Oleh :
Oleh :
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku.
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua Orang Tua saya, Bapak dan Ibu yang selalu membimbing dan
memberikan do’a serta semangat buat saya dengan tak pernah lelah mendidik
saya untuk mencari ilmu, belajar, ibadah dan berdo’a.
2. Kedua dosen pembimbing Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes dan Bapak
Beny Suyanto, S.Pd, M.Si, yang telah dengan sabar membimbing dalam
menyusun skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), yang saya sayangi, selaku dosen
penguji skripsi ini.
4. Almamater saya, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Semua mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2015 senasib, seperjuangan, terimakasih
atas solidaritas yang luar biasa, bersama-sama bahu membahu saling
membantu demi terselesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Penyusun
ix
Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRAK
x
Program Study Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN....................................................................................................i
SAMPUL DALAM..................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................x
ABSTRACT..............................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xviii
DAFTAR ISTILAH..............................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................7
1.5 Penelitian Terdahulu.........................................................................8
xiii
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian........................................57
5.1.1 Profil Dinas Kesehatan........................................................57
5.1.2 Geografis.............................................................................58
5.1.3 Data Kependudukan............................................................58
5.1.4 Program Kesehatan Kabupaten Magetan............................58
5.2 Hasil Penelitian...............................................................................59
5.2.1 Hasil Analisa Univariat.......................................................59
5.2.2 Hasil Analisa Bivariat.........................................................61
5.3 Pembahasan....................................................................................63
5.4 Keterbatasan Penelitian..................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69
LAMPIRAN...........................................................................................................72
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
DAFTAR ISTILAH
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk memperoleh kualitas makanan yang baik perlu diperhatikan dan diawasi
makanan, antara lain yaitu personal hygiene yang buruk, cara penanganan
makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak
bersih.
dalam pengelolaan makanan yang sehat dan aman. Prosedur menjaga kebersihan
yang terus berulang terjadi dan mengancam jutaan orang (Aide, 2010).
sisi lain makanan merupakan media kontaminasi yang baik dalam perkembang
biakan bakteri terutama makanan yang sudah membusuk yaitu makanan yang nilai
protein tinggi dan banyak mengandung kadar air. Sekitar 70 % kasus keracunan
makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap saji yaitu makanan yang sudah
1
2
diolah, terutama oleh usaha katering, rumah makan, kantin, restoran maupun
makanan jajanan. Vektor penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
makanan.
menyebabkan kematian sebanyak 5.000 jiwa dan menjalani rawat inap sebanyak
angka kuman serta menyebabkan penularan vektor penyakit lewat makanan yang
syarat kesehatan (Amaliyah Nur, 2017). Penyakit bawaan makanan terjadi akibat
setiap saat, penyebabnya adalah peralatan makanan yang dipakai tidak memenuhi
bahwa untuk persyaratan peralatan makan tidak boleh terdapat kuman lebih dari
memegang peran sangat penting dalam kasus penyakit bawaan makanan. Hal
dirumah, kantin, rumah sakit, rumah makan pedagang, jasa katering, sekolah,
(WHO, 2006).
makanan kasus yang terjadi ditahun 2014 mencapai lebih dari 500 kasus.
banyak kasus. Tahun 2011 dilaporkan 18.144 orang terpapar, sedangkan kasus
KLB keracunan pangan yang dilaporkan sebantyak 6.901 orang sakit dan 11
nyeri perut, dan demam. Laporan pada tahun 2007 menunjukan bahwa gejala
diare tersebut merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan
kematian yang ke empat sebanyak 13,2%. Data mengenai penyakit menular yang
yang ditularkan melalui makanan, air didapatkam insiden diare untuk seluruh
kemasan 2 insiden 37 orang korban, serta penyebab keracunan oleh makanan yang
2015 terdapat hubungan personal hygiene penjamah dengan angka kuman pada
sate ayam di Kota Pontianak. Nilai (PR) 3.143 yang artinya prevalensi personal
hygiene penjamah yang tidak memenuhi syarat 3.143 kali cenderung lebih
seluruh pedagang (100%) tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani
menggunakan alat yang sesuai dan bersih apabila mengambil makanan, dan 3
persyaratan pengelolaan hygiene sanitasi rumah makan yang harus dipenuhi antara
dapur, ruang makan dan gudang makanan, persyaratan bahan makanan dan
Magetan tahun 2017 tercatat sebanyak 98,66% dengan target capaian hygiene
sanitasi rumah makan sebesar 80,00%, namun baru tercapai sebesar 68,68%,
sehingga terjadi kesenjangan antara target dan capaian sebesar 11,32%. Terdapat
11 (22,92%) rumah makan yang sudah memiliki sertifikat laik sehat hygiene
sanitasi rumah makan dan terdapat 37 (77,08%) rumah makan yang belum
memiliki sertifikat laik sehat hygiene sanitasi rumah makan (Dinas Kesehatan,
2017).
Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dari 2 rumah makan masih
lap yang belum tentu bersih. Berdasarkan hasil Laboraturium pada 2 rumah
Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan yaitu : 1.200 koloni/gram2 dan
kepedulian terhadap personal hygiene khusus nya bagi penjamah makanan dan
hygiene sanitasi yang baik meliputi sanitasi tempat makanan, dan sebaiknya
mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani pembeli, menutup mulut dengan
masker/tisu apabila batuk dan bersin, dan menggunakan alat yang sesuai dan
Magetan?”
Kabupaten Magetan.
3. Menganalisis hubungan perilaku penjamah makanan dengan angka kuman
masyarakat.
4. Bagi Peneliti
Kabupaten Magetan.
TINJAUAN PUSTAKA
makanan sudah mengetahui tentang hal tersebut, maka selanjutnya akan ada
penilaian yang positif dan negatif tentang cara menjamah makanan. Faktor-faktor
pengelolaan makanan.
tentang manfaat yang akan diperoleh apabila makanan diolah dengan cara
menjadi faktor yang sangan penting dalam Hygiene sanitasi makanan. Aspek
10
11
perilaku termasuk perilaku sehat adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
makanan termasuk perilaku Hygiene adalah salah satu faktor dalam penyediaan
bertugas dibagian proses pengolahan makanan dari bahan baku sampai menjadi
sangat penting dalam penyediaan makanan karena penjamah makanan yang tidak
salah satu kunci keberhasilan dalam pengolahan makanan yang sehat. Penjamah
makanan yang tidak baik bisa menyebabkan kejadian penularan penyakit bawaan
tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi
suatu penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan suatu
penyebar vektor penyakit, hal ini dapat terjadi melalui kontak antara penjamah
pernafasan, pencernaan dan penyakit kulit. Ketiga jenis penyakit ini dapat
dipindahkan kepada orang lain melalui makanan yang diolah atau disajikan
di dalam mulut, hidung, kulit dan saluran pencernaannya. Akan tetapi kebanyakan
mikroorganisme ini tidak berbahaya, meskipun ada pula beberapa jenis bakteri
yang terinfeksi dan Hygiene perorangan yang buruk. Beberapa ketentuan yang
2. Selama karyawan harus menggunakan tutup kepala agar rambut tidak jatuh
ke makanan.
5. Apabila selesai membuang hajat kecil atau besar, tangan harus kembali
makanan.
dilakukan bagi pekerja sebelum diterima sebagai karyawan dan kepada seluruh
karyawan sebaiknya dilakukan minimal sekali setiap tahun. Apabila ada karyawan
yang sakit maka harus diobati terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
Karyawan yang menderita luka-luka terbuka, luka bakar dan penyakit infekdi
2006)
kebersihan dalam pengolahan makanan yang sehat dan aman, karena penjamah
makanan merupakan salah satu sumber potensial yang dapat mencemari bahan
pangan baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis. Upaya yang dapat
Tubuh manusia selain sebagai alat kerja juga merupakan sumber cemaran
bagi manusia lain dan lingkungannya termasuk makanan dan minuman. Sumber
a. Mandi secara teratur dengan air bersih dan sabun dengan cara baik
dan benar. Mengosok gigi sebelum tidur, bangun tidur dan sehabis
makan.
koreng) dan kotoran lain dari rambut. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Apabila ada luka, koreng atau bisul segera ditutup dengan plester.
3. Sumber cemaran karena perilaku adalah tangan yang kotor, bersin, batuk,
1. Baju bekerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
2. Menggunakan sandal atau alas kaki yang tidak licin bila berada
dilingkungan dapur.
mudah dijangkau.
2.2 Hygiene Sanitasi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah
tanggung jawab untuk tetap dalam standart higienis perorangan yang tinggi untuk
makanan dan minuman itu berada. Dalam hal ini minuman termasuk ke dalam
kategori makanan. Peran Hygiene dan sanitasi makanan sangat penting khususnya
faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
terhadap tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsip ini
sangat penting untuk diketahui karena berperan sebagai faktor kunci keberhasilan
usaha makanan di rumah makan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan
makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugikan.
Menurut Depkes RI, 2004, ada 6 prinsip Hygiene sanitasi makanan dan minuman
yaitu :
2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalaui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan
yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh
2. Warna sesuai dengan bawaanya, tidak ada warna tambahan, warna buatan
3. Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya.
rusak dan kehilangan kandungan dan nilai gizinya. Semua bahan makanan
keadaan bersih.
makanan.
bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah
Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari
pengolahan makanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi/makanan jadi,
tangan.
bagian lainnya).
pengangkutan, bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya kurang
baik maka dapat mempengaruhi kualitas makanan tersebut. Kualitas baik atau
2. Tenaga pengangkut.
3. Teknik pengangkutan.
yaitu :
dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau
bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap
4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap
pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau dan dijaga
adalah kadar air makanan, jenis makanan, suhu makanan. Syarat Penyimpanan
Makanan :
lainnya.
2. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5ºC atau lebih, atau
3. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6
dibawah 10ºC.
pembungkus seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam keadaan bersih
dan rapi menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak
atau gangguan kesehatan ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya
seperti manusia, hewan dan sebagainya. Angka kuman adalah jumlah kuman yang
terdapat pada bahan makanan dalam koloni/gram, yang didasarkan pada asumsi
bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni
setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
masa inkubasi jumlah koloni yang yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan
tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut.
yang mati ditambah jumlah kuman yang hidup dan jumlah kuman yang mati saja.
Angka kuman yang berasal dari contoh uji dapat dihitung dengan metode
mengandung kuman ke dalam media. Maka jumlah bakteri dapat diketahui dengan
2009 yaitu angka kuman pada makanan tidak lebih dari 10.000 koloni/gram. Jika
1. Batuk
2. Tbc
3. Hepatitis
4. Diare
5. Flu
6. Radang Tenggorokan
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dapat dihitung.,
intepretasi hasil berupa angka dalam koloni per ml/gr. ALT secara umum
tidak terkait dengan bahaya keamanan makanan, namun bermanfaat
2. Prosedur-prosedur
2) Alkohol
3) Kapas
4) Sendok steril
5) Lampu bunsen
7) Kertas label
alkohol 70%
alkohol 70%
minum, air kolam. Cara perhitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa sel-sel
masing akan membentuk koloni yang nampak dan terpisah. Jadi, yang terhitung
adalah kuman yang hidup (viable) dan dapat tumbuh membentuk koloni dalam
suasana inkubasi dan media yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan-
yang lebih baik diperlukan penanaman bahan dengan menggunakan lebih dari satu
diharapkan. Populasi kuman dihitung (ditentukan) per ml untuk bahan cairan atau
per gr untuk bahan padat. Karena kandungan bakteri per unit (gr/ml) sering lebih
Hasil percobaan sterilitas pada petridish kontrol juga dihitung jika ada
kuman dihitung dari petridish yang mempunyai koloni antara 30-300 dikalikan
tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang
langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan minuman. Oleh karena itu
pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang
pedagang yang memiliki personal hygiene yang kurang baik memang tidak
mencuci tangan pada saat memegang makanan. Hal tersebut dapat memperbesar
keterpaparan kuman dan akan mengakibatkan angka kuman yang sangat tinggi.
lapangan diperoleh hasil bahwa responden yang tidak mencuci tangan dengan
sabun setelah dari kamar mandi, setelah membuang sampah dan setelah
penyikatan, dan pembilasan dengan air bersih dan mengalir. Mencuci tangan
bagian meliputi punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari dan bagian
dibawah kuku.
bawah kuku.
misalnya HP, uang, baju kotor, bahan makanan mentah dan peralatan
kotor.
yang terluka.
6. Setelah menangani sampah serta kegiatan kebersihan. Misalnya menyapu
bak cuci tangan yang dilengkapi dengan saluran pembuangan yang tertutup, kran
air, sabun dan tissue atau alat pengering. Bak air yang digunakan untuk pencucian
tangan harus terpisah dari bak pencucian peralatan dan bak untuk presparasi
makanan.
perlindungan kontak secara langsung dengan makanan, sarung tangan yang baik
tangan kadang-kadang bisa robek/rusak dan pada umumnya sarung tangan jarang
dicuci dengan benar (termasuk penyediaan fasilitas cuci tangan) sarung tangan
tidak perlu dikenakan sebagai pencegah kontaminasi. Jika sarung tangan terpaksa
dipakai, analisis tentang media utama sebagai pencemar perlu dilakukan, selain
harus dikeluarkan.
Menurut penelitian Titis Jiastuti (2014), yang di lakukan di Instalasi gisi
RSUD dr. Harjono Ponorogo. Hasil wawancara diketahui bahwa dari 18 penjamah
lakukan hanya disesuaikan pada jenis kegiatan, seperti pada waktu membuang isi
cabe dan pada saat membuat adonan. Sedangkan pada saat mengupas, mengiris
tidak menggunakan sarung tangan. Para distribusi tidak ada yang menggunakan
sarung tangan tetapi sudah menggunakan alat khusus seperti sendok, penjepit
seperti sendok, penjepit makanan, sendok sayur dan sendok nasib tetapi tangan
manusia normal penuh dengan mikroba dari berbagai jenis. Beberapa mikroba
yang ada salah satunya adalah mikroba staphyloccus aureus yang berada didalam
saluran pernapasan.
kadang dengan alasan tidak terbiasa dan tidak nyaman. Pengguaan masker
dari penjamah yang sedang bercakap-cakap terdapat ribuan kuman patogen dan
sekitar area SMA Negeri 3 Wonogiri. Para penjamah makanan sebagian besar
Mereka berjualan sambil merokok, ada juga penjual perempuan yang berjualan
dalam aturan.
Merokok adalah mata rantai dari mulut dan tangan, kemudian ke makanan
disamping itu tidak etis. Pada mulut manusia banyak terdapat kuman, kuman
tersebut dipindahkan ke batang rokok dan jari perokok. Saat perokok tersebut
Agent adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasit, jamur, atau
defisiensi gizi, atau beberapa substansi lain seperti racun ular berbisa. Satu atau
beberapa Agent dapat berkontribusi pada satu penyakit. Faktor Agent juga dapat
terbatas pH dan memiliki kisaran pH yang lebih kecil dimana mereka dapat
pH netral (7); ragi dan jamur umumnya memiliki pH optimum yang condong ke
sisi asam (di bawah 7). Patogen tidak dapat tumbuh dalam makanan yang lebih
asam tetapi mereka relatif tidak terpengaruh dengan pH yang dikandung dalam
kebanyakan bahan makanan. Asam asetat (etanoat) pada umumnya lebih efektif
daripada asam laktat yang pada gilirannya lebih efektif daripada asam sitrat.
Semua mikroorganisme memerlukan air untuk tumbuh. Jika air yang ada
memerlukan adanya air yang sangat tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat,
tetapi mereka seringkali tumbuh lebih lambat dalam makanan yang diasinkan atau
agak kering, tetapi ada juga mikroorganisme yang tidak memerlukan kada air
cukup untuk dapat tumbuh. Dengan menurunkan kadar air dapat memperlambat
pertumbuhan bakteri yang memerlukan kadar air cukup untuk dapat berkembang
biak.
2.5.3.3 Waktu
Faktor waktu merupakan faktor yang paling penting dari semuanya adalah
waktu. bakteri dapat tumbuh mencapai jumlah yang membahayakan jika kondisi
lingkungan baik untuk pertumbuhan tetapi hanya jika memiliki waktu yang cukup
banyak untuk dapat berkembang biak. Mikroorganisme akan tumbuh paling cepat
pemanasan (disimpan dalam suhu tinggi atau rendah) dan karenanya memiliki
memadai sampai jumlah yang memadai. Keadaan waktu yang singkat dalam
sekitar -100oC sampai 1000oC. Pertimbangan berikutnya adalah air yang ada
dalam keadaan padat, sebagai es atau uap air, maka bakteri tidak dapat tumbuh
walaupun mereka dapat bertahan dengan suhu yang sangat ekstrem pada kondisi
tersebut. Sebagian besar patogen bawaan makanan masuk dalam kelas mesofilik
dengan suhu pertumbuhan optimum sekitar suhu tubuh 370oC dapat tumbuh
dengan cepat meskipun dapat tumbuh naik pada suhu dibawah 200oC. Umumnya
suhu pertumbuhan minimum patogen sekitar 80oC, dengan begitu jika makanan
disimpan dibawah suhu 100oC maka mesofilik juga akan tumbuh sangat lambat
2.5.3.5 Kelembaban
relatif pada dasarnya adalah ukuran aktivitas air dari fase gas. Aktivitas air dari
bahan pangan dapat naik pada keadaan penyimpanan yang lembab. Ketika
komoditas pangan memiliki aktivitas air rendah dan disimpan dalam suasana
kelembaban relatif tinggi, air akan mentransfer dari fase gas ke makanan.
Mungkin diperlukan sangat panjang waktu untuk sebagian besar komoditas untuk
sudah mulai tumbuh dan menjadi aktif secara fisiologis mereka biasanya
menghasilkan air sebagai produk akhir dari respirasi, dengan cara ini
dapat tumbuh dan merusak makanan yang awalnya dianggap mikrobiologis stabil.
2.6 Kerangka Teori
penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam tinjauan teori,
Tidak merokok
Memakai Masker
Keasaman (pH)
Kelembaban
Waktu
2012). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Angka Kuman
Perilaku Penjamah
pada Makanan di
Makanan
Rumah Makan
Keterangan :
: Mempengaruhi
38
39
antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan permasalahan, tinjauan pustaka, dan
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian. Jenis penelitian analitik dengan desain
penelitian cross sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada
obyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan
dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan yang
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini,
Magetan.
4.2.1 Populasi
40
41
4.2.2 Sampel
sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria ini
1. Kriteria Inklusi
Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
2. Kriteria Eksklusi
Magetan
ini adalah 15 rumah makan yang terdapat 2 penjamah makanan di setiap rumah
makan.
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangan luas.
atau kluster. Beberapa kluster kemudian dipilih secara acak sebagai wakil dari
dilakukan secara dua tahap, yaitu tahap pertama memilih beberapa kluster dalam
populasi secara acak sebagai sampel dan tahap kedua memilih elemen dari tiap
2. Kenakan sarung tangan steril dan usapkan telapak tangan dengan alkohol
70%
3. Ambil sampel makanan (100-250 gram), dengan pisau atau sendok steril
5. Botol ditutup (tutup botol juga harus di sterilkan), atau dengan plastik
6. Sampel diberi label : nomer kode, tanggal dan waktu pengambilan sampel.
8. Kirim sampel < 24 jam atau bungkus dengan alumunium foil dengan suhu
< 4°C. Jika tempatnya jauh dari Lab. (gunakan termos es dengan dry ice).
kerja disajikan alur penelitian terutama pada variabel yang akan di teliti, variabel
Populasi
Penjamah makanan yang bekerja di Rumah Makan yang terdaftar di Dinas
Kesehatan Kabupaten Magetan
Sampel
Rumah makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
yang memenuhi kriteria inklusi
Tehnik Sampling
Cluster Random
Samping
Instrumen
Penelitian
-Uji Validitas
- Uji Reliabilitas
Pengumpulan
Data :
Kuesioner
Analisis
Data
Chi square
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(BPOM RI
No.
HK.00.06.1.52
.4011 tahun
2009)
48
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel. Lembar observasi ini
hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reliabilitas dan ketepatan
fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Untuk mengukur validitas soal
dibandingkan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka
tabel. Dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation (Sujarweni, 2015).
Untuk menguji validitas pada penelitian ini dapat dilakukan di tempat atau lokasi
yang memiliki klasifikasi yang sama dengan lokasi yang akan diteliti oleh peneliti
pengujian validitas menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel,
dengan total skor. Maka variabel perilaku penjamah makanan adalah “valid” atau
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dapat dilihat pada
nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha > 0,60 maka kontruk pernyataan yang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli Tahun 2019
1. Kuesioner (wawancara)
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Data Primer
(pengamatan).
2. Data Sekunder
1. Editing
sudah terkumpul.
2. Coding
3. Entry
4. Cleaning
5. Tabulating
1. Analisa Univariat
makanan).
2. Analisa Bivariat
2011).
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total
sel.
Hasil uji Chi square hanya dapat menyimpulkan ada atau tidaknya
Dengan demikian uji Chi square dapat digunakan untuk mencari hubungan
dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya atau tidak
mempunyai nilai ρ < 0,05. Pada studi cross sectional estimasi resiko relatif
a. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi
faktor resiko.
b. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak
resiko.
0,05 (5%).
1) Jika nilai sig ρ > 0,05 maka hipotesis penelitian (H0) diterima dan
2) Jika nilai sig ρ ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima dan
expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai ρ -value dilihat
(pengamatan).
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
urut pada lembar koesioner yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti
saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
pemerintah daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas,
No. 4 Magetan. Dinas kesehatan memiliki peran yang sangat besar dalam upaya
57
58
5.1.2 Geografis
selatan dan 111 20’ 30” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Biro Pusat Statistik Pusat jumlah penduduk Kabupaten Magetan pada tahun 2017
sebanyak 628.609 jiwa yang terdiri dari 306.112 jiwa laki-laki dan 322.497 jiwa
Ratio penduduk pada tahun 2017 menunjukkan angka 94,92%, yang berarti
2019).
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang mampu
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI No. 23 Tahun 1992), untuk
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
pelindung diri.
penelitian ini adalah karakteristik jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan
sebanyak 6, umur 56-65 sebanyak 13, dan umur >65 tahun sebanyak 6.
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut akan
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus dalam bentuk tabel
dihubungakan dengan variabel dependen (angka kuman pada makanan) yang diuji
dengan Uji Chi Square. Dari hasil uji silang antara variabel independen dengan
angka kuman pada makanan menunjukan bahwa nilai ρ = 0,049 lebih kecil
dari α = 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik ada
makanan.
5.3 Pembahasan
dikategorikan tidak baik dan angka kuman tidak memenuhi persyaratan >10.000
koloni/cm2. Hal ini di dukung hasil Uji fisher exact diperoleh nilai ρ-value = 0,049
serta nilai RP sebesar 4,714, hasil tersebut membuktikan bahwa ada hubungan
antara perilaku penjamah makanan dengan angka kuman pada makanan di rumah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirawati, Rico
Januar, dan Hamzah Hasyim (2011) dimana kebersihan penjamah dilihat dari
kebersihan diri yang terdiri dari rambut, hingga kaku, mandi yang teratur,
serta dilihat dari apa yang digunakan seperti sarung tangan, celemek dll.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supyansyah dkk (2015) yang
diperoleh hasil ada hubungan perilaku penjamah makanan dengan angka kuman
pada sate ayam di Kota Pontianak, dengan nilai RP 3,143 yang artinya prevalensi
perilaku penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat 3,143 kali cenderung
lebih berisiko untuk memiliki angka kuman yang tinggi. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Juli, Retno dan Sri (2017) hasil analisa bivariat pada penelitian ini
kuman pada makanan, serta personal hygiene tidak ada kaitanya dengan jumlah
angka kuman pada makanan, meskipun tidak memiliki hubungan tetapi ada faktor
lain yang membuat kuman tersebut bisa tumbuh. Seperti makanan yang sudah di
sajikan dan dibiarkan terbuka tanpa di tutupi atau tidak diletakkan di lemari,
wadah atau tempat penyajian yang kurang bersih bisa menyebabkan makanan
terkontaminasi, dan bisa juga di sebabkan oleh peralatan makan yang tidak bersih.
Hal ini dikarenakan tempat untuk menyimpan peralatan makan yang kurang baik.
makan disimpan ditempat yang kotor dan terbuka maka peralatan makan tersebut
tempat yang lembab dan berkarat dengan keadaan basah dan kurang bersih akan
yang telah terjadi sebelum penyimpanan menyebabkan kuman tetap tumbuh. Serta
teknik pencucian peralatan yang kurang baik dapat meningkatkan resiko terhadap
keberadaan angka kuman pada peralatan masak yang akan tersebar di makanan.
(2013) kain lap yang digunakan untuk mengeringkan peralatan makan tersebut
tidak selalu diganti. Kain lap yang digunakan tidak sekali pakai untuk beberapa
jenis dan jumlah alat makan, sedangkan kain lap yang tidak sering diganti dapat
menjadi titik kritis cemaran kuman pada peralatan makan, begitu juga dengan lap
kain untuk mengeringkan tangan, jika tidak sekali pakai atau tidak sering diganti
penjamah makanan dalam hal ini tenaga pengolah makanan untuk mencegah
penularan penyakit dan kontaminasi mikroba pathogen melalui makana antara lain
tidak merokok, tidak makan, dan mengunyah, tidak memakai perhiasan kecuali
sebelum bekerja, setelah bekerja dan ketika keluar dari toilet, selalu memakai
dalam penggunaan untuk menjamah makanan masih buruk. Seperti pada saat
penjamah ada yang berpakaian tidak bersih, tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengolah makanan, dan kuku penjamah sudah terlihat panjang dan kotor
sehingga pada saat mengolah makanan bisa saja kuman tersebut terkontamiasi
oleh kotoran yang terdapat di kuku dan tangan. Selain itu juga bisa dipengaruhi
1. Pada penelitian ini untuk pemeriksaan makanan hanya sampai pada jumlah
wawancara saja.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
responden (30,0%).
angka kuman pada makanan dengan hasil ρ-value Sig = 0,049 >0,05, RP
6.2 Saran
67
68
Borja. 2008. Hygiene dan Sanitasi. Diakses pada tanggal 12 April 2019.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.
Eka Putri Lestari. 2015. Analisis Personal Hygiene Pada Penjual Makanan
Tradisional Gado-Gado di kelurahan Pisangan Cempaka Putih dan
Cireundeu Ciputat Timur. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Skripsi.
Erlina Yuni. 2015. Buku Saku Personal Hygiene. Yogyakarta : Nuha Medika.
69
70
Marjan, Wahyuni. Angka Lempeng Total pada Makanan Jajanan Berbahan Baku
Tepung di Sekolah Kota Samarinda. STIKES Muhammadiyah Samarinda.
Mirawati, Rico Januar, dan Hamzah H, Analisis Personal Hygiene dan Food
Hadling Pada Penyelenggaraan Makanan Pasien di RSUP Dr. Mohammad
Hosein Palembang. 2011;2:45-53.
Tuti Soenardi. 2013. Teori Dasar Kuliner. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Widyati, R & Yuliarsih. 2002. Hygiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
Jakarta: PT Grasindo.
Lampiran 1
Nama :
Alamat :
Madiun, 2019
Responden,
(...............................)
Lampiran 7
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No Responden :
2. Umur :
3. Tanggal Pengisian:
4. Jenis Kelamin ( Lingkari Salah Satu )
a. Laki-laki
b. Perempuan
5. Pendidikan Terakhir Responden ( Lingkari Salah Satu )
a. Tidak sekolah / tidak tamat SD
b. SD / sederajat
c. SLTP / sederajat
d. SMA / sederajat
e. Akademik / Perguruan Tinggi
II. LEMBAR KUESIONER PERILAKU PENJAMAH MAKANAN
Petunjuk pengisian :
Bacalah beberapa pernyataan dibawah ini, lalu pilihlah satu pilihan yang
tersedia di sampingnya dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom
yang tersedia, dengan keterangan sebagai berikut :
No. Pertanyaan Tidak Baik Baik
1. Apakah bapak/ibu mencuci tangan
setiap kali hendak menangani makanan ?
2. Apakah bapak/ibu mencuci tangan
menggunakan sabun ?
a. Sebelum menangani makanan?
b. Setelah menangani makanan?
3. Apakah bapak/ibu menutup mulut pada saat
batuk atau bersin ?
4. Apakah bapak/ibu bila terdapat luka atau
bisul harus ditutup ?
5. Apakah bapak/ibu menderita penyaki yang
mudah menular, seperti : batuk, influenza,
diare, serta penyakit lainnya ?
6. Apakah bapak/ibu mengeringkan tangan
dengan lap yang bersih sebelum menyajikan
makanan ?
7. Apakah bapak/ibu mencicipi makanan yang
sudah matang menggunakan sendok/alat
lainnya ?
8. Memakai celemek pada saat menangani dan
mengolah makanan ?
9. Memakai sarung tangan pada saat mengolah
makanan ?
10. Merokok pada saat menangani makanan ?
Lampiran 8
Correlations
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
N 15 15 15 15 15 15
N %
Total 15 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.766 6
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if
Item Deleted if Item Deleted Total Item
Correlation Deleted
1. Umur
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dewasa akhir 36-45th 5 16.7 16.7 16.7
lansia awal 46-55th 6 20.0 20.0 36.7
lansia akhir 56-65th 13 43.3 43.3 80.0
manula >65th 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
2. Jenis Kelamin
sex
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 10 33.3 33.3 33.3
perempuan 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
3. Pendidikan
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendidikan dasar 9th
12 40.0 40.0 40.0
(SD,SMP)
SMA 12 40.0 40.0 80.0
PT 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
4. Perilaku Penjamah Makanan
perilaku_PM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 21 70.0 70.0 70.0
sering 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
5. Angka Kuman
AK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TMS 12 40.0 40.0 40.0
MS 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
HASIL ANALISIS BIVARIAT
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
perilaku_PM * AK 30 100.0 0 .0% 30 100.0%
%
perilaku_PM * AK Crosstabulation
AK
Chi-Square Tests
Asymp. Exact Exact
Value df Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.471a 1 .034
b
Continuity Correction 2.917 1 .088
Likelihood Ratio 5.037 1 .025
Fisher's Exact Test
.049 .040
Linear-by-Linear Association 4.322 1 .038
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
DOKUMENTASI