Laporan Praktikuk FHA 6 Kelompok 4 Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

DIGESTI DAN LAJU DIGESTI PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

Disusun sebagai laporan praktikum fisiologi hewan air


Tahun akademik 2018/2019

Disusun oleh
Kelompok 4/Perikanan B

Nasrudin Gunawan 230110180064


Sekar Fathiya Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum “Digesti dan Laju Digesti Pada Ikan Mas (Cyprinus
carpio)”
Kelas Perikanan – B
Kelompok Nama NPM
4 Nasrudin Gunawan 230110180064
Sekar Fathiyah Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

Jatinangor, Mei 2019


Asisten Laboratorium

Monica Naomi
NPM. 230110160031

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 201604 3 00

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Digesti dan
Laju Digesti Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dapat diselesaikan. Tujuan
penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata
kuliah Fisiologi Hewan Air.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu kelompok 4 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si, Dra. Titin Herawati, M.Si., dan
Irfan Zidni, S.Pi.,MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Filia dan Monica Naomi yang membimbing penulis
dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Demikian harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca. Adanya sara yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya sangat dihargai, penulis
ucapkan terima kasih.

Jatinangor, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan ........................................................................................2
1.3 Manfaat ......................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ......................................................3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas ..................................................................4
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas .....................................................................4
2.2 Sistem Pencernaan .....................................................................5
2.2.1 Digesti........................................................................................5
2.2.2 Laju Digesti ...............................................................................6
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Digesti ......................7
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................8
3.2 Alat dan Bahan ..........................................................................8
3.2.1 Alat ............................................................................................8
3.2.2 Bahan .........................................................................................8
3.3 Prosedur Praktikum ...................................................................9
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .........................................................................................10
4.2 Pembahasan .............................................................................10
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ..................................................................................12
5.2 Saran ........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................14
LAMPIRAN.....................................................................................16

iii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1. Alat-Alat Praktikum .............................................................................. 8
2. Bahan-Bahan Praktikum ....................................................................... 8

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Ikan Mas (Cyprynus carpio) .................................................................4
2. Grafik waktu dan bobot isi usus ikan ....................................................5

v
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Alat Praktikum .................................................................................... 16
2. Bahan Praktikum................................................................................. 17
3. Prosedur Praktikum............................................................................. 18
4. Dokumentasi Kegiatan ........................................................................ 19
5. Data Kelompok ................................................................................... 20

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu spesies ikan air tawar
yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih potensi
pasar yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Perikanan dan
Kelautan, dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indomesia mencapai berturut-
turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 267.100, 280.400, 300.000,
325.000 dan 350.000 ton (Syafar et al. 2017). Disamping itu ikan merupakan
sumber protein hewani untuk memenuhi gizi masyarakat Indonesia (Syafar et al.
2017).
Dengan semakin bertambahnya produksi ikan di masyarakat maka
kebutuhan akan pakan ikan pun semakin meningkat. Pakan merupakan salah satu
faktor penting dalam kegiatan akuakultur. 60-80% biaya produksi pada kegiatan
akuakultur secara intensif besumber dari biaya pakan. Pakan dimanfaatkan ikan
sebagai sumber energi untuk beraktifitas, selebihnya akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan (Affandi, 2004). Menurut Effendie (2002), pertumbuhan terjadi
apabila pada tubuh ikan terdapat kelebihan input energi (protein) yang berasal dari
pakan. Menurut Vahl (1979) ada dua parameter yang dibutuhkan untuk
menghasilkan pertumbuhan yang optimal dalam suatu sistem budidaya, yaitu
jumlah maksimum pakan yang dikonsumsi dalam satu kali makan dan laju
pengosongan lambung yang terkait langsung dengan frekuensi pengambilan pakan
yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pemberian pakan dengan frekuensi yang lebih
sering diharapkan dapat mempertahankan kondisi lambung agar selalu terisi pakan,
sehingga kelebihan input energi dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Banyaknya pemberian pakan adalah banyaknya waktu ikan untuk makan
dalam sehari. Frekuensi pemberian pakan ditentukan berdasarkan kebiasaan waktu
makan serta interval laju pengosongan lambung. Pengujian waktu pengosongan
lambung ini dilakukan untuk mengetahui interval waktu yang dibutuhkan lambung
untuk mencerna makanan hingga kembali kosong setelah proses makan dimulai.

1
2

Interval pemberian pakan merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk kembali
memberikan pakan secara terkontrol berdasarkan kapasitas maksimal lambung.
Kapasitas maksimal lambung dan laju penyerapan makanan pada setiap jenis ikan
berbeda-beda tergantung pada usia, ukuran, jenis, kualitas pakan, serta kondisi
lingkungan budidaya (Affandi, 2004).
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa perikanan sudah selayaknya
mengetahui bagaimana pemberian pakan yang optimal bagi ikan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
1. Untuk mengetahui laju pengosongan lambung pada ikan mas
2. Waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan lambung pada ikan mas

1.3 Manfaat
Manfaat praktikum kali ini adalah dapat diaplikasikan dalam kegiatan
budidaya mengenai berapa pakan yang dibutuhkan perhari oleh ikan, kapan harus
memberi pakan pada ikan serta untuk menentukan frekuensi pemberian pakan yang
optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Ikan mas tersebar hampir di semua tempat budidaya ikan air tawar di
seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah tertentu seperti Jawa
Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan budidaya ikan mas
telah menjadi sumber mata pencarian masyarakat setempat. Tubuh ikan mas agak
memanjang dan memipih tegak (compressed) (Susanto 2008). Ikan mas mulai
berkembang ke wilayah Sumatera seperti Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dan Medan
pada tahun 1903. Ikan mas dikenal di Sulawesi pada tahun 1895 yang diawali dari
daerah Tondano, Sulawesi Utara. Ikan mas mulai dibudidayakan di Pulau Bali dan
Pulau Flores pada tahun 1931. Penyebaran ikan mas ke berbagai daerah di
Indonesia relatif begitu cepat. Hal ini terjadi karena cara pemeliharaan dan
pembudidayaan ikan mas tergolong mudah serta sifatnya yang tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan (Khairuman et al. 2008).
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu spesies ikan air tawar
yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih potensi
pasar yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Perikanan dan
Kelautan, dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indomesia mencapai berturut-
turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 267.100, 280.400, 300.000,
325.000 dan 350.000 ton (Subiyakto, 2014).
Ikan mas (Gambar 1) pertama kali masuk ke Indonesia berasal dari daratan
Eropa dan China yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat
penting. Ikan mas berkembang membentuk beberapa ras atau strain. Strain-strain
yang ada terbentuk secara alami maupun rekayasa dalam waktu cukup lama. Ras-
ras ikan mas berwarna gelap diduga berasal dari Eropa dan warna terang berasal
dari China Ikan nilem termasuk ke dalam famili Cyprinidae (Suseno 1994).
Masyarakat di Pulau Jawa menyebut ikan mas dengan sebutan ikan mas-
masan atau lauk mas sedangkan di daerah Sumatera, ikan mas dikenal dengan
sebutan ikan rayo atau ikan ameh (Khairuman et al. 2008).

3
4

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele


Berikut ini merupakan klasifikasi ikan mas (Saanin 1984):
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyrinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)


2.1.2 Fisiologi Ikan Mas
Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus. Ikan Mas dapat 10
memakan plankton maupun invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat
dikatakan bahwa ikan Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora.
Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi
terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi sehingga
memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengamatan
pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan adanya lambung tetapi bagian
depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal dengan istilah “lambung
palsu”. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang tubuh ikan. Pada
pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa tubuh ikan Mas memiliki
panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai 50 cm atau hampir tiga
kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut bertujuan untuk
5

mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara maksimal (Santoso


1993).
Alat pencernaan pada ikan mas terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan ikan mas meliputi segmen-segmen yang meliputi
mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus.
Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Terdapat perbedaan anatomis
pada alat pencernaan ikan berdasarkan kebiasaan makanan. Salah satunya yang
sangat mencolok terletak pada struktur gigi pada rongga mulut, struktur tapis insang
pada segmen faring, keberadaan dan bentuk lambung, dan panjang usus. Ikan mas
bertapis insang sedang, dengan lambung berbentuk kantung. Berdasarkan ukuran
panjang usus, ikan mas termasuk dalam kategori omnivora yang cenderung
herbivora (usus sedang) yaitu 2-3 kali panjang tubuhnya (Affandi et al. 2009).
Kelenjar pencernaan pada ikan mas terdiri dari hati dan pankreas yang
berperan mensekresikan bahan yang akan masuk ke dalam usus. Hati berperan
sangat penting sebagai secretor bahan untuk proses pencernaan. Hati ikan mas
hampir tidak memiliki bentuk yang jelas, karena letaknya terdapat pada lekukan
usus (Smith 2009). Pankreas merupakan organ yang mensekresikan enzim yang
berperan dalam proses pencernaan. Enzim yang diproduksi antara lain, protease
yang terdiri dari tripsin, kemotripsin, elastase dan karboksi peptidase, amylase,
lipase dan kitinase, (Affandi et al. 2009).

2.2 Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan ikan terdiri dari mulut, faring dan laring, gigi faring,
kantung empedu, liver, lambung, usus, dan anus. Sistem pencernaan ini dibantu
dengan kelenjar pencernaan, yaitu hati dan pankreas. Makanan masuk lewat mulut,
lalu dihaluskan di gigi faring, lanjut ke perut sebagai tempat penampungan, setelah
itu sampai usus sari-sari makanan diserap, sisa yang tidak terserap dikeluarkan
melalui anus (Lagler 1962).

2.2.1 Digesti
Digesti adalah perombakan makanan dari molekul yang kompleks yang
dirombak menjadi molekul yang sederhana, dalam bentuk-bentuk seperti glukosa,
6

asam lemak, dan gliserol serta nutrisi-nutrisi lain yang ada dan bermanfaat bagi
tubuh ikan. Kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul besar
kemolekul yang kecil yang akan diabsorpsi oleh tubuh ikan prosesnya disebut laju
digesti. Sedangkan zat-zat yang dibutuhkan dan yang akan diabsorpsi ikan
melauidarah juga akan diedarkan keseluruh tubuh untuk keperluan metabolisme
(Murtidjo 2001).
Proses digesti memerlukan waktu dalam mencernakan makanannya, dan
waktu yang diperlukan untuk mencernakan makanan itu disebut laju digesti
(Santoso 1994). Kondisi lingkungan yang optimal pada pertumbuhan ikan
ditentukan oleh jumlah dan mutu pakan yang dikonsumsi. Pakan yang dikonsumsi
untuk dapat digunakan dalam proses biosintesis yang menghasilkan pertumbuhan
harus melalui proses pencemaan dan penyerapan pada saluran pencernaan terlebih
dahulu. Dengan demikian, kondisi saluran pencernaan memegang peranan penting
dalam mengubah pakan (senyawa kompleks) menjadi nutrien (senyawa sederhana)
sebagai bahan baku dalam proses biosintesis tersebut (Yandes et al. 2003).

2.2.2 Laju Digesti


Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh ikan
dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan
diabsorsi oleh tubuh ikan, dalam bentuk seperti glukosa, asam lemak, gliserol serta
nutrisi-nutrisi lain. Proses digesti yang terjadi di dalam lambung dan dapat diukur
dengan mengetahui laju pengosongan lambung (Yuwono 2001).
Proses laju digesti dapat disebut pola dengan proses laju pengosongan
lambung. Proses digesti ikan dimulai dari lambung (pada ikan yang mempunyai
lambung) dan dilanjutkan di intestine yang akan berakhir di lubang pembuangan
bahan sisa. Proses digesti dimulai dari makanan masuk ke mulut, dicerna secara
mekanik dan dibantu oleh kelenjar saliva kemudian masuk ke faring, esofagus dan
tertampung dilambung untuk dicerna secara kimiawi dengan bantuan enzim-enzim
pencernaan. Makanan yang telah menjadi molekul-molekul kecil kemudian masuk
ke usus untuk proses penyerapan atau absorpsi yang sisanya menuju rectum dan ke
anus untuk dibuang. Hasil digesti yang berupa asam amino, asam lemak dan
monosakarida akan diabsorpsi oleh epithel intestine kemudian diedarkan keseluruh
7

tubuh oleh system sirkulasi. Proses digesti di ikan juga ada yang berkaitan dengan
penghambatan oleh adanya ketersediaan pelarangan hukum. Artinya sumber untuk
mendigesti yang harus selalu dijaga dengan baik agar kondisi ikan baik internal
maupun eksternalnya (Gumisiriza 2008).
Mengukur laju digesti pada ikan dapat dilakukan dengan mengukur
kepadatan makanan pada lambung (bobot lambung). Temperatur, ukuran partikel
makanan, dan metode percobaan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran
bobot lambung. Meningkatnya suhu air akan meningkatkan laju digesti ikan pada
spesies tertentu (Wurtsbaugh 1993).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Digesti


Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti ikan antara lain :
1. Temperatur
Temperatur air yang meningkatkan memicu nafsu makan ikan juga
mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi perubahan temperatur
air maka nafsu makan ikan juga akan mengalami penurunan. Kondisi
temperatur yang optimal bagi ikan juga akan menyebabkan laju
metabolisme meningkat. Pada temperatur 30-40oC akan terjadi
peningkatan metabolisme yang sangat cepat.
2. Umur
Umur merupakan salah satu faktor, yaitu pada ikan kecil atau yang sedang
mengalami pertumbuhan membutuhkan banyak asupan energi, sehingga
laju digesti lebih sering terjadi.
3. Aktivitas
Biasanya semakin banyak aktivitas ikan, maka akan semakin banyak
membutuhkan energi sehingga prosees metabolisme tinggi dan
membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak
jumlahnya.
4. Kualitas Pakan
Perbedaan kualitas pakan akan mencerminkan perbedaan komponen
penyusun pakan, perbedaan ini pada akhirnya akan berakibat pada
perbedaan laju digesti pada ikan (Santoso 1994)
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2019 pada pukul
20.00 WIB sampai 10.00 WIB Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Gedung dua, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
3.2.1 Alat
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum
No. Alat Fungsi Alat
Sebagai alat yang digunakan untuk
1. Dissecting kit
membedah tubuh ikan.
Sebagai alat untuk mengukur suhu air
2. Thermometer
pada akuarium
Untuk mengukur bobot ikan dan bobot
3. Timbangan digital
lambung ikan
Untuk alas dalam pengukuran organ
4. Milimiter blok
tubuh ikan
Sebagai alat untuk proses penambahan
5. Instalasi Aerasi
udara/oksigen dalam air
Sebagai alat untuk mengukur nilai pH
6. pH indikator
lambung ikan
Sebagai alat untuk menyimpan sampel
7. Cawan petri
lambung ikan

3.2.1 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum
No. Nama Bahan Fungsi
1. Ikan Mas Sebagai sampel ikan yang diamati
2. Pakan Ikan Sebagai makanan ikan

8
9

3.3 Prosedur Praktikum


Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Ikan diambil sebanyak 8 ekor dalam jangka waktu 2 jam/ekor.
2. Diukur panjang ikan menggunakan penggaris.
3. Ikan dibedah menggunakan gunting (pastikan agar saluran pencernaan tidak
rusak akibat tergunting saat pembedahan).
4. Saluran pencernaan ikan dikeluarkan, diukur panjang usus dengan
menggunakan penggaris.
5. Ditimbang usus menggunakan timbangan digital.
6. Dikeluarkan isi yang ada di dalam usus, dan isi tersebut ditimbang.
7. Dimbang kembali usus setelah isi dikeluarkan.
8. Diukur pH pada bagian lambung menuju usus dan pH usus menuju anus
menggunakan indikator universal.
9. Catat hasil pengamatan pada lembar kerja.

Parameter yang digunakan dalam pengamatan yaitu sebagai berikut.


Parameter pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bobot ikan
2. Panjang usus
3. Bobot usus berisi makanan
4. Bobot usus tanpa makanan
5. Bobot isi usus
6. pH lambung menuju usus
7. pH usus menuju anus
8. Suhu media air
10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut merupakan grafik hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok
4.
2,5

2 2
2
Bobot Isi Usus (gr)

1,5

1 1 1
1

0,5

0 0 0
0
1 3 5 7 9 11 13 14
Waktu (jam)

Gambar 2. Grafik waktu dan bobot isi usus ikan


Berdasarkan grafikdiatas didapat bahwa selama jam pertama bobot isi usus
ikan memiliki berat 2 gr. Lalu setelah 3 jam bobot isi usus menjadi 1 gr hingga 5
jam. Kemudian pada 7 jam terjadi peningkatan sebanyak 1 gr yakni menjadi 2 gr.
Lalu setelah 9 jam mengalami penurunan sebanya 1 gr yakni menjadi 1 gr
selanjutnya setelah 11 jam sampai 16 jam bobot isi usus sebesar 0 gr ini
menunjukkan tidak ada pakan di dalam usus karena telah dikeluarkan melalui anus.

4.2 Pembahasan
Laju pengosongan lambung dapat terjadi ketika pakan ikan masuk ke dalam
saluran pencernaan dan selesai di ujung saluran pencernaan, yaitu anus. Ikan yang
akan dijadikan objek percobaan akan dipuasakan selama 24 jam agar saat dikasih
pakan, ikan aka lahap memakannya. menggunakan prinsip bahwa lambung yang
pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya

10
11

proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh tubuh. Lama waktu
yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan
dan faktor lingkungan. Pakan yang diberi kepada ikan mas berupa pelet.
Pada grafik kelompok 4 ketika jam ke 7 bobot isi usus mengalami kenaikan
sebesar 1 gr yakni menjadi 2 gr. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka, seharusnya
semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan maka semakin kecil bobot
lambung harusnya tidak ada lagi kenaikan bobot isi usus. Ketidak tepatan tersebut
bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, status reproduksi,
makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitasi, musim, ukuran tubuh, dan
temperatur lingkungan. Selain itu bobot lambung yang semakin bertambah setelah
pemberian pakan pada ikan disebabkan karena meningkatnya sekresi lambun
Dalam proses pencernaan makanan, makanan yang dicerna dipecah menjadi
molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding
usus dan masuk ke dalam aliran darah.
Pada praktikum ini , suhu pada media air merupakan suhu ruangan yaitu
25°C. Jadi ikan yang digunakan berasal dari suhu yang sama. Semakin tinggi suhu
nya maka metabolisme ikan akan semakin cepat sehingga lau pengosongan
lambungnya pun cepat. Hal ini terjadi karena ketika ikan banyak beratkivitas maka
metabolismenya yang dibutuhkan semakin banyak. Laju pengosongan lambung
dapat dijadikan indikator tentang dasar penentuan frekuensi pemberian pakan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan didapat bahwa

1. Perbandingan berat bobot lambung ikan mas setelah diberi pakan dengan
selisih waktu tertentu yaitu bobot lambung ikan pada waktu 1 jam
pertama seberat 2 gram, pada waktu 3 jam seberat 1 gram, pada waktu 5
jam seberat 1 gram, pada waktu 7 jam seberat 2 gram, pada waktu 9 jam
seberat 1 gram, pada waktu 11 jam 0, pada waktu 13 jam seberat 0 gram dan
pada waktu 14 jam seberat 0 gram. Dari praktikum bobot lambung ikan dari
1 jam pertama sampai 14 jam terjadi penurunan bobot lambung hal ini
menunjukan bahwa semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan,
maka semakin kecil bobot lambung.
2. Waktu yang digunakan untuk pengosongan lambung ikan mas yaitu selama
14 jam

5.2 Saran
Pada praktikum mengenai perhitumgan sel darah merah dan putih pada ikan
lele dan belut ini disarankan agar membandingkan dengan bobot ikannya juga agar
dapat diketahui apakah bobot tubuh berpengaruh terhadap jumlah sel darah merah
ataupun sel darah putih pada ikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Djadja SS, Rahardjo MF, Sulistiono. 2004. Fisiologi ikan pencernaan
dan penyerapan makanan. Departemen Manajemen Sumerdaya Perairan
Faklutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Affandi, R. 2009. Fisiologi Ikan Respirasi dan Sistem Sirkulasi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Effendi MI. 2002. Biologi ikan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Gumisiriza, Roberth, Anthony Manoni, Mugassa Rubindamaugi, Frank Kansiime
and Amelia Kivaisi. 2008. Enhancement of anaerobic digestion of Nile
perch fish processing wastewater. African Journal of Biotechnology. 8(2):
328-333.
Khairuman., K. Amri, dan T. Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam
Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Lagler, Karl F. dkk. 1962. Ichtiology. John Willey & Sons, Inc: United States of
America.
Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. BinaTjipta. Bandung.
Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya: Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus)
dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius,
Soedibya, H J Petrus. 1999. Variasi Fisiologi Ikan Gurmai (Osphronemus
gouraniy Lac) dalam Menghadapi Ketersediaan Sumber Pakan. Erlangga,
Jakarta.
Susanto, D. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot Dan Usus Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Di Desa Cibanteng. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Suseno D. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya.
Depok.
Syafar, L. A., G. Mahasri dan F. A. Rantam. 2017. Blood Description, Parasite
Infestation and Survival Rate of Carp (Cyprinus carpio) Which Is Exposed
By Spore Protein Myxobolus Koi on Rearing Pond As Immunostimulan
Material. Jurnal Biosains Pascasarjana. 19(2): pp.

13
14

Vahl O. 1979. An Hypothesis on the control of food intake in fish. Aquaculture,


17 : 221-229
Wurtsbaugh, W.A. dan E, He, 1993. Gastric evacuation rates in fish: An empirical
model of the effects of temperature and prey size, and an analysis of
digestion in piscivorous brown trout. Trans. Am. Fish. Soc. 122: 717-730.
Yandes, Z., Ridwan A dan Ing, M. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa dalam
Pakan terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus
gourami Lea). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(1): 27-33.
Yuwono, E. 2001. Handbook Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi. Universitas
Soedirman.
LAMPIRAN
16

Lampiran 1. Alat Prktikum

Cawan Petri Milimeter Block

Jarum Pembunuh Penjepit

Pisau Lab Gunting

pH indikator Thermometer

Timbangan digital
17

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Mas
18

Lampiran 3. Prosedur Praktikum

Ikan di bedah dari anus hingga mendekati operkulum

Keluarkan isi perut

Pisahkan ususnya

Timbang usus

Ukur panjang usus

Amati letak pakan di usus

Keluarkan pakan

Timbang usus tanpa pakan

Ukur pH di usus yang dekat lambung

Catat semua hasil


19

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

1. Isi perut ikan dikeluarkan 2. Panjang usus diukur

3. Bobot usus beserta pakannya 4. Bobot usus yang


ditimbang sudah dikeluarkan
pakannya ditimbang

5. Ukur pH usus ynag dekat


dengan lambung
20

Lampiran 5. Data Kelompok:


Berikut merupakan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok
4.
Bobo
Bobo
t
t pH pH
Bobo Usus Bobo Suhu
Ika Panjan Panjan Usus Lambun usus
Wakt t Beris t Isi Medi Keterang
n g Ikan g Usus Tanp g menuj
u Ikan i Usus a Air an
ke- (cm) (cm) a menuju u
(gr) Paka (gr) (ºC)
Paka Usus Anus
n
n (gr)
(gr)
Posisi
pakan
1 Jam
60- berada di
(21.00 1 15 23 4 2 2 6 - 25
65 0,5 cm di
)
dalam
lambung
Posisi
pakan
berada di
0,5 cm
2 Jam
60- dari
(23.00 2 16 18 3 2 1 6 - 25
65 lambung
)
(mulai
memasuki
usus
depan)
Posisi
pakan
2 Jam
60- berada di
(01.00 3 16 23 3 2 1 5 - 25
65 4,5 cm
)
dari
lambung
Posisi
2 Jam pakan
60-
(03.00 4 16,5 24 4 2 2 5 - 25 berada di 6
65
) cm dari
lambung
Posisi
2 Jam pakan
60-
(05.00 5 17 21 2 1 1 5 - 25 berada di
65
) 14 cm dari
lambung
Pakan
2 Jam telah
60-
(07.00 6 15,5 24 1 1 0 5 - 25 dikeluarka
65
) n atau
tidak ada
Pakan
2 Jam telah
60-
(09.00 7 16,5 20 1 1 0 5 - 25 dikeluarka
65
) n atau
tidak ada
Pakan elah
1 Jam
60- dikeluarka
(10.00 8 18 25 2 2 0 5 - 25
65 n atau
)
tidak ada

Anda mungkin juga menyukai