LBP Ec HNP
LBP Ec HNP
Disusun oleh:
Agni Khairani C111 12 030
Medita Aninditia Novianty C111 12 033
Fuji Febrianti C111 12 034
Supervisor
dr. Asmaun Najamuddin, Sp. KFR
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK & REHABILITASI MEDIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
1
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 66 tahun
Alamat : Bau-Bau
Pekerjaan : Pensiunan PNS / Imam Mesjid
Agama : Islam
Tgl Pengobatan : 28 Oktober 2016
Rumah Sakit : RS. Universitas Hasanuddin
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
“Nyeri punggung bawah”
2. Riwayat Penyakit
Nyeri pada punggung bawah dirasakan sejak 2 minggu lalu dengan sensasi
nyeri yang tajam. Nyerinya tidak menyebar dan terjadi ketika berubah posisi dari
duduk ke berdiri. Nyeri dirasakan berkurang apabila memperbaiki posisi.
Riwayat angkat beban berat (+) sebelum menderita nyeri punggung
bawah pasien selalu mengangkat barang – barang berat, sampai 2 minggu yang
lalu pasien merasakan nyeri punggung
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam namun ada riwayat demam
sebelumnya dan tidak mempan dengan pemberian paracetamol, tidak ada riwayat
infeksi lain.
Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya, pasien ada
riwayat penyakit lambung dengan rutin konsumsi Lansoprazole. Tidak riwayat
keluhan yang sama dalam keluarga
2
Pada pemeriksaan di poli rehabilitasi medik, tidak ditemukan rasa nyeri
yang kebas, dan tidak ditemukan kelemahan otot.
Pasien juga menegeluhkan sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yaitu berpindah posisi.
Tidak ada keluhan mengenai BAK dan BAB terganggu. Pasien bekerja
sebagai imam mesjid dan mendapat terapi di Makassar.
C. Pemeriksaan Fisis
1. Status Umum
3
2. Pemeriksaan Muskuloskeletal
ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5
Extension Full 0-450) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-450) 5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Full (0-1800) 5/5
Extension Full/Full (0-600) 5/5
Abduction Full/Full (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Forearm Supination Full/Full (0-900) 5/5
Forearm Pronation Full/Full (0-900) 5/5
Wrist
Flexion Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-700) 5/5
Radial Deviation Full/Full (0-200) 5/5
Ulnar Deviation Full/Full (0-350) 5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
PIP Full/Full (0-1000) 5/5
DIP Full/Full (0-900) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
0
Abduction Full/Full (0-20 ) 5/5
Adduction Full/Full (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
4
MCP Full/Full (0-900) 5/5
IP Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-700) 5/5
Adduction Full/Full (50-00) 5/5
Opposition Full 5/5
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-450) 5/5
Adduction Full/Full (0-200) 5/5
0
Ext. Rotation Full/Full (0-45 ) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Knee
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
0
Extension Full/Full (135-0 ) 5/5
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 5/5
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 5/5
Inversion Full/Full (0-1500) 5/5
Eversion Full/Full (0-350) 5/5
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 5/5
IP Full/Full (0-500) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 5/5
IP Full/Full (0-250) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
3. Pemeriksaan Neurologis
5
TPR ++/++ APR ++/++
Refleks Patologis : Babinski : (-)
Chaddock : (-)
Hoffman-Tromner : (-)
Defisit sensoris : (-)
6
Gambar 1. 1 Regio Trunkus
5. Pemeriksaan Khusus
6. Pemeriksaan Radiologi
Kesan : Pada foto thorax AP
Lateral tidak ditemukan
kelainan radiologik pada foto
thoracalis ini
7
7. Pemeriksaan Laboratorium
8. Pemeriksaan Tambahan
MRI
9. Diagnosis
“ Low Back Pain et causa suspek Hernia Nuckleus Pulposus”
Surgical : -
Medical : - Nyeri pada punggung bawah
Obesitas
Paralumbal muscle spasme
Otot Hamstring menegang
8
12. Perencanaan Rehabilitasi Medik
D. Resume
Pasien laki - laki, 66 tahun, dirujuk dari bagian interna dengan nyeri
punggung bawah. Keluhan utama pasien adalah nyeri punggung bawah.
Nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan tiba - tiba. Tidak ada rasa
kebas dan ada rasa tertusuk. Tidak menjalar, Nyeri muncul ketika berubah posisi
dari duduk ke berdiri. Nyeri terasa berkurang ketika dilakukan pemijatan atau
menggunakan analgetik. VAS 7/10. Pasien juga menegeluhkan sulit untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yaitu berpindah posisi. Ada riwayat angkat beban
berat sebelum menderita nyeri punggung bawah pasien selalu mengangkat barang
– barang berat, sampai 2 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri punggung.
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam namun ada riwayat demam sebelumnya
dan tidak mempan dengan pemberian paracetamol, tidak ada riwayat infeksi lain.
Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya, pasien ada
riwayat penyakit lambung dengan rutin konsumsi Lansoprazole. Tidak riwayat
9
keluhan yang sama dalam keluarga. Pada pemeriksaan di rehabilitasi medik, tidak
ditemukan rasa nyeri yang kebas, dan tidak ditemukan kelemahan otot. Tidak ada
keluhan lain (tidak ada kelemahan otot, tidak ada gangguan BAK dan BAB).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal
(punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut.
Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal
dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau
ovarium . Low back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi
pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan
aktivitas tubuh yang kurang baik. (Suma’mur.2009)
Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan
sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus
intervertebralis, yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau
radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek.( Dorland, 2007)
B. Epidemiologi
11
bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi
dapat disimpulkan bahwa low back pain (LBP) meskipun mempunyai prevalensi
yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (Sadeli dan
Tjahjono dalam Trimunggara 2010).
Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi.
Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6)
dan paling jarang terkena di daerah torakalis (Mahadewa & Maliawan, 2009).
Prevalensi tertinggi terjadi antara umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali
lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP
terjadi di daerah lumbal. HNP di atas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia
di atas 55 tahun (Jordon, 2009).
C. Etiologi
12
pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan
hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari annulus lingkaran ke
ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf
(Wheeler,2004).
2.Non-diskogenik
Biasanya penyebab low back pain yang non-diskogenik adalah
iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk nervus
ischiadicus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik
atau imunologis, yang mengiritasi nervus ischiadicus dalam perjalanannya
dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis
sampai sepanjang jalannya n.Iskiadikus (neuritis nervus iskiadikus).
(Sidharta, 1980).
D. Faktor Resiko
13
Olahraga tidak menentu, misalnya memulai aktivitas fisik yang sudah
sekian lama tidak dilakukan dengan berlatih berlebih dan berat dalam
jangka waktu yang cukup lama.
E. Klasifikasi
Bagian yang bergerak (mobile) dengan bagian yang relatif tidak bergerak
(immobile), misalnya junctura cervicothoracalis dan junctura lumbosacralis
(Snell, 2003). Klasifikasi hernia nukleus pulposus, yaitu :
1. Diskus servikal
Diskus yang sering terjadi herniasi adalah vertebra servikalis kelima,
keenam, dan ketujuh (C5, C6, C7) (Snell, 2003). Hernia diskus servikal terjadi
di leher, belakang kranium, bahu, skapula, lengan, dan tangan (Brunicardi,
2015).
2. Diskus torakal
Herniasi diskus biasanya terjadi pada spina torakalis bawah dan cenderung
menghasilkan defisit neurologis. Lesi diduga berdasarkan riwayat trauma pada
tulang torakalis. Diagnosa dapat dilakukan dengan menggunakan X-ray dan
ditemukan penyempitan di sela vertebra (Brunicardi, 2015).
3. Diskus lumbal
Herniasi diskus lumbalis lebih sering terjadi dibandingkan dengan herniasi
pada diskus lainnya dan biasanya terjadi pada diskus L4 dan L5 (Snell, 2003).
Herniasi diskus lumbal terjadi di bagian punggung bawah, paling sering pada
vertebra L4, L5 dan S1 serta biasanya unilateral. Gejala yang timbul bisa
melibatkan punggung bawah, bokong, paha, dan bisa menjalar ke kaki
14
dan/atau jari-jari kaki karena melibatkan nervus skiatik. Nervus femoral juga
bisa terkena dan menyebabkan kebas pada satu atau kedua kaki serta rasa
terbakar di pinggang dan kaki (Brunicardi, 2015).
Menurut gradasinya (Gambar 2.1), hernia ini dapat dibagi atas (Ekayuda,
2005) :
Protruded intervertebral disc
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus
fibrosus.
Prolapsed intervertebral disc
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
Extruded intervertebral disc
Nukleus keluar dan anulus fibrosus berada di bawah ligamentum,
longitudinalis posterior.
Sequestrated intervertebral disc
Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.
15
F. Patofisiologi
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf
spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang
kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak). (Autio, 2006)
(Meli,2003)(Sylvia,1995)
2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh ).
(Autio, 2006)(Meli,2003)
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu: ). (Company,2000)(Autio, 2006)(Meli,2003)
Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih
dalam lingkaran anulus fibrosus.
16
Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus
dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
G. Gejala Klinis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang
terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika
nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia
(nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut
17
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan
gejala kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau
cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri
yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan
otot sesuai dengan miotom yang terkena.(Autio,2006)(Sylvia,1995)
18
C7 Jari Dermatom refleks
Tengah triceps
L3-L4 Punggung L4 Quadricep Penurunan
L4 bawah,pin Dermatom s refleks
ggul patella
Paha
posterolat
eral
Kaki
anterior
L4-L5 Sendi L5 Ekstensor Penurunan
L5 sacroiliac Dermatom dari refleks
Paha jempol biceps
lateral kaki femoris
hingga Sulit
tumit berjalan
dengan
tumit
L5-S1 Sendi S1 Plantar Penurunan
S1 sacroiliac Dermatom fleksi dari refleks
Paha jari-jari Achilles
posterior kaki
Kaki Sulit
lateral berjalan
sampai pada kaki
jari kaki
19
H. Diagnosis
20
Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan
osteoartritis.
2. Pemeriksaan Fisis
Posisi berdiri:
- Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
- Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus,
scoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis),
pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama
tinggi, atrofi otot.
- Derajat gerakan (range of motion) dan spasme otot.
- Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
- Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada
sendi sakroiliaka, dan lain-lain.
- Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
Posisi duduk:
- Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
- Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
Posisi berbaring :
- Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
- Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
- Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
- Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan
jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil
melihat respons pasien.
- Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
21
- Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
- Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan
neurologis.
- Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina
atau adanya neuropati yang bersamaan.
- Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila
ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper
motor neuron (UMN).
- Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan
yang berupa UMN atau LMN.
3. Pemeriksaan Neurologis
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam
gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motoric dan reflex.
(Lumbantobing, FKUI)
Pemeriksaan sensoris; pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang
terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
Pemeriksaan motoric; apakah ada tanda paresis, atropi otot.
Pemeriksaan reflex. Bila ada penurunan atau reflex tendon
menghilang, misal APR (Achilles Pee Reflex) menurun atau
menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
22
Gambar 2.3 Level lokalisasi neurologik
23
akar saraf lumbal.(Saunder;2000) (Reijo,Autio;2006)
(Rasad;2005)
Laseque Menyilang
Caranya sama dengan percobaan Laseque Test, tetapi disini
secara otomatis timbul pula rasa nyeri di tungkai yang tidak
diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral
juga turut tersangkut.(Saunder;2000) (Reijo,Autio;2006)
(Rasad;2005)
Tes Patrick dan Kontrapatrick
Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada Tendon Achilles.Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan
nervus di tingkat kolumna vertebra L5-S1.(Saunder;2000)
(Reijo,Autio;2006) (Rasad;2005)
Knee Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut.Jika tidak terjadi
ekstensi pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan
nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-L4.(Saunder;2000)
(Reijo,Autio;2006) (Rasad;2005)
4. Diagnosis Penunjang
X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak
secara akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-
Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus
maupun jebakan akar saraf.Namun, X-Ray dapat
memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran dengan
penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
Myelogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-
opaque dalam columna spinalis.Kontras masuk dalam columna
24
spinalis sehingga pada X-Ray dapat Nampak adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis.
MRI
Merupakan Gold Standard diagnosis HNP karena dapat melihat
struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi
letak herniasi.
Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk
mengidentifikasi kerusakan nervus.
I. Diagnosis Banding
25
a. Akibat trauma dan inflamasi, seperti bursitis subdeltoid atau
subakromial dan bahu terkilir.
b. Tumor primer dan metastatis dari cauda equina atau area panggul.
26
g. Lumbar Degenerative Disc Disease (LDDD)
LDDD juga sering disebut spondilosis yang dapat menyebabkan
diskus berdegenerasi atau kehilangan fleksibilitas dan kurangnya bantalan
medula spinalis, sehingga medula spinalis tidak mendapatkan aliran darah
dan tidak dapat memperbaiki diri apabila ada kerusakan (Bohinski, 2010).
h. Lumbar Stenosis
Gejala klinis yang paling sering muncul adalah nyeri pada
punggung bawah dan ekstremitas bawah, gangguan berjalan dan
disabilitas lainnya (Katz & Harris, 2008).
i. Rematik
Biasanya nyeri dirasakan lebih berat pada pagi hari dan berangsur-
angsur berkurang pada siang dan sore hari (Mahadewa & Maliawan,
2009).
J. Penatalaksanaan
Terapi Konservatif (Meli;2003) (Rahim dkk)
a. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi.Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
27
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang
dikirimkan ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang
menembus sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound
terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan
dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
d. High frequency current( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz
dan panjang gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal
antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
e. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode
pengobatan berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan
manusia untuk mempertahankan sikap badan melawan kekuatan
dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan
aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap.Aktivitas
motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi
sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh. Tujuan
terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan
gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
28
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan
fisik dan psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan
sirkulasi darah dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri
29
Trunk flexion stretch Prone Lumbar Extension
30
memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif
daripada latihan tanpa alat.
31
Terapi Operatif
Indikasi terapi operatif adalah :
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif
diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun
terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat
menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu
lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa
bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang
rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk
jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan
fungsi kandung kemih dan usus (Sastrodiwirjo, 2000). Selain itu, kerusakan
permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan
hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis
32
dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga
dapat menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia (Way,
2003).
L. Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi
medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut
dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala
radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh. Untuk 25%
pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan operasi.
Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif pada
diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus
membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya
setelah penanganan bedah. (Way, 2003).
M. Pencegahan (Priguna,Shidarta;2004)
1. Latihan Punggung Setiap Hari
Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke
lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
33
Peganglah benda dekat perut dan dada
Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah
posisi secara periodic.
Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
Tidurlah di kasur yang nyaman.
Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
34
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.N, 2007. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta : EGC,
1992.
Highsmith, J.M., 2014. Exam and Test for a Herniated Disc, Vertical Health.
Available From http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-
disc/exams-tests-herniated-disc.
Jordon,2009.Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2907819/.lumbar. Volume
38. 2000
Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-
148
Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Available
from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
35
Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
36
Tjokorda Mahadewa G.B, Sri Maliawan. (2009). Diagnosis dan Tatalaksana
Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
37