Anda di halaman 1dari 34

HEMATOKRIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun sebagai laporan praktikum fisiologi hewan air


Tahun akademik 2018/2019

Disusun oleh
Kelompok 4/Perikanan B

Nasrudin Gunawan 230110180064


Sekar Fathiya Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum Hematokrit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Kelas Perikanan – B
Kelompok Nama NPM
4 Nasrudin Gunawan 230110180064
Sekar Fathiyah Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

Jatinangor, April 2019


Asisten Laboratorium

Monica Naomi
NPM. 230110160031

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 201604 3 00
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Hematokrit
Pada Ikan Mas I(Cyprinus carpio)” dapat diselesaikan. Tujuan penulisan laporan
praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Fisiologi
Hewan Air.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena
itu kelompok 4 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si, Dra. Titin Herawati, M.Si.,
dan Irfan Zidni, S.Pi.,MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Filia dan Monica Naomi yang membimbing penulis
dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Demikian harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca. Adanya sara yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya sangat dihargai, penulis
ucapkan terima kasih.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)......................................................3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas..................................................................3
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas.....................................................................4
2.2 Sistem Peredaran Darah............................................................4
2.2.1 Komponen Penyusun Darah......................................................5
2.2.2 Jantung.......................................................................................6
2.2.3 Saluran Darah............................................................................7
2.3 Hematokrit.................................................................................7
2.3.1 Metode Pengikuran Hematokrit................................................8
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit..............8
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................9
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................9
3.2.1 Alat............................................................................................9
3.2.2 Bahan.........................................................................................9
3.3 Prosedur Praktikum.................................................................10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.........................................................................................11
4.1.1 Data Kelompok........................................................................11
4.1.2 Data Angkatan.........................................................................11
4.2 Pembahasan.............................................................................12
4.2.1 Kelompok................................................................................12
4.2.2 Angkatan..................................................................................13
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan..................................................................................15
iv

5.2 Saran........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................16
LAMPIRAN.....................................................................................18
DAFTAR TABEL

No. Judul Halama

Y
1. Alat-Alat Praktikum..............................................................................9
2. Bahan-Bahan Praktikum.......................................................................9
3. Hasil Pengamatan Kelompok 4...........................................................11

v
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halama

Y
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)..................................................................4
2. Sel Darah Merah Pada Ikan...................................................................5
3. Jantung Ikan..........................................................................................6
4. Saluran Darah Ikan................................................................................7
5. Grafik Distribusi Nilai Hematokrit Ikan Mas.....................................11
6. Grafik Hubungan Bobot dengan Nilai Hematokrit Ikan Mas.............12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halama

Y
1. Alat Praktikum....................................................................................19
2. Bahan Praktikum.................................................................................21
3. Prosedur Praktikum.............................................................................22
4. Dokumentasi Kegiatan........................................................................23
5. Data Angkatan.....................................................................................25

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi
dan banyak dibudidayakan khususnya di Indonesia, ini disebabkan karena ikan
mas memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan
makanan yang tersedia. Lalu selain daya adaptasinya, ikan mas juga berpotensi
baik dalam pemijahan, pemakan segala serta memiliki masa pertumbuhan yang
cepat (Widiastuti 2009).
Hematokrit merupakan perbandingan sel darah merah dengan cairan darah
dalam ikan atau dapat dikatakan merupakan presentase volume sel darah yang
dimampatkan atau Picked Cell Volume (PCV). Jika darah disentrifuge, maka akan
terlihat dua komponen utama darah yang meliputi sel darah dan plasma darah. Sel
darah terdiri dari sel darah merah (eritrost), sel darah putih (leukosit), dan kepin
darah (trombosit). Sedangkan plasma darah berupa cairan darah yang tersusun
atas garam anorganik, air protein dan substansi organic bukan protein. Presentase
kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (eritrosit)
(Kuswardani 2006).
Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai pendeteksi terjadinya anemia
atau untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Jika nilai hematokrit rndah atau
kurang dari 22 % maka ikan dapat dinyatakan tidak sehat. Kadar hematokrit ini
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi atau pencemaran lingkungan,
nuttrisi, umur ikan, jenis kelamin ikan, masa pemijahan dan ukuran tubuh ikan
(Kuswardani 2006). Kadar hemtokrit pada ikan menjadi salah satu patokan untuk
mengetahui kondisi dari kesehatan ikan, oleh karena itu sebagai mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan perlu dilakukannya praktikum
“Perhitungan Nilai Hematokrit Pada Ikan Mas” untuk mengetahui perhitungan
nilai hematokrit dan keadaan kesehatan serta faktor yang mempengaruhi kondisi
dari ikan mas.

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui
nilai hematokrit dari ikan mas serta keadaan kesehatan dari ikan yang dihitung
nilai hematokritnya.

1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui
perhitungan nilai hematokrit dari ikan mas serta keadaan kesehatan dari ikan yang
dihitung nilai hematokritnya, sehingga dapat diaplikasikan dalam mangetahui
kondisi ikan yang tidak sehat atau anemia pada proses budidaya ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carnio)


Ikan mas tersebar hampir di semua tempat budidaya ikan air tawar di
seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah tertentu seperti Jawa
Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan budidaya ikan mas
telah menjadi sumber mata pencarian masyarakat setempat. Tubuh ikan mas agak
memanjang dan memipih tegak (compressed) (Susanto 2008). Ikan mas mulai
berkembang ke wilayah Sumatera seperti Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dan
Medan pada tahun 1903. Ikan mas dikenal di Sulawesi pada tahun 1895 yang
diawali dari daerah Tondano, Sulawesi Utara. Ikan mas mulai dibudidayakan di
Pulau Bali dan Pulau Flores pada tahun 1931. Penyebaran ikan mas ke berbagai
daerah di Indonesia relatif begitu cepat. Hal ini terjadi karena cara pemeliharaan
dan pembudidayaan ikan mas tergolong mudah serta sifatnya yang tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan (Khairuman et al. 2008).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas


Ikan mas (Gambar 1) pertama kali masuk ke Indonesia berasal dari daratan
Eropa dan China yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat
penting. Ikan mas berkembang membentuk beberapa ras atau strain. Strain-strain
yang ada terbentuk secara alami maupun rekayasa dalam waktu cukup lama. Ras-
ras ikan mas berwarna gelap diduga berasal dari Eropa dan warna terang berasal
dari China Ikan nilem termasuk ke dalam famili Cyprinidae (Suseno 1994).
Berikut ini merupakan klasifikasi ikan mas (Saanin 1984):
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyrinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

3
4

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Masyarakat di Pulau Jawa menyebut ikan mas dengan sebutan ikan mas-
masan atau lauk mas sedangkan di daerah Sumatera, ikan mas dikenal dengan
sebutan ikan rayo atau ikan ameh (Khairuman et al. 2008).

2.1.2 Fisiologi Ikan Mas


Ikan mas bersifat poikilotermik yaitu suhu tubuh mengikuti suhu
lingkungan. Sistem peredaran darah ikan mas juga termasuk kedalam sistem
peredaran darah tertutup yaitu daerah alir darah berada dalam pembuluh darah
(Djuhanda 1994). Ikan mas memiliki sistem peredaran darah yang sama dengan
sistem peredaran darah yang dimiliki oleh ikan – ikan pada umumnya. Sistem
peredaran darah pada ikan mas diatur oleh organ jantung. Jantung pada ikan mas
terdiri atas atrium dan ventrikel, serta sinus venosus (Yanto et al. 2015).

2.2 Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran darah pada ikan secara umum hampir sama dengan
sistem hidraulis, yaitu sistem yang tersusun atas sebuah pompa, pipa, katup, dan
cairan. Walaupun jantung memiliki empat bagian, namun pada nyatanya mirip
dengans atu silinder atau pompa piston tunggal. Untuk menjamin agar aliran darah
tetap berjalan, maka pompaan pada tiap daerah terdapat perbedaan tekanan.
Tekanan arteri lebih lemah tekanannya daripada tekanan jantung, dan tekanan
arterionale lebih lemah daripada tekanan arteri. Akibat dari perbedaan tekanan
maka aliran daah dapat berlangsung (Soewolo 2005).
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, dimana hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah . dimulai dari jantung yang menuju insang untuk
5

melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan


menyebar ke organ-organ tubuh melewati saluran-saluran kecil (Soewolo 2005).

2.2.1 Komponen Penyusun Darah


Darah merupakan suatu fluida yang tersusun dari bahan terlarut juga
eritrosit, leukosit serta bahan lain yang tersuspensi. Fungsi dari darah yaitu untuk
mengedarkan suplai makanan ke sel-sel tubuh, megangkut oksigen untuk
diedarkan ke jaringan tubuh, membawa hormon dan enxim ke organ yang
memerlukan (Soewolo 2005).
Darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel darah dan plasma darah
yang mengandung bahan-bahan penyusunnya. Komposisi terbesar yang ada dalam
darah adalah airsebagai media yang memfasilitasi sejumlah faktor yang tidak
terdispensasi dalam pembentukan darah. Dalam 1 mm3 darah ikan tersusun atas
sekitar 5 juta corpuscle berwarna merahyang disebut eritrositdan 200.000 hingga
300.000 platelet yang disebut trombosit (Soewolo 2005).

Gambar 2. Sel Darah Merah Pada Ikan


(Sumber: Syahrial et al. 2013)
Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk seperti piringan membulat
dan cekung pada kedua sisi. Diameter mendekati 1 per 7.500 mm. Komponen
penting sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan mengikat oksigen dan
mengangkut oksigenmulai dari insang ke seluruh tubuh dan melepaskan oksigen
dalam jaringan pembuluh kapiler (Soewolo 2005).
Sel darah putih atau leukosit mempunyai dua tipe yaitu granular yang
berkeping banyak dan nonregular yang berinti bulat. Leukosit mengandung enzim
yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-sisa sel yang mati (Winarni 1997).
6

Trombosit atau platelet darah yang ukurannya sangat kecil. Tidak berinti
dan bentuknya bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang
terluka dan menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit
pecah agn membentuk tromboplastinyang membantu jaringan dalam proses
penyembuhan (Winarni 1997).

2.2.2 Jantung
Jantung pada ikan terdiri atas atrium dan ventrikel, serta terdapat organ
tambahan sinus venosus dan bulbus arteriosus. Terdapat dua mekanisme kerja
pada jantung, yaitu adrenergenik dan cholinergik. Adrenergenik menyebabkan
jantung kontraksi dan cholinergik menyebabkan dan merangsang jantung untuk
berelaksasi. Kedua proses ini menyebabkan jantung dapat memompa darah dan
mengisinya kembali (Fujaya 2004).

Gambar 3. Jantung Ikan


(Sumber: http://www.pusatkoi.com/sistem-pernapasan-ikan-koi/jantung/)
Energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung ada dua
jenis, yaitu energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik yang membuat
darah dapat mengalir sedangkan energi potensial yang tersimpan dalam pembuluh
daarah menibulkan tekanan darah. Selain itu aliran darah dapat dipengaruhi juga
oleh viskositas darah. Jika vikositas darah meningkat maka aliran darah akan
melambat. Adapun dua mekanisme kontrol terhadap jantung, yakni adrenergik
dan cholinergik. Adrenergik yang meransang jantung untuk berkontraksi dan
cholinergik membuat jantung relaksasi. Kedua mekanisme ini yang membuat
jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali (Sukiya 2005).
7

2.2.3 Saluran Darah


Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Dari sini darah di
suplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui
pembuluh kapiler. Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak,
darah kembali ke jantung melalui vena cardinal anterior yang berhubungan
dengan vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum. Di
sini, juga bertemu darah dari vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal
yang telah melalui sistem renal portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali
ke jantung melalui vena hepatik. Terakhir, dari insang, darah dikembalikan ke
jantung melalui vena branchial (Sukiya 2005).

Gambar 4. Saluran Darah Ikan


(Sumber: www.rebanas.com)
Saluran darah pada ikan terdiri atas arteri dan vena. Arteri merupakan
saluran yang memiliki dinding tebal, tidak memiliki klep, dan sifatnya kaya
dengan gas oksigen karena membawa darah meninggalkan jantung. Sementara
vena adalah dinding tipis dibandingkan dengan arteri yang bersifat miskin oksigen
karena membawa kembali darah yang sudah dialirkan ke seluruh tubuh menuju
jantung kembali. Vena memiliki klep – klep di dalamnya, berbeda dengan
pembuluh arteri yang tidak memiliki klep. Adapun kapiler darah atau saluran
percabangan yang fungsinya sebagai tempat pertukaran gas pada ikan (Fujaya
2004).

2.3 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
8

pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Tsuzuki et al. 2001).

2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit


Menurut Hartati (2012), metode pengukuran hematokrit ini dibagi menjadi
dua, yaitu makrohematokrit dan mikrohematokrit. Pada metode makrohematokrit,
digunakan tabung Wintrobe sebagai wadah pengamatan hematokrit. Tabung
Wintrobe akan diisi dengan darah dan heparin, lalu dimasukkan ke dalam
sentrifuge dan diputar selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Pada metode
mikrohematokrit, darah yang dimasukkan bukan ke dalam tabung Wintrobe tetapi
ke dalam tabung kapiler yang ukurannya 75 mm dengan diameter 1 mm. Sama
seperti metode makrohematokrit, tabung kapiler akan dimasukkan sample darah
dan heparin. Langkah terakhir sebelum dianalisi yakni sample dimasukkan ke
dalam sentrifuge dan diputar.

2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nilai Hematokrit


Kadar hematokrit pada ikan dipengaruhi oleh faktor usia ikan, nutrisi yang
dikonsumsi oleh ikan, jenis kelamin ikan, ukuran dan bobot tubuh ikan, dan masa
pemijahan. Perubahan kondisi lingkungan sekitar karena pencemaran lingkungan
juga akan mempengaruhi nilai hematokrit dari ikan dan akan mengalami
penurunan kadar hematokritnya, karena akibat respon stress pada ikan tersebut
(Tsuzuki 2001)
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019 pada pukul
09.30 sampai 11.30. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung
2, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :

3.2.1 Alat
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum
No Alat Fungsi
.
1. Diseccting kit Untuk membedah ikan
2. Hematocrit rading chart Untuk papan pembaca nilai hematokrit
3. Jarum Ose Untuk menusuk bagian kepala ikan
3. Lilin malam Untuk menyumbat salah satu ujung pipa
kapiler yang telah berisi darah
4. Penjepit Arteri Untuk menjepit bagian saluran darah
aorta ventralis
5. Pipa kapiler heparinized Untuk menampung sampel darah
6. Sentrafuge hematokrit Untuk memisahkan zat dalam darah
berdasarkan massa jenis
7. Timbangan Untuk menimbang bobot tubuh ikan

3.2.1 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum
No Bahan Fungsi
.
1. Ikan mas Sebagai objek pengamatan

9
10

3.3 Prosedur Praktikum


Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Bobot ikan ditimbang menggunakan timbangan, kemudian catat hasilnya
2. Ikan dimatikan menggunakan jarum ose dengan menusuk bagian anterior
kepla ikan hingga mengenai otak ikan
3. Bagian dekat insang ikan mas dibedah menggunakan Diseccting kit hingga
terlihat organ jantung yang berdenyut.
4. Bagian aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri lalu diamkan
hingga berubah warna menjadi merah gelap atau terisi penuh oleh darah.
5. Kemudian pipa kapiler heparinized ditusukan ke bagian aorta ventralis
tersebut hingga terisi oleh darah sebanyak ¾ volumenya
6. Kemudian pipa kapiler heparinized dihomogenkan dan ditutup salah satu
lubangnya
7. Alat sentrifugasi hematocrit disiapkan, lalu pipa kapiler heparinized
diletakkan secara seimbang antara masing – masing pipa kapiler ( jangan
terbalik meletakkan ujung pipa kapiler yang bertutup )
8. Pipa kapiler heparinized disentrifugasi selama 4 menit pada kecepatan
12.000 rpm
9. Pipa kapiler yang sudah terbagi dua bagian besar darah tersebut (plasma
dan sel darah) diletakan pada “ Hematocrit Reading Chart “ lalu
disesuaikan ketinggian plasma sebagai batas atas dan dasar sel darah
sebagai atas bawah, lalu ditentukan dan dibaca nilai hematocrit pada batas
atas dari sel darah (dalam %) dan catat nilainya.
11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Kelompok


Berikut ini merupakan hasil pengamatan hematokrit yang dilakukan oleh
kelompok 4 :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kelompok 4
Bobot Ikan (gr) Nilai Hematokrit (%)
92 38

Berdasarkan hasil yang didapatkan kelompok 4 pada ikan mas yang


memiliki bobot tubuh 92 gr didapatkan nilai hematokritnya sebesar 38%, hal ini
berarti banyaknya eritrosit pada ikan mas tersebut sebanyak 38% dan sisanya 62%
merupakan plasma darah.

4.1.2 Data Angkatan


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh perikanan angkatan 2018
didapat data sebagai berikut :

Grafik Distribusi Nilai Hematokrit Ikan Mas


20
18
16
JumlaH ikan (ekor)

14
12
10
8
6
4
2
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59

Hematokrit (%)
Gambar 5. Grafik Distribusi Nilai Hematorit Ikan Mas

11
12

Berdasarkan data angkatan yang didapatkan mengenai grafik distribusi


nilai hematokrit ikan mas dengan persentase 15-19 % terdapat dua ekor ikan, pada
persentase 20-24 % terdapat lima ekor ikan, 30-34 % terdapat sebilan belas ekor
ikan, 35-39 % terdapat delpan ekor ikan, 40-44 % terdapat tiga belas ekor ikan,
45-49 % terdapat emat ekor ikan, 50-54 % terdapat tiga ekor ikan, dan 55-59 %
nilai hematokrit terdapat satu ekor ikan. Dapat diketahui bahwa nilai hematokrit
paling tinggi yaitu 55% – 59% dengan jumlah ikan sebanyak satu ekor ikan mas.
Sementara nilai hematokrit paling kecil yaitu dengan rentang antara 15% - 19%
didapatkan hanya pada dua ekor ikan mas.

Berikut merupakan grafik hubungan bobot ikan dengan nilai


hematokritnya yang didapat dari hasil pengamatan angkatan.

70

60

50
Hematokrit (%)

40
f(x) = 0.03 x + 30.97
30 R² = 0.02

20

10

0
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
Bobot (gram)
Ga
mbar 6. Grafik Hubungan Bobot dengan Nilai Hematokrit Ikan Mas
Pada gambar di atas (gambar 6) dapat diketahui bahwa hasil pengamatan
bobot ikan terhadapat hematokrit perikanan ankatan 2018 memiliki nilai R 2 =
0,0169 dengan y = 0,0281x + 30,975.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kelompok
Kolerasi antara jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit berhubungan
dengan status kesehatan, nutrisi, dan pertumbuhan ikan (Salasia 2001 dalam
13

Rousdy 2015). Ikan dengan pertumbuhan yang baik ditandai dengan jumlah
eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit yang normal. Hemoglobin yang terkandung
dalam eritrosit berperan dalam mengikat oksigen yang diperlukan bagi
metabolisme seluler semua sel hidup (Ganong 2005 dalam Rousdy 2015). Kondisi
hematologi dapat menggambarkan kondisi kesehatan ikan (Yanto et al. 2015).
Nilai hematokrit yang normal pada ikan mas yaitu antara 30 - 48% (Salasia 2001
dalam Rousdy 2015). Jadi, ikan mas yang diamati oleh kelompok 4 dalam kondisi
sehat karena nilai hematokritnya mencapai 38%.

4.2.2 Angkatan
Berdasarkan grafik nilai hematokrit ikan nila (gambar 5) didapat Nilai
hematokrit 15-19% (terkecil) jumlah frekuensinya sebanyak dua ekor. Nilai
hematokrit kecil disebabkan ikan tidak sehat sesuai dengan pernyataan Gallaugher
et al. (1995) yang menyatakan bahwa nilai hematokrit yang kurang dari 22%
menunjukan ikan mengalami anemia. Nilai hematokrit 55-59% (terbesar)
berjumlah satu ekor pada sampel ikan mas pengamatan angkatan. Nilai hematokrit
besar menunjukan bahwa ikan tidak dalam kondisi normal sesuai dengan
pernyataan Abdullah (2008) yang menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit
ikan pada kondisi normal sebesar 30,8-45,5%. Nilai hematokrit 41-47%
merupakan jumlah frekuensi terbanyak pada sampel ikan mas pengamatan
angkatan. Nilai tersebut menunjukan bahwa sampel ikan mas angkatan
kebanyakan dalam kondisi normal dan sehat sesuai dengan pernyataan Abdullah
(2008) yang menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada kondisi normal
sebesar 30,8-45,5%. Dellman dan Brown (1989) menyatakan bahwa nilai
hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan terkena
penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit darah menjadi lebih
rendah. Gallaugher et al. (1995) menyatakan bahwa nilai hematokrit yang kurang
dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia.
Berdasarkan Grafik regresi (Gambar 6), dapat dianalisis pengaruh bobot
ikan terhadap nilai hematokrit. Nilai R2 = 0,0169 menunjukkan bahwa 1,69%
bobot ikan mempengaruhi nilai hematokritnya. Artinya hasil regresi tersebut
mengindikasikan bahwa pengaruhnya sangat kecil. Hal tersebut disebabkan
14

karena banyak faktor lain yang mempengaruhi nilai hematokrit sesuai dengan
pernyataan Kuswardani (2006) yang menyatakan bahwa kadar hematokrit dapat
bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan
masa pemijahan. Tsuzuki (2001) dalam Hartati (2012) menyatakan bahwa nutrisi,
umur, jenis kelamin dan bobot tubuh ikan merupakan faktor yang mempengaruhi
nilai hematokrit ikan. Hal yang didapatkan tidak relevan dengan literatur yang
kelompok 4 temukan, bahwa bobot, ukuran tubuh ikan, faktor nutrisi, jemis
kelamin, dan masa pemijahan seharusnya ikut mempengaruhi dalam nilai
hematokrit ikan (Tsuzuki 2001). Selain itu juga, (Kuswardani 2006)
mengungkapkan bahwa kadar hematokrit dapat bervariasi tergantung pada ukuran
tubuh, faktor nutrisi, jenis kelamin, dan masa pemijahan yang berlangsung.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan mengenai hematokrit pada
ikan mas didapatkan bahwa nilai hematokrit terkecil yaitu 15-19 %, nilai
hematokrit tertinggi yaitu 55-59 %. Ikan yang memiliki nilai hematokrit normal
berkisar antara 20% - 30% dengan jumlah sembilan ikan, sedangkan ikan yang
mengalami anemia berkisar antara 15% - 19% dengan jumlah dua ikan. Dari hasil
penelitian, bobot ikan tidak memiliki pengaruh pada nilai hematokrit ikan mas.

5.2 Saran
Saat proses mengenai hematokrit pada ikan mas sebaiknya digunakan ikan
dengan bobot yang lebih besar, agar didapatkan kadar darah yang lebih banyak
sehingga mudah dalam pengambilan sampel. Dalam pengambilan sampel
sebaiknya darah langsung di masukkan ke dalam pipa kapiler agar darah tidak
membeku. Pada saat proses penutupan tabung heparin menggunakan lilin malam
harus lebih padat sehingga saat disentifugasi darah tidak berceceran agar
praktikum yang dilaksanakan tidak terhambat dengan kendala.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Y. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci-paci Leucas lavandulaefolia


untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit MAS (Motile Aeromonad
Septicemia) Ditinjau dari Patologi Makro dan Hematologi Ikan Lele Dumbo
Clarias sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor
Djuhanda, 1994. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Americo,
Bandung.
Dellman dan Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi ke-3. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Gallaugher, P., Thorarensen dan Ferrel. 1995. Hematocrit in Oxygen Transport
and Swimming in Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss). Respiration
Physiology. 102: 279-292.
Hartati, N. Y. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
Dipelihara Di Berbagai Ketinggian Tempat. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Khairuman., K. Amri, dan T. Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam
Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab
Darah Mas Koki (Carassius Auratus) Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
Hydrophyla. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Rousdy, Diah Wulandari. dan Nastiti Wijayanti. 2015. Profil Hematologi dan
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Pemberian Asam Humat
Tanah Gambut Kalimantan. Prosiding Semirata Bidang MIPA – BKS –
PTN Barat : 135 – 148.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. BinaTjipta. Bandung.
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakerta: Yasaguna.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Univerrsitas Negeri Yogyakarta.
Susanto, D. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot Dan Usus Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Di Desa Cibanteng. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Suseno D. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya.
Depok.

16
17

Syahrial, A., T. R. Setyawati., dan S. Khotimah. 2013. Tingkat Kerusakan


Jaringan Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Dipaparkan pada Media
Zn-Sulfat (ZnSO4). Protobiot. 2(3): 181-185.
Tsuzuki, M.Y., K. Ogawa, C.A. Strussmann, M. Maita, F. Takashima. 2001.
Physiological responses during stress and subsequent recovery at different
salinities in dult pejerrey Odontesthes bonariensis. Aquaculture 200 (2001)
349–362
Winarni. 1997. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Nilai Hematokrit Tikus
Putih Sebagai Sumber Belajar Biologi Di SMU. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Yanto, H., Hastiadi Hasan, dan Sunarto. 2015. Studi Hematologi untuk Diagnosa
Penyakit Ikan Secara Dini Di Sentra Produksi Budidaya Ikan Air Tawar
Sungai Kapuas Kota Pontianak. Pontianak: Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
LAMPIRAN
19

Lampiran 1. Alat Prktikum

Timbangan Pinset

Gunting Penjepit arteri

Cawan petri Sentrifuge hematokrit

Jarum ose Pipa kapiler heparinized


20

Hematocrit rading chart Lilin malam


21

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Mas
22

Lampiran 3. Prosedur Praktikum

Ikan ditimbang bobot tubuhnya menggunakan timbangan

Ikan dimatikan menggunakan jarum ose

Ikan dibedah hingga terlihat organ jantung yang berdenyut

Aorta ventralis dijepit, dibiarka beberapa saat hingga sinus


venosus terisi penuh darah

Aorta venrtralis ditusuk dengan pipa, darah darah dalam


pipa kapiler sampai ± 3/4 volumenya

Pipa kapiler dihomogenkan kemudian ditutup salah satu


ujungnya dengan ditancapkan pada lapisan malam

Pipa kapiler diletakan pada sentrifuge hematokrit, kemudian


disentrifuge selama 4 menit pada kecepatan 12.000 rpm

Diletakkan pipa kapiler yang telah disentrifuge pada


hematocrit reading chart, ditentukan dan dibaca nilai
hematokrit pada bagian atas sel darah (dalam %)
23

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

1. Ikan ditimbang 2. Ikan dimatikan

3. Ikan dibedah 4. Aorta ventralis dijepit


menggunakan penjepit arteri

5. Tusuk Aorta ventralis menggunakan 6. Pipa kapiler heparinized ditutup


pipa kapiler heparinized hingga terisi menggunakan lilin malam pada satu
¾ bagian oleh darah bagian

7. Pipa diletakan dalam sentrifuge 8. Tutup sentrifuge atur waktunya


hematokrit secara seimbang selama 4 menit dengan kecepatan
12.000 rpm
24

9. Keluarkan pipa kapiler heparin dari 10. Ukur banyaknya eritrosit yang
sentrifuge telah terpisah dari plasma darah pada
hematokrit reading chart lalu catat
25

Lampiran 5. Data Angkatan


Berikut merupakan data hasil pengamatan nilai hematokrit ikan mas kelas
Perikanan A

Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit (%)


1 206 40
2 211 40
3 112 40
4 221 40
5 89 32
6 146 32
7 211 32
8 85 32
9 146 25
10 221 25
11 101,59 25
12 107,37 25
13 241 40
14 241 40
15 101,59 40
16 104 33
17 206 33
18 114 33
19 104 33

Berikut merupakan data hasil pengamatan nilai hematokrit ikan mas kelas
Perikanan B

Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit (%)


1 120 30
2 120 30
3 120 30
4 92 38
5 92 38
6 92 38
7 110 40
8 110 40
9 110 40
10 91 30
11 91 30
26

12 91 30
13 120 30
14 92 38
15 110 40
16 92 20
17 92 20
18 91 30
19 92 20
20 92 20

Berikut merupakan data hasil pengamatan nilai hematokrit ikan mas kelas
Perikanan C

Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematrokit (%)


1 104 50
2 119 15
3 117 45
4 115 47
5 118 38
6 120 40
7 87 38
8 115 30
9 143 59
10 95 35
11 118 50
12 93,25 49
13 112 45
14 115 50
15 115 30
16 86,5 35
17 116 18
18 112 30
19 119,49 20

Anda mungkin juga menyukai