Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1.

ISSN 2338-5006
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KENCUR (Kaempferia
galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans

Akhmad Haerazi¹, Dwi Soelistya Dyah Jekti², Yayuk Andayani3


1,2&3
Program Studi Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Mataram Indonesia
E-mail : akhaerazi@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian tentang Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans secara In Vitro
telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak Kencur
(Kaempferia galanga L.) terhadap pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus
viridans dan mengetahui nilai MIC dan MBC dilakukan dengan metode dilusi pada media MHB.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur kering yang diekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kencur dari hasil ekstraksi kemudian diujikan untuk
aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans dengan konsentrasi
yang digunakan adalah 30%, 40%, 50%, 60% dan 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.) pada konsentrasi 70% mempunyai aktivitas antimikroba
terhadap Staphylococcus aureus sebesar 15 mm dan Streptococcus viridans sebesar 16 mm. Uji
MIC pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans adalah pada
konsentrasi 38% dan MBC pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus
viridans adalah pada konsentrasi 40%.

Kata Kunci: Kaempferia galanga L., Uji Antimikroba, MIC dan MBC.

ABSTRACT: Research on the Activity of Antibacterial Extract of Kencur (Kaempferia galanga


L.) on Growth of Staphylococcus aureus and Streptococcus viridans In Vitro has been done. The
aim of this research was to know the antibacterial activity of Kencur extract (Kaempferia galanga
L.) on the growth of Staphylococcus aureus and Streptococcus viridans bacteria and to know MIC
and MBC values were done by dilution method on MHB media. The main ingredients used in this
study were dried kencur rhizome extracted by using ethanol solvent. The kencur extract from the
extraction result was then tested for antibacterial activity on Staphylococcus aureus and
Streptococcus viridans with the concentrations used were 30%, 40%, 50%, 60% and 70%. The
results showed that kempur extract (Kaempferia galanga L.) at 70% concentration had
antimicrobial activity against Staphylococcus aureus of 15 mm and Streptococcus viridans of 16
mm. MIC tests on the growth of Staphylococcus aureus and Streptococcus viridans bacteria were
at concentrations of 38% and MBC on growth of Staphylococcus aureus and Streptococcus
viridans bacteria was at concentrations of 40%.

Keywords: Kaempferia galanga L., Antimicrobial Test, MIC and MBC.

PENDAHULUAN Masyarakat mempercayai dapat


Kencur (Kaempferia galanga mengobati penyakit tertentu, antara lain
L.) adalah tanaman tropis dan di dapat menyembuhkan masuk angin,
Indonesia dahulunya merupakan batuk, dan sakit tenggorokan. Kencur
tanaman pekarangan. Hal ini banyak digunakan sebagai bahan baku
disebabkan karena secara tradisional obat tradisional, fitofarmaka, industri
kencur termasuk tanaman obat kosmetika, penyedap makanan dan
(Hamida, 2007). Sudah sejak lama minuman, rempah, serta bahan
rakyat Indonesia menggunakan kencur campuran saus rokok pada industri
sebagai ramuan obat-obatan, ada yang rokok kretek, bahkan dapat
memanfaatkan sebagai bumbu masakan dimanfaatkan sebagai bioinsektisida
atau sebagai minuman beras kencur. (Rostinawati dan Efendi, 2007).
1
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
Menurut Gholib dan Darmono dihambat oleh optokin, dan koloninya
(2009) Senyawa yang terkandung tidak larut dalam empedu
dalam rimpang kencur antara lain etil (deoksikolat). Streptococcus viridans
sinamat, etil p-metoksi sinamat, p- merupakan anggota flora normal yang
metoksi stiren, kamfen, dan borneol paling umum pada saluran pernapasan
Etil p-metoksi sinamat merupakan bagian atas dan berperan penting untuk
komponen utama yang mudah untuk menjaga keadaan normal selaput
diisolasi dan dimurnikan. Herbert mukosa di situ. Bakteri ini dapat
(2009) mengemukakan komponen mencapai aliran darah akibat suatu
minyak atsiri dari simplisia kencur trauma dan menyebabkan endokarditis
yang dianalisis secara GC-MS antara pada katup jantung yang abnormal.
lain etil sinamat 43,47%, etil-pmetoksi Beberapa Streptococcus viridans
sinamat 31,36%, penta dekana 3,35%, (misalnya Streptococcus mutans)
borneol 3,35% delta 3-karen 2,86%, mensintesis polisakarida seperti
pinen 2,47%, kamfen 2,22%. dextrans dan levans dari sukrosa dan
Pemanfaatan hasil isolasi bahan menjadi faktor penting pada
alam menjadi salah satu bahan obat pembentukan karies gigi (Jawetz, 2001
yang terkenal di dunia pengobatan a).
sekarang ini, dikenal sebagai Rimpang kencur (Kaempferia
pengobatan tradisional karena galanga L.) sudah dikenal luas di
menggunakan obat-obat tradisional masyarakat baik sebagai bumbu
yang menggunakan bahan dasar dari makanan atau untuk pengobatan,
alam. Minyak atsiri akhir-akhir ini diantaranya adalah batuk, mual,
menarik perhatian dunia, usaha bengkak, bisul dan anti toksin seperti
pencarian senyawa baru terhadap keracunan tempe bongkrek dan jamur.
tumbuhan juga semakin banyak, hal ini Selain itu minuman beras kencur
disebabkan minyak atsiri dari beberapa berkhasiat untuk menambah daya tahan
tumbuhan bersifat aktif biologis tubuh, menghilangkan masuk angin,
sebagai antibakteri dan antijamur dan kelelahan, dengan dicampur
sehingga dapat dipergunakan sebagai minyak kelapa atau alkohol digunakan
bahan pengawet pada makanan dan untuk mengurut kaki keseleo atau
sebagai antibiotik alami (Copriady et mengencangkan urat kaki. Komponen
al, 2002). yang terkandung di dalamnya antara
Pada manusia, Staphylococcus lain saponin, flavonoid, polifenol dan
aureus dapat menimbulkan berbagai minyak atsiri (Winarto, 2007).
macam penyakit, diantaranya bisul Tujuan penelitian ini adalah untuk
borok, impetigo, pneumonia, mengetahui besar daya hambat ekstrak
osteomielistis, meningitis, mastitis, etanol kencur (Kaempferia galanga L.)
bakteremia, keracunan makanan, terhadap pertumbuhan bakteri
infeksi urogenital dan sindrom syok Staphylococcus aureus dan
toksik (Cullimore, 2000). Streptococcus viridans, MIC
Streptococcus viridans adalah (Minimum Inhibitory Concentration)
mikroorganisme yang hidup dalam dan MBC (Minimum Bactericidal
saluran napas bagian atas. Bakteri ini Concentration) ekstrak etanol kencur
bersifat α-hemolitik karena itu (Kaempferia galanga L.) terhadap
dinamakan viridans, tetapi kadang pertumbuhan bakteri Staphylococcus
non-hemolitik. Pertumbuhannya tidak aureus dan Streptococcus viridans.

2
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
METODE B. Persiapan Bahan
Penelitian ini adalah penelitian Bahan-bahan yang digunakan
yang bersifat eksperimen yaitu dalam penelitian ini adalah kencur (1
memberikan perlakuan ekstrak etanol Kg), Etanol 95%, Metanol, acetone,
kencur (Kaempferia galanga L.) akuades 100 ml, NA (Nutrient Agar),
terhadap pertumbuhan bakteri MHA (Muller Hinton Agar),
Staphylococcus aureus dan Sifprofloksasin, alkohol 70%, kertas
Streptococcus viridans. Rancangan whatman, kapas steril, bakteri gram
percobaan pada penelitian ini positif yaitu Staphylococcus aureus dan
menggunakan Rancangan Acak Streptococcus viridans.
Lengkap (RAL) dengan menggunakan
dua faktor. Faktor A adalah C. Pembuatan Ekstrak
konsentrasi ekstrak etanol kencur Sebanyak 1 kg rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) yang terdiri dikupas kemudian diiris dipotong kecil-
dari 5 konsentrasi yaitu 30%, 40%, kecil kemudian dimasukkan ke dalam
50%, 60% dan 70%. Faktor B adalah oven pada suhu 50°C untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus dikeringkan. Setelah kering, irisan
aureus (SA) dan Streptococcus viridans rimpang kencur diblender.
(SV). Adapun sebagai kontrolnya Penghancuran kencur bertujuan agar
adalah siprofloksasin sebagai kontrol sel atau jaringan yang mengandung
positif dan akuades sebagai kontrol senyawa diharapkan mudah larut oleh
negatif. pelarut yang dipakai (Yuharmen et al.,
Hipotesis yang diajukan adalah 2002). Kencur yang telah diblender
“Ekstrak etanol kencur (Kaempferia kemudian direndam dengan etanol
galanga L.) mempunyai kemampuan sebanyak 200 ml selama 24 jam.
menghambat pertumbuhan bakteri Setelah 24 jam, rendaman disaring
Staphylococcus aureus dan dengan menggunakan kertas whatman
Streptococcus viridians. dan filtrat 1 disimpan. Ampas
kemudian dimaserasi kembali seperti
A. Persiapan Peralatan cara di atas sehingga diperoleh filtrat 2
Alat-alat yang digunakan dalam dan 3 lalu pelarut diuapkan
penelitian ini adalah oven (mammert), menggunakan rotary evaporator dan
alat-alat gelas (pyrex), inkubator menghasilkan 200mg ekstrak pekat
(bynder -53), autoklaf (KT - 30 LDP), kencur.
neraca kasar (presica, 205 A SCS,
Sweden), lemari pendingin, neraca D. Persiapan Media
analitik (Dj 203 A), laminar airflow Sebanyak 20 gram media N
(LAF AV – 100), jarum ose, lampu (Nutrient Agar) dan sebanyak 35 gram
bunsen, pipet tetes (Socorex, MHA (Muller Hinton Agar) dilarutkan
319.1000B), mikro pipet (finifette, dalam masing-masing 1 liter akuades
Swedia), aluminium foil, cawan petri, kemudian dididihkan. Larutan media
blender (HR2001), rotary evaporator kemudian disterilisasi dalam autoclave
(RV 10 Control V), freeze dryer pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm
(sharp), stopwach, pisau, lemari selama 15 menit. Media yang telah
pengering, mikroskop (Meiji, 330007, disteril didinginkan selanjutnya dituang
Japan) penggaris, dan kamera digital. sebanyak 20 ml secara aseptis dalam
cawan-cawan petri steril yang

3
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
berdiameter ± 9 cm. konsentrasi 30%, 32%, 34%, 36%,
38% dan 40%. Masing-masing
E. Bioassay (Uji Daya Hambat) pengenceran ditambahkan sebanyak
Pengujian daya hambat ekstrak 100 μL ke dalam tabung reaksi yang
etanol kencur (Kaempferia galanga L.) telah berisi inokulum bakteri 105 CFU
terhadap Staphylococcus aureus dan (colony forming unit). Selanjutnya
Streptococcus viridans dilakukan tabung reaksi diinkubasi selama 24 jam
dengan metode difusi sumuran (well pada suhu 37°C. Bakteri
diffusion method). Setelah memadat Staphylococcus aureus dan
diinokulasikan bakteri gram positif Streptococcus viridans dalam tabung
yaitu Staphylococcus aureus dan yang tidak menunjukan pertumbuhan
Streptococcus viridans tersebut kemudian disubkultur dalam media
kemudian dibuat lubang/sumuran tanpa senyawa uji untuk menentukan
dengan menggunakan perforator apakah hambatan ini permanen atau
dengan diameter 7 mm. tidak. Apabila pada uji lanjut terdapat
Sampel uji sebanyak 100 μL pertumbuhan bakteri, maka konsentrasi
dimasukkan dalam tiap sumuran pada tersebut dinyatakan sebagai nilai MIC
media MHA dengan konsentrasi 30%, (Minimum Inhibitory Concentration).
40%, 50%, 60% dan 70%. Masing- Sebaliknya, apabila pada uji lanjut
masing konsentrasi dibuat sebanyak tidak terdapat pertumbuhan bakteri,
tiga kali pengulangan. Cawan petri maka konsentrasi tersebut dinyatakan
selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C sebagai nilai MBC (Minimum
selama 24 jam. Setelah diinkubasi, Bactericidal Concentration) (Lenny,
pertumbuhan bakteri diamati dan 2006).
diukur garis tengah sumuran dengan
menggunakan penggaris mistar. G. Analisa Data
Pengukuran dilakukan 3 kali pada sisi Pengumpulan data dilakukan
yang berbeda. Kontrol digunakan dengan mengukur diameter zona
siprofloksasin sebagai kontrol positif hambatan yaitu daerah bening di
dan akuades sebagai kontrol negatif. sekitar sumuran yang tidak ditumbuhi
bakteri yang terbentuk dari ekstrak
F. Uji MIC dan MBC kencur (Kaempferia galanga L.). Data
Penentuan nilai MIC dan MBC yang diperoleh dikelompokkan menjadi
dilakukan dengan metode dilusi. 3 katagori yaitu :
Inokulum dari Staphylococcus aureus 1. Diameter 11-15 mm dalam katagori
dan Streptococcus viridans diperoleh resisten;
dari koloni segar yang tumbuh pada 2. Diameter 16-20 mm dalam katagori
media NA. Masing-masing spesies intermediet;
bakteri diinokulasi pada 10 mL MHB 3. Diameter > 20 mm termasuk dalam
dalam erlenmeyer, kemudian katagori sensitif (Greenwood,
diinkubasi selama 24 jam dengan 1995).
shaker pada kecepatan 150 rpm. Data yang diperoleh dianalisis
Setelah 24 jam, sebanyak 200 μL mengunakan analisis data kualitatif dan
inokulum dimasukkan ke dalam tabung kuantitatif. Uji kuantitatif, data yang
reaksi berisi 5 mL media MHB. diperoleh kemudian dianalisis
Ekstrak kencur dipersiapkan dalam menggunakan Analysis of Variance
bentuk pengenceran berseri dengan One-Way Anova menggunakan SPSS

4
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
versi 16.0 for Windows. Jika terdapat konsentrasi 70% zona hambatan
perbedaan dilanjutkan dengan uji lanjut terbesar pada bakteri Staphylococcus
menggunakan uji Duncan dengan aureus dan Streptococcus viridans
α=0,05. yang disebabkan oleh zat antimikroba
yang terkandung dalam ekstrak etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN kencur terdifusi lebih banyak ke dalam
Hasil penelitian ekstrak etanol biakan bakteri. Hal ini sesuai dengan
kencur terhadap pertumbuhan bakteri penelitian tentang Pengaruh Kencur
Staphylococcus aureus dan (Kaempferia galanga L.) terhadap
Streptococcus viridans menunjukkan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
bahwa konsentrasi ekstrak kencur viridans secara invitro (Dzatin, 2000),
(Kaempferia galanga L.) yang diujikan yang membuktikan bahwa ada
selama 1 x 24 jam memiliki aktivitas pengaruh perasan kencur pada
penghambatan terhadap pertumbuhan konsentrasi 60% dalam menghambat
bakteri gram positif yaitu pertumbuhan bakteri Streptococcus
Staphylococcus aureus dan viridans.
Streptococcus viridans.
Tabel 2. Hasil Analisis Varian Pengaruh
Tabel 1. Hasil Pengukuran Zona Hambat Konsentrasi Ekstrak Kencur
Ekstrak Kencur (Kaempferia (Kaempferia galanga L.) terhadap
galanga L.) terhadap Pertumbuhan Pertumbuhan Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus dan
Streptococcus viridans. Streptococcus viridans.
Rata-rata Diameter Sum of Mean
Df F Sig.
Konsentrasi Squares Square
Zona Hambatan (mm)
Perlakuan (%)
SA SV
Between
30 % 10 10 10124.095 2 5062.048 27.789 .000
Groups
40 % 11 12
50 % 11 12 Within
3278.857 18 182.159
60 % 12 12 Groups
70% 15 16
Akuades 7 7 Total 13402.952 20
Siprofloksasin 25 28
Tabel di atas menunjukkan Dengan demikian Fhitung sebesar
kecenderungan semakin tinggi 27,789 jauh lebih besar dari Ftabel baik
konsentrasi ekstrak etanol kencur, pada taraf signifikansi 1% = 6,01
semakin besar daya hambatan pada maupun 5% = 3,55 yang berarti
bakteri Staphylococcus aureus dan hipotesis diterima. Hal ini
Streptococcus viridans. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
disebabkan karena semakin tingginya pemberian ekstrak kencur (Kaempferia
konsentrasi ekstrak etanol kencur galanga L.) terhadap pertumbuhan
berarti semakin banyak kandungan zat bakteri Staphylococcus aureus dan
atau senyawa aktif yang terkandung di Streptococcus viridans.
dalamnya. Besarnya diameter zona Zat aktif pada kencur mampu
hambatan juga tergantung pada daya menghambat pertumbuhan dari bakteri
serap zat antimikroba ke dalam Streptococcus viridians (Dzatin, 2000)
lempeng agar dan kepekaan kuman membuktikan bahwa simplisia kencur
terhadap zat antibakteri tersebut. Pada pada konsentrasi 60% dapat
konsentrasi 30% terbentuk zona menghambat pertumbuhan bakteri
hambatan terkecil sedangkan pada Streptococcus viridans. Pada penelitian
5
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
yang lain ekstrak rimpang kencur bakteri yang diambil dari konsentrasi
dengan konsentrasi 50% zona 38% masih menunjukkan adanya
hambatan yang terbentuk (7,23mm), pertumbuhan bakteri. Hal ini berarti
konsentrasi 75% zona hambatannya bahwa pada konsentrasi 38% bersifat
(9,23mm), dan konsentrasi 100% zona bakteriostatik terhadap Staphylococcus
hambatannya (9,93mm) terhadap aureus, sehingga nilai MIC dapat
pertumbuhan bakteri Streptococcus β ditetapkan. Hasil pengamatan
Hemolyticus (Wulansari, 2004). menunjukkan bahwa bakteri yang
diambil dari konsentrasi 40% tidak
Tabel 3. Hasil Uji MIC dan MBC Ekstrak menunjukkan adanya pertumbuhan
Kencur (Kaempferia galanga L.) bakteri. Hal ini berarti bahwa pada
terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus.
konsentrasi 40% bersifat bakterisidal
Pertumbuhan Bakteri terhadap Staphylococcus aureus,
No. Konsentrasi
Staphylococcus aureus sehingga nilai MBC dapat ditetapkan.
Setelah Uji
Inkubasi Lanjut Tabel 4. Hasil Uji MIC dan MBC Ekstrak
1 30% Keruh Tumbuh Kencur (Kaempferia galanga L.)
2 32% Keruh Tumbuh
terhadap Pertumbuhan Bakteri
3 34% Keruh Tumbuh
4 36% Keruh Tumbuh Streptococcus viridans.
5 38% Agak Tumbuh Pertumbuhan Bakteri
Bening Streptococcus viridans
No. Konsentrasi
6 40% Bening Tidak Setelah Uji
Tumbuh Inkubasi Lanjut
1 30% Keruh Tumbuh
Uji MIC dan MBC dilakukan 2 32% Keruh Tumbuh
untuk mengetahui apakah senyawa 3 34% Keruh Tumbuh
antimikroba bersifat bakteriostatik atau 4 36% Keruh Tumbuh
5 38% Agak Tumbuh
bakterisidal. Penetapan nilai MIC dan Bening
MBC penting dilakukan sebagai 6 40% Bening Tidak
patokan untuk pemilihan konsentrasi Tumbuh
yang tepat dan efektif bagi senyawa Uji MIC dan MBC dilakukan
yang akan digunakan untuk keperluan pada konsentrasi 30% - 40%. Hasil uji
pengobatan (Lim et al., 2006). dilusi pada uji MIC dan MBC terhadap
Uji MIC dan MBC dilakukan Streptococcus viridans seperti tersaji
pada konsentrasi 30% - 40%. Hasil uji pada Tabel 3 di atas. Hasil pengujian
dilusi pada uji MIC dan MBC terhadap menunjukkan bahwa setelah dilakukan
Staphylococcus aureus seperti tersaji inkubasi selama 24 jam, pada
pada Tabel 3 di atas. Hasil pengujian konsentrasi 30%, 32%, 34% dan 36%
menunjukkan bahwa setelah dilakukan keruh. Pada konsentrasi 38% agak
inkubasi selama 24 jam, pada bening dan 40% bening. Berikutnya
konsentrasi 30%, 32%, 34% dan 36% dilakukan uji lanjut untuk menetapkan
keruh. Pada konsentrasi 38% agak nilai MIC dan MBC terhadap
bening dan 40% bening. Berikutnya Streptococcus viridans. Uji lanjut
dilakukan uji lanjut untuk menetapkan dilakukan dengan mensubkultur bakteri
nilai MIC dan MBC terhadap dalam tabung konsentrasi 38% dan
Staphylococcus aureus. Uji lanjut 40% pada media MHA selama 24 jam.
dilakukan dengan mensubkultur bakteri Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
dalam tabung konsentrasi 38% dan bakteri yang dikultur dari konsentrasi
40% pada media MHA selama 24 jam. 38% masih menunjukkan adanya
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri. Hal ini berarti
6
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
bahwa pada konsentrasi 38% bersifat Dari penelitian ini belum dapat
bakteriostatik terhadap Streptococcus dipastikan bagian mana dari sel bakteri
viridans, sehingga nilai MIC dapat yang diujikan ini mengalami kerusakan
ditetapkan. Hasil pengamatan oleh zat antimikroba yang dikandung
menunjukkan bahwa bakteri yang oleh ekstrak etanol kencur (Kaempferia
dikultur dari konsentrasi 40% tidak galanga L.).
menunjukkan adanya pertumbuhan Yuharmen et., al., (2002),
bakteri. Hal ini berarti bahwa pada menyatakan bahwa bakteri gram positif
konsentrasi 40% bersifat bakterisidal pada umumnya memiliki sensitivitas
terhadap Streptococcus viridans, yang lebih tinggi terhadap senyawa
sehingga nilai MBC dapat ditetapkan. antimikroba dibandingkan dengan
Terbentuknya zona hambatan bakteri gram negatif. Perbedaan
pada bakteri yang diujikan disebabkan sensitivitas bakteri gram positif dan
oleh adanya kandungan antibakteri gram negatif terhadap antimikroba ini
pada kencur (Kaempferia galanga L.). dapat dipengaruhi karena adanya
Daya penghambatan pertumbuhan perbedaan struktur dinding sel pada
bakteri disebabkan oleh komponen kedua golongan bakteri tersebut.
aktif yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
Rimpang kencur mengandung alkaloid kencur yang digunakan menyebabkan
dan minyak atsiri berupa borneol, diameter daerah hambatan semakin
kamfer dan sineol. Di dalam ekstrak luas. Hasil penelitian ini sesuai dengan
etanol, rimpang kencur mengandung pernyataan Ludfi (2001), bahwa
fraksi minyak atsiri yang berwarna semakin tinggi konsentrasi antimikroba
cokelat kehitaman. yang digunakan akan semakin luas
Perbedaan diameter zona daya hambatnya atau semakin cepat
hambatan pada bakteri uji disebabkan membunuh sel bakteri.
oleh faktor mekanisme kerja antibiotik. Senyawa aktif yang dapat
Menurut Naim (2003), antibiotik menghambat dan membunuh
memiliki cara kerja sebagai bakterisidal Staphylococcus aureus didapatkan dari
yaitu membunuh bakteri secara hasil ekstraksi dengan menggunakan
langsung atau bakteriostatik yaitu etanol berupa flavonoid, saponin,
menghambat pertumbuhan bakteri. senyawa polifenol dan minyak atsiri
Pada kondisi bakteriostatis, mekanisme (Gholib dan Darmono, 2009).
pertahanan tubuh inang seperti Flavonoid bekerja dengan menghambat
fagositosis dan produksi antibodi pembelahan atau proliferasi sel bakteri.
biasanya akan merusak Senyawa ini mengikat protein pada
mikroorganisme. Menurut Lay (2004), mikrotubulus dalam sel dan
bahan antimikrobial dapat bersifat mengganggu fungsi mitosis sehingga
bakteriostatik pada konsentrasi rendah menimbulkan penghambatan
namun bersifat bakterisidal pada pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol
konsentrasi tinggi. Ada beberapa kerja sebagai antibakteri adalah dengan
antibiotik terhadap bakteri sebagai mendenaturasi ikatan protein pada
targetnya yaitu menghambat sintesis membran sel sehingga membran sel
dinding sel, menghambat sintesis lisis dan memungkinkan fenol
protein, merusak membran plasma, menembus ke dalam sitoplasma yang
menghambat sintesa asam nukleat, dan menyebabkan bakteri tidak bekembang
menghambat sintesa metabolit esensial. (Sulistyawati dan Mulyati, 2009).

7
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
Wulandari (2012) menyatakan protein melalui ikatan hidrogen
bahwa saponin bersifat antibakteri sehingga mengakibatkan struktur
dengan mekanisme kerja dapat protein menjadi rusak. Sebagian besar
membentuk kompleks dengan sterol struktur dinding sel dan membran
yaitu menurunkan tegangan permukaan sitoplasma bakteri mengandung protein
membran sterol sehingga permeabilitas dan lemak. Ketidakstabilan pada
membran sel bakteri menjadi dinding sel dan membran sitoplasma
terganggu. Sedangkan berbagai macam bakteri menyebabkan fungsi
komponen minyak atsiri dapat permeabilitas selektif, fungsi
mengganggu kerja enzim-enzim yang pengangkutan aktif, pengendalian
terikat pada membran sel, sehingga susunan protein dari sel bakteri
mengganggu aktivitas kerja pada menjadi terganggu. Gangguan
membran sel bakteri (Ridawati et., al., integritas sitoplasma berakibat pada
2011). lolosnya makromolekul, dan ion dari
Ekstrak etanol rimpang kencur sel. Sel bakteri menjadi kehilangan
mempunyai efek daya hambat terhadap bentuknya, dan terjadilah lisis.
bakteri Staphylococcus aureus. Senyawa aktif antibakteri yang
Staphylococcus aureus merupakan berasal dari kencur bersifat polar.
bakteri gram positif yang dinding Senyawa ini mampu berikatan dengan
selnya tersusun atas peptidoglikan yang asam amino dari protein membentuk
sangat tebal (Jawetz et., al., 2001a). produk konjugasi yang bersifat
Proses perakitan dinding sel diawali hidrofilik (Yulia, 2007). Produk
dengan pembentukan rantai peptida konjugasi yang terbentuk akan
yang akan membentuk jembatan silang menghambat metabolisme sel karena
peptida dan menggabungkan rantai senyawa yang terbentuk mengubah
glikan dari peptidoglikan pada rantai struktur asam amino yang fungsi
lain sehingga menyebabkan dinding sel awalnya adalah untuk metabolisme sel.
terakit sempurna. Penghambatan pada Pada penelitian ini, belum dapat
perakitan dinding sel mengakibatkan diketahui mekanisme penghambatan
penggabungan rantai glikan tidak pertumbuhan bakteri uji dikarenakan
terhubung silang ke dalam bahan uji yang digunakan belum
peptidoglikan sehingga dinding sel berupa ekstrak senyawa murni.
membentuk suatu struktur yang lemah Aktivitas antimikroba kemungkinan
dan menyebabkan kematian bakteri disebabkan oleh adanya kandungan
(Morin, 2002). Kerusakan pada dinding kimia yang aktif sebagai antimikroba
sel atau hambatan pada dalam perasan kencur yaitu kandungan
pembentukannya dapat berakibat lisis minyak atsiri pada kencur sekitar
pada sel (Jawetz et., al., 2001a). 2,4%-3,9%, minyak atsiri terdiri atas
Lisisnya sel bakteri tersebut cinamal, asam cinamat, etil ester, asam
dikarenakan tidak berfungsinya lagi anisic, dan pentadekan. Selain itu
dinding sel yang mempertahankan kencur juga mengandung borneol dan
bentuk dan melindungi bakteri (Ajizah sineol (Guanter, 2002). Kandungan
et., al., 2007). tersebut diantaranya merupakan derivat
Menurut Jawetz et., al., dari fenol yang dapat menyebabkan
(2001b), senyawa sineol dan derivatnya perusakan membran plasma, inaktivasi
mampu menimbulkan denaturasi enzim dan denaturasi protein.
protein. Senyawa ini berikatan dengan Denaturasi protein, yaitu kerusakan

8
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
struktur tersier protein sehingga protein mengakibatkan tidak terjadinya proses
kehilangan sifat-sifat aslinya (Jawetz pembentukan DNA dan RNA pada sel
et., al., 2001a), protein merupakan bakteri. Ekstrak etanol rimpang kencur
komponen yang sangat penting bagi mempunyai efek daya hambat terhadap
semua sel hidup termasuk bakteri Staphylococcus aureus dan
Streptococcus viridans. ekstrak air panas mempunyai efek daya
Terdenaturasinya protein dinding sel hambat terhadap bakteri Escherichia
Streptococcus viridans tentunya akan coli (George dan Pandalai dalam
menyebabkan kerapuhan pada dinding Tewtrakul et., al., 2005).
sel bakteri tersebut sehingga mudah
ditembus zat-zat aktif lainnya yang SIMPULAN
juga bersifat antimikroba. Komponen Berdasarkan hasil penelitian
fenol telah menghancurkan membran dan pengolahan data dapat disimpulkan
sitoplasma. Rusaknya membran sebagai berikut komponen senyawa
sitoplasma menyebabkan bakteri ekstrak etanol kencur (Kaempferia
kehilangan daya patogenitas dan galanga L.) aktivitas antibakteri
kemudian akan mati. Selain itu, teraktif terhadap Staphylococcus
komponen fenol dari perasan kencur aureus pada konsentrasi 70% dengan
juga akan menginaktifkan kegiatan diameter zona hambatan sebesar 15mm
enzimatis bakteri sehingga enzim tidak dan terhadap Streptococcus viridans
dapat bekerja yang menyebabkan pada konsentrasi 70% dengan diameter
metabolisme terganggu sehingga zona hambatan sebesar 16mm. Besar
pertumbuhan pun terhambat (Hafid, Minimal Inhibitory Consentration
2002). (MIC) ekstrak etanol kencur
Dari penelitian yang telah (Kaempferia galanga L.) pada
dilakukan oleh Wahyudi et., al., (2002) pertumbuhan bakteri Staphylococcus
kandungan sineol dalam rimpang aureus dan Streptococcus viridans
kencur mempunyai kemampuan untuk adalah pada konsentrasi 38%. Besar
menghambat sintesis ergosterol yang minimal Bakterisidal Consentration
terdapat dalam membran sel (MBC) ekstrak etanol kencur
Staphylococcus aureus. Dengan (Kaempferia galanga L.) pada
mengganggu permeabilitas membran pertumbuhan bakteri Staphylococcus
sel mengakibatkan kebocoran sel aureus dan Streptococcus viridans
dengan keluarnya berbagai komponen adalah pada konsentrasi 40%.
penting sel dari dalam sel sehingga sel
lebih mudah lisis. Saponin memiliki DAFTAR RUJUKAN
efek antibakteri seperti sineol dalam Ajizah, A., Thihana dan Mirhanuddin.
merusak membran sel. Kemampuan 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin
saponin dalam merusak membran sel (Eusideroxylon zwageri) dalam
yaitu dengan cara menginaktivasikan Menghambat Pertumbuhan
enzim sel bakteri sehingga Bakteri Staphylococcus aureus
permeabilitas membran sel juga secara In Vitro. Bioscientiae.
terganggu dan mengakibatkan aktivitas 4(1): 37-42.
kerja sel menjadi tidak efektif. Copriady, J., Miharty dan Herdini.
Flavonoid dalam rimpang kencur 2002. Gallokatekin: Senyawa
sebagai penghambat sintesis asam Flavonoid Lainnya dari Kulit
nukleat Bacillus cereus yang

9
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
Batang Rengas. Jurnal Natur XX, terjemahan Edi Nugroho.
Indonesia. 4(2): 54-49. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Cullimore, D., R. 2000. Partical Atlas Lay, B., W. 2004. Analisis Mikroba di
for Bacterial Identification. Boca Laboratorium. Cetakan Pertama.
Raton: CRC Lewis Publishers. Jakarta: PT. Raja Grafindo
5(5): 24-34. Persada.
Dzatin, D., S. 2000. Teknologi Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji
Unggulan Kencur. Badan Bioaktifitas Kandungan Kimia
Penelitian dan Pengembangan Pudding Merah dengan Metode
Pertanian. Bogor: Pusat Uji Brine Shrimp. Laporan
Penelitian dan Perkebunan. Penelitian. Medan: Universitas
Gholib, D., dan Darmono. 2009. Sumatera Utara.
Skrining Ekstrak Tanaman Lim, S., H., I., D., and Jain, K. 2006.
sebagai Anti Fungi pada Kapang Antimicrobial of Tannins
Dermatofit Trichophyton Extracted from Rhizophora
Mentagrophytes Secara In Vitro. Apiculata Barks. J. Tropical
Tanaman Obat dan Aromatik. Forest Science.
Bogor: Pusat Penelitian dan Ludfi, S. 2001. Mikrobiologi Umum.
Pengembangan Perkebunan Balai Semarang: Universitas
Penelitian Tanaman Obat dan Diponogoro.
Aromatik. Morin, A. 2002. Aktivitas Antibakteri
Guanter, R., J. 2002. Kandungan Flavonoid Propolis Trigona sp
Senyawa Organik Tumbuhan terhadap Bakteri Streptococcus
Tingkat Tinggi. Edisi Kedua, a.b. mutans (in vitro). Majalah
Kosasih Padmawinata. Bandung: Kedokteran Gigi.
Institut Teknologi Bandung. Naim, R. 2003. Senyawa Antimikroba
Hafid, A., F. 2002. Pemanfaatan dari Tanaman [Online]. Tersedia:
Fraksi Minyak Atsiri dari Ekstrak http://www2.kompas.com/kompa
Etanol Rimpang Kencur scetak/0409/15/sorotan/1265264.
(Kaempferia galanga L.) untuk htm (20 Juni 2011).
Produksi Asam Sinamat secara Ridawati, B., S., L., J., Ita, D., dan
Hidrolisis. Research Centre of Wellyzar, S. 2011. Aktivitas
Tradisional Medicine Airlangga Antifungal Minyak Atsiri Jinten
University. Putih Terhadap Candida
Hamida, L. 2007. Seni Tanaman Parapsilosis SS25, C.
Rempah Kencur. Bandung: Orthopsilosis NN14, C.
Habsa Jaya. Metapsilosis MP27, Dan C.
Herbert, R. 2009. Minyak Atsiri Etchellsii MP18.
Rimpang Kencur Karakterisasi Rostinawati, T., dan Efendi. 2007. Uji
Simplisia, Isolasi dan Analisis Aktivitas Penyarian Biji Mahkota
Komponen Minyak Atsiri secara Dewa (Phaleria macrocarpa)
GC-MS. Fakultas Farmasi. terhadap Beberapa Mikroba
Medan: Universitas Sumatera Penyebab Infeksi Kulit. Karya
Utara. Ilmiah. Bandung: Fakultas
Jawetz, M., and Adelberg. 2001a. Farmasi Universitas Padjajaran.
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Sulistyawati, D., dan Mulyati, S. 2009.
Uji Aktivitas Antijamur Infusa

10
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 2. No.1. ISSN 2338-5006
Daun Jambu Mete (Ana ca rdium Wulansari, S., M. 2004. Aktivitas
o ccidentale, L.) terhadap Antibakteri Ekstrak Daun
Candida albicans. Biodiversitas. Majapahit (Crescentia cujete L.)
Tewtrakul, S., S., Yuenyongwad, S., terhadap Pertumbuhann Bakteri
Kummee and L., Atsawajaruwan. Staphylococcus aureus dan
2005. Chemical Component and Streptococcus pyogenes secara In
Biological Activities of Volatile Vitro. Surabaya: Tugas Akhir
Oil of Kaempferia galanga Linn. Program Studi Biologi Institut
Songklanakarin J. Sci. Technol. Teknologi Surabaya.
Wahyudi, M., Wonohadi, E., Ryanto, Yuharmen, Y., E., dan Nurbalatif.
B. 2002. Skrining Daya 2002. Uji Aktivitas Antimikroba
Antimikroba Ekstrak Etanol Minyak Atsiri dan Ekstrak
Kencur Lin E. Proc. Seminar Metanol Lengkuas (Alpinia
Nasional XVIII Tumbuhan Obat galanga). Laporan Penelitian.
Indonesia. Riau. Jurusan Kimia FMIPA Riau:
Winarto, W., P. 2007. Tanaman Obat Universitas Riau.
Indonesia untuk Pengobatan Yulia, E. 2007. Aktivitas Anti Jamur
Herbal. Jakarta: Karyasari Herba Minyak Essensial dan Ekstrak
Media. Beberapa Tanaman Keluarga
Wulandari, E., G. 2012. Aktivitas Zingiberaceae dan Poaceae
Fungisida Ekstrak Sembung terhadap Jamur Pestalotiopsis
Delan (Sphaeranthus indicus L.) versicolor Penyebab Penyakit
terhadap Phytopthora infestans Hawar Daun pada Tanaman
Penyebab Penyakit Hawar Daun Kayu Manis (Cinnamomum
pada Tanaman Kentang. Badung: zeylanicum). Bandung: Fakultas
Jurusan Biologi FMIPA Pertanian Universitas
Universitas Udayana. Padjadjaran.

11

Anda mungkin juga menyukai