Anda di halaman 1dari 2

Ulfiyah Olii

Komisariat FIS UNG


HMI Cabang Gorontalo

Essay

Danau Limboto: Kearifan Lokal yang Tercemar

Danau limbo merupakan salah satu sumber daya alam yang di miliki Gorontalo.
Tidak hanya indah sebagai destinasi alam, akan tetapi juga menjadi sumber pencaharian
warga sekitar dalam menangkap ikan, sumber pengairan sekaligus pencegah banjir.
Danau Limboto yang berada di jalur East Asia Australia Fly Way atau lintasan terbang
Asia Timur-Australia, sehingga tidak heran, banyak burung migrant singgah ke
Gorontalo. Dari hasil data terakhir, kurun waktu 2014-2018, perkumpulan biota tercatat
ada 94 jenis burung di Danau Limboto. Terdiri dari spesies menetap dan migran. Hal ini
membuktikan keanekaragaman hayati di Danau ini tinggi, sehingganya perlu untuk di
jaga.
Akan tetapi, saat ini Danau Limboto sedang mengalami krisis lingkungan.
Issunya adalah sampah pelastik. Pencamaran ini mengancam keanekaragaman hayati
yang telah terpatri dalam keindahan Danau Limboto. Tidak hanya pencemaran
lingkungan, keanekargaman hayati terancam akibat perubahan laskap danau serta
pemburu burung menggunakan senjata. Dalam situs World Migratory Bird
Day, dijelaskan sampah plastik menjadi tema besar karena berdampak buruk bagi
burung bermigrasi dan habitatnya. Kematian burung dengan perut penuh plastik hingga
terjerat jaring berbahan plastic, merupakan ancaman nyata.
Ketika sampah plastik muncul ke permukaan laut, para burung yang singgah
akan mengira itu adalah makanan, baik karena bentuk maupun bau. Tekstur yang tajam
pada platik dan sulit terurai akan menusuk dalam perut burung, ataupun memberikan
sensasi kenyang tanpa nutrisi.
Walhasil, jumlah burung yang mati akibat memakan plastic mencapai 1 juta
individu dan terus bertambah.  Penelitian telah menyoroti urgensi masalah ini: proporsi
burung laut yang menelan plastik akan mencapai 99 persen pada 2050,”
Selain itu, daerah tangkapan air telah mengalami degradasi serius. Banyak
kegiatan pertanian di DAS Limboto berada di kawasan hutan lindung. Kegiatan lahan
pertanian yang banyak berkembang adalah pertanian lahan kering untuk tegalan
(palawija), kebun kelapa, kemiri dan sebagainya. Luas lahan pertanian tersebut
mencapai 40.58 % dari luas wilayah DAS Limboto. Kegiatan perladangan berpindah,
pembakaran lahan, penebangan liar dan pengembalaan liar marak dilakukan oleh
berbagai pihak. Berdasarkan klasifikasi hutan, sebagian besar daerah tangkapan air
hujan pada DAS LBB ternyata telah lama dilegalisasi menjadi Hutan Produksi Terbatas
(HPT) atau Limited Production Forest yang telah mendorong secara formal eksploitasi
hutan secara besar-besaran.

Kesimpulannya, pencemaran lingkungan sangat berdampak buruk pada


kehidupan di bumi, khusunya makhluk hidup di dalamnya, baik manusia, hewan
maupun tumbuhan. Dampak buruk yang di timbulkan tidak hanya keruskan kearifan
lingkungan melainkan mengancam kehidupan makhluk hidup. Untuk itu, perlu adanya
kesadaran terutama pada manusia yang merupakan spesies yang paling banyak
mengeksploitasi alam demi keuntunggan pribadi, sehingga menimbulkan kerusakan
dimana-dimana dan berdampak pada seluruh spesies yang ada.

Anda mungkin juga menyukai