Pentingnya pranata dalam pembangunan pada profesi arsitek dapat memiinimaliri atau menghindari
banyaknya perselisihan antara pelaku yang terlibat pembangunan. Pelaku ini adalah kontraktor, owner,
arsitek, dna pelaku pendukung lainnya. Beberapa contoh permassalahan kepranataan diantaranya
Proyek yang diarahkan ke pihka kontraktor (contoh proyek revitalisasi alunn-alun lor surakata,
Suara Merdeka 1996)
Proyek yang menyalahi prosedur ( proyek pembangunan sungai tanjung dna sinung, Suara
Merdeka, 1996)
Hal ini terjadi akibat kurang dna minimnya pengetahuan pelaku dalam pembanhinan akan kebijakan
yang telah ditetapkan. Kebijakan ini mengalami perubahan seiring perkembangan budaya
masyarakat yang bersnagkutan. Kebijakan atau peraturan ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
Maka dari itu, pemasalahan ini dapat menjadi awal mula penyimpangan, karen apersepsi dna
pengetahuan , serta keterampilan yang berbeda antara masing-masing pihak pelaku pembangunan.
Atas permaslaahan tersebut, sudah banyak organisasi profeis arsitek di Indonesia yang menerapkan
pembakuan kompetensi dasar arsitek professional. Program ini dikaitkan dengan prgramm sertifikasi
nasional bagi arsitek. Namun perlu diakui, masih terdapat banyak permasalahan atau penyimpangan
pranata pembangunan arsitek sendiri sehingga memerlukan pembenahan agar dapat memenuhi
kesetaraan dunia. Sebab pada kenyataanya, Arsitek tidak dapat bekerja sendiri dan harus melkukan
koordinasi dengan pelaku keahlian lain atau yang memeliki spesialisasi keilmuan sesuai karakter
pekerjaannya.
Sumber:
https://hellowulandari.wordpress.com/2016/01/08/tugas-kelompok-hukum-dan-pranata-
pembangunan-di-indonesia-dan-di-luar-negri/
https://tarramel.wordpress.com/2018/11/21/tugas-hukum-pranata-pembangunan-individu-
mengulas-naskah-akademik-undang-undang-arsitek/