Anda di halaman 1dari 9

Pra-bencana​ selalu erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana.

Mitigasi
bencana tersebut adalah upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
bencana. Di dalam pra-bencana terdapat unsur yang harus dijalankan, yaitu yang pertama
adalah ​penilaian bahaya​.

Penilaian bahaya​ sangat diperlukan untuk mengidentifikasi populasi yang


terdapat di dalam suatu daerah, selain itu aset yang terancam, dan tentunya tingkat
ancaman. Hasil implementasi dari unsur ini akan menghasilkan Peta Potensi
Bencana yang tentunya sangat penting untuk merancang kedua faktor mitigasi
lainnya. Selanjutnya adalah ​peringatan​.

Peringatan ​harus dikomunikasikan melalui saluran yang dimiliki oleh pihak


berwenang maupun masyarakat. Selain itu, peringatan ini harus dilakukan secara
cepat, tepat, dan dapat dipercaya. Terakhir adalah ​persiapan​.

Persiapan ​ini akan berkaitan dengan perncanaan tata raung yang


menempatkan fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana, serta
usaha yang membangun struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi
struktur akan bencana

Pra-bencana tidak akan berjalan apabila tidak ada upaya sinergis antara
pemerintah, swasta, maupun masyarakat dalam menjalankan mitigasi bencana
tersebut. Maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan, dan
dilakukan bersama-sama, antara lain:

1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha


preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di
lokasi yang rawan bencana.
2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, kegiatannya mulai dari
identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga
penyelenggaraan kegiatan yang sifatnya preventif dalam hal kebencanaan.
3. Identifikasi lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani
kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik.
4. Pelaksanaan program atau tindakan riil dari pemerintah yang merupakan
pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif dalam hal kebencanaan.
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ciri alam setempat yang memberikan
indikasi akan adanya ancaman bencana.
Kesiapsiagaan

Berikut ini adalah upaya kesiapsiagaan yang dapat diterapkan pada pra- bencana:

1. Kesiapsiagaan Daerah

a. Kesiapan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Dalam kesiapan sarana dan prasarana kesehatan, yang harus diperhatikan


adalah siapnya fasilitas pelayanan kesehatan yang disiagakan dan penyiapan
sarana prasarana, serta logistik.

b. Kesiapan Tenaga Kerja

Tenaga kesehatan harus disiapkan, misalnya penyediaan dokter, perawat dan


bidan yang mencukupi.

2. Sistem informasi

a) Pemantauan Kualitas Lingkungan BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan


Lingkungan) berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan setempat harus
melakukan surveilans faktor risiko dan antisipasi kesiapsiagaan apabila
terjadi erupsi.

b. Mobilisasi SDM
Kesehatan

c. Mobilisasi Logistik Kesehatan

d. Upaya Dinas Kesehatan

Dinas kesehatan setempat harus melakukan upaya mengaktifkan pos


kesehatan di Puskesmas dan menyiapkan rumah sakit rujukan.

Program pemerintah tidak dapat berjalan dengan baik jika


masyarakatnya sendiri kurang peduli akan keselamatan diri mereka sendiri. Maka
dari itu, setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan dan
kemana harus pergi bila situasi darurat terjadi.

1. Rencana Darurat Sederhana

Rencana darurat rumah tangga dibuat sederhana, sehingga mudah diingat oleh
seluruh anggota keluarga. Bencana adalah situasi yang sangat
mencekam sehingga mudah mencetus kebingungan. Rencana darurat yang
baik hanya berisi beberapa rincian saja yang mudah dilaksanakan.

2. Tentukan Jalur Evakuasi


Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk keluar dari
rumah saat sekiranya ada tanda bencana. Jika Anda berencana meninggalkan
daerah atau desa, rencanakan beberapa jalan dengan memperhitungkan
kemungkinan beberapa jalan yang putus atau tertutup akibat bencana itu
sendiri.

3. Tentukan Tempat Bertemu

Dalam keadaan anggota keluarga terpencar, misalnya ibu di rumah, ayah di


tempat kerja, sementara anak-anak di sekolah saat terjadi bencana, tentukan
tempat bertemu. Tempat pertama, semestinya lokasi yang aman dan dekat
rumah. Tempat ini biasanya menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada
keadaan darurat. Tempat kedua, dapat berupa bangunan atau taman di luar
desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali ke
rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut.

Selain itu, kesiapsiagaan juga harus diterapkan di lingkungan sekolah. Sama dengan prinsip
rencana siaga di rumah tangga, gedung sekolah perlu diperiksa ketahanannya terhadap
bencana alam. Sebaiknya, sekolah dibangun berdasarkan standar bangunan tahan bencana.
Anak sekolah perlu sering dilatih untuk melakukan tindakan penyelamatan diri bila terjadi
gempa, misalnya sekurang kurangnya 2 kali dalam setahun.
Saat Bencana

● Tanggap Darurat
● Respon Cepat
Dalam hal ini, pemerintah telah berupaya membuat konsep tentang penanggulangan bencana
dengan lahirnya Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran
Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
BNPB dibentuk untuk mengambil alih beberapa tugas sektor atau dinas terkait, tetapi lebih
banyak sebagai koordinator dan implementator atau fasilitator pada saat pra-bencana dan
pemulihan (pasca bencana) dan berfungsi komando pada saat tanggap darurat. Sejalan dengan hal
tersebut, Presiden RI memberikan arahan sebagai berikut:
1. Pada saat terjadi bencana, Bupati atau Walikota adalah unsur Pemerintah yang paling
bertanggung jawab sebagai penindak awal.
2. Gubernur harus merapat untuk memberikan dukungan
3. Pemerintah pusat merapat untuk memberikan bantuan yang bersifat ekstrim jika
diperlukan.
4. Melibatkan TNI dan Polri.
5. Penanganan bencana sedini mungkin.

Undang-undang No. 24 Tahun 2004 Pasal 26, pada ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang
berhak:
6. Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana.
7. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
8. Mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan
bencana.
9. Berperan serta dalam perencaanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial.
10. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan
bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya.
11. Melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.

Program Integrasi penanggulangan bencana

Tahap Bencana
Program Pra Saat Pasca

Rehabilitasi :
Manajemen
Bencana a. Perbaikan lingkungan daerah
bencana.

b. perbaikan prasarana dan


sarana umum.
Pengkajian cepat dan
c. pemberian bantuan perbaikan
tepat
rumah masyarakat.
Mitigasi bencana
d. pemulihan sosial psikologis.

Penentuan status keadaan


Rekontruksi:

Sistem deteksi dini darurat


a. Pembangunan kembali
Penyelamatan dan
prasarana dan sarana;
Pengurangan risiko
pembangunan kembali
bencana evakuasi masyarakat
sarana sosial masyarakat.
terkena bencana
b. Pembangkitan kembali
Pemenuhan kebutuhan
kehidupan sosial budaya
Pemaduan rencana
masyarakat.
pembangunan dasar
c. Penerapan rancang bangun
Pemberdayaan dan Perlindungan terhadap yang tepat dan penggunaan
Manajemen peningkatan kelompok rentan

Bencana kemampuan
masyarakat Penerapan rancang bangun yang
tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik serta tahan bencana.

Persyaratan standar
teknis
Pemulihan darurat

Standar Kompetensi
Profesi Tahap Bencana

Pra Saat Pasca

a. Membuat peta a. Melakukan RHA. a. Melakukan surveilans

kerawan bencana. pasca bencana.


b. Surveilans pra b. Surveilans saat bencana.
c. Memastikan sistem b. Membuat peta kerusakan
bencana.
informasi berjalan daerah bencana .

dengan baik.
c. Merencanakan dan
mengendalikan upaya d. Membantu penyiapan
mitigatif di bidang dukungan dan mobilisasi
bencana letusan sumberdaya atau
gunung.
logistik.
d. Membuat sistem

Epidemiolog deteksi dini untuk e. Pengkajian secara cepat


penyebaran informasi. dan cepat terhadap
lokasi kerusakan dan
sumber daya.

a. Upaya preventif, Penyelamatan dan evakuasi Memberikan standar sanitasi

advokasi, dan deteksi masyarakat yang terkena jamban, kamar mandi serta air
dini dalam bencana, terutama pada bersih yang sesuai untuk
meminimalisir risiko aspek kesehatan lingkungan. korban bencana, terutama di
bencana. pengungsian.
Sanitarian
b. Persiapan sarana dan
prasarana MCK .

c. Menetapkan standar
sanitasi darurat.

d. Menjamin kualitas air.


e. Mensosialisasikan

pengolahan limbah
padat&cair pada saat
bencana terjadi.

a. Perencanaan a. Membuka rumah sakit a. Menyembuhkan

kebutuhan tenaga lapangan. pengsungsi yang


medis. b. Menangani korban menderita penyakit

letusan gunung yang akibat manifestasi


b. Memetakan tim medis
cedera dan terluka. dampak bencana
pada daerah rawan
bencana. b. Menangani korban yang
Dokter,
menderita penyakit
tenaga c. Mencari data

medis, dan mengenai kelompok

paramedic masyarakat risiko


tinggi seperti
bayi,balita, ibu hamil,
nifas, manula.
a. Mempersiapkan bahan a. Mengatur pola makan
makanan dan menu untuk
korban agar sesua
makan para korban sesuai
dengan kalori yang
standar kebutuhan kalori.
dibutuhkan.
Memastikan bahan pangan b. Penanganan gizi darurat.
b. Merencanakan kebutuhan
pokok tetap tersedia.
Ahli Gizi pangan, sandang, dan
kebutuhan dasar lainnya
untuk para pengungsi.

Anda mungkin juga menyukai