Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN PENCEGAHAN STUNTING PADA 1000 HARI

PERTAMA
KEHIDUPAN (PESTA SARIMADU) DAN KADU MONTONG
NOMOR : 870/PKM.CBBR/2020

A PENDAHULUAN
Stunting merupakan suatu masalah yang sedang dihadapi di
dunia ini Menurut data WHO 2012 terdapat sebanyak 162 Juta anak usia
di Bawah 5 tahun (Balita) secara global mengalami stunting Seseorang
dikatakan sebagai stunting apabila tinggi badannya berada di bawah minus
dua standar devinisi (<-2SD/) dari tabel status gzi WHO child growth
standard (WHO 2012) Sedangkan menurut Kemenkes tahun 2010 stunting
adalah keadaan tinggi Badan yang tidak sesuai dengan umur anak akibat
kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga
tahun pertama kehidupan.Sejak masa janin sampai usia dua tahun pertama
anak akan mengalami phase pertumbuhan cepat (growth spurt) sehingga
phase ini merupakan periode kesempatan emas kehidupan (window of
opportunity) bagi anak .
Gagal tumbuh pada masa emas ini dapat berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan akan terlihat jelas pada saat anak mengalami
mulai masuk usia sekolah karena pada usia ini anak akan mengalami
pertumbuhan lambat atau phase growth palte Akibat lebih lanjut dari
tingginya prevalensi kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya
pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch up growth) yang sempurna pada
masa berikutnya maka tidak heran apabila pada usia sekolah banyak
ditemukan anak yang kurang gizi kronis yang mengakibatkan anak usia
sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah.

B LATAR BELAKANG
Berdasarkan data riskesdas 2013 angka kejadian stunting di
Indonesia pada anak balita adalah 37,2% (18% sangat pendek dan 19,2%
pendek) Anak usia 5 – 12 tahun dalah 30,7% (12,3% sangat pendek
sebesar dan 18,4% pendek) Anak usia 13-15 tahun adalah 35,1% (13,8%
sangat pendek dan 21,3% pendek) Anak usia 15-18 tahun adalah
31,4%(7,5% sangat pendek dan 23,9% pendek) Sumatera Utara merupakan
salah satu dari 15 provinsi dengan prevalensi anak usia 5 -12 tahun sangat
pendek diatas prevalensi nasional, dengan angka kejadian pendek sekitar
18% dan sangat pendek 19%(Riskesdas) 2013 Masalah Balita pendek
menggambarkan adanya masalah gizi kronis dipengaruhi dari kondisi
ibu/Calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita termasuk penyakit yang
diderita selama masa balita Seperti masalah gizi lainnya tidak hanya terkait
masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang
secara tidak langsung mempengaruhi Kesehatan Balita
Oleh karenanya upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk
mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung intervensi gizi
spesifik dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak
langsung (intervensi gizi sensitif ) Intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan di sektor kesehatan namun hanya berkontribusi 30% sedangkan
70% nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan
berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan
sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial dan sebagainya
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu Ibu Hamil, ibu Menyusui dan
Anak 6 bulan karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif
dilakukan pada 1000 HPK .
Periode 1000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan
730 hari pertama setelah Bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah
merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan Periode ini ada
yang menyebutnya sebagai ,periode emas, periode kritis dan Bank
Dunia(2006) menyebutnya sebagai “window of opportunity” Dampak buruk
yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam
1000 HPK , namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi
besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila
remaja putri menjadi ibu Anak dengan tinggi tubuh yang kurang atau pendek
berasal dari ibu hamil yang mengalami kurang gizi Ibu hamil yang kurang gizi
mempunyai resiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR. dibandingkan
ibu hamil normal Apabila bayi BBLR. tidak meninggal pada awal kehidupn,
bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI
eksklusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup
Oleh karena itu, bayi BBLR. cenderung menjadi balita dengan
status gizi yang lebih jelek balita yang kurang gizi biasanya akan mengalami
hambatan pertumbuhan terutama jika konsumsi makanannya tidak cukup
dan pola asuh tidak benar .Balita kurang gizi ini akan cenderung tumbuh
menjadi remaja yang mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai
produktifitas rendah jika remaja ini tumbuh dewasa, maka remaja tersebut
akan menjadi dewasa yang pendek dan apabila terjadi pada perempuan
maka perempuan tersebut akan mempunyai resiko melahirkan bayi BBLR
lagi begitu seterusnya

C TUJUAN
1 Tujuan Umum
Mencegah kejadian stunting pada Balita dengan meningkatkan
keberhasilan 1000 HPK pada remaja putri
2 Tujuan Khusus
a Memantau status gizi remaja putri
b Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja putri tentang
gizi kesehatan dan 1000 HPK
c Mempersiapkan remaja putri untuk melaksanakan 1000 HPK
d Meningkatkan partisipasi remaja putri dalam melaksanakan 1000
HPK

D MANFAAT
1 Remaja Putri
a Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja putri
tentang gizi, kesehatan dan 1000 HPK
b Dapat melaksanakan 1000 HPK dengan tepat
2 Kader dan Ahli Gzi
a Dapat memantau status gizi remaja putri
b Dapat mempersiapkan remaja putri untuk melaksanakan 1000
HPK
c Dapat meningkatkan keberhasilan 1000 HPK

E EVALUASI
1 Evaluasi input
a waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan melaksanakan
b Dana dan materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
2 Evaluasi Output
Jumlah remaja putri yang berpartisipasi dalam kegiatan
3 Evaluasi hasil
Keberhasilan diukur dari tercapainya tujuan dibentuknya .Jika Berhasil
maka program tersebut dapat dilanjut

Kepala Puskesmas Cibeber Kordinator Program

H.Asep Rosihulhaq.S.Kep.M.Kes ANAH AmdKeb


NIP 197306051994031004 NIP : 197104021992032009
KERANGKA ACUAN PENCEGAHAN STUNTING PADA 1000 HARI
PERTAMA KEHIDUPAN (PESTA SARIMADU) DAN KADU MONTONG

PUSKESMAS CIBEBER KECAMATAN CIBEBER


KABUPATEN CIANJUR

Anda mungkin juga menyukai