Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW

“Ilmu Sosial Budaya Dasar”

Disusun oleh:
Andreas Pratama P. Hutabarat (5181151012)

Larson Carstein Raja Aritonang (5181151003)

Muhammad Mustofa (5181151010)

Yohannes Ferdiwansyah Sinaga (5181151014)

Dosen Pengampu : Drs. Onggal Sihite, M.Si

Kelas : PTIK B 2018 Reguler

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar

PROGRAM STUDI

PEND. TEKNOLOGI INFORMATIKA KOMPUTER

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Onggal Sihite, M.Si., selaku dosen pengampu
mata kuliah ilmu sosial budaya dasar yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
tugas critical book review.

Referensi buku yang penulis gunakan adalah “Ilmu Sosial Budaya Dasar” dan
“Sosiologi Komunikasi”. Pembahasan kedua buku tersebut akan dibagi ke dalam sub topik
tertentu, sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memahami maksud atau informasi
yang terkandung dalam laporan critical book review ini.

Penulisan laporan critical book review ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan laporan berikutnya.

Medan, 15 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
2. Tujuan Penulisan Laporan ................................................................................................. 1
3. Manfaat Penulisan Laporan................................................................................................ 1
4. Identitas Buku .................................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.......................................................................................... 3

1. Ringkasan Buku Utama...................................................................................................... 3


2. Ringkasan Buku Pembanding.......................................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................... 18

1. Perbandingan Isi Buku..................................................................................................... 18


2. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama.......................................................................... 19
3. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding................................................................ 20

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 21

1. Kesimpulan...................................................................................................................... 21
2. Saran................................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Critical Book Review (CBR) secara singkat dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap
suatu buku atau artikel yang akan direview. CBR bukan hanya merupakan laporan atau
tulisan tentang isi suatu buku atau artikel, tetapi lebih kepada evaluasi, seperti mengulas atau
mereview, menginterpretasi serta menganalisis dan bukan merupakan pembuktian benar atau
salah suatu artikel atau buku. CBR bukan sekedar laporan atau tulisan tentang isi sebuah
buku atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan
analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau artikel tersebut, apa yang menarik
dari artikel tersebut, bagaimana isi artikel tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir pembaca
dan menambah pemahaman pembaca terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain,
melalui CBR pembaca (reviewer) menguji pikiran pengarang/penulis berdasarkan sudut
pandang pembaca berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2. Tujuan Penulisan Laporan

Dalam mengkritisi buku yang berjudul “Ilmu Sosial Budaya Dasar”, ada beberapa
tujuan yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut.

2.1. Memenuhi salah satu tugas Critical Book Review mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar.
2.2. Untuk mengetahui ilmu sosial budaya dasar.
2.3. Mengembangkan kemampuan dalam mencermati kelebihan dan kekurangan suatu
karangan terkhususnya sebuah buku.
2.4. Meningkatkan pengetahuan dalam penulisan buku yang benar dan yang salah melalui
buku yang dikritisi.
2.5. Melakukan pengoreksian terhadap suatu karya.
2.6. Membandingkan buku dengan buku yang lain.
3. Manfaat Penulisan Laporan

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam mengkritisi buku yang berjudul
“Ilmu Sosial Budaya Dasar”:

3.1. Mampu menjelaskan tentang ilmu sosial budaya dasar.


3.2. Memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana penulisan buku yang baik melalui
buku yang dikritik.
3.3. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis kelemahan dan kelebihan sebuah buku.
3.4. Pelajar lebih kreatif dalam mencari informasi tentang buku yang dikritisi.
3.5. Mendorong penulis untuk meningkatkan kualitas karyanya.
3.6. Sebagai bahan perbaikan bagi penulis melalui karya yang telah dikritisi oleh orang lain.
4. Identitas Buku
a. Identitas Buku Utama
1) Judul : Ilmu Sosial Budaya Dasar
2) Edisi :2
3) Pengarang : M. Chairul Basrun Umanailo
4) ISBN : 978-602-335-212-8
5) Penerbit : Fam Publishing
6) Kota Terbit : Namlea
7) Tahun Terbit : 2016
8) Jumlah Halaman : 260 halaman
b. Identitas Buku Pembanding
1) Judul : Sosiologi Komunikasi
2) Edisi :1
3) Pengarang : M. Burhan Bungin
4) ISBN : 979-3925-38-8
5) Penerbit : Kencana Prenada Media Grup
6) Kota Terbit : Jakarta
7) Tahun Terbit : 2006
8) Jumlah Halaman : 374 halaman
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU


1. Ringkasan Buku Utama: “Ilmu Sosial Budaya Dasar”
1.1. Bab 1: Pemahaman Dasar tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar

Ilmu sosial budaya dasar merupakan ilmu pengetahuan yang memberikan dasar-dasar
dari nilai sosial dan konsep-konsep budaya kepada mahasiswa sehingga mampu mengkaji
masalah sosial, kemanusian, dan budaya. Pendekatan ilmu sosial budaya dasar juga akan
memperluas pandangan bahwa masalah sosial, kemanusian, dan budaya dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang sehingga mampu memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

1.2. Bab 2: Manusia Sebagai Mahkluk Berbudaya, Beretika, dan Berestetika

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya dan beretika tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Manusia juga akan mulai berpikir
tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang untuk lebih memudahkan
kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam kaitannya untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai hasrat yang tinggi apabila dibandingkan
dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk selalu menambah hasil usahanya guna
mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan perekonomian dalam lingkungan
kerja sama yang teratur. Hasrat disertai rasa keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan
mengatur kedudukannya dalam alam sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam
yang beraneka ragam bentuknya dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat
manusia yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu
pengetahuan.

1.3. Bab 3: Hakikat Manusia Sebagai Individu dan Mahkluk Sosial

Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi atau kedudukan individu di dalam
struktur sosial kelompok atau masyarakat. Individu yang status sosialnya berbeda akan
memiliki hak-hak, tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang berbeda pula. Dalam
hubungannya dengan tindakan dan interaksi sosial, ternyata dijumpai cara-cara bertindak dan
berinteraksi sosial yang berbeda di antara orang-orang yang kedudukan sosialnya berbeda.

Dalam pelaksanaan peran-peran sosialnya, seseorang dapat mengalami apa yang


disebut sebagai konflik status dan konflik peran. Konflik status adalah pertentangan di antara
status-status yang disandang oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial berlangsung yang
disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan di antara status-status tersebut. Hal ini dapat
terjadi karena dalam kenyataannya seseorang akan sekaligus menyandang berbagai macam
status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung, terdapat status aktif, yaitu status yang
berfungsi ketika sebuah interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten, yakni status yang
tidak berfungsi ketika sebuah interaksi sosial berlangsung.

1.4. Bab 4: Konsep-konsep Hubungan Antara Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia memandang dan menyikapi apa yang terdapat dalam alam semesta
bersumber dari beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi
berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tatanilai masyarakat atau lainnya.
Luasnya pandangan manusia tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Cara
pandang yang bersumber pada kebudayaan yang memiliki akan terbatas pada bidang-bidang
tertentu dalam kebudayaan itu, begitu juga dengan cara pandang yang berasal dari agama dan
kepercayaan akan mencakup bidang-bidang yang menjadi bagian konsep kepercayaan agama
tersebut. Ada yang hanya terbatas pada kekinian, dunia fisik, dan yang menjangkau dunia
metafisika atau alam diluar kehidupan dunia.

1.5. Bab 5: Dinamika Peradaban Global

Globalisai sebagai fenomena abad sekarang memberi implikasi yang luas bagi semua
bangsa dan masyarakat internasional. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik
adalah akan semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara
berkembang yang ditandai dengan menguatnya ide kebebasan dan demokrasi. Pengaruh
globalisai terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai peradaban lain.

1.6. Bab 6: Hubungan Antar Manusia

Interaksi sosial dapat diberi pengertian sebagai hubungan timbal-balik yang dinamis
dan saling mempengaruhi yang terjadi di antara individu atau kelompok individu dalam
masyarakat. Proses komunikasi dinyatakan berlangsung apabila telah terjadi pemahaman
yang sama atas simbol-simbol yang digunakan, baik oleh komunikator maupun komunikan.
Kontak dan komunikasi dapat berlangsung secara primer maupun sekunder. Yang dimaksud
kontak atau komunikasi primer adalah kontak atau komunikasi yang terjadi secara langsung
berhadap-hadapan atau tatap muka (face to face). Misalnya: dua orang atau lebih yang saling
bertemu dan berbicara dalam sebuah ruang pertemuan. Sedangkan kontak atau komunikasi
sekunder adalah kontak atau komunikasi yang terjadi dengan bantuan alat-alat komunikasi
seperti surat, telepon, email, percakapan di internet, dan seterusnya (sekunder langsung),
maupun yang melalui bantuan pihak ketiga (sekunder tidak langsung).

1.7. Bab 7: Keragaman dalam Dinamika Sosial Budaya

Seperti yang kita tahu, di Indonesia, terdapat berbagai macam kebudayaan yang
berasal dari hampir seluruh sukubangsa. Hal ini mungkinkah terwujud sebagai masyarakat
multikultural? Syarat terwujudnya masyarakat multikultural adalah apabila warganya dapat
hidup berdampingan, toleransi dan saling menghargai. Nilai-nilai tersebut harus dijadikan
pedoman untuk bertindak, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun tindakan
individual. Di antara prinsip mendasar dari demokrasi yang patut dikembangkan di Indonesia
adalah kesetaraan derajat individu, kebebasan, toleransi terhadap perbedaan, konflik dan
konsensus, hukum yang adil dan beradab serta perikemanusiaan.

Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan


lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh
kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia
adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia
walau beraneka ragam namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan
besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.

Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di
Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama
Hindu dan Buddha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya


persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan kebudayaan umum
lokal, dan dengan kebudayaan nasional. Diantara hubungan-hubungan ini yang paling kritis
adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum lokal di satu pihak dan
kebudayaan nasional di pihak lain. Pemaksaan untuk merubah tata nilai atau upaya
penyeragaman budaya seringkali dapat memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah,
atau yang lebih parah bila upaya mempertahankan tersebut, justru disertai dengan semakin
menguatnya etnosentrime.

1.8. Bab 8: Stratifikasi dan Diferensiasi dalam Kehidupan Sosial

Munculnya stratifikasi sosial dalam masyarakat menimbulkan dampak kentara yang


dapat ditemui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kamanto Sunarto,
dampak yang ditimbulkan akibat ketidaksamaan dalam sistem sosial, yaitu terjadinya
perbedaan gaya hidup yang disebabkan karena adanya simbol status yang menandakan status
seseorang dalam masyarakat.

Dalam pandangan Peter Berger, orang senantiasa memperlihatkan kepada orang lain
bahwa apa yang telah diraihnya dengan memakai berbagai simbol dapat menyimpulkan
bahwa simbol status berfungsi untuk memberitahu status yang diduduki seseorang. Simbol
status ini terwujud dalam cara menyapa, berbahasa, gaya bicara maupun komunikasi
nonverbal seperti gerak tubuh, gaya pakaian, dan penggunaan aksesoris.

Selain itu, kesemua perbedaan pada diferensiasi dan stratifikasi sosial menjadikan
struktur masyarakat menjadi majemuk. Suatu masyarakat yang majemuk umumnya memiliki
kebudayaan yang bermacam-macam. Hal ini dapat menimbulkan konflik-konflik sosial atau
setidaknya oleh kurangnya integrasi dan saling ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan
sosial yang menjadi bagian-bagiannya. Namun tidak selamanya masyarakat majemuk
mempunyai dampak negatif. Struktur masyarakat yang majemuk tentunya memiliki khazanah
budaya yang kaya.

Selanjutnya, kondisi ini menyebabkan masyarakat seolah-olah terkotak-kotak. Situasi


ini mendorong munculnya sikap primordialisme. Istilah primordialisme menggambarkan
adanya ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa sejak
awal kelahirannya, misalnya kesukubangsaan, kedaerahan, ras, dan lain-lain. Dari sikap
primordialisme memunculkan sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme merupakan sikap
yang memandang budaya orang lain dari kacamata budaya sendiri akibatnya dapat
memunculkan sebuah konflik sosial.

Dampak sistem stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat memiliki


kesenjangan sosial. Hal ini dikarenakan dalam sistem stratifikasi memuat lapisanlapisan
sosial masyarakat yang berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan. Karenanya di dalam
masyarakat terdapat penggolongan secara vertikal, yaitu kelompok masyarakat yang lebih
tinggi atau lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok lain. Perbedaan ini sering
kali memunculkan sikap penindasan terhadap kelompok lainnya.

1.9. Bab 9: Fungsi Nilai, Moral, Keadilan, Ketertiban dan Kesejahteraan Masyarakat

Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu
aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu bentuk peraturan tersebut
adalah tentang moral. Dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah
ajaran baik-buruk yang diterima masyarakat dalam perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti dan susila. Norma dan nilai-nilai merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam moral
dan dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan baik buruknya tindakan atau perbuatan
sebagai manusia. Norma dapat diartikan sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan
yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang
dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

Selain norma, nilai termasuk didalam unsur-unsur moral. Nilai merupakan suatu
harga, isi atau makna dari perbuatan yang memiliki tujuan. Nilai berada di dalam moral agar
seseorang dapat berbuat baik dengan tujuan yang memiliki nilai. Moral, norma, dan nilai-
nilai dapat berjalan apabila didalamnya terdapat atribut yaitu sifat atau tindakan untuk
melakukan hal tersebut sehingga menghasilkan perilaku-perilaku yang benar dalam
kehidupan. Bertolak dari semuanya itu, moral telah mencakup berbagai aspek kehidupan baik
dalam budaya, agama, politik, pendidikan dan ekonomi.

1.10. Bab 10: Sains Teknologi dan Dampak Pemanfaatan Teknologi di Indonesia

Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi
setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola
hubungan dan pola interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas manusia sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh kehadiran teknologi. Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai dengan
semakin canggihnya alat-alat di bidang infor-masi dan komunikasi, satelit, bioteknologi,
pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan rekayasa genetika. Muculnya masyarakat digi-
tal dalam berbagai bidang kehidupan merupa-kan bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat
dan negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk dapat menguasai teknologi tinggi (high
tech) sebagai simbol kemajuan, keku-asaan, kekayaan dan prestise. Dalam masya-rakat
Postmodern berlaku hukum “barang siapa yang menguasai teknologi maka ia akan menguasai
dunia”.
Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi berlangsung sangat cepat sehingga
kadangkala manusia tidak sempat untuk ber-adaptasi dengan kemajuan tersebut. Akibatnya
terjadi anomi dalam masyarakat karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang jelas.
Masyarakat yang tidak mampu menguasai teknologi akan mengalami cultural lag dan akan
terancam eksistensinya.

Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di mana di satu sisi kemajuan
teknologi memberikan banyak manfaat positif bagi manusia untuk mempermudah manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan teknologi
menimbulkan efek negatif yang kompleks melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri
terutama terkait pola hidup manusia dalam dimensi sosial budaya. Teknologi mengancam
kematian melalui berbagai penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global.

1.11. Bab 11: Hakikat dan Makna Lingkungan Bagi Kesejahteraan

Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. masyarakat
Perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada kualitas
lingkungan dimana ia tinggal. Kerusakan lingkungan telah menjadi ancaman yang sangat
serius di semua belahan bumi dan telah dirasakan dengan adanya perubahan iklim dan efek-
efek yang ditimbulkannya. Di Indonesia, lingkungan yang mengalami kerusakan yang parah
dapat dilihat pada penggundulan hutan, polusi udara, maupun pencemaran sungai.

Bahwa kajian lingkungan adalah interdisipliner, Dickens (1996: 29-34) berpendapat


tentang pentingnya pembagian kerja para intelektual untuk mengatasi problema kerusakan
lingkungan tersebut. Tiga ranah ilmu pengetahuan biologis, fisik dan sosial memiliki
keterkaitan dan problema lingkungan harus menjadi kajian di tiga ranah ilmu pengetahuan
ini.

Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan.
Tingkat kepuasan merujuk pada individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan
mengacu pada komunitas atau masyarakat luas. Tingkat kesejahteraan meliputi pangan,
pendidikan, kesehatan, kadang juga dikaitkan dengan kesempatan kerja, perlindungan hari
tua, keterbebasan dari kemiskinan dan sebagainya.

Kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks karena multidimensi,


mempunyai keterkaitan antar dimensi dan ada dimensi yang direpresentasikan. Perumusan
tentang batasan antara substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan ditentukan oleh
perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang
tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep pembangunan kesejahteraan


sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga yang ditujukan untuk
meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia. Sebagai sebuah proses untuk
meningkatkan kondisi sejahtera, istilah “kesejahteraan” sejatinya tidak perlu pakai kata
“sosial” lagi, karena sudah jelas menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk dalam
wilayah pembangunan sosial. Sektor “pendidikan” dan “kesehatan” juga termasuk dalam
wilayah pembangunan sosial dan tidak memakai embel-embel “sosial” atau “manusia”.

1.12. Bab 12: Manusia dalam Mengkonstruksi Realitas Sosial Budaya

Kebudayaan dipandang sebagai sistem pola perilaku yang disalurkan secara sosial
guna menghubungkan masyarakat dengan lingkungan ekologisnya. Menurut pendapat
Marvin Harris, kebudayaan adalah pola perilaku yang berhubungan dengan kelompok, adat
kebiasaan atau cara hidup suatu bangsa. Sedangkan menurut Meggers, kebudayaan adalah
proses penyesuaian manusia dengan lingkungan melalui dengan dibimbing oleh ketentuan
seleksi alamiah sebagaimana dalam mengatur adaptasi biologis, yang selalu berubah menuju
equilibrium.

Apabila terjadi gangguan pada equilibrium oleh berbagai perubah perubahan seperti
perubahan lingkungan yang bersifat fisik, demografis, teknologi atau sistem lainnya, maka
kebudayaan terpengaruh mengikurti perubahan. Misalnya teknologi, ekonomi dan unsur-
unsur organisasi sosial lain yang langsung terikat dengan perubahan tersebut, disinilah
kebudayaan bersifat adaptif.

Banyak norma yang di gali dan telah dijadikan aturan atau pola perilaku yang
bersumber dari sumber ajaran agama bahkan telah dijadikan acuan budaya di Indonesia, yang
sekarang ternyata sedikit demi sedikit semakin pudar seperti norma berpakaian, korupsi,
kolosi dan nepotisme, dengan kesulitan menegakan norma agama, hukum, dan moral, sebagai
pranata sosial.

Tentang pranata sosial, Ritzer mengemukakan pendapat Marcel Mauce dan P.


Fanconnet, bahwa pranata sosial mencakup cara-cara bertingkah laku dan bersikap yang tidak
terbentuk dan yang telah diketemukan oleh individu di dalam pergaulan hidupnya dimana ia
menjadi bagian dari padanya, sehingga, caracara bertingkah laku dan bersikap yang
ditemukannya itu memaksa untuk mempertahankannya.
Pudarnya pola perilaku yang bersumber dari kitab suci talah mengeleminasi budaya
yang berlandaskan kemausiaan, kebenaran, dan keadilan, yang didasari oleh nilai ke-
Tuhanan, mengandung arti pudarnya nialai-nilai Pancasila. ini adalah fakta sosial, yang
terjadi pada kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai
keluarga, pemerintah. Peter Blau, membagi dua tipe dasar dari fakta sosial yaitu : (1) Nilai-
nilai umum (common values); dan (2) Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam
sub kultur.

1.13. Bab 13: Konteks dan Subtansif Budaya Lokal

Orang-orang suku dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu orang-orang asli
(Geba Bupolo) yang tinggal di pegunungan dan orang-orang pendatang (Geba Maleli) yang
tinggal di pesisir pantai. Oleh karena sudah banyak terjadi kontak dengan orang-orang luar
sejak zaman penjajahan Portugis, Belanda, Jepang, dan dengan suku-suku luar maka
kehidupan sosial budaya orang-orang Buru sudah sangat beragam. Dan tidak bisa dipungkiri
juga bahwa adat istiadat dan budaya lokal orang-orang Buru sedikit mengalami pergeseran.
Hal ini sebagian besar terlihat pada Geba Maleli di pesisir.

Namun satu hal yang patut diacungi jempol adalah orang-orang Buru sangat
memegang teguh hubungan persaudaraan dan kekerabatan (kai wait) walaupun sudah keluar
merantau. Karena menurut kepercayaan orangorang Buru bahwa leluhur mereka satu yang
rohnya berdiam di Bumilalen (danau Rana dan gunung Date). Hal ini juga yang menjadi
fondasi, pengingat, dan perekat bagi mereka dalam menjalani seluruh kehidupan sosial,
budaya dalam berbagai ranah.

2. Ringkasan Buku Pembanding: “Sosiologi Komunikasi”


2.1. Bab 1: Filsafat Sosiologi Komunikasi

Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran
Karl Marx, gagasan awal tentang karl marx tidak pernah terlepas dari pemikiran-pemikiran
Hegel. Menurut Ritzer, pemikiran hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-
pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme.
Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia, dan idealisme adalah sebuah proses
yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental
tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi.

Habermas bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies makhluk,
aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua
komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja dan interaksi sosial. Di antara kerja dan interaksi
sosial, Mark hanya membahas kerja saja engan mengabaikan interaksi sosial. Jadi, pendapat
Habermas, “Ia hanya mengambil perbedaan antra kerja dan interaksi sosial sebagai titik
awalnya”.

Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai
the first philosopher of communication itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatiknya,
suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik. Jadi, gagasan-
gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide harus tersampaikan dan
memberi kontribusi pada tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku
di lapangan.

2.2. Bab 2: Ruang Lingkup dan Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi

Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan, dengan struktur dan fungsi yang sangat
sempurna, disamping sebagai mahluk individual, mahluk sosial dan mahluk spiritual.
Manusia adalah mahluk sosial maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di
dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun sosial budaya. Sosiologi
berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai
kebutuhan manusia diawali dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu
dengan lainnya. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri.

Beberapa konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah


konsep tentang sosiologi, community, komunikasi, telematika, merupakan konsep penting
yang kemudian melahirkan studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan sekaligus
juga sebagai ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.

Komunikasi di dalam masyarakat terbagi atas lima jenis: Komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi sosial adalah salah satu bentuk
komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antara
komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalaui kegiatan inilah
aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas, dan komunikasi massa.

Ranah sosiologi komunikasi adalah kajian utama dan terpenting dari kajian sosiologi
dan kajian komunikasi itu sendiri, yaitu individu, kelompok, masyarakat, dunia, dan segala
interaksinya. Studi-studi sosiologi komunikasi selain bersifat interdisipliner dan terbuka
terhadap sumbangan disiplin ilmu lain, setiap bigdang ilmu dalam rumpun ilmu sosial
memiliki objek kajian formal yang sama yaitu manusia. Manusia adalah objek yang tidak
pernah habis dibahas dari berbagai aspek dan sudut pandang. Objek formal manusia yang
dimaksud adalah dalam kontek individu, kelompok, masyarakat dunia serta aspek sosiologis
yang mengitarinya. Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek
aktivitas manusia sebagai mahluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis.

2.3. Bab 3: Struktur dan Proses Sosial

Aguste Comte berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki dua sistem kehidupan
yang berbeda sebagaimana yang dipelajari oleh sosiologi, walapun memiliki sisi yang
berbeda, keduanya menjadi sistem yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara
umum. Sosial statis meliputi struktur sosial masyarakat berupa kelompok dan lembaga sosial,
lapisan serta kekuasan, sedangkan sosial dynamic adalah fungsi masyarakat yang terlibat
dalam proses sosial, perubahan sosial, atau bentuk abstrak interaksi sosial.

Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-
kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil yang harus secara gayub. Ada
empat kelompok sosial yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok
tersebut. Kelompok formal sekunder, kelompok formal primer, kelompok informal sekunder,
kelompok informal primer.

Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemikiripan dengan proses sosial. Proses sosial
yang dimaksud adalah dimana individu, kelompok, dan masyarakat bertemu, berinteraksi,
dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek
kebudayaan, bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya
adalah aktivitas sosial syarat terjadi interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi.

2.4. Bab 4: Proses Komunikasi dalam Masyarakat

Masyarakat memiliki struktur dan lapisan yang bermacam-macam, ragam struktur dan
lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Sedangkan
substansi bentuk atau wujud komunikasi ditentukan oleh pihak yang terlibat dalam
komunikasi, cara yang di tempuh, kepentingan atau tujuan komunikasi, ruang lingkup yang
melakukannya, saluran yang digunakan, isi pesan yang disampaikan. Proses komunikasi
adalah sebuah proses media massa, namun secara akademik, kedua hal itu dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya karena memiliki konsep dan substansi permasalahan yang berbeda-
beda.
Komunikasi massa adalah salah satu aktifitas sosial yang berfungsi dimasyarakat,
fungsi aktivias sosial memiliki dua aspek yaitu fungsi nyata yang dingginkan dan fungsi tidak
nyatayang tidak diinginkan, selain itu aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan fungsi sosial
lain baha manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna. Begitu pula
dengan fungsi komunikasi media massa sebagai aktivitas sosial masyarakat mempunyai
beberapa fungsi yaitu fungsi pengawasan,fungsi sosial learning, fungsi penyampaian
informasi,fungsi transformasi budaya, dan hiburan.

Pendekatan sistem cenderung menganggap atau melihat semua aspek sosiokulural


dari segi proses, khususnya jaringan informasi dan komunikasi. Sehubungan dengan itu,
maka komunikasi massa lebih banyak menjelaskan masalah-masalah proses komunikasi,
sedangkan media massa lebih banyak menjelaskan teknis teknologi dan aspek-aspek yang
dihasilkan dari teknologi itu sendiri.

2.5. Bab 5: Perubahan Sosial dan Budaya Massa

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan
masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-
pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau
mengunakan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat meninggalkan


unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih mengunakan unsur-unsur
budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba
mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada ingkat individual, kelompok, masyarakat,
negara, dan duniayang mengalami perubahan. Hal-hal penting dalam perubahan sosial
menyangkut aspek yaitu perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat,
perubahan budaya materi. Konsep massa kemudian mengandung pengertian secara
keseluruhan masyarakat massa.

Budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Pemikiran tentang budaya populer
dapat dikelompokan pada empat aliran yaitu budaya dibangun berdasarkan kesenangan
namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanajang hari,
kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional kebudayaan menjadi menjadi
masalah besar dalam pandangan ekonomi Marx, kapitalis dan kebudayaan populer
merupakan budaya yang menetes dari atas.
2.6. Bab 6: Perkembangan Teknologi Media dan Komunikasi Massa

Riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia adalah sama dengan sejarah


kehidupan manusia itu sendiri, ada empat titik penentu utama dalam sejarah komunikasi
manusia, yaitu : ditemukan bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia, berkembangnya
seni tulisan dan kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa, berkembangnya
kemampuan reproduksi kata-kata ulis dengan mengunakan alat pencetak, dan lahirnya
komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, hingga televisi.

Perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi didalam lingkungan


sosioteknologi, hubungan komunikasi dimasyarakat, dikenal empat era komunkasi, yaitu era
tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, era media komunikasi interaktif.
Masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media berkembang dimulai dari media
tulis dan cetak, media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi pertanda permulaan
peradaban sebuah bangsa.

Media transmisi bukanlah sekedar tentang penyimpanan serta penyebaran, tetapi


informasi yang ditransmisikan seketika sebelm beritanya ketinggalan. Transmisi media dibagi
mejadi tiga kategori: komunikasi, penyiaran, jaringan.

Platform teknologi komunikasi masa depan juga membutuhkan komputer notebook


multemedia yang berfungsi sebagai terminal media, platform teknologi komunikasi juga
membutuhkan jaringan nirkabel multimedia genggam. Teknologi ini sudah dapat digunakan
dalam bentuk PDA atau asisten digital pribadi, dapat menerima keenam media komunikasi
antarpribadi dan media penyimpanan, dengan pada kita tidak lagi membutuhkan komputer,
telepon, mesin fax, mailbox suara dan e-mail untuk komunikasi, karena pada telah
menyediakan semuanya.

Sesuatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat itu selalu berhubungan
dengan difusi inovasi, dimana perubahan dipacu oleh penyebaran suatu pengetahuan yang
baru, ada empat unsur hal yang selalu ada dalam difusi inovasi, yaitu inovasi, saluran
komunikasi, waktu, dan sistem sosial. Keempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang
simultan, dimana masing-masing sistem itu berhubungan satu denagn yang lainnya selama
proses difusi inovasi itu berlangsung.

2.7. Bab 7: Masyarakat Cyber

Teknologi telah mengubah bentuk masyarakat manusia, masyarakat global adalah


sebuah kehidupan yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya
bersama, menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, dan
lain-lain. Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat
dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi
masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia
kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya. Bahwa
syarat-syarat interkasi sosial dalam masyarakat nyata harus memiliki sossial contact dan
adanya komunikasi.

Masyarakat maya adalah revolusi terhadap sebuah perubahan masyarakat nyata.


Perubahan sosial dalam dalam cyber community memiliki dampak-dampak budaya yang
sangat luas dan tajam, karena selain sifat perubahannya yang mengglobal, perubahan sosial
ini berlangsung dengan sangat cepat, sehingga banyak menyebabkan efek ganda terhadap
perubahan perilaku pada masyarakat maya dan nyata serta menyebabkan gesekan-gesekan
sosial yang tajam di dalam kedua belahan masyarakat tersebut.

Kehidupan cyber community selain merupakan peta analog kehidupan masa depan
masyarakat nyata, namun juga merupakan imitasi kehidupan nyata itu sendiri, sehingga
dimungkinkan berbagai cybercrime dalam cyber community merupakan imitasi terhadap
kejahatan yang selama ini kita temukan dimasyarakat. Salah satu karakter umum cybercrime
yang dapat dilakukan dari mana saja dan dimana saja dalam cyber community, tanpa harus
berada dalam satu Negara atau senegara dengan tempat dimana server itu berada. Ruang
maya dapat menafikan semua itu denagn sebanyak mungkin menawarkan sifat utamanya,
yaitu efisiensi ruang dan waktu.

2.8. Bab 8: Realitas Media dan Konstruksi Sosial Media Massa

Pada umumnya teori dalam paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan


bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Dalam arti, tindakan manusia
tidak sepenuhnaya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai dan sebagainya, yang kesemuanya
itu tercakup dalam fakta sosial yaitu tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata
sosial. Paradigma definisi sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran
manusia tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolos. Dalam proses
sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di
dalam dunia sosialnya.

Realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial di sekelilingnya, bahwa realitas dunia sosial itu “ada” dalam diri sendiri
dan hukum yang menguasainya. Generalisasi yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia
dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang
memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosil serta memberi makna pada berbagai
bidang kehidupannya.

Nilai perubahan sosila memiliki kaitan dengan kapitalisme terutama yang


menekankan gaya hidup modern serta menempatkan nilai materi sebagai puncak nilai
tertinggi. Nilai-nilai perubahan sosial juga memiliki kesamaan dengan nilai yang dijunjung
tinggi oleh kapitalisme, terutama karena keduanya mengagumkan materi dan secera
beriringan mengkonstruksi jalan pemikiran serta nilai-nilai yang membimbing reduktur dan
pada desk media massa dalam mengemas pemberitan-pemberitaan mereka.

2.9. Bab 9: Paradigma Keilmuan dan Teori Komunikasi

Perkembangan terakhir dunia komunikasi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh tiga
paradigma besar. Pertama, paradigm teori konvensional, yaitu paradigm teori yang dianut
oleh para ilmuwan komunikasi yang secara keilmuannya mengembangkan teorinya secara
linier. Kedua, paradigm kritis dan perspektif komunikasi, yaitu paradigm komunikasi yang
dianut oleh pada sarjana yang awalnya belum mempelajari teori komunikasi, kemudian
secara serius mempelajari komunikasi secara kritis dan menurut perspektif komunikasi yang
dilihatnya. Ketiga, paradigma teknologi media. Paradigm ini lahir dari para peminat teknologi
telematika, terutama oleh para sarjana teknologi informasi. Jadi, arah pengembangan teori
banyak dipengaruhi oleh paradigm teknologi informasi.

Dari berbagai pandangan yang dikemukakan para ahli secara umum, ilmu komunikasi
mempunyai tiga karakteristik yaitu: pertama, ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial yang
bersifat multidispliner dan bidang kajiannya sangat luas. Kedua, ilmu komunikasi tidak hanya
merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat murni-teoritis-akademis, tetapi juga merupakan
ilmu pengetahuan terapan yang diperlukan berbagai kalangan praktisi. Ketiga, teknologi
khususnya teknologi komunikasi yang diperlukan dalam proses produksi sistem tanda dan
lambing merupakan salah satu objek kajian utama.

Ada dua pendekatan dalam keilmuan komunikasi yang selama ini digunakan.
Pertama, pendekatan non-ilmiah umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu dan mencari
kebenaran, melalui secara kebetulan, trial dan error, melalui otorisasi seseorang, dan wahyu.
Kedua, pendekatan ilmiah yang biasa sisebut pendekatan kritik-rasional, ada dua macam
proses yang dapat digunakan untuk menemukan kebenaran. Proses yang pertama berpikir
kritis-rasional dan cara yang kedua penelitian ilmiah.

Littlejohn mengatakan, berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek


pengamatan, secara umum teori komunikasi dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama
disebut kelompok teori-teori umum dan kedua teori-teori kontekstual. Ada empat jenis teori-
teori umum yaitu teori fungsional dan struktural, teori behavioral dan kognitif, teori
konvensional dan interaksional serta teori kritis dan interpreatif. Semntara itu teori-teori
kontekstual terdiri dari teori antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan
komunikasi massa dijelaskan mendetail dalam buku ini.

Dalam four theories of the press membagi empat katogeri pers di dunia dalam empat
kategori, yaitu: pertama, teori otoriter yaitu pers bisa dimiliki baik secara public atau
perorangan, tetapi tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan
pemerintah.kedua, Teori liberal yaitu pers harus mendukung menemukan kebenaran dan
mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan
mencari keuntungan, dan siapapun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan
media. Ketiga, teori tanggung jawab sosial bertujuan untuk member informasi, menghibur,
mencari untung, juga bertujuan untuk membawa konflik kedalam arena diskusi, media
dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik professional,dan dalam
hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah
saluran frekuensi yang tersedia. Keempat, teori komunis Soviet tujuan utama media dalah
membantu keberhasilan dan kelangsungan sistem Soviet. Media dalam sistem Soviet dimiliki
dan dikontrol oleh negara dan hanya sebagai kepanjangan tangan negara.

2.10. Bab 10: Penelitian Komunikasi

Penelitian adalah proses ilmiah yang selalu ada dalam kehidupan intelektual manusia
berdasarkan sifat ingin tau yang ada dalam hidup ilmuwan. Cara yang digunakan, pertama,
dengan menggunakan akal sehat mengacu kelaziman-kelaziman dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah yang berdasarkan pada kaidah-
kaidah tertentu dan cara berfikir yang sistematis yang melingkupi keseluruhan proses
penelitian.

Penentuan rancangan penelitian adalah bagaimana penelitian merancangkan model


penelitian yang akan dilaksanakan mulai dari rancangan problematik, teoritik, metodologik
sampai dengan rancangan analisis dan hasil penelitian. Penentuan problem teori yang akan
digunakan adalah bagaimana penelitian mentukan teori apa yang akan digunakan dan
menjadi acuan dalam penelitian ini, sehingga peneliti memiliki kejelasan tentang upaya
maaping theory mulai dari grand theory, middle theory sampai application theory. Penentuan
problem aplikasi di lapangan, yaitu bagaimana peneliti menetukan teknik pelaksanaan
penelitian mulai dari uji coba instrument penelitian, applikasi metode, dan pengumpulan data
di lapangan sampai dengan analisis data.

Fokus penelitian komunikasi kajian mikro komunikasi berkisar pada kajian-kajian


yang berhubungan antara komponen komunikator, pesan, media komunikasi, komunikan, dan
efek. Komponen makro, yaitu berhubungan dengan kajian-kajian komunikasi dalam
perspektif yang lebih luas serta bersentuhan dengan bidang-bidang lain yang memungkinkan
kajian komunikasi diperbesar dan membuka diri terhadap bidang-bidang sosial lainnya serta
memungkinkan lahirnya kajian-kajian baru dalam studi-studi komunikasi dalam rangka
“membesarkan” disiplin ilmu komunikasi.

Penilitan komunikasi yang paling popular dan paling sering digunakan adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam komunikasi menekankan
pada bagaimana sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten
komunikasi yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan
dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Sedangkan paradigm kuantitatif dalam
komunikasi menekankan pendekatannya pada bentuk-bentuk kejadian variabel komunikasi,
dimana komunikasi dipandang sebagai variabel yang dapat dihitung frekuensinya dan dicari
hubungan-hubungan serta pengaruh di sekitar kejadian variabel itu.

2.11. Bab 11: Efek Media Massa

Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluaran informasi, pendidikan
dan hiburan. Efek media massa tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun dapat pula
mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat
mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.

Denis McQuail menjelaskan bahwa efek media massa memiliki typology yang mana
terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek media merupakan efek yang
direncanakan, kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat
diperkirakan, ketiga, efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat,
instan, dank eras mempengaruhi seseorang atau masyarakat, keempat, efek media massa
berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi,
control sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan
budaya.

Efek media massa yang dapat direncanakan dan terjadi dalam waktu yang cepat yaitu
seperti propaganda, respons individu, kampanye media, news learning, pembingkaian berita,
dan agenda setting. Efek media yang terencana ini juga dapat dilakukan dalam waktu yang
lama, dengan efek media yang lama pula terjadi dimasyarakat, dalam waktu yang lama media
dapat menyebarkan difusi inovasi kepada seluruh lapisan masyarakat, efek merusak yang
paling mudah terjadi adalah pada tatanan fisik dan perilaku individual yang berdampak pada
perilaku kelompok dan masyarakat. Efek merusak pada tatanan sikap dan norma-norma lain
disekitar sikap sepeti merusak sistem sosial sampai dengan merusak sistem budaya serta
lingkungan yang lebih luas. Efek media massa pada tahap ini kadang bersifat dahsyat, namun
akan mudah dilupakan orang seirama dengan berkurangnya pemberitaan tersebut dimedia
massa.

2.12. Bab 12: Masalah-masalah Sosial dan Media Massa

Media massa adalah institusi yang berfungsi memberi, informasi, edukasi, dan
hiburan, maka media massa akan datang tidak lagi menjadi institusi edukasi dalam pengertian
sesungguhnya akan tetapi lebih banyak menjadi institusi pemberi informasi yang tidak
edukatif dan penyaji hiburan yang tidak edukatif pula. Media massa saat ini menamakan diri
sebagai agen perubahan dan juga agen perusak dan pemicu maslah soaial di masyarakatnya.
Tayangan mistik di media massa khususnya di televisi menjadi mindstream, kebiasan
menonton tayangan mistik ini menjadi budaya masyarakat masyarakat dan sebuah
petualangan batin seseorang, efek buruk yang ditimbulkan akan berdampak pada kerusakan
kognitif masyarakat, terutama anak-anak, bahaya terbesar dari tayangan mistik dan tahayul
adalah pada kerusakan sikap dan perilaku.

Kekuatan konstruksi soaial media massa itu terletak pada kekuatan media itu sendiri ,
saat ini karya-karya seni kreatif seperti iklan menjadi konsumsi masyarkat dalam berbagai
media massa, posisi perempuan ini menjadi sanagat potensial untuk dikomersilkan dan di
eksploitasi, karena posisi perempuan menjadi sumber inspirasi dan juga tambang uang yang
tidak habis-habisnya.

Media masa benar-benar ingin menunjukan kepada masyarakat konsumennya bahwa


ia adalah replikasi dari masyarkatnya yang bertujuan menonjolkan kengerian dan keseraman
agar membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca karena semakin menyeramkan semakin
banyak ditonton dan dibaca.

Media massa jelas-jelas menyebarkan kekerasan, pornomedia, pembunuhan karakter


seseorang, yang acapkali menayangkan atau meberitakan informasi-informasiyang tak
bermutu, sampah, dan tak bermanfaat bagi masyarakat, maka berbagai kreativitas, seni,
budaya dan ilmu pengetahuan yang sengaja menjerumuskan manusia kepada sifat-sifat
kehewanan, menjadi buruk bagi masyarakatnya. Media massa telah teralienasi pada
pilihannya sendiri menjadi media kapitalis, sehingga mau ataupun tidak, media harus menjadi
unit produk kapitalis, yang hanya mencari keuntungan dari melipatgandakan modal yang ada,
tanpa harus melihat persoalan axiology itu sendiri.

2.13. Bab 13: Masa Depan Sosiologi

Studi-studi sosiologi komunikasi terbatas pada hubungan antar masyarakat dan media,
namun spectrum studi komunikasi begitu luas menyangkut hubungan-hubungan antara orang,
kelompok, dan antar masyarakat, bahkan hubungan anatara orang-kelompok-masyarakat dan
pranata-pranata sosial serta budaya yang menjadi pijakan maupun yang ada di sekitarnya.
Kajian-kajian berbagai aspek tentang perkembangan teknologi telematika menjadi sangat
urgen terutama yang berhubungan dengan perkembangan media baru, karena tidak saja
menyangkut basis-basis ekonomi yang perlu disiapkan, akan tetapi yang terpenting adalah
bagaimana kosnstruksi soaial media massa member kontribusi terhadap kehidupan manusia
secara keseluruhan. Di sinalah peran sosiologi komunikasi member kontribusi kepada studi-
studi lain.

Perkembangan teknologi media massa akhir-akhir ini, serta perubahan sosial yang
terjadi begitu cepat, maka bidang soskom ini ikut pula berkembang sangat pesat di berbagai
setting unit kehidupan masyarakat, sehingga tidak heran nanti soskom akan diajarkan di
berbagai bidang studi di berbagai bidang ilmu, bahkan akan menjadi disiplin ilmu yang
berkembang secara independen terlepas dari bidang sosiologi maupun bidang komunikasi itu
sendiri. Maka di waktu-waktu yang akan datang, kajian soskom memiliki massa depan yng
sangat luas dan memiliki bidang-bidang kajian yang sangat luas pula seirama dengan
perkembangan masyarakat dan teknologi media itu sendiri.
BAB III

PEMBAHASAN
1. Perbandingan Isi Buku

Ilmu Sosial Budaya Dasar Sosiologi Komunikasi


1. Pada buku utama, terdapat 12 bab: (1) 1. Sedangkan pada buku utama, terdapat 13
pemahaman dasar tentang ilmu sosial bab: (1) filsafat sosiologi komunikasi, (2)
budaya dasar; (2) manusia sebagai mahkluk ruang lingkup dan konseptualisasi sosiologi
berbudaya, beretika, dan berestetika; (3) komunikasi, (3) struktur dan proses sosial,
hakikat manusia sebagai individu dan (4) proses komunikasi dalam masyarakat,
mahkluk sosial; (4) konsep-konsep (5) perubahan sosial dan budaya massa, (6)
hubungan antara manusia dan pandangan perkembangan teknologi media dan
hidup, (5) dinamika peradaban global, (6) komunikasi massa, (7) masyarakat cyber,
hubungan antar manusia, (7) keragaman (8) realitas media dan konstruksi sosial
dalam dinamika sosial budaya; (8) media massa, (9) paradigma keilmuan dan
startifikasi dan difrensiasi dalam kehidupan teori komunikasi, (10) penelitian
sosial; (9) fungsi nilai, moral, keadilan, komunikasi, (11) efek media massa, (12)
ketertiban dan kesejahteraan masyarakat; masalah-masalah sosial dan media massa;
(10) sains teknologi dan dampak (13) masa depan sosiologi.
pemanfaatan teknologi di Indonesia; (11)
hakikat dan makna lingkungan bagi
kesejahteraan; (12) manusia dalam
mengkonstruksi realitas sosial budaya.
2. Buku utama ini lebih berfokus pada 2. Sedangkan buku pembanding lebih
materi yang menjelaskan tentang esensi dari berfokus pada materi yang menjelaskan
manusia sebagai makhluk sosial. tentang media komunikasi.
3. Pada buku utama terdapat contoh studi 3. Sedangkan pada buku pembanding
kasus mengenai kebudayaan, manusia; nilai, terdapat contoh studi kasus di setiap bab
norma, dan hukum; IPTEK, etika dan penjelasan studi kasusnya juga rinci
lingkungan, dsb. sehingga pembaca dapat memahami jenis-
jenis media massa dan contoh permasalahan
sosial.
2. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama
Kelebihan Kelemahan
1. Pada buku utama terdapat contoh studi 1. Pada buku ini, tidak terdapat bagan, tabel,
kasus mengenai kebudayaan, manusia; nilai, atau gambar pendukung sehingga membuat
norma, dan hukum; IPTEK, etika isi buku menjadi monoton.
lingkungan, dsb.
2. Buku utama ini lebih berfokus pada 2. Masih terdapat kesalahan penulisan kata
materi yang menjelaskan tentang esensi dari sehingga dapat membuat pembaca kesulitan
manusia sebagai makhluk sosial. memahami isi buku tersebut.
3. Pada buku utama ini terdapat rangkuman
setiap bab sehingga dapat mempermudah
pembaca memahami isi buku.

3. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding

Kelebihan Kelemahan
1. Buku pembanding lebih berfokus pada 1. Pada buku ini, tidak terdapat bagan, tabel,
materi yang menjelaskan tentang media atau gambar pendukung sehingga membuat
komunikasi. isi buku menjadi monoton.
2. Pada buku pembanding terdapat contoh 2. Juga masih terdapat kesalahan penulisan
studi kasus di setiap bab dan penjelasan kata sehingga dapat membuat pembaca
studi kasusnya juga rinci sehingga pembaca kesulitan memahami isi buku tersebut.
dapat memahami jenis-jenis media massa
dan contoh permasalahan sosial.
3. Struktur penulisan materi sangat baik dan
tidak ditemukannya redudansi sehingga
pembaca dapat memahami isi buku dengan
mudah.
BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan

Dari pembahasan dan perbandingan kedua isi buku tersebut dapat disimpulkan bahwa
kedua buku yang penulis gunakan sebagai referensi merupakan buku yang baik digunakan
sebagai pedoman bagi pembaca untuk belajar tentang ilmu sosial budaya dasar. Kedua buku
ini memiliki kelebihan masing-masing yakni kelengkapan materi, kelengkapan lampiran
pendukung, dsb. Adapun kelemahan dari masing-masing buku disebabkan oleh kurangnya
referensi pengarang dalam pembuatan kedua buku tersebut. Oleh karena itu, penulis
menyarankan kepada para pengarang kedua buku tersebut untuk menambah referensi buku
dan jurnal serta memperhatikan struktur penulisan materi agar mencegah adanya redudansi
materi yang dapat menyebabkan pembaca kesulitan untuk memahami isi buku.

2. Saran

Adanya kelemahan dari masing-masing buku yang penulis gunakan sebagai referensi
untuk tugas Critical Book Report disebabkan oleh kurangnya referensi pendukung yang
digunakan pengarang kedua buku tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya kedua pengarang
tersebut harus menambah referensi buku, jurnal, dan karya tulis ilmiah lainnya yang
mendukung agar buku yang dihasilkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Umanailo, Chairul Basrun. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Namlea: Universitas Iqra Buru.

Anda mungkin juga menyukai