1 Prosedur Pemeriksaan Radiologi Untuk Mendeteksi Kelainan Dan Cedera Tulan
1 Prosedur Pemeriksaan Radiologi Untuk Mendeteksi Kelainan Dan Cedera Tulan
Radiologi
Untuk Mendeteksi Kelainan dan
Cedera Tulang Belakang
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/
atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan dan
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, sebagaimana
dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Prosedur Pemeriksaan
Radiologi
Untuk Mendeteksi Kelainan dan
Cedera Tulang Belakang
Yuyun Yueniwati
UB
Press
2014
Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang
© 2014 UB Press
Penerbit:
UB
Press
ISBN: 978-602-203-565-7
xxvi + 172 hlm, 15,5 cm x 23,5 cm
P
emeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan yang
amat diperlukan dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai ilmu radiologi menjadi
salah satu mata pelajaran yang penting dalam pendidikan dokter.
Terbitnya buku radiologi dalam bahasa Indonesia yang berjudul
“Prosedur Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan
dan Cedera Tulang Belakang” ini merupakan suatu hal yang amat
menggembirakan karena akan sangat membantu bagi para mahasiswa,
dokter maupun pekerja dalam bidang kesehatan lainnya. Selain itu,
keberadaan buku pelajaran radiologi dalam bahasa Indonesia masih
amat langka. Oleh karena itu, saya menyambut dengan gembira buku
yang ditulis oleh dr. Yuyun ini dapat segera terbit. Saya merasa salut
dan senang karena meskipun kesibukannya sangat menyita waktu, tapi
ia masih tetap menyempatkan diri untuk menulis.
Kepada penulis dan UB Press yang membantu penerbitan buku
ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
semoga usaha yang mulia ini juga dapat ditiru dan dilanjutkan oleh
insan radiologi lainnya.
M
erupakan sebuah kebanggaan bagi saya ketika diminta untuk
memberikan kata pengantar buku yang berjudul “Prosedur
Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan
Cedera Tulang Belakang” ini. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi
para tenaga kesehatan, dokter umum, peserta program pendidikan
dokter spesialis (PPDS), dokter spesialis radiologi, dan dokter spesialis
lain yang terkait.
Buku ini merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
pemahaman mengenai modalitas radiologi pada tulang belakang
karena materinya dipaparkan secara lengkap, mulai dari anatomi
tulang belakang dan berbagai teknik imaging dari yang sederhana
sampai yang canggih.
Penerbitan buku ini mempunyai andil yang besar terhadap
pemahaman yang lebih baik mengenai modalitas radiologi pada
tulang belakang. Oleh karena itu, kehadiran buku ini patut kita sambut
dengan baik.
K
elainan tulang belakang merupakan salah satu penyebab
terbanyak kunjungan pasien ke dokter. Untuk keperluan ini
maka digunakan berbagai macam modalitas radiologi, mulai
dari yang sederhana hingga yang canggih sehingga dapat ditentukan
diagnosis untuk mengetahui penyebab kelainan tulang belakang.
Buku ini kami susun dengan materi yang cukup lengkap dan padat.
Uraian tentang anatomi tulang belakang sangat diperlukan sebagai
pengetahuan dasar yang sebaiknya dimiliki oleh seorang ahli radiologi.
Penjelasan berbagai macam modalitas radiologi akan memberikan
pengetahuan apa kelebihan dan kekurangan pada masing-masing alat.
Berbagai teknik pemeriksaan pada masing-masing modalitas radiologi
akan memberikan pengetahuan yang benar untuk menentukan jenis
pemeriksaan radiologi yang sesuai dengan indikasi pasien. Kami
berharap buku ini akan sangat berguna bagi para tenaga kesehatan,
mahasiswa kedokteran, dokter umum, peserta program studi dokter
spesialis (PPDS) radiologi, dokter spesialis radiologi, dan dokter
spesialis lain yang terkait.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan
buku ini, terutama kepada dr. Ari Eko Laksono dan dr. Dhanti Erma
Widiasi yang sangat banyak membantu dalam pengumpulan materi
dan penyempurnaan buku ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
tak terhingga kepada suami saya tercinta dr. Eko Arisetijono Sp.S. (K)
atas saran dan dukungannya dalam penyusunan buku ini.
Kami sadar bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan buku ini
kami terima dengan tangan terbuka. Semoga buku ini dapat berguna
dan membantu siapa saja yang membaca dan membutuhkan informasi
mengenai modalitas radiologi tulang belakang.
Daftar Isi xv
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Jenis foto Rontgen beserta patologi dan penampakan
struktur yang dihasilkan . . . . . . . . . . ..................................... 64
Tabel 5.1 Nilai rata-rata HU pada beberapa zat . .......................... 78
Tabel 7.1 Sekuen pulsa dasar untuk MRI pada tulang belakang
leher . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................................... 120
Tabel 7.2 Intensitas sinyal MRI . . . . . . . . . . . . . . . . .................................... 120
Tabel 7.3 Karakteristik beberapa jaringan pada pemeriksaan
MRI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..................................... 128
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Struktur tulang belakang pada tubuh manusia . ....... 2
Gambar 1.2 Susunan saraf di tulang belakang ............................. 3
Gambar 2.1 Susunan kolumna vertebralis . .................................. 6
Gambar 2.2 Struktur dasar tulang belakang . ............................... 7
Gambar 2.3 Struktur korpus vertebra .. . ...................................... 8
Gambar 2.4 Struktur arkus vertebralis . . ...................................... 9
Gambar 2.5 Posisi sendi faset .. . . . . . . . . . . . . . . ...................................... 11
Gambar 2.6 Irisan memanjang tulang belakang lumbal yang
menunjukkan ukuran dan morfologi diskus yang
normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...................................... 12
Gambar 2.7 Struktur diskus intervertebralis ................................ 13
Gambar 2.8 Posisi ligamen pada tulang belakang ........................ 15
Gambar 2.9 Ligamen pada tulang belakang ................................. 16
Gambar 2.10 Suplai arteri pada tulang belakang lumbal . ............. 18
Gambar 2.11 Sistem saluran venous . . . . . . . ...................................... 20
Gambar 2.12 Sistem persarafan tulang belakang lumbal .............. 21
Gambar 2.13 Struktur kanalis spinalis . . . . . ..................................... 22
Gambar 2.14 Struktur innervariation spinal anterior .................... 23
Gambar 2.15 Struktur spinal posterior . . . . . ..................................... 24
Gambar 2.16 Persarafan tulang belakang tampak secara lateral . .. 25
Gambar 2.17 Otot spinal anterior .. . . . . . . . . . . ..................................... 26
Gambar 2.18 (a) Distribusi spasial pada otot tulang belakang
paling dalam dan (b) otot suboksipital . .................... 27
Gambar 2.19 Otot tulang belakang interplay anterior dan
posterior . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...................................... 28
Gambar 2.20 (a) Tulang atlas tampak superior dan (b) tulang
atlas tampak inferior . . . . . . . . . . . . . . . ................................ 29
Gambar 2.21 (a) Tulang aksis tampak anterior dan (b) tulang
aksis tampak posterosuperior . . ................................ 30
Gambar 2.22 (a) Tulang belakang servikalis ke-4 dan (b) tulang
belakang servikalis ke-7, tampak superior . .............. 31
Gambar 2.23 (a) Tulang belakang T6 dan (b) tulang belakang T12
tampak lateral .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................. 32
Gambar 2.24 Struktur tulang sakrum dan tulang ekor tampak
inferior anterior . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................ 33
Gambar 2.25 Struktur tulang sakrum dan tulang ekor tampak
superior posterior . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................ 34
Gambar 2.26 Pertumbuhan sklerotom, sel dari sklerotom tumbuh
di sekitar notochord dan neural tube . ...................... 35
Gambar 2.27 Perkembangan tulang belakang pada fetus ............ 35
Gambar 2.28 Anatomi os. lumbar normal . . . . . ................................ 36
Gambar 2.29 Anatomi os. servikal normal . . . ................................. 37
Gambar 2.30 Anatomi normal tulang belakang lumbar ................ 38
Gambar 3.1 Ruang pemeriksaan radiologi .. . ................................ 42
Gambar 3.2 Skema pemotretan dengan foto Rontgen . ............... 43
Gambar 3.3 Posisi erect lateral servikalis .. . . ................................. 44
Gambar 3.4 Hasil foto Rontgen pada posisi lateral servikalis . ..... 45
Gambar 3.5 Posisi anteroposterior servikalis ............................... 46
Gambar 3.6 Hasil foto Rontgen pada posisi anteroposterior
servikalis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................ 46
Gambar 3.7 Posisi foto Rontgen pada proyeksi AP open mouth
cervical .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................. 47
Gambar 3.8 Hasil foto Rontgen pada proyeksi AP open mouth
cervical .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................. 47
Gambar 3.9 Foto Rontgen pada posisi: (a) anterior oblique
cervical dan (b) posterior oblique cervical ................ 48
Tulang sakrum
Tulang ekor
Sumber: http://www.southbendclinic.com
Gambar 1.1 Struktur tulang belakang pada tubuh manusia.
Sumsum (saraf)
tulang belakang
Serabut saraf
tulang belakang
Saraf iskiadika
Sumber: http://purwatiwidiastuti.wordpress.com
Gambar 1.2 Susunan saraf di tulang belakang.
Bab 1 – Pendahuluan 3
radiologi yang sesuai dengan indikasi pasien sekaligus memberikan
hasil diagnosa yang tepat. Setiap modalitas pemeriksaan dalam bidang
radiologi memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan hal
tersebut sebaiknya diketahui dengan baik oleh seorang ahli radiologi.
INTISARI
12 tulang
belakang Prosessus spinosus
thorakalis yang tumpang
tindih dengan tulang
belakang inferior
Kanal vertebra
Foramina
intervertebral
Diskus Prosessus
5 tulang belakang intervertebral (IV) spinosus Lengkung
lumbal vertebra
Lamina
Pedikel
Tulang pinggul
Sudut lumbosakral
4 tulang ekor
Pedikel
Prosessus
Prosessus tranversus
artikularis posterior
superior
Prosessus
artikularis
inferior Lamina
Prosessus spinosus
Sumber: http://drugline.org
Gambar 2.2 Struktur dasar tulang belakang.
Nukleus pulposus
Anulus fibrosus
Superior vertebral
“End plate”
Trabekula
Ligamen longitudinal
anterior
Ligamen longitudinal
posterior
Foramen intervertebral
Ligamentum flavum
Prosessus
artikularis
superior
Prosessus
transversus Prosessus artikularis
superior
Prosessus
spinosus
Prosessus
spinosus
Foramen Prosessus
invertebralis transversus
Prosessus artikularis
inferior
Cakram
Korpus
Cakram vertebra
Sendi faset
Sumber: Hansberger et al., 2006
Gambar 2.5 Posisi sendi faset.
Anulus fibrosus
Nukleus pulposus
Lamela
Nukleus
pulposus
Ligamen kostotransversal
superior
Ligamen kostotranversal
lateral Ligamen kostotransversal
Prosessus faset
artikular superior
Prosessus spinosus
Lamina
Prosessus transversus
Badan vertebra L5 Prosessus artikular inferior
Ligamen flavum
Saraf spinal L5 Ligamen iliolumbal
Iliac crest
Permukaan sakrum
artikular Spina iliaka
posterior
Tulang kelangkang superior
Moore, 2010
Gambar 2.9 Ligamen pada tulang belakang.
Cabang periosteal
dan nutrien
Arteri cabang
lumbal posterior
Arteri kontinuasi
lumbal anterior
Vena lumbal
Vena lumbal ascending
Vena intervertebral
Vena basivertebral
Tampak superior
Pleksus vertebral (epidural) internal
Vena basivertebral
Diskus invertebral
Irisan median
Prosessus spinosus
Ligamentum flavum
Lamina periosteum lengan vertebral
Ruang epidural
Interfase dura-arachnoid
Arachnoid
mater Ruang subarachnoid
Duramater
Pia mater pada permukaan
sumsum tulang belakang
Ligamen dentikulata
Vena intervertebral
Cabang spinal vena dan arteri
posterior interkostal
Foramen IV
Ganglion spinal
Saraf meningeal rekuren
Gabungan saraf spinal
Ramus posterior
Ramus anterior
Communication branch to
meningeal nerve
Ramus komunikan putih
Ramus komunikan abu-abu
Sympathetic trunk
Ligamen posterior
longitudinal
Pleksus various
Periosteum vertebral internal
Nukleus pulposus
Ligamen longitudinal
anterior
Ganglion simpatetik
Ramus komunikan Annulus fibrosis
abu-abu
Saraf vertebral sinu
Ligamen
Saraf spinal longitudinal
Divisi primer anterior posterior
Divisi primer
posterior Duramater
Prosessus spinosus
Ligamen longitudinal
anterior
Divisi primer posterior
Ligamen mamillo-asesoris
Rantai simpatik
Serratus ant. m.
Ext. oblique
abdominal m.
and
aponeuresis Rectus abdominis m.
and tendinous
Umbilical ring intersection
c d
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.17 Otot spinal anterior.
Keterangan: (a) Otot abdominal dengan lapisan terluar, (b) lapisan tengah,
dan (c) lapisan dalam. (d) Muskulus psoas yang sangat penting
untuk penstabil tulang belakang.
Otot spinalis
thoraks
Otot spinalis
thoraks
Keterangan: Otot suboksipital terdiri atas otot mayor rektus kapitis posterior,
otot minor rektus kapitis posterior, otot oblig kapitis superior,
dan otot oblig kapitis inferior.
Umbilikus
Otot rektus abdominal
Cincin
umbilikal Otot abdominal oblig
eksternal
Otot abdominal oblig
Otot psoas internal
minor
Otot abdominal
transversus
Badan tulang Otot psoas
belakang lumbal mayor
a
Foramen
transversal
Lengkungan Tonjolan kecil
Prosessus posterior posterior
transversus
Sumber: http://www.turbosquid.com
Gambar 2.20 (a) Tulang atlas tampak superior dan (b) tulang atlas
tampak inferior.
Tulang belakang servikalis kedua, C2 atau disebut juga aksis,
mempunyai struktur yang lebih kompleks, serta mempunyai struktur
yang berbeda dengan adanya prosessus odontoideus yang disebut
juga sebagai “dens” (gigi) dan terproyeksi ke kranial dari permukaan
anterior dari korpus. Ruang di antara prosessus odontoideus dan
arkus anterior dari os atlas dinamakan atlantal dens interval yang
seharusnya tidak melebihi 3 mm pada orang dewasa ketika kepala
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada anak-anak yang berumur
kurang dari 8 tahun, jarak ini diperkirakan sebesar 4 mm, terutama
pada posisi fleksi. Dens bersendi di arkus anterior tulang atlas dengan
ligamen transversum atlantis, dan sendi inilah yang memungkinkan
tulang atlas melakukan gerakan berputar pada bidang horizontal
(menggeleng). Faset artikularis superior tulang atlas bersendi dengan
kondilus oksipitalis sehingga gerakan yang dihasilkan adalah gerak
mengangguk (Adam Greenspan, 2004).
Massa lateral
a
Faset artikular inferior Prosessus tranversal
b
Prosessus spinosus
Sumber: http://www.turbosquid.com
Gambar 2.21 (a) Tulang aksis tampak anterior dan (b) tulang aksis
tampak posterosuperior.
Prosessus tranversus
Badan
Tonjolan kecil
Foramen tulang Badan Lekuk saraf spinal anterior
belakang
Foramen
transversal
Prosessus Tonjolan
artikular Pedikel kecil
inferior posterior
Faset
artikular
superior
Prosessus artikular Lamina
inferior
Lamina Foramen tulang belakang
(canal vertebral)
a Prosessus
spinosus
b
Sumber: http://drugline.org
Gambar 2.22 (a) Tulang belakang servikalis ke-4 dan (b) tulang belakang
servikalis ke-7, tampak superior.
Prosessus
transversus
Prosessus
artikular inferior
Faset kostal
inferior
Lekukan Prosessus Faset kostal Prosessus
vertebra inferior spinosus spinosus
Faset dan prosessus
artikular inferior
a b
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.23 (a) Tulang belakang T6 dan (b) tulang belakang T12
tampak lateral.
Foramina tulang
kelangkang anterior
Tranverse ridges
Tampak inferior
anterior Permukaan pelvis
Permukaan
aurikular
Tuberositas
tulang kelangkang
Puncak tulang
kelangkang lateral
Puncak tulang
kelangkang median
Puncak tulang
kelangkang intermediat Foramina tulang
kelangkang posterior
Kornu tulang
kelangkang
Hiatus tulang
kelangkang Kornu koksigeal
Mesenkim
Pusat kondrifikasi Osifikasi primer
Jaringan saraf
Kartilago
Tulang
Mesenkim
Pusat osifikasi
sekunder
a b
Sumber: Lisle, 2012
Gambar 2.28 Anatomi os. lumbar normal.
a b
Sumber: Lisle, 2012
Gambar 2.29 Anatomi os. servikal normal.
Keterangan: (a) Kenampakan lateral, sendi faset (F), prosessus spinous (SP), faring
(Ph), os. hyoid (H), trakea (Tr), dan garis servikal posterior dari C1
s/d C3. Pengukuran predental space (antara arkus anterior C1 dan
odontoid peg), celah retrofaringeal pada C2 dan celah retrotrakeal C6.
c
a
b d
Sumber: Lisle, 2012
Gambar 2.30 Anatomi normal tulang belakang lumbar.
Untuk pembuatan foto Rontgen yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu perlengkapan untuk membuat radiografi,
jenis pemeriksaan dan posisi pemeriksaan, pengetahuan tentang
pesawat Rontgen, pengetahuan kamar gelap, dan proses terjadinya
gambaran radiografi.
Detektor
Tabung sinar-X
Sumber: http://gonnabefine23.blogspot.com
Gambar 3.2 Skema pemotretan dengan foto Rontgen.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik foto Rontgen untuk daerah
servikalis.
b
Sumber: dokumen pribadi
Gambar 3.9 Foto Rontgen pada posisi: (a) anterior oblique cervical dan
(b) posterior oblique cervical.
b
Sumber: dokumen pribadi
Gambar 3.12 Posisi lateral: (a) hiperekstensi dan (b) hiperfleksi.
a b
a b
a b
Untuk teknik foto Rontgen tulang sakrum dan tulang ekor, terdapat
beberapa posisi yang akan dibahas seperti berikut ini.
Hasil film pada foto Rontgen ini akan tampak pubis dan foramina
sacralis, sacroiliaca, dan sendi L5-S1.
a b
a b
Beberapa posisi yang akan dijelaskan pada serial skoliosis antara lain
seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Tabel 3.1 Jenis foto Rontgen beserta patologi dan penampakan struktur
yang dihasilkan
No. Jenis Foto Patologi Tampak Struktur
1 Tulang Belakang Servikalis
A Lateral Tulang belakang Korpus, apofiseal,
servikalis dan jaringan prosesus spinosus, diskus
lunak lainnya intervertebralis C1-C2
B AP C3-C7 Korpus, diskus invertebralis
C3-C7, T2/T3
INTISARI
4.2.1 Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan mielografi, ada beberapa persiapan
yang harus dilakukan pasien yaitu:
1. Mulai malam sampai pagi sebelum pemeriksaan, perawat
meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena
untuk mempertahankan hidrasi. Jika setelah pemeriksaan pasien
muntah, dibutuhkan cairan kurang lebih 3.000 cc untuk mencegah
dehidrasi.
2. Fenotiazin dan obat-obat depresan atau stimulan tidak boleh
diberikan dalam jangka waktu 48 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan.
Tulang
belakang
Sumber: http://my.clevelandclinic.org
Gambar 4.1 Mielogram memerlukan penyuntikan kontras ke saluran
tulang belakang di bawah panduan sinar X.
Prosessus
spinosus
Jarum
Cairan tulang
belakang serebral
Lumbar vertebra L3
Lumbar
Tulang vertebra L4
belakang
Sumber: http://www.urmc.rochester.edu
Gambar 4.2 Lokasi pungsi lumbal.
Sumber: http://neuroocean.com
Gambar 4.3 Anak panah nomor (1) menunjukkan saraf tulang belakang
normal. Anak panah nomor (2) menunjukkan terjadinya kelainan hernia.
Cord
terminus
Nerve
Root
(dark)
Nerve
Root
Sleeves
INTISARI
ADC
Core and
I/O Power
Image Wireless
Reconstruction
Medical
DSP System
Low Noise
Logic REF And/Or and PC
Power
FPGA Interfaces
77
Sumber:http://www.ti.com
yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry terdapat lubang yang
berfungsi untuk memasukkan atau menggeser meja beserta pasien
dengan motor-motornya.
Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke
belakang atau ke depan, masing-masing maksimal sampai kemiringan
20o sehingga tidak hanya penampang tegak saja yang dapat dibuat
melainkan juga scanning miring dengan sudut yang dikehendaki. Baik
tabung Rontgen maupun detektor-detektor bergerak 360o memutari
pasien sebagai objek yang ditempatkan di antaranya. Selama bergerak
memutar tersebut, tabung menyinari pasien dan masing-masing
detektor menangkap sisa-sisa sinar X yang telah menembus pasien
sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat kilat dikirim ke
komputer yang mengolahnya (untuk mengerjakan kalkulasi) dengan
secepat kilat pula. Hasil pengolahan muncul dalam layar TV yang
bekerja sebagai monitor. Hasilnya merupakan penampang bagian
tubuh yang diputar dan disebut scan. Gambar yang dibentuk dapat
merupakan potongan aksial, koronal, dan sagital. Pada pesawat CT
dapat diambil gambar dengan selisih ketebalan mencapai 1 mm
sehingga dapat dilihat 2 daerah yang berhimpitan menjadi struktur
yang terpisah satu sama lain dengan jelas. Namun, pengambilan
gambar dengan interval ketebalan yang tipis akan menimbulkan noise
level (Kertoleksono, 2008).
Penilaian densitas dalam gambar CT dikenal dengan istilah
hiperdens, hipodens, dan isodens. Hiperdens menunjukkan
gambaran putih, hipodens memberikan gambaran hitam dan
isodens memberikan gambaran yang sama dengan organ sekitarnya.
Perbedaan densitas tersebut tergantung pada perbedaan daya serap
organ tubuh terhadap sinar X. Oleh karena itu, dibuatlah penomoran
image dengan satuan HU (Hounsfield Unit). Semakin tinggi nilai HU
maka densitas gambar semakin tinggi. Beberapa zat telah ditetapkan
nilai HU-nya, misalnya densitas air adalah 0 HU dan udara adalah -1000
HU (Kertoleksono, 2008).
Berikut ini akan dijelaskan nilai HU pada beberapa zat.
Aorta
Vena cava Ligamen
longitudinal anterior
Tubuh vertebra (L4)
Muskulus psoas
Dural sac
Prosessus
transversus
Prosessus spinosus
Ligamen
longitudinal anterior
Diskus intervertebral
Muskulus psoas (L4-5)
d Prosessus spinosus
Muskulus psoas
Saraf tulang Dural Sac
belakang
Prosessus artikular
inferior
Sendi
intervertebral Ligamen flavum
Prosessus spinosus
e
Arteri common
iliac
Ligamen
Vena longitudinal anterior
common iliac
Vertebral body (L5)
Muskulus
psoas Saraf tulang
Saraf tulang belakang
belakang
Prosessus
Sendi Transversus
intervertebral
Prosessus spinosus
Arteri common
iliac Ligamen
longitudinal anterior
Vena
common iliac Vertebral body (L5)
Muskulus Saraf tulang
psoas belakang
Saraf tulang Lateral recess
belakang
Lamina Prosessus spinosus
Prosessus
Lamina spinosus
Prosessus
spinosus
i
Ligamen longitudinal
anterior
Vertebral body
Muskulus psoas (L4)
Prosessus
a spinosus
Ligamen longitudinal
anterior
Diskus intervertebral
Muskulus psoas
Saraf tulang Dural sac
belakang
Prosessus artikular
Sendi inferior
intervertebral
Prosessus artikular
superior
Prosessus spinosus
c
Diskus intervertebral
Muskulus psoas
Prosessus
Saraf tulang transversus
belakang
Dural sac
Sendi tulang
belakang Ligamentum
flavum
Prosessus
spinosus
d
Ligamen longitudinal
Tulang concellous anterior
Tulang kortikol Vertebral body (L5)
Sinus Saraf tulang belakang
basivertebral
lateral recess
Lamina
Prosessus spinosus
Foramen
intervertebral Prosessus artikular
superior
Lamina
Prosessus artikular
Prosessus artikular
superior
g
Sumber: Hosten, 2002
Gambar 5.5 (a-g) CT scan potongan aksial paralel dengan vertebra
endplate (bone window).
Zona lusen dari sendi faset yang terlihat pada gambar merupakan
synovial cavity dan cartilage articularis. Jarak normal antara permukaan
korteks dari prosessus artikularis superior dan inferior adalah 2–4 mm.
Sumber: Dorwart,1992
Gambar 5.10 CT scan potongan transaksial setinggi puncak dari
pedikel L4.
a b
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.13 CT scan tanpa dan dengan kontras potongan aksial setinggi
diskus intervertebralis L4-5.
a b
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.14 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level dorsal aspect
dari diskus interverebralis L5-S1 (panah, gambar kiri).
a b
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.15 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level midplane L5.
a b
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.16 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level setinggi
foramen intervertebralis L5-S1.
a b
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.17 CT scan tanpa dan dengan kontras potongan aksial pada
level setinggi midplane corpus vertebra L2.
a b
c d
e
Sumber: Dorwart, 1992
Gambar 5.22 Seri CT scan yang memperlihatkan perjalanan nerves
lumbal 5 berasal sebagai nerve roots (R5) dari thecal sac.
Keterangan: Gambar a/setinggi no. 27 dan b/28 melalui dorsal ganglia (D5)
pada gambar c/29 menuju ventral rami (N5) pada gambar d/30
dan E/31.
INTISARI
6.5.1 Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan, ada beberapa persiapan yang
dilakukan, antara lain sebagai berikut. Terdapatnya surat persetujuan
pelaksanaan CT mielografi. Menjelaskan history taking yaitu riwayat
alergi, baik obat maupun non-obat, pengobatan yang sedang
digunakan, penyakit yang sedang diderita dan past medical history,
juga kehamilan. Beberapa obat perlu distop penggunaannya sebelum
dilakukan mielogram, seperti yang dijelaskan berikut ini.
Perphenzaine (Trilafon)
Desipramine (Norpramin) Pain Medications
Sumber: http://www.medicalhealthtests.com
a b
Sumber: (a) http://www.gmcimaging.org dan (b) http://www.envrad.com
Gambar 6.1 (a) Peralatan CT scan dan (b) pelaksanaan mielografi.
Konus
Diskus
intervertebral
lumbal
Cauda equine
(saraf lumbal dan Cauda equina
sakral)
Prosessus
spinosus
Ligamen
interspinous
Sumber: http://www.insideradiology.com.au
Gambar 6.2 Penyuntikan CT mielografi dapat dilakukan pada L2-L3.
a b
Keterangan: (a) Perhatikan kontras putih yang mengisi sakus tekal. Akar
saraf mudah teridentifikasi sebagai “negative defect” pada
kontras (panah). (b) Sumsum tulang belakang (asterisk) dapat
dilihat sebagai gambaran yang memiliki densitas yang rendah
dalam kolom kontras. Akar saraf juga dapat terlihat pada gambar
(panah).
a b
Sumber: Chen, 2004
Gambar 6.5 Hasil foto CT scan: (a) coronal refformated CT myelogram dan
(b) sagittal refformated CT myelogram.
Sumber: Fontaine,2002
Gambar 6.10 Hasil foto servikal mielografi pada pasien normal (posisi
pronasi).
b c
Sumber: Kapur, 2009
Gambar 6.11 Hasil foto (a) CT mielografi menunjukkan adanya
pseudoceles traumatic di C7-D1. (b) Irisan tipis (1,25 mm) CT mielografi
dan (c) potongan koronal CT mielografi.
INTISARI
Komputer
Protokol
Penampilan
gambar melalui
proses kontrol
Keyboard operator
Tabel 7.1 Sekuen pulsa dasar untuk MRI pada tulang belakang leher
Waktu Waktu
Tipe Image Pengulangan Echo Lemak Air Keuntungan Kerugian
T1 Pendek Pendek Terang Gelap Menghasilkan Sedikit untuk
detail anatomi tampilan
yang baik, patologi/
penerimaan edema
cepat
T2‑ Panjang Panjang Terang Terang Mempunyai Pengurangan
tingkat detail jaringan
sensitivitas lunak,
yang sedang memerlukan
untuk waktu
patologi/
edema, bagus
untuk efek
mielografi
Fat Panjang Pendek Sangat gelap Terang Sebagian Pengurangan
suppressed besar sensitif detail jaringan
T2 atau STIR untuk lunak,
patologi/ memerlukan
edema, sangat waktu
baik untuk
efek mielografi
Gradien Pendek Pendek Intermediet Terang Evaluasi untuk Sangat rentan
echo tulang rawan, pada artefak
perubahan metalik
degeneratif, (prostheses),
dan ligamen, efek yang
sangat bagus berlebihan/
untuk darah munculnya
osteofit
Koil terdiri dari satu atau lebih kumparan kawat konduksi dan kumparan
tersebut tampak mengelilingi inti dari koil. Koil merupakan perangkat
keras pada mesin MRI yang digunakan untuk menghasilkan medan
magnet atau untuk mendeteksi perubahan medan magnetik oleh
induksi voltase dari kawat induksi. Koil biasanya secara fisik berupa
antena kecil, dimana koil yang sempurna akan menghasilkan medan
magnet yang seragam tanpa radiasi yang bermakna. Terdapat dua jenis
tipe koil, yaitu koil gradien dan koil radio frekuensi (Chakeres, et all.
1992).
Magnet utama
Koil
shim
Koil gradien
Koil radio
frekuensi
Sumber:Chakeres, 1992
Gambar 7.3 Koil yang terdapat pada MRI.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa koil yang terdapat pada MRI.
Koil Y
Koil Z
Koil X
Transceiver
Pasien
Sumber:http:// www.magnet.fsu.edu
Gambar 7.4 MRI yang menggunakan koil gradien dengan ketiga medan
yang saling tegak lurus.
Lumbar discitis
Kanal tulang
belakang
Infeksi
Tulang
belakang
Sumber: http://www.orthopediatrics.com
Gambar 7.5 Dengan adanya MRI, maka adanya infeksi dapat dideteksi
secara dini.
Sumber: http://bdl.uoregon.edu
Gambar 7.6 MRI yang berbentuk kastil ini dibuat untuk menciptakan
suasana nyaman bagi anak.
Keterangan: (1) Ganglion akar dorsal, (2) arteri tulang belakang, (3) ligamen
longitudinal posterior/anterior thecal sac dura, (4) otot longus
colli, (5) vena jugular internal, (6) dorsal rootlet, (7) lamina,
(8) otot stemocleidomastoid, (9) otot kapitis longisimus, (10) otot
a b
Sumber: Jindal, 2011
Gambar 7.12 Potongan midsagital tulang belakang lumbal.
Keterangan: (1) Vena lumbaris, (2) arteri lumbaris, (3) vena inferior foraminal,
(4) dorsal root ganglia, (5) vena foraminal superior, (6) sendi faset
(7) musculus transversospinalis (multifidis), (8) kelompok musculus
erector spinal, (9) fascia thoracolumbar, lapisan posterior.
Sumber: http://www.ina-snm.com
Gambar 8.1 Pencitraan diagnostik dengan menggunakan teknologi nuklir.
8.3 Radiofarmaka
Sumber: http://www.eeae.gr
Gambar 8.2 Senyawa radioaktif yang digunakan dalam kedokteran nuklir.
1. Active transport
Secara aktif sel-sel organ tubuh memindahkan radiofarmaka dari
darah ke dalam organ tertentu, selanjutnya mengikuti proses
metabolisme atau dikeluarkan dari tubuh. Contoh: I-131 akan
ditransfer ke sel-sel tiroid untuk pembuatan T3 dan T4, Tc-99m
IDA dan I-131 Rose Bengal oleh sel poligonal hati ditransfer dari
darah kemudian diekskresi ke usus halus, lewat saluran empedu,
I-131 Hippuran diekskresi oleh tubulus sehingga dapat digunakan
untuk pemeriksaan ginjal.
2. Phagocytosis
Beberapa radionuklida seperti Tc-99m, In-113m atau Au-198
jika diikat oleh pembawa materi berbentuk ”koloid” maka
radiofarmaka ini akan difagosit oleh RES tubuh. Bila radiofarmaka
ini disuntikkan secara intravena maka dapat memeriksa scanning
hati, limpa, dan sumsum tulang, jika disuntikkan secara subkutan
untuk memeriksa kelenjar getah bening.
3. Cell sequestration (pengasingan sel)
Sel darah merah yang ditandai Cr-51 dan dipanaskan sampai 50°
celcius selama 1 menit, lalu dimasukkan ke tubuh penderita secara
intravena kemudian akan diasingkan ke limpa untuk pemeriksaan
scanning limpa.
4. Capillary blockage (penghalang kapiler)
Bila pembawa materi berbentuk makrokoloid (dengan ukuran 20-
30 mikron) dan disuntikkan secara intravena maka akan menjadi
penghalang kapiler di paru-paru. Contoh; Tc-99m MAA untuk
scanning perfusi hati.
5. Simple or exchanged diffusion (pertukaran difus)
Radiofarmaka tersebut akan saling bertukar tempat dengan
senyawa yang sama dari organ tubuh. Contohnya Polifosfat
bertanda Tc-99m (Tc-99m MDP) akan bertukar tempat dengan
senyawa polifosfat tulang dan dalam jangka waktu 2-4 jam Tc-99m
MDP akan merata dalam tulang, pemeriksaan untuk mendeteksi
lesi otak dengan RIHSA dan cairan interselluler otak.
Bab 8 – Kedokteran Nuklir 143
6. Compartmental localization (kompartemental)
Bila radiofarmaka dapat menggambarkan blood pool karena
keberadaannya yang cukup lama dalam darah maka ikatan ini
dapat dipakai untuk scanning jantung dan plasenta (ventrikulografi
dan plasentografi). Contohnya RIHSA untuk pemeriksaan plasenta,
Cr‑51 eritrosit, Tc-99m Sn eritrosit untuk ventrikulografi jantung.
Anterior Anterior
Posterior Posterior
Anterior Posterior
b
Sumber: (a) http://www.hawaii.edu dan (b) http://www. imaginis.com
Gambar 8.5 Perbandingan hasil pemeriksaan dengan: (a) CT scan dan
(b) hasil foto bone scan normal dengan menggunakan teknologi nuklir.
153
Dorwart R.H., Degroot J., Sauerland E.K., 1992. Computed Tomography
of the Lumbosacral Spine: Normal Anatomy, Anatomic Variants
and Pathologic Anatomy. Radio Graphics Volume 2 Number 4.
Drugs Information Online, 2013. Definition of C1-C7 (Cervical
Vertebrae). Available: http://drugline.org/medic/term/c1-c7-
cervical-vertebrae/ [Accessed 28 Juli 2013].
Envision Radiology. 2013. Myelogram Procedures. Available: http://
www.envrad.com/services-myelogram.html [Accessed 29 Juli
2013].
Fontaine, Suzaine dkk., 2002. CAR Standards and Guidelines for
Myelography. Available: http://www.radiology.org. [Accessed 10
Juni 2013].
Hansberger H., Osborn A., MacDonald, Ross. 2006. Diagnostic and
Surgical Imaging Anatomy. Canada: Amirsys Inc.
HealthHub, From Cleveland Clinic. 2013. Diseases and Conditions,
Myelography. Available: http://my.clevelandclinic.org/disorders/
myelography/hic_myelography.aspx [Accessed 28 Juli 2013].
Helms C.A., Vogler J.B., Hardy D.C., 1987. CT of the Lumbar Spine:
Normal Variants and Pitfalls. Radiographics Volume 7 Number 2.
Hosten N, Liebig T., 2002. CT of the Head and Spine. Thieme. Stuttgart.
Imaging Service. 2013. Myelography. Available: http://www.
gmcimaging.org/general-imaging/myelography [Accessed 29 Juli
2013].
Imaginis. Clinical Uses of Nuclear Medicine. 2013. Bone Scanning.
Available: http://www.imaginis.com/nuclear-medicine/clinical-
uses-of-nuclear-medicine-2. [Accessed 29 Juli 2013].
Informasi Seputar Nuklir. 2012. Dokter Fadil Nasir dan Kamera Gamma
Dual Head SPECT. Available: http://www.infonuklir.com/read/
detail/418/dokter-fadil-nasir-dan-kamera-gamma-dual-head-
spect#.UhJJsH-B-ho. [Accessed 29 Juli 2013].
Inside Radiology. 2013. Myelogram. Available: http://www.insidera
diology.com.au/pages/view.php?T_id=104#.UhJBrX-B-ho.
[Accessed 29 Juli 2013].
Jay Khanna, 2002. Magnetic Resonance Imaging of The Cervical Spine.
Current Techniques and Spectrum of Disease. The Journal of Bone
and Joint Surgery, Incorporated.
159
Embriologi
Ilmu tentang perkembangan embrio mulai dari pembuahan sel
telur sampai ke tahap janin.
Fisiologi
Atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang
biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan.
Foto Rontgen
Gambaran atau pencitraan yang dihasilkan oleh sinar X yang
ditembakkan ke tubuh pasien.
Fraktur
Atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau setiap retak atau patah
pada tulang yang utuh.
Hernia
Suatu keadaan keluarnya jaringan/organ tubuh dari suatu organ
ruangan melalui suatu lubang/celah keluar di bawah kulit atau
menuju rongga lainnya (secara kongenital).
Indikasi
Petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan.
Infeksi
Kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme
penginfeksi atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang
untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan
inang.
Kedokteran nuklir
Bidang kedokteran yang memanfaatkan materi radioaktif untuk
menegakkan diagnose dan mengobati penderita serta mempelajari
penyakit manusia.
Koil
Perangkat keras pada mesin MRI yang digunakan untuk
menghasilkan medan magnet atau untuk mendeteksi perubahan
medan magnetik oleh induksi voltase dari kawat induksi.
Glosarium 161
Media kontras
Suatu bahan yang digunakan pada pemeriksaan radiologi sebagai
media yang mempunyai kemampuan menyerap radiasi lebih tinggi
atau lebih rendah dari jaringan di sekitarnya.
Pembuluh balik
Atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju
jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida.
Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-
biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis dan jika
diraba, denyut jantungnya tidak terasa.
Pembuluh nadi
Atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah
dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh
balik yang membawa darah menuju jantung.
Posisi pasien
Posisi seluruh tubuh ketika dilakukan pemeriksaan radiografi,
misalnya supine, erect, prone, dan lain sebagainya.
Radiofarmaka
Senyawa radioaktif yang digunakan ke dalam tubuh dengan
cara diminumkan, disuntikkan, atau dihisap melalui saluran
pernapasan, baik untuk tujuan terapi maupun diagnostik serta
mengalami metabolisme ke dalam tubuh manusia.
Radiologi
Ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia dengan
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik.
Saraf
Serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan
sistem saraf pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan
antar bagian sistem saraf dengan lainnya. Saraf membawa impuls
dari dan ke otak atau pusat saraf.
Sendi
Hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan.
Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).
Glosarium 163
Indeks
A C
Active transport 143 Capillary blockage 143
Ahli radiologi 3–4, 43 Cedera 3, 4, 12, 125, 158
Aksial 58–60, 65 Cell sequestration 143
Alergi 71, 81, 98, 103–104, 114, Coccygeus 33
125, 127, 135 Cold area 146, 152
Amfiartrodial 10 Compartmental localization 144
Amfiartrosis 13 Computed Tomografi 76, 97, 158
Anatomi 3, 4, 6, 36, 36–39, 76, 81, Cornu sacralis 32
97, 101, 118, 120, 122, 123, CT mielografi 81, 100–106, 108,
135, 158, 160 109, 113, 114
Anestesi 106, 126 CT scan mielografi 107, 110, 111
Anterior lumbal 55–56, 67 CT scan sisternografi 107
Anterior oblique 48
Anteroposterior servikalis 45 D
AP Aksial Dens 6, 29, 30, 65
sakrum 59 Deteksi radioisotop 145
tulang ekor 60 Detektor 76, 78, 138, 141, 144,
AP bending kanan kiri 66–67 146, 148
AP lumbal 54 Diskus
Apofiseal 10, 17, 30, 44, 54, 56, intervertebralis 10, 13, 14, 25,
64–65, 130 34, 36, 39, 49, 52, 55, 57,
AP open mouth cervical 47, 66 64, 65, 70, 74, 79, 80, 89,
AP thorakalis 51–52 92, 93, 98, 103, 109, 119,
Arkus vertebralis 8, 158 123, 125
Arteri 17, 18, 21, 130, 133, 134, invertebralis 12
161 Dural sac 71, 127, 129
lumbal 17 Duramater 19, 21, 23
Artikulasi 37, 161–162
E
B
Efek samping 70, 105, 159
Biological behaviour 152 Efektif 48, 144
Biologis 139, 141, 144 Embriologi 3, 34, 39, 159
Biopsi 150, 152 End plate 8, 10, 12, 13, 17, 19, 92,
Blood pool 144, 145 93, 95, 127
Bone Epidural 19–21, 72, 92, 93, 108,
scintigraphy 147 119, 127, 128, 131, 133, 134
window 80, 86, 88, 109 Erect 42–45, 48, 51, 53, 54, 62, 63,
66, 67, 71, 161
165
lateral 43, 44, 50 Imaging 119, 124, 135, 139, 140,
152
F Infeksi 103, 104, 114, 118, 119,
Fascia thoracolumbar 133 124, 125, 149, 159
Fibrous 14, 27 Interspinosus 16, 129, 134
Fisik 121, 144, 158 Intertransversal 15, 16
Fisiologi 3, 159 Intrathecal 81, 98
Flavum 8, 11, 14, 15, 16, 17, 21, Intravena 70, 80, 81, 98, 139, 143
83, 84, 86, 87, 89, 91, 109, In-vitro 139, 140, 146, 152
129–134 In-vivo 139, 144, 152
Fluoroskopi 70, 74, 105, 106, 107, Isodens 78
158 J
Foramen
intervertebralis 9, 21, 30, 36, 48, Jaringan parut 125
94 Jinak 150, 162
transversum 30
Foto Rontgen 42–67, 70, 80, 81 K
Fraktur 65, 79, 80, 82, 95, 98, 100, Kamar
118, 124, 149, 159 gelap 42, 43, 66, 76
G Kamera
gamma 139, 140
Ganas 150, 162 positron 140
Gantry 76, 77, 78, 92, 93, 97 Kanalis
Gauss 116 sentralis 24
Gelombang elektromagnetik 76, spinalis 14, 15, 17, 19, 21, 22,
161, 162 23, 25, 33, 39, 70, 72, 73,
Generator radioisotop 142, 152 74, 80, 100, 102, 109, 114,
George C. De Havessy 140 129
Gradien 118, 121, 122, 135 vertebralis 10, 14
Gradient echo 118, 135 Kanker 81, 140, 149
Kapsular 15
H Kedokteran nuklir 138, 139, 140,
Hematologi 140 141, 144, 145, 146, 147,
Henri Danlos 140 150, 152, 159
Hernia 70, 159 Kelainan spinal 100
Herniasi diskus intervertebralis 79, Kerangka 2, 4
98 Kit radiofarmaka 142
Hiperdens 78 Koil
Hipodens 78 gradien 121, 122, 135
Hot area 145, 152 radio frekuensi 121, 135
Kolumna vertebralis 6, 7, 10, 11,
I 12, 39, 125
Komponen CT 76, 77, 97
Iliolumbal 16, 134 Kontra indikasi 103, 114, 160
Kontras material 122
Indeks 167
Posisi Pungsi
anterior oblique cervical 48 lumbal 71, 72, 81
anteroposterior servikalis 45, suboksipital 72
46, 66
AP lumbal 54 R
AP thorakalis 51 Radiasi 65, 81, 98, 102, 103, 114,
hiperfleksi 50 121, 124, 138, 139, 140,
lateral 141, 144, 150, 152, 161
cervicothoracalis 49 Radioaktif 138, 139, 140, 141, 142,
erect 62 144, 145, 152, 159, 161
hiperekstensi 50 Radiofarmaka 138, 139, 140, 141,
L5-S1 57, 58 142, 143, 144, 145, 146,
lumbal 56 147, 149, 152
servikalis 43 Radio frekuensi 116–118, 121,
thorakalis 53 122, 135
tulang ekor 61 Radioisotop 139, 140, 142, 145,
tulang sakrum 61 152
oblique anterior lumbal 54 primer 142
oblique posterior lumbal 55 Radionuklida 139, 140, 143, 144
PA lumbal 54 Radium 140
sendi faset 11 Recumbent lateral 43, 44
supine 51, 80 Reformasi
Potongan midsagittal 95
aksial 78, 82, 85, 88, 92, 94, 119, parasagital 96
127 Renogram 145
sagital 38, 129, 131, 133
transaksial 89 S
Prone 49, 55, 71, 72, 106, 161
Prosessus Saraf
artikularis sinuvertebral 21
inferior 7, 9 tulang belakang 73, 102
superior 7, 9, 89, 90 Satuan HU 78
mamillari 28 Scanner 117, 146, 152, 157
odontoideus 29 Scanning 76, 78, 82, 97, 139, 143,
spinosus 7 144, 145, 146, 152
transversus 10, 14, 16, 19, 28, Sediaan radiofarmaka 140
36, 38, 56, 65, 132 Sendi
Proton 116–118 amfiartrosis 13
Proyeksi apofiseal 10, 17, 44, 54, 56, 65
AP 62 faset 10–11, 25, 36–38, 89, 90,
AP aksial L5-S1 58 109, 114, 130, 133, 134
AP aksial sakrum 59 kostotransversum 31
AP aksial tulang ekor 60 kostovertebral 31, 132
AP bending kanan kiri 63 zigapofiseal 10, 14, 32, 36, 49
AP Open Mouth Cervical 47 Sequence 118
PA 62 Sidik tulang 147
Indeks 169
Riwayat Penulis
D
oktor yang bernama lengkap Yuyun Yueniwati
ini lahir di Malang, 31 Oktober 1968. Ia
merupakan anak pertama dari Bapak Wadjib
(almarhum) dan Ibu R.A. Siti Suparsiyah (almarhum).
Hasil pernikahannya dengan dr. Eko Arisetijono Sp.S. (K)
membuahkan 2 orang putra dan seorang putri.
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN
Ngaglik I Batu, Malang pada tahun 1981 lalu menempuh pendidikan
menengah pertama di SMPN I Batu, Malang. Setelah itu, masuk
pendidikan menengah atas di SMA PPSP IKIP Malang dan lulus pada
tahun 1986. Pada tahun 1987, ia diterima di Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang dan lulus pada tahun 1994. Untuk
mengembangkan kemampuannya sebagai dokter, ia mengambil
Program Pasca Sarjana di Universitas Airlangga Surabaya dan lulus
sebagai Magister (MKes) dalam bidang ilmu FAAL pada tahun 2000.
Ia berhasil menjadi lulusan terbaik IKD Pasca Sarjana UNAIR. Tidak
berhenti di situ, ia pun melanjutkan studinya dengan mengambil
spesialisasi radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta, dan lulus pada tahun 2007. Saat itu, ia berhasil meraih prestasi
sebagai juara III Ujian Nasional BPNRI. Pendidikan tertingginya ia
tempuh dengan mengambil Program Doktor di Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya, dan lulus sebagai Doktor pada tahun
2012 dengan prestasi lulus dengan predikat cum laude dan sebagai
wisudawan terbaik UNAIR periode Juli 2012. Selain menempuh
pendidikan formal di atas, ia juga menempuh beberapa pendidikan
nonformal yang diikutinya baik di dalam maupun di luar negeri.
Awal karirnya dimulai dengan menjadi seorang dokter PTT di
Puskesmas Bareng, Malang. Pada tahun 1996-sekarang, ia aktif
sebagai pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya-RSUD
dr. Saiful Anwar Malang. Ia juga dipercaya sebagai Sekretaris Program
Studi Radiologi FKUB dari tahun 2012 sampai sekarang.
171