Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Menurut Notoadmojo (1998:21) pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan

calon tenaga kerja yang diperlukan oleh sebuah organisasi atau instansi, sedangkan pelatihan berkaitan

dengan peningkatan kemampuan atau ketrampilan karyawan yang sudah menduduki jabatan. Hal senada

dikemukakan oleh Ranupandojo (1986:6) bahwa pendidikan adalah suatu keinginan untuk meningkatkan

pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan,

merumuskan berbagai persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam pencapaian tujuan.

Sedangkan pelatihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya

dengan aktifitas ekonomi dan membuat ketrampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi

dalam usaha pencapaian tujuan.

Menurut Hasibuan (1997:75) pendidikan dan pelatihan adalah sama dengan pengembangan yaitu

merupakan proses peningkatan ketrampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi

pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama . Sedangkan Pelatihan berorientasi pada praktek,

dilakukan dilapangan, berlangsung singkat.

1. Gunawan (1996) membedakan antara Pendidikan dan Pelatihan, yaitu jalur pendidikan formal
memberikan dasar-dasar teori, logika dan kemampuan analisa, pengetahuan umum, pengembangan
bakat, kepribadian dan sikap mental. Sedangkan pelatihan menekankan pada aspek kemampuan,
keahlian, ketrampilan, teknik dan profesionalisme yang dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja. 
Berdasarkan sifatnya, pelatihan bersifat praktis (spesialis), sedangkan pendidikan bersifat teoritis
(generalis). Walaupun terdapat perbedaan sudut pandang antara  pendidikan dan pelatihan, tetapi pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama yakni untuk meningkatkan ketrampilan (skill) dan pengetahuan
(knowledge).
2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Secara  umum  pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam
meningkatkan kecakapan dan ketrampilan mereka , terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan
dengan kepemimpin atau manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Secara umum
tujuan suatu program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan diarahkan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi perusahaan serta untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan,
keterampilan serta sikap pegawai yang ada dan diharapkan baik pula pada masa sekarang maupun pada
masa yang akan datang disesuaikan dengan kebutuhan individu maupun kebutuhan perusahaan. Menurut
Handoko (1995:103) terdapat 2 (dua) tujuan utama dari program pelatihan, yaitu :
Peran Pendidikan dan Pelatihan dalam Pengembangan SDM
Pengembangan aparatur sumber daya manusia dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan, dan
pendidikan. Pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang
dibuthkan untuk melaksanakan pekerjan sekarang atau pada masa mendatang dengan kualifikasi yang
dimiliki pegawai sekarang. Pengembangan aparatur dimaksudkan untuk dapat memperbaiki kinerja
pegawai yang secara tidak memuaskan karena kekurangan ketrampilan. Memutakhirkan keahlian para
pegawai sejalan dengan kemajuan teknologi.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengembangan aparatur pemerintah  bias dilakukan secara formal maupun
informal. Secara formal berarti pegawai/karyawan ditugaskan oleh perusahaan/instansi untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan. Sedangkan secara informalberarti pegawai/karyawan melatih dan
mengembangkan dirinya atas keinginan dan inisiatif sendiri tanpa ditugaskan oleh perusahaan/instansi.

Pendidikan dan pelatihan akan memberikan bantuan pada masa yang akan datang dengan jalan
pengembangan pola piker dan bertindak, terampil berpengetahuan dan mempunyai sikap serta pengertian
yang tepat untuk pelaksanaan pekerjaan. Pendidikan dan Pelatihan yang diberikan dalam suatu proses
belajar baik secara formal maupun informal adalah untuk meningkatkan kemampuan, keahlian, mutu,
kepemimpinan, ketrampilan, dan pengebdian. Maka peranan Pendidikan dan Pelatihan adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesionalisme aparatur yang terencana dan berkesinambungan. Alasan
utama perlunya Pendidikan dan Pelatihan bagi aparatur pemerintah adalah:

1. Perlunya pembaharuan dan penyempurnaan di bidang administrasi untuk dapat menanggulangi


dan mendukung sosial ekonomi.
2. Perluasan fungsi-fungsi pemerintah yang harus dilaksanakan.
3.  Kenyataan masih langkanya tenaga-tenaga aparatur yang cukup ahli. (Sarwono 1993:75)

Selanjutnya dalam Diktat Kuliah Administrasi Kepegawaian disebutkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan
aparatur berorientasi pada:

1. Pelaksanaan program pembangunan


2. Pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas pokok instansi yang bersangkutan
3. Peningkatan produktifitas kerja
4. Peningkatan kemampuan, dedikasi dan motivasi aparatur.
Selain itu, peranan Pendidikan dan pelatihan yang diberikan identik dengan tujuan yang melekat pada
Pendidikan dan Pelatihan itu sendiri. Instruksi Presiden Nomor 34 Tahun 1972 menyatakan bahwa tujuan
Pendidikan dan Pelatihan adalah:

1. Membina, memelihara, meningkatkan dedikasi aparatur sebagai unsure aparatur negara, abdi
negara dan abdi masyarakat kepada Pncasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.
2. Meningkatkan mutu aparatur agar lebih mampu dan tinggi motivasinyamdalam menjalankan tugas-
tugas yang dipercayakan kepadanya secara berdaya guna dan berhasil guna.
3.  Membina aparatur agar menjadi aparatur yang mampu mencerdskan kehidupan bangsa untuk
mencapai tujuan nasional.

Sedangkan tujuan khusus Pendidikan dan Pelatihan adalah:


1. Mengusahakan perbaikan sikap dan kepribadian aparatur negara serta dedikasinya sesuai dengan
tuntutan tugas dan jabatan yang sedang maupun yang akan dijabatnya.
2. Meletakkan dasar bagi terwujudnya system penghargaan berdasarkan kinerja dan pengembangan
kinerja aparatur negara.
3. Membina kesatuan berpikir dan kesatuan bahasa dikalangan aparatur negara dalam rangka
terwujudnya kesatuanngerak yang meliputi pembinaan kejasama
4. Meletakkan usaha peningkatan pengetahuan dan ketrampilan aparatur negara yang meliputi
perkembangan peningkatan dan pemeliharaan ketrampilan.
5. Mengembangkan dan membina motivasi dalam melaksanakan pembangunan.
Selanjutnya menurut Nadler, pengembangan Sumber Daya Manusia adalah kegiatan-kegiatan belajar yang
diadakan dalam jangka waktu tertentu guna memperluas kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan
kinerja. Training dalam arti luas mempunyai tujuan untuk membantu pekerja dalam:

1. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kacakapan baru.


2. Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang dikuasai.
3. Mendorong pekerja agar mau belajar dan berkembang.
4. Mempraktekkan di tempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh dalam training.
5. Mengembangkan pribadi pekerja
6. Mengembangkan efektivitas lembaga.
7. Memberi motivasi kepada pekerja untuk terus belajar dan berkembang.
Lima karateristik pengembangan sumber daya manusia yakni; (1) organisasi pengalaman belajar, (2)
memiliki periode tertentu, (3) ada kesempatan untuk bertindak, (4) pengembangan kinerja, dan (5)
pertumbuhan. Oleh karena itu organisasi pengalaman belajar sebagai wadah kegiatan belajar sangat
diperlukan keberadaannya.

PENUTUP
 
4.1    Kesimpulan
Dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, maka diperlukan sumber daya yang handal dari
aparatur pemerintah. Sumber daya tersebut merupakan investasi sangat berharga bagi sebuah organisasi
yang perlu dijaga yang dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme supaya organisasi bias
bertahan dan berkembang sesuai dengan lingkungan organisasi. Untuk tetap mempertahankan
keprofesionalisme suatu organisasi, maka Sumber Daya Manusia (SDM) aparaturnya perlu dikembangkan
dan ditingkatkan. Pengembangan aparatur dimaksudkan untuk dapat memperbaiki kinerja pegawai yang
bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan ketrampilan. Pengembangan aparatur Sumber Daya
Manusia dapat dilakukan melalui orientasi, pendidikan dan pelatihan. Orientasi dibedakan menjadi dua,
yaitu:    Orientasi Formal dan non formal . Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan salah satu cara/
strategi untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampua, keahlian, mutu, kepemimpinan,
ketrampilan, dan pengabdian aparatur yang terencana dan berkesinambungan guna menjadi aparatur yang
professional.

4.2    Saran
Perlu adanya peningkatan pembinaan dan evaluasi baik terhadap pegawai ditingkat paling rendah maupun
pejabat yang memegang peranan penting. Para aparatur harus siap dengan kemajuan, baik dengan cara
personal maupun organisasi harus mendukung kemajuan tersebut serta menjembatani agar para pegawai
tidak kaku, canggung terhadap kemajuan teknologi guna pembangunan yang lebih baik serta pelayanan
masyarakat yang terbaik. Agar para pegawai menjadi pegawai yang tepat diharapkan yang mampu
menyesuaiakan diri dalam keadaan apapun. Cara yang paling tepat dengan mengadakan kegiatan
pembelajaran personal atau dengan pendidikan pelatihan yang mendukung kemajuan teknologi global.
Pendidikan dan pelatihan dimaksud agar dapat disusun sesuai dengan konsep dan teori yang ada juga
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang sekarang berjalan. Sesuai dengan strategi pengembangan
yang tentunya melalui pendidikan dan pelatihan terhadap aparatur SDM pemerintah pusat maupun daerah.

DAFTAR PUSTAKA
 
Agus,D. 1986. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta : Rajawali

Bacal, R. 2000. Evaluasi Kinerja Sektor Publik Jakarta: Gramedia..

Dessler, Garry. (1997) Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih Bahasa Benyamin Molan. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Prehallindo.

Gunawan, A. 1996. Administrasi Sekolah  Jakarta: Rineka Cipta

Jones, J. J., dan Walters, D. L. 2009. Human Resourse Management in Education (Manajemen SDM
dalam Pendidikan). Yogyakarta: Q-Media.

Handoko.T.H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogya: BPEF

Handoko.T.H. 1996. Manajemen Sumber Daya Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogya:
BPEF

Lembaga Administrasi Negara. 2008. Membangun Kepemerintahan yang Baik Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Mondy ,R.W & Noe III,RM,1995,Human Resource Management, Massahusetts, Allyn & Bacon

Nawawi Hadari, 2000. Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta: L. Erlangga

Notoatmodjo, S. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Prahoto. 1987. Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta: Gunung Agung.


Sarwono, Salito, 1993, Sumberdaya Manusia kunci Sukses Organisasi, Jakarta ,Lembaga Manajemen
Universitas Indonesia.

Schuller, R.S & Jackson, S.E. 1992. Human Resources Management Positioning, for The 21 th Centuries,
6 th Edition. West Publishing, NJ.

Sedarmayanti. 2001.Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja Bandung:CV. Mandar Maju.

Siagian,S.P. 1995. Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi . Jakarta: Gunung
Agung

Siagian,S.P. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Siagian, S. P. 2003. Filsafat Administrasi Jakarta: Bumi Aksara

Simamora.H. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia .Jogyakarta: STIE YKPN

Simamora.H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 3).Jogyakarta: STIE YKPN

Soetopo.H & Soemantio.W. 1982.Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional

Soedjatmoko, 1991, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta
Gramedia.

Susilo, Heru 1995, Mencari Starategi Pengembangan Sumberdaya manusia dalam Organisasi, Malang
,FIA Unibraw dan IKIP Malang.

Category ADMINISTRASI PUBLIK | Tags:

IDEOLOGI, PANCASILA, DAN KONSTITUSI

Search

Search for:  

 Recent Posts
o PERANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA
o IDEOLOGI, PANCASILA, DAN KONSTITUSI
 Archives
o January 2016
o December 2015
 Categories
o ADMINISTRASI PUBLIK
 Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.org
Copyright © 2020 Let's Surfing is proudly powered by WordPress

sehingga menutup celah-celah adanya kezaliman. Dalam peran ini mahasiswa bukan sebagai pengamat,
namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa
mahasiswa

Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang terlibat langsung dalam tiap

fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi

perubahan keumatan kearah berkeadaban. Mahasiswa tidak hanya sebagai orang yang sedang

menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi, tetapi juga sebagai wadah pemberi solusi bagi berbagai

permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai