Anda di halaman 1dari 2

Efek samping siklofosfamid

Penggunaan siklofosfamid dalam tatalaksana sindrom nefrotik berkaitan secara signifikan


dengan risiko supresi sumsum tulang dan infeksi. Efek samping lain seperti sistitis hemoragik,
alopesia, atau infertilitas lebih sering ditemukan pada pasien anak yang menerima siklofosfamid
dosis tinggi (dosis kumulatif melebihi 200 mg/kg/treatment course), seperti yang digunakan
dalam protokol onkologi. Dosis tinggi tidak direkomendasikan pada pasien anak dengan sindrom
nefrotik, sehingga efek samping tersebut relatif jarang dijumpai pada kasus sindrom nefrotik.

 Leukopenia
Dalam sebuah meta-analisis dari 38 penelitian (1504 anak) yang mengevaluasi penggunaan
agen alkilasi pada FRNS (frequently relapsing nephrotic syndrome), leukopenia ditemukan
pada sekitar sepertiga anak yang diberikan siklofosfamid atau klorambusil. Berdasarkan hasil
penelitian ini, pemeriksaan darah rutin pada anak yang diberikan terapi siklofosfamid harus
dimonitor secara berkala, dan terapi harus ditunda sementara jika leukosit turun menjadi
<3000/mm3. Mayoritas dokter spesialis nefrologi memonitor darah rutin paling tidak 2
minggu sekali pada anak yang menerima terapi denyut siklofosfamid tiap bulan.
 Infeksi
Dalam meta-analisis yang sama, 1,5% anak yang diterapi dengan siklofosfamid mengalami
infeksi bakteri serius. Infeksi bakteri dapat terjadi bersamaan dengan atau tanpa leukopenia.
Infeksi lain, seperti pneumosistis, infeksi jamur atau virus, juga dapat terjadi. Kasus berat
infeksi varisela diseminata juga telah dilaporkan terjadi pada anak dengan sindrom nefrotik
yang diterapi siklofosfamid.
 Infertilitas
Risiko infertilitas pada pasien yang diterapi siklofosfamid berkorelasi dengan total dosis
kumulatif. Untuk dosis yang direkomendasikan saat ini pada anak dengan sindrom nefrotik,
risikonya dianggap sepele pada remaja perempuan dan relatif rendah pada remaja laki-laki.
Dalam meta-analisis yang sama, disfungsi ovarium jangka panjang jarang ditemukan pada
perempuan. Namun, oligospermia dan azoospermia terkadang ditemukan pada remaja laki-
laki dan tampaknya berhubungan dengan total dosis kumulatif siklofosfamid. Dalam sebuah
penelitian, 13 dari 30 remaja laki-laki yang mengalami oligospermia atau azoospermia,
semuanya menerima terapi siklofosfamid oral selama lebih dari 16 minggu atau total dosis
kumulatifnya melebihi 300 mg/kgBB.
 Keganasan
Risiko terjadinya malignansi juga tampaknya sangat rendah. Hanya 14 kasus malignansi yang
terdeteksi pada penelitian kohort 1504 anak dalam meta-analisis. Seluruh kasus ini terjadi
pada pasien yang menerima dosis melebihi regimen yang direkomendasikan saat ini. Dosis
kumulatif siklofosfamid yang tinggi berhubungan dengan kegagalan gonad secara ireversibel.
Selain menyebabkan infertilitas, hal ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit malignan
seperti kanker kulit nonmelanoma dan kanker saluran kemih.

Anda mungkin juga menyukai