Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pengetahuan Agama Islam

Peradaban Islam dan Parenting Islam

Disusun Oleh :

1. Ashfia Lulu K 31101700013

2. Assyifa Irwanto 31101700014

3. Aufa Nazila 31101700015

4. Avena dwi K 31101700016

5. Belinda Salma S 31101700017

6. Bella Sarita 31101700018

Universitas Islam Sultan Agung

Semarang 2020
Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
A. Esensi Peradaban Islam........................................................................................................2
B. Prinsip dalam peradaban islam.............................................................................................6
C. Elemen-elemen peradaban....................................................................................................8
Daftar Pustaka................................................................................................................................11

iii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kedatangan Islam di Nusantara membawa aspek-aspek peradaban dalam dimensi

yang sangat luas, termasuk sistem politik, ekonomi, budaya, bahasa, dan aksara.

Mengikuti pendapat Koentjaraningrat, yang diikuti pula oleh Badri Yatim, peradaban

sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni

bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

Peradaban Islam adalah peradaban umat Islam yang lahir dari ruh ajaran Islam

dan mewujud dalam berbagai bentuk. Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan

Islam, terutama wujud idealnya, sehingga aspek-aspek yang dijangkau oleh peradaban

Islam pun meliputi tujuh aspek kebudayaan. Ketujuh aspek tersebut ialah sistem religi,

sistem ilmu pengetahuan, organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem mata

pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Sementara itu, kebudayaan Islam lahir

dari realisasi semangat tauhid yang bersumber pada Al Qur’an. Jadi, peradaban Islam

tidak lain dari hasil manifestasi nilai-nilai Al Qur’an dalam seluruh bidang kehidupan

umat Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana esensi peradaban islam?

2. Apa saja prinsip dalam peradaban islam?

3. Apa saja elemen-elemen peradaban islam?

4.

1
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Esensi Peradaban Islam

Dalam kamus bahasa Indonesia peradaban diartikan sebagai kemajuan

(kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Kata ini merupakan derivasi dari kata adab yang

berarti budi pekerti yang halus; akhlak yg baik; budi bahasa; kesopanan. Dan juga dari

kata beradab, yang berarti mempunyai kesopanan (budi pekerti); sudah maju tingkat

kehidupannya, baik secara moril maupun secara materil.

Dalam bahasa aslinya (Arab), "peradaban" memiliki beberapa padanan kata yang

walaupun memiliki arti tersendiri, namun core dari kesemuanya menunjuk kepada satu

arti “perkembangan dan kemajuan”. Beberapa padanan kata tersebut secara berturut-turut

adalah al adâb, al-hadharah, al-madâniyyah, dan al tsaqâfah. Kata yang pertama (al adab)

biasa disetarakan dengan ethic dalam bahasa Inggris, kata yang kedua (al hadarah) dan al

madâniyyah, bisa disetarakan dengan civil-civilization, dalam bahasa Inggris , yang

terakhir ini biasa dibedakan dengan al tsaqâfah yang padanan katanya adalah culture

dalam bahasa Inggris. Istilah al madâniyyah sendiri seakar dengan kata al dîn yang salah

satu artinya adalah ketundukan dan al madînah yang berarti tempat orang membentuk

ketundukkan kepada Allah. Dari sini maka dikenal istilah masyarakat madani (al

musyârakah al madâniyyah) yang bermakna persekutuan orang-orang dalam suatu tempat

tertentu (kelompok sosial) untuk suatu tujuan, yakni ketundukkan kepada Allah .

Al-Faruqi mengatakan bahwa esensi peradaban Islam adalah ajaran Islam yang

berpusat pada tauhid. Inilah prinsip pokok peradaban Islam. Al-Faruqi juga mengatakan,

2
Tawhid is that which gives Islamic civilization its identity, which binds all its

constituens together and thus makes of them an integral, organic body which call

civilization.

Dengan prinsip tauhid ini kita dapat memahami berbagai keragaman dan

pluralitas pemikiran dan kebudayaan umat Islam sebagai konsekuensi tak terhindarkan

dari lokalitas mereka masing-masing, namun tetap terintegrasikan dalam satu tubuh

organik yang memberinya “identitas Islam”. Dalam hubungan ini pula, memahami esensi

peradaban Islam berarti harus memahami esensi tauhid, sebagai asas yang

mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan Muslim dalam satu jaringan organis yang

bernama peradaban Islam.

Sebagai esensi peradaban Islam, lanjut al-Faruqi, tauhid memiliki dua aspek atau

dimensi, yaitu: aspek metodologis dan isi (contentual). Aspek metodologis mencakup tiga

prinsip , yaitu kesatuan (unity), rasionalisme dan toleransi.

Kesatuan (unity). Peradaban Islam menempatkan semua elemen-elemnnya dalam

sebuah struktur dan menentukan eksistensi dan relasinya sesuai dengan pola keseragaman

(uniform pattern). Elemen-elemen itu bisa saja berasal dari sumber yang berbeda-beda,

tetapi kemudian terintegrasi ke dalam sistemnya sendiri (yaitu tauhid). Inilah yang

memungkinkan umat Islam menyerap berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan di

luar dirinya namun kemudian mengalami proses adaptasi dan integrasi ke dalam sistem

mereka sendiri.

Itulah sebabnya Hossein Nashr menyatakan bahwa darimana pun sumber-sumber

itu diambil oleh umat Islam, wataknya tetap Islami karena telah masuk dan terserap ke

dalam peradaban Islam yang berdasarkan pada spirit al-Quran. Ia mengatakan:

3
Both the education and the science which developed in Islamic civilization over

the centuries are essentially Islami in character, whatever may have been their historical

origin. The living organism which is Islamic civilization digested various types of

knowledge from many different sources, ranging from China to Alexandria and Athens;

but whatever survived within this organism was digested and made to grow within the

living body of Islam. Whatever may have been the origin of the ‘material’ for education

and the sciences, the form was always Islamic, and both Islamic education and the

Islamic sciences are related in the most intimate manner to the principles of the Islamic

revelation and the spirit of the Quran.

Rasionalisme. Sebagai prinsip metodologis, rasionalisme membentuk esensi

peradaban Islam. Hal itu mengandung 3 ketentuan: pertama, menolak semua yang tidak

berhubungan dengan realitas [artinya berpegang pada pandangan yang objektif dan

faktual]; kedua, menolak adanya kontradiksi antara akal dan wahyu; ketiga, keterbukaan

terhadap fakta-fakta baru (sehingga mencegah umat Muslim terjebak dalam literalisme

dan fanatisme).

Ketiga prinsip rasionalisme inilah yang memberikan landasan utama bagi

pengembangan tradisi ilmiah dalam Islam—yang pada awalnya mendapat sumber

materialnya dari Yunani, Persia dan India:

1. Pengembangan konsep ilm. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Franz Rosenthal,

konsep ilm telah begitu menentukan warna peradaban Islam. Umat Islam telah

mengembangkan konsep ilm yang demikian canggih dan kompatibel bagi

pengembangan tradisi intelektual yang memungkinkannya untuk menghasilkan

capaian-capaian orisinil.

4
2. Kesesuaian antara akal dan wahyu. Hal ini telah menjadi sebuah tema yang sejak

awal mendapatkan perhatian dari para filosof Muslim. Al-Kindi misalnya telah

menyusun argumen kesesuaian antara agama dan filsafat; antara akal dan wahyu.

Tema ini kemudian menjadi sangat penting dalam pembahasan epistemolog yang

dikembangkan para filosof Muslim sampai kemunculan Ibn Rusyd.

3. keterbukaan terhadap evidensi. Hal ini merupakan sikap pertangahan antara

absolutisme dan relatifisme. Sikap ini sangat penting bagi dinamika ilmu

pengetahuan, yang bergerak diantara dua kutub ekstrim tersebut. Sikap ini banyak

dipegang oleh para saintis eksperimental seperti al-Khawarizm, Ibn Sina, al-Biruni,

ar-Razi, Jabir ibn Hayyan, dan lainnya.

Toleransi. Sebagai prinsip metodologis, toleransi adalah menerima apa yang ada

saat ini sampai terbukti kesalahannya. Hal ini sangat relefan bagi epistemologi. Juga

relefan bagi etika.

Berikutnya, sebagai Aspek isi (contentual). Aspek ini terbagi pada beberapa

prinsip utama, yaitu: tauhid sebagai prinsip pertama bagi metafisika, prinsip pertama bagi

etika, prinsip pertama bagi aksiologi, prinsip pertama bagi societism, prinsip pertama

bagi estetika. Prinsip-prinsip ini dapat menjadi dasar bagi banyak aspek kehidupan

Muslim baik pemikiran, sosial, etika sampai estetika.

Setidaknya dengan memahami esensi peradaban Islam yang berpusat pada tauhid,

seperti di bahas di atas, kita dapat memahami bagaimana karakteristik dan tujuan dari

peradaban Islam, yang dengannya peradaban Islam tampak unik dan berbeda dengan

berbagai peradaban besar lainnya. Dengan itu pula kita dapat memahami asas utama yang

mendorong kemajuan peradaban Islam.

5
B. Prinsip dalam peradaban islam

Prinsip dalam perdadaban islam:

1. Prinsip Kultural

Dengan mempelajari sejarah peradaban islam, kita akan mengetahui bentuk-

bentuk kebudayaan masyarakat islam terdahulu, baik islam universal maupun islam

lokal.dari situ kita bisa mengetau perbedaan dan kesamaan budaya dahulu dengan

budaya Isslam sekarang ini. Contohnya pada masa Rasulullah SAW, manusia

mengosok gigi dengan menggunakan siwak, manusia sekarang telah menemukan alat

yang lebih modern (sikat gigi),cara berpakaian orang Arab dengan orang Indonesia

memiliki perbedaan, meskipun dalam satu tujuan yaitu menutup aurat, orang Arab

terdahulu lebih senang memakai gamis sedangkan orang-orang diIndonesia terdahulu

lebih senang memakai baju adat istiadat mereka.

2. Prinsip Pengetahuan

Pengetahuan adalah modal terpenting manusia dalam menjalani hidupnya dengan

pengetahuan manusia akan lebih mudah mengarahkan hidupnya. Terlebih adalah

pengetahuan tentang peradaban islam, apabila manusia mempunyai pengetahuan

yang cukup tentang peradaban islam, maka manusia akan lebih terarah hidupnya dan

selalu terjaga dari sesuatu yang mungkar karena dalam diri manusia tersebut

tertanam ketaqwaan.

3. Prinsip Peradaban

6
Dengan mempelajari sejarah peradaban islam, kita bisa mengetahui bagaimana

peradaban manusia pada zaman dahulu hingga sekarang, siapa saja tokoh-tokoh

peradaban islam dan kita juga mengetahui bagaimana pengaruh IPTEK terhadap

perkembangan islam. Dari situ kita bisa mengambi sisi positifnya dan kita terapkan

ke diri kita sendiri untuk membangun peradaban diri yang islami

4. Prinsip Kemanusiaan

Telah kita ketahui, bahwa islam adalah agama yang menjunjung tinggi persamaan

hak umatnya. Dengan mempelajari sejarah peradaban islam kita bisa belajar

menghargai orang lain, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW. Rasulullah

selalu menghargai dan menyayangi sesamanya, beliau juga merupakan suri tauladan

yang baik yang pantas untuk kita tiru dan kita jadikan acuan dalam menjalani

kehidupan ini

5. Prinsip Keagamaan

Agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh setiap manusia, dengan

menjalankan apa yang menjadi perintah tuhannya dan menjauhi apa yang dilarang

tuhannya. Dengan beragama, kehidupan manusia akan lebih terarah karena dalam

suatu agama pasti mempunyai prinsip dan tujuan yang hendak dicapai. Contohnya

islam, salah satu tujuan islam yaitu untuk menyelamatkan manusia baik didunia

maupun diakhirat kelak. Dengan kita mempelajari sejarah peradaban islam, disitu

kita akan mengerti prinsip-prinsip islami dan dengan mengaplikasikannya kita akan

7
selamat didunia dan diakhirat.

6. Prinsip Sosial

Menjalin kerukunan masyarakat sangatlah ditekankan dalam Islam, sebagaimana

perintah Allah yang menganjurkan hambanya untuk lebih mengutamakan

kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Hal tersebut diaplikasikan dalam

sholat 5 waktu yang kita kerjakan setiap hari, apabila kita sholat berjamaah maka kita

akan mendapat pahala 27 kali lipat dibanding ketika kita sholat sendirian, begitu pula

perintah berzakat yang mengajarkan kita agar selalu pedulli terhadap sesama dengan

memberikan bahan makanan pokok ataupun sejumlah uang tunai. Dengan kita

mempelajari sejarah peradaban islam maka kita akan mengetahui bagaimana cara

Rasulullah SAW menjalin hubungan dengan masyarakat lain baik islam maupun non

islam tanpa membedakan keduanya kecuali dalam hal akidah dan ibadah.

7. Prinsip Motivasi

Apabila kita membaca sejarah peradaban islam di masa lampau, kita akan

menemui banyak cerita tragis yang menimpa Rasulullah, seperti meninggalnya Siti

Khadijah sekaligus pamannya Abu Tholib. Meskipun Rasulullaah sempat berduka,

namun duka beliau tidaklah lama, beliau segera bangkit dan melanjutkan perjalanan

hidupnya dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Dengan mempelajari

sejarah peradaban islam maka kita bisa belajar memotivasi diri kita agar tetap

C. Elemen-elemen peradaban

8
Setelah Islam hadir dan menanamkan nilai-nilai peradaban yang bersumber kepada

dîn, maka Arab tampil sebagai negeri bertamaddun (madaniyyah). Nilai-nilanya murni

dari Islam, meskipun kemudian ada semacam adapsi dari berbagai peradaban lain,

seperti: Yunani, India, Persia, Romawi, dan lain sebagainya. Namun nilainilai peradaban

asing itu sudah difilter terlebih dahulu, sudah melalui proses “adapsi” sebelum

di-”adopsi”. Tiga poin penting berikut semakin memperjelas mengapa Arab dapat diubah

menjadi negeri penuh tamaddun.

Pertama, adanya transmisi pandangan hidup dan keyakinan (al-naqlah al-

tas}awwuriyyah al-i’tiqâdiyyah). Ini adalah transmisi paling penting yang mendasari

perubahan apapun dalam satu masyarakat. Di mana keyakinan dalam bentuk politeisme

berubah menjadi tauhid; dari penyembahan kepada manusia menjadi penyembahan hanya

kepada Allah; dari mengabdi kepada batu, patung, dan berhala, menjadi menyembah

Allah yang tak dapat disentuh tangan dan tak dapat diindra oleh mata. Dalam bahasa

alQur’an adalah min al-zulumât ilâ al-nûr (dari gelap menuju cahaya). Satu bentuk

perubahan sempurna: dari hitam ke putih. Karena Islam datang untuk membebaskan

seluruh anak keturunan Adam.

Kedua, transmisi keilmuan (al-naqlah al-ma’rifiyyah). Ini yang disebut dengan

tahawwul ma’rifî (perubahan ilmiah): masuk ke dalam nalar untuk “mencelupnya”

dengan “celupan” yang memungkinkannya dapat berinteraksi dengan alam (al-kaun),

dunia (al-‘alam), dan wujud/being (al-wujûd). Dan transmisi ini telah dimulai sejak

wahyu pertama turun, Iqra’!

9
Dari sana kemudian seruan al-Qur’an terus berjalan, memancar dari aktivitas

membaca dan berpikir, menggunakan nalar (alta’aqqul), kontemplasi (al-tadabbur), dan

seterusnya, memancar dalam “tenunan” Kitabullah. Pancarannya tidak padam, baik di

Periode Makkah maupun Periode Madinah. Maka, bukan suatu kebetulan jika kata iqra’

menjadi kata pertama dalam al-Qur’an. Dan bukan tanpa makna jika ia berulang

sebanyak 2 kali dalam 3 ayat. Dan bukan tanpa tujuan penting pula jika kata ‘ilm diulang

sebanyak 3 kali, kemudian disusul dengan kata qalam (pena): alat yang dengannya

manusia belajar. 39 Ketiga, transmisi metodologis. Satu transmisi penting yang tak

mungkin diceraikan dengan dua transmisi sebelumnya. Diyakini secara jamak bahwa

‘metode’ (manhaj) berperan penting dalam gerak pemikiran manusia, peradaban secara

umum. Karena tanpa metode, tujuan apapun sukar untuk digapai, meskipun usaha sudah

besar dikeluarkan. Dan transmisi metodologis dalam Islam harus masuk ke dalam nalar

Islam yang mencakup tiga hal penting ini: hukum kasualitas (al-sababiyyah), hukum

sejarah (al-qânûn al-târîkhî), dan metode eksperimental (al-tajrîbî). [ CITATION Qos15 \l

1033 ]

10
Daftar Pustaka

Dzulhadi, Q. N. (2015). Islam sebagai agama dan peradaban. tsaqafah,Vol 11,No 1, 151-168.

Badri, Yatim. 2014. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta : Manajemen Grafindo
Persada) Hal 10.

11

Anda mungkin juga menyukai