Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PESTISIDA ORGANIK SEBAGAI AGEN PEMBASMI GULMA DAN


HAMA

DISUSUN OLEH :

Dendi Rizal Fahmi D. 1625010185

Finadio Lara P. 1625010192

Alphita Galuh K. 1625010193

Ashari Nur Ramadhan 1625010197

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas praktikum sistem pertanian berkelanjutan, dengan judul
“Pestisida Organik Sebagai Agen Pembasmi Gulma dan Hama”.
Dengan membuat tugas ini, baik pembaca maupun penulis diharapkan
mampu untuk lebih memahami tentang efektivitas pestisida organik dalam
membasmi gulma dan hama yang mengganggu tanaman yang dibudidayakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang. Harapan Penulis, semoga makalah yang sederhana ini,
dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang efektivitas pestisida organik
sebagai agen pembasmi gulma dan hama.

Surabaya, 7 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gulma biasanya dinamakan “tumbuhan pengganggu”, tetapi bagi gulma


lebih populer disebut rumput-rumputan. Menurut para ahli, gulma terdiri atas 3
golongan utama: golongan rumput, golongan teki, golongan tumbuhan berdaun
lebar. Hama adalah semua jenis binatang yang merugikan dan mengganggu
tanaman yang sedang dibudidayakan oleh manusia dan bukan tumbuhan liar yang
ada di alam. Hewan ini bisa menyebabkan kerusakan dan kemudian ada beberapa
hewan yang bisa menyebabkan penyakit tertentu pada tanaman.

Serangga dan gulma merupakan komponen penting pada ekosistem sawah.


Serangga herbivora dapat menjadi hama bagi tanaman budidaya maupun gulma,
sedangkan gulma sebagai tumbuhan liar yang tidak dibudidayakan dapat
berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan cahaya matahari,
air dan zat hara. Di sisi lain, gulma juga dapat berfungsi sebagai tanaman
perangkap, yaitu sebagai inang alternative bagi serangga hama, dan penyedia
makanan bagi serangga musuh alami dewasa karena gulma tersebut menyediakan
polen bagi parasitoid dewasa.

Mengingat dampak negatif tanaman gulma dan hama bagi tanaman yang
dibudidayakan maka diperlukan aplikasi pertanian yang dapat mengendalikan
gulma dan hama tersebut. Salah satunya dengan menggunakan perstisida organik.
Pestisida organik merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam.
Pestisida organik relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada
disekitar kita. Oleh karena terbuat dari bahan organik maka pestisida ini bersifat
mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan
dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan
mudah hilang. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang efektivitas
pestisida organik dalam membasmi gulma dan hama yang mengganggu tanaman
yang dibudidayakan.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut :

1. Apakah yang maksud dengan gulma ?


2. Apakah yang dimaksud dengan hama ?
3. Apakah yang dimaksud dengan pestisida organik ?
4. Bagaimana efektivitas pestisida organik sebagai agen pembasmi gulma
dan hama ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan gulma.


2. Mengetahui yang dimaksud dengan hama.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan pestisida organik.
4. Mengetahui efektivitas pestisida organik sebagai agen pembasmi gulma
dan hama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyakit Gulma Tumbuhan

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu


tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya
pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 20-30% dari biaya produksi (Soerjani
et al, 1996). Persaingan tersebut dalam hal kebutuhan unsure hara, air, cahaya dan
ruang tumbuh sehingga dapat: 1) Menurunkan hasil, 2) Menurunkan kualitas
hasil, 3) Menurunkan nilai dan produktivitas tanah, 4) Meningkatkan biaya
pengerjaan tanah, 5) Meningkatkan biaya penyiangan, 6) Meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja, dan 7) Menjadi inang bagi hama dan penyakit.

Gulma mampu bersaing aktif selama jangka waktu kira-kira1/4 – 1/3 dari
umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan
kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi
masalah utama setelah factor air dalam system produksi tanaman di lahan kering.
Banyak spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehinggga untuk mengenal
dan dan menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi
gulma terutama cara berkembangbiak. Di samping itu juga penggolongan yang
mencirikan berbagai sifat karakteristiknya.

2.1.1. Klasifikasi Gulma

Klasifikasi berdasarkan sifat atau karakter gulma secara umum

1. Kalsifikasi berdasarkan daur hidupnya atau umur


a. Gulma semusim (annual weed)
Gulma ini berkembang biak secara generative melalui biji,
hanya dapat hidup selama satu daur yang biasanya kurang
dari satu tahun, contoh Ageratum conyzoides (babandotan)
b. Gulma tahunan (perenial weed)
Gulma tahunan berkembang biak secara generative melalui
biji dan secara vegetative melalui rimpang, stolon dan setek
batang. Gulma ini hidup lebih dari satu tahun atau hidup
sepanjan tahun dan berbuah berulangkali, contoh Imperata
cylindrica (alang-alang).
2. Klasifikasi bedasarkan kerugian yang ditimbulkan
a) Gulma lunak (soft weed)
Yaitu jenis gulma yang tidak begitu berbahaya bagi tanamn
yang dibudidayakan, namun dalamkeadaan populasi tinggi,
harus dikendalikan. Contoh Ageratum conyzoides.
b) Gulma keras atau gulma berbahaya (noxius weed)
Yaitu jenis gulma yang berpotensi allelopati, contoh (I.
cylindrical), Mikania micrantha (sambung rambat),
Chromolaena odorata (kirinyuh), cyperus rotundus (teki
berumbi).
3. Klasifikasi berdasarkan kesamaan ralatif dalam sifat bersaing
a. Gulma golongan rumput (grasses)
Ciri-ciri umum: babatang bula memanjang dengan ruas-
ruas batang berongga atau padat. Daun berbentuk pita,
bertulang daun sejajar, lidah-lidah daun berbulu. Contoh
I.clyndrica
b. Gulma golongan berdaun lebar (Broad leaved)
Cirri-ciri umum: batang tegak dengan pecabangannya,
adapula yang tumbuh merambat. Contoh Borreria alata.
c. Gulma golongan teki (sedges)
Cirri-ciri umum: daun berbentuk pipih atau berlekuk
segitiga, memanjang yang tumbuh langsung dari pangkal
batang. Contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllinga.
d. Gulma golongan pakis-pakisan (fern) contoh Cyclosorus
aridus (pakis kidal).
2.2. Penyakit Hama Tumbuhan

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan
kerugian maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian
potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang
disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung atau mamalia besar. Mungkin di suatu
daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi
hama (Dadang 2006).

2.3. Pestisida Organik

Pestisida adalah zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan /


perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi
hormone, penghambat makan, membuat mandul, sebagi pemikat, (antrakan),
penolak dan aktifitas lainnya yang mempengaruhi Organisme Penggangu
Tanaman (OPT). Pestisida digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan
kehilangan hasil produksi akibat OPT. Macam pestisida menurut sumber bahan :
Pestisida Nabati/Alami/Organik dan Pestisida organik sintetis.

Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang
berfungsi sebagai alat pertanahan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida
yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di
tanah (biodegradable) dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga
non sasaran (Dishut, 2009).

Pestisida nabati bersifat pukul dan lari (hit and run), artinya apabila
diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hama tebunuh
maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian tanaman akan
terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida
nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu
penggunaan pestisida sintetis, tetapi merupakan suatu cara alternative dengan
tujuan agar pengguna (dalam hal ini petani) tidak hanya tergantung pada pestisida
sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat
diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun
diharapkan bisa dikurangi.

2.4. Pestisida Organik Sebagai Agen Pembasmi Gulma dan Hama

Penggunaan pestisida di kalangan petani adalah hal yang tidak bisa


dihindari. Pestisida sering digunakan untuk membasmi hama tanaman yang sering
menggangu. Namun demikian sebenarnya penggunaan pestisida juga harus
diperhatikan demi mengurangi dampak pada lingkungan.

Penggunaan pestisida di bidang pertanian telah dimulai sejak beberapa


abad yang lalu. Mula-mula orang memakai zat-zat organic yang berasal dari
tumbuhan seperti pyrethrum dan nikotin, kemudian unsure belerang dan tembaga
disusul dengan penggunaan arsenat timbal. Penggunaan pestisida sintetik dimulai
menjelang akhir perang dunia kedua dengan ditemukannya DDT (Oka dan
Sukardi, 1982).

Penggunaan pestisida terutama pestisida sintesis telah berhasil


menyelamatkan hasil pertanian yang dihancurkan oleh jasad pengganggu, namun
menimbulkan dampak negative terhadap alam, lingkungan maupun manusia.
Pengaruh penggunaan pestisida dapat berupa fitotoksik terhadap tanaman,
resistensi hama, ledakan hama sekunder dan pengaruh terhadap organisme bukan
sasaran (Adisoemarto dkk, 1977: Sudarmo, 1992).

Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negative yang ditimbulkan oleh
pestisida sintetis maka diperlukan pestisida organic. Senyawa produk alami
merupakan salah satu alternative bahan pengendali hama (Rice, 1984). Senyawa
ini mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan,
aman bagi manusia dajn ternak. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk
dalam 235 famili mengandung bahan pestisida (Kardinan, 2000).

Pestisida organik dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan


penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai
cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida organik sangat spesifik, yaitu :

1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.


2. Menghambat pergantian kulit.
3. Mengganggu komunikasi serangga.
4. Menyebabkan serangga menolak makan.
5. Menghambat reproduksi serangga betina.
6. Mengurangi nafsu makan.
7. Memblokir kemampuan makan serangga.
8. Mengusir serangga.
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.

Fungsi dari penggunaan pestisida organik, antara lain :

1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang


menyengat
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4. Menghambat reproduksi serangga betina
5. Racun syaraf
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap
serangga
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
Pestisida organik mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan pestisida organik adalah :

 Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.


 Relatif aman terhadap lingkungan.
 Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
 Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
 Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
 Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia.

Kelemahannya adalah :

 Daya kerjanya relatif lambat.


 Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung.
 Tidak tahan terhadap sinar matahari.
 Kurang praktis.
 Tidak tahan disimpan.
 Kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.

Terlepas dari kelemahan yang terdapat pada penggunaan pestisida organic,


pestisida ini sangat efektif untuk membasmi gulma dan hama yang mengganggu
tanaman yang sedang dibudidayakan, karena pestisida ini sangat aman terhadap
lingkungan. Pestisida organik merupakan solusi jangka pendek untuk mengatasi
masalah hama dengan cepat. Pestisida nabati harus menjadi bagian dari sistem
pengendalian hama, dan hanya dapat digunakan tatkala diperlukan saja.
BAB III
PENUTUP

Gulma dan hama adalah dua jenis “penggangu” tanaman, yang tidak
diinginkan keberadaannya oleh para petani karena kedua penyakit tanaman ini
dapat menurunkan kualitas tanaman dan kualitas hasil tanaman yang sedang
dibudidayakan. Itulah sebabnya diperlukan alternative yang dapat membasmi
gulma dan hama tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan pestisida.
Pestisida terdiri dari dua jenis yaitu pestisida organic/alami/nabati dan pestisida
sistesis.
Mengingat bahayanya penggunaan pestisida sisntesis, yaitu dapat
mencemarkan lingkungan karena sebagian besar terbuat dari bahan kimia, maka
sebaiknya untuk membasmi gulma dan hama digunakan pestisida organic.
Pestisida organic adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Selain dapat membunuh “pengganggu tanaman” dengan cepat,
pestisida ini juga aman terhadap lingkungan dan bahan-bahannya mudah didapat,
serta produk pertanian yang dihasilkan kualitasnya lebih sehat karena bebas residu
pestisida kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Aminatun, Tien dkk. 2012. Analisis Pola Interaksi Serangga-Gulma Pada


Ekosistem Sawah Surjan Dan Lembaran Yang Dikelola Secara Organic
Dan Konvensional. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol.19, No.3.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hama, Gulma, Penyakit Tumbuhan - Pengertian, Jenis, Contoh-Info Lengkap.htm

Rahmawati, Azza. 2013. Pestisida Organik. http://azzarahmawati.blogspot.co.id


(diakses 13 Oktober 2016).

Rukmana, R.H dan Saputra. 2003. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya.


Kanisius.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Seorjani, M., M. Seondaru dan C. Anwar. 1996. Present Status Of Weed


Problems And Their Control In Indonesia. Biotrop. Special Publication.
No.24.

Sudiman, Agus., dan Endjo Djauhariya. Gulma Dan Pengendaliannya Pada


Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatic. Bogor.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi Kedua. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai