DISUSUN OLEH :
JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas praktikum sistem pertanian berkelanjutan, dengan judul
“Pestisida Organik Sebagai Agen Pembasmi Gulma dan Hama”.
Dengan membuat tugas ini, baik pembaca maupun penulis diharapkan
mampu untuk lebih memahami tentang efektivitas pestisida organik dalam
membasmi gulma dan hama yang mengganggu tanaman yang dibudidayakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang. Harapan Penulis, semoga makalah yang sederhana ini,
dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang efektivitas pestisida organik
sebagai agen pembasmi gulma dan hama.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat dampak negatif tanaman gulma dan hama bagi tanaman yang
dibudidayakan maka diperlukan aplikasi pertanian yang dapat mengendalikan
gulma dan hama tersebut. Salah satunya dengan menggunakan perstisida organik.
Pestisida organik merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam.
Pestisida organik relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada
disekitar kita. Oleh karena terbuat dari bahan organik maka pestisida ini bersifat
mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan
dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan
mudah hilang. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang efektivitas
pestisida organik dalam membasmi gulma dan hama yang mengganggu tanaman
yang dibudidayakan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut :
Adapun tujuan dan manfaat dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:
Gulma mampu bersaing aktif selama jangka waktu kira-kira1/4 – 1/3 dari
umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan
kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi
masalah utama setelah factor air dalam system produksi tanaman di lahan kering.
Banyak spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehinggga untuk mengenal
dan dan menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi
gulma terutama cara berkembangbiak. Di samping itu juga penggolongan yang
mencirikan berbagai sifat karakteristiknya.
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan
kerugian maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian
potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang
disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung atau mamalia besar. Mungkin di suatu
daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi
hama (Dadang 2006).
Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang
berfungsi sebagai alat pertanahan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida
yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di
tanah (biodegradable) dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga
non sasaran (Dishut, 2009).
Pestisida nabati bersifat pukul dan lari (hit and run), artinya apabila
diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hama tebunuh
maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian tanaman akan
terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida
nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu
penggunaan pestisida sintetis, tetapi merupakan suatu cara alternative dengan
tujuan agar pengguna (dalam hal ini petani) tidak hanya tergantung pada pestisida
sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat
diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun
diharapkan bisa dikurangi.
Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negative yang ditimbulkan oleh
pestisida sintetis maka diperlukan pestisida organic. Senyawa produk alami
merupakan salah satu alternative bahan pengendali hama (Rice, 1984). Senyawa
ini mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan,
aman bagi manusia dajn ternak. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk
dalam 235 famili mengandung bahan pestisida (Kardinan, 2000).
Kelemahannya adalah :
Gulma dan hama adalah dua jenis “penggangu” tanaman, yang tidak
diinginkan keberadaannya oleh para petani karena kedua penyakit tanaman ini
dapat menurunkan kualitas tanaman dan kualitas hasil tanaman yang sedang
dibudidayakan. Itulah sebabnya diperlukan alternative yang dapat membasmi
gulma dan hama tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan pestisida.
Pestisida terdiri dari dua jenis yaitu pestisida organic/alami/nabati dan pestisida
sistesis.
Mengingat bahayanya penggunaan pestisida sisntesis, yaitu dapat
mencemarkan lingkungan karena sebagian besar terbuat dari bahan kimia, maka
sebaiknya untuk membasmi gulma dan hama digunakan pestisida organic.
Pestisida organic adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Selain dapat membunuh “pengganggu tanaman” dengan cepat,
pestisida ini juga aman terhadap lingkungan dan bahan-bahannya mudah didapat,
serta produk pertanian yang dihasilkan kualitasnya lebih sehat karena bebas residu
pestisida kimia.
DAFTAR PUSTAKA