Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada zaman sekarang masalah yang dihadapi manusia semakin sulit untuk
diselesaikan, hal itu menyebabkan seseorang mengambil jalan pintas untuk
menyelesaikan masalah itu. Akhir – akhir ini penyelesaian masalah dengan cara
bunuh diri sedang “trend” dikalangan remaja maupun orang dewasa. Hal itu
sangat disayangkan, karena penyelesaian masalah dengan cara seperti itu tidak
benar. Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari mekanisme koping agar
penyelesaian masalah yang tidak baik itu tidak dipilih.
Menurut kamus psikologi koping adalah (tingkah laku atau tindakan
penanggulangan) sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan tujuan menyelsaikan sesuatu
(Chaplin, 2009). Strategi coping juga diartikan sebagai upaya baik mental
maupun prilaku, untuk menguasai, mentoleransi, Koping adalah cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dapat
berupa perubahan cara berfikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan
lingkungan yang bertujuan untuk meyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang
efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat diidentifikasi melalui respon,
manifestasi (tanda dan gejala) dan pertanyaan klien dalam wawancara (Keliat,
1999).
Oleh karena itu, didalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang
mekanisme koping. Penulis berharap agar makalah ini dapat dimengerti oleh
pembaca dan dapat berguna bagi penulis. Penulis juga berharap setelah membaca
makalah ini pembaca dapat meningkatkan mekanisme koping, sehingga tindakan
penyelesaian masalah seperti bunuh diri itu tidak menjadi suatu pilihan.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan mekanisme koping ?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi strategi koping ?
3) Apa saja macam – macam mekanisme koping ?
4) Apa saja jenis dari mekanisme koping ?
5) Apa yang di maksud dengan EBN (Evidence Based Nursing) ?
6) Apa tujuan EBN (Evidence Based Nursing) ?
7) Bagaimana mekanisme koping berdasarkan EBN ?
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1) Untuk memberitahu pembaca pengertian dari mekanisme koping
2) Untuk memberitahu pembaca faktor apa saja yang mempengaruhi
strategi koping
3) Untuk memberitahu mengenai macam – macam mekanisme koping
4) Untuk memberitahu pembaca tentang jenis dari mekanisme koping
5) Untuk memberitahu pembaca pengertian EBN (Evidence Based
Nursing)
6) Untuk memberitahu pembaca tujuan EBN (Evidence Based Nursing)
7) Untuk memberitahu pembaca mekanisme koping berdasarkan EBN
4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan penulis dalam makalah ini adalah :
1) Agar pembaca dapat menggunakan mekanisme koping yang baik saat
menghadapi suatu masalah
2) Untuk menekan tindakan yang tidak benar saat terjadi suatu masalah
3) Untuk menerapkan Mekanisme koping berdasarkan EBN yang telah ada
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Mekanisme Koping
1. Pengertian
Koping didefinisikan sebagai strategi untuk memanajemen tingkah laku
kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk
membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan koping
merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi,
mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (Lazarus, 1984 dalam Safaria,
Triantoro, 2009). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Keliat,1999). Jadi menurut kedua pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah

2. Faktor yang mempengaruhi strategi koping


Faktor yang mempengaruhi strategi koping individu meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, kesehatan fisik/energi,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan
materi (Suwitra, 2007)
a. Usia
Usia dewasa lebih mampu mengontrol stress dibanding dengan usia
anakanak dan usia lanjut (Siswanto, 2007). Indonesian nursing (2008)
memaparkan usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam
kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan.
b. Jenis Kelamin
Wanita biasanya mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap stressor
dibanding dengan pria, secara biologis kelenturan tubuh wanita akan
mentoleransi terhadap stres menjadi baik dibanding pria (Siswanto, 2007).
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang mudah terkena stres atau tidak.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan pengontrolan terhadap
stressor lebih baik (Siswanto, 2007).
d. Status Perkawinan
Yosep (2007) menjelaskan salah satu penyebab stress psikososial yaitu status
perkawinan dimana berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber
stres yang dialami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian,
kematian pasangan, dan lain sebagainya. Stressor ini dapat menyebabkan
seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
e. Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup
besar.
f. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan
individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan
menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused
coping.
g. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif
tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya
melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
h. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah
laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku
dimasyarakat.
i. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga
lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
j. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang barang atau layanan
yang biasanya dapat dibeli.

3. Macam – macam mekanisme koping


Ada 3 macam mekanisme koping, diantaranya :
a. Mekanisme jangka pendek
Mekanisme jangka pendek dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas
diantaranya :
a) Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas, misal : main music dan menonton tv
b) Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misal : ikut dalam aktifitas sosial, keagamaan
c) Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misal :
pencapaian akademik / belajar giat
d) Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu,
misal : penyalahgunaan obat
b. Mekanisme jangka panjang
Ada 2 identitas didalam mekanisme jangka panjang, diantaranya :
a) Penutupan identitas yaitu adaptasi identitas pada orang yang menurut
klien penting, tanpa memperhatikan kondisi dirinya
b) Identitas negative yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang
tidak wajar akan diterima masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego sering disebut sebagai mekanisme
pertahanan mental. Macam-macam mekanisme pertahanan ego antara
lain :
a) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
cara tegas menonjolkan keistimewaan / kelebihan yang dimilikinya.
Contoh : seseorang yang tidak pandai dibidang seni, lalu orang itu
menonjolkan dirinya dibidang Bahasa
b) Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Contoh :seseorang yang baru kehilangan ayahnya
berusaha mengingkari pembicaraan mengenai ayah
c) Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan kepada seseorang / benda
lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Contoh : seseorang yang sedang bertengkar dengan pacarnya, lalu ia
memukul – mukul boneka pemberian pacarnya
d) Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya. Contoh : seseorang yang mengamuk
dan ternyata tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi (karena lupa
alasannya)
e) Identifikasi
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi
berupaya dengan mengambil / menirukan pikiran – pikiran,
perilaku, dan selera orang tersebut. Contoh : seseorang
mengidolakan Michael Jackson dan menirukannya
f) Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya. Contoh : seseorang
tidak suka pergi ke dufan, dan ia beralasan bahwa salah satu
keluarganya ada yang meninggal
g) Introjeksi
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan
melebur nilai – nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok
kedalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani. Contoh :
kekecewaan atas orang yang dicintainya dengan menyalahkan diri
sendiri

h) Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu
dapat bersifat sementara atau jangka panjang. Contoh : seseorang
punya masalah tetapi tidak mau memikirkan masalah itu
i) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan, perassaan emosional, dan motivasi yang
tidak dapat ditoleransi. Contoh : seseorang menyangkal bahwa ia
menyukai temannya, berbalik menuduh bahwa temannya itu
berusaha merayunya.
j) Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan,
perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima. Contoh : seorang
murid yang mendapat nilai buruk ketika ditanya orang tuanya
justrumenyalahkan cara mengajar gurunya.
k) Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang
bertentangan dengan apa yangsebenarnya ia rasakan atau ingin
lakukan. Contoh : eseorang yang menyukai teman suaminya akan
memperlakukan teman suaminya dengan kasar.
l) Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas
dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini. Contoh : seseorang
yang sudah dewasa, karena ada masalah, justru menjadi seperti anak
kecil kembali.
m) Pemisahan
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya
baik atau semuanya buruk;kegagalan untuk memadukan nilai-nilai
positif dan negatif di dalam diri sendiri. Contoh : seseorang
memandang kelompok A buruk, dan kelompok B baik,
selamanyamenganggap seperti itu, padahal tidak selamanya yang
buruk tetap buruk dan sebaliknya.
n) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu doronganyang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal. Contoh : penyaluran impuls agresif
ke olah raga atau kegiatan yang bermanfaat
o) Supremaasi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merupakananalog represi yang disadari;
pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaranseseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi
yang berikutnya.
p) Undoning
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian
dari tindakan/ perilaku ataukomunikasi sebelumnya; merupakan
mekanisme pertahanan primitive
q) Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau
ingatan yang menyakitkan ataubertentangan, dari kesadaran
seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderungdiperkuat oleh mekanisme lain.
4. Jenis mekanisme koping
Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan
kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang
tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu prilaku yang menyimpang dari
keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan.
Menurut Suryani & Widyasih (2008) secara garis besar mekanisme
koping terdiri dari mekanisme koping adaptif dan maladaptif:
a. Mekanisme koping adaptif
Adaptasi individu yang baik muncul reaksi untuk menyelesaikan
masalah dengan melibatkan proses kognitif, efektif dan psikomotor
(bicara dengan orang lain untuk mencari jalan keluar suatu masalah,
membuat berbagai tindakan dalam menangani situasi dan belajar dari
pengalaman masa lalu). Kegunaan koping adaptif membuat individu
akan mencapai keadaan yang seimbang antara tingkat fungsi dalam
memelihara dan memperkuat kesehatan fisik dan psikologi. Kompromi
merupakan tindakan adaptif yang dilakukan oleh individu untuk
menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara
bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan
dan masalah dapat diselesaikan.
b. Mekanisme maladaptive
Penggunaan koping yang maladaptif dapat menimbulkan respon negatif
dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh dan respon
verbal. Perilaku mekanisme koping maladaptif antara lain perilaku
agresi dan menarik diri. Perilaku agresi dimana individu menyerang
obyek, apabila dengan ini individu mendapat kepuasan, maka individu
akan menggunakan agresi. Perilaku agresi (menyerang) terhadap sasaran
atau obyek dapat merupakan benda, barang atau orang atau bahkan
terhadap dirinya sendiri. Adapun perilaku menarik diri dimana perilaku
yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi
secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan
lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya: individu melarikan
diri dari sumber stress. Sedangkan reaksi psikologis individu
menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak
berminat yang menetap pada individu. Perilaku yang dapat dilakukan
adalah menggunakan alkohol atau obat-obatan, melamun dan fantasi,
banyak tidur, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan
masalah.

B. Konsep EBN (Evidence Based Nursing)


1. Definisi EBN
Evidence Based Nursing didefinisikan sebagai sintesis dan penggunaan
temuan ilmiah (hasil penelitian) dari suatu penelitian randomized control
trial (Estabrook, 2004 dalam Wood dan Haber, 2006). Menurut Sackeett, et
al (2009) EBN adalah sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah
dari berbagai jenis penelitian termasuk randomized control trial, penelitian
deskriptif, informasi dari laporan kasus dan pendapat pakar. Pendapat lain
dari Dharma (2011) mendefinisikan EBN sebagai suatu integrasi (lebih dari 1
penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui tahapan
telaah dan sintesis yang digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan
dan memberikan manfaat bagi penerima layanan keperawatan.
2. Tujuan Evidence Based Nursing (EBN)
Dharna (2011) berpendapat penggunaan hasil penelitian pada tatanan
praktik keperawatan bertujuan untuk :
a. Memberikan landasan yang objektif dan rasional dalam praktik
keperawatan fenomena yang didapat dari pengalaman klinik masih harus
dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya secara ilmiah dan fakta ilmiah.
Inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam praktik keperawatan
(evidence based nursing practice). Perawat yang memiliki pengalaman
kemudian melakukan tindakan keperawatan atas dasar fakta ilmiah akan
menghasilakan asuhan keperawatan yang berkualitas.
b. Memberikan bukti bahwa praktik keperawatan dilandasi oleh penerapan
prinsip-prinsip ilmiah (scientific method) yang relevan dan terkini (up to
date). Dengan menerapkan evidence based nursing practice atau praktik
keperawatan dilandasi bukti ilmiah, memberikan bukti bahwa praktik
keperawatan dilandasi oleh dasar ilmu pengetahuan yang didapat melalui
penelitian.
c. Melatih kemampuan perawat untuk berfikir kritis dan rasional terhadap
suatu fenomena atau masalah penerapan EBN secara tidak langsung akan
melatih kemampuan berfikir kritis dan rasional seorang perawat dalam
menghadapi suatu masalah fenomena. Ketika menghadapi suatu masalah
atau menemukan suatu fenomena perawat mengeksplorasi berbagai
sumber ilmiah untuk mengetahui gambaran permasalahan atau fenomena
dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
d. Sebagai salah satu ciri dan praktik keperawatan profesioanal Evidence
Based Nursing Practice merupakan suatu cara untuk membuktikan
bahwa perawat adalah profesional.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, tujuan akhir dari
penerapan EBN adalah meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
EBN yang merupakan suatu cara untuk mencapai indikator-indikator
kualitas pelayanan keperawatan.
f. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya,
efektifitas penerapan hasil penelitian dalam praktik keperawatan melalui
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Hasil evaluasi dijadikan untuk
menyusun pertanyaan penelitian berikutnya untuk topik yang relevan.
C. Mekanisme Koping Dalam EBN
1. Penerepan EBN dengan judul “Efek Logoterapi Dan Psikoedukasi
Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis Di Rumah
Sakit Umum” yang dilakukan oleh Susanti Niman, Budi Anna Keliat, dan
Mustikasari (2014) yaitu dengan memberikan intervensi berupa
Logoterapi dan Psikoedukasi terhadap pasien penyakit kronis. Penelitian
ini menggunakan metode intervensi semu (quasi experiment), rancangan
pre-post test dengan intervensi logoterapi individu dan psikoedukasi
keluarga. Dalam pelaksanaan penelitian terdapat 30 klien dan keluarga
(caregiver) terdiri dari 17 klien dan keluarga (caregiver) kelompok
dengan lama rawat 3-6 hari dan 7 klien dan keluarga (caregiver)
kelompok dengan lama rawat 1-2 hari. Tindakan keperawatan spesialis
logoterapi untuk klien dan psikoedukasi keluarga dilakukan selama 30-45
menit setiap kali pertemuan selama 2-4 kali pertemuan. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu Dapat disimpulkan bahwa tanda gejala klien yang
dirawat lebih dari 2 hari sebelum dan setelah mendapatkan tindakan
keperawatan spesialis logoterapi menurun sekitar 49.02 % - 68.23% dan
penurunan tanda gejala klien lebih tinggi sekitar 17.52% - 20.63% pada
yang mendapatkan tindakan keperawatan lebih dari 2 hari.
2. Penerapan EBN dengan judul “Efektifitas Terapi Thought Stopping
Terhadap Ansietas Klien Dengan Hiv / Aids Di Wilayah Kota Semarang”
yang dilakukan oleh Eni Hidayati dan Riwayati (2015) Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan mengatasi ansietas
pada klien HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa
terapi stought stopping. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan
yang bermakna klien sebelum dan sesudah intervensi (p value 0.000; alpa
0.05) dengan selisih rerata 6.85. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya
peningkatan kemampuan klien yang cukup tinggi dari skor penilaian
sebelum dilakukan intervensi.
3. Penerapan EBN dengan judul “Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap
Harga Diri Lansia Dengan Penyakit Kronik Di Kelurahan Bubulak
Tahun 2012” yang dilakukan oleh Tantri Widyarti Utami (2014), Ni Putu
Ariani Terapi reminiscence ini diberikan pada lansia dengan penyakit
kronik yang mengalami harga diri rendah . Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre-post test with control
group” dengan intervensi terapi reminiscence. Hasil dari penelitian ini
yaitu Lansia yang telah mendapat terapi reminiscence mengalami
peningkatan harga diri sedangkan lansia yang tidak mendapat terapi
reminiscence tidak mengalami peningkatan harga diri.
D.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mekanisme koping merupakan suatu cara yang dilakukan oelh individu
dalam menghadapi masalah. Mekanisme koping memiliki 2 jenis yaitu
mekanisme adaptif dan maladaptif. Mekanisme adaptif merupakan cara yang
baik dari individu dalam menghadapi masalah, sedangkan mekanisme
maladaptif merupakan cara yang tidak baik dari individu dalam menghadapi
suatu masalah. Setiap orang dalam menyelesaikan masalah menggunakan
mekanisme koping yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Evidence Based Nursing didefinisikan sebagai suatu integrasi (lebih dari
1 penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui tahapan
telaah dan sintesis yang digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan
dan memberikan manfaat bagi penerima layanan keperawatan.
Beberapa mekanisme koping berdasarkan EBN yang telah terbukti
efektifitasnya melalui tahapan penelitian dapat kita praktekkan saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan tujuan peningkatan
mekanisme koping pada pasien.

2. Saran
Penulis berharap agar setiap pembaca dapat memilih dan menggunakan
mekanisme koping yang baik dalam menyelesaikan masalahnya. Selain itu,
pembaca juga dapat meningkatkan mekanisme koping yang baik serta bisa
memberikan dampak yang baik bagi orang sekitarnya. Dan penulis berharap
kepada perawat untuk dapat menerapkan EBN Mekanisme koping untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Niman Susanti, dkk. 2014. Efek Logoterapi Dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap
Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis Di Rumah Sakit Umum. Jurnal
Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-12
Hidayati Eni dan Riwayati. 2015. Efektifitas Terapi Thought Stopping Terhadap
Ansietas Klien Dengan Hiv / Aids Di Wilayah Kota Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 51-5
Utami Tantri Widyarti dan Ariani Ni Putu. 2014. Pengaruh Terapi Reminiscence
Terhadap Harga Diri Lansia Dengan Penyakit Kronik Di Kelurahan
Bubulak Tahun 2012. Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2,
November 2014; 166-17
https://www.scribd.com/doc/107501565/MEKANISME-KOPING
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31792/4/Chapter20II.pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6987/5439

Anda mungkin juga menyukai