Identifikasi Gugus Fungsi
Identifikasi Gugus Fungsi
Mengetahui
Dosen Penanggungjawab
1 (bening) (ungu)
Tabung 2 Larutan berwarna bening dan
5 tetes C6H6 + 7 tetes KMnO4 memiliki endapan cokelat pekat
(bening) (ungu)
Alkohol dan fenol
a. Reaksi dengan NaOH
Tabung 1
10 tetes C6H6O + 10 tetes NaOH Larutan berwarna bening
(bening) (bening)
Tabung 2
10 tetes C6H5OH + 10 tetes NaOH Terdapat 2 lapisan, lapisan
(Merah) (bening) paling bawah berwarna bening
+ 5 tetes HCl pekat dan lapisan paling atas
2 (bening) berwarna merah
Pada tabung kedua terdapat benzena yang berupa larutan bening dan tidak
berwarna. Benzena adalah hidrokarbon aromatic siklik yang memiliki molekul
segienam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada keenam
sudutnya. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan benzena (larutan tidak
berwarna) dengan larutan KMnO4 (larutan berwarna ungu). Fungsi penambahan
larutan KMnO4 adalah untuk mengadisi ikatan rangkap yang terdapat pada
benzena dan KMnO4 berperan sebagai oksidator, reaksi adisi tersebut berlangsung
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan, larutan
benzena yang semula berwarna bening setelah ditambahkan dengan larutan
KMnO4 yang berwarna ungu menunjukkan perubahan warna menjadi larutan
berwarna bening dengan endapan ungu kecoklatan. Perubahan warna tersebut
diperoleh dari warna larutan KMnO4 yang pada dasarnya berwarna ungu sehingga
tidak dapat dikatakan bahwa benzena dapat diadisi oleh KMnO 4. Benzena sukar
diadisi karena ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam benzena dapat
terdelokalisasi (berpindah-pindah) dan membentuk cincin yang kuat terhadap
serangan KMnO4, sehingga sulit untuk dioksidasi.
Percobaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa reaksi adisi sulit
terjadi pada senyawa aromatik (benzena) karena benzena mengalami reaksi adisi
yang karakteristik melalui reaksi substitusi dan biasanya diperlukan kondisi yang
lebih drastis misalnya konsentrasi, temperatur lebih tinggi dan dengan katalis
yang lain (Tim Dosen,2017: 19). Adapun persamaan reaksinya:
Percobaan tersebut sesuai dengan teori bahwa alkohol mempunyai keasaman 10-
100 kali lebih lemah dari air, derajat ionisasi air yakni 10-14sedangkan alkohol
adalah 10-15 – 10-16. Alkohol bereaksi dengan logam seperti natrium dengan
membebaskan hidrogen dan membentuk alkoksida. Jika alkoksida ditambahkan
kedalam air maka ia akan terhidrolisis menjadi alkohol sehingga tidak mudah
mengubah alkohol menjadi alkoksidanya melalui reaksinya dengan natrium
hidroksida (Rasyid, 2009: 155).
Pada tabung reaksi kedua, terdapat fenol yang berupa larutan berwarna
merah. Fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus –OH yang terikat pada
cincin benzena. Saat fenol direaksikan dengan NaOH, larutan fenol yang semula
berwarna merah setelah ditambahkan dengan NaOH tidak mengalami perubahan
warna. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori karena menurut teori fenol dapat
bereaksi dengan NaOH ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari merah
menjadi larutan bening. Percobaan yang tidak sesuai teori tersebut disebabkan
oleh kurangnya ketelitian praktikan dalam menakar volume larutan yang
digunakan dan juga adanya air yang tersisa dalam tabung reaksi setelah pencucian
karena tidak dikeringkan secara tuntas. Fenol bersifat asam lemah yang dapat
bereaksi dengan basa kuat seperti NaOH dan membentuk garam yang larut dalam
air (Parlan, 2003: 144).
Fenol dapat bereaksi dengan NaOH karena proton yang terikat pada fenol lebih
mudah lepaskan karena fenol merupakan turunan dari benzena yang mengalami
reaksi substitusi.
Adapun persamaan reaksinya:
Pada tabung kedua yaitu terdapat fenol 5% yang berupa larutan bening. Fenol
merupakan senyawa yang memiliki gugus –OH yang terikat pada cincin benzena.
Pada saat fenol 5% ditambahkan dengan FeCl3, larutan fenol yang semula bening
berubah menjadi larutan yang berubah mrnjadi berwarna ungu kehitaman. Hal
tersebut menunjukkan bahwa fenol dapat bereaksi dengan FeCl3. Fenol
mengandung gugus –OH yang terikat pada suatu karbon tak jenuh sehingga dapat
menghasilkan senyawa kompleks. Fenol yang mengandung gugus –OH yang
terikat pada cincin aromatik dapat terdelokalisasi pada posisi orto dan para pada
cincin benzena melalui resonansi sehingga fenol dapat lebih mudah bereaksi
dengan FeCl3-. (Rasyid, 2009: 130).
Adapun persamaan reaksinya:
Pada tabung kedua terdapat aseton yang telah dicampurkan dengan fehling
yang berupa larutan berwarna biru. Aseton merupakan senyawa keton dengan
rumus senyawa C3H6O. Saat larutan fehling yang telah ditambahkan dengan
aseton dipanaskan, larutan yang semula berwarna biru tidak mengalami
perubahan. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa percobaan ini sesuai
dengan teori yang menjelaskan bahwa keton yang sederhana tidak menjalankan
reaksi dengan reagen fehling yang berwarna. Aseton tidak dapat bereaksi dengan
fehling biru karena atom H pada gugus aseton sulit untuk dilepaskan sehingga
tidak memungkinkan terjadinya reaksi (Fessendden, 1992: 105). Adapun
persamaan reaksinya:
4. Asam karboksilat
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal senyawa organik asam
karboksilat dan turunannya. Asam karboksilat ini memiliki gugus fungsi karboksil
(-COOH) yang namanya diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus
karbonil (-C=O) dan gugus alkohol (-OH). Dalam asam karboksilat gugus -COOH
terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus
–COOH dapat berupa gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh,
tersubstitusi atau tidak tersubstitusi, sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH
tersebut pada dasarnya. Percobaan pada asam karboksilat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam asetat dengan etanol lalu ditambahkan dengan NaOH.
Pada percobaan tersebut larutan asam asetat berwarna bening. Setelah asam
asetat tersebut ditambahkan dengan etanol, asam asetat yang semula bening tidak
mengalami perubahan. Perubahan warna yang tidak terjadi menujukkan bahwa
asam asetat tidak bereaksi dengan etanol. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
yang menjelaskan bahwa asam karboksilat dapat bereaksi dengan alkohol
membentuk ester dan persamaan reaksi yang seharusnya:
DAFTAR PUSTAKA
Chang,Raymond. 2003.Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep
Inti. Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2011. Kimia Dasar. Makassar: UPT
Mata Kuliah Umum.