Azif
Azif
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang
artinya bayi dan “porous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
berkisar 6-8 minggu. (Sujiatini, Nurjannah,Ana Kurniati, 2010).
Definisi demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan
dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin,
2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan perawatan
masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo, 2007).
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C.
Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/
mungkin telah ada infeksi.
Perubahan Masa Nifas Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu
sebagai berikut:
1) Pengecilan Rahim Rahim merupakan organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat
mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Pada wanita
yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram. Selama kehamilan rahim makin lama makin
membesar. Setelah bayi lahir umumnya berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat
diraba kira-kira setinggi 2 jari di bawah umbilikus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya
berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak dapat
diraba lagi.
Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahanlahan ke bentuknya semula.
Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40- 60 gram. Pada saat ini masa nifas dianggap
sudah selesai namun sebenarnya rahim akan kembali ke posisinya yang normal dengan berat
30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas. Selama masa pemulihan 3 bulan ini bukan
hanya rahim saja yang kembali normal tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.
2) Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal Selama hamil, darah ibu relatif lebih
encer, karena cairan darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang. Setelah melahirkan
10 sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah mulai mengental, dimana
kadar perbandingan sel darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3
sampai ke-15 pascapersalinan.
3) Proses laktasi dan menyusui Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat
pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga
terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha, 2009).
Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran normal
pada minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera setelah
persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini perlu dikaji labih
jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai perdarahan atau retensi bekual darah
dan darah, serta distensi kandung kemih, tidak bisa berkemih. Ukuran uterus dapat dievaluasi
melalui pengukuran TFU yang dapat dilihat pada table dan gambar berikut ini.
Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1 cm per hari, yang dapat
dilihat pada gambar berikut ini.7, 11
Gambar 1. Proses Involusio Uteri Pasca Persalinan.11
Proses involusi terjadi karena:1, 9
Iskemia: terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus, yang membatasi aliran darah ke
uterus
Phagositosis: proses penghancuran serat dan elastisitas jaringan
Autolisis: digestasi jaringan otot oleh ensim proteolitik
Semua buangan proses masuk ke peredaran darah dan dieliminasi melalui ginjal
Lapisan desidua uterus dikeluarkan melalui darah vagina (Lochia) dan endometrium
yang baru dibentuk selama 10 hari setelah persalinan dan selesai pada minggu ke 6
postpartum
Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan tindakan seksio sesarea, demikian
juga akan terlambat pada kondisi retensio plasenta atau gumpalan darah (stoll cell) yang
tertinggal biasanya berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan lain misalnya adanya mioma
uteri.1
Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus. Lokia berisi serum dan
darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi
konsepsi.3, 9Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel
dan bakteri. Mikroorganime ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan pada
sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada
rongga uterus.5, 8, 9 Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata 240-
270ml.4Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan hingga minggu ke 4-8
pasca persalinan yaitu:4, 8, 9
Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga /keempat mengandung cukup
banyak darah.
Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum, berwarna merah
kecoklatan dan berlendir.
Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit dan robekan/laserasi
plasenta.
Lokia Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum, berwarna putih karena
banyak mengandung sel darah putih dan berkurangnya kandungan cairan.
Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-macam variasi dari jumlah, warna dan
durasi pengeluaran lokia.1Oleh karena itu, teori tersebut diatas belum tentu dialami oleh
semua ibu nifas secara tepat.
Perubahan pada Endometrium
Pada hari kedua – ketiga pasca persalinan, lapisan desidua berdiferensiasi menjadi dua
lapisan. Stratum superfisial menjadi nekrotik bersama lokia, sedangkan stratum basal yang
bersebelahan dengan myometrium tetap utuh dan yang menjadi sumber pembentukan
endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium
dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.8
Proses pembentukan kembali endometrium berlangsung secara cepat selama masa nifas,
kecuali pada tempat insersi plasenta. Dalam satu minggu atau lebih permukaan bebas menjadi
tertutup kembali oleh epitel endometrium dan pulih kembali dalam waktu 3 minggu.8
Perubahan sistem pencernaan
Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat banyak
tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena melahirkan bayinya. 5Tetapi tidak
jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena kelelahan melahirkan
bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi perhatian bidan agar dapat
memotivasi ibu untuk makan dan minum pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian
lebih lanjut terhadap keadaan psikologis ibu.
Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah persalinan, waspada terhadap
masalah perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa nifas.
Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya setempat yang masih
diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan minum setelah melahirkan
bayinya.6
Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa nifas
juga dapat menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari
postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan gejala
heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang. Sembelit dapat tetap
menjadi masalah umum pada ibu nifas selama periode postnatal.5, 9
Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang menyebabkan ibu takut untuk BAB.
Oleh karena itu bidan perlu memberikan edukasi agar keadaan ini tidak menyebabkan
gangguan BAB pada ibu nifas dengan banyak minum air dan diet tinggi serat serta informasi
bahwa jahitan episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.
2. Adaptasi Psikologis
Adaptasi Psikologis Normal
Adaptasi psikologis secara normal dapat dialami oleh ibu jika memiliki pengalaman yang
baik terhadap persalinan, adanya tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru
(bayi), dan peran baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan
mekanisme penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik karena proses
kehamilan, persalinan dan nifas, bagaimana mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum
hamil, serta perubahan yang terjadai dalam keluarga.2
Dari berbagai hasil penelitian ditemukan copingyang baik pada ibu didapatkan dari adanya
dukungan emosional dari seseorang serta ketersediaan informasi yang cukup dalam
menghadapi situasinya.17
Reva Rubin (1963) membagi fase-fase adaptasi psikologis pasca persalinan menjadi 3
tahapan antara lain:2
1. Taking In Phase(Perilaku dependen)
Fase ini merupakan periode ketergantungan, dan ibu mengharapkan pemenuhan kebutuhan
dirinya dapat dipenuhi oleh orang lain dalam hal ini suami, keluarga atau tenaga kesehatan
dalam seperti bidan yang menolongnya. Kondisi ini berlangsung selama 1-2 hari postpartum,
dan ibu lebih fokus pada dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan, ia akan
menangguhkan keterlibatannya terhadap tanggung jawabnya. Fase taking in atau disebut juga
fase menerima dalam 1-2 hari pertama postpartum ini perlu diperhatikan agar ibu yang baru
melahirkan mendapat perlindungan dan perawatan yang baik, demikian juga kasih sayang.
Disebutkan juga fase dependen dalam 1-2 hari pertama persalinan karena pada waktu ini ibu
menunjukan kebahagiaan atau kegembiraan yang sangat dalam menceritakan pengalaman
melahirkannya. Ibu akan lebih sensitive dan cenderung pasif terhadap lingkungannya karena
kelelahan. Kondisi ini perlu dipahami dengan cara menjaga komunikasi yang baik.
Pemenuhan nutrisi yang baik perlu diperhatikan pada fase ini karena ibu akan mengalami
nafsu makan yang meningkat.
Depresi Postpartum
Merupakan depresi serius yang terjadi setelah melahirkan bayinya, yang merupakan
kelanjutan dari depresi pada awal kehamilan, akhir kehamilan dan baby blues. Penyebab pasti
belum diketahui, tetapi dilaporkan factor yang berisiko terhadap kejadian depresi
postpartum / Postpartum Depresion (PPD) adalah factor biological, psikologi, social
ekonomi, dan factor budaya. Factor yang konsisten terhadap berat-ringannya PPD adalah
depresi prenatal. Preterm bayi memberikan 70% morbiditas dan mortalitas bayi yang dapat
meningkatkan stress pada ibu nifas, karena ketiadaan kepastian kehidupan bayinya.
Kecemasan memberikan risiko 2,7 kali terhadap PPD pada ibu yang melahirkan preterm
dibandingkan ibu yang melahirkan bayi aterm.20
Factor lain yang berperan terhadap PPD adalah Chronic prenatal pain, pregnancy loss
(IUFD), tinggal di urban area, self-esteem yang rendah, kurangnya dukungan social,
kehamilan yang tidak direncanakan, kehamilan pada remaja, pendapatan yang rendah, status
pekerjaan (partime), persalinan yang dialami tanpa dukungan keluarga, kebingungan terhadap
bayi yang menangis terus menerus, konflik marital.20, 21
Adanya gejala seperti rasa sedih, berkurangnya nafsu makan hingga terjadi perubahan pola
makan, ibu merasa Lelah, sensitive dan kesepian, emosi yang labil, menangis terus menerus,
tanpa penyebab serta memiliki pikiran ekstrim untuk membahayakan diri sendiri atau
anaknya merupakan tanda adanya depresi postpartum.5, 16
Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Tangxia Community, Guangzou
menginformasikan bahwa factor yang berkorelasi positif dengan DPP adalah status
persalinan, hubungan dengan mertua dan saudara ipar, jenis kelamin bayi (one child policy),
sedangkan kondisi rumah berkorelasi negative dengan DPP. Social support, dapat mereduksi
secara signifikan terhadap kejadian DPP pada ibu nifas.20
Psikosis Postpartum
Psikosis postpartum adalah gangguang jiwa serius yang dialami ibu postpartum ditandai
dengan adanya ketidakmampuan membedakan antara khayalan dan kenyataan. Kondisi
gangguan jiwa ini biasanya telah terjadi sebelum bayinya dilahirkan.
Ibu dengan psikosis postpartum memiliki keyakinan bahwa anaknya dapat mencelakakan
dirinya. Demikian juga ibu merasa bahwa anak yang dilahirkannya bukanlah anaknya sendiri,
melainkan anak dari titisan orang tua yang sudah meninggal sehingga ibu merasa yakin
bahwa anak tersebut harus dibunuh.5
Psikosis postpartum merupakan penyakit psikiatri postpartum yang terberat. Kondisi ini
jarang dan terjadi pada 1-2 dari 1000 wanita setelah persalinan. Wanita yang paling beresiko
tinggi adalah yang memiliki riwayat gangguan bipolar atau episode psikosis postpartum
sebelumnya. Psikosis postpartum memilki onset yang dramatis, secepatnya terjadi pada 48-72
jam pertama postpartum, atau pada umumnya terjadi sekitar 2 minggu pertama postpartum.22
Kondisinya berupa episode manik atau campuran dengan gejala seperti keletihan dan
insomnia, mudah tersinggung, mood yang sangat mudah berubah, dan perilaku yang tidak
teratur. Ibu dapat mengalami delusi yang berhubungan dengan anaknya (seperti anaknya
diculik atau sekarat, anaknya setan atau Tuhan) atau mungkin mengalami halusinasi
pendengaran yang menyuruhnya untuk melindungi dirinya dari sang anak.5
Referensi:
1. Medforth J, Battersby S, Evans M, Marsh B, Walker A. Oxford Handbook of
Midwifery. Oxford: Oxford University Press; 2006.
2. Maryunani A. Asuhan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Trans Info Media; 2009.
3. Kriebs JM, Gregor CL. Varney’s Pocket Midwife. Second ed. Sudbury: Jones and
Bartlett Publishers,Inc; 2005.
4. Muchtar A, Rumiatun D, Mulyati E, Nurrochmi E, Saputro H, Sursilah I, et al. Buku
Ajar Kesehatan Ibu dan Anak; Continuum of Carelife Cycle. Mulati E, Royati OF,
Widyaningsih Y, editors. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan;
2014.
5. Kebidanan: Teori dan Asuhan. Nifas Normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2018.
6. Klein S, Miller S, Thomson F. A Book for Midwives: Care for Pregnancy, Birth and
Women’s Health: Macmillan Education; 2007.
7. Varney H. Postpartum Care. In: King TL, Brucker MC, Kriebs JM, Fahey JO, gregor
CL, editors. Varney’s Midwifery. 5 ed. Burlington: Jones and Bartlett Learning; 2015.
8. Cunningham FG, Grant NF, Leveno KJ, III LCG, Haunt JC, Wenstrom KD. Masa
Nifas. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
9. Bick D. Mayes’ Midwifery; A Textbook for Midwives. henderson C, Macdonald S,
editors. London: Bailliere Tindal; 2004.
10. Saleha S. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
11. Chapter 17: Postpartum Physiologic Adaptation. Available
from: https://www.nccwebsite.org/resources/docs/Postpartumchges.pdf.
12. Lowdermilk DL, Perry SE, Cushion K, Alden KR. Maternity and Womens Helath
care. Olshansky EF, editor. St Luois: Elsevier.
13. Mahalaksmi V, Sumathi G, Chitra TV, Ramamoorthy V. Effect of exercise on
diastasis recti abdominis among the primiparous women: a quasi experimental study. Int J
Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016;5(12):4441-6.
14. Michalsa A, Rokita W, Wolder D, Pogorzelska J, Kaczmarczyk K. Diastasis recti
abdominis – a review of treatment methods. Ginekologia Polska. 2018;89(2):97-101.
15. Scott SM. Exercise in the Posrpartum Period Lippincortt: William & Wilkins; 2006.
16. Sutanto AV. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Teori dalam Praktik Kebidanan
Profesional. Yogyakarta: Pustakan Baru Press; 2018.
17. Romero AMO, Rodriguez LMd, Cardenas CHRd. Coping and adaptation process
during puerperium. Colombia Medica. 2012;43(2):167-74.
18. Ho C-L, Chang L-I, Wan K-S. The relationship between postpartum adaptation and
postpartum depression symptoms of first pregnancy mothers in Taiwan. The International
Journal of Psychiatry in Medicine. 2013;45(1).
19. Ozturk M, Surucu SG, Ozel TE, Inci H. Evaluation to adaptation of motherhood in
postpartum period. International Journal of Health and Life-Sciences. 2017;3(1):65-76.
20. Den A-W, Xiong R-B, Jiang T-T, Luo Y-P, Chen W-Z. Prevalence and risk factors of
postpartum depression in population-based cample of women in Tangxia community,
Guangzhou. Asian Pasific Journal of Tropical Medicine. 2014;7(3):244-9.
21. Kim THM, Connolly JA, Tamim H. The effect of social support around pregnancy on
postpartum depression among Canadian teen mothers and adult mothers in the maternity
experiences survey. BMC Pregnancy and Childbirth. 2014;14(162):2-9.
22. ____. Gangguan Mood Postpartum. Repository USU [Internet]. Available
from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41355/Chapter%20II.pdf?
sequence=4.