Anda di halaman 1dari 56

KATA PENGANTAR

Puji dan sykur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa, oleh karena Ia yang turut campur tangan membantu saya
sebagai mahasiswa Fakultas Teologi Uinversitas Kristen Indonesia
Tomohon, boleh menyelesaikan tanggung jawab saya dalam
perkuliahan dimana dalam mata kuliah Liturgika/Homiletika, yang
dibimbing oleh bapak dosen Pdt. Roy D. Tamaweol. Th.M. Dalam
tugas saya ini membahas tentang ibadah yang ada di jemaat mula-
mula, disini saya bukan hanya membahas tentang ibadah di jemaat
mula-mula namun saya juga membahas tentang tokoh-tokoh yang
ada pada jaman jemaat mula-mula, kemudian praktik-praktik
ibadah yang didalamnya ada Liturgi, musik, paduan suara, simbol-
simbol liturgi dan pemberitaan firman pada jemaat mula-mula.
Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan
kata. Demikian sebagai pengantar kita.

Tomohon, 17 Mei 2018

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2

BAB 1 : PENDAHULUAN 3
BAB II : PEMBAHASAN 6
 Latar Belakang Situasi 6
 Penjelasan Tokoh dan pelayanannya 17
 Praktek-Praktek ibadah 28
BAB III : REFLEKSI TEOLOGIS 52
BAB IV : KESIMPULAN 55

KEPUSTAKAAN 56

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam materi atau pembahasan ini membahas tentang


struktur-struktur ibadah pada jemaat mula-mula, Pada waktu
jemaat Kristen mula-mula beribadah bersama, mereka membentuk
pola-pola ibadah yang agak berbeda dengan ibadah di rumah
sembahyang. Kita tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai
ibadah dalam jemaat Kristen mula-mula sampai tahun 150, ketika
Yustinus Martir menjelaskan pola yang khas mengenai pelayanan
ibadah yang khas dalam tulisan-tulisannya. Kita memang
mengetahui bahwa jemaat Kristen mula-mula itu melaksanakan
ibadah mereka pada setiap hari Minggu, hari pertama dalam tiap
minggu. Mereka menyebut hari itu sebagai "hari Tuhan" karena
pada hari itu Kristus bangkit dari antara orang mati. Orang-orang
Kristen yang mula-mula itu bertemu setiap hari Minggu di Bait
Allah di Yerusalem, di sinagoge atau rumah sembahyang, atau di
rumah-rumah pribadi. Beberapa pakar beranggapan bahwa Paulus
mengajar di ruang kuliah "Tiranus" (Kis. 19:9). Hal ini
menunjukkan bahwa jemaat Kristen mula-mula itu kadang-kadang
menyewa gedung-gedung sekolah atau sarana-sarana lainnya.98
Kita tidak mempunyai bukti bahwa orang-orang Kristen

3
membangun sarana-sarana khusus untuk ibadah mereka untuk
lebih dari satu abad setelah Kristus. Ketika terjadi penganiayaan
terhadap orang Kristen, mereka harus beribadah di tempat-tempat
rahasia seperti katakomba-katakomba (kuburan-kuburan bawah
tanah) di Roma.

Para pakar percaya bahwa jemaat Kristen pertama


melakukan ibadah pada setiap hari Minggu sore, dan bahwa ibadah
mereka berpusat pada Perjamuan Tuhan. Tetapi pada suatu saat,
mereka mulai melakukan ibadah dua kali pada hari Minggu seperti
yang diungkapkan oleh Yustinus Martir - sekali pada waktu subuh
dan sekali pada waktu sore hari. Jam-jam kebaktian dipilih demi
kerahasiaan dan disesuaikan dengan orang-orang yang bekerja,
yang tidak bisa mengikuti kebaktian pada siang hari. 1

Adapun juga tokoh-tokoh diabad mula-mula atau dalam


masa gereja mula-mula. Diantaranya ialah Rasul Paulus beserta
murid-murid Yesus yang menjadi tokoh alkitab berdirinya jemaat
mula-mula juga para tokoh-tokoh yang kita kenal saat ini bapa-
bapa gereja ialah Pokykarpus, Ignatius dari Antiokhia dan
Yustinus Martyr, saya menambahkan nama-nama mereka karena

1
alkitabSABDA.org Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac > 41. Gereja yang
Mula-Mula >

4
para orang-orang ini mempunyai peran yang sangat penting dalam
gereja atau pertumbuhan jemaat mula-mula, jadi dapat dikatakan
bahwa mereka yang meneruskan apa yang menjadi pekerjaan dari
para murid-murid Yesus serta rasul Paulus.

Dalam materi ini juga ingin menuliskan tentang praktik-


praktik ibadah dari jemaat Kristen di abad mula-mula, yang
didalamnya membahas mulai dari liturgi yang digunakan pada saat
itu, kemudian mengenal tentang musik yang mereka pakai, simbol-
simbol liturgi, adapun pembawa puji-pujian atau yang biasa kita
kenal dengan istilah koor atau paduan suara, dan yang terakhir
ialah Pemberitaan Firman pada saat itu, mulai dari penyampaian
kepada jemaat bagaimana cara jemaat merespon pemberitaan
firman.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. LATAR BELAKANG SITUASI JEMAAT MULA-


MULA

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah


kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu
di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan
kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan
memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi,
bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis.
1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh
murid-murid-Nya. Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa
Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku
memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan
sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks
Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan
orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada
Kristus. Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan
ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh
murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru

6
baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di
dunia (ujung-ujung dunia).2

Hari kelahiran gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada


pesta Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan roh Kristus,
sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang
dikaruniakan Tuhan Yesus kepada Dunia. Dimana orang
menyambut injil dengan percaya kepada Yesus, disana
terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nempaknya seperti
mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih
mengunjugi Bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada Taurat
Musa.3

Latar belakang situasi:

1. Politik

Pada masa kelahiran gereja, ada dua kekaisaran yang


berkuasa. Kedua kekaisaran itu ialah kekaisaran Romawi dan
kekaisaran Partia. Wilayah-wilayah yang berada di sekitar Laut
Tengah berada di dalam kekuasaan kekaisaran Romawi.

2
http://www.sarapanpagi.org/sejarah-gereja-mula-mula-vt1684.html

3
Sejarah Gereja. Dr. H. Berkhof. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal 7

7
Sedangkan wilayah Irak dan Iran yang sekarang, berada di bawah
kekuasaan Persia.4

Kegiatan misi yang dibicarakan dalam Kitab Kisah Para


Rasul tidak menyinggung tentang kegiatan misi di wilayah-
wilayah Timur. Hal ini diakibatkan oleh orang-orang yang
diperhadapkan pada batas-batas wilayah kekuasaan antara
kekaisaran Romawi dan kekaisaran Partia. Kedua negara ini sering
berperang. Bahasa Yunani jarang dipakai di Timur, sehingga
kegiatan misi hanya dilakukan oleh orang-orang Yahudi Kristen
dari Siria dan Palestina. Oleh karena itu, dalam beberapa hal
kekristenan di Timur dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
Yahudi.5

2. Agama dan aliran-aliran kepercayaan

Keanekaragaman agama terdapat dalam wilayah-wilayah


kekuasaan imperium Romawi dan Persia yang luas. Misalnya
agama Yahudi, agama Babilonia dan agama Zoroaster. Namun,
kehadiran sejumlah besar agama suku di wilayah itu, tidak lagi

4
Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012,
hal. 3
5
Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012,
hal. 16-17

8
dapat memuaskan banyak orang. Hal ini, membuat mereka mencari
jalan keselamatan dari aliran kepercayaan lain.

Pada tahun 30-150 M, mulai muncul kesadaran bahwa


Hukum Taurat tidak boleh dianggap sebagai syarat bagi
keselamatan. Paulus adalah tokoh misionaris yang memiliki
pandangan bahwa orang Kristen tidak perlu mengikuti perintah-
perintah Hukum Taurat. Menurutnya orang percaya telah
dipersatukan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya
(Rm 6; Kol 2:6-3:4).

Pada Sidang gereja di Yerusalem (48 M), Paulus berhasil


meyakinkan para rasul lainnya untuk tidak memaksa orang-orang
Kristen bukan Yahudi untuk menaati Hukum Taurat.

Kegiatan misi yang dilakukan oleh Paulus dan sejumlah orang


(bnd. Kis. 8:24-25), menjangkau daerah-daerah di sebelah Barat
Palestina. Pusat pekabaran Injil yang utama ialah Antiokhia
kemudian Paulus mengabarkan Injil di wilayah Asia kecil dan di
Yunani (47-57 M).6

6
Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012,
hal. 18-20

9
3. Lingkungan Sosial

Keadaan sosial jemaat mula-mula dapat ditemukan dalam


Kisah Para Rasul 2:41-47. Secara garis besar, kehidupan mereka
digambarkan sebagai hidup yang saling berbagi. Persekutuan
mereka itu sangat erat, baik dalam hubungannya dengan manusia
maupun dengan Tuhan. Namun pada perkembangannya, jemaat
mula-mula mulai mengalami penyiksaan-penyiksaan yang dimulai
pada tahun 64 Masehi. Hal ini disebabkan oleh adanya tuduhan
dari kaisar Nero terhadap para pengikut Kristus. Mereka dituduh
sebagai pelaku pembakaran kota Roma pada saat itu.

4. Budaya

Budaya yang paling menonjol pada masa ini adalah budaya


helenisme yang sudah bercampur dengan unsur-unsur yang berasal
dari Asia Barat. Unsur-unsur itu misalnya, keyakinan bahwa raja
adalah anak-anak dari dewa. Kebudayaan ini sangat kuat
pengaruhnya di wilayah Barat kekaisaran Romawi, misalnya di
Aleksandria, Antiokhia dan Palestina. Sementara di daerah Timur
kekaisaran Romawi pengaruh helenisme tidak begitu terasa.
Bahkan, penduduk asli di Asia Barat menolak budaya ini. Namun

10
ada juga yang berusaha mengawinkan budaya helenis dan agama
Yahudi (Philo dari Aleksandria).

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan


yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah
jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai
pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena
keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.

Yang dihadapi jemaat pada saat itu :

1. Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar.


Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya
adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun
mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-
dewa/kepercayaan asal mereka sendiri. Namun demikian ada
kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama
Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak
diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena
mereka takut kalau orang Yahudi memberontak. Kehadiran agama
Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte
agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak

11
diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang-
orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak
peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat
kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru.
Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya
diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang
tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan
penganiayaan yang sangat berat.

2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.

Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus


ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab
dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran
Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus
membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada
Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.

Beberapa penyebab penganiayaan:

a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.

b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang


menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara,

12
mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan
keluarga, dll.

c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan


kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-
mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.

3. Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam


penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang
Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah
banyak.

a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap


mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).

b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke


daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.

c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam


kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi
yang hidup.7

7
http://www.pesta.org/tbiblika/sejarah-gereja-mula-mula.html

13
Pada zaman gereja mula-mula mulai berkembang berbagai
macam-macam pokok ajaran mengenai teologi misi. Pokok-pokok
teologi itu di dalam Perjanjian Baru di antaranya sebagai berikut:

1. Partikularisme

Kegiatan misi pada masa ini mulai dilakukan ke semua


bangsa. Meskipun demikian, jemaat-jemaat Kristen Yahudi masih
tetap berpegang pada Hukum Taurat dan memandang bangsa lain
sebagai bangsa kafir. Oleh karena itu, bangsa-bangsa lain itu
haruslah menjadi Yahudi baru bisa menjadi Kristen. Jadi, misi
yang mereka lakukan adalah misi yang bersifat partikularistik.8

2. Universalisme

Berbeda dengan kegiatan misi yang partikularistik. Misi


yang bersifat universalistik ini dipelopori oleh rasul Paulus dan
kawan-kawan. Mereka lebih menekankan kepada pemberitaan Injil
bagi orang-orang non-Yahudi. Pemberitaannya mengenai
pelayanan pendamaian. Allah telah mendamaikan diri-Nya dengan
dunia melalui Yesus Kristus. Dunia yang dulunya berada dalam
keterasingan dan kungkungan Hukum Taurat telah dibebaskan.
Dengan kata lain, dunia tidak hanya dibebaskan dari dosanya tapi
8
Wulan Tokoh, Catatan Misiologi: Misi Dalam Jemaat Perdana, Kupang,Rabu,
30 Oktober 2013.

14
juga dibebaskan dari Hukum Taurat. Jadi, menjadi Kristen tidak
perlu menjadi bangsa Yahudi.9

Karakteristik Jemaat Mula-mula

Berikut ini adalah karakteristik dari jemaat mula-mula yang


tampak dalam surat Paulus.

1. Pelayanan mereka bersifat spontan, profetik (kenabian) dan


kharismatik (disertai karunia-karunia Roh Kudus).

2. Tidak ada pembedaan antara pendeta/imam dan kaum


awam.

3. Hubungan kekeluargaan dan kehidupan secara tubuh (body


life) atau korporat adalah penekanan utama jemaat lokal,
bukan struktur keorganisasian.

4. Tidak ada format pertemuan yang telah diprogramkan


terlebih dahulu; melainkan hanya kontrol/pimpinan Roh
Kudus yang diutamakan.
9
Wulan Tokoh, Catatan Misiologi,: misi dalam jemaat Perdana Rabu, 30
Oktober 2013

15
5. Para pemimpin terutama adalah hamba-hamba yang
melayani dengan anugerah dan urapan yang mereka terima,
bukan dengan otoritas karena suatu jabatan.
6. Masing-masing himpunan jemaat adalah otonom di bawah
pengawasan sejawat penatua yang bertanggung jawab
untuk menggembalakan dan melengkapi orang-orang
kudus.10

2. Penjelasan Tokoh dan Pelayanannya.

Pada abad mula-mula ada beberapa tokoh yang melakukan


pelayanan, serta menuangkan isi pikirannya untuk membentuk
suatu liturgi baru.

10
Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian LamaJudul Bagian:
PendahuluanPengarang: William Dyrness, Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1979
hal. 6-7

16
a. Rasul Paulus

Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus dari Tarsus)


atau Rasul Paulus, diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran
dan perumusan ajaran kekristenan yang bersumberkan dari
pengajaran Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan diri melalui
kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen
sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan
Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus
tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan
dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Pada masa
mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang
paling keras dalam agama Yahudi. Mulanya ia seorang
penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah
pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus,
ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus.11

Tiga perjalanan misi Paulus:

11
Alkitab, Kisah Para rasul 9

17
Dalam Kisah Para Rasul, perjalanan misi Paulus di Asia
Kecil dan Yunani disajikan dalam tiga putaran. Perjalanan misi
pertama berlangsung dari tahun 46-49. Paulus dan Barnabas pergi
ke Siprus, Pafos, Perga, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra dan
Derbe. Masalah besar yang muncul yakni soal integrasi banyaknya
orang Kristen bukan Yahudi ke dalam jemaat Kristen Yahudi,
terutama masalah tentang sunat dan menaati hukum Taurat.

Terhadap masalah ini, Paulus bersama dengan Barnabas,


para rasul, dan penatua mengadakan sidang/konsili di Yerusalem,
tahun 49. Hasilnya, dinyatakan bahwa sunat tidak merupakan
persyaratan keselamatan. Bangsa-bangsa lain tidak boleh dibebani
dengan sunat dan Taurat. Mereka diselamatkan Allah ketika
percaya kepada Kristus.

Pasca sidang Yerusalem, di Antiokhia, muncul


permasalahan baru yakni perihal berlakunya aturan makan Yahudi
(makan kosher) bagi anggota bukan Yahudi. Alhasil, Yakobus,
tanpa sepengetahuan Paulus, mengirim surat kepada jemaat di
Antiokhia, Siria, dan Kilikia yang berisi rekomendasi bahwa orang

18
bukan Yahudi harus menjauhkan diri dari makanan persembahan
kafir, darah, daging binatang yang mati tercekik, dan percabulan.12

Dalam perjalanan misi yang kedua (tahun 50-52), Paulus


ditemani oleh Silas, Timotius, dan Lukas. Mereka antara lain
bermisi ke Filipi, tempat jemaat pertamanya di Eropa, Tesalonika,
Atena, Korintus, Efesus, dan Kaisarea. Paulus mengalami
penolakan oleh para cendekiawan di Atena, namun misinya cukup
berhasil di Korintus. Di sana, ia mendirikan jemaat yang penuh
semangat. Dari kota inilah, Paulus tampaknya menulis surat
pertama kepada jemaat di Tesalonika (tahun 51). Setelah itu, ia
kembali lagi ke Antiokhia.

Perjalanan misinya yang ketiga (tahun 54-58) dimulai


dengan pergi ke Efesus. Paulus menjadikan kota itu sebagai pusat
aktivitas misionernya selama tiga tahun. Di kota ini, Paulus
menulis beberapa surat yakni surat kepada jemaat di Galatia, surat
kepada jemaat di Filipi, dan surat kepada Filemon. Pada masa itu,
jemaat Korintus sedang terpecah-belah. Paulus mencoba untuk
menyatukan jemaat kembali dengan mengirim lima surat,

12
Harris, Stephen L. Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield. 1985. hal

19
mengadakan kunjungan, serta mengajak jemaat untuk
mengumpulkan dana bagi orang miskin di Yerusalem.13

b. Polykarpus ( 69-156 M )

Polikarpus dilahirkan sekitar tahun 69. Menurut Irenaeus,


Polikarpus adalah murid rasul Yohanes. Irenaeus sendiri adalah
murid dari Polikarpus. Polikarpus bekerja sebagai uskup di jemaat
Smirna, Asia Kecil pada pertengahan abad kedua. Ia dikenal
sebagai seorang yang memiliki iman yang teguh dan hidupnya
sangat sederhana.Polikarpus adalah seorang saksi mata dari tradisi
pengajaran gereja yang masih berbentuk lisan. Ia mengenal dengan
baik Anicetus, Uskup Roma. Polikarpus dikenal juga sebagai
seorang uskup yang sangat membela ajaran gereja yang ortodoks
serta sangat membenci ajaran-ajaran sesat. Sebagai seorang uskup
di Smirna, Asia Kecil, ia berhadapan juga dengan kelompok
Marcion. Marcion disebutnya sebagai anak sulung iblis. Sikap
kerasnya terhadap aliran-aliran sesat nampak dalam suratnya
kepada jemaat di Filipi, antara lain berbunyi sebagai berikut,
"Barangsiapa tidak mengakui bahwa Kristus telah datang dalam
daging, ia adalah antikristus; dan barangsiapa tidak mengakui
13
Prof. Willi markxen. Pengantar perjanjian baru: pendekatan kritis terhadap
masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal 256-258

20
rahasia salib, ia adalah jahat dan ia yang berpegang kepada firman
Tuhan menurut keinginannya sendiri; dan berkata bahwa tidak ada
kebangkitan dan penghakiman, ia adalah anak sulung iblis".Ia
sendiri melarang jemaatnya untuk memberi salam kepada para
penyesat.

Pada tahun 154 Polikarpus pergi ke Roma untuk


menyelesaikan pertikaian tentang perayaan Paskah dengan jemaat
Roma. Polikarpus diterima dengan hormat oleh Anicetus, Uskup
Roma. Polikarpus memperoleh persetujuan dari Anicetus bahwa
jemaat jemaat di Asia Kecil boleh meneruskan kebiasaan mereka
dalam merayakan Paskah pada 14 bulan Nissan.Tidak lama
sesudah kembali dari Roma, Polikarpus ditangkap dan digiring ke
Roma. Ia diminta oleh kaisar untuk menyangkal Kristus serta
mengutuk Kristus, namun Polikarpus tidak mau. Sampai tiga kali
kaisar bertanya kepadanya apakah ia mau mengutuk Kristus agar
sang uskup dilepaskan dari hukuman mati. Namun, dengan
imannya yang tegas dan teguh kepada Kristus, Polikarpus
menjawab kaisar dengan perkataan sebagai berikut, "Aku telah
melayani Kristusku 86 tahun lamanya, namun belum pemah
sekalipun Ia berbuat jahat kepadaku. Bagaimana aku dapat
mengutuk Kristusku, Juru Selamatku?" Kemudian Polikarpus

21
dibakar dan sisa-sisa tubuhnya dibawa orang dan dikuburkan di
Smirna.Terdapat banyak dongeng yang diceritakan tentang mati
syahidnya Polikarpus. Cerita tentang mati syahidnya ditulis oleh
jemaat Smirna atas permintaan jemaat Philomenium diPhyrigia.
Kemudian tulisan ini beredar dalam jemaat jemaat di Asia Kecil.
Polikarpus mati syahid pada masa pemerintahan kaisar Antonius
Pius, tahun 155/156. Namun, ada juga dugaan bahwa ia mati
syahid pada masa pemerintahan kaisar Marcus Aurelius, tahun
167.14

c. Ignatius dari Antiokhia

Seorang murid dari Rasul Yohanes dan pemimpin Gereja


Antiokhia. Kaisar Trajanus, dalam suatu kunjungannya ke
Antiokhia, memerintahkan penangkapan Ignatius. Kaisar ini
memimpin sendiri pengadilan atas Ignatius, dan menjatuhkan
hukuman dilemparkan ke tengah binatang buas di arena di Roma.
Dalam perjalanannya ke Roma, ia menulis surat kepada orang-
orang percaya di Roma, agar tidak memohonkan pengampunan

14
Drs. F. D. Wellem, M.Th.Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah
Gereja.BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999. Hal.213-214

22
baginya, karena ia sangat merindukan kehormatan mati bagi
Tuhannya.

Ignatius adalah seorang penulis Kristen awal dan uskup


Antiokhia. Dalam perjalanan menuju Roma, tempat ia menghadapi
kemartirannya, Ignatius menulis serangkaian surat. Korespondensi
ini sekarang merupakan suatu bagian sentral dari karya-karya tulis
sekumpulan teolog yang kemudian dikenal sebagai para Bapa
Apostolik. Surat-suratnya yang terlestarikan juga berfungsi sebagai
salah satu contoh teologi Kristen awal.Topik-topik penting yang
diuraikan dalam surat-surat tersebut misalnya eklesiologi,
sakramen-sakramen, dan peranan para uskup. Ketika berbicara
tentang kewenangan atau otoritas Gereja, ia adalah orang pertama
yang menggunakan frasa "gereja katolik" secara tertulis, yang
masih digunakan sampai hari ini.15

Konversi Ignatius ke dalam Kekristenan terjadi saat usianya


masih muda. Dalam kehidupannya di kemudian hari ia terpilih
untuk melayani sebagai Uskup Antiokhia; Eusebius dari Kaisarea,
sejarawan Gereja dari abad ke-4, menuliskan bahwa Ignatius
menggantikan Evodius. Dalam upaya menjadikan suksesi
15
Van den End.Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. BPK Gunung Mulia.
1990. Hal 26-27.

23
apostoliknya lebih cepat dilakukan, Teodoretus dari Cyrrhus
menyatakan bahwa Santo Petrus sendiri meninggalkan arahan agar
Ignatius diangkat ke takhta episkopal Antiokhia. Ignatius
menyebut dirinya Teoforus ("Pemanggul Allah"). Terdapat tradisi
yang mengatakan bahwa ia adalah salah seorang di antara anak-
anak yang Yesus peluk dan berkati. Tradisi juga mengidentifikasi
Ignatius, bersama dengan Polikarpus temannya, sebagai murid-
murid dari Rasul Yohanes.

Dalam perjalanan menuju Roma, Ignatius dan rombongan


prajurit yang mengiringinya berhenti beberapa kali di Asia Kecil.
Sepanjang perjalanan itu Ignatius menulis enam surat kepada
jemaat-jemaat di wilayah tersebut dan satu surat kepada rekannya
sesama uskup, Polikarpus, uskup Smirna. Ignatius sendiri
menuliskan bahwa ia akan dilemparkan ke binatang-binatang buas,
namun, "singa-singa" pertama kali disebutkan secara eksplisit pada
abad ke-4 oleh Hieronimus, dan Yohanes Krisostomus adalah
orang pertama yang mengisyaratkan Colosseum sebagai tempat
kemartiran Ignatius.

d. Yustinus Martir

24
Yustinus Martir merupakan seorang apolog Kristen dan
dipandang sebagai penafsir terpenting teori Logos pada abad ke-2.
Ia wafat sebagai martir bersama dengan sejumlah muridnya, dan
dipandang sebagai seorang santo atau orang kudus oleh Gereja
Katolik, Komuni Anglikan, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja
Ortodoks Oriental.

Sebagian besar karyanya telah hilang, namun dua karya


apologi dan satu karya dialog masih terlestarikan. Apologi
Pertama, karyanya yang paling terkenal, dengan penuh semangat
membela moralitas kehidupan Kristen, dan menyajikan beragam
argumen filosofis dan etis untuk meyakinkan Kaisar Romawi,
Antoninus Pius, agar menghentikan penganiayaan terhadap
Kekristenan yang pada saat itu baru bertumbuh. Sebagaimana yang
Santo Agustinus indikasikan terkait "agama yang benar" yang
mendahului Kekristenan, Santo Yustinus juga mengemukakan
bahwa "benih-benih Kekristenan" (manifestasi-manifestasi
tindakan Logos dalam sejarah) sebenarnya mendahului penjelmaan
Kristus. Gagasan tersebut memungkinkan dia untuk mengklaim
bahwa banyak filsuf Yunani historis (termasuk Socrates dan Plato),
yang telah ia pelajari dengan baik karya-karyanya, sebagai orang-
orang Kristen yang tidak menyadarinya. Yustinus Martir lahir

25
sekitar tahun 100 M di Flavia Neapolis (sekarang Nablus) di
Samaria ke dalam suatu keluarga pagan, dan mendefinisikan diri
sebagai seorang Gentile. Kakeknya, Bacchius, mempunyai nama
Yunani, sedangkan ayahnya, Priscus, menyandang nama Latin,
yang membawa spekulasi bahwa leluhurnya mungkin telah
bermukim di Neapolis segera setelah kota itu didirikan atau
mereka adalah keturunan komunitas "diplomatik" Romawi yang
dikirimkan ke sana.16

Penyebutan tertua mengenai Yustin ditemukan dalam


Oratio ad Graecos karya Tatian yang menyebutnya "Yustin yang
paling dikagumi", dan mengutip suatu perkataan Yustin serta
mengatakan bahwa orang Cynic bernama Crescens telah
menjebaknya. Irenaeus menulis mengenai kemartiran Yustin dan
mengenai Tatian sebagai murid Yustin. Irenaeus mengutip tulisan
Yustin dua kali dan memperlihatkan pengaruhnya dalam bagian-
bagian lain. Tertulianus, dalam karyanya Adversus Valentinianos,
menyebut Yustin seorang filsuf dan seorang martir serta antagonis
paling awal terhadap ajaran sesat. Hippolitus dan Methodius dari
Olympus juga menyebut atau mengutip tulisan Yustin. Eusebius

16
F.D. Wellem. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.1993. Hal.149.

26
dari Kaisarea membahasnya dengan panjang lebar, dan
menyebutkan karya-karya tulisan berikut:

1. Apologi Pertama ditujukan kepada Antoninus Pius, putra-


putranya, dan Senat Romawi
2. Apologi Kedua ditujukan kepada Senat Romawi;
3. Pengajaran kepada Orang Yunani (Discourse to the
Greeks), suatu diskusi dengan para filsuf Yunani mengenai
karakter dewa-dewa mereka;
4. Hortatory Address to the Greeks (sekarang dianggap bukan
karya Yustin
5. suatu makalah Mengenai Kemahakuasaan Allah, di mana ia
menggunakan otoritas pagan maupun Kristen
6. Suatu karya berjudul Sang Penulis Mazmur.
7. Suatu makalah dalam bentuk skolastik Mengenai Jiwadan
8. Dialog dengan Trypho.17

Masih banyak lagi tokoh-tokoh yang ada pada abad mula-


mula, namun disini kami hanya membahas 3 tokoh, karena melalui
mereka jemaat pada abad mula-mula berkembang sampai pada
jemaat seperti kita ini, sala satu di antara mereka memberikan atau

17
Wikipedia.org/martinus-martyr.html

27
menuangkan pikiran mereka untuk membuat suatu Liturgi yang
baru.

3. Praktik-Praktik Ibadah Jemaat Mula-Mula

Pada waktu jemaat Kristen mula-mula beribadah bersama,


mereka membentuk pola-pola ibadah yang agak berbeda dengan
ibadah di rumah sembahyang. Kita tidak memiliki gambaran yang
jelas mengenai ibadah dalam jemaat Kristen mula-mula sampai
tahun 150, ketika Yustinus Martir menjelaskan pola yang khas
mengenai pelayanan ibadah yang khas dalam tulisan-tulisannya.
Kita memang mengetahui bahwa jemaat Kristen mula-mula itu
melaksanakan ibadah mereka pada setiap hari Minggu, hari
pertama dalam tiap minggu. Mereka menyebut hari itu sebagai
"hari Tuhan" karena pada hari itu Kristus bangkit dari antara orang
mati. Orang-orang Kristen yang mula-mula itu bertemu setiap hari
Minggu di Bait Allah di Yerusalem, di sinagoge atau rumah
sembahyang, atau di rumah-rumah pribadi (Kis. 2:46; 13:14-16;
20:7-8). Beberapa pakar beranggapan bahwa Paulus mengajar di
ruang kuliah "Tiranus" (Kis. 19:9). Hal ini menunjukkan bahwa
jemaat Kristen mula-mula itu kadang-kadang menyewa gedung-
gedung sekolah atau sarana-sarana lainnya.98 Kita tidak

28
mempunyai bukti bahwa orang-orang Kristen membangun sarana-
sarana khusus untuk ibadah mereka untuk lebih dari satu abad
setelah Kristus. Ketika terjadi penganiayaan terhadap orang
Kristen, mereka harus beribadah di tempat-tempat rahasia seperti
katakomba-katakomba (kuburan-kuburan bawah tanah) di Roma.

Para pakar percaya bahwa jemaat Kristen pertama


melakukan ibadah pada setiap hari Minggu sore, dan bahwa ibadah
mereka berpusat pada Perjamuan Tuhan. Tetapi pada suatu saat,
mereka mulai melakukan ibadah dua kali pada hari Minggu seperti
yang diungkapkan oleh Yustinus Martir - sekali pada waktu subuh
dan sekali pada waktu sore hari. Jam-jam kebaktian dipilih demi
kerahasiaan dan disesuaikan dengan orang-orang yang bekerja,
yang tidak bisa mengikuti kebaktian pada siang hari.

Biasanya kebaktian pada waktu subuh adalah untuk pujian,


doa, dan pemberitaan Firman. Ibadah yang dilakukan tanpa
persiapan oleh orang-orang Kristen pada hari Pentakosta
menunjukkan suatu pola ibadah yang mungkin biasa digunakan.
Pertama, Petrus membaca dari Kitab Suci. Kemudian ia
berkhotbah dengan menggunakan ayat-ayat Kitab Suci yang
diterapkan dengan keadaan jemaat pada masa itu (Kis. 2:14-42).

29
Orang-orang yang menerima Kristus dibaptis, mengikuti teladan
Yesus sendiri. Jemaat bernyanyi bersama, bersaksi dan saling
menasihati untuk melengkapi ibadah mereka (I Kor. 14:26).18

3.1 liturgi.

Berbicara tentang liturgi, pada awalnya harus lah pertama


sekali membahas dari dasar istilahnya, istilah yang sering
digunakan untuk ibadah adalah Liturgi yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu leitourgoi yang terdiri dari dua kata yakni laos
(bangsa, umat, rakyat) dan ergon (karya, pelayanan, tugas dan
perbuatan). Kata leitourgia berarti melakukan suatu pekerjaan
rakyat atau karya rakyat.19 Dalam kebudayaan Yunani kuno, liturgi
adalah suatu pelayanan yang dilakukan oleh rakyat kepada
bangsanya yang dilakukan secara bakti atau dibaktikan. Namun
sejak abad ke-4 sM, istilah liturgi mendapat arti teologis/kultis
yang berati ibadah atau pelayanan. Jadi ibadah kepada Allah tidak
hanya lewat nyanyian, pujian secara verbal, tetapi beribadah
kepadaNya melalui pelayanan hidup kepadaNya.

18
alkitab.sabda.org Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac > 41. Gereja yang
Mula-Mula > IV. POLA-POLA IBADAH. >tata ibadah.
19
M.E. Manton, Kamus Istilah Teologi Inggris-Indonesia, (Malang: Gandum Mas,
1995), 92.

30
Pengertian liturgi di Atena, ada yang menyangkut kepada beberapa
tugas:

a. Mengawasi pertandingan atletik yang disebut gumnasiarxia


(γυμνασιαρχια)
b. Mendririkan mezbah atau altar umum yang disebut Xoregia
(χορηγια) yang digunakan umum menyampaikan kurban-
kurban dari luar dan dalam kota.
c. Mengurus perbekalan tiap-tiap kota yang disebut estiasis
(εστιασις)
d. Sebagai pemimpin utusan dari kotamadya yang disebut
arxiateoria (αρχιαθεωρια)

Dalam keagamaan membawa kurban kepada dewa-dewa


yang disebut dengan Leiturgeo atau leiturgia.

Dalam Alkitab kata leiturgia dipergunakan ada sekitar 100


kali, misalnya: Kel 28:15. Aron berbakti pada Allah, sebagai tugas
keimaman untuk melayani Allah. Kel 28-39: Liturgi dalam
kebaktian kudus.

Dari segi teologi Liturgi adalah mengumpulkan


persekutuan umat Tuhan berjumpa dengan Tuhan yang di
percayainya. Dimana Allah yang dipercayainya hadir dalam

31
kebaktian tersebut yang disebut dengan kebaktian Imanen. Allah
yang dipercayai bersekutu dengan umat yag beribadah yang
disebut secara transparan. Bentuk liturgi dalam Alkitab
dalampekerjaan orang lewi yang berbakti untuk pekerjaan Allah,
berbakti dengan hikmat dan teratur untuk persembahan pada Allah
Kel 28:35. orang lewi yang melayani Allah dengan memakai baju
Efod terutama dalam kebaktian berbakti pada Allah. Istilah liturgi
itu dapat kita temukan dalam kitab :Kel 28-29, Bilangan, Tawarikh
1 dan 2, Hes 40-46. Dalam bentuk kata benda disebut dengan
Ministry-melayani berhikmat dalam pelayanan kultus atau
kebaktian. Kata-kata itu selalu berulang-ulang dalam pelayanan
jemaat. Dalam pengistilahan ditengah-tengah orang Yahudi dengan
memakai kata Ebed yang berasal dari kata Abodah. Ada kita dapati
40 kali dalam kultus pelayanan Yahweh dalam tugas keimamam
yang disebut dengan Ekeikal Liturgi yang bertugas dalam Mezbah,
melayani secara umum sehingga abodah yangdilakukan
perseorangan yang dapat dilakukan kaum Awam, bukan hanya
imam. Pelayanan kepada Yahweh secara hikmah juga kepada
dewa-dewa. Kata Ebed Yahweh atau abodah membuat Istilah
tugas untuk umum, membawakan kepada Allah.20

20
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 6-11

32
Liturgi yang dipakai oleh jemaat mula-mula ialah sebagai
berikut :

Liturgi Gereja Mula-mula (30 – 590)

Gereja mula-mula mengambil beberapa unsur dari liturgi


Sinagoge dalam liturgi mereka yang disebut dengan liturgi Sinaxis.

Liturgi Sinaxis (Liturgi Gereja Purba)

Unsur-unsur liturgy Sinaxis:

1. Pembacaan Kitab Suci

2. Menyanyikan Mazmur

3. Berdoa

Jemaat mula-mula beribada mengikuti unsur liturgi mereka,


hanya membaca kitab suci, menyanyikan Mazmur atau lagu pujian
dan berdoa. Berbeda dengan liturgy masa kini yang dapat
dikatakan lebih panjang dari pada liturgi ibadah pada jemaat mula-
mula. Namun ada juga liturgi-liturgi yang berkembang pada abad
mula-mula dimana ada liturgi dari Yustinus Martyr dan liturgy
pada abad ke 3 pun berbeda dengan yang pertama.

33
Liturgi Yustinus Martyr (100 – 165 )Unsur-unsurnya:
1. Pembacaan Injil-Injil
2. Pembacaan Surat-surat Rasuli
3. Pembacaan Kitab-kitab Nabi
4. Homilia/Penjelasan Kitab Suci yang dibaca oleh Uskup sambil
duduk
5. Ajakan untuk hidup sesuai dengan isi Kitab Suci yang telah
dijelaskan (ajakan penerapan)
6. Berdoa bersama-sama sambil berdiri
7. Pembagian roti dan anggur
8. Doa Bebas
9. Pengaminan
10. Ekaristi
11. Kolekte (pemberian untuk orang miskin)

Liturgi Gereja Abad ke III Unsur-unsurnya:


1. Pembacaan Perjanjian Lama
2. Pembacaan Kitab-kitab Baru (PB)
3. Homilia/Khotbah
4. Doa Jemaat dengan Doa Syafaat
5. Ciuman Kudus
6. Roti dan Cawan dibawa kepada Uskup

34
7. Pengucapan syukur (Doa Ekaristi)
8. Diaken-diaken membagi roti dan anggur
9. Nyanyian ditengah setiap unsure21

3.2 Musik

Musik gerejawi adalah musik yang berkembang di


kalangan Kristen terutama dilihat dari penggunaannya dalam
ibadah gereja. Musik gerejawi dapat juga disebut sebagai
ungkapan isi hati orang percaya (Kristen) yang diungkapkan dalam
bunyi-bunyian yang bernada dan berirama secara harmonis, antara
lain dalam bentuk lagu dan nyanyian. Sama dengan musik secara
umum, dua unsur; vokal dan instrumental harus diperhatikan, dan
terkhusus dalam bermusik di gereja yang sarat dengan makna
teologis dan berkenaan dengan iman umat. Hal ini sangat penting
untuk disajikan secara tepat agar umat mampu menghayati
imannya dengan bantuan musik.

21
https://yonasmuanley.wordpress.com/2011/06/03/pendidikan-agama-
kristen-liturgi-ibadah/

35
Prier mengatakan bahwa : “Istilah musik gereja secara
harafiah berarti musik yang dipakai dalam gereja atau musik
khusus dari umat sebagai suatu persekutuan gereja, namun secara
khusus yang dimaksudkan adalah musik ibadah.” Musik gereja
sebagai istilah umum dibagi antara musik liturgi yakni musik yang
diciptakan dan dipakai khusus dalam ibadah dan musik rohani
yakni musik yang diciptakan dan dipakai di luar ibadah.

Musik gereja dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Prier
(1998:15) mengatakan bahwa :

Musik gereja dapat dikatakan sebagai musik seni, yakni


musik yang bermutu tinggi dengan menimba dari kesenian suatu
zaman dan musik praktis, yakni musik yang diciptakan terutama
untuk dipakai dalam prefasi, aklamasi dan sebagainya

Terlepas dari perilaku penyanyinya, musik rohani adalah


musik yang mengandung nilai-nilai ibadah, musik rohani adalah
musik gereja dimana musik gereja adalah musik yang dipakai saat
beribadah di gereja. Tujuan dari musik gereja adalah meninggikan
dan mengagungkan Tuhan.

36
Dengan kata lain musik gereja sebagai istilah umum dibagi
menjadi dua yaitu:

a. Musik liturgi yakni musik yang diciptakan dan dipakai khusus


dalam ibadah dimana musik merupakan bagian integral dalam
liturgi.

b. Musik rohani yakni musik yang diciptakan dan dipakai di luar


ibadah.

Selanjutnya Prier menyebutkan bahwa: Di dalam musik


gereja terdapat dua unsur yang terkandung di dalamnya yakni
unsur rasional atau intelektual yakni untuk menyampaikan suatu
pesan yang membawa makna dan arti tertentu dan unsur emosional
atau segi musikal yang selalu melebihi peranan liturgi kearah
apresiasi dan seni; ingin dinikmati dan dengan demikian juga
merupakan suatu godaan untuk melepaskan diri dari tujuan tadi.
Musik mengandung empat hal penting yaitu pitch, dynamic, tone
color dan duration. Keempat hal tersebut merupakan satu kesatuan
sehingga salah satu unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri.

Saragih menyebutkan bahwa: “Musik dapat


mempengaruhi jiwa dan emosi pendengarnya terlepas dari bentuk

37
musik yang dimainkan itu”. Irama dengan tekanan nada yang
beraturan cenderung mempengaruhi ritem psiko-fisik seseorang
sehingga menjadi beraturan pula.

Johan dalam bukunya psikologi musik menyebutkan bahwa


“musik berfungsi sebagai katalisator atau stimulus timbulnya
pengalaman emosiona”. Dengan demikian musik dalam ibadah
memiliki peranan yang sangat penting karena membawa emosi
manusia untuk memuja Tuhan.

Liturgi gereja sejak awal tidak dapat melepaskan diri dari


musik. Musik liturgi, musik gereja termasuk salah satu unsur dan
bentuk ungkapan liturgi. Musik memiliki tempat atau kedudukan
yang sangat penting dalam liturgi.

Musik pada jemaat mula-mula :

Gereja berkembang dan semula melanjutkan tradisi Yahudi


karena gereja Kristen mula-mula bersifat keyahudian. Dapat
diasumsikan bahwa cara yang terdapat dalam kitab-kitab secara
liturgis berfungsi untuk merefleksikan liturgi sinagoge sampai taraf
tertentu. Dapat diketahui dari kitab Kisah Para Rasul bahwa orang

38
Kristen mula-mula juga pergi ke bait suci dan mentaati doa-doa
harian. Perjanjian lama menjadi kitab suci pada saat itu.

Mulai pada zaman perdana ini sudah nampak perbedaan


yang disebut dengan musik intelektual dan musik emosional
dimana dalam ibadah Gereja perdana dipakai lagu pujian, syukur
dan pewartaan. Di samping itu juga cukup banyak disebut pula
nyanyian emosional atau nyanyian rohani. Warisan tradisi Yahudi
tercampur dengan warisan musik Yunani, bermuara ke musik
gregorian. Bentuk mazmur diambil alih dari Perjanjian Lama,
dilengkapi dengan antiphon dan dipakai dalam perjamuan Ekaristi.
Perjamuan ekaristi ini merupakan suatu suatu tindakan pengudusan
yang paling istimewa dari Tuhan kepada orang beriman karena
terdapat pengorbanan Tuhan dalam rupa tubuh dan darah Tuhan.
Perkembangan pada zaman ini merupakan suatu tradisi
lisan dengan segala konsekuensi: lagu yang semula bersifat
improvisasi lama kelamaan terbentuk sebagai lagu tetap,
diwariskan dari tempat yang satu ke tempat yang lain sambil
disesuaikan dengan selera setempat.22

22
Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Hal.
2-8

39
3.3 Paduan Suara

Meskipun pandangan gereja-gereja mengenai paduan suara


berbeda-beda, tetapi para pemimpin Gerakan Liturgia menganggap
paduan suara sebagai unsur yang tetap dari ibadah jemaat, yang
nyata dalam bagan-bagan tata kebaktian gereja sejak abad-abad
pertama.23

Pada abad-abad awal, sempat terjadi perbincangan dalam


Konsili Trente yang bermaksud melarang paduan suara karena
terlalu banyak menampilkan lagu-lagu polifonik yang kompleks
sehingga teks dari lagu-lagu tersebut tidak terdengar dan
menganggu kekhidmatan beribadah.24 Selain itu, juga terjadi
berbagai penyalahgunaan fungsi paduan suara di dalam ibadah.
Pada abad ke-16, paduan suara mengambil alih partisipasi jemaat.
Jemaat mendengarkan paduan suara bernyanyi, dan jemaat
mendengarkan serta melihat. Mereka mungkin menikmatinya,
tetapi ada pengalaman yang berbeda dibandingkan ketika
bernyanyi sendiri.

23
Dr. J.L.Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia yang Dipakai Gereja-gereja di
Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 109
24
Dr. Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998),
hal 123

40
Suatu paduan suara di dalam ibadah seharusnya memimpin
jemaat dalam nyanyian mereka, dan menambahkan musik tertentu
yang diperlukan oleh liturgi atau bentuk ibadahnya. Pandangan
serupa juga dinyatakan oleh Abineno: Dalam menjalankan
tugasnya, paduan suara harus takluk kepada peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh gereja. Tugasnya bukanlah untuk
membuat “konser” di dalam ibadah, melainkan untuk memuji
Tuhan bersama-sama dengan jemaat.25

Paduan suara adalah tangan kanan pendeta atau pelayan


firman, yang harus menunjukkan kemuliaan Surga. Pujian yang
dinaikkan oleh paduan suara haruslah merupakan pujian di dalam
Roh dan Kebenaran, dan paduan suara harus mendukung jemaat
untuk dapat melakukan hal yang sama.

Karena itu, di dalam ibadah, paduan suara bertugas


melayani. Paduan suara haruslah bernyanyi bersama-sama dengan
jemaat dengan cara: “menyokong” nyanyian jemaat, yaitu
membantu jemaat menyanyikan lagu-lagu yang sulit, dan
membawa semangat kepada jemaat, serta menyanyi bergiliran
dengan jemaat, misalnya satu bait dinyanyikan oleh paduan suara,
25
Dr. J.L.Ch. Abineno, Op.Cit., hal 110

41
satu bait dinyanyikan oleh jemaat, kemudian bersama-sama.
Nyanyian yang dinyanyikan sendiri, menurut Abineno, hanya
boleh diperdengarkan sebelum kebaktian dimulai dan sesudah
berkat.26

Paduan suara perlu dibedakan dengan nyanyian Jemaat,


sebab paduan suara hanya terdiri dari beberapa orang dalam
persekutuan ibadah jemaat. Anggota Paduan Suara tergolong
anggota jemaat tetapi tidak menampakkan citra diri jemaat secara
utuh dan juga mereka tidak mewakili jemaat. Ibadah yang
diadakan adalah ibadah jemaat, dan dalam ibadah jemaat Paduan
Suara diberi tempat, karena ia mempunyai fungsi dan peran
tertentu. Tetapi hendaknya diingat bahwa Paduan Suara tidak
boleh mengambil alih kedudukan dan peranan jemaat secara
menyeluruh dalam ibadah. Artinya jangan sampai dalam ibadah
tertentu dimonopoli oleh Paduan suara atau vokal group karena
terlalu banyak padauan suara yang mengisi di acara kebaktian.

3.4 Simbol-Simbol Liturgi

26
Dr. J.L.Ch. Abineno, Op.Cit., hal 111

42
Simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon, kata kerja:
symbalein yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan
mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang
didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian. Dapat juga
dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau
tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya. Simbol
memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena
itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang
Tuhan. Simbol berbeda dengan tanda. Simbol melibatkan emosi
individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan. Selain itu, simbol
juga terbuka terhadap berbagai arti, tergantung bagaimana setiap
individu memaknai simbol itu sendiri. Simbol liturgi biasanya
diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan.

Berikut ini ada beberapa simbol-simbol liturgi yang ada


pada jemaat mula-mula:

A. Altar

Altar gereja mengingatkan baik pada tempat persembahan


korban dalam Perjanjian Lama maupun pada meja perjamuan
Paskah Yesus dengan muridmuridnya pada malam sebelum ia
disalibkan. Penggunaan altar baik sebagai meja perjamuan kudus

43
maupun sebagai tempat persembahan (kolekte) masih
mencerminkan makna ganda tersebut. Selain itu, altar biasanya
dihias dengan simbol-simbol lain seperti salib, alkitab, lilin,
bunga ; Dalam arsitektur gereja, altar sering ditempatkan langsung
di depan atau di bawah mimbar untuk menekankan kesatuan antara
sakramen (perjamuan kudus/altar) dan firman.

B. Roti dan Air Anggur

Di jemaat mula-mula, orang Kristen membawa roti dan air


anggur sebagai persembahan, yang ditaruh di dekat pintu masuk.
Ketika ibadah berlangsung, para diaken menyisihkan sebagian dari
persembahan itu untuk dipakai pada Perjamuan Kudus. Setelah
pemberitaan firman selesai, roti dan air anggur dibawa masuk
menuju meja altar dan Perjamuan Kudus pun dimulai.

Roti dan anggur adalah makanan dan minuman sehari-hari


masyarakat Timur Tengah. Mempersembahkan makanan dan
minuman ke meja altar merupakan lambang persembahan hidup
jemaat untuk melayani Kristus. Melaluinya jemaat mengakui:
“Dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah
persembahan yang kami berikan kepada-Mu.” (1Taw 29:14).
Selain roti dan air anggur, jemaat mula-mula juga mengumpulkan

44
persembahan uang untuk orang miskin sesudah kebaktian selesai
(di kotak persembahan). Uang itu, beserta roti dan air anggur yang
tidak dipakai, dibagi-bagikan kepada orang miskin.27

Arti dari roti dan anggur sendiri mempunyai arti tersendiri


ialah menyimbolkan persekutuan dengan tubuh dan darah
Kristus.28

C. Air

Air adalah sumber kehidupan, tetapi sekaligus dapat


mengancam kehidupan. Air juga berfungsi untuk mencuci atau
membersihkan. Dalam Alkitab, simbol ini sering dihubungkan
dengan berkata bahwa Allah sebagai sumber mata air, kesegaran
atau sumber kehidupan dan keadilan,dan bahwa Yesus memberi air
yang hidup (Yoh 4:14). Yesus juga membasuh kaki murid-
muridNya dengan air sebagai tanda pelayanan dan pembersihan
dari dosa. Murid-muridNya dipanggil untuk berbuat hal yang sama
(Yoh 13:15). Namun ritus pembasuhan kaki masih jarang
dipraktekkan dalam ibadah protestan. Air menjadi simbol inti
sakramen baptisan sebagai tanda penbersihan (dari dosa, dari kuasa
27
Craig Douglas Erickson, Participating in Worship: History, Theory, and Practice
(Louisville: Westminster/John Knox, 1998), 3
28
https://id.wikipedia.org/wiki/Simbol-simbol_liturgi

45
maut); “adam lama” ditenggelamkan dalam air baptisan, dan
“adam baru” dilahirkan. Air ini juga menjadi tanda penerimaan
Roh Kudus yang menyatukan kita dalam tubuh Kristus, dan tanda
anugerah Allah yang dikaruniakan kepada kita tanpa prasyarat. Air
disini adalah simbol yang membuat kita merasakan apa yang
dilakukan oleh Allah sendiri, dan tidak dipahami secara “magis”,
sehingga tidak tergantung pada cara atau kuantitas air (hanya tiga
tetes “dalam nama Bapa, anak dan Roh Kudus”, atau dengan
menenggelamkan seluruh tubuh seperti dipraktekkan dalam gereja
mula-mula dan oleh beberapa denominasi sampai sekarang).
Baptisan juga tidak berfokus pada formalitas atau pertobatan
manusia, tetapi pada karya keselamatan Allah sendiri. Air
menyimbolkan29

D. Cawan/Piala

Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk


dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat untuk
Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala harus
dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang
dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana
29
http://anggahtaidikaligis.blogspot.co.id/2013/10/arti-simbol-simbol-dan-
warna-dalam_10.html

46
Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya. Piala
melambangkan cawan Sengsara Kristus dan yang terakhir, piala
melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya
demi penebusan kita.30

3.5. Pemberittaan Firman

Jemaat mula-mula dikatakan bahwa mereka semua


bertekun tiap-tiap hari dalam pengajaran Rasul-rasul (Kisah Para
Rasul 2:42,46). Apa yang mereka tekuni, tidak lain adalah
belajar tentang firman Allah dari pemimpin mereka yaitu para
rasul. Mereka juga mengadakan pertemuan di rumah-rumah
mereka masing-masing bergilir (Kisah Para Rasul 2:46).
Disamping memecahkan roti dan makan bersama-sama tentu
sebelumnya mereka mendengarkan uraian firman Tuhan.
Pelayanan firman Tuhan tidak boleh diganggu oleh “pelayanan
meja”. Rasul-rasul segera menyuruh jemaat memilih tujuh
orang yang penuh Roh Kudus dan hikmat untuk menangani
pelayanan meja (Kisah Para Rasul 6:1-7). Rasul-rasul memandang
pelayanan Firman Tuhan sebagai hal yang penting dalam jemaat
untuk pertumbuhan jemaat secara rohani

30
http://belajarliturgi.blogspot.co.id/2011/03/mengenal-peralatan-misa.

47
Mereka tidak saja belajar Firman Tuhan secara teori tapi juga
secara praktis atau pada tingkat pengalaman. Mereka belajar
kebenaran Firman Tuhan tentang Allah yang Maha Kuasa secara
pengalaman melalui mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda ajaib yang
terjadi di hadapan mereka. Mereka belajar tentang kasih Allah
dalam kehangatan kasih persekutuan jemaat. Mereka belajar
banyak kebenaran Firman Tuhan dari contoh kehidupan rasul-
31
rasul. Mereka belajar kebenaran Firman Tuhan tentang doa
secara pengalaman melalui doa-doa mereka yang telah
terjawab dalam kehidupan jemaat. Pemimpin jemaat harus orang
yang dipenuhi oleh Roh Kudus dan harus orang yang sungguh-
sungguh dipanggil oleh Allah dan setia akan panggilan itu.

Yesus menghendaki semua orang percaya, semua gereja


Tuhan terlibat dalam penginjilan. Hal ini terlihat ketika Yesus
memanggil para murid pertama kali. Hal ini juga nampak melalui
surat Petrus bahwa orang percaya (gereja Tuhan) dipanggil dari
kegelapan kepada terang Kristus untuk Memberitakan perbuatan-
perbuatan besar Allah kepada dunia ini. Itu berarti bahwa
Gereja merupakan sebuah badan di bawah pimpinan Kristus

31
I Ketut Enoh, Prinsip-prinsip Pertumbuhan Gereja Dalam Kisah Para Rasul
(Ujung Pandang: Tesis Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 1991), hal 63

48
untuk membagikan Injil ke seluruh dunia. Secara pribadi kita
adalah gereja yang memberitakan dan bersaksi tentang Yesus
Kristus. Keterlibatan kaum awam atau jemaat dalam penginjilan
menjadi faktor untuk pertumbuhan gereja dapat berjalan dengan
benar. 32

Penginjilan ini dilakukan secara langsung tanpa ada


pengutusan secara resmi dari seseorang ataupun dari suatu lembaga
tertentu. Penginjilan seperti ini dilakukan oleh rasul-rasul maupun
oleh jemaat secara pribadi dalam gereja lokal. Tugas dalam
pelayanan gereja tanpa terkecuali terpanggil untuk bersaksi dan
memberitakan pertobatan dan jalan keselamatan sebagaimana
Paulus giat untuk meberitakan Injil kebenaran. Dalam Kisah Para
Rasul 17:23 dijelaskan, Dengan tidak memandang lagi zaman
kebodohan maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia
bahwa dimana-mana mereka harus semua bertobat. John Stott
mengatakan, “Semua orang Kristen terpanggil sama seperti
Yesus Kristus, supaya memberi kesaksian tentang kebenaran,
untuk inilah demikian ditambahkan-Nya, Ia lahir dan untuk
inilah Ia datang ke dalam dunia, kebenaran maha tinggi yang

32
D. James Kennedy, Ledakan Penginjilan (Jakarta: E.E. Internasional III dan IFTK
Jaffray Jakarta, n.d), hal 8

49
menjadi pokok kesaksian kita ialah Yesus Kristus sendiri sebab
Dialah kebenaran itu”. 33

bahwa jemaat Kristen pertama melakukan ibadah pada setiap hari


Minggu sore, dan bahwa ibadah mereka berpusat pada Perjamuan
Tuhan. Tetapi pada suatu saat, mereka mulai melakukan ibadah
dua kali pada hari Minggu seperti yang diungkapkan oleh Yustinus
Martir - sekali pada waktu subuh dan sekali pada waktu sore hari.
Jam-jam kebaktian dipilih demi kerahasiaan dan disesuaikan
dengan orang-orang yang bekerja, yang tidak bisa mengikuti
kebaktian pada siang hari

33
John Stott, Isu-isu Global Menentang Kepemimpinan Kristen (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1994), hal 97

50
BAB III

REFLEKSI TEOLOGIS

Alkitab memang tidak memberikan defenisi tunggal


terhadap arti dan bentuk ibadah. Tapi ia memberi beberapa
informasi yang membantu kita bergumul tentang ibadah. Karena
itu dibawah ini akan diberikan rankuman defenisi ibadah yang
tentunya cukup terbatas untuk melukiskan kedalaman makna
ibadah. Tapi setidaknya defenisi ini akan merangsang kemauan
kita berefleksi tentang ibadah. Kita akan merefleksikan tentang
ibadah di jemaat mula-mula dimana dari kehidupan jemaat mula-
mula yang awalnya hanya 3000 jiwa dapat berkembang begitu
banyak, dan dilihat dari ciri-ciri mereka, dapat dikatakan bahwa
merekas bertekun dalam doa kemudian menguti ajaran Yesus
Kristus yang disampaikan melalui para Rasul. ecara sederhana,

51
dapat dikatakan bahwa ibadah merupakan penyataan kasih /
pelayanan kasih Allah kepada dunia - termasuk manusia - dan
respons jawaban manusia atas pelayanan kasih Allah. Ibadah
adalah cara orang percaya menghidupi, mengalami dan merayakan
karya keselamatan. Apa yang telah Allah lakukan dalam sejarah
diperbaharui dan dihadirkan kembali untuk dialami jemaat dalam
situasi hidup mereka yang konkret sekarang ini. Ibadah
menekankan proses pembaharuan iman yang harus berefek pada
kehidupan real. Dalam kesadaran inilah hendaknya ibadah
digumuli ulang.34

Fungsi liturgi, musik, paduan suara menjadi sarana dimana


jemaat merasakan karya kasih Allah dalam kehidupan mereka
sekarang ini, sekaligus liturgi dan unsur-unsur ibadah menjadi
arena bagi jemaat untuk mengekspresikan ungkapan syukurnya
kepada Allah melalui elemen-elemen yang ada dalam situasi
konkretnya. Musik dan paduan suara merupakan anugerah dari
Tuhan dimana Ia dapat membuat setiap umatnya untuk
menggunakan setiap talenta yang dimiliki pribadi-pribadi tiap
orang menjadi suatu hal yang berguna baik itu bagi dirinya, bagi

34
Alceste Atella in “Hand Book for Liturgical Studies”, edited by Chupungco,
(1998), hal4-5.

52
orang lain maupun bagi Tuhan. Jemaat mula-mula dapat
bertumbuh oleh karena usaha dari para rasul yang dengan bantuan
dari roh kudus dapat menuntun para jemaat agar mengikuti sesuai
aturan, meskipun jika kita melihat pada konteks jemaat mula-mula
masih ada jemat-jemaat yang masih dihalangi oleh ajaran-ajaran
sesat, namun berkat pertolongan Tuhan, para rasul mampu
membuat jemaat dapat mengantisipasi ajaran-ajaran yang sesat itu.
Dan simbol-simbol liturgi yang dimaknai oleh jemaat.

53
BAB IV

KESIMPULAN

Yang menjadi kesimpulan kita pada saat ini ialah melalui


latar belakang jemaat mula-mula dapat kita lihat bahwa ada banyak
halangan dan tantangan saat jemaat mula-mula berdiri, kemudian
anncaman-ancaman kepada mereka melalui situasi politik, akan
tetapi oleh karena itulah jemaat mula-mula dapat bertumbuh,
tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam pertumbuhan jemaat, dalam
segi peribadatan mulai dari liturgi, musik pemberitaan firman, itu
berkembang. Jemaat Kristen pertama merupakan jemaat mula-
mula yang dulu hanya berjumlah 3000 jiwa di jaman para rasul,
sudah bertambah-tambah jiwanya sampai sekarang ini jumlahnya
sangat banyak anggota jemaat Kristen. Kemudian simbol-simbol
liturgi yang ada pada saat jemaat mula-mula seperti Roti dan Air

54
anggur, Altar, Cawan sekarang sudah bertambah. Ibadah-ibadah
yang dilakukan oleh jemaat mula-mula merupakan ibadah Kristen/
ibadah yang dilakukan hanya untuk memuliakan Tuhan, sebab
kehidupan jemaat mula-mula bergantung pada ajaran para rasul
mengenai hal-hal yang diajarkan Yesus kepada mereka.
Peribadatan yang mereka lakukan sebanyak 2 kali dan bukan
hanya pada hari minggu sore.

KEPUSTAKAAN

Alkitab

Sejarah Gereja. Dr. H. Berkhof. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta:BPK Gunung


Mulia

WIKIPEDIA

Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian LamaJudul Bagian:


PendahuluanPengarang: William Dyrness, Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1979

Harris, Stephen L. Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield.


1985

F.D. Wellem. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah


Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.1993

55
Dr. Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1 (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998),

James Kennedy, Ledakan Penginjilan (Jakarta: E.E. Internasional


III dan IFTK Jaffray Jakarta, n.d),

Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 2. Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 2000.

Dr. J.L.Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia yang Dipakai Gereja-


gereja di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)

56

Anda mungkin juga menyukai