Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KONSENTRASI KATALIS DAN RASIO MOLAR UMPAN

TERHADAP METANOL PADA PEMBUATAN BIODIESEL DARI CPO


MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN

Leri Priadinanta1, Syarfi2, Jecky Asmura3


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Email : enginerst@rocketmail.com

ABSTRACT

Biodiesel is an alkyl esters of long chain fatty acids derived from fatty material
such as animal fat. A research synthesis of biodiesel from waste CPO(Crude Palm
Oil) into biodiesel with a KOH catalyst. In this research review of physical
properties (density, viscosity and acid number), analyzing the chemical content of
biodiesel, the influence of the molar ratio of methanol to CPO(Crude Palm Oil)
the percentage of conversion and optimal transesterification catalyst in the
transesterification reaction in biodiesel synthesis. 300 grams of CPO(Crude Palm
Oil), versus 1:14 methanol to oil molar, catalyst 1% of the weight of oil input into
the biodiesel reactor and then the process of biodiesel synthesis performed on the
operating conditions of 60 ° C temperature for 150 minutes. The results showed
that the optimum conversion catalyst with 1% methanol 1:14 molar ratio that is
equal to 85,45%. Physical test results obtained by the density of 888 kg/m3, 5,94
cSt viscosity, acid number 0.707 mg-koh/gr sample. Results obtained have
characteristics approaching the characteristics of biodiesel Indonesian National
Standard (SNI).
Kata kunci : CPO(Crude Palm oil), Biodiesel, transesterification, Conversion

1. PENDAHULUAN Sejumlah negara di dunia termasuk


Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berusaha untuk mencari
akan diikuti dengan peningkatan sumber energi alternatif. Salah satu
kebutuhan energi. Ketersediaan sumber energi alternatif yang
energi khususnya energi dari bahan dikembangkan adalah biodiesel.
bakar fosil semakin menipis. Pengelolaan energi nasional 2005-
Cadangan energi fosil Indonesia 2025 menyebutkan bahwa pemerintah
sudah sangat terbatas, cadangan telah menetapkan pemakaian
minyak hanya cukup untuk 18 tahun, biodiesel sebanyak 2% konsumsi
gas untuk 60 tahun dan batu bara solar pada tahun 2010, 3% pada 2015,
untuk 150 tahun [Prihandana dkk, dan 5% pada 2025. Selain itu,
2007]. Ketergantungan pada bahan pemerintah juga menetapkan
bakar fosil sebagai sumber energi, kebutuhan biodiesel mencapai
diperkirakan sulit untuk 720.000 kiloliter pada tahun 2010 dan
dipertahankan ketersediaannya. akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta
kiloliter pada 2015 dan 4,7 juta Bahan dan Alat yang digunakan
kiloliter pada 2025 [Perpres No. 5 dalam penelitian ini meliputi :
Tahun 2006]. Menurut data, konsumsi a. Bahan
biodiesel indonesia mengalami Penelitian ini menggunakan CPO
peningkatan dari 217 kiloliter (kL) sebagai bahan baku pembuatan
pada tahun 2006 menjadi 4.394 biodiesel. CPO diperoleh dari pabrik
kiloliter (kL) pada tahun 2010 dan CPO PTPN V. Bahan-bahan lainnya
diperkirakan akan terus mengalami yang digunakan KOH sebagai katalis,
peningkatan [Ditjen EBTKE, 2011] NaOH 0.5 N sebagai bahan pencucian
Saat ini banyak biodiesel membran, NaOH sebagai titran
diproduksi menggunakan reaktor sampel, asam oksalat untuk
konvensional dan proses ini masih standarisasi NaOH.
memiliki beberapa kelemahan yaitu
kesulitan dalam pemisahan
trigliserida yang tidak bereaksi, b. Alat
sehingga perlu dilakukan Penyediaan alat utama yaitu
pengembangan produksi biodiesel rangkaian membran reaktor dan alat
salah satunya teknologi reaktor pendukung seperti gelas ukur,
membran. Reaktor membran adalah termometer, corong pisah,
sistem reaktor yang erlenmeyer, statif, hot plate,
mengkombinasikan reaksi kimia dan piknometer, pipet tetes, viskometer
pemisahan dengan membran. dan neraca digital. Reaktor membran
Beberapa keuntungan pembuatan yang digunakan adalah membran
biodiesel dengan reaktor membran, polypropilen jenis ultrafiltrasi dengan
yaitu kemudahan memisahkan produk spesifikasi temperatur maksimum 70
utama dengan reaktan yang tidak ºC dan tekanan maksimum 2,5 bar.
bereakasi dan dapat menghalangi Minyak (CPO) direaksikan di reaktor
pengotor sehingga menghasilkan membran, Berikut tahapan proses
produk dengan tingkat kemurnian kerjanya, sebagai contoh untuk
yang tinggi [Dube, 2007]. perbandingan mol minyak dan
metanol 1:10 dan tekanan
2. METODE PENELITIAN transmembran 1 bar :
Bahan dan Alat yang digunakan 1.Persiapkan minyak dan metanol
dalam penelitian ini meliputi : dengan perbandingan rasio mol
a. Bahan adalah 1:10 dan kalalis KOH 0,5%,
1% dan 1,5% berat minyak.
Penelitian ini menggunakan CPO
sebagai bahan baku pembuatan 2. Masukkan minyak kedalam bejana
biodiesel. CPO diperoleh dari pabrik umpan dan dipanaskan hingga suhu
CPO PTPN V. Bahan-bahan lainnya 60ºC, sambil memanaskan minyak
yang digunakan KOH sebagai katalis, campurkan katalis dengan metanol
NaOH 0.5 N sebagai bahan pencucian dalam gelas erlenmeyer sambil
membran, NaOH sebagai titran diaduk.
sampel, asam oksalat untuk 3.Setelah minyak pada kondisi suhu
standarisasi NaOH. yang diinginkan, masukan campuran
metanol-katalis kedalam bejana 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
umpan. 3.1 Pengaruh Perbandingan Molar
4.Setelah semua bahan dimasukan Hasil penelitian ini,
kedalam bejana umpan selanjutnya menunjukkan adanya pengaruh
hidupkan pompa, namun sebelum itu pemberian alkohol berlebih pada
pastikan keadaan V-1, V-2 dan V-4 proses pembuatan biodiesel dari CPO
dalam keadan tertutup dan V-3 dan menggunakan membran reaktor.
V-5 dalam keadaan terbuka. Grafik pengaruh perbandingan molar
minyak terhadap metanol tersebut
5.Setelah pompa dihidupkan, biarkan
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
aliran bersirkulasi melewati V-3
selama 10 menit hingga campuranya
Dari Gambar 3.1 ditunjukkan
homogen dan kodisi suhunya 60ºC.
bahwa reaksi mencapai yield tertinggi
6.Selanjutnya umpan siap dialirkan pada perbandingan molar 1:14 dengan
kedalam membran dengan cara konsentrasi katalis KOH 1 % berat
mebuka V-1 secara perlahan lahan minyak dan waktu reaksi selama 2,5
hingga bukaan 100%. Setelah itu jam. yield yang dihasilkannya yaitu
dilakukan pengaturan tekanan dengan 85,45 % . Pada perbandingan molar
cara mengatur bukan V-3 dan V-5. 1:10 didapatkan yield maksimum
7.Setelah dibukanya V-1 dan sebesar 82,38 % dengan konsentrasi
dialirkannya umpan melewati katalis KOH 1 % berat minyak. Hal
membran, maka produk yang keluar ini dapat menunjukkan semakin besar
pada aliran permeat disirkulasi perbandingan rasio molar minyak
kedalam bejana umpan selama 90 terhadap metanol dapat meningkatkan
menit. perolehan yield, namun terjadi
8.Setelah 90 menit, produk keluran penurunan pada perbandingan molar
permeat ditampung di bejana produk 1:18 dimana terjadi penurunan yang
selama 60 menit. signifikan terhadap perolehan yield
9.Setelah 2,5 jam proses, pompa biodiesel pada konsentrasi katalis 1,5
dimatikan dan crude biodiesel yang % yaitu 69,72 %. Hal ini diduga
diperoleh dilakukan proses pencucian karena pengaruh jumlah metanol yang
serta pemisahan. berlebih terlarut dalam gliserol yang
terbentuk, akibatnya metanol yang
10.Untuk menjaga efektifitas
bereaksi dengan trigliserida semakin
membran, maka dilakukan proses
berkurang. Selain itu keberadaan
pencucian menggunakan larutan KOH
gliserol yang tinggi dalam biodiesel
0.5 N dengan sistem counter current,
dapat menyebabkan reaksi berbalik
dimana V-1, V-3 dan V-5 dalam
arah sehingga mengurangi yield
keadaan tertutup sedangkan V-2 dan
biodiesel dan penyebab lainnya yaitu
V-4 dalam keadaan terbuka,
jenis metanol yang digunakan dalam
pencucian dilakukan selama 1 jam
penelitian ini yaitu metanol teknis
atau sampai kondisi air cucian tetap
yang kemurniannya hanya 95 % yang
bersih.
mungkin mengandung air, sehingga
11.Untuk varibel berubah berikutnya, didalam reaksi transesterifikasi air
dilakukan proses yang sama dengan dan minyak terhidrolisis
prosedur diatas. menyebabkan terbentuknya sabun.
studi yang dilakukan Cao dkk [2007] 69,72 %, hal ini menyimpulkan
menunjukkan membran reaktor bahwa perbandingan molar minyak
beroperasi efektif pada rasio molar terhadap metanol tidak sesuai bila
minyak dan alkohol adalah 1:16, pada diatas rasio 1:16 dan lebih sesuai
penelitian ini dilakukan perbandingan dengan perbandingan rasio yang lebih
rasio molar 1:10, 1:14 dan 1:18, kecil dari efektifnya perbandingan
namun pada rasio molar 1:18 dengan rasio molar yang ada yaitu 1:14,
konsentrasi katalis 1,5 % berat dimana terdapatnya perolehan yield
minyak menghasilkan penurunan biodiesel maksimum yaitu 85,45 %.
perolehan yield yang signifikan yaitu

90
85.45
85 82.38
83.07 79.80
yield (%)

80 80.81
79.24 78.62
75
75.57

70 69.72

65
6 10 14 18 22
Rasio molar

0.5 % berat minyak 1 % berat minyak 1.5 % berat minyak

Gambar 3.1 Grafik Pengaruh Perbandingan Molar pada Pembuatan biodiesel

3.2 Pengaruh Konsentrasi katalis dengan pernyataan [Dube dkk, 2007]


pada pembuatan biodiesel bahwa Semakin tinggi konsentrasi
katalis maka konversi reaksi akan
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat semakin tinggi, karena hampir
bahwa perolehan yield tertinggi di seluruh minyak pada umpan awal
dapatkan pada konsentrasi katalis 1 % reaktor telah terkonversi menjadi
berat minyak dengan perbandingan metil ester [Trembley dkk, 2008].
molar 1:14 dan lama waktu reaksi Peningkatan konsentrasi katalis juga
yaitu 2,5 jam. Hasil perolehan yield dapat mengurangi waktu tinggal
mencapai 85,45 %. Pada konsentrasi reaksi tanpa akumulasi minyak pada
katalis 0,5 % perolehan yield reaktor [Trembley dkk, 2008].
maksimumnya yaitu 79,24 % dengan namun pada penelitian ini dengan
perbandingan rasio molar yang sama konsentrasi katalis 1,5 % pada rasio
yaitu 1:14, hasil penelitian ini sesuai molar 1:18 terjadinya penurunan yield
yang signifikan yaitu 69,72 % dengan digunakan maka akan semakin
peningkatan konsentrasi katalis. Hal banyak pula sabun yang dihasilkan
ini diduga karena bila semakin yang dapat menyebabkan yield
banyak jumlah katalis yang biodiesel menurun.

90
85.45
85 83.07
82.38
yield (%)

80 79.24
80.81
78.62 79.80
75
75.57
69.72
70

65
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi katalis (%)

Rasio 1:10 Rasio 1:14 Rasio 1:18

Gambar 3.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi katalis pada pembuatan biodiesel

3.3 Hasil Uji Karakteristik Produk 3.3.1 Sifat fisika biodiesel


Karakterisasi biodiesel didapat Perbandingan hasil
dengan cara menguji sifat fisika dan karakteristik sifat fisika biodiesel
sifat kimia biodiesel yang diperoleh. pada penelitian ini dan dari Standar
Karakterisasi sifat fisika biodiesel Nasional Indonesia dapat dilihat pada
meliputi pengujian densitas,
Tabel 3.1
viskositas, angka keasaman.
Sedangkan karakterisasi sifat kimia Tabel 3.1 Perbandingan karakteristik
biodiesel yang dilakukan dengan sifat fisika biodiesel
pengujian GC-MS.

No Parameter Unit SNI -04-7128- Hasil Penelitian


2006
1 Densitas (40oC) Kg/m3 850 - 890 888
2 Viskositas (40oC) Mm2/s 2,3 – 6,0 5,29
(cSt)
3 Bilangan asam (NA) Mg- Max. 0,8 0,77
4 Specific gravity KOH/g
(40°C) - - 0,895
5 Titik Nyala °C Min 110 145
Sumber : Hasil Uji Lab.Kimia fisika FT – UR, 2013
Pada Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa yang menjadi standar mutu biodiesel
nilai densitas, viskositas, angka secara umum.
keasaman ,titik nyala dan yield (%)
biodiesel yang merupakan parameter

Analisis kimia biodiesel biodiesel dengan konsentrasi katalis


dilakukan dengan menggunakan GC - 1% pada rasio molar 1:14 dan sampel
MS (Kromatografi Gas - Spektrokopi biodiesel dengan konsentrasi katalis
Massa). Analisis GC - MS 1% pada rasio molar 1:18.
menghasilkan kromatogram yang Kromatogram biodiesel dari sampel
menyatakan jumlah persentasi biodiesel dengan konsentrasi katalis
komponen kimia yang terkandung di 1% pada rasio molar 1:14 disajikan
dalam biodiesel. Sampel yang diuji pada Gambar 3.3 dan kromatogram
sebanyak 3 sampel, yaitu sampel biodiesel dengan konsentrasi katalis
biodiesel dengan konsentrasi katalis 1% pada rasio molar 1:18 pada
0,5 % padaa rasio molar 1:10, sampel gambar 3.4.

Gambar 3.3 Kromatogram Biodiesel dengan konsentrasi katalis 1% pada


perbandingan molar 1:14

Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa oleat 13,86 %, metil ester laurat


dari kromatogram biodiesel dengan 13,27%, metil ester
konsentrasi katalis 1% pada rasio myristat 11,55%, metil ester
molar 1:14 dapat dilihat 6 puncak hexadecanoat 10,71% dan metil ester
tertinggi hasil analisis GC-MS ricinoleic 5,21%.
biodiesel dengan kandungan metil
ester adalah metil ester palmitat
dengan luas area 15,41%, metil ester
Gambar 3.4 Kromatogram biodiesel dengan konsentrasi katalis 1% pada
perbandingan molar 1:18

Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa dengan konsentrasi katalis 1 % yaitu


dari kromatogram menunjukkan 85,45%.
bahwa persentase produk metil ester
yang dihasilkan adalah 58,18% dan 2.Hasil karakteristik fisika biodiesel
dapat dilihat 4 puncak tertinggi hasil pada konsentrasi katalis 1% dengan
analisis GC-MS biodiesel dengan perbandingan molar 1:14 memiliki
kandungan metil ester adalah metil densitas 888 kg/m3, viskositas 5,29
ester palmitat dengan luas area cSt, Angka asam 0,77 mg-KOH/gr
17,27%, metil ester oleat 16,49 %, sampel.
metil ester laurat 7,26% dan metil
3.Biodiesel dapat langsung digunakan
ester myristat 17,16%.
pada mesin diesel karena sifat fisika
Hasil analisa GC-MS biodiesel maupun kimia sudah memenuhi
dengan konsentrasi katalis 1% pada karakteristik biodiesel atau Standar
rasio molar 1:14 memperlihatkan Nasional Indonesia (SNI).
jumlah metil ester yang terkonversi
lebih banyak dibandingkan biodiesel 5. SARAN
dengan konsentrasi 1% pada rasio Diperlukan penelitian lanjutan
molar 1:18. tentang pemurnian biodiesel
menggunakan Reaktor membran
4. KESIMPULAN supaya konversi yang didapatkan
lebih tinggi.
1.Variasi rasio molar dan konsentrasi
katalis mempengaruhi yield biodiesel .
yang dihasilkan, yield yang diperoleh 6. UCAPAN TERIMAKASIH
pada perbandingan molar metanol Penulis mengucapakan
1:10, 1:14, dan 1:18 dengan terimakasih kepada Bapak Ir,
konsentrasi katalis 1 % berturut-turut Syarfi.,MT dan Bapak Jecky
adalah 82,38%, 85,45%, dan 79,80%. Asmura.,ST,MT yang telah
Sedangkan yield yang optimum membimbing dan memberikan ilmu-
diperoleh pada perbandingan 1:14 ilmu yang bermanfaat kepada penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. DAFTAR PUSTAKA
Alicieo, T.V.R., Mendes, E.S., supercritical methanol,
Pereira, N.C, dan Lima, Energy Convers. Manage.,43,
O.C.M., 2002, Membrane hal.2349–2356.
ultrafiltration of crude Demirbas, A., 1998, Fuel properties
soybean oil. United States and calculation of higher
Patent 20080092435. heating values of vegetable
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, oils, Fuel, 77, hal. 1117–20.
2006, Standar Nasional Direktorat Jenderal Energi Baru
Indonesia (SNI) Nomor 04- terbarukan dan Konservasi
7182:2006 tentang Biodiesel, Energi, 2011, Handbook of
Badan Standarisasi Nasional, Energi & Economic Statistics
Jakarta. Of Indonesia, Edisi 8, Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, Dube, M.A., Tremblay, A.Y., dan
2006, Standar Nasional Liu, L., 2006, A Novel
Indonesia (SNI) Nomor 01- Membrane Reactor for
2901:2006 tentang minyak Continous Production of
kelapa sawit mentah, Badan Biodiesel, Departement of
Standarisasi Nasional, Jakarta. Chemical Engineering,
Cao, P., Dube, M.A., dan Tremblay, University of Ottawa, Canada.
A.Y., 2008, Methanol Dube, M.A., Tremblay, A.Y., dan
Recycling in The Production Liu J., 2007, Biodiesel
of Biodiesel in a Membrane production using a membrane
Reactor, Fuel, 87, hal 825- reactor, Bioresource
833. Technology, 98, hal. 639–647.
Cao, P., Dube, M. A., dan Tremblay, Fesseden, R.J., dan Fesseden J.S.,
A.Y., 2007, Effect of 1986, Kimia Organik, Jilid ke
Membrane of Pore Size on 2, edisi ke 3, Terjemahan
The Performance of a A.H., Pudjatmaka, Erlangga,
Membrane Reactor for Jakarta.
Biodiesel Production, Ind. Hayyan, A., Alam, M.Z., Kabbashi,
Eng. Chem. Res., 46, hal. 52. N,A., Mirghani, M,E,S.,
Cheng, L.H., Cheng, Y.F., Yen, S.Y., Hakimi, N,I,N,M., Siran,
dan Chen, J., 2009, Y,M., dan Tahiruddin, S.,
Ultrafiltration of triglyceride 2011, Reduction of High
from biodiesel using the phase content of free fatty acid in
diagram of oil–FAME– sludge palm oil via acid
MeOH, Journal of Membrane catalyst for biodiel production,
Science, 330, hal.156-165. Fuel Processing Technol., 92,
Demirbas, A., 2008, Progress and 920-924.
recent trends in biodiesel He H., Guo X., dan Zhu S., 2006,
fuels. Energy conversion and Comparison of membrane
management. 50, 14-34. extraction with traditional
Demirbas, A., 2002, Biodiesel from extraction methods for
vegetable oils via biodiesel production, J. Am.
transesterification in
Oil Chem. Soc., 83, hal.457– Institute of Chemistry of the
60. University of Graz, Germany.
Hambali, E., Mudjalipah, S., Mulder, M., 1996, Basic Principles
Armansyah, Pattiwiri, A., of Membrane Technology,
Waries, dan Handroko, R., 2nd ed., 549 pp. Kluwer
2007, Teknologi Bioenergi , Academic, Dordrecht, The
Angromedia, Jakarta. Netherlands.
Helwani, Z., Othman, M.R., Aziz, Musanif, J., 2010, Biodiesel, Subdit
N., Fernando, W.J.N., dan Pengelolaan Lingkungan,
Kim, L., 2009, Tecnologies Direktorat Pengolahan hasil
for production of biodiesel pertanian, Ditjen Pengolahan
focusing on green catalytic dan Pemasaran Hasil
techniques: A reviev, Fuel Pertanian.
Processing Technology, 90, Nazaruddin, Syarfi, dan Zahrina, I.,
1502-1514. 2010, Pengaruh Tekanan
Kurniasih, E., 2008, Pemanfaatan Trans-membran Pada
Asam Lemak Sawit Distilat Pembuatan Biodiesel dari
Sebagai Bahan Baku CPO Parit Dengan Reaktor
Dietanolamida Menggunakan Membrane. Seminar Nasional
Lipase (Rhizomucor meihei), Sains dan Teknologi III.
Tesis, Universitas Lampung.
Sumatera Utara. Nuramin, M., Hendroko, R., dan
Leung, D.Y.C., dan Guo, Y., 2006, Prihandana, R., 2006,
Transesterification of neat Mengahasilkan Biodiesel
and used frying oil: Murah: mengatasi polusi dan
optimization for biodiesel kelangkaan BBM, PT
production, Fuel Process Agromedia pustaka: semarang.
Technol., 87, hal. 883-890. Othman, R, Mohammad, A.W.,
Leung, D.Y.C., Wu, X., dan Weung, Ismail, M., dan Salimon, J.,
M.K.H., 2010, A review on 2010, Application of polymeric
biodiesel production using solvent resistant nanofiltration
catalyzed transesterification, membranes for biodiesel
Applied Energy, 87, hal. production, Journal of
1083-1095 Membrane Science, 348, hal.
Miscolia D.A., 2000, Depelovment 287–297.
of a Membrane Resistance Prihandana, R., Noerwijari, K.,
Based Modeling Framework Gamawati,P.,Setyoningsih, D.,
for Comparison of Setiadi, S., Hendroko, R.2007..
Ultrafiltration Processes, Bioetanol Ubi Kayu Bahan
Departement of Civil and Bakar Masa Depan.
Enviromental Engineering, PT.Agromedia.Jakarta
Disertation, West Vergina.
Mittelbach, M., dan Remschmidt, C., .
2004, Biodiesel : The
Comrehensive Handbook,
Satterfield, C.N., 1991, 2010, Preparation and
Heterogenous Catalysis in characterization of PSSA/PVA
Industrial Practice, 2th catalytic membrane for
edition., pp.471-523, biodiesel production, Fuel,
McGrawhill Book Inc., New doi:10.1016/j.fuel.2010.02.00
York 1.
Saracco, G., Neomagus H.W.J.P.,
Versteeg G.F., dan van Swaaij
W.P.M., 1999, High
temperature membrane
reactors: potential and
problems, Chem. Eng. Sci., 54,
hal.1997–2017.
Scott, K. 1995. Handbook of
Industrial Membrane. 1st
edition. Elsevier Advanced
Tecnology.
Tremblay, A.Y., Dube, M,A., dan
Cao, P., 2010. Biodiesel
UsingUltra low Catalys
Concentation in a Membrane
Reaktor. United States Patent
20100307051A1.
Turner, L.T., 2005, Modeling and
Simulation of Reaction
Kinetics for Biodiesel
Production, North Carolina
State University .
Wenten, I.D., dan Nasution, H.M.,
2010, Review Proses produksi
Biodiesel Menggunakan
Membran Reaktor. Seminar
Rekayasa Kima dan Proses
2010. Bandung.
Zhang, Y., Dube, M.A., McLean,
D.D., dan Kates, M., 2003,
Biodiesel Production From
waste cooking oil , 2.
Economic assement and
sensitivity analysis, Biosour.
Technol., 90, 229-240

Zhu, M., He B., Shi, W., Feng, Y.,


Ding, J., Li J., dan Zeng, F.,

Anda mungkin juga menyukai