Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS ISI KEKERASAN DALAM

FILM NGENEST 2015

Salah satu syarat untuk memperoleh nilai A dalam mata kuliah Riset Komunikasi

Bidang Studi Broadcasting

Disusun oleh :

Dimas Bagus Prasetyo

44115010066

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1 Komunikasi Massa....................................................................................................................3

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa...........................................................................3

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa.....................................................................................5

2.2 Media Massa..............................................................................................................................6

2.2.1 Karakteristik Media Massa....................................................................................7

2.2.2 Jenis-jenis Media Massa........................................................................................7

2.2.3 Bentuk-bentuk Media Massa.................................................................................8

2.3 Film Sebagai Media Massa......................................................................................................9

2.3.1 Pengertian Film......................................................................................................9

2.3.2 Karakteristik Film................................................................................................10

2.3.3 Fungsi Film..........................................................................................................10

2.4 Kekerasan.................................................................................................................................11

2.4.1 Kekerasan Verbal.................................................................................................12


2.4.2 Kekerasan Non Verbal.........................................................................................13

2.4.3 Jenis-jenis Kekerasan...........................................................................................13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini,

perkembangan industri pertelevisian pun ikut mengalami perkembangan yang

pesat pula. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai macam program-program

yang disajikan kepada khalayak di televisi

Tujuan dari munculnya atau pembuatan program yang beraneka ragam

tersebut, disajikan indusrti televisi dalam rangka untuk berusaha memberikan

hiburan serta memberikan informasi kepada khalayak. Disamping memberikan

hiburan dan informasi, televisi juga berguna sebagai media pendidikan. Karena

pendidikan juga diperoleh melalui jalur Informal salah satunya adalah televisi

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa selain program-program buatan

sendiri televisi juga mengambil program ataupun film dari pihak luar. Film

“ngenest” oleh Ernest Prakarsa merupakan film yang pernah ditampilkan di

layar kaca Indonesia. Film ini merupakan film bergenre komedi yang dapat

menghibur, mengangkat mengenai kehidupan Ernest sendiri yang merupakan

bocah keturunan China, dia di buly sewaktu sekolah dulu hingga dia

mengalami trauma yang mendalam. Sebagai seorang ayah dia tidak ingin

anaknya diperlakukan sama seperti halnya yang dia rasakan. Film ini

mendapatkan 4 penghargaan piala Miya pada tahun 2016. Namun, dalam film

1
Ngenest ini, terdapat unsur-unsur kekerasan yang seharusnya tidak menjadi

konsumsi bagi publik khususnya anak-anak. Dalam tayangan film ini, terdapat

penayangan kekerasan yang digambarkan dengan jelas dan dikhawatirkan

nantinya kekerasan tersebut berpengaruh pada perkembangan anak

Menurut undang-undang 33 tahun 2009 tentang perfilman, Film adalah karya

seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.

Dalam UU 33 tahun 2009 pasal 3 tentang perfilman film mempunyai tujuan antara lain:

terbinanya akhlak mulia, terwujudnya kecerdasan kehidupan bangsa, terpeliharanya

2
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatnya harkat dan martabat bangsa,

berkembangnya dan lestarinya nilai budaya bangsa, dikenalnya budaya bangsa oleh

dunia internasional, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, dan berkembangnya

film berbasis budaya bangsa yang hidup dan berkelanjutan. Film juga dilarang

mengandung unsur kekerasan, pornografi, melecehkan agama dan budaya,

mendorong masyarakat melakukan pelanggaran hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana frekuensi adegan kekerasan yang terdapat dalam film Ngenest.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana frekuensi adegan

kekerasan yang terdapat dalam film Ngenest.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai definisi dan bentuk dari

tayangan yang mengandung usur kekerasan serta menjadi sebuah sarana untuk

mengembangkan pemikiran dalam bidang ilmiah dan rasional dalam rangka untuk

mengkaji lebih dalam lagi pada bidang pemikiran ilmu komunikasi yang lebih

mendalam dan memfokusan dalam bidang film dan analisis isi.

b. Manfaat praktis

3
Dengan adanya penelitian semacam ini, maka kita dapat mengetahui lebih jelas

lagi mengenai batasan-batasan atas tayangan yang seharusnya di tayangkan di

televisi, serta kita juga akan semakin lebih awas lagi dalam memilih tayangan

yang sesuai untuk konsumsi anak-anak. Penelitian semacam ini dapat

memberitahukan kepada masyarakat untuk lebih teliti dan selektif dalam memilih

tayangan televisi yang sesuai dengan pertumbuhan emosional anak. sehingga

anak dapat berkembang sesuai dengan usia perkembangan mereka.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu unsur penting dalam segala kegiatan

kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi oleh setiap individu masnusia

menjadikan komunikasi massa sebagai salah satu tujuan pemenuhan kebutuhan

informasi bagi masyarakat. Kegiatan komunikasi massa dalam memperoses dan

menyiarkan merupakan proses yang sangat dinantikan oleh masyarakat. Sebab

masyarakat selalu ingin mengetahui informasi-infornasi terbaru yang terdapat di

lingkungan sekitar mereka. Dalam rangka penyebarluasan informasi kepada

masyarakat, komunikasi massa selalu memerlukan media sebagai sarana

penyebarluasan akan informasi tersebut (Rohim, 2009 :160).

4
Media merupakan aspek penting yang digunakan dalam proses penyampayan

informasi kepada masyarakat secara merata. Dalam komunikasi massa media

merupakan organisasi yang berperan besar dalam meyebarkan informasi yang berupa

produk budaya maupun pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam

masyarakat (Kusnadi, 1996 : 21-22).

Sedangkan pengertian komunikasi massa sendiri adalah suatu proses dimana

organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas

dan pada sisi lain merupakan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dan

dikomunikasikan oleh audience (Rohim, 2009 : 21).

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Nurdin ada tujuh karakteristik komunikasi massa yaitu:

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Komunikasi massa bukan satu orang tetapi sekumpulan orang. Artinya,

gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam

sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah sistem.

Sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan

suatu kegiatan mengolah menyimpan, menuangkan ide, gagasan simbol,

lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu

kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan

itu menjadi sumber informasi.

5
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Herbert Blumer

memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai

berikut:

a. Audiens dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia

mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari

asalnya mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama

lain dan antar individu tidak berinteraksi satu sama lain secara

langsung.

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak

ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu.

Dengan kata lain pesan-pesan ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh

karena itu pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat

khusus. Khusus disini artinya pesan memang tidak disengaja untuk

golongan tertentu.

4. Komunikasi berlangsung satu arah Dalam media cetak seperti Koran dan

TV, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung

memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang

bersangkutan).

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan Komunikasi massa ada

keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti

6
khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir secara bersamaan.

Bersamaan sifatnya relatif.

6. Media massa mengandalkan peralatan teknis Media massa sebagai alat

utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat

membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud

misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

Televisi disebut media yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari

pemancar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper Gatekeeper atau yang sering

disebut penepis informasi/palang pintu/penjaga gawang adalah orang

yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

memgurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang

disebar lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk

menginterpretasikan pesan, memganalisis, menambah data, dan

mengurangi pesan-pesannya. Intinya gatekeeper merupakan pihak yang

ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa dan

menentukan kualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi Komunikasi Massa Menurut Effendy (1993) fungsi komunikasi tidak

terlepas dari:

1. Fungsi informasi

7
Fungsi memberikan ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar

informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi

dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan

kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa

haus akan informasi yang terjadi.

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass

education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya

mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah

melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada

pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita,

diskusi dan artikel.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada

tajuk/editorial, features, iklan dan artikel. Khalayak dapat terpengaruh

oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

4. Fungsi menghibur

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya

adalah untuk megurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan

membaca beritaberita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi

dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

8
2.2 Media Massa

Disetiap masyarakat, mulai dari yang paling primitif hingga yang

terkompleks, sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Lasswell telah

mendefinisikan tiga diantaranya : penjagaan lingkungan yang mendukung ; pengaitan

berbagai komponen masyarakat agar dapat menyasuaikan diri dengan perubahan

lingkungan ; serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm menggunakan istilah

yang lebih sederhana, yakni sistem komunikasi sebagai penjaga, forum, dan guru. Ia

dan sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat : sumber hiburan. Charles Wright

dari Universitas Pennsylvania menegaskan pentingnya fungsi keempat sistem

komunikasi, yakni sebagai sumber hiburan. Dengan fungsi ini, banyak individu akan

lebih mampu bertahan menghadapi ekspose komunikasi massa, termasuk penafsiran

dan saran – sarannya, sehingga lebih mampu bertahan menghadapi arus kehidupan

modern. Khususnya mengenai televisi, Gary Steiner.menegaskan pula pentingnya

fungsi hiburan yang bukan hanya menyenangkan namun juga mendidik.

2.2.1 Karakteristik Media Massa

Dari berbagai pengertian media massa di atas terkandung ciri-ciri

media massa. Dalam bukunya Towards a Sociology of Mass

9
Communication, Denis McQuail mengidentifikasi karakteristik media massa

sebagai berikut :

1. Media massa pada umumnya merupakan sebuah organisasi formal yang

sangat kompleks.

2. Media massa diarahkan atau ditujukan kepada khalayak yang luas.

3. Media massa bersifat umum dan isi media massa terbuka bagi siapa pun.

4. Khalayak bersifat heterogen.

5. Media massa membangun kontak secara simultan dengan sejumlah besar

orang yang hidup dalam jarak satu sama lain.

6. Hubungan antara kepribadian media dan anggota khalayak adalah tidak

langsung atau bermedia.

7. Khalayak merupakan bagian dari budaya massa.

2.2.2 Jenis-jenis Media Massa

Jenis-jenisnya secara umum dapat kita ketahui media massa

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Media Cetak

Media yang menggunakan kertas sebagai medium untuk penyebaran

informasinya seperti Surat Kabar, Majalah, Tabloid, Poster, Banner.

2. Media Elektronik

10
Media yang menggunakan teknologi audio dan visual sebagai medium

untuk penyebaran informasinya.

Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri

dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan di antara sesama

media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi terdapat berbagai

perbedaan sifat. Upaya menyampaikan informasi melalui media cetak, audio

dan audio visual, masing-masing memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan

2.2.3 Bentuk-bentuk Media Massa

Seperti uraian di atas bahwa media massa pada dasarnya dapat dibagi

mejadi dua katagori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media

cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar

dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media

massa adalah radio siaran, televisi, film.

1. Surat Kabar Surat kabar atau sering disebut sebagai Pers disenyalir

sebagai media massa paling tua di dunia, munculnya surat kabar dimulai

ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg. Nama lain dari surat kabar

adalah Koran yang berasal dari bahasa Belanda. Fungsi utama surat kabar

yaitu to inform yaitu menginformasikan kepada pembaca secara objektif

tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, Negara dan dunia. To

Comment yaitu mengomentari berita yang disampaikan dan

mengembangkannya ke dalam fokus berita. To Provide yaitu menyediakan

11
keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa

melalui pemasangan iklan di media.

2. Majalah Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya,

reltif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang

banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat,

dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis

dan sasaran khalayaknya. Meskipun sama-sama sebagai media cetak,

majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah

memiliki karakteristik sendiri yaitu:

a. Penyajian lebih dalam

b. Nilai aktualitas lebih lama

c. Gambar/foto lebih banyak

d. Sampul atau cover sebagai daya tarik

3. Radio Siaran Menurut (Masduki 2004) radio merupakan media auditif dan

suara adalah merupakan modal utama terpaan radio ke khalayak. Secara

psikologis suara adalah sensasi yang terpersepsikan dalam kemasan

auditif. Menurut Stanley R. Alten dalam bukunya Audio in Media; Suara

adalah suatu efek benturan molekul yang didorong oleh transmisi elastik.

Suara memiliki komponen visual yang bisa meciptakan gambar dalam

benak pendengar. Berbicara tentang radio, berarti bicara tentang semua

orang sebab radio adalah media suara yang merakyat.

4. Televisi Televisi merupakan salah satu medium dengan dukungan audio

visual bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan

12
industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya

manusia.

5. Film Film atau Motion Pictures ditemukan dari hasil pengembangan

prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Gambar bergerak (film) adalah

bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini.

Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar

lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.

2.3 Film Sebagai Media Massa

Film merupakan salah satu media dalam komunikasi massa, berperan sebagai

saran baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi

kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan

sajianteknis lainnya kepada masyarakat umum.

2.3.1 Pengertian Film

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu sejenis plastik yang

dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut

seluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan

digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya negatif atau positif yang

tertangkap lensa.

Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media

digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi

13
perihal media penyimpan in telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpanan seluloid (film), pita analog,

dan yang terakhir media digital(pita, cakram, memori chip). Berawal dari

inilah maka pada awalnya karya sinematografi yang memanfaatkan media

seluloid sebagai penyimpanannya.

Perkembangan teknologi media penyimpanan ini telah mengubah

pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu

pada bentuk karya seni audio visual. Singkatnyafilm kini diartikan sebagai

suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio dan visual sebagai

medianya.

2.3.2 Karakteristik Film

Karakteristik film dibagi menjadi tiga tema besar yang ada dalam

setiap program drama yang disukai audiens. Alans Lansburg salah seorang

produser acara televisi paling sukse di Amerika, menyatakan hanya ada tiga

tema dalam setiap program drama yang disukai audiens, yaitu tema seks, uang

dan kekuasaan(seks, money and power). Tiga tema tersebut merupakan daya

tarik yang dapat mendorong audiens mengikuti program drama atau komedi.1

2.3.3 Fungsi Film

Film memiliki tiga fungsi, yakni:

1. Sebagai alat penerangan


1
Morrisan, Media Penyiaran Strategi dan Mengelola Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2
005. Hal 214

14
Dalam film segalainformasi dapat disampaikan secara audio visual

sehingga dapat mudah dimengerti.

2. Sebagai alat pendidikan

Dapat memberikan contih suatu peragaan yang mendidik, tanpa dijejali

adegan pembunuhan dan adegan lain yang berlebihan.

3. Sebagai alat hiburan

Film tersebut dapat menghibur penontonnya, apakah film itu membuat

tertawa, mengeluarkan air mata atau membuat gemetar ketakutan.

2.4 Kekerasan

Kekerasan bisa didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri

pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan. Dalam kekerasan

terkadang unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya: fisik,

verbal, moral, psikologis, atau melalui gambar. Penggunaan kekuatan, manipulasi,

fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata – kata

yang memojokkan, dan penghinaan merupakan ungkapan nyata kekerasan. Logika

kekerasan merupakan logika kematian karena bisa melukai tubuh, melukai secara

psikologis, merugikan, dan bisa menjadi ancaman terhadap integritas pribadi.

Pemahaman lain tentang kekerasan ditawarkan oleh Francois Chirpaz: kekerasan

adalah kekuatan yang sedemikian rupa dan tanpa ada aturan yang memukul atau

melukai baik jiwa maupun badan, kekerasan juga mematikan entah dengan

memisahkan orang dari kehidupannya atau dengan menghancurkan dasar

kehidupannya. Melalui penderitaan atau kesengsaraan yang diakibatkannya,

15
kekerasan tampak sebagai representasi kejahatan yang diderita manusia, tetapi bisa

juga ia lakukan terhadap orang lain. Jadi, kekerasan tidak harus dalam bentuk fisik,

tetapi bisa menghancurkan dasar kehidupan seseorang. Sasarannya bisa psikologis

seseorang, bisa cara berpikirnya, dan bisa afeksinya. Mengapa kekerasan dalam

media tidak selalu memancing reaksi penolakan, tidak senang, muak, dan protes,

tetapi kadang bisa memikat.2

2.4.1 Kekerasan Verbal

Dalam kepustakaan komunikasi, kekerasan verbal diartikan sebagai

bentuk kekerassan yang halus dengan menggunakan kata-kata yang kasar, jorok

dan menghina. Kekerasan yang saat ini memperoleh perhtian khusus dalam

studi-studi komunikasi karena pengaruhnya atau kadar kesensitifan masyarakat

terhadap perilaku kekerasan.3

Kekerasan verbal adalah bentuk lain dari kekerasan yang sering juga

terjadi dalam hubungan. Beberapa contohnya :

1. Memanggil dengan nama panggilan yang diskriminatif (warna kulit,

ras, kecerdasan, bentuk badan, kebiasaan, kelemahan, jenis hewan,

dan lainlain).

2. Terus menerus memberi komentar menghina tentang pakaian,

penampilan, teman, pekerjaan, dan lain-lain. Yang jelas-jelas

menyinggung atau kamu bahkan sudah memintanya untuk berhenti.

2
Haryatmoko.Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. Yogyakarta.Kanisius.
2007 hal 119-121
3
Afdal Makkuraga Putra. Kekerasan Verbal Dalam Acara Komedi di Televisi. Publica. 2008, hal 16

16
3. Memki, membentak, dan mengejek.

4. Menggunakan nada suara tertentu yang terkesan merendahkan atau

mencemooh.

5. Terus menerus memposisikan drimu dibawahnya, apapun yang

kamu lakuakan tidak pernah cukup buatnya.

6. Membesar-besarkan atau terus menerus mengingatkanmu akan

kelemahan, kekurangan, kegagalan dimasa lalu atau lain-lain.

7. Mengucapkan hal-hal yang bisa memanipulasi, menekan atau

memaksamu untuk merasa bersalah, tersakiti dan bahkan trauma.

Yang pada intinya adalah ucapan-ucapan yang membuat seseorang

merasa kurang dari dirinya yang sesungguhnya dan seharusnya. Situasi-situasi

kekerasan verbal seringkali dianggap sebagai permasalahan ‘biasa’ dalam

hubungan. Pelku kekerasan biasanya tidak menyadari kecenderungan sikap

mereka dan justru menyalahkan pasangannya sebagai penyebab mengapa dia

bersikap seperti itu. Korban kekerasan verbal sering berfikir bahwa perlakuan

yang dia lakukan yang mengakibatkan pasangannya menjadi marah, kasar,

menjauh, kehilanagan kepercayaan dan sebagainya.

Bentuk kekerasan ini adalah dengan kata-kata seperti mengumpat,

mengolok-olok, hinaan, perkataan melecehkan, meledek, membentak,

mengancam, menertawkan, segala sesuatu yang membuat lawan bicaranya

tersinggung, emosi, mrah, bahkan membuat terpedaya dan akhirnya melakukan

tindakan atau kata-kata kasar. Misalnya : dasar jelek, kurang ajar kamu, dasar

bodoh dan lainnya.

17
2.4.2 Kekerasan Non Verbal

Kekerasan non verbal adalah perilaku kekerasan yang menimbulkan rasa

sakit dan ditujukan pada organ fisik yang dilakukan secara kolektif atau

individu baik yang dilakukan dengan menggunakan alat maupun bagian tubuh.

Kekerasan yang dibeberkan dalam program televisi bukannya tanpa

meninggalkan bekas luka pada pemirsa atau penontonnya, terutama pada anak

bisa meninggalkan traumatisme dan perilaku agresif. Siaran TV komedi yang

ada unsur kekerasannya dapat ditiru oleh anak – anak. Apa yang disaksikan

oleh pemirsa melebihi dari realitas kontak fisik atau kekerasan yang

sesungguhnya terjadi. Ada kepura – puraan dan simulasi dalam kekerasan itu.

Namun, efek bagi pemirsa sama atau bahkan lebih dahsyat.4

2.4.3 Jenis-jenis Kekerasan

Kekerasan pada dasarnya tergolong kedalam empat bentuk, yaitu:5

1. Kekerasan Fisik

Yaitu pemukulan, pengroyokan, penggunaan senjata untuk menyakiti dan

melukai.

2. Kekerasan Seksual

Yaitu serangan atau upaya fisik untuk melukai alat seksual atau

reproduksi.

4
Haryatmoko, op.cit.,132.
5
E. Kristi. Mengungkapkan Selubung Kekerasan Telaah Filsafat Manusia. Bandung: Remaja
Rosdakarya 2004 hal 11

18
3. Kekerasan Psikologis

Yaitu penyerangan harga diri, penyerangan motivasi, perendahan,

kegiatan mempermalukan, upaya membuat takut (teror).

4. Kekerasan Deprivasi

Yaitu pelantaran, penjauhan diri pemenuhan kebutuhan seperti makan,

minum, bang air, udara bekerja dalam berbagai bentuknya, misalnya:

pengurungan, pembiaran tanpa makan dan minum, pembiaran orang sakit

serius.

19
Daftar Pustaka

Morrisan.2005.Media Penyiaran Strategi dan Mengelola Radio dan Televisi.Jakarta:R

amdina Prakarsa.

Haryatmoko.2007.Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi.

Yogyakarta:Kanisius.

Afdal Makkuraga Putra.Kekerasan Verbal Dalam Acara Komedi di Televisi.Publica.

2008

E.Kristi.2004.Mengungkapkan Selubung Kekerasan Telaah Filsafat Manusia.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Jalaludin Rakhmat.1994.Metode Penelitian Komunikasi.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Suryabrata, Sumardi.2006. Metode penulisan.Yogyakarta: Media Presindo

Rakhmat kriyantono.2006.Tehnik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta: Kencana

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantittif.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Husein Umar.2002.Metode Riset Komunikasi Organisasi.Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

20
21

Anda mungkin juga menyukai