSTITUT AGAMA ISLAM BANTEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Metode Mempelajari Islam Tentang Sosial dan Budaya" ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan
agama islam dengan judul " Metode Mempelajari Islam Tentang Sosial dan Budaya ".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah
ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa
ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Penulis.
DAFTAR ISI

 Pendahuluan
 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Pembahasan
 Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan social
 Hubungan agama tentang sosial dan budaya
 Pandangan islam tentang sosial dan budaya
 Strata sosial dalam islam
 Islam dan perubahan social
 Penutup
 Daftar pustaka


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai akal untuk berfikir dan nafsu untuk
bertindakdan diberi keperccayaan untuk menjadi khalifah di atas permukaan bumiseiring
perkembangan waktu.manusia mulai melakukan adaptasi disekitar lingkungan mereka dan mulai
berkembang biak,dan mulai menyebar keseluruh permukaan bumi.

Manusia adalah makkhluk yang selalu berinteraksidengan sesamanya maupun lingkungan.dan


mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan karena faktor lingkungan.dan juga manusia
adalah makhluk intelektual yang selalu berfikir tentang penciptanya.dan mulai mempercayai
sesuatu yang gaib

Islam adalah agama yanjg paling sempurna dibandingkan agama yang lain yang diturunkan
mmelalui hambanya yang mulia.nabi muhammad SAW di bangsa arab yang berada pada masa
jahiliyah.seiring perkembangan waktu,islam mengalami perkembangan di seluruh dunia,di
sebarkan oleh para khafilah bari bangsa arab.persia dan gurajat(india sekarang)dan melakukan
perbauran denga kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan,dan mulai mengalami perubahan
dalam budaya dan lingkungan masyarakat

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas tadi, maka rumusan masalah dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.Hubungan agama dengan budaya dan masyarakat
3.Pandangan islam tentang sosial dan budaya
4.Strata sosial dalam islam
5.Islam dan perubahan sosial.
PEMBAHASAN

A.Hakikat manusia sebagai makhluk individual dan makhluk social

1.Manusia sebagai Makhluk Individu

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya mereka sebagai
makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut (Effendi, 2010: 37) adalah berasal
dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan
divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini,
artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani
atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, tidak ada
manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan
memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri
khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan
sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.

Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan perilaku


individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis)
yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan
perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan
karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar
mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of
interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan
kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan
ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya
rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh
potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
B.Pandangan islam tentang sosial dan budaya
“Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja; Islam adalah satu kebudayaan yang
lengkap”. Demikian diungkapkan oleh H.A. Gibb dalam bukunya yang terkenal Wither Islam.
Pengakuan senada juga banyak diberikan oleh pakar Islam dari kalangan Barat. Jika pihak Barat
banyak memberikan pengakuan yang kurang lebih sama, konon lagi dari kalangan Islam sendiri,
seperti keyakinan umum yang berkembang di kalangan umat Islam bahwa Islam adalah agama
yang universal dan komprehensip meliputi berbagai bidang (Q.S.16:89), meskipun penjelasannya
ada yang bersifat rinci dan garis besar. Oleh sebab itu, Islam disebut juga sebagai agama yang
“hadir di mana-mana” (omnipresence); sebuah pandangan yang meyakini bahwa di mana-mana
kehadiran Islam selalu memberikan panduan etik yang benar bagi setiap tindakan manusia2
Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan
upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan
kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru
yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam sejarahnya telah memberikan
andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia. Ayat-ayat Alquran memang banyak
memberikan dorongan kepada umat manusia bagi pengembangan kebudayaan.
Sifat akomodatif Islam terhadap budaya tidak berarti bahwa Islam menerima begitu saja segala
wujud kebudayaan yang ada. Karena jika demikian Islam seolah-olah dipahami tidak memiliki
nilai-nilai dasar bagi pengembangan kebudayaan.

C.Hubungan agama dengan masarakat dan kebudayaan


Dasar-Dasar Islam dalam Pengembangan Budaya.
Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di dalam Alquran dan hadis, sehingga umat Islam
dapat mengembangkan kebudayaan secara maksimal. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Penghargaan terhadap akal fikiran
Islam menempatkan akal fikiran dalam posisi yang tinggi, sebagaimana firman-Nya dalam Surat
Ali Imran:190, 191:
‫)الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ِه ْم‬190(‫ب‬ ِ ‫ت أِل ُولِي اأْل َ ْلبَا‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫إِ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬
)191(‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ هَ َذا بَا ِطاًل ُس ْب َحانَكَ فَقِنَا َع َذ‬ ِ ‫َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬
ِArtinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.3:190,191).
Hadis nabi menyatakan: “Agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi seseorang yang tidak
mmpunyai akal”
2. Anjuran menuntut ilmu
Anjuran atau dorongan Islam agar umat Islam menguasai ilmu pengetahuan ini antara lain
dijelaskan dalam surah al-Mujadalah: 11 berbunyi:
‫يل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِم ْن ُك ْم‬
َ ِ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم َوإِ َذا ق‬ ِ ِ‫يل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِ َذا ق‬
)11(ٌ‫ت َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِير‬ ٍ ‫َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.58:11).
Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam, laki-laki maupun
perempuan”.Dalam hadis lain juga dinyatakan: “Tutntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat”.
3. Larangan untuk taklid
Kecaman Allah terhadap orang yang taklid antara lain dijelaskan Alquran sebagaimana firman-
Nya dalam surat Al-Isra: 36 berbunyi:
َ ِ‫ص َر َو ْالفُؤَا َد ُكلُّ أُولَئ‬
)36( ‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسئُواًل‬ َ َ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.(Q.S.17: 36).
4. Anjuran Islam untuk berinisiatif dan inovatif
Penghargaan Islam akan nilai suatu kreasi dijelaskan lewat keterangan hadis nabi: “Barangsiapa
memulai satu cara (keduniaan) yang baik, dia akan mendapat ganjaran orang-orang yang
mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat”.
5. Penekanan pentingnya kehidupan dunia
Dorongan agar manusia berhasil di dalam kehidupan dunia dijelaskan oleh Alquran surat Al-
Qashas:77 yang berbunyi:

ِ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْيكَ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬
‫ض إِ َّن هَّللا َ اَل‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما َءاتَاكَ هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ ‫سن‬
)77( َ‫يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.(Q.S.28: 77).
Hadis: “Bekerjalan untuk keduniaanmu, seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya dan
bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok hari”
Motivasi yang diberikan Alquran dan hadis nabi dalam hal pengembangan budaya dalam sejarah
Islam terbukti telah menghasilkan pretasi budaya yang luar biasa. Puncaknya sebagaimana
terlihat pada masa Abbasiah yang kemudian dikenal dengan kebudayaan Islam. Prestasi
demikian didukung oleh peran penguasa Islam (khalifah), yang memberikan perhatian terhadap
pengembangan budaya. Para ilmuwan sangat dilindungi, diberikan perhatian yang istimewa oleh
para penguasa tanpa memandang latar belakang ilmuwan tersebut: apakah beragama Islam atau
tidak, bangsa Arab atau tidak.
Tidak hanya itu, orang-orang yang kaya yang memiliki harta berlimpah juga umumnya sangat
menaruh perhatian yang cukup besar dalam hal pengembangan budaya. Sebagian harta mereka
digunakan untuk pengembangan budaya Dengan kata lain segenap elemen masyarakat terlibat
dan mendukung dalam hal pengembangan ilmu dan budaya. Kondisi demikianlah yang
menyebabkan umat Islam berhasil menjadi bangsa yang besar bangsa yang memiliki prestasi luar
biasa dalam melahirkan budaya, yang dikenal dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini
sesungguhnya lahir dari kemampuan umat Islam dalam mengembangkan berbagai budaya yang
telah berkembang dan mapan pada masa sebelumnya, terutama kebudayaan Romawi, dan Persia.
Kebudayaan yang dikembangkan oleh umat Islam tersebut meliputi berbagai bidang keilmuwan,
seperti Medis, Astronomi, Fisika, Matematika, arsitektur, dan ilmu-ilmu lain di samping ilmu
agama. Ilmuwan-ilmuwan yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu tersebut di antaranya
adalah Ibn Rusyd, Al-Farabi, Al-Kindi (Filosof), Ibn Sina (kedokteran), Al-Mawardi (tata
negara), Al-Biruni (Fisika), Al-Khawarizmi, Umar Khayyam (matematika), dan lain-lain.

2. Agama dan budaya


Budaya menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan
hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan
belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan,
minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya.
Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam
fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan
hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang
immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.
Interaksi sosial dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan,
menghayati dan membayangkan Tuhan (Wach, 1998:187).
Lebih tegas dikatakan Geertz (1992:13), bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis
dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau
kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja
menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi
manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi
yang objektif.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda
walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Oleh karena itu agama Kristen yang tumbuh
di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab masing-
masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang
membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana pengaruh Hinduisme adalah
kuatdengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan
Hinduisme di India, Buddhisme di Thailan dengan yang ada di Indonesia. Jadi budaya juga
mempengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya
(Andito,ed,1998:282).Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai
alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya
dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat
istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi
karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi
dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi
agama.

3. Agama dan budaya Indonesia


Jika kita teliti budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu terdiri dari 5 lapisan. Lapisan
itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen (Andito, ed,1998:77-
79)
Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan
penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku
seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan.
Berhubungan dengan ritus agama suku adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan
terdapat solidaritas keluarga yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan
dengan tari-tarian dan seni ukiran, Maka dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi
kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.
Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan yang menekankan
pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari
pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas
itu diungkapkan dalam kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.
Lapisan ketiga adalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi
ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas
diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
Lapisan keempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib
kehidupan melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap
mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar
makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang
disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.
Lapisan kelima adalah agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan
nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih
dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitukasih tanpa syarat. Kasih bukan
suatu cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri
sendiri. Atas dasar kasih maka gereja-gereja telah mempelopori pendirian Panti Asuhan, rumah
sakit, sekolah-sekolah dan pelayanan terhadap orang miskin.
Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah berhasil
mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa tengah, sebagai
peninggalan budaya Hindu dan Buddha. Budaya Kristen telah mempelopori pendidikan, seni
bernyanyi, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan Masjid Agung Demak (1428) di
Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang khas Indonesia, berbeda
dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu menyimbolkan Iman,
Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang mengutamakan
keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenaar dalam bentuk
perpaduan antara Islam dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan perpaduan
berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gaya India sedang atapnya dibuat
dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:15
D.Stratifikasi Sosial dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, semua manusia adalah ciptaan Allah. Semua mempunyai kedudukan
yang sama di hadapan-Nya. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.

Allah SWT berfirman:

"... Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa di antara
kamu. ..." (QS Al Hujurat:15).

Lantas bagaimana kita bersikap terhadap orang yang mempunyai kelebihan di antara kita?

Islam sangat memperhatikan akhlak atau perilaku yang baik terhadap orang lain.

Umat Islam diperintahkan untuk menghormati orang yang mempunyai keutamaan, apakah itu
kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan kehormatan, bila semua itu dalam konteks ketaqwaan.

Penguasa yang adil sangat dimuliakan dalam Islam. Kita harus taat padanya.

Orang yang berilmu ('alim) sangat dimuliakan dalam Islam. Kita harus menghormatinya.

Orang kaya yang dermawan, mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam. Kita harus
menghormatinya.

Orang yang berjasa kepada masyarakat, mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam. Kita
harus menghormatinya.

Itu artinya, adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan hal yang wajar. Karena
anggota masyarakat mempunyai perbedaan kelebihan. Penghormatan kepada orang yang
mempunyai kelebihan, dalam konteks ketaqwaan, juga diperintahkan dalam Islam.

Namun, ada tapinya. Bila strata itu dalam konteks kasta, seperti kasta di India, yang menetapkan
kasta tertentu lebih tinggi kedudukannya dan ada beberapa aturan yang membeda-bedakan antar
kasta, hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Stratifikasi umat Islam berdasarkan ketaqwaan digambarkan Allah sebagai berikut:

I. Golongan Nabi

II. Golongan Orang yang Shidiq.

Contoh sahabat Nabi yang dapat gelar Ash-Shiddiq: Abu Bakar.

III. Golongan Orang yang Mati Syahid

IV. Golongan Orang yang Sholih

(QS An-Nisa: 74)

E.Islam dan perubahan sosial

Bentuk-bentuk perubahan sosial:

1.Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat

2.Perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar pengaruhnya

3.Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau
tidak direncanakan

Faktor yang menyebabkan perubahan sosial:

1.Bertambah atau berkurangnya penduduk

2.Penemuan-penemuan baru

3.Pertentangan

4.Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri

5.Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia

6.Peperangan

7.Pengaruh kebudayaan masyarakat Lain


Faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial :

1.Kontak dengan kebudayaan lain

2.Sistem pendidikan formal yang maju

3.Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

4.Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan merupakan delik


(Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena pelanggaran terhadap undang-undang)

5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat

6.Penduduk yang heterogen

7.Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu

8.Orientasi ke masa depan

9.Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar umtuk memperbaiki hidupnya

Proses-proses perubahan sosial:

1.Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

2.Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan yaitu agama,ekonomi,politik,pendidikan dan


hukum

3.Disorganisasi dan reorganisasi


PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini.tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasannya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap pada pembaca yang budiman sudi memberikan kritik atau saran yang
membangun pada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah di masa yang
akan datang semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya pada pembaca pada umumnya.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


DAFTAR ISI

Drs.moh.syamsi.dkk.2004.rangkuman pendidikan agama islam.surabaya:penerbit amelia


surabaya

Http://sosiologi islam sma.blogspot.com/strata sosial dalam islam.html//

Https://damayanti327.wordpress.com/hubungan agama dengan masyarakat//

Https://kajian fahmilqur'anhfd.wordpress.com/islam dan perubahan sosial//

Https://hapidzcs.wprdpress.com/2012/10/02/hakikat manusia//

Https:// kehidupan saat ini.blogspot.co.id/2013/03/hakikat manusia sebagai makhluk.html.//

Anda mungkin juga menyukai