Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN

Rahmah Diana Fitri1*


1
Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-raniry, Banda Aceh, Indonesia
Email: 170208054@student.ar-raniry.ac.id

ABSTRACT

Coffee is a source of foreign exchange for Indonesia and plays an important role in the
development of the plantation industry. The purpose of this study was to determine the effect
of coffee husk waste on plant growth. This research is a library research. Library research is
an activity to collect information relevant to the topic or problem that is the object of research.
This information can be obtained from books, scientific papers, theses, the internet and
articles and reports on the results of previous research and research. The results obtained in
this study were the height growth of coffee seedlings and the number of curly chilies. The
conclusion is that the addition of coffee husk waste to the plant greatly affects plant growth
and the number of plant fruit.

Keywords: Waste, Coffe, Growth, Plant

ABSTRAK

Kopi merupakan salah satu penghasil sumber devisa Indonesia dan memegang peranan
penting dalam pengembangan industri perkebunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan tanaman Penelitian ini adalah
penelitian perpustakaan. Penelitian perpustakaan (Library Research) yaitu kegiatan untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topic atau masalah yang menjadi obyek
penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, internet dan
artikel-artikel maupun laporan hasil penelitian dan penelitian terdahulu. Hasil yang diperoleh
pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi tanaman bibit kopi dan jumlah buah cabai
keriting. Kesimpulannya adalah Penambahan limbah kulit kopi pada tanaman sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan jumlah buah tanaman.
.
Kata Kunci: Limbah, Kopi, Pertumbuhan, Tanaman

PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu penghasil sumber devisa Indonesia dan memegang
peranan penting dalam pengembangan industri perkebunan. Dalam kurun waktu 20 tahun luas
areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia, khususnya perkebunan kopi rakyat
mengalami perkembangan yang sangat signifikan.Pada tahun 1980, luas areal dan produksi
perkebunan kopi rakyat masing-masing sebesar 663 ribu hektar dan 276 ribu ton, dan pada
tahun 2009 terjadi peningkatan luas areal dan produksi yang masing-masing sebesar 1.241
juta hektar dan 676 ribu ton (Ditjenbun, 2010).
Pengolahan buah kopi terdiri dari dua proses, yaitu pengolahan basah dan pengolahan
kering. Kedua proses ini dapat menghasilkan limbah padat berupa kulit kopi dengan proporsi
total 41% yang terdiri dari kulit luar (pulp) 29% dan kulit tanduk 12% (Bressani, 1979:9).
Kulit kopi kering yang dihasilkan dari tiap satu ton buah basah yaitu sebanyak 200 kg. Jumlah
limbah kulit kopi yang dihasilkan akan bertambah terus-menerus dan dapat meningkatkan
potensi pencemaran bila tidak dilakukan pengolahan.
Limbah kulit kopi belum dimanfaatkan petani secara optimal. Limbah kulit kopi
yang selama ini dianggap sebagai bahan sisa produksi kopi bubuk, ternyata memiliki manfaat
dan kegunaan yang banyak dalam kehidupan. Limbah kulit kopi bermanfaaat dalam bidang
pertanian, peternakan dan perikanan, yaitu sebagai kompos, nutrisi protein dan serat
tambahan pada pakan ternak. Limbah padat buah kulit kopi ini memiliki kadar bahan organik
dan unsur hara yang dapat memperbaiki struktur tanah. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi limbah dan memanfaatkan limbah kulit kopi adalah dengan
mengolah kulit kopi menjadi kompos kulit kopi.
Pengomposan limbah kulit kopi mesti dilakukan, untuk menghindari pengaruh
negatifnya terhadap tanaman akibat rasio C/N bahan yang tinggi. Di samping untuk
mengurangi volume bahan agar memudahkan dalam aplikasi serta mengurangi pencemaran
lingkungan (Najiyati, 1997). Sebagian masyarakat menanggulangi penumpukan limbah
tersebut dengan membakarnya begitu saja. Padahal, seharusnya limbah tersebut dapat menjadi
sesuatu yang memiliki nilai tinggi jika dimanfatan dengan baik dan tepat. Secara sederhana
limbah kulit kopi dapat dijadikan sebagai pupuk alami pada tanaman kopi itu sendiri serta
tanaman yang lainnya.
Menurut Ditjenbun (2006), limbah kulit buah kopi mengandung bahan organik dan
unsur hara yang potensial untuk digunakan sebagai media tanam. Pada umumnya jumlah
bahan organic dalam tanah relatif sedikit yaitu sekitar kurang dari 3–5 % dari berat basah dan
top soil tanah mineral (Setiabudhi, 1999 “dalam” Etika, 2007). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3%, kadar nitrogen 2,98%, fosfor 0,18%
dan kalium 2,26%.
Keberhasilan pemanfaatan kulit buah kopi sebagai bahan kompos akan memberikan
keuntungan ganda. Selain dapat diperoleh kompos yang dapat mengembalikan kesuburan
tanah, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan diakibatkan banyaknya limbah kulit
kopi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan. Penelitian perpustakaan (Library
Research) yaitu kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topic atau
masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, tesis, internet dan artikel-artikel maupun laporan hasil penelitian dan penelitian
terdahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Limbah kulit kopi dapat dijadikan sebagai pupuk alami pada tanaman baik kopi itu
sendiri maupun bibit kopi serta tanaman yang lainnya seperti, cabai keriting dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Irham Falahuddin, 2016) yaitu
tentang pengaruh pupuk organik limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan bibit kopi dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bibit kopi minggu 1- minggu 4
Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) Rata-rata
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
A0 6,02 6,74 6,66 6,8 6,55
A1 6,44 7,30 7,38 7,62 7,18
A2 6,90 7,62 7,94 8,3 7,69
A3 6,50 7,46 7,70 8,18 7,46
A4 8,52 8,68 9,04 9,44 8,92
Rata-rata 6,87 7,56 7,74 8,06 7,56

Penelitian ini dilakukan dengan lima perlakuan yaitu P0 (tanah 100% sebagai kontrol),
P1 (konsentrasi 5%), P2 (konsentrasi 10%), P3 (konsentrasi 15%), dan P4 (konsentrasi 20%).
Dari hasil yang didapatkan dari masing-masing perlakuan semua perlakuan mengalami
pengaruh yang sangat nyata hal ini dapat dilihat dari perlakuan dan kontrol.
Setelah dilakukan penelitian Pada A0 memiliki nilai rata-rata yang rendah yaitu 6,55.
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P0 (tanpa pemberian pupuk organik) kandungan
unsur hara N (Nitrogen), P (Pospor), Ca (Kalsium), dan K (Kalium) kurang tersedia dan tidak
mudah terserap sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, karena bisa
dilihat pada pertumbuhan tanamannya yang tidak terlalu subur dibandingkan dengan tanaman
yang diberi pupuk organik kulit kopi. Hal ini sesuai dengan teori Salisbury (1992) ”dalam”
Zulkarnain (2009), menyatakan bahwa unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah relatif besar diistilahkan sebagai unsur-unsur makro. Unsur-unsur makro karbon,
hidrogen, dan oksigen tersedia bagi tanaman melalui air dan udara. Sementara itu, kebutuhan
akan unsur-unsur makro yang lain seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
belerang dipenuhi melalui medium tumbuh (Zulkarnain, 2009).
Pada tinggi tanaman A1 dengan konsentrasi 5% diperoleh rata rata 7,18. Pada A2
dengan konsentrasi 10% diperoleh hasil 7,69. Pada A3 dengan konsentrasi 15% diperoleh
hasil 7,46 dan Pada A4 dengan konsentrasi 20% diperoleh hasil 8,92. Dari data ini dapat
diketahui pertumbuhan tertinggi diperoleh pada konsentrasi 20% dengan rata rata 8,92.
Berdasarkan rata rata di atas (tabel 1), selanjutnya dilakukan perhitungan Analisis
Sidik Ragam (ANSIRA). Untuk mengetahui pengaruh pupuk limbah kulit kopi terhadap
pertumbuhan tinggi bibit kopi. Hasil analisis sidik ragam tersebut dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Uji Pupuk Organik Limbah Kulit Kopi Terhadap Tinggi
Tanaman Bibit Kopi
SK DB JK KT Hitung Tabel 5% Tabel 1%
Kadar 4 28,67 1,16 6,81* 2,67 4,43
Galat 20 21,04 1,05
Umum 24 49,71
kk =12%
keterangan:
* = berpengaruh nyata
Hasil penelitian dilanjutkan dengan pengujian uji beda jarak nyata duncan. Data yang
diperoleh diuji menggunakan analisis sidik ragam (Ansira) dengan pola Rancangan Acak
lengkap menunjukan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bibit kopi.Hal
tersebut ditinjau dari nilai F hitung lebih besar dari F tabel. atau 6,81 >4,43 pada tingkat
kepercayaan 1%. sehingga selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-
masing perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Lanjutan Beda Jarak Nyata
Duncan (BJND) taraf 1% seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Uji Lanjutan Beda Jarak Nyata Duncan pengaruh Pupuk Organik Limbah
Kulit Kopi Terhadap Tinggi (cm) Tanaman Kopi
Perlakuan Rata-rata Beda riel pada jarak P BNJD
2 3 4 5 0,01
0% 6,55 - A
5% 7,18 0,63 - A
10% 7,69 1,14* 0,51 - BC
15% 7,46 0,91* 0,28 0,23 ABC
20% 8,92 2,37* 1,74* 1,23* 1,46* C
P(0,01)(p,20) 4,02 4,22 4,33 4,40
BNJD(0,01)p 0,84 0,88 0,90 0,92
= (P.Sy)
Pada taraf 1% pengaruh pupuk organik dari limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan
bibit kopi menunjukkan bahwa jarak tanam antara perlakuan konsentrasi 0% dengan 5%
dengan huruf yang sama menunjukkan bahwa jarak tanam antar keduanya tidak berbeda
nyata. Selain itu pada tabel 3 dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 10% dan 15% jarak
antar keduanya tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan pengaruh tinggi tanaman
pada konsentrasi lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tabel 3.Terlihat
bahwa pengaruh jarak tanam terbaik diperoleh pada jarak tanam dengan konsentrasi 20%
karena pengaruh jarak tanam ini sangat nyata dengan pengaruh semua jarak tanam lebih
sempit dan berbeda tidak nyata dengan pengaruh jarak tanam lebih lebar. Dengan demikian
jarak tanam ini dapat direkomendasikan untuk diaplikasikan. Tanda* (nyata) jika nilai beda
riel > nilai baku pada taraf 1%.
Keberhasilan dalam tinggi tanaman ini juga dipengaruhi oleh faktor faktor, di
antaranya cahaya, air, suhu dan faktor kandungan NPK yang terdapat dikulit kopi tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Lakitan (2011), Hasil yang signifikan dalam pertumbuhan
tinggi tanaman bibit kopi dapat didukung oleh ketersedian unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman terpenuhi sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan maksimal. Selain itu
juga menyatakan bahwa tanaman yang mendapatkan unsur hara N yang sesuai dengan
kebutuhan akan tumbuh tinggi dan daun yang terbentuk lebar.
Menurut Rosmarkam (2007), tanaman yang cukup mendapat suplai N dapat
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, diantaranya menambah tinggi tanaman,
membuat tanaman lebih hijau karena banyak mengandung klorofil, dan merupakan bahan
penyusun protein dan lemak. Sedangkan unsur K sebagai aktivator fotosintesis, translokasi
gula, mempertahankan turgor, menstimulir pembentukan akar, fungsi lainnya adalah regulasi
masuknya CO2 ke dalam tanaman yang erat kaitannya dengan pembukaan dan penutupan
stomata, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan penyerapan
air oleh tanaman dan mencegah hilangnya air dari daun. Sedangkan unsur P berperan dalam
merangsang pertumbuhan akar, bunga dan pemasakan buah serta berperan penting sebagai
penyusun inti sel lemak dan protein tanaman (Rinsema, 1986).
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Zainal Berlian,dkk, 2015) menunjukkan
bahwa penggunaan limbah kulit kopi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai
keriting yaitu salah satunya jumlah buah cabai keriting.
Tabel 4. Rata-rata pengaruh perlakuan terhadap jumlah buah cabai keriting
Perlakuan Jumlah Rerata
P0 13 2,17
P1 29 4,83
P2 61 10,17
P3 141 23,5
Jumlah 244 10,17

Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam jumlah buah cabai keriting


SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakua 3 1621,33 540,44 31,42** 3,10 4,94
n
Galat 20 344 17,2
Total 23 1965,33
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel pada taraf 1%)
Tabel 6. Hasil uji BJND pengaruh limbah kulit kopi terhadap jumlah buah cabai
keriting
Perlakuan Rerata Beda real pada jarak P= BJND
2 3 4 5 0,01
P0 2,17 - A
P1 4,83 2,66 - A
P2 10,17 5,34 8 - B
P3 23,5 013,33* 18,67* 21,33* C
P(0,05)(p,20) 2,95 3,10 3,18 4,40
BJND(0,05) 4,99 5,24 5,37 0,92
Keterangan: Huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%)
Huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata (5%)
* = nyata (jika nilai beda riel > nilai baku pada taraf 5%)

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah buah cabai keriting yang maksimum terjadi
pada perlakuan P3 yaitu perlakuan dengan penambahan kompos kulit kopi sebanyak 90 gr. P3
menghasilkan nilai rata-rata jumlah buah tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
P3 dibandingkan dengan P0 terlihat bahwa jumlah buah pada P3 berbeda sangat nyata dengan
P0. P3 memiliki nilai rata-rata jumlah buah yaitu 23,5 sedangkan P 0 memiliki nilai rata-rata
jumlah buah yaitu 2,17. Perbedaan ini disebabkan karena pengaruh pemberian kompos,
dimana untuk perlakuan P3 kadar kompos yang diberikan adalah 90 gr sedangkan P0 tanpa
pemberian kompos.
P3 dibandingkan dengan P2 terlihat bahwa nilai rata-rata jumlah buah pada P3 berbeda
nyata dengan nilai rata-rata jumlah buah pada P2. P3 memiliki nilai rata-rata jumlah buah yaitu
23,5 buah sedangkan P2 memiliki nilai rata-rata jumlah buah yaitu 10,17 buah . Hal ini
disebabkan karena pada P2 kandungan unsur hara belum maksimal. Selain itu pada P2 kadar
kompos kulit kopi yang diberikan sebanyak 60 gr sedangkan P3 kadar kompos kulit kopi yang
diberikan sebanyak 90 gr.
P3 dibandingkan dengan P1 terlihat bahwa nilai rata-rata jumlah buah pada P3 berbeda
nyata dengan nilai rata-rata jumlah buah pada P1. P3 memiliki nilai rata-rata jumlah buah yaitu
23.5 buah sedangkan P1 memiliki nilai rata-rata jumlah buah yaitu 4,83 buah. Hal ini
disebabkan karena pada P1 kandungan unsur hara terlalu sedikit . Selain itu pada P1 kadar
kompos kulit kopi yang diberikan sebanyak 30 gr sedangkan P3 kadar kompos kulit kopi yang
diberikan sebanyak 90 gr.
Unsur P diperlukan sebagai transfer energy ADP, ATP, NAD dan NADH, sehingga
proses transfer energi dan metabolisme berjalan dengan lancar dan tanaman dapat
meningkatkan produksinya dan jumlah buah dan berat buah menjadi meningkat. Unsur N
diperlukan untuk proses metabolisme dimana unsur N sebagai protein fungsional sekaligus
merangsang pertumbuhan, kekurangan unsur N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran
sel (Sumiati dan Gunawan, 2007 “dalam” Ircham Riyadi, 2014).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan limbah kulit kopi pada tanaman sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman dan jumlah buah tanaman.
2. Konsentrasi optimal penggunaan limbah kulit kopi yaitu konsentrasi 20% dengan
berat 400 gr untuk mempercepat pertumbuhan tanaman kopi.
3. Penambahan limbah kulit kopi dengan berat 90 gr dapat memberikan
pertumbuhan dan perkembangan yang maksimum terhadap tanaman cabai
keriting.

DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Zainal, dkk. (2015). Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi (Coffea Robusta L.)
Terhadap Pertumbuhan Cabai Keriting (Capsicum Annum L.). Jurnal Biota, 1(1): 24.

Ditjenbun (2006). Pedoman pemanfaatan limbah dari pembukaan lahan. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Departemen Pertanian.

Falahuddin, Irham, (2016). Pengaruh Pupuk Organik Limbah Kulit Kopi (Coffea Arabica L.)
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi. Jurnal Bioilmi, 2(2): 110.

Fitri, Hafiza, dkk. (2018). Pengaruh Biochar Dan Kompos Kulit Kopi Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Produksi Kedelai (Glycine Max, L). Prosiding Seminar Nasional Pertanian
dan Perikanan, 1: 164.

Lakitan, Benyamin. (2013). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers.


Najiyati, S. dan Danarti, (1997). Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta :
Penebar Swadaya.

Novita, Elida, dkk (2018). Pemanfaatan Kompos Blok Limbah Kulit Kopi Sebagai Media
Tanam. Jurnal Agrotek, 2(2): 61-62

Setiabudhi, 1999 “dalam” Etika, YV. (2007). Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi,
Kotoran Ayam Dan Kombinasinya Terhadap Ketersediaan Unsur N, P Dan K Pada
Inceptisol. Malang : Universitas Brawijaya.

Simbolon, Bona Hasian, dkk. (2020). Manfaat Kompos Limbah Kulit Kopi dan Sekam Padi
Terhadap Pertumbuhan Pembibitan Tanaman Kopi (Coffea canephora P.). Jurnal
Produksi Tanaman, 8(4): 371.

Zainuddin, D. & T. Murtisari (1995). Penggunaan limbah agro-industri buah kopi (kulit buah
kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler). Pros. Pertemuan IImiah Komunikasi
dan Penyaluran Hasil Penelitian. Semarang : Sub Balai Penelitian Klepu, Puslitbang
Petemakan, Badan Litbang Pertanian,71-78.

Anda mungkin juga menyukai