Anda di halaman 1dari 36

OSMOREGULASI PADA IKAN NILA

(Oreochromis niloticus)

Disusun sebagai laporan praktikum fisiologi hewan air


Tahun akademik 2018/2019

Disusun oleh
Kelompok 4/Perikanan B

Nasrudin Gunawan 230110180064


Sekar Fathiya Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum “Osmoregulasi Pada Ikan Nila (Oreochromis


niloticus)”
Kelas Perikanan – B
Kelompok Nama NPM
4 Nasrudin Gunawan 230110180064
Sekar Fathiyah Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

Jatinangor, Mei 2019


Asisten Laboratorium

Monica Naomi
NPM. 230110160031

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 201604 3 00

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang
“Osmoregulasi Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” dapat
diselesaikan. Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena
itu kelompok 4 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si, Dra. Titin Herawati, M.Si.,
dan Irfan Zidni, S.Pi.,MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Filia dan Monica Naomi yang membimbing penulis
dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Demikian harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca. Adanya sara yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya sangat dihargai, penulis
ucapkan terima kasih.

Jatinangor, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus).............................................3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila..................................................................3
2.1.2 Fisiologi Ikan Nila.....................................................................4
2.2 Salinitas.....................................................................................4
2.3 Osmoregulasi.............................................................................5
2.3.1 Mekanisme Osmoregulasi.........................................................6
2.3.2 Organ-organ Osmoregulasi.......................................................7
2.3.3 Tipe Osmoregulasi.....................................................................8
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................9
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................9
3.2.1 Alat............................................................................................9
3.2.2 Bahan.........................................................................................9
3.3 Prosedur Praktikum.................................................................10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.........................................................................................11
4.1.1 Kelompok................................................................................11
4.1.2 Kelas........................................................................................14
4.2 Pembahasan.............................................................................17
4.2.1 Kelompok................................................................................17
4.2.2 Kelas........................................................................................19

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan..................................................................................20
5.2 Saran........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................21
LAMPIRAN.....................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halama

Y
1. Alat-Alat Praktikum..............................................................................9
2. Bahan-Bahan Praktikum.......................................................................9
3. Aktifitas Gerak 24 Jam........................................................................13
4. Aktifitas Gerak 2 Minggu...................................................................13
5. Gejala Klinis 24 Jam...........................................................................13
6. Gejala Klinis 2 Minggu.......................................................................14
7. Rata-rata Aktifitas Gerak 2 Minggu Kelas..........................................15
8. Rata-rata Gejala Klinis 2 Minggu Kelas.............................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halama

Y
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)........................................................4
2. Grafik Bukaan Operkulum 24 Jam......................................................11
3. Grafik Bukaan Operkulum 2 Minggu.................................................12
4. Grafik Survival Rate 2 Minggu (1-14 Mei 2019)................................14
5. Grafik Bukaan Operkulum 2 Minggu Kelas.......................................15
6. Grafik Survival Rate 2 Minggu Kelas.................................................16

v
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halama

Y
1. Alat Praktikum....................................................................................24
2. Bahan Praktikum.................................................................................25
3. Prosedur Praktikum.............................................................................26
4. Dokumentasi Kegiatan........................................................................27
5. Data Kelompok...................................................................................28

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila termasuk salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk
dibudidayakan secara intensif di keramba jaring apung karena ikan nila
mempunyai sifat biologis yang menguntungkan antara lain pertumbuhannya
cepat, pemakan segala bahan makanan (omnivora), daya adaptasinya luas,
toleransinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan lebih tahan
terhadap serangan penyakit (Rukmana,1997).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd 2004). Ikan nila
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan
kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air
pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah
berkisar 6 - 9. Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau,
waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap salinitas
sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dengan
salinitas 20 – 25 % (Setyo 2006).
Jenis ikan nila termasuk euryhalin, sehingga memiliki konsentrasi cairan
tubuh yang mampu bertindak sebagai osmoregulator, memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kemantapan osmotik millieu interieurnya, dengan cara mengatur
osmolaritas (kandungan garam dan air), pada cairan internalnya. Sesuai dengan
respon osmotiknya, ikan nila termasuk tipe osmoregulator (Pullin, et.al. 1992).
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi
tekanan osmotik cairan tubuh ikan nila, maka tekanan osmotik media akan
menjadi beban bagi ikan nila sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk
mempertahankan osmotik tubuhnya melalui proses osmoregulasi agar berada tetap
pada keadaan yang ideal (Aliyas et al. 2016).
Salinitas dalam perairan berhubungan erat dengan osmoregulasi. Rahardjo
(1980) menyatakan bahwa osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik

1
2

cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis
tubuhnya berjalan normal. Menurut Stickney (1979), salinitas berhubungan erat
dengan proses osmoregulasi dalam tubuh ikan yang merupakan fungsi fisiologis
yang membutuhkan energi.
Hal ini merupakan kelebihan yang dimiliki ikan nila, sehingga sudah
selayaknya sebagai mahasiswa perikanan harus mengetahui pengaruh tingkat
salinitas pada osmoregulasi ikan nila.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
1. Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap ikan nila
2. Mengetahui rentan salinitas ikan nila

1.3 Manfaat
Manfaat praktikum kali ini adalah dapat diaplikasikan dalam kegiatan
budidaya mengenai manajemen air budidaya maupun dalam budidaya tambak di
perairan payau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
lingkungan perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l.
Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai
pH optimum adalah berkisar 6 - 9. Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar,
seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi
terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan
payau dengan salinitas 20 – 25 % (Setyo 2006). Selain itu Hepher dan Priguinin
(1981) menyatakan bahwa spesies ikan nila mampu beradaptasi pada media
bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Holliday
(1969), menyatakan bahwa kemampuan ikan untuk bertahan pada media
bersalinitas tergantung pada kemampuan untuk mengatur cairan tubuh sehingga
mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik yang mendekati normal. Ikan
nila termasuk salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan
secara intensif di keramba jaring apung karena ikan nila mempunyai sifat biologis
yang menguntungkan antara lain pertumbuhannya cepat, pemakan segala bahan
makanan (omnivora), daya adaptasinya luas, toleransinya tinggi terhadap berbagai
kondisi lingkungan, dan lebih tahan terhadap serangan penyakit (Rukmana,1997).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila


Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut:

3
4

Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

.
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.2 Fisiologi Ikan Nila
Jenis ikan nila termasuk euryhalin, sehingga memiliki konsentrasi cairan
tubuh yang mampu bertindak sebagai osmoregulator, memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kemantapan osmotik millieu interieurnya, dengan cara mengatur
osmolaritas (kandungan garam dan air), pada cairan internalnya. Sesuai dengan
respon osmotiknya, ikan nila termasuk tipe osmoregulator (Pullin et al. 1992).
Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan
diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan ikan nila yang berukuran besar Ikan
nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan
lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Amri dan
Khairuman 2003). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyanto (2010)
bahwa benih ikan nila akan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan
dibandingkan dengan ikan nila dewasa. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan nila disamping suhu dan pH adalah salinitas atau
kadar garam suatu lingkungan perairan.

2.2 Salinitas
Salinitas adalah jumlah total material dalam gram, termasuk ion-ion
inorganik (sodium dan klorid, fosfor organik, dan nitrogen) dan senyawa kimia
(vitamin dan pigmen tanaman), yang terdapat dalam 1 kg air atau dapat juga
didefinisikan sebagai konsentrasi total ion yang terdapat di perairan yang
5

dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Salinitas air tawar kurang dari 0,5
ppt; sedangkan salinitas rata-rata di laut terbuka sekitar 35 ppt dan berkisar
antara 33-37 ppt. Salinitas dapat bervariasi secara luas di daerah teluk dan
estuari yang dipengaruhi oleh aliran arus, aliran air tawar, dan evapo- rasi
(Stickney, 2000).
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi suatu organisme dan secara langsung akan mempengaruhi
kehidupan organisme antara lain mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah
makanan yang dikonsumsi (konversi makanan) dan kelangsungan hidup. Salinitas
sebagai salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi tekanan osmotik
cairan tubuh ikan nila, maka tekanan osmotik media akan menjadi beban bagi ikan
nila sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan
osmotik tubuhnya melalui proses osmoregulasi agar berada tetap pada keadaan
yang ideal (Aliyas et al. 2016).

2.3 Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah proses pengaturan konsentrasi cairan dengan
menyeimbangkan pemasukkan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau
organisme hidup, atau pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi
kehidupan sehingga proses-proses fisiologis dalam tubuh berjalan normal.
Rahardjo (1980) menyatakan bahwa osmoregulasi adalah pengaturan tekanan
osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses
fisiologis tubuhnya berjalan normal. Menuru Stickney (1979), salinitas
berhubungan erat dengan proses osmoregulasi dalam tubuh ikan yang merupakan
fungsi fisiologis yang membutuhkan energi. Organ yang berperan dalam proses
tersebut antara lain ginjal, insang, kulit, dan membran mulut dengan berbagai
cara. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Selain itu Fujaya (2004)
menyatakan Sistem osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses
pengaturan tekanan osmose.
6

Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat
permeabel terhadap lingkungan maupun larutan garam. Sifat fisik lingkungan
yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan proses osmoregulasi antara ikan
air tawar dengan ikan air laut. Pada ikan air tawar, air secara terus-menerus masuk
ke dalam tubuh ikan melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu
proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal
proses ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar
garam tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan
diserap oleh ikan menggunakan energi metaboliknya. Ikan mempertahankan
keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus,
melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa
garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara umum kulit ikan
merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak mudah bocor
ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah
insang (Pamungkas 2012).

2.3.1 Mekanisme Osmoregulasi


Ikan hidup pada lingkungan yang tekanan osmotiknya berbeda dengan
tekanan osmotik cairan tubuhnya. Perbedaan tekanan osmotik ini mengharuskan
ikan melakukan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuhnya agar berada dalam
keadaan yang relatif stabil sehingga proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya
dapat berlangsung secara normal. Mekanisme pengaturan tekanan osmotik ini
akan bergantung terhadap besarnya perbedaan antara tekanan osmotik media
dengan tekanan osmotik cairan tubuhnya. Proses ini disebut osmoregulasi.
Osmoregulasi membutuhkan energi yang besarnya bergantung pada besarnya
perbedaan tekanan osmotik cairan tubuh dengan tekanan osmotik media.
Pembelanjaan energi untuk osmoregulasi ini akan minimal bila ikan hidup pada
media yang mendekati isoosmotik atau pada media yang memiliki salinitas
optimum. Energi yang dibelanjakan untuk osmoregulasi ini merupakan bagian
dari energi metabolisme. Energi metabolisme yang seharusnya dipakai oleh ikan
untuk pertumbuhan akan tidak efisien jika lebih banyak digunakan dalam proses
7

osmoregulasi. Dengan demikian upaya penentuan salinitas optimal agar tercipta


media yang isoosmotik sangat penting untuk memaksimalkan pertumbuhan
(Fujaya, 2004).
2.3.2 Organ-organ Osmoregulasi
Organ-organ yang terlibat dalam proses osmoregulasi adalah insang,
ginjal, usus (Fujaya, 2004).
a. Insang
Pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang. Studi mengenai
fungsi dan biokimiawi insang teleostei mengindikasikan bahwa insang teleostei
merupakan pompa ion untuk chloride (Cl-), sodium (Na+) dan potasium (K+). Ion
Na+ dibutuhkan dalam proses pemompaan NH4+ dan H+ dari dalam tubuh ikan
ke lingkungannya (Fujaya, 2004). Maets (1971) dalam Fujaya (2004) menemukan
bahwa penambahan NH4 ke lingkungan ikan berjalan lambat bila pada waktu
yang sama tingkat penambahan Na+ juga turun. Korelasi antara amonium dan
hidrogen dengan Na+, mirip korelasi yang ditemukan pada Cl- dan HCO3-.
Bilamana amonia (NH3) melewati sel-sel chloride maka akan diekskresi oleh
insang setelah diubah menjadi amonium (NH4). Carbonic anhydrase juga hadir
dalam darah ditemukan sangat rendah. Proses ini sangat penting karena amonia
merupakan produk ekskresi dari katabolisme protein yang dalam konsentrasi
nyata tidak dapat ditolelir (Fujaya, 2004).
b. Ginjal
Ginjal melakukan dua fungsi utama. Pertama, mengekskresikan sebagian
besar produk akhir metabolisme tubuh, dan yang kedua, mengatur konsentrasi
cairan tubuh. Ginjal terdiri dari glomerulus dan tubulus. Glomerulus berfungsi
menyaring cairan, sedangkan tubulus berfungsi mengubah cairab yang disaring
menjadi urin. Dengan demikian ginjal dapat membersihkan dan menjernihkan;
asma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi
dapat terjadi pada glomerulus karena jaringan kapiler glomerulus merupakan
jaringan bertekanan tinggi sedangkan jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan
kapiler bertekanan rendah (Fujaya, 2004).
8

c. Usus
Meminum air laut adalah sumber utama air pada ikan air laut untuk
mengembalikan air yang hilang melalui difusi insang, ginjal, dan mungkin pula
melalui kulit. Setelah air masuk ke dalam usus, dinding usus aktif mengambil ion-
ion monovalen (Na+, K+, dan Cl-) dan air, sebaliknya membiarkan lebih banyak
ion-ion divalen (Mg++, Ca++, SO4-) tetap di dalam usus sebagai cairan rektal
agar osmolaritas usus sama dengan darah. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindarkan air yang telah diserap usus kembali ke dalam rektal. Pada ikan air
tawar, proses meminum juga tetap terjadi, meskipun air secaraosmosis masuk ke
dalam tubuh, namun jumlahnya sedikit. Proses minum ini dibutuhkan oleh usus
untuk mengambil kembali ion-ion yang hilang melalui difusi dan juga melalui
urin (Fujaya, 2004).

2.3.3 Tipe Osmoregulasi


Osmoregulasi ion dan air terdapat tiga pola (Fujaya 2004), yakni:
1) Regulasi hipertpnik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media,
contohnya pada potadrom (ikan air tawar).
2) Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media,
contohnya pada oseandrom (ikan air laut).
3) Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh
sama dengan konsentrasi media, contohnya pada ikan yang hidup di
daerah estuari.
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai ”Osmoregulasi pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)” dilaksanakan selama 2 minggu yaitu hari selasa tanggal 30 April pukul
17.00 WIB – Rabu tanggal 1 Mei 2019 pukul 16.00 WIB dan pengamatan harian
dilaksanakan pada Kamis tanggal 2 Mei hingga 14 Mei 2019 di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
3.2.1 Alat
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum
No Alat Fungsi
1 Akuarium Wadah pemeliharaan ikan
2 Timbangan Mengukur bobot ikan dan pakan
3 Aerator Penyuplai oksigen
4 Refraktometer Mengukur salinitas
Toples plastik Sebagai tempat hidup ikan saat ditimbang dan
5
dihitung operkulum
6 Selang Membersihkan akuarium
7 Hand counter Menghitung buka tutup operkulum ikan
8 Timer Menghitung waktu
9 Saringan Menangkap ikan dan menyaring kotoran

3.2.1 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum
No Bahan Fungsi
1 Ikan Nila Objek Pengamatan
2 Pakan Asupan nutrisi
3 Air Media hidup ikan
4 Garam

9
10

3.3 Prosedur Praktikum


Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Akuarium dibersihkan dan diisi air sebanyak 10 liter
2. Lakukan aerasi pada akuarium
3. Garam dimasukan kedalam akuarium sesuai perlakuan dengan salinitas 5
ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt kemudian homogenkan
4. Ikan Nila sebanyak 5 ekor ditimbang
5. Ikan masukan kedalam akuarium.
6. Siapkan pakan sebanyak 3% dari biomassa dan diberikan dua kali sehari,
pagi dan sore
7. Setiap waktu yang telah ditentukan, satu ekor Ikan Nila diambil
menggunakan saringan.
8. Ikan dimasukan kedalam toples yang sudah terisi air dari akuarium ikan
9. Amati buka tutup operkulum dan hitung selama satu menit dengan hand
counter dan stopwatch dan diulang sebanyak tiga kali dan catat hasilnya.
10. Ikan dikembalikan kedalam akuarium.
11. Lakukan shifon secara berkala agar kotoran tidak menumpuk
11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Kelompok
Berikut merupakan data hasil pengamatan bukaan operkulum dalam 24
jam yang dilakukan oleh kelompok 4.

Bukaan Operkulum 24 Jam (5 ppt)


200
Bukaan Operkulum (kali/menit)

180 172
160 150 154
141
140 119 127 124 125
115 110
120
100
80
60
40
20
0
[20.45 [21.45] [22.45] [00.45] [02.45] [04.45] [07.45] [10.45] [13.45] [16.45]
Waktu Pengamatan 24 Jam

Bukaan Operkulum
Gambar 2. Grafik Bukaan Operkulum 24 Jam

Berdasarkan data di atas (Gambar 2) didapat bahwa pada jam 20.45 (30
menit) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 119 kali. Pada jam 21.45 (1 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 115 kali. Pada jam 22.45 (1 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 150 kali. Pada jam 00.45 (2 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 154 kali. Pada jam 02.45 (2 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 141 kali. Pada jam 04.45 (2 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 172 kali. Pada jam 07.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 127 kali. Pada jam 10.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 124 kali. Pada jam 13.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 110 kali. Sedangkan pada jam 16.45 (4
jam) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 125 kali.

11
12

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan bukaan operkulum harian


yang dilakukan oleh kelompok 4 selama tiga belas hari.

Bukaan Operkulum 2 Minggu (5 ppt)


130
Bukaan Operkulum (kali/menit)

128 128
128 127
126 126 126
126 125 125 125
124
124 123
122 121
120
120
118
116
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu Pengamatan (tanggal, Mei 2019)

Bukaan Operkulum
Gambar 3. Grafik Bukaan Operkulum 2 Minggu

Berdasarkan data di atas (Gambar 3) didapat bahwa pada hari pertama


didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 126 kali. Pada hari kedua didapat
bukaan operkulum ikan sebanyak 128 kali. Pada hari ketiga didapat bukaan
operkulum ikan sebanyak 123 kali. Pada hari keempat didapat bukaan operkulum
ikan sebanyak 125 kali. Pada hari kelima didapat bukaan operkulum ikan
sebanyak 124 kali. Pada hari keenam didapat bukaan operkulum ikan sebanyak
126 kali. Pada hari ketujuh didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 128 kali.
Pada hari kedelapan didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 127 kali. Pada hari
kesembilan didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 126 kali. Pada hari
kesepuluh didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 121 kali. Pada hari kesebelas
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 125 kali. Pada hari kedua belas didapat
bukaan operkulum ikan sebanyak 120 kali. Pada hari ketiga belas didapat bukaan
operkulum ikan sebanyak 125 kali.

Berikut merupakan data hasil pengamatan aktiivitas gerak ikan dalam 24


jam yang dilakukan oleh kelompok 4.
13

Tabel 3. Aktifitas Gerak 24 Jam


Salinitas Jam ke
(ppt) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 + - - + + + + + + +
Keterangan : (+) Aktif & (-) Pasif
Berdasarkan data di atas (Tabel 3) didapat pada jam pertama aktifitas
gerak ikan aktif. Kemudian jem kedua aktifitas gerak ikan pasif. Pada jam ketiga
aktifitas gerak ikan pasif. Pada jam keempat aktifitas gerak ikan aktif. Pada jam
kelima aktifitas gerak ikan aktif. Pada jam ke enam aktifitas gerak ikan aktif. Pada
jam ketujuh aktifitas gerak ikan aktif. Pada jam kedelapan aktifitas gerak ikan
aktif. Pada jam kesemilan aktifitas gerak ikan aktif. Pada jam kesepuluh aktifitas
gerak ikan aktif.

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan aktivitas gerak harian yang
dilakukan oleh kelompok 4 selama tiga belas hari.
Tabel 4. Tabel Aktifitas Gerak 2 Minggu
Salinitas Tanggal
(ppt) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 + + + + + + + + + + + + +
Keterangan : (+) Aktif & (-) Pasif
Berdasarkan data di atas (Tabel 4) didapat pada tanggal 2 aktifitas gerak
ikan aktif hingga tanggal 14 Mei.

Berikut merupakan data hasil pengamatan gejala klinis dalam 24 jam yang
dilakukan oleh kelompok 4.
Tabel 5. Tabel Gejala Klinis 24 Jam
Salinitas Jam Ke
(ppt) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 + + + ++ + ++ + ++ ++ ++
Keterangan : Berlendir (+) Sedikit, (++) Sedang, (+++) Banyak
Berdasarkan data di atas (Tabel 5) didapat pada jam pertama lendir ikan
sedikit. Kemudian jem kedua lendir ikan sedikit. Pada jam ketiga lendir ikan
sedikit. Pada jam keempat lendir ikan banyak. Pada jam kelima lendir ikan
sedikit. Pada jam ke enam sampai jam kesepuluh lendir ikan banyak.
14

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan gejala klinis harian yang
dilakukan oleh kelompok 4 selama tiga belas hari.
Tabel 6. Tabel Gejala Klinis 2 Minggu
Salinitas Tanggal
(ppt) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Keterangan : Berlendir (+) Sedikit, (++) Sedang, (+++) Banyak
Berdasarkan data di atas (Tabel 6) didapat pada tanggal 2 sampai tanggal
14 lendir ikan banyak

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan survival rate yang dilakukan
oleh kelompok 4.

Survival Rate
120
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
80 80
80
Nilai (%)

60
60

40

20

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Waktu Pengamatan (tanggal, Mei 2019)

Survival Rate
Gambar 4. Grafik Survival Rate 2 Minggu (1-14 Mei 2019)
Berdasarkan data di atas (Gambar 4) didapat bahwa survival rate ikan
sebesar 60%

4.1.2 Kelas
Berikut merupakan data hasil pengamatan bukaan operkulumharian kelas
perikanan B.
15

Rata-rata Bukaan Operkulum 2 Minggu


121
Bukaan Operkulum (kali/menit)

120
120 119
119
118 117
117
116
115 114
114
113
112
111
5 10 15 20

Salinitas (ppt)

Bukaan Operkulum
Gambar 5. Grafik Bukaan Operkulum 2 Minggu Kelas

Berdasarkan data di atas (Gambar 5) didapat bahwa rata-rata bukaan


operkulum ikan nila tiap kelompok kelas perikanan B pada salinitas 5 ppt
sebanyak 120 kali, pada salinitas 10 ppt bukaan operkulum ikan nila sebanyak
114 kali, pada salinitas 15 ppt bukaan operkulum ikan nila sebanyak 119 kali, dan
pada salinitas 20 ppt bukaan operkulum ikan nila sebanyak 117 kali.

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan aktivitas gerak harian kelas
perikanan B.
Tabel 7. Tabel Rata-Rata Aktifitas Gerak 2 Minggu Kelas
Salinita Hari ke
s (ppt) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5 + + + + + + + + + + + + + +
10 + + + + + - + + + + + + + +
15 + + + + + + + - - + - - - -
20 + + + + - + + + + - + - - -
Keterangan : (+) Aktif & (-) Pasif

Berdasarkan data di atas (Tabel 7) didapat bahwa pada salinitas 5 ppt rata-
rata tiap harinya aktifitas gerak ikan aktif. Pada salinitas 10 ppt rata-rata tiap
harinya aktifitas gerak ikan aktif. Pada salinitas 15 ppt mengalami perubahan pada
beberapa hari. Pada 20 ppt mengalami perubahan pada beberapa hari.

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan gejala klinis harian kelas
perikanan B.
16

Tabel 8. Tabel Rata-Rata Gejala Klinis 2 Minggu Kelas


Salinit Hari ke
as 12 13 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(ppt)
+ + + + + ++ ++ ++ ++
5 + ++ ++ ++ ++
+ + + + + + + + +
+ + + + + ++ ++ ++ ++
10 + ++ ++ ++ ++
+ + + + + + + +
+ + + + + ++ ++ ++
15 + ++ ++ ++ ++ ++
+ + + + +
+ + + + ++ ++ + + ++ ++ ++ ++ ++
20 ++
+ + + + + + + + + + + +
Keterangan : Berlendir (+) Sedikit, (++) Sedang, (+++) Banyak
Berdasarkan data di atas (Tabel 8) didapat bahwa pada salinitas 5 ppt rata-
rata tiap harinya lendir yang dikeluarkan sedang tetapi ada yang banyak pada
beberapa hari. Pada salinitas 10 ppt lendir yang dikeluarkan sedang tetapi ada
yang banyak pada beberapa hari. Pada salinitas 15 ppt lendir yang dikeluarkan
sedang tetapi ada. Pada 20 lendir yang dikeluarkan sedang tetapi ada yang banyak
pada beberapa hari.

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan Survival ratekelas perikanan


B.

Grafik Survival Rate


30
25 24
25
20
20
Nilai (%)

15 12
10

0
5 10 15 20

Salinitas (ppt)

Survival Rate
Gambar 6. Grafik Survival Rate 2 Minggu Kelas
17

Berdasarkan data di atas (gambar 6) didapat bahwa pada salinitas 5 ppt


survival ratenya sebesar 20 %, pada 10 ppt sebesar 12%, pada 15 ppt sebesar 25
%, dan pada 20 ppt sebesar 24 %.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4 mendapatkan perlakuan
salinitas sebesar 5 ppt, dengan penambahan garam sebanyak 50 gram sehingga
membentuk salinitas 5 ppt. Pada pengamatan 24 jam didapat bahwa pada jam
20.45 (30 menit) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 119 kali. Pada jam
21.45 (1 jam) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 115 kali. Pada jam 22.45
(1 jam) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 150 kali. Pada jam 00.45 (2
jam) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 154 kali. Pada jam 02.45 (2 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 141 kali. Pada jam 04.45 (2 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 172 kali. Pada jam 07.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 127 kali. Pada jam 10.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 124 kali. Pada jam 13.45 (3 jam)
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 110 kali. Sedangkan pada jam 16.45 (4
jam) didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 125 kali. Dengan aktifitas gerak
relatif aktif dan gejala klinis dengan lendir yang dikeluarkan relatif sedang.
Sedangkan pada pengamatan harian didapat bahwa pada hari pertama bukaan
operkulum ikan sebanyak 126 kali. Pada hari kedua didapat bukaan operkulum
ikan sebanyak 128 kali. Pada hari ketiga didapat bukaan operkulum ikan sebanyak
123 kali. Pada hari keempat didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 125 kali.
Pada hari kelima didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 124 kali. Pada hari
keenam didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 126 kali. Pada hari ketujuh
didapat bukaan operkulum ikan sebanyak 128 kali. Pada hari kedelapan didapat
bukaan operkulum ikan sebanyak 127 kali. Pada hari kesembilan didapat bukaan
operkulum ikan sebanyak 126 kali. Pada hari kesepuluh didapat bukaan
operkulum ikan sebanyak 121 kali. Pada hari kesebelas didapat bukaan operkulum
ikan sebanyak 125 kali. Pada hari kedua belas didapat bukaan operkulum ikan
sebanyak 120 kali. Pada hari ketiga belas didapat bukaan operkulum ikan
18

sebanyak 125 kali. Dengan aktifitas gerak relatif aktif dan gejala klinis dengan
lendir yang dikeluarkan relatif sedang.
Selama pengamatan air yang ada didalam akuarium semakin lama menjadi
keruh serta kualitasnya menurun yang disebabkan oleh sisa pakan yang tidak
termakan mulai mengendap dan ammonia yang dihasilkan oleh metabolisme ikan.
Tingkah laku ikan bermacam-macam, aktif dan pasif dikarenakan ikan
terkontaminasi oleh ammonia pada air tersebut yang berasal dari feses ikan
sehingga menyebabkan ikan menjadi tidak aktif dan dapat menyebabkan kematian
pada ikan (Kuswardani 2006). Dilihat dari bukaan operculumnya, lama kelamaan
semakin lambat dan stabil hal tersebut merupakan salah satu bentuk penyesuaian
diri terhadap lingkungan. Aktivitas gerak ikan dari pertama pengamatan
menunjukkan aktivitas yang aktif dan lendir yang dikeluarkan ikan nila setiap
harinya bertambah. Pada hari pertama hingga hari kesepuluh persentase SR
sebesar 100%, namun pada hari kesebelas hingga hari kedua belas persentase SR
ikan menurun menjadi 80%. Dan menurun lagi menjadi 60% pada hari ketiga
belas. Hal ini dikarenakan kadar ammonia yang terkandung dalam air terlalu
tinggi sehingga menyebabkan terdapat ikan yang mati.
Ikan nila termasuk kedalam ikan yang bersifat euryhaline yang berarti ikan
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan salinitas dengan rentang yang cukup
luas hingga mencapai 35 ppt (Wahyuni 2005). Kelompok 4 memiliki salinitas
sebesar 5 ppt dengan hasil ikan mati sebanya 2 ekor ikan. Hal tersebut
dikarenakan beberapa factor yaitu tingginya kadar ammonia dalam air, pakan
yang berlebihan serta perbedaan besar ukuran ikan yang menyebabkan adanya
ikan yang sakit karena dilawan oleh ikan nila yang berukuran lebih besar.
Pada ikan air tawar, air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan
melalui insang, secara pasif berlangsung melalui suatu proses yaitu osmosis
terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lingkungannya (Kuswardani 2006).
Dalam keadaan normal, ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar
garam tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan
diserap oleh ikan menggunakan energy metaboliknya. Ikan mempertahankan
19

keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus


(lendir), melakukan osmosis lewat insang, produksi urine nya encer dan
memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang (Kuswardani 2006).
Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak minum air,
kulitnya diliputi mucus (lendir), melakukan osmosis lewat insang, produksi
urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara
umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya
tidak mudah bocor kedalam air (Kuswardani 2006).
Tingkah laku ikan pasif (berenang tidak stabil) hal ini terjadi karena ikan
dapat saja terkontaminasi oleh amonia di perairan tersebut yang berasal dari sisa
pakan dan fesesnya sehingga menyebabkan ikan menjadi tidak aktif dan
(Kuswardani 2006).

4.2.2 Kelas
Berdasarkan hasil data kelas diatas dapat diketahui bahwa rata-rata bukaan
operkulum paling banyak terdapat pada ikan nila yang media airnya bersalinitas 5
ppt dan yang paling sedikit pada media air yang bersalinitas 10 ppt. Hal ini
menunjukkan bahwa tingginya salinitas tidak terlalu berpengaruh terhadap buka
tutup operkulum ikan nila. Namun, berpengaruh terhadap gejala klinis ikan nila
atau lendir yang dihasilkan oleh ikan nila hal ini dibuktikan pada data tabel gejala
klinis kelas yang memperlihatkan jumlah lendir yang dihasilkan oleh ikan nila
paling banyak itu terdapat pada media air yang bersalinitas 20 ppt.
Hasil diatas membuktikan penyataan Kuswardani (2006) bahwa ikan air
tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam tidak melarut dan lolos ke dalam
air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh ikan menggunakan energy
metaboliknya. Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak
minum air, kulitnya diliputi mucus (lendir), melakukan osmosis lewat insang,
produksi urine nya encer dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada
insang. Dalam hal ini ikan nila yang kami amati berarti lebih banyak melakukan
osmoregulasi dengan menggunakan kulit terbukti dengan lendir yang dihasilkan
banyak dan bukaan operkulum yang sedang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Pengaruh salinitas terhadap operkulum yaitu rata-rata bukaan operkulum
pada salinitas 5 ppt sebanyak 120 kali, pada 10 ppt sebanyak114, pada 15
ppt sebanyak 119 kali, pada 20 ppt sebanyak 117 kali. Pengaruh salinitas
terhadap aktivitas gerak ikan yaitu pada salinitas 5 ppt cenderung aktif,
pada 10 ppt cenderung aktif, pada salinitas 15 ppt cenderung aktif namun
pada beberapa waktu ikan pasif, pada salinitas 20 ppt cenderung aktif
namun pada beberapa waktu ikan pasif. Pengaruh salinitas terhadap gejala
klinisnya yaitu pada salinitas 5 ppt lendir yang dihasilkan cenderung
sedang banyak pada beberapa waktu, pada 10 ppt lendir yang dihasilkan
cenderung sedang dan banyak pada beberapa waktu, pada 15 ppt lendir
yang dihasilkan cenderumg sedang, dan pada salinitas 20 ppt lendir yang
dihasilkan cenderung banyak. Pengaruh salinitas terhadap niali SR ikan
nila yaitu pada salinitas 5 ppt sebesar 20%, pada 10 ppt sebesar 12%, pada
15 ppt sebesar 25%, dan pada 20 ppt sabesar 24%.

2. Dari data yang didapat dapat disimpulkan bahwa rentan salinitas ikan nila
yaitu dari 0-20 ppt ikan masih dapat bertahan hidup, selain itu beberapa
sumber mengatakan ikan nila dapat hidup hingga salinitas 35 ppt.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu dengan penambahan variabel
bobot ikan setiap harinya untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan ikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aliyas., S. Ndobe dan Z. R. Ya’la. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.
Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. 5(1): 19-27.
Amri dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Boyd. 2004. Farm Level Issues in Aquaculture Certification: Tilapia. WWFUS:
Auburn.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hepher, B. & Y. Priguinin. 1981. Commercial Fish Farming with Special
Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons Inc., New York.
Holliday, F.C.T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts.
In Hoar, W.S and D.J. Randall (Eds). Fish Physiology, Vol. I. Academic
Press, New York.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Resin Lebah terhadap Gambaran
Darah Mas Koki Carassius auratus yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Pamungkas, W. 2012. Aktivitas Osmoregulasi, Respons Pertumbuhan, Dan
Energetic Cost Pada Ikan Yang Dipelihara Dalam Lingkungan
Bersalinitas. Jurnal Media Akuakultur. 7(1): 44-51
Pullin,R.S.V, dan Jay Maclean. 1992. Analysis of Research for the Dvelopment of
Tilapia FarmingAn Interdisciplinary is Lacking. Netherlands Journal Of
Zoology.
Rahadjo, M.F. 1980. Ikhtiologi. Sistem Urogenetal. Fakultas Perikanan, IPB.
Bogor.
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius.
Yogyakarta.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. BinaTjipta. Bandung.
Setyo. 2006. Fisiologi Nila (Oreochromis niloticus). Kanisius. Jakarta.
Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater Aquacul-ture. John Willey and
Sons. New York.

21
22

Stickney, R.R. 2000. Encyclopedia of aquaculture. A Wiley- Interscience


Publication John Wiley & Sons, Inc. The United States of America
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Panebar Swadaya. Jakarta.
Wahyuni, W.S. 2005. Dasar-Dasar Fisiologi Ikan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat Prktikum

Termometer Hg Hand counter

Tabung ukur Toples plastik

Akuarium
Timer
25

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Mas Garam

Pakan
26

Lampiran 3. Prosedur Praktikum


27

Diisi akuarium dengan air sebayak 10 liter dan dipasang aerasi

Diambil ikan sebanyak 5 ekor

Ditimbang biomassa ikan menggunakan timbangan digital

Dimasukan ikan kedalam akuarium

Ditimbang pakan sebanyak 3% dari biomassa ikan dan diberikan dua kali
sehari, pagi dan sore

Diambil seekor ikan dan dimasukan kedalam toples

Diamati buka tutup operkulum, gejala klinis dan fisiologis

Dicatat hasil pengamatan pada lembar kerja

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan


28

1.Akuarium diisi air 2. Diaerasi 30 menit

3. Dimasukan garam 4. Dimasukan ikan

5. Amati dan catat hasil pengamatan


29

Lampiran 5. Data Kelompok


Berikut merupakan data hasil pengamatan bukaan operkulum dalam 24
jam yang dilakukan oleh kelompok 4.

Gejala Fisiologi
Salinitas Bukaan
Waktu Aktifitas Gejala SR(%)
(ppt) Operkulum
Gerak Klinis
30 menit 119 Aktif + 100
1 jam 115 pasif + 100
1 jam 150 pasif + 100
2 jam 154 Aktif ++ 100
2 jam 141 Aktif + 100
5
2 jam 172 Aktif ++ 100
3 jam 127 Aktif + 100
3 jam 124 Aktif ++ 100
3 jam 110 Aktif ++ 100
3 jam 125 Aktif ++ 100
4 jam 130 Aktif ++ 100

Berikut ini merupakan data hasil pengamatan bukaan operkulum harian


yang dilakukan oleh kelompok 4 selama tiga belas hari.
Gejala Fisiologi
Salinitas Bukaan
Waktu Aktifitas Gejala SR(%)
(ppt) Operkulum
Gerak Klinis
2 Mei 126 Aktif ++ 100
3 Mei 128 Aktif ++ 100
4 Mei 123 Aktif ++ 100
5 Mei 125 Aktif ++ 100
6Mei 124 Aktif ++ 100
7 Mei 126 Aktif ++ 100
5 8 Mei 128 Aktif ++ 100
9 Mei 127 Aktif ++ 100
10 Mei 126 Aktif ++ 100
11 Mei 121 Aktif ++ 100
12 Mei 125 Aktif ++ 80
13 Mei 120 Aktif ++ 80
14 Mei 125 Aktif ++ 60

Anda mungkin juga menyukai