Anda di halaman 1dari 9

KOMPOSISI MINYAK BUMI BERDASARKAN GC (ASTM 6730)

a. Alkana atau Parafin

Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh yang sangat stabil dan berantai lurus
(alkana) dengan struktur rantai atom C terbuka. Rumus umum paraffin sendiri adalah CnH2n+2.
alam. Hidrokarbon parafin, mulai dari metana yaitu senyawaan hidrokarbon yang paling kecil
dengan 1 atom karbon sampai senyawaan hidrokarbon besar dengan 42 atom karbon (berat
molekul 590) atau lebih. Metana, etana, propana, dan butana adalah gas-gas hidrokarbon pada
temperatur kamar dan tekanan atmosfer. Mereka biasa ditemukan bersama minyak bumi dalam
keadaan terlarut. Molekul sejenis ini yang lebih berat, seperti oktana (C8H18), muncul sebagai
cairan pada temperatur ruangan. Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin
jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi
mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.

Rantai Lurus

Isooktana atau 2,2,4-trimetil pentana


Rantai Bercabang

Hidrokarbon parafin mempunyai titik didih paling rendah diantara hidrokarbon naften dan
aromatik. Oleh karena itu banyak terdapat pada fraksi ringan.
Sifat – sifat :
1. Memiliki nilai kalor tinggi (btu/lb).
2. Mempunyai berat jenis yang rendah.
3. Memiliki API gravity tinggi.
4. Tahan terhadap oksidasi.
5. Mudah untuk dipecah (cracking) dalam proses perengkahan panas (thermal cracking)
maupun proses perengkahan katalis (catalytic cracking) artinya proses cracking itu
berjalan pada suhu yang relatif rendah dibanding dengan senyawa hidrokarbon naften dan
aromat.
6. Stabil pada suhu kamar.
7. Bereaksi lambat dengan klor dengan bantuan sinar matahari.
8. Beraksi dengan klor dan brom dengan bantuan katalistor.
9. Tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat, larutan alkali pekat, asam nitrat kecuali dengan
senyawa yang mempunyai atom karbon tersier.

Kegunaan senyawa dalam kelompok alkana  antara lain:


Secara umum parafin memiliki kegunaan sebagai berikut:

 Atom C1-C4 berfasa Gas dengan produk gas alam (LNG) dan LPG.
 Atom C5-C15 berfasa cair dengan produk Naphta, Bensin, Kerosine, Diesel dan Minyak
bakar.
 Atom C15+ berfasa padat dengan produk Wax Parafin sedikit mengandung komponen
asphaltic.

Kegunaan lain dari alkana sebagai berikut:


1. Metana (CH4)
Metana adalah senyawa hidrokarbon paling sederhana, umumnya ditemukan sebagai gas
dan merupakan penyusun utama gas alam. Metana juga adalah bahan baku penting untuk
sintesis industri berskala besar, misalnya dalam sintesis hidrokarbon terhalogenasi,
seperti metil klorida, metilena klorida, kloroform, karbontetraklorida, dan juga dalam
pembuatan fluorokarbon, karbon disulfida, asetilen, sianida hydrogen. Sebagian besar
metana digunakan untuk bahan bakar, misalnya berupa tabung gas Elpiji untuk bahan
bakar kompor gas. 
2. Etana (C2H6)
Etana digunakan sebagai bahan bakar pemanas. Selain itu, etana digunakan untuk
membuat etilena (C2H4) dengan proses pirolisis (dekomposisi kimia bahan organik
melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen), juga dalam pembuatan
asetaldehida (CH₃CHO,) dan asam asetat (CH3COOH) dengan proses oksidasi katalitik.
3. Propana (C3H8)
Propana adalah bahan baku penting dalam petrokimia. Misalnya adalah sebagai bahan
campuran dalam gas cair (LPG) di laboratorium dan rumah tangga untuk kompor
gas.                        
4. Butana (C4H10)
Butana juga merupakan bahan baku gas cair (LPG). Selain itu buatan juag digunakan
sebagai pelarut dalam percobaan kimia.
5. Pentana (C5H12)
Selain digunakan sebagai pelarut, Pentana digunakan sebagai bahan propelan untuk
semprotan aerosol, misalnya pada semprotan obat nyamuk.
6. Heksana (C6H12)
Heksana digunakan untuk ekstraksi minyak dan lemak, dan sebagai media pelarut.
Heksana banyak digunakan dalam reaksi pembuatan plastik dan karet sintetis melalui
proses polimerisasi.
7. Heptana (C7H16)
Heptana berfungsi sebagai pelarut di laboratorium dan untuk pengeringan pernis dan lem
perekat.
8. Oktana (C8H18)
Penentuan bilangan oktan dalam mengukur kualitas bahan bakar seperti pada bensin,
dilakukan dengan menggunakan satu dari isomer oktan, yaitu isooktan.

b. Sikloalkana atau Naften


Hidrokarbon naften adalah hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C dan C – H dengan
struktur rantai atom C tertutup. Seri siklo-parafin atau naften merupakan salah satu golongan
hidrokarbon siklis. Struktur molekulnya terdiri mononaften dan polinaften. . Biasanya beberapa
seri siklo-parafin terdiri dari 5 sampai 6 anggota lingkaran atau kombinasinya dalam struktur
polisiklis. Kadar sikloparafin di dalam minyakbumi di seluruh dunia bervariasi antara 30 sampai
60 persen sehingga siklo-parafin merupakan penyusun utama minyak bumi.

Sifat – sifat :
Hidrokarbon naften mempunyai sifat– sifat diantara hidrokarbon parafin dan hidrokarbon
aromat. Hidrokarbon naften disebut pula sikloparafin atau siklo alkana. Dibandingkan dengan
hidrokarbon parafin, hidrokarbon ini lebih stabil karena mempunyai rantai atom C tertutup
sedang hidrokarbon parafin rantai atom C nya terbuka.

c. Benzena, Toluena, dan Xylene


1. Benzena
Benzena merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C6H6 tersusun atas 6 buah
atom karbon yang bergabung membentuk sebuah cincin, dengan satu atom hidrogen yang
terikat pada masing-masing atom, karena hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa benzena dapat dikategorikan ke dalam hidrokarbon. Istilah “aromatik” ini
diberikan karena pada saat pertama kali ditemukan banyak senyawa golongan ini yang
memiliki aroma yang khas. Namun, kini istilah “aromatik” dikaitkan dengan struktur dan
sifat-sifat khas tertentu, selain dari aromanya. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui ada
pula senyawa-senyawa aromatik yang tidak berbau.

Sifat-sifat benzena :
i. Sifat Kimia
Derajat keasaman adalah salah satu sifat kimia benzena dan turunannya. Fenol dan asam
benzoat termasuk asam lemah. Asam benzoat lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol yang
mempunyai gugus fungsi -OH ternyata bersifat asam lemah, yang berarti memberikan ion
H+, sedangkan anilin yang memiliki gugus –NH2 bersifat basa lemah, yang berarti
menerima ion H+. Benzena lebih mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksi adisi.
o Bersifat kasinogenik (racun)
o Merupakan senyawa nonpolar
o Tidak begitu reaktif tetapi mudah untuk terbakar
o Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi
ii. Sifat Fisika
Beberapa turunan dari benzena ada yang bersifat polar maupun non polar. Titik didih
pada benzena dan turunannya dimulai dari 80-250 derjat celsius. Untuk titik lelehnya
bervariasi, dengan angka tertinggi yaitu 122 derjat celsius pada senyawa asam benzoat (-
COOH). Variasi titik didih tersebut dikarenakan oleh perngaruh dari kepolaran gugus
fungsionalnya. Begitu juga dengan titik lelehnya yang dipengaruhi oleh subtitutenya.
o Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna
o Benzena berwujud cair pada suhu ruang 27 derajat Celsius
o Titik didih benzena : 80,1 derajat Celsius, titik leleh benzena : 5.5 derajat Celsius.
o Densitas 0,88
o Memiliki bau yang khas
o Mudah menguap
o Tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut yang kurang polar
atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana

Reaksi Benzena :
Benzena merupakan senyawa yang kaya akan elektron, sehingga jenis pereaksi yang akan
menyerang cincin benzena adalah pereaksi yang suka elektron. Reaksi yang umum terjadi
yaitu suatu reaksi subtitusi elektrofilik, ada 4 macam, yakni sebagai berikut :
i. Subtitusi dengan halogen (Halogenasi)
Halogenasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh golongan halogen
seperti F, Cl, Br, I. Pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom dari golongan halogen
dengan bantuan katalis besi (III) halida. Jika halogennya Cl2, maka katalis yang
digunakan adalah FeCl3 membentuk halida benzena dan hidrogen klorida.

ii. Subtitusi dengan asam nitrat (Nitrasi)


Nitrasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus nitro. Reaksi ini
terjadi dengan mereaksikan benzena dengan asam nitrat (HNO3) pekat dengan bantuan
H2SO4 sebagai katalis membentuk nitrobenzena dan air.
iii. Subtitusi dengan asam sufat pekat (Sulfonasi)
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi
ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai pereaksi
membentuk asam benzenasulfonat, dan air.

iv. Subtiusi dengan alkil halida (Alkilasi)


Alkilbenzena dan hidrogen klorida dapat terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil
halida dengan katalis alumunium klorida (AlCl3).

2. Toluena
Toluena merupakan sebuah senyawa aromatis benzena yang mengikat satu buah gugus
metil (-CH3) dalam cincinnya dimana gugus metil ini menggantikan salah satu atom hidrogen
pada benzena dengan rumus kimia C7H8. Adanya gugus metil yang terikat dalam sebuah
benzena itu yang membuat toluena juga memiliki nama metil benzena. Toluena menjadi
senyawa yang banyak digunakan sebagai material awal dalam industri manufaktur kimia.
Toluena terdapat dalam minyak bumi dalam jumlah minor dan juga terdapat dalam batu bara
dengan kadar 15 sampai dengan 20 %. Kedua sumber tersebut menyediakan toluena sebagai
penggunaan komersial, namun toluena dalam jumlah yang lebih banyak diproduksi secara
sintesis katalitik dari petroleum naphtha.

Sifat-sifat Toulena :

i. Sifat Fisika
Toluena memiliki bentuk liquid atau cairan yang tidak berwarna atau bening. Senyawa ini
memiliki aroma yang tajam dan sangat mudah terbakar. Jika dibandingkan dengan air,
toluena memiliki densitas yang lebih rendah daripada air yakni sebesar 867 kg/m3. Sifat
kelarutannya dalam air yakni sedikit larut dalam air karena senyawa ini termasuk dalam
golongan senyawa hidrokarbon sehingga kepolarannya cenderung rendah. Hal itulah yang
membuat toluena tidak akan bercampur dalam air dan akan membentuk dua lapisan.
o Massa Molar : 92,14 gr/mol o Temperatur kritis : 591,8oK
o Temperatur leleh normal : 178,15 0K o Volume kritis : 0,316 L/mol
o Titik didih normal : 383,15 0K o Faktor kompresibilitas kritis : 0,264
o Densitas o Viskositas : 0,548 mPa.s (cPa)
 Padat pada 93,15 0K : 11,18 L/mol o Panas pembentukan : 50,17 kJ/mol
 Cair pada 298,15 0K : 9,38 L/mol o Panas penguapan : 33,59 kJ/mol
o Tekanan kritis : 4,108 Mpa o Panas pembakaran : -3734 kJ/mo

ii. Sifat Kimia


Reaksi kimia dari toluena memiliki karakteristik yang mirip dengan reaksi normal dari
senyawa hidrokarbon aromatik dalam substitusi elektrofilik aromatik. Hal ini disebabkan
karena gugus metil yang ada di senyawa tolena memiliki sifat pelepasan elektron yang
lebih baik dibandingkan ketika mengikat hidrogen dalam posisi yang sama.
o Reaksi hidrogenasi, dengan katalis nikel, platinum atau paladium dapat menjenuhkan
cincin aromatik sebagian maupun keseluruhan, menghasilkan benzena, metana dan
bifenil.
o Reaksi oksidasi, dengan katalis kobalt, mangan atau bromida pada fase cair
menghasilkan asam benzoat.
o Reaksi substitusi oleh metil, pada temperatur tinggi dan reaksi radikal bebas. Klorinasi
pada 100oC atau dengan ultraviolet membentuk benzil klorida, benzal klorida dan
benzotriklorida.
o Reaksi substitusi oleh logam alkali menghasilkan normal-propil benzena, 3-fenil
pentana, dan 3-etil-3-fenil pentana

Reaksi Toulena
o Oksidasi Toluena
Sebagai senyawa aromatik, toluena akan lebih mudah mengalami reaksi oksidasi. Gugus metil
dalam senyawa aromatik ini akan mudah teroksidasi menjadi gugus karboksil dengan
keberadaan agen oksidator kuat. Oksidasi toluena ini akan menghasilkan senyawa
benzaldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menghasilkan asam benzoat. Salah satu jenis
agen oksidator yang biasa digunakan adalah kalium permanganat.

o Brominasi Toluena
Reaksi selanjutnya dalam toluena yaitu reaksi brominasi yang termasuk dalam reaksi
halogenasi. Brominasi dapat terjadi pada salah satu karbon dalam cincin aromatis toluena
ataupun terjadi pada gugus metil toluena. Reaksi brominasi ini memiliki dua jenis mekanisme
yang berbeda yakni melalui adanya sisi radikal pada gugus metil ataupun melalui substitusi
elektrofilik pada cincin aromatik. Adanya gugus radikal yang terjadi pada gugus metil dengan
inisiator tertentu akan menyebabkan reaksi brominasi terjadi pada gugus metil. Dalam hal ini
berarti bromin akan terikat pada gugus CH3 dan gugus tersebut akan berubah menjadi -CH2-
Br.

3. Xylene
Xylen merupakan bahan kimia yang memiliki rumus C 6H4(CH3)2. Nama lain dari Xylene
antara lain xylol, dan dimetilbenzene. Xylene memiliki berat molekul 106,17 gram/mol
dengan komposisi karbon (C) sebesar 90,5% dan hydrogen (H) 9,5%. Xylene memiliki tiga
isomer yaitu orto-xylene, meta-xylene dan para-xylene.

Sifat kimia dan fisik xilena berbeda sesuai dengan isomer masing-masing. Titik leleh
senyawa ini berkisar dari −47,87 °C (−54,17 °F) (m-xilena) hingga 13,26 °C (55,87 °F) (p-
xilena). Titik didih untuk setiap isomer berada di sekitar 140 °C (284 °F). Kerapatan setiap
isomer adalah sekitar 0.87 g/mL (7.26 lb/U.S. gallon atau 8.72 lb/imp gallon) dan dengan
demikian kurang padat dibandingkan air. Xilena di udara dapat tercium pada konsentrasi
serendah 0.08 hingga 3.7 ppm (bagian xilena per juta bagian udara) dan dapat dicicipi dalam
air pada konsentrasi 0.53 hingga 1.8 ppm.
Xylen digunakan sebagai bahan bakar beroktana tinggi untuk motor dan pesawat terbang,
pelarut, dan bahan baku industri kimia. Paparan ringan hingga sedang terhadap uap xylene
dapat menyebabkan mata panas memerah, bengkak, berair, penglihatan kabur; dan/atau iritasi
kulit ringan, seperti ruam kemerahan dan bengkak, kulit terasa kering dan gatal; iritasi pada
hidung dan tenggorokan. Paparan terhadap xylene dalam jumlah besar sangat berbahaya,
karena dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat yang menyebabkan mual dan muntah
serta sakit kepala, dan berkunang-kunang; hingga kerusakan hati dan ginjal, hilang kesadaran,
kegagalan sistem pernapasan, bahkan kematian.

d. Belereng, Nitrogen, Oksigen, Logam

Anda mungkin juga menyukai