Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah jenis penyakit baru
yang disebabkan oleh infeksi Virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS COV-2) atau yang dikenal dengan novel coronavirus
(2019-nCoV) (Singhal, 2020). Virus Covid-19 merupakan virus yang menular
ke manusia yang menyerang sistem pernapasan, mulai dari batuk pilek hingga
yang lebih serius (Yuliana, 2020). Anak-anak termasuk ke dalam kelompok
usia yang sangat rentan terhadap penularan COVID-19 dari lingkungan
sekitarnya.
Menurut sebuah studi oleh Bi et al (2020) yang menganalisis lebih dari
2000 anak-anak dengan COVID-19, 90% dari mereka tidak bergejala atau
memiliki gejala yang sangat ringan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Zimmermann & Curtis (2020) bahwa sebagian anak-anak yang menderita
COVID-19 tidak menunjukkan tanda dan gejala. Studi tinjauan sistematis lain
dan kasus di China menunjukkan bahwa, anak-anak yang menderita COVID-
19 banyak yang tertular dari kerabat mereka. Namun, kasus pada orang
dewasa tetap lebih parah dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada anak-
anak. Hal ini dibuktikan dengan pemulihan yang cepat atau dalam rentang 1
sampai 2 minggu pada kejadian yang tidak terlalu parah (Castagnoli et al,
2020). Kasus COVID-19 yang terjadi pada anak, tidak sebanyak kasus yang
terjadi pada orang dewasa. Hampir keseluruhan kasus COVID-19 yang terjadi
pada anak, ditularkan dari keluarganya sendiri. Angka kejadian COVID-19
yang terjadi pada anak yang berusia 10-19 tahun sebesar 1 (satu) persen
(549/72,314), sedangkan angka kejadian COVID-19 yang terjadi pada
kelompok anak yang usianya kurang dari 10 tahun sebesar 0,9 persen
(416/72.314). Meskipun kasus COVID-19 yang terjadi pada anak tidak terlalu
tinggi, namun anak akan menjadi sasaran jika tidak menjaga kesehatan
dengan baik. (Kemenkes RI, 2020).
Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization (WHO)
memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020). Setelah dikonfirmasi bahwa
transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui
droplet. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Guo et al (2020) bahwa Jalur
utama penularan dari manusia ke manusia adalah melalui tetesan pernapasan
(batuk dan bersin). Itu juga ditularkan dari kontak (berjabat tangan) dengan
orang yang terinfeksi atau permukaan yang terkontaminasi dan
mentransfernya ke mulut, hidung atau mata. Pada tanggal 11 Maret 2020,
WHO mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemi di dunia (Burhan,
2020). Kasus global per tanggal 20 Juli 2020 mencapai 14.508.892,
sedangkan kasus dalam negri di Indonesia kasus konfirmasi 88.214, kasus
sembuh 46.977 kasus meninggal 4.239 dan suspek 36.380 kasus (Kemenkes
RI, 2020)
Dampak COVID-19 pada anak juga pada orang dewasa antara lain
sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), pneumonia, gagal ginjal,
superinfeksi bakteri, kelainan koagulasi dan kejadian tromboemboli, sepsis,
dan bahkan kematian (Llitjos et al & Yang et al, 2020)
Menurut Razi dkk (2020), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
pencegahan virus COVID-19 dapat berupa menerapkan cara cuci tangan 6
langkah pakai sabun, menerapkan etika batuk dan bersin, physical distancing
(menjaga jarak fisik), dan selalu menjaga kebersihan diri serta lingkungan
sekitar. Anak-anak mempunyai kebiasaan mengikuti perilaku orang-orang
sekitar, jadi anak-anak membutuhkan seseorang sebagai contoh berperilaku
yang baik untuk pencegahan penularan COVID-19 (Rohita, 2020).
Upaya pencegahan penularan COVID-19 dapat dilakukan dengan dengan
pemberian pendidikan kesehatan melalui beberapa media edukasi, salah satunya
adalah video. Media pendidikan kesehatan seperti video dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam memberikan pendidikan kesehatan. Penggunaan media video
dalam memberikan pendidikan kesehatan dirasa sangat tepat untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, terutama pada kalangan
anak-anak usia sekolah. Hal ini didukung oleh pendapat Listyarini (2017) bahwa
gambar yang mempunyai suara dan gerak lebih disukai anak-anak dibandingkan
dengan gambar biasa atau foto, sehingga contoh perilaku dalam pencegahan
COVID-19 bisa diberikan melalui media video.
Hasil dari pengambilan data awal 10 siswa/i sekolah dasar, , 9 siswa tidak
mengetahui jarak physical distancing, 7 siswa masih suka jajan sembarangan, 6
siswa tidak mengetahui kapan saja waktu yang dibutuhkan untuk cuci tangan
pakai sabun, dan 5 siswa tidak mengetahui pencegahan penularan dalam lingkup
keluarga terutama setelah bepergian. Dari latar belakang tersebut, penulis ingin
mengetahui berapa besar pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
audiovisual tentang pencegahan penularan COVID-19 terhadap pengetahuan
anak pada usia sekolah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual
tentang pencegahan penularan COVID-19 terhadap tingkat pengetahuan anak
pada usia sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan anak usia sekolah antara sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media
audiovisual/video.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan anak sebelum diberikan
pendidikan kesehatan melalui media audiovisual video.
2) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan anak sesudah diberikan
pendidikan kesehatan melalui media audiovisual video.
3) Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan melalui media
audiovisual video terhadap tingkat pengetahuan anak.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini bisa menambah referensi dan pengembangan
penelitian serta menjadi rujukan referensi penelitian selanjutnya.
2. Perawat
Hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui efektivitas
penggunaan media untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat.
3. Masyarakat
Penelitian ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat terkait
efektivitas jenis media pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat.
4. Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan tentang seberapa
besar pengaruh pendidikan kesehatan melalui video terhadap tingkat
pengetahuan anak usia sekolah dasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep COVID-19
1. Pengertian
Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah jenis penyakit
baru yang disebabkan oleh infeksi Virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS COV-2) atau yang dikenal dengan novel
coronavirus (2019-nCoV) (Singhal, 2020). COVID-19 merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang pada umumnya menular
dari manusia ke manusia lain melalui percikan ludah, kontak langsung,
atau rute penularan lain. Penyakit ini bisa menimbulkan gejala maupun
tanpa gejala, gejala yang biasa muncul pada penderita COVID-19 yaitu
demam, sesak napas, pusing, maupun gejala yang lebih serius (Yuliana,
2020).
2. Cara Penularan
Jalur utama penularan COVID-19 adalah melalui droplet dari saluran
pernapasan dan kontak langsung. Berikut beberapa cara penularan
COVID-19 yaitu :
1) Penularan Droplet
Penderita COVID-19 menghasilkan droplet yang untuk sementara
berada di udara dalam radius 4 m, melalui batuk, bersin, berbicara,
dan sebagainya. Hal ini dapat menyebabkan infeksi pada orang yang
rentan, setelah terhirup (Kantor Umum Komisi Kesehatan Nasional,
2020; Jiang et al., 2020; Lu et al., 2020)
2) Transmisi kontak
Tetesan yang mengandung SARS-CoV-2 diendapkan di
permukaan benda. Setelah tangan orang yang rentan terkontaminasi
oleh kontak, mereka kemudian dapat dipindahkan ke selaput lendir
rongga mulut, rongga hidung, mata, dan sebagainya, dan menyebabkan
infeksi (Kantor Umum Komisi Kesehatan Nasional, 2020 ; Rothe et
al. ., 2020)
3) Penularan fecal-oral
Di beberapa lokasi, SARS-CoV-2 telah terdeteksi di kerongkongan,
saluran gastrointestinal, dan feses pasien yang dikonfirmasi (Pan et al.,
2020), menunjukkan bahwa virus dapat bereplikasi dan bertahan
saluran pencernaan dan menunjukkan kemungkinan risiko penularan
fecal-oral (Gimeno et al., 2008; Commission, 2020; Guan et al., 2020)
4) Penularan dari ibu ke anak
SARS-CoV dan MERS-CoV dapat menyebabkan komplikasi serius
selama kehamilan (Wong CK et al., 2004; Alfaraj et al., 2019), dan
patogenisitas serupa serta tingkat homologi urutan yang tinggi antara
SARS-CoV-2, SARS-CoV, dan MERS-CoV (Mahase, 2020)
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan
komplikasi ibu dan / atau perinatal yang parah (Huang et al., 2020).
Namun, tidak satupun dari 9 wanita hamil yang terinfeksi SARS-CoV-2
dan dirawat di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan berkembang
menjadi pneumonia berat, dan hasil tes SARS-CoV-2 dari cairan
ketuban, darah tali pusat, sampel ASI, dan neonatal. sampel usap
tenggorokan semuanya negatif (Chen H. et al., 2020), menunjukkan
bahwa tidak ada bukti bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan
konsekuensi merugikan yang serius pada bayi baru lahir atau menyebar
ke janin di dalam rahim. Demikian pula, tidak ada bukti infeksi SARS
perinatal di antara bayi yang lahir dari ibu tersebut (Wong S. F. et al.,
2004). Ada laporan baru-baru ini tentang kasus infeksi SARS-CoV-2
pada wanita yang dikonfirmasi hamil (Zeng L. et al., 2020),
menunjukkan kemungkinan penularan dari ibu ke anak yang signifikan,
tetapi kemungkinan pajanan terhadap infeksi. saat lahir tidak bisa
dikesampingkan. Karena ukuran sampel yang terbatas, usia kehamilan,
dan keadaan pengambilan sampel yang tidak lengkap, tidak sepenuhnya
jelas apakah SARS-CoV-2 ditularkan dari ibu ke anak
5) Rute penularan lain
Pada pasien COVID-19 dengan konjungtivitis, SARS-CoV-2
terdeteksi pada air mata dan sekresi konjungtiva (Xia et al., 2020b).
Kera rhesus dapat terinfeksi SARS-CoV-2 secara efektif melalui rute
konjungtiva mata (Deng et al., 2020). Zhong et al. juga mengisolasi
virus corona baru dari sampel urin pasien COVID-19. Dengan
demikian, ini juga harus dipertimbangkan sebagai kemungkinan jalur
penularan, melalui pencemaran lingkungan. Memperjelas jenis jalur
penularan tertentu membantu melindungi orang sehat, dan dengan
demikian mengurangi tingkat infeksi dalam populasi.
3. Manifestasi Klinis
Salah satu masalah utama pandemi COVID-19 adalah gejala penyakit
yang beragam dan mungkin memiliki manifestasi yang bervariasi di antara
pasien. Beberapa gejala sangat parah, sementara yang lain sangat ringan
sehingga pasien tampak tanpa gejala (Guo et al. 2020b). Dalam kasus yang
parah, pola khas perkembangan penyakit terjadi; namun, pasien dengan
penyakit ringan mungkin menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah
minggu pertama, tetapi beberapa mungkin memiliki gejala yang menetap
atau dapat memburuk lagi dengan cepat setelahnya (Song et al. 2020).
Gejala COVID-19 yang paling umum cenderung muncul sekitar 2
hingga 14 hari setelah terpapar virus yang meliputi demam, nyeri otot,
sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan hilangnya rasa atau bau (CDC
2020). Pada kasus yang parah, akibat infeksi paru-paru yang berlebihan,
timbul tanda-tanda darurat termasuk kesulitan bernafas akibat pneumonia
(Chen et al. 2020b; Huang et al. 2020).
Perjalanan klinis yang paling khas dari pasien COVID-19 parah
adalah perkembangan ARDS. Kondisi paru-paru yang mengancam jiwa ini
mencegah oksigen yang cukup melintasi alveoli ke dalam darah. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan oksigen ke paru-paru, pasien
menggunakan ventilator mekanis. Meskipun upaya intensif seperti itu,
sekitar 40% pasien ARDS tidak dapat bertahan hidup. Secara
patofisiologis, paru-paru menderita badai sitokin yang merusak jaringan
paru, menyebabkan hipoksemia, bersamaan dengan kegagalan multiorgan
tahap akhir (Sun et al. 2020). Manifestasi klinis infeksi SARS-CoV-2 pada
organ tubuh utama dirangkum dalam tabel berikut :
4. Patofisiologi
Infeksi dan penyebaran virus berhubungan dengan penyakit organ
akhir. Seperti namanya, SARS-CoV-2 diketahui mempengaruhi paru-paru
pasien, seringkali menyebabkan ARDS (Ranieri et al. 2012; Chu et al.
2020). Namun, dokter dan peneliti di seluruh dunia telah melaporkan efek
merusak dari COVID-19 pada organ utama lainnya, termasuk pembuluh
darah, otak, saluran gastrointestinal (GI), ginjal, jantung, dan hati (Gbr. 5)
(Chu et al. 2020; Lescure dkk. 2020; Wang dkk. 2020a). Pemahaman ini
telah memperluas kriteria diagnostik dan perawatan untuk pasien COVID-
19.
Patofisiologi infeksi sistemik SARS-CoV-2. Infeksi dimulai di saluran
pernapasan bagian atas dan berlanjut ke bagian bawah paru-paru pada
kasus yang parah. Tetesan pernapasan yang membawa SARS-CoV-2
menginfeksi sel epitel dan endotel, neuron, mikroglia, dan makrofag paru
yang mengandung enzim pengubah angiotensin 2 (ACE-2). Replikasi virus
dan pelepasan pola molekuler yang berhubungan dengan kerusakan
menyebabkan pyroptosis, menyebabkan respon imun bawaan
disfungsional. Pelepasan agen pro-inflamasi dapat menyebabkan badai
sitokin, meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas kapiler, dan hipoksemia
yang seringkali dapat menyebabkan kegagalan banyak organ.
5. Pencegahan
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC) yang dapat
mengurangi risiko paparan yaitu :
1) Penggunaan masker wajah
2) Menutupi batuk dan bersin dengan siku tertekuk
3) Mencuci tangan secara teratur dengan sabun atau desinfeksi dengan
pembersih tangan yang mengandung setidaknya 70% alcohol
4) Menjaga jarak 1,5 hingga 2 meter dari manusia
5) Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan.
(Chang et al, 2020)
Sedangkan menurut Centers for Disease Control and Prevention
(2020)
1) Jarak fisik (memungkinkan setidaknya 6 kaki dari orang lain atau
sekitar jarak dua lengan)
2) Tidak menyentuh wajah, mata, hidung, telinga atau mulut
3) Memakai masker wajah
4) Sering membersihkan dan mendisinfeksi benda dan permukaan
5) Tinggal di rumah saat sakit atau pergi saat perawatan medis
diperlukan
6) Mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik.
Beberapa waktu berikut adalah waktu-waktu yang dianjurkan untuk
cuci tangan pakai sabun, yaitu :
a. Sebelum menyiapkan makanan
b. Sebelum makan
c. Sebelum menyentuh wajah
d. Saat merawat orang sakit
e. Saat tangan terlihat kotor
f. Sesudah batuk/bersin
g. Sesudah menyentuh hewan dan lingkungannya
h. Sesudah menyentuh uang koin dan kertas
i. Sesudah menggunakan toilet
7) Terapkan etika batuk dan bersin yang benar
8) Monitor tanda dan gejala
9) Ganti pakaian setelah bepergian
10) Istirahat dan olahraga cukup

6. Komplikasi
1) Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
2) Pneumonia
3) Gagal ginjal
4) Superinfeksi bakteri
5) Kelainan koagulasi dan kejadian tromboemboli,
6) Sepsis
7) Kematian
(Llitjos et al & Yang et al, 2020)

atu pendidikan kesehatan yang baik. Beberapa macam metode yang


bisa digunakan untuk pemberian pendidikan kesehatan adalah :
1) Metode Individual / Perorangan
Pendidikan kesehatan metode ini digunakan untuk seseorang yang
sudah memiliki tekad dan niat untuk suatu perubahan perilaku yang
lebih baik. Metode yang digunakan adalah metode bimbingan dan
wawancara.
2) Metode Kelompok
Metode pendidikan ini harus memperhatikan besar/kecilnya
kelompok dan rata-rata tingkat pendidikan sasaran karena
mempengaruhi efektifitas penyampaian informasi. Metode yang bisa
digunakan adalah metode ceramah dan seminar.
3) Metode Massa
Penyampaian informasi melalui pendidikan kesehatan pada
metode ini ditujukan kepada sekelompok massa atau publik, tidak
membedakan umur, pendidikan, status ekonomi, maupun yang
lainnya. Jadi pemberian materi pendidikan kesehatan disusun dengan
sederhana agar dapat diterima oleh seluruh massa tersebut. Metode
yang dapat digunakan adalah ceramah, simulasi, wawancara, poster,
dan sebagainya.

1. Media Pendidikan Kesehatan


Media pendidikan kesehatan diperlukan untuk memberikan daya tarik
untuk sasaran yang dituju. Dalam pemberian pendidikan kesehatan
diperlukan suatu media atau alat bantu untuk memperoleh hasil yang
efektif (Lestari, 2006). Dalam pendidikan kesehatan, alat bantu untuk
pemberian pendidikan kesehatan dibedakan menurut pembuatan dan
penggunaannya, yaitu :
1) Alat peraga rumit / complicated  film, film strip, slide, dan
sebagainya yang menggunakan alat bantu listrik dan proyektor untuk
menampilkannya.
2) Alat peraga sederhana  semua alat peraga yang berbentuk media
cetak seperti leaflet, poster, spanduk, dan lainnya.
Media atau alat peraga dalam pendidikan kesehatan adalah alat bantu
yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, dan dicium untuk
mempermudah penyampaian informasi (Departemen Kesehatan RI,
2008). Sedangkan menurut Notoatmodjo & Soekidjo (2014), Media
pendidikan kesehatan adalah semua upaya dalam menyampaikan
informasi dan mempermudah seluruh sasaran untuk memahaminya.
Berdasarkan fungsinya, media pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga
yaitu :

1) Media Cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual yang memuat
gambaran, kata-kata, maupun foto yang diberikan warna untuk
menambah daya tarik. Contoh dari media cetak adalah leaflet, booklet,
flipchart, poster, dan lainnya. Kelebihan media ini adalah praktis
karena mudah dibawa dan tahan lama. Kekurangannya adalah tidak
bisa memuat gambar bergerak dan suara. (Notoatmodjo & Soekidjo,
2014)

2) Media Elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan penyampaiannya
melalui alat bantu elektronik. Contoh media ini yaitu radio, televisi,
video, dan slide show. Kelebihan media ini yaitu sudah banyak
dikenal masyarakat karena sudah banyak yang mempunyai media
elektronik dan mudah dipahami oleh indera, sedangkan
kekurangannya adalah biaya yang tinggi dan penyimpanan yang
rumit. (Notoatmodjo & Soekidjo, 2010)
3) Media Luar Ruang
Media ini biasanya melalui media cetak dan elektronik yaitu
spanduk, papan reklame, banner, televisi layar lebar. Kelebihan media
luar adalah informasi masih bersifat umum dan menjadi hiburan bagi
seluruh sasaran, lebih menarik, bertatap muka, dan sebagainya.
Kekurangannya yaitu memerlukan listrik, biaya tinggi, rumit, dan
perlu persiapan matang. (Notoatmodjo & Soekidjo, 2010).
Menurut Djamarah (2002), macam-macam media dibagi menjadi tiga
yaitu :
1) Media Visual
Media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan karena hanya menampilkan gambar diam. Contohnya
yaitu foto, gambar, dan sebagainya.
2) Media Auditif
Media auditif yaitu media yang mengandalkan kemampuan suara
saja. Contohnya yaitu radio, kaset recorder.
3) Media Audiovisual
Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Contohnya yaitu film, video, dan sebagainya.
a. Pengertian Media Audiovisual
Kata “media” berasal dari bahasa latin sekaligus bentuk jamak
dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar informasi (Syaiful, 2010) Menurut Arief S. Sadiman,
dkk media secara harfiah berarti perantara atau pengantar pesan
dari pengirim pesan ke penerima pesan (Arief, 2006). Menurut
Heinech media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal
dari bahsa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”I
yang secara harfiah adalah ”perantara” yaitu perantara sumber
pesan (a source) denagn penerima pesan (a receiver). Heinich
mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan
tercetak, komputer, dan instruktur (Rusman, 2011).
Audio visual berasal dari kata “audible” yang artinya dapat
didengar dan “visible” yang artinya dapat dilihat (Amir, 1985).
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, audio adalah hal-hal yang
berhubungan dengan suara atau bunyi (Save, 2006). Audio
ar. Media audio visual mempunyai berbagai macam fungsi,
seperti yang disebutkan Yusuf Hadi Miarso sebagai berikut :
(Yusuf Hadi, 2004)
a) Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada
otak, sehingga otak dapat berfungsi secara optimal.
b) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para siswa.
c) Media dapat melampaui batas ruang kelas.
d) Media memungkinkan adanya interaksilangsung antara siswa
dan lingkungannya
e) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
f) Media membangkitkan keinginan dan minat baru
g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
h) Media memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang
konkret maupun abstrak
i) Media memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri,
pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri
j) Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru
maupun siswa.
Dalam proses belajar mengajar media memiliki fungsi yang
sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur
pesan (Abdul Wahab, 2009). Asnawir (2002) berpendapat bahwa
fungsi media adalah sebagai berikut:
a) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan
pendidik.
b) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi
konkrit).
c) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pembelajaran
tidak membosankan.
d) Semua indera murid dapat diaktifkan, kelemahan satu indera
dapat diimbangi oleh kekuatan indera lainnya.
e) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
b. Jenis Media Audiovisual
Media pembelajaran audio visual terbagi atas tiga jenis yaitu
film bersuara, televisi dan video (Syaiful Bahri, 2006)
a) Film Bersuara
Film yang dimaksud disini adalah film sebagai alat audio
visual untuk pelajaran, penerangan, dan penyuluhan. Banyak
hal yang dapat di jelaskan melalui film, antara lain tentang
proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam
satu industry, kejadian-kejadian alam, tata cara kehidupan,
mengajarkan suatu ketrampilan, sejarah-sejarah kehidupan
zaan dahulu dan sebagainya (Asnawir, 2002). Di antara
keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan film
sebagai media pembelajaran adalah: (Basyirudin, 2002).
i. Film dapat menggambarkan suatu proses
ii. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu
iii. Penggambarannya bersifat tiga dimensional
iv. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada
gambar dalam bentuk ekspresi murni
v. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat
penampilannya

Sedangkan kekurangan-kekurangan film bersuara sebagai


media pembelajaran adalah sebagai berikut: (Amir Hamzah,
1985)
i. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-
keterangan dari guru saat film diputar.
ii. Audien tidak dapat mengikuti dengan baik karena jalannya
film terlalu cepat.
iii. Apa yang sudah lewat tidak dapat diulang lagi.
iv. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup mahal.
b) Televisi
Televisi merupakan suatu media untuk menyampaikan
pendidikan kepada anak-anak dan masyarakat (Abdul Wahab,
2009). Program pendidikan televisi dinilai sangat efektif
karena selain menarik minat yang besar juga memberikan
informasi yang autentik. Keuntungan dari pemakaian televisi
dalam pembelajaran adalah : (Basyiruddin, 2002)
i. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan
peristiwa yang sebenarnya.
ii. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah dan
negara
iii. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau
iv. Dapat menunjukkan banyak hal dan segi yang beraneka
ragam
v. Banyak menggunakan sumber-sumber masyarakat
vi. Menarik minat siswa
vii. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam
inservice training
viii. Masyarakat diajak partisipasi dalam rangka meningkatkan
perhatian mereka terhadap sekolah.
Sedangkan kekurangannya adalah : (Azhar, 2005)
i. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah
ii. Tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesannya
sesuai dengan kemampuan individual siswa
iii. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film
sebelum disiarkan
iv. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas
besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat
secara rinci gambar yang disiarkan
v. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki

Anda mungkin juga menyukai