Anda di halaman 1dari 401

LAPORAN KINERJA

KIKKIKINERJA
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2018

TAHUN
ANGGARAN 2019
LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2018

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN ANGGARAN 2019
KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun
2018 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan
ini merupakan bagian dari pelaksanaan
transparansi dan akuntabilitas kinerja dalam
rangka good governance dan bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi yang dilakukan guna
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian
sasaran yang ditetapkan dalam dokumen
Penetapan Kinerja Tahun 2018.
Sekretariat Jenderal telah berupaya keras dalam mencapai sasaran sesuai dengan
indikator kinerja yang telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018.
Syukur alhamdulillah sebagian besar indikator kinerja telah dapat dicapai, namun
ada beberapa yang belum tercapai dengan demikian ke depan harus lebih bekerja
keras untuk mencapai indikator yang belum tercapai dan dapat mempertahankan
indikator yang sudah tercapai. Berbagai kendala dalam pelaksanaan kegiatan yang
terindentifikasi harus dapat kita sikapi agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
dengan baik.
Akhir kata, Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi. Semoga Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal ini
bermanfaat baik sebagai bahan evaluasi guna peningkatan kualitas kinerja
Sekretariat Jenderal dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Kesehatan untuk mensukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan mewujudkan
masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan kuat, maupun menjadi umpan balik bagi
satuan kerja dibawah Sekretariat Jenderal untuk mendorong peningkatan kinerja
yang lebih baik dan memberikan manfaat dalam perencanaan kedepan bagi para
pelaksana program kegiatan.
Jakarta, Januari 2019
Sekretaris Jenderal,

Oscar Primadi, MPH


NIP.196110201988031013

Laporan Kinerja (LKJ) i


IKHTISAR EKSEKUTIF

Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Revisi I - 2017,
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi, Sekretariat Jenderal
melaksanakan 2 (dua) program dari 9 (sembilan) program Kementerian
Kesehatan yang telah ditetapkan yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya serta Program Penguatan Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Sasaran strategis program tersebut adalah Meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manjemen
Kementerian Kesehatan, 2) Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Sesuai dengan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Revisi
I – 2017 dan dokumen Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan tahun 2018, indicator yang dijadikan penilaian pencapaian sasaran
program ( outcome) Sekretariat Jenderal tahun 2018: adalah sebagai berikut
untuk tiap sasaran strategis programnya:
1. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan manajemen Kementerian Kesehatan, dengan Indikator
pencapaian sasaran adalah :
a. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan;
b. Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya.
2. Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) / Kartu
Indonesia Sehat (KIS), dengan indikator tercapainya sasaran adalah : jumlah
penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Pencapaian Indikator pertama pada Sasaran Program Kesatu dengan
indikator kinerja jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan dari target
3 kebijakan dapat terealisasikan capaiannya sebanyak 3. Dan untuk indikator
kedua yaitu persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya dari target 96% telah dapat terealisasikan capaiannya
sebesar 124,60% dengan perhitungan jumlah capaian kinerja pusat/biro dibagi
dengan total pusat/ biro.

Laporan Kinerja (LKJ) ii


Sedangkan pada Sasaran Program Kedua dengan indikator kinerja
program yaitu jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
tahun 2018 sebanyak 92,47 juta jiwa (100,08%) dari target 92,40 juta jiwa.
Capaian tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan capaian pada tahun
sebelumnya yang sebanyak 92,30 juta jiwa (99,9%).

Laporan Kinerja (LKJ) iii


Dalam pelaksanaannya, Sekretariat Jenderal memiliki upaya dan prestasi yang
telah dicapai pada tahun 2018 antara lain:
1. Penghargaan yang diterima Biro Kepegawaian :
• Penghargaan BKN Award dari Kepala
BKN untuk instansi pengelola
kepegawaian terbaik sepanjang tahun
2017

• Penghargaan dari Komite Aparatur


Sipil Negara (KASN) tahun 2018 untuk
Kategori Utama Kategori Kepatuhan
Dan Kualitas Tatakelola Seleksi
Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi salah satunya diberikan kepada
Kementerian Kesehatan.
• Penghargaan Pengelola Arsip Terbaik
dari Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI). Pengeloaan kearsipan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
dinilai bisa menjadi percontohan
kementerian atau lembaga lain.
Pengelolaan arsip Kemenkes dinilainya
sangat baik bahkan Kemenkes telah
mencanangkan Gerakan Nasional
Sadar Arsip.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan
diatas, maka telah ditetapkan 3 besar
pemenang. Pada Hari Kesehatan
Nasional (HKN) ke-54 yang
dilaksanakan di ICE BSD tanggal 8-10
November 2018, Fauzi Maulana
sebagai Pengelola Arsip Biro
Kepegawaian, memperoleh Juara II
Pengelola Arsip tingkat Kementerian
Kesehatan Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ) iv


2. Penghargaan yang diterima Biro Keuangan dan BMN :
• Penghargaan kepada Kementerian
Kesehatan terkait Pencapaian Standar
Tertinggi dari Kementerian Keuangan
atas Laporan Keuangan 5 tahun
berturut turut

3. Penghargaan yang diterima Biro Umum :


• Penghargaan Subroto (Efisiensi
Energi) sebagai Juara III untuk
program hemat energi di lingkungan
Kementerian/Lembaga yang
diselenggarakan oleh Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral

4. Penghargaan yang diterima Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat


• Mediakom mendapatkan 3
penghargaan dari ajang Indonesia
Inhouse Magazine Awards (InMa) 2018
yang diselenggarakan oleh Serikat
Perusahaan Pers (SPS), antara lain
Mediakom edisi 82 meraih
penghargaan Silver Winner the Best
Government Inhouse Magazine Award
(InMA) 2018 dan Mediakom edisi 78
meraih penghargaan Silver Winner the
Best of E- Magazine 2018

Laporan Kinerja (LKJ) v


• Tiga penghargaan dari ajang PR
Indonesia Awards (PRIA) 2018 yang
juga diselenggarakan oleh Serikat
Perusahaan Pers (SPS), yaitu Gold
Winner-Kategori Majalah Cetak
(Mediakom edisi 81); Silver Winner-
Kategori Majalah Cetak (Mediakom
edisi 79) dan Bronze Winner-Katagori
E-Magazine (Mediakom edisi 83)
• Penghargaan dari Komisi Informasi
Pusat sebagai Badan Publik Cukup
Informatif
• Pemenang PR Indonesia Awards 2018
Kategori terpopuler di Media
Subkategori Kementerian tahun 2018
• Pemenag juara ke-5 lomba E-Aspirasi
kategori Website Satuan Kerja di
Lingkungan Kemenkes. Lomba ini
diadakan Pusat Data dan Informasi,
penilaian diikuti oleh 7 Unit kerja
Eselon 1 dan 38 Unit Kerja Eselon II di
lingkungan Kemenkes. Birokom
Yanmas mengelola web
sehatnegeriku.kemkes.go.id. Web ini
memuat berita aktual mengenai
program kebijakan Kemenkes baik
berupa teks, foto maupun video

5. Penghargaan yang diterima Pusat Kesehatan Haji :


• Penghargaan dari Ketua Komite Kantor
Urusan Haji Makkah Al Mukarramah,
Kerajaan Arab Saudi kepada
Pemerintah Republik Indonesia atas
Pelayanan Kesehatan Haji tahun 1439
H/2018 M

Laporan Kinerja (LKJ) vi


• Penghargaan dari Direktur Jenderal
Kesehatan Daerah Makkah, Kerajaan
Arab Saudi kepada Pemerintah
Republik Indonesia atas dukungan dan
upaya dalam keberhasilan Program
Kesehatan Haji tahun 1439 H/2018 M

• Penghargaan dari Direktorat Jenderal


Pendidikan Klinik Kementerian
Kesehatan Arab Saudi kepada Misi
Kesehatan Haji Indonesia atas
Promotif dan Preventif yang sangat
baik dan membantu Kementerian
Kesehatan Arab Saudi dalam Program
Edukasi Kesehatan Haji bagi seluruh
Negara
• Penghargaan dari Menteri Kesehatan
kepada Pusat Kesehatan Haji sebagai
Koordinator Penyelenggaraan
Kesehatan Haji di Arab Saudi. Dalam
rangka Peringatan Hari Kesehatan
Nasional ke 54, Menteri Kesehatan RI
memberikan penghargaan kepada
Pusat Kesehatan Haji (PPIH Bidang
Kesehatan Arab Saudi) tahun 2018
sebagai apresiasi atas kinerja yang
baik pada penyelenggaraan kesehatan
haji di Arab Saudi tahun 1439 H/2018
M

6. Penghargaan yang diterima Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan :


• Mempertahankan Sertifikasi ISO
27001:2013 Sistem Manajemen
Keamanan Sistem Informasi, dimana di
tahun 2018 merupakan tahun ke-6
pelaksanaan Implementasi ISO
27001:2013.

Laporan Kinerja (LKJ) vii


• Unit kerja yang menerapkan indikator
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
tahun 2018.

• Juara I Kompetisi Buletin Terbitan


Internal Kementerian Kesehatan Tahun
2018 (INFODATIN Edisi Campak 24
April 2018) dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional Tahun 2018

• Juara III Pengelola Arsip Berprestasi di


Lingkungan Sekretariat Jenderal
Kemeneterian Kesehatan Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ) viii


• Kementerian
Kesehatan
meraih tiga
penghargaan
TOP IT &
TELCO 2018
dari Majalah
It Works

Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI


sebagai TOP IT Implementation sebagai TOP Digital
on Ministry 2018 Transformation Readiness
2018

Menteri Kesehatan RI sebagai


TOP Leader on IT Leadership 2018

• Kerjasama di lingkup
perlindungan
informasi dan
transaksi elektronik
antara Kementerian
Kesehatan dan
Badan Siber dan
Sandi Negara
(BSSN).

Laporan Kinerja (LKJ) ix


7. Penghargaan yang diterima Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan :
• Penghargaan Indikator Kinerja
Pelaksana Anggaran (IKPA) terbaik ke-
2 dari Menteri Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ) x


DAFTAR ISI

Halaman
KATAPENGANTAR ..................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR ................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal ................. 1
C. Struktur Organisasi ............................................................. 2
D. Sistematika Laporan ........................................................... 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA ....................................................... 6


A. Rencana Strategis ............................................................... 6
B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal............................... 8
C. Matriks, Program, Indikator dan Capaian Harmonisasi
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan Tahun 2018 .................... 10

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................................... 14


A. Capaian Kinerja Organisasi ................................................ 14
B. Analisis Capaian Kinerja ..................................................... 14
1. Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran Program
Pembangunan Kesehatan. ........................................... 15
2. Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian ......... 29
3. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan
Barang Milik Negara. ................................................... 48
4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan
Pembinaan Organisasi ................................................. 62
5. Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha,
Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan Dan Gaji ..... 76
6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan ................ 100
7. Penanggulangan Krisis Kesehatan .............................. 121
8. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan
Masyarakat .................................................................. 156
9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan................ 229
10. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji .......................... 264
11. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri .......................... 282
12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia .................... 300
13. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS) ............................................................................ 327
C. Sumber Dana/Realisasi Anggaran ...................................... 360
D. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ............. 363

Laporan Kinerja (LKJ) xi


BAB IV KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT ...................................... 373
A. Kesimpulan .......................................................................... 373
B. Tindak Lanjut ...................................................................... 373

LAMPIRAN

Laporan Kinerja (LKJ) xii


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian


Kesehatan Tahun 2018 .................................................... 3
Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal Tahun 2018
Berdasarkan Pendidikan ................................................... 4
Tabel 2.1. Program, Sasaran, Indikator, dan Target Sekretariat
Jenderal Tahun 2018 ........................................................ 7
Tabel 2.2. Program, Indikator dan Target Sekretariat Jenderal Tahun
2016, 2017 dan 2017 Revisi ............................................. 9
Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Capaian (%)
2016 sd 2018 dan target 2019 ........................................... 16
Tabel 3.2 Target dan Realisasi Kinerja Biro Perencanaan dan
Anggaran Tahun 2018 ....................................................... 16
Tabel 3.3 Alokasi Anggaran untuk Dukungan Indikator Kinerja ......... 17
Tabel 3.4 Dokumen Perencanaan, Anggaran, Kebijakan, dan
Evaluasi Pembangunan Kesehatan ................................... 19
Tabel 3.5 Alokasi Dan Realisasi Anggaran Per-Output Tahun 2018.. 27
Tabel 3.6 Neraca BMN Satker Biro Perencanaan dan Anggaran Per
31 Desember 2018 ............................................................ 28
Tabel 3.7. Pencapaian Kinerja Tahun 2018 Kegiatan Pembinaan
Administrasi Kepegawaian ................................................ 30
Tabel 3.8 Pemenuhan Formasi CPNS Kementerian Kesehatan
Tahun 2017 - 2018 ............................................................ 31
Tabel 3.9 Keberadaan Pegawai yang menduduki Jabatan
Fungsional Tertentu........................................................... 36
Tabel 3.10 Perubahan Anggaran Tahun 2018 Biro Kepegawaian ....... 38
Tabel 3.11 Capaian Realisasi Anggaran Biro Kepegawaian
Berdasarkan Jenis BelanjaTA. 2018 .................................. 42
Tabel 3.12 Trend Alokasi Anggaran Biro Kepegawaian Tahun 2016 –
2018 .................................................................................. 43
Tabel 3.13 Neraca BMN Biro Kepegawaian TA. 2018 ......................... 44
Tabel 3.14 Daftar Peralatan dan Mesin di Biro Kepegawaian .............. 45
Tabel 3.15 Daftar Inventaris Kendaraan Dinas dan Operasional Roda
4 Biro Kepegawaian Tahun 2018....................................... 45
Tabel 3.16 Daftar Inventaris Kendaraan Operasional Roda 2 Biro
Kepegawaian Tahun 2018 ................................................. 46
Tabel 3.17. Sandingan Revisi DIPA TA.2018 ....................................... 47
Tabel 3.18. Target dan Realisasi IKK Biro Keuangan dan BMN Tahun
2016, 2017 dan 2018......................................................... 48
Tabel 3.19. Optimalisasi dan Efisiensi Anggaran per output................. 60

Laporan Kinerja (LKJ) xiii


Tabel 3.20. Barang Milik Negara yang menjadi Aset Biro Keuangan
dan BMN ........................................................................... 61
Tabel 3.21 Perbandingan Target Dan Capaian Indikator Kinerja Biro
Keuangan Dan BMN Tahun 2018 ...................................... 61
Tabel 3.22 Keadaan Pegawai Menurut Jabatan (Struktural dan
Fungsional) ....................................................................... 86
Tabel 3.23 Keadaan Pegawai Menurut Golongan Di Biro Umum
Tahun 2018 .................................................... 87
Tabel 3.24 Keadaan Pegawai Menurut Pendidikan Di Biro Umum
Tahun 2018 .................................................... 88
Tabel 2.25 Rincian Pagu Awal dan Akhir ............................................ 91
Tabel 3.26 Alokasi dan Realisasi Anggaran TA 2018 .......................... 92
Tabel 3.27 Capaian Indikator Kinerja Tahun 2015-2018...................... 101
Tabel 3.28 Target dan Capaian Pusat Data dan Informasi Tahun
2018 .................................................................................. 101
Tabel 3.29. Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi Menurut
Golongan Kepangkatan Tahun 2018 ................................. 116
Tabel 3.30 Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi Menurut Jenis
JabatanTahun 2018........................................................... 116
Tabel 3.31 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pengeolaan
Data dan Informasi Kesehatan Tahun 2017-2018 ............. 120
Tabel 3.32 Sumber Daya Sarana dan Prasarana Pusat Data dan
Informasi Tahun 2018........................................................ 121
Tabel 3.33 Kegiatan Utama Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018 ....... 122
Tabel 3.34 Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis
KesehatanTahun 2018 ...................................................... 123
Tabel 3.35 Pencapaian Kegiatan Assesment Kapasitas Daerah
Tahun 2018 ...................................................................... 124
Tabel 3.36 Pencapaian Kegiatan Peta Respon Tahun 2018 .............. 126
Tabel 3.37 Pencapaian Kegiatan Rencana Kontijensi Tahun 2018 .... 128
Tabel 3.38 Pencapaian Kegiatan SIPKK Tahun 2018 ......................... 130
Tabel 3.39 Pencapaian Kegiatan Gladi Posko Tahun 2018................. 132
Tabel 3.40 Pencapaian Kegiatan Gladi Tahun 2018 ........................... 134
Tabel 3.41 Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2018 ..... 137
Tabel 3.42 Data Kepegawai Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018 ....... 139
Tabel 3.43 Pelatihan, Pertemuan, Workshop dan Seminar di Luar
Negeri yang Diikuti Pegawai Pusat Krisis Kesehatan
Tahun 2018 ....................................................................... 140
Tabel 3.44 Realisasi Anggaran Pusat Krisis Kesehatan Berdasarkan
Indikator Kinerja Pada tahun 2017 dan 2018 .................... 142
Tabel 3.45 Alokasi dan Realisasi Anggaran per Output Pusat Krisis
Kesehatan Tahun 2018 ..................................................... 142
Tabel 3.46 Rincian Sumber Daya Sarana dan Prasarana Pusat Krisis
Kesehatan Tahun 2018 ..................................................... 143
Tabel 3.47 Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi Pusat
Krisis Kesehatan Tahun 2016, 2017 dan 2018 ................. 147

Laporan Kinerja (LKJ) xiv


Tabel 3.48 Perbandingan Nilai Aset Barang Milik Negara (BMN)
Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2016, 2017 dan 2018 ........ 150
Tabel 3.49 Output Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018 ....... 151
Tabel 3.50 Pencapaian Pokja WHO CC tahun 2018 ........................... 153
Tabel 3.51 Rekapitulasi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2018 ......... 156
Tabel 3.52 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan ................ 157
Tabel 3.53 Pelaksanaan media briefing dan jumpa pers periode 2018 170
Tabel 3.54 Jenis Layanan Loket ULT .................................................. 201
Tabel 3.55 Pelaksanaan Workshop Peningkatan Kapasitas Pejabat
Kesehatan dalam Penanganan Isu Publik di Media ........... 212
Tabel 3.56 Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun 2018 ..................... 223
Tabel 3.57 Realisasi Anggaran tahun 2017 - 2018 .............................. 224
Tabel 3.58 Rincian realisasi anggaran per output................................ 224
Tabel 3.59 Perbandingan Kinerja Antara Tahun 2017– 2018 .............. 225
Tabel 3.60 REKAPITULASI RINGKASAN BELANJA ASET ................ 227
Tabel 3.61 Pengadaan Barang/Jasa Melalui ULP dan E-Catalog........ 230
Tabel 3.62 Definisi Operasional IndikatorPusat Analisis Determinan
Kesehatan ......................................................................... 231
Tabel 3.63 Penjabaran Hasil Kerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan ......................................................................... 231
Tabel 3.64 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan ... 232
Tabel 3.65 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan ... 232
Tabel 3.66 Sumber daya anggaran (dalam ribuan) ............................. 263
Tabel 3.67 Sumber daya sarana dan prasarana Tahun 2018 .............. 263
Tabel 3.68 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan ........... 264
Tabel 3.69 Target dan Capaian IKK Persentase Jemaah Haji Yang
Mendapatkan Pembinaan Istithaah Kesehatan Haji Tahun
2016 -2018 ........................................................................ 265
Tabel 3.70 Target Indikator Kinerja Pusat Kesehatan Haji dan
Realisasi............................................................................ 266
Tabel 3.71 Komposisi Pegawai Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 –
2018 .................................................................................. 271
Tabel 3.72 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
tahun 2018 ........................................................................ 271
Tabel 3.73 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan tahun 2018 ...... 272
Tabel 3.74 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin tahun
2018 .................................................................................. 273
Tabel 3.75 Komposisi Pegawai (PNS) Pusat Kesehatan Haji
Berdasarkan Kategori Usia ................................................ 273
Tabel 3.76 Komposisi Pegawai Baru Pusat Kesehatan Haji Tahun
2018 .................................................................................. 274
Tabel 3.77 Pelatihan/Workshop Kompetensi Pegawai Pusat
Kesehatan Haji tahun 2018 ............................................... 275
Tabel 3.78 Daftar Pegawai Tugas Belajar Tahun 2018 ....................... 275
Tabel 3.79 Realisasi Anggaran Pusat Kesehatan Haji Tahun 2018 ..... 277

Laporan Kinerja (LKJ) xv


Tabel 3.80 Realisasi Pendapatan dan Realisasi Anggaran
Berdasarkan Jenis Belanja Pusat Kesehatan Haji Tahun
2018 .................................................................................. 278
Tabel 3.81 Capaian Target Kinerja Tahun 2015 – 2019 Kegiatan
Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri................................ 283
Tabel 3.82 Pengukuran Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun
2018 .................................................................................. 284
Tabel 3.83 Capaian Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun
2018 .................................................................................. 284
Tabel 3.84 Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 - 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri................. 299
Tabel 3.85 Evaluasi Capaian Kinerja dan Anggaran Kegiatan
Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2018 ........... 300
Tabel 3.86 Perbandingan Target dan Capaian Indikator Kinerja
Utama KKI Tiga Tahun Terakhir 2016, 2017 dan 2018 ...... 301
Tabel 3.87. Pencapaian Kinerja Utama Konsil Kedokteran Indonesia
Tahun 2018 ....................................................................... 302
Tabel 3.88 Target dan Capaian Indikator Kinerja Pendukung Set. KKI
tahun 2018 ........................................................................ 306
Tabel 3.89 Capaian Kinerja Bagian Standardisasi Pendidikan Profesi
Tahun 2018 ....................................................................... 307
Tabel 3.90 Rekapitulasi Permohonan Dan Rekomendasi/Belum
Rekomendasi Program Studi Dokter Spesialis Tahun
2018 .................................................................................. 311
Tabel 3.91 Rekapitulasi Permohonan Pengesahan Standar
Pendidikan Dan Standar Kompetensi Dokter/Dokter Gigi
Dan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Tahun 2018 .. 311
Tabel 3.92 Permohonan Adaptasi Dokter / Dokter Spesialis Dan
Dokter Gigi / Dokter Gigi Spesialis Tahun 2018 ................ 313
Tabel 3.93 Surat Persetujuan Alih Iptek Tahun 2018 .......................... 313
Tabel 3.94 Tabel Kegiatan Bagian Registrasi...................................... 314
Tabel 3.95 Capaian Kinerja Bagian Registrasi .................................... 315
Tabel 3.96 Rekapitulasi Capaian STR 2018 ........................................ 316
Tabel 3.97 Capaian Kinerja Perancangan Peraturan 2018.................. 318
Tabel 3.98 Regulasi yang telah diterbitkan KKI ditahun 2018 .............. 319
Tabel 3.99 Kinerja Sub Bagian Bantuan Hukum Tahun 2018.............. 319
Tabel 3.100 Capaian kinerja bagian Adum& Humas ............................ 320
Tabel 3.101 SDM Sekretariat KKI ........................................................ 325
Tabel 3.102 Sumber Daya Anggaran .................................................... 326
Tabel 3.103 Perbandingan pencapaian Program/ kegiatananggaran di
Tahun 2018 ....................................................................... 326
Tabel 3.104 Barang Milik Negara yang menjadi Aset Sekretariat Konsil
Kedokteran Indonesia........................................................ 327
Tabel 3.105 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian
KinerjaPusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2016-
2018 .................................................................................. 329

Laporan Kinerja (LKJ) xvi


Tabel 3.106 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian
Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2018. 330
Tabel 3.107 Perbedaan Indikator dan Target pada Perjanjian Kinerja
PPJK 2018 ........................................................................ 332
Tabel 3.108 Definisi Operasonal Pencapaian Indikator Kinerja Pada
Perjanjian Kinerja PPJK 2018 ............................................ 333
Tabel 3.109 Realisasi Anggaran PPJK 2017-2018 ............................... 355
Tabel 3.110. Alokasi dan Realisasi Dekonsentrasi Per Provinsi Tahun
2018 .................................................................................. 358
Tabel 3.111 Gambaran Realisasi PBI Per Bulan ................................... 363
Tabel 3.112 Anggaran dan Realisasi Satker Lingkup Sekretariat
Jenderal Tahun 2016-2018................................................ 365
Tabel 3.113 Rincian Pagu Anggaran Awal Satuan Kerja Tahun 2018 ... 367
Tabel 3.114 Pagu Anggaran pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018 ....... 368
Tabel 3.115 Pagu Anggaran pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Revisi ................................................................................ 368
Tabel 3.116 Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasarkan IKP
Tahun Anggaran 2016 ....................................................... 368
Tabel 3.117 Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasar IKP
Tahun Anggaran 2017 ....................................................... 368
Tabel 3.118 Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasar IKP
diluar dekon Tahun Anggaran 2018................................... 369
Tabel 3.119 Target dan Capaian IKP Sekretariat Jenderal Tahun
2016-2018 dan Tahun 2019 .............................................. 370

Laporan Kinerja (LKJ) xvii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal


Kementerian Kesehatan Tahun 2018 ............................... 2
Gambar 3.1 Proses Seleksi CPNS Tahun 2018 .................................... 32
Gambar 3.2. Grafik Persentase pejabat struktural di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai
persyaratan jabatan ........................................................... 33
Gambar 3.3. Grafik Persentase Pegawai Kementerian Kesehatan
dengan Nilai Kinerja Minimal Baik Tahun 2015-2019......... 35
Gambar 3.4. Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan............... 37
Gambar 3.5. Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin .......... 37
Gambar 3.6. Grafik Realisasi Anggaran Tahun 2018 ............................. 42
Gambar 3.7 Grafik Kuantitas PNS Biro KepegawaianTahun 2014 –
2018 .................................................................................. 46
Gambar 3.8 Penyerahan Penghargaan Kepada Satker dengan
Pengelolaan Anggaran Terbaik ......................................... 50
Gambar 3.9 Grafik Target dan Realisasi Indikator Kedua ..................... 52
Gambar 3.10. Grafik Target dan Realisasi Indikator Ketiga ...................... 54
Gambar 3.11. Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran
2017 dan 2018 .................................................................. 57
Gambar 3.12 Sertifikat Reward kepada Pegawai dengan Kinerja
Terbaik .............................................................................. 59
Gambar 3.13 Grafik Kumulatif target dan capain kinerja Tahun 2015-
2018 dan target 2019 ........................................................ 63
Gambar 3.14. Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Biro
Hukum dan Organisasi Tahun 2015-2019 ......................... 74
Gambar 3.15 Capaian Indikator Pembayaran Gaji dan /atau Insentif
Tenaga Kesehatan Strategis ............................................. 80
Gambar 3.16 Grafik Komposisi Pegawai Menurut Jenis Jabatan ............ 87
Gambar 3.17 Grafik Perbandingan keadaan pegawai menurut golongan 87
Gambar 3.18. Grafik Capaian 12 Indikator Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2018 ....................................................................... 94
Gambar 3.19 Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data ......................... 102
Gambar 3.20 Tampilan Absensi Keterisian Data/Variabel Bulanan pada
Aplikasi Komunikasi Data .................................................. 103
Gambar 3.21 Tampilan Laporan Data Bulanan pada Aplikasi
Komunikasi Data ............................................................... 103
Gambar 3.22 Capaian Indikator Jumlah Kabupaten Kota yang
Melaporkan Data Kesehatan Prioritas Tahun 2018 ........... 105
Gambar 3.23 Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Akses Puskesmas ........... 107
Gambar 3.24 Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Akses Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota................................................................. 107

Laporan Kinerja (LKJ) xviii


Gambar 3.25 Pojok Informasi Keluarga Sehat pada Website
Kementerian Kesehatan .................................................... 110
Gambar 3.26 Website Informasi Program Keluarga Sehat dengan
Pendekatan Keluarga ........................................................ 111
Gambar 3.27 Tampilan salah Satu Laporan Capaian SPM
Kabupaten/Kota pada Aplikasi Komunikasi Data ............... 114
Gambar 3.28 Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2018 .................................................... 117
Gambar 3.29 Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun
2018 .................................................................................. 118
Gambar 3.30 Persentase Penggunaan Dana Dekonsentrasi Kegiatan
Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan Menurut
Provinsi Tahun Anggaran 2018 ......................................... 119
Gambar 3.31. Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran
Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2016, 2017 dan 2018 ........ 141
Gambar 3.32 Grafik Distribusi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pusat Krisis
Kesehatan Tahun 2018 Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 145
Gambar 3.33 Grafik Perbandingan Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2016, 2017 dan 2018 ........ 146
Gambar 3.34. Grafik permintaan informasi telepon Halo Kemenkes ........ 191
Gambar 3.35. Grafik Pengaduan Telepon Halo Kemenkes ...................... 191
Gambar 3.36. Grafik Saran Telepon Halo Kemenkes............................... 191
Gambar 3.37. Grafik Permintaan informasi SMS Halo Kemenkes ............ 192
Gambar 3.38. Grafik Saran SMS Halo Kemenkes.................................... 192
Gambar 3.39 Grafik Pengaduan SMS Halo Kemenkes ........................... 193
Gambar 3.40. Grafik Permintaan informasi pada Lapor ........................... 193
Gambar 3.41. Grafik Pengaduan pada Lapor ........................................... 193
Gambar 3.42. Grafik Saran Pada Lapor ................................................... 194
Gambar 3.43. Grafik Permintaan infomasi Email...................................... 194
Gambar 3.44. Grafik Pengaduan melalui Email ....................................... 195
Gambar 3.45. Grafik Saran melalui Email ................................................ 195
Gambar 3.46. Sambutan dan pembukaan oleh Kepala Biro Komunikasi
dan Pelayanan Masyarakat ............................................... 196
Gambar 3.46. Praktik berkomunikasi efektif oleh salah satu peserta........ 196
Gambar 3.47. Salah satu juri sedang mendengarkan rekaman hasil
mistery guest kepada call center UPT ............................... 196
Gambar 3.48. Foto Bersama Juri Dan Panitia .......................................... 197
Gambar 3.49. Neraca BMN Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
TA. 2018............................................................................ 225
Gambar 3.50 Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 –
2024 .................................................................................. 233
Gambar 3.51. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan
Indonesia 2018 – 2020 ...................................................... 234
Gambar 3.52 Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil
Penelitian Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan
PIS-PK .............................................................................. 237

Laporan Kinerja (LKJ) xix


Gambar 3.53 Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM
Bidang Kesehatan ............................................................. 240
Gambar 3.54 Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD)
Bidang Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian
Pembangunan Kesehatan ................................................. 243
Gambar 3.55. Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui
EBA dalam Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan
Pimpinan Tinggi................................................................. 245
Gambar 3.56 Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan ......... 246
Gambar 3.57. Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis
dalam Pembangunan Kesehatan....................................... 248
Gambar 3.58 Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis
dalam Pembangunan Kesehatan....................................... 249
Gambar 3.59 Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan
Bermartabat....................................................................... 250
Gambar 3.60. Grafik Jumlah Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2018 ...... 260
Gambar 3.61. Grafik Jumlah Pegawai Menurut Golongan ....................... 261
Gambar 3.62. Grafik Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan .... 261
Gambar 3.63 Komposisi Pegawai Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 –
2018 .................................................................................. 270
Gambar 3.64 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
tahun 2018 ........................................................................ 271
Gambar 3.65. Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin tahun
2018 .................................................................................. 272
Gambar 3.66. Peta Jabatan Pusat Kesehatan Haji tahun 2018................ 273
Gambar 3.67 Penghargaan dari Ketua Komite Kantor Urusan Haji
Makkah Al Mukarramah ..................................................... 280
Gambar 3.68 Penghargaan dari Direktur Jenderal Kesehatan Daerah
Makkah.............................................................................. 280
Gambar 3.69 Penghargaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Klinik
Kementerian Kesehatan Arab Saudi .................................. 281
Gambar 3.70 Penghargaan dari Menteri Kesehatan pada Hari
Kesehatan Nasional ke 54 ................................................. 281
Gambar 3.71. Grafik Target Kinerja dan Realisasi Kinerja sesuai
Renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 .................. 282
Gambar 3.73. Grafik Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 –
2019 Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri ........ 298
Gambar 3.74. Grafik Target dan Capaian STR ........................................ 302
Gambar 3.75. Grafik Capaian indikator “Penanganan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan2016,
2017 dan 2018 .................................................................. 303
Gambar 3.76 GrafikSertifikat Kelaikan Praktik Kedokteran tahun 2018 ...
Gambar 3.77. Gambar Struktur Organisasi Konsil Kedokteran Indonesia 322
Gambar 3.78. Struktur Organisasi Majelis Kehormatan Disiplin Indonesia 323
Gambar 3.79. Belanja Kesehatan Indonesia Tahun 2010-2016 ............... 340
Gambar 3.80. Belanja Kesehatan Indonesia 2010-2016 .......................... 340

Laporan Kinerja (LKJ) xx


Gambar 3.81 Distribusi Pegawai PPJK ................................................... 352
Gambar 3.82 Distribusi Pegawai PPJK Berdasarkan Pendidikan dan
Usia ................................................................................... 352
Gambar 3.83 Realisasi Anggaran PPJK TA 2018 ................................... 353
Gambar 3.84 Realisasi Anggaran PPJK TA 2016-2018 .......................... 354
Gambar 3.85. Gambaran Sarana dan Prasarana di Ruangan PPJK ........ 359
Gambar 3.86 Pelaporan Aplikasi E-monev DJA dan E-Monev Bappenas 360

Laporan Kinerja (LKJ) xxi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib
mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan dalam
bentuk Laporan Kinerja (LKj). Dimana Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjwabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah
diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan
melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Hal ini
sejalan dengan upaya reformasi birokrasi yang sedang dilakukan oleh seluruh
Kementerian dan Lembaga, yaitu mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih dan berwibawa serta memiliki kinerja yang balk (Good Governance).
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Sekretariat Jenderal
mempunyai wewenang untuk meningkatkan koordinasi pelaksanaan tugas serta
pembinaan dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kementerian
Kesehatan. Sekretariat Jenderal berperan juga dalam meningkatkan kemampuan
manajemen dan informasi kesehatan, sinkronisasi perencanaan kebijakan,
program dan anggaran serta koordinasi dan integrasi lintas sektor dan berperan
pada optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Sebagai salah satu prioritas perubahan terhadap program reformasi
birokrasi, Sekretariat Jenderal berupaya mendukung pembangunan kesehatan
secara sistematis, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab
serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga tercipta Good
Governance.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Sekretariat Jenderal setiap
tahun menyampaikan Laporan Kinerja kepada Menteri Kesehatan. Penyusunan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal tersebut merujuk pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Revisi I - 2017, Rencana Aksi
Program Sekretariat Jenderal Revisi Tahun 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja
Sekretariat Jenderal Tahun 2018.

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal


Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2015 tentang Kementerian Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal merupakan unsur pembantu
pimpinan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ) 1


Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Sekretariat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
2. Koordinasi Pengembangan Subtansi Teknis dan Regulasi Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan;
3. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian
Kesehatan;
4. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama,
hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Kesehatan;
5. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
6. Koordinasi dan penyusunan peraturan, perundang-undangan serta
pelaksanaan advokasi hukum;
7. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara dan layanan pengadaan
barang/jasa; dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat Jenderal menyusun
Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2015-2019 dan peta strategis yang
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka struktur
organisasi Sekretariat Jenderal adalah sebagai berikut :

Sekretariat
Jenderal

Biro Perencanaan Biro Biro Keuangan Biro Hukum Biro Biro Kerjasama Biro
dan Anggaran Kepegawaian dan BMN dan Organisasi Umum Luar Negeri Komunikasi
dan Pelayanan
Masyarakat

Pusat Data dan Pusat Krisis Pusat Pembiayaan Pusat Analisis Pusat Sekretariat Konsil
Informasi Kesehatan dan Jaminan Determinan Kesehatan Kedokteran
Kesehatan Kesehatan Haji Indonesia

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal


Kementerian Kesehatan Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ) 2


Berdasarkan Permenkes tersebut struktur organisasi Sekretariat Jenderal,
terdiri atas 7 (tujuh) Biro, 5 (lima) Pusat dan 1 (satu) sekretariat. Dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan kegiatan
Sekretariat Jenderal didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 1.062
pegawai dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan Tahun 2018

No Unit Kerja Jumlah Pegawai


1 Biro Perencanaan dan Anggaran 78
2 Biro Keuangan dan BMN 106
3 Biro Hukum dan Organisasi 64
4 Biro Kepegawaian 140
5 Biro Kerjasama Luar Negeri 41
6 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat 60
7 Biro Umum 215
8 Pusat Data dan Informasi 78
9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan 48
10 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 64
11 Pusat Krisis Kesehatan 50
12 Pusat Kesehatan Haji 59
13 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia 59
Total 1.062
Sumber; : Data SIMKA per Desember 2018

Sekretariat Jenderal sebagai penggerak utama (prime mover) tentu


memerlukan SDM dengan kompetensi tinggi yang tercermin dari jenjang
pendidikan. Distribusi pegawai Sekretariat Jenderal berdasarkan dengan jenjang
pendidikan sebagai berikut : Jumlah S3: 10 orang, S2: 307 orang, S1/DIV: 407
orang, DIII: 135 orang, SMA: 174 orang, SMP: 18 orang, SD: 11 orang, total
seluruh pegawai 1.062 orang.

Laporan Kinerja (LKJ) 3


Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal Tahun 2018
Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan
No Unit Kerja
S3 S2 S1/DIV DIII SMA SMP SD JML
1 Biro Perencanaan
0 35 30 6 7 0 0 78
dan Anggaran
2 Biro Keuangan dan
0 23 44 9 29 1 0 106
BMN
3 Biro Hukum dan
0 15 36 9 3 1 0 64
Organisasi
4 Biro Kepegawaian 0 22 56 45 16 0 1 140
5 Biro Kerjasama Luar
0 23 15 2 1 0 0 41
Negeri
6 Biro Komunikasi
dan Pelayanan 0 11 32 9 7 1 0 60
Masyarakat
7 Biro Umum 1 24 52 28 86 14 10 215
8 Pusat Data dan
0 36 32 2 8 0 0 78
Informasi
9 Pusat Analisis
Determinan 3 19 24 1 1 0 0 48
Kesehatan
10 Pusat Pembiayaan
dan Jaminan 0 33 21 6 4 0 0 64
Kesehatan
11 Pusat Krisis
1 16 25 6 2 0 0 50
Kesehatan
12 Pusat Kesehatan
3 32 18 6 0 0 0 59
Haji
13 Sekretariat Konsil
Kedokteran 2 18 22 6 10 1 0 59
Indonesia
Total 10 307 407 135 174 18 11 1062

Sekretariat Jenderal melaksanakan program kerja yang mendukung


pelaksanaan program Kementerian Kesehatan yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dan Program
Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Permasalahan
utama (strategic issued) pada saat ini adalah menjaga kesinambungan program
Jaminan Kesehatan Nasional secara optimal khususnya untuk mendukung upaya
pengendalian defisit dana jaminan sosial kesehatan dan penyempurnaan
penyelenggaraan JKN. Isu yang lain adalah penguatan sistem informasi
kesehatan, termasuk integrasi antar sistem.

Laporan Kinerja (LKJ) 4


D. Sistematika Laporan
Laporan Kinerja ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai
berikut :
IKHTISAR EKSEKUTIF
Bagian ini berisi ringkasan Laporan Kinerja Setjen yang menyajikan tujuan dan
sasaran strategis program berdasarkan Renstra revisi 1 Kemenkes Tahun 2015
– 2019, pencapaian outcome, permasalahan/kendala yang dihadapi serta
terobosan yang telah dilaksanakan untuk mencapai sasaran indikator program

BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini disajikan latar belakang, maksud dan tujuan, penjelasan umum
organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (tugas pokok dan fungsi)
dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II : Perencanaan Kinerja


Bab ini menyajikan perencanaan, arah kebijakan dan strategis serta perjanjian
kinerja (dokumen penetapan kinerja)

BAB III : Akuntabilitas Kinerja


Bab ini memuat tentang capaian kinerja dan analisis pencapaian kinerja serta
realisasi akuntabilitas keuangan

BAB IV : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan atas pencapaian kinerja dan tindak lanjut ke depan.

Lampiran

Laporan Kinerja (LKJ) 5


BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen
perencanaan jangka menengah (5 tahun) Kementerian/Lembaga yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan program dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun menyesuaikan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang telah direvisi
dengan Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Revisi I.
Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan
kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan
koordinatif dalam kurun waktu Tahun 2015-2019 dengan berorientasi kepada
hasil yang akan dicapai selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi,
peluang, serta kendala yang ada maupun tantangan yang mungkin terjadi.
Kementerian Kesehatan menetapkan dua belas sasaran strategis yang di
kelompokan menjadi tiga yaitu kelompok sasaran strategis pada aspek input
(organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen); kelompok sasaran strategis
pada aspek penguatan kelembagaan; dan kelompok sasaran strategis pada
aspek upaya strategis. Sekretariat Jenderal berada di kelompok aspek input
(organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen) dan aspek penguatan
kelembagaan yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan;
b. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Integrasi;
c. Meningkatkan Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga;
d. Meningkatkan daya guna kemitraan (Dalam dan Luar Negeri);
e. Meningkatkan Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Pemantauan
Evaluasi.
Untuk dapat mencapai sasaran strategis di level input tersebut,
Sekretariat Jenderal mempunyai dua program yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
serta Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Masing-
masing program mempunyai sasaran, indikator dan target yang telah ditetapkan
dalam Renstra Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)6


Tabel 3
Program, Sasaran, Indikator, dan Target Sekretariat Jenderal Tahun 2018

No Program Sasaran Indikator Target


1 Dukungan Meningkatnya 1. Jumlah Kebijakan 3
Manajemen Dan koordinasi publik
Pelaksanaan Tugas pelaksanaan tugas, berwawasan
Teknis Lainnya pembinaan dan kesehatan
Kementerian pemberian dukungan 2. Persentase 96,00%
Kesehatan manajemen Harmonisasi
Kementerian dukungan
Kesehatan manajemen dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya
2 Pelaksanaan Terselenggaranya Jumlah Penduduk 92,40Juta
Jaminan Kesehatan penguatan Jaminan yang menjadi jiwa
Nasional Kesehatan Nasional peserta Penerima
(JKN)/Kartu (JKN)/ Kartu Bantuan luran (PBI)
Indonesia Sehat Indonesia Sehat rnelalui Jaminan
(KIS) (KIS) Kesehatan Nasional
(JKN)/ Kartu
Indonesia Sehat
(KIS) (dalam juta)

Untuk mencapai sasaran dan indikator program tersebut, kegiatan yang


telah dilaksanakan adalah :
1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan;
2. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara;
3. Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi;
4. Pembinaan Administrasi Kepegawaian;
5. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri;
6. Pengelolaan Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat;
7. Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan Rumah Tangga, Keuangan
dan Gaji;
8. Pengelolaan dan Informasi Kesehatan;
9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan;
10. Penanggulangan Krisis Kesehatan;
11. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji;
12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia.

Laporan Kinerja (LKJ)7


Sedangkan kegiatan untuk Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah “Pengembangan
Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia
Sehat”.

Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran,


telah dialokasikan anggaran berdasarkan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal
tahun 2018 sebesar Rp.28.165.890.422.000,00 pada pagu awal, dan sebesar
Rp.28.138.096.577.000,00 pada pagu akhir. Terdapat selisih anggaran sebesar
Rp.27.793.845.000,00 hal tesebut dikarenakan adanya pergeseran anggaran
antar program yaitu pergeseran dari anggaran Sekretariat Jenderal ke Badan
PPSDM Kesehatan dan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal


Visi dan misi dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu
"Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong royong". Sebagai penjabaran visi dan misi Presiden
tersebut, maka dirumuskan berbagai kebijakan sebagai arah tindakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan tertuang dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 ini merupakan turunan dari sasaran
strategis Kementerian Kesehatan yang telah tercantum dalam Rencana Strategis
Tahun 2015-2019 Revisi-I. Sasaran strategis Sekretariat Jenderal tersebut telah
diterjemahkan dalam sasaran Indikator Kinerja Program (IKP) yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2017.
Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator
kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu
berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari
kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja
setiap tahun.

Laporan Kinerja (LKJ)8


Tabel 4
Program, Indikator dan Target
Sekretariat Jenderal Tahun 2016, 2017 dan 2017 Revisi

Tahun 2016
No Program Indikator Kinerja Utama Target
(1) (2) (3) (4)
Tertuang dalam Renstra Tahun 2015 - 2019
1. Dukungan manajemen Harmonisasi dukungan manajemen 92%
dan Program Teknis dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Lainnya Kementerian
Kesehatan
2. Penguatan Pelaksanaan Jumlah Penduduk yang menjadi 99,6 juta
Jaminan Kesehatan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Nasional (JKN)/Kartu melalui Jaminan Kesehatan Nasional
Indonesia Sehat (KIS) (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Tahun 2017
No Program Indikator Kinerja Program Target
(1) (2) (3) (4)
Tertuang dalam Renstra Tahun 2015 - 2019
1. Dukungan manajemen 1. Persentase Harmonisasi dukungan
dan Pelaksanaan Teknis manajemen dan pelaksanaan 94%
Lainnya Kementerian tugas teknis lainnya
Kesehatan
2. Penguatan pelaksanaan Jumlah Penduduk yang menjadi 105,5
Jaminan Kesehatan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Juta
Nasional (JKN)/ Kartu melalui Jaminan Kesehatan Nasional
Indonesia Sehat (KIS) (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

2017 Revisi
Indikator Kinerja
No Program Target
Program

(1) (2) (3) (4)


Tertuang dalam Renstra Tahun 2015 – 2019Revisi 1
1. Dukungan manajemen 1. Jumlah kebijakan publik 3
dan Pelaksanaan Tugas berwawasan kesehatan
Teknis Lainnya 2. Persentase harmonisasi dukungan 94%
Kementerian Kesehatan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya
2. Penguatan pelaksanaan Jumlah Penduduk yang menjadi 92,4
Jaminan Kesehatan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Juta
Nasional (JKN)/ Kartu melalui Jaminan Kesehatan Nasional
Indonesia Sehat (KIS) (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat
(KIS)(dalam juta)

Laporan Kinerja (LKJ)9


C. Matriks, Program, Indikator dan Capaian Harmonisasi Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Kesehatan Tahun 2018

No. Program/ Kegiatan Indikator Target Capaian


I. Dukungan 1. Jumlah kebijakan publik 3 3
Manajemen dan berwawasan kesehatan
Pelaksanaan 2. Persentase Harmonisasi 96% 124,60
Tugas Teknis Dukungan Manajemen
Lainnya dan Pelaksanaan Tugas
Kementerian Teknis Lainnya
Kesehatan
1. Perencanaan dan 1. Jumlah Provinsi yang 30 30
Penganggaran memiliki rencana lima
Program tahun dan anggaran
Pembangunan kesehatan terintegrasi dari
Kesehatan berbagai sumber
2. Jumlah dokumen 26 26
perencanaan, anggaran
dan evaluasi
pembangunan kesehatan
yang berkualitas
3. Jumlah rekomendasi 34 34
monitoring dan evaluasi
terpadu
2. Pembinaan 1. Persentase pemenuhan 90% 90,01%
Administrasi kebutuhan Aparatur Sipil
Kepegawaian Negara (ASN)
Kementerian kesehatan
2. Persentase pejabat 85% 86,75%
pimpinan tinggi,
Administrator dan
Pengawas di lingkungan
Kementerian Kesehatan
yang kompotensinya
sesuai persyaratan jabatan
3. Persentase pegawai 91% 99,80%
Kementerian Kesehatan
dengan nilai kinerja
minimal baik
3. Pembinaan 1. Persentase Satker yang 100% 100%
Pengelolaan menyampaikan laporan
Administrasi keuangan tepat waktu dan
berkualitas sesuai dengan
Keuangan dan
Standar Akuntansi
Barang Milik Penerintah (SAP) untuk
Negara mempertahan WTP

Laporan Kinerja (LKJ)10


Sasaran Program/
No. Indikator Target Capaian
Kegiatan
2. Persentase nilai aset tetap 90% 116%
yang telah mendapatkan
Penetapan Status
Penggunaan (PSP) sesuai
ketentuan
3. Persentase pengadaan 100% 98%
barang/jasa (e-
procurement) sesuai
ketentuan
4. Perumusan 1. Jumlah produk hukum 233 404
Peraturan penangan masalah hukum
Perundang- dan fasilitasi pengawasan
dan penyidikan yang
undangan dan
diselesaikan:
Organisasi
2. Jumlah produk layanan 15 15
organisasi dan tata
laksana
5. Pengelolaan 1. Persentase 94% 96%
Urusan Tata Usaha, terselenggaranya
Keprotokolan, administrasi korespodensi,
pengaturan acara dan
Rumah Tangga,
kegiatan pimpinan dengan
Keuangan dan Gaji SOP
2. Presentase pelayanan 94% 98,42%
dokumen perjalanan dinas
luar negeri tepat waktu
3. Persentase pengelolaan 25% 25,11%
kearsipan Kementerian
Kesehatan
4. Persentase terpeliharanya 97% 97%
prasarana kantor
5. Persentase pembayaran 98% 98,04%
gaji dan/atau insentif
tenaga kesehatan strategis
tepat waktu
6. Pengelolaan Data 1. Jumlah kabupaten/kota 412 359
dan Informasi yang melaporkan data
Kesehatan kesehatan prioritas
2. Jumlah kabupaten/kota 206 212
dengan jaringan
komunikasi data untuk
pelaksanaan e-kesehatan
3. Jumlah kabupaten/kota 514 479
yang melaksanakan
pemetaan keluarga sehat
4. Jumlah provinsi dan 386 425
kabupaten/kota yang
menyampaikan laporan
capaian SPM

Laporan Kinerja (LKJ)11


Sasaran Program/
No. Indikator Target Capaian
Kegiatan
7. Penanggulangan Krisis 1. Jumlah provinsi dan 84 90
Kesehatan kabupaten/ kota yang
mendapatkan dukungan
untuk melaksanakan
upaya pengurangan resiko
krisis kesehatan
2. Jumlah dukungan yang 24 45
diberikan untuk penguatan
provinsi dan kab/kota
dalam penanggulangan
krisis kesehatan
8. Pengelolaan 1. Jumlah publikasi program 9.500 16.881
Komunikasi Publik dan pembangunan kesehatan
Pelayanan Masyarakat yang disebarluaskan
kepada masyarakat
2.Persentase layanan 97% 97,52%
masyarakat (permohonan
informasi dan pengaduan
masyarakat) yang
diselesaikan
1. Persentase Kementerian 40% 44,11%
lain yang mendukung
pembangunan kesehatan
9. Peningkatan Analisis 1. Hasil analisis kebijakan 10 10
Determinan Kesehatan yang disusun untuk
peningkatan
pembangunan kesehatan
10. Peningkatan 1. Presentase Jemaah haji 75% 102,90%
Kesehatan Jemaah yang mendapatkan
Haji pembinaan istithaah
kesehatan haji
11. Peningkatan Kerja 1. Jumlah kesepakatan kerja 7 7
sama Luar Negeri sama luar negeri di bidang
kesehatan
12. Pengelolaan Konsil 1. Jumlah penanganan kasus 41 49
Kedokteran Indonesia pelanggaran disiplin dokter
dan dokter gigi
2. Jumlah Surat Tanda 20.000 47.403
Registrasi (STR) dokter
dan dokter gigi yang
teregistrasi dan
terselesaikan tepat waktu

Laporan Kinerja (LKJ)12


II. Penguatan Jumlah Penduduk yang 92,40 92,47
Pelaksanaan menjadi Peserta Penerima
Jaminan Kesehatan Bantuan Iuran (PBI) melalui
Nasional - JaminanKesehatan
(JKN)/Kartu Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat Indonesia Sehat (KIS)
(KIS) (dalam Juta)
1 Pengembangan 1. Jumlah pedoman 2 2
Pembiayaan secondary prevention
Kesehatan dan pelayanan kesehatan
dalam JKN
Jaminan Kesehatan
2. Jumlah pedoman untuk -
Nasional (JKN)/Kartu
optimalisasi pemanfaatan
Indonesia Sehat
berbagai sumber dana
(KIS)
untuk mendukung upaya
promotif dan preventif di
Puskesmas
3. Jumlah skema -
pembiayan melalui ppp
kerjasama pemerintah
dan swasta (KPS) di
bidang kesehatan yang
dihasilkan
4.Jumlah hasil kajian/monev 5 7
pengembangan
pembiayaan kesehatan
dan JKN/KIS
5. Jumlah dokumen hasil 2 263
Health Technology
Assesment (HTA) yang
disampaikan kepada
Menteri Kesehatan

Laporan Kinerja (LKJ)13


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


Untuk mengetahui capaian kinerja atas target indikator pada Sekretariat
Jenderal maka dilakukan monitoring berkala dan evaluasi. Waktu monitoring
disesuaikan dengan karakteristik Indikator Kinerja Program (IKP) apakah
capaiannya diukur dalam periode triwulanan, semesteran atau tahunan.
Monitoring, evaluasi, pengumpulan, pengukuran sampai pelaporan
capaian kinerja Sekretariat Jenderal dilakukan oleh tim evaluasi dan pelaporan
satker secara triwulanan. Dalam pelaksanaanya, metode pengukuran kinerja
pada Sekretariat Jenderal menggunakan e-monev PP39 (Bappenas), e-monev
kinerja penganggaran (SMART DJA Kementerian Keuangan) dan Matriks
Sandingan Target dan Capaian Indikator Renstra, RenjaK/L, RKP serta pagu dan
realisasi anggarannya.Proses penghitungan IKPdilakukan dengan menilai
capaian kinerja masing-masing kegiatan pada satker eselon II yang mendukung
pencapaian kinerja program.
Data untuk penghitungan kinerja, dikumpulkan oleh pengolah data
evaluasi dari setiap satuan kerja pada lingkup Sekretariat Jenderal dan
diserahkan ke Bagian APBN II Biro Perencanaan dan Anggaran secara periodik
dan kumulatif pada akhir tahun menjadi bahan perhitungan IKP unit organisasi
Sekretariat Jenderal.

B. Analisis Capaian Kinerja


Dalam pelaksanaan tugasnya, Sekretariat Jenderal memiliki dua Program
yaitu:
1. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Kementerian Kesehatan dengan dua IKP yaitu:
a. Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan
Capaian diperoleh dari jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan
nasional sesuai dengan definisi dan kriteria yang telah ditetapkan.
Kebijakan dibuat oleh lintas sektor. Pada tahun 2018 memiliki target
sebanyak 3 kebijakan dan realisasinya sebanyak 3 kebijakan atau
100% artinya berhasil mencapai target.
b. Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya;
Indikator persentase harmonisasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknisnya dihitung berdasarkan jumlah capaian
kinerja Pusat/Biro dibagi dengan total Pusat/Biro. Capaian kinerja
Pusat/Biro ini dimonitoring setiap triwulan dengan menggunakan data
matriks sandingan Rencana Strategis, Rencana Kerja dan Rencana
Kerja Pemerintah. Capaian pada tahun 2018 adalah 124,50%atau
melebihi target yang ditetapkan sebesar 96%.

Laporan Kinerja (LKJ)14


Dalam pengukuran kinerja, Kementerian Kesehatan tidak hanya
menggunakan e-monev Bappenas yang pengisiannya setiap triwulan
ataupun e-monev SMART DJA Kemenkeu yang selama ini digunakan.
Kementerian Kesehatan telah memiliki aplikasi yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja yaitu e-performance. Aplikasi ini mengukur
kinerja satker kantor pusat, kantor daerah, dan dekonsentrasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
2. Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasonal (JKN)/ Kartu
Indonesia sehat (KIS) dengan IKP yaitu Jumlah penduduk yang menjadi
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dari target sebesar 92,4
juta jiwa dapat tercapai sebesar 92.468.675 jiwa atau 92,47 juta jiwa atau
100,08 %.

Analisis capaian kinerja pada Sasaran Strategis dan Indikator kinerja


untuk setiap kegiatan dijelaskan lebih detil sebagai berikut:

I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Kementerian Kesehatan

Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Kementerian Kesehatan memiliki sasaran yaitu meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen
Kementerian Kesehatan. Program tersebut dijabarkan dalam berbagai kegiatan
pada satuan kerja di lingkup Sekretariat Jenderal. Masing-masing kegiatan telah
ditetapkan sasaran dan indikator kinerjanya.

Penjelasan lebih detil untuk target dan capaian indicator pada masing-
masing kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan


Kesehatan.
Sasaran kegiatan yaitu meningkatnya kualitas perencanaan dan
penganggaran program pembangunan kesehatan dengan ada tiga indikator di
tahun 2018 yaitu :
1. Jumlah Provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran
kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber;
2. Jumlah dokumen kebijakan perencanaan, anggaran dan evaluasi
pembangunan kesehatan yang berkualitas; dan
3. Jumlah rekomendasi monitoring dan evaluasi terpadu.

Laporan Kinerja (LKJ)15


Tabel 3.1
Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Capaian (%) 2016 sd 2018
dan target 2019

2016 2017 2018 2019


Sasaran Indikator Kinerja
T R % T R % T R %
1. Jumlah Provinsi yang
memiliki rencana lima
tahun dan anggaran 16 16 100% 25 25 100% 30 30 100% 34
Meningkatnya kesehatan terintegrasi
kualitas dari berbagai sumber
perencanaan 2. Jumlah dokumen
dan kebijakan perencanaan,
penganggaran anggaran dan evaluasi 26
25 25 100% 25 25 100% 26 26 100%
program pembangunan
pembangunan kesehatan yang
kesehatan berkualitas
3. Jumlah rekomendasi
monitoring dan evaluasi 34 34 100% 34 34 100% 34 34 100% 34
terpadu

A. CAPAIAN KINERJA
Dalam rangka mengetahui pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan,
dilakukan pengukuran terhadap indikator-indikator kinerja output kegiatan
yang tercantum dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan.

Tabel 3.2
Target dan Realisasi Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Tahun 2018

Target Realisasi
Sasaran Indikator Kinerja
2018 2018
Meningkatnya Jumlah Provinsi yang memiliki rencana
kualitas lima tahun dan anggaran kesehatan 30 30
perencanaan terintegrasi dari berbagai sumber
dan
Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran
anggaran, dan evaluasi pembangunan
program 26 26
kesehatan yang berkualitas
pembangunan
kesehatan
Jumlah rekomendasi monitoring dan
evaluasi terpadu 34 34

Laporan Kinerja (LKJ)16


Tabel 3.3
Alokasi Anggaran untuk Dukungan Indikator Kinerja

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN % ANGGARAN REALISASI %


1 Jumlah Provinsi
yang memiliki
rencana lima
tahun dan
anggaran 30 30 100 3.909.619.000 3.191.956.751 81,64
kesehatan
terintegrasi dari
berbagai
sumber
2 Jumlah
dokumen
perencanaan,
anggaran, dan
26 26 100 66.053.774.000 57.590.699.812 87,19
evaluasi
pembangunan
kesehatan yang
berkualitas
3 Jumlah
rekomendasi
34 34 100 19.137.498.000 16.402.071.895 85,71
monitoring dan
evaluasi terpadu

1) Indikator Jumlah Provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan


anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber
Definisi operasional dari indikator pertama adalah jumlah provinisi
yang mempunyai dokumen pemetaan anggaran kesehatan di provinsi
yang sesuai dengan prioritas nasional dengan menggunakan dana APBN
dan APBD. Cara perhitungan Provinsi yang memiliki rencana dalam kurun
waktu lima tahun dengan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai
sumber dana (APBN dan APBD).Secara umum, indikator pertama telah
tercapai. Anggaran yang dialokasikan dalam rangka mencapai target
indikator pertama adalah sebanyak Rp.3.909.619.000,00 dengan capaian
realisasi Rp.3.191.956.751,00 atau 81,64 %. Sisa anggaran merupakan
sisa frekuensi kegiatan yang tidak terlaksana dan dikarenakan peserta
yang hadir tidak mencapai 100%.
Output dari kegiatan yang terkait langsung maupun tidak langsung
dengan pencapaian indikator ini pada umumnya dapat tercapai
seluruhnya (100%) dengan menghasilkan kinerja jumlah Provinsi yang
memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari
berbagai sumber sejumlah 30 Provinsi sebagai berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)17


(1) Sumatera Utara
(2) Sumatera Selatan
(3) Sumatera Barat
(4) Riau
(5) Kepulauan Riau
(6) Jambi
(7) Bengkulu
(8) Bangka Belitung
(9) Lampung
(10) Banten
(11) DKI Jakarta
(12) Jawa Barat
(13) Jawa Timur
(14) Jawa Tengah
(15) DI Yogyakarta
(16) Bali
(17) Nusa Tenggara Timur
(18) Nusa Tenggara Barat
(19) Kalimantan Timur
(20) Kalimantan Selatan
(21) Kalimantan Utara
(22) Kalimantan Tengah
(23) Sulawesi Selatan
(24) Sulawesi Barat
(25) Sulawesi Tengah
(26) Sulawesi Tenggara
(27) Gorontalo
(28) Papua Barat
(29) Maluku
(30) Maluku Utara

a. Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator


Pencapaian indikator pertama yang mampu mencapai target
yang direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Undang – Undang Kesehatan;
2) Permenkes Nomor 7 Tahun 2014;
3) Hasil trilateral meeting;
4) Adanya partisipasi aktif dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam
menyusun Rencana Strategis Daerah;
5) Peran serta aktif Pemerintah Daerah dalam mendukung
sektor kesehatan dengan dukungan APBD khususnya untuk
anggaran kesehatan yang terintegrasi dari berbagai sumber.

Laporan Kinerja (LKJ)18


b. Permasalahan
1) Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan yang ada
di daerah sehingga kehadiran peserta tidak bisa mencapai
100%.
2) Peserta menggunakan dana APBD.
c. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dilakukan ialah mempersiapkan dan
mensosialisasikan jadwal kegiatan sehingga tidak bersamaan
dengan kegiatan di daerah.
d. Rencana tindak lanjut
Sebagai upaya yang akan dilakukan untuk indikator ini adalah
monitoring dan evaluasi secara berkala ke provinsi dan
memberikan feedback laporan ke Provinsi

2) Indikator Jumlah dokumen kebijakan perencanaan, anggaran


dan evaluasi pembangunan kesehatan yang berkualitas
Definisi operasional dari indikator kedua adalah dokumen-dokumen
perencanaan strategis, perencanaan, anggaran, dan evaluasi
pembangunan kesehatan yang sinkron antara RPJMN, Renstra,
RKP, Renja K/L, dan RKA KL dan diselesaikan tepat waktu. Cara
perhitungan indikator kedua dengan Jumlah dokumen = Jumlah
dokumen perencanaan + Jumlah dokumen anggaran + jumlah
dokumen evaluasi yang dihasilkan dalam 1 tahun anggaran. Secara
umum, indikator kedua telah tercapai. Biro Perencanaan dan
Anggaran menetapkan alokasi anggaran dalam rangka mencapai
target indikator kedua adalah Rp. 66.053.774.000,00 dengan capaian
realisasi Rp. 57.590.699.812,00 atau 87,19%. Sisa anggaran
merupakan sisa frekuensi kegiatan yang tidak terlaksana dan
dikarenakan peserta yang hadir tidak mencapai 100%
Output dari kegiatan yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan pencapaian indikator ini pada umumnya dapat
tercapai seluruhnya (100%) dengan menghasilkan kinerja sejumlah
26 dokumen yang ditetapkan atau mencapai 100%. Berikut rincian 26
dokumen perencanaan, anggaran, kebijakan, dan evaluasi
pembangunan kesehatan:

Tabel 3.4
Tabel Dokumen Perencanaan, Anggaran, Kebijakan, dan Evaluasi
Pembangunan Kesehatan

NO PROSES JUMLAH DOKUMEN


A. PERENCANAAN 1. Bahan RKP
2. Trilateral Meeting
3. Renja-KL
4. Rakontek DAK

Laporan Kinerja (LKJ)19


NO PROSES JUMLAH DOKUMEN
5. Perencanaan Belanja Mengikat
6. Rancangan Teknokratik Renstra Tahun
2019-2024
7. Perencanaan Dana Dekonsentrasi
8. Permenkes Standar Teknis Penerapan
SPM
9. Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus
(Juknis DAK)
10. Rakontek Perencanaan

NO PROSES JUMLAH DOKUMEN


11. Penyusunan Proposal DAK
12. Koordinasi PISPK
B. PENGANGGARAN 13. Dokumen Revisi RKA-KLKementerian
Kesehatan Tahun Berjalan
14. Penyusunan RKA-K/LKementerian
Kesehatan Tahun Berikutnya
15. Penyusunan dan Revisi RKA-KL Satker
Roren
16. Penyusunan Output
17. RKA DAK
C. EVALUASI 18. KSP
19. Evaluasi Program Prioritas (Stunting)
20. Evaluasi PHLN
21. ReviuLKj Unit Organisasi
22. Reviu LKj Kementerian Kesehatan
23. Evaluasi Pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) untuk Unit
Organisasi dan Satker
24. Evaluasi Dana Dekonsentrasi dan
Transfer Daerah
25. Laporan DAK
26. Pelaporan dan Pemantauan Program
(PP-39)

a. Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator


Pencapaian indikator kedua yang mampu mencapai target
yang direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Umumnya kegiatan yang terkait dengan pencapaian target
indikator kedua merupakan kegiatan rutin setiap tahun sehingga
pihak-pihak terkait sudah mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dan bahan-bahan yang perlu disiapkan;
2) Komitmen pimpinan Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan
perencanaan, penganggaran, kebijakan, dan evaluasi yang lebih
berkualitas;

Laporan Kinerja (LKJ)20


3) Adanya arahan/permintaan pimpinan di tingkat nasional atau
tingkat kementerian dan munculnya kegiatan-kegiatan inovatif
atau terobosan yang menghasilkan dokumen-dokumen
tambahan yang telah direncanakan (executive briefing ISO
9001:2015, Rakontek Perencanaan, dan Pra Rakerkesnas); serta
4) Koordinasi dan komunikasi di tingkat internal dan eksternal (lintas
program dan lintas sektor) yang semakin baik dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam setiap pelaksanaan
kegiatan.
b. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator
kedua ialah kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
internal di Biro Perencanaan dan Anggaran sehingga kehadiran
peserta tidak bisa mencapai 100%.
c. Pemecahan Masalah
1) Mempersiapkan dan mensosialisasikan jadwal kegiatan
sehingga tidak bersamaan dengan kegiatan lainnya di internal
Biro Perencanaan dan Anggaran.
2) Melakukan integrasi kegiatan sehingga penggunaan dana lebih
efisien
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan rutin yang dilaksanakan
setiap tahun secara lebih baik dengan komunikasi dan
koordinasi yang lebih erat dengan unit/kementerian/lembaga
terkait;
2) Menguatkan teamwork, menganalisis beban kerja,menyusun
SOP, penyiapan penerapan standar mutu (ISO), penyiapan
sarana-prasarana penunjang pencapaian kinerja;
3) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan unit/instansi
terkait di tingkat Pusat dan Daerah untuk mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dihasilkan output yang
lebih baik;
4) Integrasi kegiatan yang mempunyai tujuan atau target yang
sama;
5) Meningkatkan kapasitas SDM perencana Pusat dan Daerah;
6) Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung proses
perencanaan, penganggaran, dan pelaporan/evaluasi;
7) Pemanfaatan data-data dan informasi kesehatan serta hasil
kajian, analisis, dan assesment yang tersedia sebagai dasar
penyusunan perencanaan dan anggaran berbasis bukti
(evidence based);
8) Mengembangkan bank data/informasi kebijakan, perencanaan,
dan anggaran.

Laporan Kinerja (LKJ)21


3) Indikator Jumlah rekomendasi monitoring dan evaluasi terpadu
Definisi operasionalnya adalah laporan rekomendasi yang dihasilkan
dari hasil kegiatan monitoring dan evaluasi terpadu oleh binwil. Cara
perhitungan untuk indikator ketiga adalah Jumlah rekomendasi yang
dihasilkan dari hasil kegiatan monitoring dan evaluasi terpadu oleh
Binwil. Anggaran yang dialokasikan dalam rangka mencapai target
indikator ketiga adalah sebanyakRp.19.137.498.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp.16.402.071.895,00 atau 85,71 %. Output dari
kegiatan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan
pencapaian indikator ini pada umumnya dapat tercapai seluruhnya
(100%) dengan menghasilkan kinerja sejumlah 34 dokumen yang
ditetapkan atau mencapai 100%.

a. Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator


Faktor yang mendukung pencapaian indikator ketiga adalah
monitoring program yang menggunakan pendekatan binwil dengan
melibatkan peran serta dari seluruh unit utama, serta konfirmasi
pimpinan untuk melaksanakan program secara terpadu.

b. Permasalahan
Kendala yang dihadapi untuk mencapai target indikator
ketiga ialah hasil akhir laporan wilayah binaan dari unit utama
membutuhkan waktu dan koordinasi untuk menyampaikan ke Biro
Perencanaan dan Anggaran.

c. Pemecahan Masalah
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/221/2016 tentang Pembina,
Pendampingan dan Koordinator, serta Pendukung Pembina Wilayah
di Lingkungan Kementerian Kesehatan dalam Kepmenkes ketiga poin
8 menyampaikan laporan akhir untuk mendukung Laporan Kinerja
Kementerian Kesehatan. Biro Perencanaan dan Anggaran sudah
membuatkan surat dan telah mengingatkan ke unit utama melalui
surat Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Nomor:
PR.01/03/1/2222/2018 tanggal 18 Juli 2018 Perihal Laporan
Pembinaan Wilayah 2018 dan melalui whatsapp group evaluasi dan
pelaporan Kementerian Kesehatan sehingga indikator ketiga berhasil
tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan, yaitu 34 laporan
monev terpadu.

d. Rencana Tindak Lanjut


1) Meningkatkan kualitas melalui penyempurnaan sistem metode,
instrumentasi dan analisis;
2) Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program;dan

Laporan Kinerja (LKJ)22


3) Tetap berkoordinasi dengan unit utama pada Januari 2019
untuk menyampaikan data terkait laporan monev terpadu

B. SUMBER DAYA
Dalam mencapai kinerjanya, Biro Perencanaan dan Anggaran
Sekretariat Jenderal didukung oleh beberapa sumber daya, antara lain
sumber daya manusia dan anggaran.
1. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Biro Perencanaan dan Anggaran yang tercatat di
dalam database kepegawaian hingga 31 Desember 2018 adalah sebanyak
77 (tujuh puluh tujuh) orang dengan rincian sebagai berikut:
a. Kondisi Pegawai berdasarkan Jabatan
• Jabatan Struktural : 17orang,
• Jabatan Fungsional : 9 orang
• Jabatan Pelaksana : 53 orang

b. Kondisi Pegawai berdasarkan Pangkat / Golongan:

No Golongan Jumlah
1. Pengatur - II/c 3
2. Pengatur Tk. I - II/d 1
3. Penata Muda - III/a 9
4. Penata Muda Tk. I - III/b 16
5. Penata - III/c 15
6. Penata Tk. I - III/d 22
7. Pembina - IV/a 10
8. Pembina Utama Madya - IV/d 1
Total 77
c. Kondisi Pegawai berdasarkan Pendidikan:

No Nama Pendidikan Jumlah


1. Sekolah Menengah Atas 6
2. D.III Kesehatan Lingkungan 1
3. D.III Analis Kesehatan 1
4. D.III Teknik Informatika 2
5. D.III Akuntansi 2
6. S.1 Psikologi 1
7. S.1 Keperawatan 1
8. S.1 Kesehatan Masyarakat 13
9. S.1 Gizi 1
10. S.1 Teknik Informatika 1

Laporan Kinerja (LKJ)23


11. S.1 Sosial Politik 1
12. S.1 Ekonomi Manajemen 2
13. S.1 Ekonomi 1
14. S.1 Ekonomi Manajemen Keuangan 2
15. S.1 Ekonomi Akutansi 3
16. S.1 Statistik 1
17. S.1 Administrasi 1
18. S.1 Administrasi Negara 1
19. S.1 Administrasi Publik 1
20. Dokter Umum 3
21. S.2 Kesehatan Masyarakat 5
22. S.2 Magister Administrasi Rumah Sakit 1
23. S.2 Magister Epidemiologi 1
S.2 Magister Administrasi dan Kebijakan
24. 2
Kesehatan
25. S.2 Magister Biostatistik 1
26. S.2 Magister Ekonomi Kesehatan 2
27. S.2 Magister of Public Health 8
28. S.2 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat 2
29. S.2 Ekonomi 1
S.2 Magister Ekonomi Pembangunan dan
30. 1
Perencanaan
31. S.2 Manajemen 4
32. S.2 Perencanaan dan Kebijakan Publik 1
33. S.2 Manajemen Keuangan 1
34. S.2 Manajemen SDM 1
35. S.2 Administrasi Publik 1
Total 77
Sepanjang tahun 2018, terdapat beberapa perubahan kondisi
pegawai karena pergantian, perpindahan, penambahan dan pengurangan
pegawai baik dari dalam maupun luar Satker Biro Perencanaan dan
Anggaran dengan rincian sebagai berikut:
1. Promosi dan Mutasi Pejabat Struktural Ke Luar Satker: 4 orang
(Azhar Jaya, Wahyu Darmawan, Pudjo Hartono, dan Johan Safari)
2. Promosi dan Mutasi Pejabat Struktural Ke Dalam Satker: 1 orang
(Halimatussa’diah)
3. Promosi Pejabat Struktural Internal Satker: 3 orang (Zan Susilo
Wahyu Mutaqin, Budi Perdana, dan Levi Dhynianti)
4. Rotasi Pejabat Struktural Internal Satker: 3 orang (Rahmat
Kurniadi, Lita Rahmalia dan Hendra Gunawan)
5. Mutasi Pegawai Ke Luar Satker: 2 orang (Tezy Mellowin dan
Shinta Andriani)

Laporan Kinerja (LKJ)24


6. Mutasi Pegawai Ke Dalam Satker: 5 orang (Renatta Mega Putri,
Andrayanto, Palupi Widyastuti, Catur Indah Kusumawati, Deasy
Eka Saputri)
7. Penerimaan CPNS STAN: 2 orang (Chandra Siahaan dan Ismail
Imaduddin)
8. Pegawai mencapai Batas Usia Pensiun 2018: 2 orang (Sumartini
dan Marice Bertianna Marpaung)
9. Pegawai Meninggal Dunia: 1 orang (Fransiscus Mulana Sinuraya)
Dari segi pengembangan pegawai di tahun 2018, maka ada
beberapa jenis pendidikan dan pelatihan yang telah dilaksanakan
yaitu:
1. Diklat Kepemimpinan Tk. IV: 1 orang (Okta Iskandaria)
2. Pelatihan Public Speaking: 2orang(Dwi Rini Setyawati dan Nur
Auliah)
3. Pelatihan Analisis Data: 24 orang (Gilang Ramadhan, Risca
Ardhyaningtyas, Kurniati, Anita Dwi Ingati, Zan Susilo Wahyu
Mutaqin, Jamaludin, Dewi Listiyanti, Firman Anugerah, Julia
Rahmadona, Renatta Mega Putri, Levi Dhynianti, Tina Safaria,
Susiyo Luchito, Anita Amiratih, Sonik Dwi Ardianto, Palupi
Widyastuti, Okta Iskandaria, Yulius Widiantoro, Deasy Eka
Saputri, Efraim Mudumi, Dwi Rini Setyawati, Duwi Nuryani, Amira
Putri Dewi, Praba Kendistiyawan)
4. PelatihanDesainGrafis: 8 orang (Agung Triyono, Gilang
Ramadhan, FirmanAnugerah, YuliusWidyantoro, Roni Razali,
TututArifatulKhorida, SonikDwiArdianto, Aswin Dwiyono)
5. PelatihanPenilaianAngkaKreditJabatanFungsionalPerencana:
4orang (Andrayanto, Poppy HenningrumDjadis,
DwiRiniSetyawati, RahmatKurniadi)
6. PelatihanPengadaanBarang/JasaPemerintah: 1 orang (Renatta
Mega Putri)
7. Workshop Mini MBA: 17 orang (BayuTejaMuliawan, Zan Susilo
Wahyu Mutaqin, DwiRiniSetyawati, Mutiyarsih, Ermawan,
Mahmud Fauzi, RiscaArdhyaningtyas, NurhadiRaharjo,
LitaRahmalia, Hendra Gunawan, Levi Dhynianti, Budi Perdana,
WinduKusumo, OktaIskandaria, Poppy HenningrumDjadis,
HandryMulyawan, dan DjembarWibowo)
8. Pelatihan Bahasa Inggris: 4 orang (BayuTejaMuliawan,
Halimatussadiah, Susiyo Luchito, dan Mahmud Fauzi, Triyas
Pramesti, Julia Rahmadona, Tutut Arifatul Khoirida, Elizabeth
Simamora)
9. Pegawai yang SelesaiTugasBelajar: 2 orang (Julia Rahmadona
dan Sukrisno)
10. Pegawai yang Masih MelaksanakanTugasBelajar: 3 orang
(AyuKurniawati, Ida Farida dan Galih Putri Y.U)
11. Pegawai yang memperolehizinbelajar: 2 orang (AriefPriyono dan
Nur Auliah)

Laporan Kinerja (LKJ)25


2. Sumber Daya Anggaran
Dalam mencapai kinerjanya, Biro Perencanaan dan Anggaran
Sekretariat Jenderal didukung oleh anggaran sebesar
Rp.104.797.680.000,- yang berasal dari APBN, dengan perincian sebagai
berikut:
- Satker Kantor Pusat (Satker Biro Perencanaan dan Anggaran)
Jenderal sebesarRp. 82.005.170.000,00; dan
- Satker Dekonsentrasi sebesar Rp. 22.792.510.000,00.

a. Realisasi Anggaran Kantor Pusat


Untuk tahun 2018, Biro Perencanaan dan Anggaran mendapat
dukungan anggaran sesuai DIPA Tahun 2018 Nomor: SP DIPA-
024.01.1.465915/2018 Tanggal 5 Desember 2018 dengan pagu sebesar
Rp. 82.005.170.000,00 (Delapan Puluh Dua Miliar Lima Juta Seratus Tujuh
Puluh Ribu Rupiah). Pada tahun 2018 terdapat 4 (empat) kali revisi DIPA
dalam rangka optimalisasi anggaran sebagai berikut:
1. Revisi ke-1 Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Satker Biro Perencanaan dan Anggaran Nomor SP DIPA-
024.01.1.465915/2018 tanggal 31 Januari 2018sebesar Rp.
6.085.880.000,00 (untuk buka blokir);
2. Revisi ke-2 Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Satker Biro Perencanaan dan Anggaran Nomor SP DIPA-
024.01.1.465915/2018tanggal 24 April 2018 sebesar Rp.
2.666.669.000,00 (untuk buka blokir);
3. Revisi ke-3 Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Satker Biro Perencanaan dan Anggaran Nomor SP DIPA-
024.01.1.465915/2018 tanggal 5 Juni 2018 (revisi Rencana Penarikan
Dana dan perubahan Bendahara Pengeluaran);
4. Revisi ke-4 Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Satker Biro Perencanaan dan Anggaran Nomor SP DIPA-
024.01.1.465915/2018 tanggal 29 Oktober 2018 (revisi Rencana
Penarikan Dana).
Sesuai dengan DIPA revisi terakhir tanggal 29 Oktober 2018, Biro
Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan mengelola anggaran
sebesar Rp. 82.005.170.000,00. Realisasi yang dapat dicapai berdasarkan
data OMSPAN sebesar Rp 69.291.767.815,00 atau 84,50%. Besaran
realisasi anggaran tahun 2018 dipengaruhi oleh target peserta yang tidak
terpenu serta adanya kegiatan yang tidak terlaksana, antara lain karena
tidak ada peminat yaitu konsultan pendamping di 7 lokasi, tidak sinkron
dengan sekuens waktu sektor terkait (Bappenas, Kemenkeu, dll).

Laporan Kinerja (LKJ)26


Tabel 3.5
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Per-Output Tahun 2018

KODE REALISASI
OUTPUT PAGU REVISI %
AKUN DIPA
2036.951 Layanan Internal/Overhead 11.263.548.000 9.987.641.773 88,67
(4 Layanan)
2036.952 Layanan Perencanaan Bidang 50.578.163.000 42.862.081.318 84,74
Kesehatan (26 Layanan)
2036.953 Layanan Pemantauan dan Evaluasi 16.881.239.000 13.503.668.620 79,99
Bidang Kesehatan (3 Layanan)
2036.994 Layanan Perkantoran (12 Bulan) 3.282.220.000 2.938.376.104 89,52

TOTAL 82.005.170.000 69.291.767.815 84,50


Sumber: data OMSPAN per 14 Januari 2019

Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi


Biro Perencanaan dan Anggaran Tahun 2018 menerima dana
Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan (Dekonsentrasi-01)
Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan
Kesehatan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memuat
pencapaian indikator dari satuan kerja Biro Perencanaan dan
Anggaran Kementerian Kesehatan. Alokasi anggaran dan realisasi
penggunaan dana dekonsentrasi Tahun 2018 sebagai berikut:

No Output Alokasi Realisasi %


952 Layanan Perencanaan 19.555.980.000 17.667.692.108 90,34
Bidang Kesehatan
953 Layanan Pemantauan 3.236.530.000 2.792.921.090 86,29
dan Evaluasi Bidang
Kesehatan
TOTAL 22.792.510.000 20.460.613.198 89,77
Capaian realisasi dana dekonsentrasi dipengaruhi beberapa faktor
antara lain:
1. Selisih antara besaran biaya transport (tiket pesawat) antara yang
dialokasikan dengan realisasi. Rencana tindak lanjut dengan
mengevaluasi dana biaya transport ketika menyusun usulan
anggaran tahun 2020 sehingga anggaran dapat terserap dengan
baik.
2. Jumlah orang yang hadir dalam kegiatan dengan sumber
pembiayaan dana dekonsentrasi kurang dari yang teralokasi di
menu dana dekonsentrasi. Rencana tindak lanjut dengan cara
koordinasi antara Biro Perencanaan dan Anggaran (selaku
penyelenggara kegiatan dana dekonsentrasi dengan Dinas
Kesehatan Provinsi selaku pengguna anggaran.

Laporan Kinerja (LKJ)27


3. Adanya sebagian daerah yang mengunakan dana APBD untuk
menghadiri kegiatan yang diselenggarakan pusat, sehingga
serapan anggaran dana dekonsentrasi tidak maksimal. Rencana
tindak lanjut dengan caramembuat kesepakatan/komitmen dengan
Dinas Kesehatan Provinsi untuk mendukung pencapaian realisasi
Dana Dekonsentrasi dengan pemanfataan Dana Dekonsentrasi
untuk kegiatan yang diselenggarakan Biro Perencanaan dan
Anggaran yang dialokasikan dana dekonsentrasinya.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Berdasarkan neraca Barang MIlik Negara (BMN) Tahun
Anggaran 2018, tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana di Biro
Perencanaan dan Anggaran sebagai berikut:

Tabel 3.6
Neraca BMN Satker Biro Perencanaan dan Anggaran
Per 31 Desember 2018
SALDO
NO AKUN NERACA
PER 31 DES 2018
1. Barang Konsumsi 87.361.445
2. Peralatan Dan Mesin 15.546.430.142
3. Aset Tetap Lainnya 32.450.000
4. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (10.235.901.787)
5. Software 3.440.918.926
Aset Tetap yang Tidak Digunakan dalam Operasi
6. 286.552.800
Pemerintah
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang Tidak
7. (286.552.800)
Digunakan dalam Operasi Pemerintah
8. Akumulasi Amortisasi Software (3.320.138.051)
9. BMN Ekstrakomptabel 81.957.775
10. Akumulasi Penyusutan Ekstrakomptabel (27.477.940)
TOTAL ASET 5.605.600.510
Sumber : Sumber :Hasil Rekonsiliasi Data BMN per 31 Desember 2018

C. ANALISA ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA


Merujuk tabel 3.7, maka sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan
digunakan di Biro Perencanaan dan Anggaran sampai dengan 31 desember
2018 bernilai Rp 5.605.600.510. Sumber daya sarana dan prasarana yang
ada dan digunakan di Biro Perencanaan dan Anggaran tahun 2018 cukup
memadai dalam mendukung pencapaian indikator kinerja.

Laporan Kinerja (LKJ)28


D. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN
Keberhasilan yang telah dicapai tahun 2018 Biro Perencanaan dan
Anggaran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kompetensi tenaga perencana dalam menyusun
perencanaan pembangunan kesehatan dengan pendekatan integrasi
perencanaan (integrated planning)
2. Mendapatkan Sertifikat ISO 9001:2015 dari British Standards Institution
(BSI) tahun 2018;
3. Penerapan Formula Indeks Prioritas Usulan Kegiatan Sebagai
Terobosan Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Kinerja;
4. Mendapatkan penghargaan Monev Award 2016 Kategori Inovasi dari
Bappenas
5. Menfasilitasi sistem monitoring capaian kinerja Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) yang terintegrasi di lingkungan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
6. Mengembangkan aplikasi e-renggar dengan penambahan fitur padae-
planning yang merupakan modul perencanaan bertujuan untuk
melaksanakan perencanaan berbasis bukti (evidence based planning)
berupa data elektronik usulan daerah dan e-performance untuk
mendukung penyelenggaraan Reformasi Birokrasi, khususnya dalam
akuntabilitas dan peningkatan kinerja, dan selanjutnya dapat
meningkatkan remunerasi atau tunjungan kinerja, serta sebagai salah
satu sarana dalam mewujudkan Good Governancedan Clean
Government.

2. Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian


Gambaran capaian kinerja tiga tahun terakhir Biro Kepegawaian diukur
berdasarkan dokumen RKP Tahun 2018 dan Renstra Kemenkes Tahun
2015 – 2019 serta usul revisinya yaitu melaksanakan program kegiatan
Pembinaan Administrasi Kepegawaian, dengan sasaran hasil program
adalah: “Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di lingkungan
Kementerian Kesehatan”. Untuk mencapai sasaran program telah ditetapkan
3 (tiga) indikator kinerja, yang masing – masing indikator kinerja tersebut
mempunyai karakteristik masing – masing dalam pencapaiannya. Sebagai
gambaran pencapaian kinerja, target dan realisasi tahun 2018 dapat
disajikan melalui Tabel 3.1 berikut ini:

Laporan Kinerja (LKJ)29


Tabel 3.7.
Pencapaian Kinerja Tahun 2018
Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian

2016 2017 2018


Sasaran Indikator RENSTRA
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Persentase
pemenuhan kebutuhan
Aparatur Sipil Negara 90% 98% 90% 84,90% 90% 90,01%
(ASN) Kementerian
Kesehatan
Persentase Pejabat
Pimpinan Tinggi,
Administrator dan
Meningkatnya
Pengawas di
Pelayanan
lingkungan 70% 81,40% 80% 82,14% 85% 86,75%
Administrasi
Kementerian
Kepegawaian
Kesehatan yang
kompetensinya sesuai
persyaratan jabatan
Persentase pegawai
Kementerian
Kesehatan dengan 85% 89,96% 88% 98,66% 91% 99,80%
nilai kinerja minimal
baik

Capaian kegiatan pembinaan administrasi pembinaan kepegawaian dapat


dijelaskan melalui gambaran capaian tiga indikator sebagai berikut :

1. Persentase pemenuhan kebutuhan Aparatur Sipil Negara (ASN)


Kementerian Kesehatan
Kebutuhan ASN Kementerian Kesehatan Tahun 2018 ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 48Tahun 2018 tentang Kebutuhan Pengadaan Aparatur
Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran
2018 yang terdiri sejumlah 1.665 (seribu enam ratus enam puluh lima)
formasi kebutuhan dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 649Tahun 2018 tentang
Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dari Lulusan Politeknik
Keuangan Negara STAN di lingkungan Kementerian Kesehatan Tahun
2018 yang terdiri sejumlah 37 (tiga puluh tujuh) formasi kebutuhan.

Analisis keberhasilan pencapaian indikator :


Pemenuhan kebutuhan 1.665 (seribu enam ratus enam puluh lima)
formasi dilaksanakan melalui seleksi CPNS Kementerian Kesehatan
Tahun 2018 untuk memenuhi kebutuhan 40 (empat puluh) jabatan
prioritas yang akan ditempatkan pada 140 (seratus empat puluh) satuan
kerja pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian
Kesehatan dengan tahapan proses seleksi administrasi, seleksi
kompetensi dasar dan seleksi kompetensi bidang. Hasil seleksi CPNS
tersebut telah ditetapkan sesuai dengan hasil penetapan sejumlah 1.495

Laporan Kinerja (LKJ)30


orang peserta yang dinyatakan lulus seleksi (89,79%) dari 1.665 formasi
kebutuhan yang ditetapkan yang akan segera ditindaklanjuti dengan
penetapan Nomor Induk Pegawai dan Keputusan Pengangkatan
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kesehatan Tahun
2018. Tingkat kelulusan peserta seleksi CPNS tahun ini meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu 849 orang peserta yang dinyatakan lulus dari
1.000 formasi kebutuhan yang ditetapkan (84,9%). Pada tahun 2017,
jumlah formasi kebutuhan yang kosong sebanyak 151 (15,10%)
berhasil diturunkan menjadi 170 formasi yang kosong (10,21%) pada
tahun 2018

Peningkatan persentase kelulusan dan penurunan formasi kebutuhan


yang kosong ini dapat dilaksanakan dengan melakukan perubahan
distribusi formasi untuk beberapa formasi jabatan yaitu dokter ahli
pertama dengan kualifikasi pendidikan dokter spesialis, dokter pendidik
klinis ahli pertama dan dosen asisten ahli yang semula formasi pada
satuan kerja tertentu menjadi pada Rumah Sakit/Poltekkes di lingkungan
Kementerian Kesehatan. Pemenuhan formasi tersebut dapat
digambarkan dalam matriks berikut:

Tabel 3.8
Pemenuhan Formasi CPNS Kementerian Kesehatan
Tahun 2017 - 2018

Formasi
Formasi Peserta Lulusan Persentase
Tahun Lulusan Total Total
CPNS Lulus STAN (%)
STAN
2017 1000 - 1000 849 - 849 84,9
2018 1.665 37 1.702 1.495 37 1.532 90,01%

Selain pemenuhan kebutuhan melalui seleksi CPNS, dalam rangka


penguatan pengelolaan keuangan dan meningkatkan kualitas laporan
keuangan sebagai upaya dalam mempertahankan opini penilaian Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), pada tahun 2018 ini Kementerian
Kesehatan juga mendapatkan 37 (tiga puluh tujuh) orang CPNS lulusan
Politeknik Keuangan Negara STAN yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Pengangkatan CPNS Kementerian Kesehatan terhitung
mulai tanggal 1 Desember 2018 dengan penempatan pada 26 satuan
kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Realisasi pemenuhan
kebutuhan PNS dari lulusan Politeknik Keuangan Negara STAN tercapai
100%.

Laporan Kinerja (LKJ)31


Gambar 3.1
Proses Seleksi CPNS Tahun 2018

Menindaklanjuti hasil seleksi CPNS Kementerian Kesehatan dan


penetapan kebutuhan CPNS dari lulusan Politeknik Keuangan Negara
STAN, maka pencapaian kinerja indikator pertama, yaitu persentase
pemenuhan kebutuhan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dengan target yang telah ditetapkan sebesar
90% tercapai sebesar 90,01%. Realisasi indikator kinerja tersebut diukur
melalui formulasi sebagai berikut :

%Pemenuhan SDM Aparatur Sipil Negara (ASN)


Kebutuhan yang diangkat (CPNS/PPPK)
Aparatur Sipil
2. P = X 100%
Negara Penetapan Formasi CPNS dan
e Kementerian PTT/P3K dari Kemenpan RB
r Kesehatan
sentase pejabat pimpinan tinggi, administrator dan pengawas di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai
persyaratan jabatan.
Pejabat yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan dinilai dengan
merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Jabatan Struktural di lingkungan
Kementerian Kesehatan. Definisi operasional yang digunakan dalam
menentukan seorang pejabat struktural telah memenuhi standar
kompetensi dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jumlah pejabat eselon I dan II yang ditetapkan setelah melalui
berbagai proses seleksi terbuka (Open Recruitment) dan telah
dilaporkan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
2) Jumlah pejabat eselon III dan IV yang telah mengikuti Diklat
Kepemimpinan sesuai jenjangnya dengan mengacu pada Undang-
Undang Aparatur Sipil Negara.

Laporan Kinerja (LKJ)32


IKU ini bertujuan untuk mendukung pelaksananaan reformasi birokrasi
yang mengharapkan pelayanan publik yang lebih baik. IKU akan
dianggap semakin baik bila realisasinya lebih besar atau lebih tinggi dari
yang ditargetkan.Persentase pejabat struktural di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan
jabatan dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

% Pejabat Pimpinan Tinggi, ∑ Pejabat Pimpinan Tinggi,


Administrator dan Pengawas di Administrator dan Pengawas yang
lingkungan Kementerian = telah memenuhi standar kompetensi x 100%
Kesehatan yang kompetensinya jabatan
sesuai persyaratan jabatan ∑ seluruh pejabat yang ada

Berdasarkan data yang diperoleh Biro Kepegawaian Kementerian


Kesehatan, terdapat 2.242 orang pejabat struktural, dan 1.945 pejabat
telah memenuhi kompetensi sesuai persyaratan. Dengan demikian,
86,75% dari total pejabat struktural telah memiliki komptensi sesuai
persyaratan pada akhir tahun 2018. Dengan merujuk kepada data
tersebut, capaian indikator kinerja persentase pejabat struktural di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai
persyaratan jabatan dinilai cukup baik karena telah melebih target yang
ditetapkan sebesar 80%.

Gambar 3.2. GrafikPersentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian


Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan

Laporan Kinerja (LKJ)33


Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator :
Dibalik pencapaian kinerja pada tahun 2018 yang menunjukkan hasil
cukup baik, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan
sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:
a. Melaksanakan proses pelaksanaan penilaian Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan atau BAPERJAKAT.
b. Melaksanakan pengisian jabatan eselon I dan II yang dilaksanakan
oleh Panitia Seleksi Terbuka (PANSEL) yang dalam penentuan
mutasi dan promosi jabatan eselon I dan II juga memperhatikan
kompetensi pejabat yang akan menduduki jabatan.
c. Melakukan pemanggilan pejabat yang belum mengikutiPendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM).
d. Melakukan Uji Kompetensi (Assessment) kepada seluruh pejabat
struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan secara bertahap
tiap tahunnya

Pada grafik 3.6 dapat dilihat pula bahwa dengan hasil capaian pada
tahun 2018 yang masih on track serta menunjukkan kecenderungan
meningkat. Diperkirakan target pada tahun 2019 sebesar 90% (target
akhir periode Renstra Kemenkes 2015-2019) dapatdicapai.

3. Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja


minimal baik
Sejak tahun 2014, sistem penilaian kinerja pegawai mengalami
perubahan. Sistem penilaian kinerja dengan menggunakan Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) telah diubah dengan Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. IKU ini bertujuan untuk
mendorong terjadinya peningkatan pegawai yang akan memberi
pengaruh positif pada meningkatkan kinerja pelayanan publik dalam
lingkup Kementerian Kesehatan. IKU akan dianggap semakin baik bila
realisasinya lebih besar atau lebih tinggi dari yang ditargetkan.
Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja
minimal baik dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

∑ CPNS dan PNS Kemenkes yang


%Pegawai
Nilai SKP Kriteria Minimal Baik
Kemenkes nilai = x 100%
∑ Seluruh CPNS dan PNS
kinerja minimal baik
Kemenkes

Pegawai Kementerian Kesehatan yang melakukan penilaian prestasi


kerja sebanyak 48.756 pegawai, dimana dari jumlah tersebut sebanyak
46.277 (99,80%) pegawai bernilai baik dan sangat baik. Jika melihat
capaian tersebut maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
capaian realisasi penilaian prestasi kerja pegawai telah memenuhi IKU
yang telah ditetapkan yaitu 91%. Jumlah persentase realisasi capaian
ini tentunya meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 98,66%.

Laporan Kinerja (LKJ)34


Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator :
Dari hasil capaian Tahun 2018 yang menunjukkan peningkatan dari
tahun sebelumnya, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah
dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :
a. Melakukan updating database pegawai melalui aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA).
b. Melakukan evaluasi pelaksanaan evaluasi prestasi kinerja.
c. Menyusun draft Permenkes tentang Pedoman Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
d. Menyusun draft Kepmenkes tentang Standar Teknis Kegiatan
Sasaran Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
Mengembangkan aplikasi SIPEKA (Sistem Pengukuran Kinerja
Pegawai) yaitu aplikasi untuk seluruh pegawai yang bertujuan untuk
melakukan pencatatan pekerjaan harian yang dapat secara langsung
dilakukan penilaian oleh pejabat penilai baik itu capaian sasaran kerja
pegawai maupun perilaku pegawai.

Gambar 3.3. Grafik Persentase Pegawai Kementerian Kesehatan dengan


Nilai KinerjaMinimal Baik Tahun 2015-2019

Seperti terlihat pada grafik 3.33 hasil capaian pada tahun 2018 yang
masih on track sertamenunjukkan kecenderungan meningkat.Bila tren
ini terus bertahan dapat diperkirakan target pada tahun 2019 sebesar
94% (target akhir periode Renstra Kemenkes 2015-2019) masih
mungkin tercapai. Meski hasilnya cukup baik, sejumlah hal masih perlu
ditindaklanjuti untuk memudahkan proses penilaian SKP, yaitu:
1) Sosialisasi penggunaan aplikasi SIPEKA (sistem pengukuran
kinerja pegawai) agar digunakan oleh seluruh pegawai Kementerian
Kesehatan sehingga pegawai dapat mencatat semua yang
dikerjakan setiap hari dan memudahkan pejabat penilai dalam
melakukan penilaian karena terintegrasi dengan aplikasi PPKPNS.

Laporan Kinerja (LKJ)35


2) Sosialisasi Permenkes tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan sehingga pejabat
penilai mempunyai acuan untukmelakukan penilaian secara objektif.
3) Sosialisasi Kepmenkes tentang Standar Teknis Kegiatan Sasaran
Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan sehingga
pegawai yang menduduki jabatan pelaksana memiliki standar
minimal pekerjaan yang dilaksanakan.
4) Pengembangan dan sosialisasi aplikasi PPKPNS terkait penilaian
perilaku dengan metode 360°.
5) Membuat draft Petunjuk Teknis Pengukuran Kinerja Harian
Pegawai.
6) Membuat draft Petunjuk Teknis integrasi SKP dengan DUPAK.
7) Membuat draft Pedoman Tim Penilai Prestasi Kerja Pegawai.

A. Sumber Daya / Realisasi Angggaran


Dalam rangka mencapai kinerjanya, Biro Kepegawaian didukung oleh
beberapa sumber daya, antara lain sumber daya manusia, sumber daya
anggaran dan sumber daya sarana dan prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Keadaan pegawai di lingkungan Biro Kepegawaian pertanggal
10 Desember 2018 berjumlah 139orang PNS.
Berdasarkan komposisi pegawai yang menduduki Jabatan Struktural,
Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dan Jabatan Fungsional Umum (JFU)
yang ada di Biro Kepegawaian aadalah sebagai berikut :
a) JPT Pratama / Struktural setingkat Eselon II : 1 orang
b) Jabatan Administrasi / Struktural setingkat Eselon III : 4 orang
c) Jabatan Pengawas / Struktural setingkat Eselon IV : 12 orang
d) Jabatan Funsional Tertentu : 22 orang
e) Jabatan Fungsional Umum : 100 orang

Komposisi pegawai yang menduduki Jabatan Fungsional Tertentu (JFT)


terdiri dari Analis Kepegawaian (16 orang), Pranata Komputer (5 orang),
dan Arsiparis (1orang), sebagaimana Tabel 3.9 berikut di bawah ini :

Tabel 3.9
Keberadaan Pegawai yang menduduki Jabatan Fungsional Tertentu

No Jenis Jabatan JUMLAH

1. Analis Kepegawaian 16
2. Arsiparis 1
3. Pranata Komputer 5
Jumlah 22
Sumber: data SIMKA

Laporan Kinerja (LKJ)36


Adapun sisanya sejumlah 100 orang masuk dalam kelompok Jabatan
Fungsional Umum (JFU). Biro Kepegawaian sedang mengupayakan agar
komposisi JFT lebih banyak daripada JFU sebagai upaya peningkatan
kompetensi dan pelayanannya. Adapun komposisi pegawai berdasarkan
kelompok umurdan jenis kelamin sebagaimana terlihat pada grafik 3.4
dibawah ini :

Gambar 3.4.
Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan

60 55
50 45
40
30 22
20 16
10 1
0
SD SMA Diploma III Sarjana Magister

Dilihat dari grafik tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah pegawai
Biro Kepegawaian yang memiliki pendidikan SD 1 orang, SMA 16 orang,
Diploma III 45 orang, Sarjana 55 orang dan Magister 22 orang.

Gambar 3.5.
Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik sebagaimana tersebut diatas, maka dari jumlah 139


orang pegawai Biro Kepegawaian 54% (75 pegawai) berjenis kelamin
Perempuan dan 46 % (64 pegawai) berjenis kelamin Laki-laki.

2. Sumber Daya Anggaran


Dalam menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi untuk mencapai target
kinerjanya, Biro Kepegawaian didukung oleh sumber daya anggaran
sesuai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang telah ditetapkan.

Laporan Kinerja (LKJ)37


Seluruh anggaran Biro Kepegawaian bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) Rupiah Murni dengan alokasi di
DIPA awal dengan nomor SP DIPA- 024.01.1.466059/2018 tanggal 5
Desember 2018 sebesar Rp. 36.584.722.000,-(tiga puluh enam miliyar
lima ratus delapan puluh empat juta tujuh ratus dua puluh dua ribu
Rupiah)Komposisi anggaran Kantor Pusat (KP) per jenis akun belanja,
terbagi menjadi 2 (dua), untuk Belanja Barang (52) sebesar Rp.
35.046.932.000,- dan sisanya sebesar Rp. 1.537.790.000,- merupakan
alokasi Belanja Modal (53).

Dalam perjalanannya kemudian, sebagai upaya efektifitas dan efisiensi


pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi serta mendukung adanya
kebijakan-kebijakan penganggaran nasional maupun Kementerian
Kesehatan, anggaran Biro Kepegawaian mengalami beberapa kali revisi,
baik yang berbentuk revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang
kewenangannya berada di Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Biro
Kepegawaian ataupun revisi DIPA, dimana proses pengesahannya
merupakan kewenangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (Kanwil DJPB) dan/ atau Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) Kementerian Keuangan. Adapun garis besar perubahan anggaran
hingga Desember 2018 dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 3.10
Perubahan Anggaran Tahun 2018
Biro Kepegawaian

No Revisi Alasan Revisi No Dokumen Tanggal Pagu

1) Terkait Nomor SP DIPA-024.01.1.466029/2018 09-Feb-18


PR.04.02/3/0433/2018 tanggal
26 Januari 2018 tentang Revisi
Anggaran Penanggulangan
DIPA ke-1 Masalah Kesehatan di Kab.
1 dan POK Asmat. Biro Kepegawaian 36.434.722.000
Ke-1 PR.04.02/4/0690/2018 30-Jan-18
menyampaikan Rp.
150.000.000,- kepada Pusat
Krisis Kesehatan (melalui surat
nomor PR.04.02/3/0433/2018
tanggal 26 Januari 2018)
• Perubahan rincian belanja
modal pengadaan pengolah
data dan peralatan dan mesin
penunjang tupoksi lainnya yang
disesuaikan dengan kebutuhan
setelah selesainya kegiatan
2 POK Ke-2 renovasi ruang kerja Biro PR.03.02/4/1233/2018 22-Feb-18 36.434.722.000
Kepegawaian
• Perubahan jumlah lokus
pelaksanaan seleksi kegiatan
CPNS TA. 2018 yang semula
37 lokus menjadi 7 lokus

Laporan Kinerja (LKJ)38


• Penambahan detail kegiatan
baru pada Belanja Operasional
Perkantoran terkait kendaraan
operasional
• Inovasi konsep / bentuk
kegiatan rutin dengan
mengoptimalkan penggunaan
aplikasi computer baik secara
onlie ataupun offline seperti
pelaksaan ujian dinas dengan
system CAT.
• Penyesuaian Rencana
SP DIPA-024.01.1.466029/2018 27-Apr-18 36.434.722.000
Penarikan Dana (RPD);
• Perubahan dari akun Belanja
Barang (52) ke Belanja Modal
DIPA ke-2
3 (53) untuk kegiatan Belanja
POK Ke-3
Konsultan Pengembangan PR.04.02/4/3816/2018 27-Apr-18 36.434.722.000
SIMKA dan SILK (522119)
menjadi akun Belanja Modal
Lainnya (536111);
• Revisi Anggaran terkait
honorarium Tim Sekretariat
Pansel JPT Pratama dan
Madya di lingkungan Kemenkes
• Revisi Anggaran terkait
4 POK ke-4 kegiatan eveluasi kinerja PR.04.02/4/3956/2018 04-Mei-18 36.434.722.000
masing-masing bagian di
lingkungan Biro Kepegawaian
yang pelaksanaannya
menunggu kebijakan nasional
tentang efesiensi anggaran TA.
2018.
• Revisi kegiatan dan anggaran
terkait kegiatan seleksi CPNS
yang dipenuhi dari kegiatan
internal Bagian Pengadaan dan
Evaluasi Kinerja yang
sebelumnya dialokasikan di
masing-masing Bagian.
• Revisi kegiatan dan anggaran
terkait Pengelolaan Unit
Layanan Terpadu (ULT) Bidang
Kepegawaian dan perubahan
tempat pelaksanaan kegiatan
dari Bapelkes menjadi Hotel
sederhana dan penyesuaian
DIPA ke-3
5 RDK di Bagian Mutasi dan SP DIPA-024.01.1.466029/2018 17-Jul-18 36.434.722.000
POK ke-5
Penilaian Kinerja Pegawai.
• Revisi kegiatan dan anggaran
terkait perubahan tempat
pelaksanaan kegiatan dari
Bapelkes menjadi Hotel
sederhana dan penyesuaian
RDK di Bagian Pengembangan
Pegawai. Pemenuhan anggaran
revisi tersebut dari internal
Bagian Pengembangan yang
sebagaian besar memanfaatkan
sisa anggaran kegiatan
Konsultan Pelaksanaan
Assesment JPT Pratama dan

Laporan Kinerja (LKJ)39


Jabatan Administrator.

• Revisi kegiatan dan anggaran


terkait Jasa Scanning Dokumen
Kepegawaian dan Pengelolaan
Layanan Konseling
Permasalahan Kepegawaian.
Pemenuhan anggaran revisi
tersebut dari internal Bagian
Disiplin dan Kesejahteraan
Pegawai.
• Penyesuaian Rencana
Penarikan Dana (RPD) pada
Halaman III DIPA pada bulan
Januari s.d. Desember 2018 PR.04.02/4/5979/2018 18-Jul-18
sesuai arahan yang
disampaikan oleh KPPN Jakarta
VII.
• Pemindahan ruang arsip
kepegawaian dari Gedung
Adhyatma Lantai 6 Ruang 604
HR Rasuna Said ke Record
Centre Arsip di Gedung
Percetakan Negara.
• Penyebarluasan informasi
terkait Penerima Menkes Award
di Media Cetak (Kompas)
• Penyesuaian anggaran terkait
6 POK Ke-6 kegiatan Rakonpeg (Video PR.04.02/4/6498/2018 20-Agu-18 36.434.722.000
Relay dan Honor SK Tim
Pelaksana Kegiatan dengan
Pengarah Bapak Sekretaris
Jenderal)
• Pelaksanaan Capacity Building
Tim AoC Biro Kepegawaian
• Kegiatan Panitia Seleksi
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT)
• Seragam panitia seleksi CPNS
Verifikasi Tinjauan Lapangan dalam
7 POK Ke-7 rangka Seleksi Penerimaan - 20-Sep-18 36.434.722.000
Menkes Award
• Revisi uang harian perjalanan
dinas dalam kota menjadi
transport lokal Tim Pengadaan
CPNS Regional Provinsi dan
8 POK Ke-8 PR.04.02/4/6874/2018 26-Sep-18 36.434.722.000
penambahan honor Tim
Pengadaan CPNS Regional
Provinsi dalam Pelaksanaan
Seleksi CPNS Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ)40


• Revisi Efisiensi terhadap Biaya
Penyelenggaraan Kegiatan
Percepatan Penyelesaian
Kenaikan Pangkat Reguler dan
Fungsional menjadi kegiatan
Fullboard Penyelesaian
Permasalahan Pencantuman
Gelar Akademik di hotel
sederhana di Jawa Barat
• Kegiatan Penyusunan Petunjuk
Teknis dan Sosialisasi Aplikasi
Pensiun dan Pemberhentian
Fullday di Jakarta dan Fullboard
Hotel Sederhana di Jawa Barat
• Usulan kegiatan Pembekalan
PNS yang akan mencapai
Batas Usia Pensiun di
Lingkungan Setjen, Fullboard di
Jawa Barat
• Revisi uang harian, transport
lokal dan honor tim untuk
Panitia Ujian Dinas dan UKKPI
tahun 2018
• Penambahan Fullday
membahas perencanaan 2019
dan 2020
• Penambahan sewa video
camera, pin dan cendera mata
dalam rangka verifikasi
lapangan calon penerima
Menkes Award.
• Penyesuaian jumlah laptop
yang disewa berdasarkan
estimasi pelamar yang
melakukan reg-online dalam
rangka Pelaksanaan Seleksi
CPNS Kementerian Kesehatan
Tahun 2018.
9 POK Ke-9 • Evaluasi Seleksi Administrasi PR.04.02/4/7051/2018 09-Okt-18 36.434.722.000
dalam rangka Pelaksanaan
Seleksi CPNS Kementerian
Kesehatan Tahun 2018.
• Penyesuaian kegiatan In House
Training, yang semula
menggunakan jasa pihak ke III
menjadi swakelola.
• Pertemuan evaluasi kegiatan
tahun 2018 di masing-masing
Bagian di Jawa Barat
• Pertemuan sinkronisasi
kegiatan tahu n 2019 di
Denpasar, Bali
DIPA Ke-4
• Pelatihan service exelent bagi
10 dan POK SP DIPA-024.01.1.466029/2018 23-Okt-18 36.434.722.000
tim ULT Biro Kepegawaian
Ke-10
• Pelatihan web security and
android programming bagi tim
IT Biro Kepegawaian
• Pelatihan design slide power
point bagi perwakilan staf di
Sub Bagian dan Sekretaris

Laporan Kinerja (LKJ)41


• Pelatihan penyusunan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS)
Pengadaan Barang dan Jasa
• Pengembangan SIMKA da SILK
berupa aplikasi cuti pegawai
• Penyesuaian Rencana
PR.04.02/4/7386/2018 24-Okt-18
Penarikan Dana (RPD)
• Biaya Penyelenggaraan (tenda,
kursi, genset, dsb) dalam
rangka Pelaksanaan Seleksi
CPNS TA. 2018;
• Biaya Perjalanan Dinas Tim
CAT BKN dalam rangka
Pelaksanaan Seleksi CPNS TA.
10 POK Ke-11 PR.04.02/4/7688/2018 20-Nov-18 36.434.722.000
2018;
• Biaya penempatan CPNS
lulusan PKN STAN;
• Evaluasi Kegiatan dan
Perencanaan Kinerja Biro
Kepegawaian di Cirebon, Jawa
Barat

Gambar 3.6.
Grafik Realisasi Anggaran Tahun 2018

38.000.000.000
36.434.722.
36.000.000.000 000
34.000.000.000 32.979.327.
694
32.000.000.000
30.000.000.000
PAGU REALISASI

Series1

Tabel 3.11
Capaian Realisasi Anggaran Biro Kepegawaian
Berdasarkan Jenis BelanjaTA. 2018
No Jenis belanja Alokasi Realisasi %
1 belanja pegawai - - -

2 belanja barang 34.680.932.000 32.576.772.325 93,93

3 belanja modal 1.753.790.000 1.701.779.000 97,03


Jumlah 36.434.722.000 34.278.551.325 94,08
Sumber Online Monitorig SPAN 20 Desember 2018

Capaian realisasi anggaran Biro Kepegawaian pada tahun 2018 adalah


sebesar 94,08% atau Rp. 34.278.551.325,- (tiga puluh empatmilyar dua
ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus lima puluh satu ribu tiga ratus dua
puluh lima Rupiah) dari pagu efisiensi sebesar Rp. 36.434.722.000,-

Laporan Kinerja (LKJ)42


Alokasi anggaran yang dikelola oleh Biro Kepegawaian dibanding dengan
tahun 2017 mengalami penurunan, trendalokasi anggaran pada tahun 2018
dibandingkan tahun 2017 mengalami penurunan anggaran sebesar Rp.
5,69 milyar, begitu juga dengan realisasi anggaran tahun 2018 apabila
dibandingkan dengan tahun 2017 sebelumnya mengalami penurunan, hal
tersebut disebabkan oleh sisa mati kontrak dan sisa pelaksanaan seleksi
CPNS dimana tahun ini jumlah pelamar berkurang secara drastis.

Trend Alokasi dan Realisasi Anggaran tersebut sebagai gambaran seperti


disajikan pada Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12
Trend Alokasi Anggaran Biro Kepegawaian
Tahun 2016 – 2018

Tahun

Jenis
No 2016 2017 2018
Belanja
Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi
% % %
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Belanja
1. - - - - - - - - -
Pegawai
Belanja
43.99 40.25 91,51 37.65 36.99 98,27 34.68 32.58 93,93
Barang
Belanja
1.02 1.00 98,31 4.48 4.24 94,63 1.75 1.70 97,03
Modal
Bantuan
4. - - - - - - -
Sosial
Jumlah 45.01 41.25 91.66 42.13 41.24 97,88 36.43 34,28 94,08

(dalam milyar Rupiah)


3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana mempunyai peranan penting dalam kaitannya
dengan pelaksanan dan penyelesaian tugas dan fungsi satuan organisasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsi pengelolaan administrasi kepegawaian, Biro Kepegawaian terus
berupaya untuk melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana kantor.

Berdasarkan Data pada Neraca Laporan Barang Milik Negara tahun


2018, nilai sarana dan prasarana yang dikelompokkan dalam akun
neraca dapat dijelaskan melalui tabel 3.13 dibawah ini:

Laporan Kinerja (LKJ)43


Tabel 3.13
Neraca BMN Biro Kepegawaian TA. 2018

Nilai BMN Periode 31 Desember Tahun 2018


No Akun Neraca Saldo Awal Saldo Akhir
Mutasi
31 Desember 2017 31 Desember 2018
1 2 3 4 5
I POSISI BMN DI NERACA 3.117.773.510 - 656.419.312 3.257.683.235
A ASET LANCAR 145.626.800 93.847.050 51.779.750
1 Persediaan 145.626.800 93.847.050 51.779.750
B ASET TETAP 2.919.402.960 - 691.251.778 3.047.328.694
1 Tanah - - -
2 Peralatan dan Mesin 12.330.343.205 2.157.527.156 9.609.490.005
3 Gedung dan Bangunan - - -
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan - - -
5 Aset tetap lainnya - - -
6 KDP - - -
7 Akum. Penyusutan Aset Tetap 9.410.940.245 2.848.778.934 6.562.161.311
C ASET LAINNYA 52.743.750 59.014.584 158.574.791
Kemitraan dengan Pihak
1 - - -
Ketiga
2 Aset Tak Terwujud 1.555.750.000 - 1.759.745.000
3 Aset Lain-lain *) - - 341.500.000 -
Akum. Penyusutan Aset
4 - 1.503.006.250 282.485.416 - 1.601.170.209
Lainnya
II BMN NON NERACA - - -
A EKSTRAKOMPTABEL - - -
1 BMN Ekstrakomptabel 9.270.000 - 9.270.000
Akum. Penyusutan -
2 - 9.270.000 -
Ekstrakomptabel 9.270.000
TOTAL I + II 3.117.773.510 - 656.419.312 3.257.683.235

Dilihat dari tabel sebagaimana tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai
Aset Lancar berupa barangPersediaan per 31 Desember 2018 sebesar
Rp.51.779.750,-merupakan barang habis pakai berupa ATK, Cetakan Kop
Surat, MAP dan Amplop Dinas serta hasil cetakan leaflettentang alur,
prosedur, mekanisme dan persyaratan proses pengelolaan administrasi
kepegawaian, yang didistribusikan di Unit Layanan Terpadu (ULT)
di lantai 5 dan para pelaksana program kegiatan.
Aset Tetap berupa peralatan dan mesin dengan nilai sebesar
Rp.9.609.490.005,- merupakan total nilai perolehan sarana dan prasarana
kerja yang masih berfungsi/layak pakai berupa kendaraan dinas roda
empat, kendaraan operasional roda empat, kendaraan operasional roda
dua dan peralatan kantor lainnya (meubelair, PC unit, server, dll).
Sebagai gambaran sumber daya sarana dan prasarana Biro Kepegawaian
per 31 Desember 2018 dapat disajikan pada Tabel berikut dibawah ini:

Laporan Kinerja (LKJ)44


Tabel 3.14
Daftar Peralatan dan Mesin di Biro Kepegawaian

NO URAIAN JUMLAH
1 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 4 unit
2 Kendaraan Bermotor Beroda Dua 11 unit
Kendaraan Tak Bermotor Angkutan Barang
3 3 unit
(Trolly)
4 Alat Pembersih 1 buah

5 Alat Penggandaan 3 buah


6 Alat Penyimpan Perlengkapan Kantor 97 buah
7 Alat Kantor Lainnya 16 buah
8 Meubelair 336 buah
9 Alat Pendingin 7 buah

10 Alat Rumah Tangga Lainnya ( Home Use ) 17 buah


11 Peralatan Studio Video dan Film 2 buah
12 Peralatan Cetak 50 buah
13 Alat Komunikasi Telephone 8 buah
14 Alat Laboratorium Pertanian 3 buah

15 Alat Laboratorium Kwalitas Udara 6 buah

16 Alat Dalmas/Alat Dakhura 1 buah

17 Peralatan Main Frame 1 buah

18 Personal Komputer 143 buah


19 Peralatan Jaringan 29 buah
Sumber: Laporan BMN Biro Kepegawaian Tahun 2018.

Tabel 3.15
Daftar Inventaris Kendaraan Dinas dan Operasional Roda 4
Biro Kepegawaian Tahun 2018

No No.Kendaraan Tahun Jenis / Merk Keterangan


1. B 1376 SQA 2014 Honda Civic Kendaraan Dinas Eselon II
2. B 1219 EQ 2007 Toyota Inova-V Kendaraan Operasional
3. B 1221 EQ 2007 Toyota Rush Kendaraan Operasional
4. B 1448 EQ 2007 Toyota Innova Kendaraan Operasional
Sumber: Laporan BMN Biro Kepegawaian Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ)45


Tabel 3.16
Daftar Inventaris Kendaraan Operasional Roda 2
Biro Kepegawaian Tahun 2018
No No.Kendaraan Tahun Jenis/Merk Keterangan

Operasional Bagian
1. B 6418 SQA 2006 Yamaha Jupiter MX
Pengembangan
2. B 6417 SQA 2006 Yamaha Jupiter MX Operasional Bagian Mutasi
Operasional Biro
3. B 6419 SQA 2006 Yamaha Jupiter MX
Kepegawaian
Operasional Bagian
4. B 6416 SQA 2006 Yamaha Jupiter MX
Pengadaan
5. B 6969 SRQ 2006 Honda Supra X125 Operasional Bagian Mutasi
Operasional Bagian
6. B 6971 SRQ 2006 Honda Supra X125
Pengadaan
7. B 6970 SEQ 2006 Honda Supra X125 Operasional Bagian Umum
Operasional Bagian
8. B 6940 SQO 2008 Honda Supra X125
Pengadaan
Operasional Bagian
9. B 6942 SQO 2008 Honda Supra X125
Pengembangan
10. B 6943 SQO 2008 Honda Supra X125 Operasional Bagian Mutasi
11. B 6944 SQO 2008 Honda Supra X125 Operasional Bagian Mutasi

B. Analisa atas Efesiensi Penggunaan Sumber Daya


Dalam hal penggunaan sumber daya manusia, Biro Kepegawaian telah
melakukan efesiensi SDM hal itu dapat dilihat dari trend keadaan pegawai
tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 terjadi penurunan dari segi jumlah,
hal ini dikarenakan adanya Pegawai PNS yang telah memasuki batas usia
pensiun, mutasi dan promosi, serta tidak adanya penambahan pegawai baru
dari jalur seleksi CPNS. Sebagai gambaran kuantitas pegawai Biro
Kepegawaian berdasarkan pendidikan seperti grafik 3.7 berikut ini:

Gambar 3.7
Grafik Kuantitas PNS Biro KepegawaianTahun 2014 –2018

Laporan Kinerja (LKJ)46


Dalam rangka efesiensi sumber daya anggaran, sampai dengan Semester
IDIPA Satker Biro Kepegawaian melakukan perubahan total Pagu yaitu
pengurangan Rp. 150.000.000 untuk diserahkan kepada Satker Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam rangka Penanggulangan Masalah
Kesehatan di Kab. Asmat (melalui surat nomor PR.04.02/3/0433/2018
tanggal 26 Januari 2018), jadi anggaran Biro Kepegawaian semula Rp.
36.584.722.000 menjadi Rp. 36.434.722.000. Untuk Semester II, Biro
Kepegawaian melakukan revisi namun tidak merubah pagu total yaitu tetap
sebesar Rp. 36.434.722.000,-hal itu dikarenakan perubahan revisi DIPA
hanya bersifat administrasi (perubahan Rencana Penarikan Dana/RPD),
selain itu hingga akhir semester II Kementerian Keuangan tidak ada lagi
peraturan atau kebijakan dalam rangka efesiensi anggaran.
Tabel 3.17.
Sandingan Revisi DIPA TA.2018

(dalam Jutaan Rupiah)


Program DIPA DIPA DIPA DIPA
No DIPA Awal
Kegiatan Rev 1 Rev 2 Rev 3 Rev 4
Pembinaan
1 Administrasi 36.584.722 36.434.722 36.434.722 36.434.722 36.434.722
Kepegawaian

Berdasarkan analisa efesiensi penggunaan Sumber Daya sarana dan


prasarana, pada Tahun 2018 terjadi akumulasi penyusutan nilai BMN
sebesar minus Rp.6.562.161.311. Akumulasi penyusutan tersebut dihitung
secara otomatis melalui Aplikasi SIMAKBMN yang dikembangkan oleh
Kementerian Keuangan. Terjadinya akumulasi penyusutan tersebut
disebabkan oleh adanya kebijakan penyusutan dari Kementerian Keuangan
berdasarkan PMK Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan BMN berupa
Aset Tetap pada entitas Pemerintah Pusat dan Surat Direktur Barang Milik
Negara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
Nomor
S-2/KN/2014 hal Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi Penyusutan BMN
dan Penyusunan Laporan Barang Pengguna Tahunan Tahun 2013.

Berkenaan dengan adanya akumulasi penyusutan tersebut, maka nilai netto


aset tetap berupa peralatan dan mesin pada satker Biro Kepegawaian per
31Desember 2018 adalah sebesar Rp.3.047.328.694,-.

Adapun Aset Lainnya yang terdiri dari Aset Tak Terwujud berupa Aplikasi
Sistem Layanan Kepegawaian (SILK) dan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMKA) per 31 Desember 2018 sebesar Rp. 1.759.745.000,-.
Pada Tahun 2018 terjadi akumulasi penyusutan sebesar minus
Rp.1.601.170.209,- sehingga nilai netto aset tak berwujud setelah terjadinya
penyusutan menjadi sebesar Rp.158.574.791,-

Laporan Kinerja (LKJ)47


3. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik
Negara.
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Dan
Barang Milik Negara (BMN) Kementerian Kesehatan Secara Efektif, Efisien
DanDilaporkan Sesuai Ketentuan, ada 3 indikator kinerja kegiatan.

A. CAPAIAN KINERJA
Target dan capaian indikator kegiatan Pembinaan pengelolaan
administrasi keuangan dan barang milik negara tahun 2016 sd 2018 dapat
dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.18.
Target dan Realisasi IKK Biro Keuangan dan BMN Tahun 2016, 2017
dan 2018

2016 2017 2018


Sasaran Indikator Kinerja
T R %
Meningkatnya a. Persentase Satker
kualitas pengelolaan yang
Keuangan dan menyampaikan
Barang Milik Negara Laporan Keuangan
Kementerian tepat waktu dan
Kesehatan secara berkualitas sesuai 100 100 100 100 100 100 100
efektif, efisien dan 100% 100%
dengan Standar % % % % % % %
dilaporkan sesuai Akuntansi
ketentuan Pemerintah (SAP)
untuk
mempertahankan
WTP
b. Persentase nilai
aset tetap yang
telah mendapatkan 132 116 128,
50% 66% 70% 85% 121,43% 90%
Penetapan Status % % 89%
Penggunaan (PSP)
sesuai ketentuan
c. Persentase
Pengadaan 113, 100 98,
Barang/Jasa (e- 80% 91% 90% 98% 108,89% 98%
75% % 00%
procurement)
sesuai ketentuan

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA 2018


Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Indikator Pertama
Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase Satker yang
menyampaikan Laporan Keuangan tepat waktu dan berkualitas
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk
mempertahankan WTP” memiliki definisi operasional yaitu
“Persentase Jumlah Satker Kantor Pusat, Kantor Daerah, dan
Dekonsentrasi yang melaporkan (ADK & Laporan Keuangan)
semester dan Tahunan tepat waktu secara berjenjang sesuai
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) serta ketentuan Peraturan

Laporan Kinerja (LKJ)48


Keuangan Negara yang dibuktikan dengan melakukan rekonsiliasi
secara berkala”.

Adapun formulasi pengukuran pada Indikator Pertama Biro Keuangan dan


BMN yaitu :

Jumlah satker Kantor Pusat, KantorDaerah dan


Dekonsentrasi yang menyampaikan Laporan Keuangan
X 100%

Jumlah seluruh satker Kantor Pusat, Kantor Daerah dan


Dekonsentrasi

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) ini setiap tahunnya selalu mampu


mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra. Baik pada tahun
2016, 2017 maupun tahun 2018, realisasi capaian target adalah sebesar
100%. Artinya pada kedua tahun anggaran tersebut, sebanyak 418 satker
selalu menyampaiakan laporan keuangannya secara tepat waktu. Bila
dipantau sepanjang tahun anggaran, rekon laporan keuangan tidak selalu
tepat waktu, sehingga dalam triwulan II dan III capaian rekon belum
100%. Hal ini disebabkan karena updating aplikasi terlalu sering dan
lambatnya proses feedback dari Kemenkeu. Namun dalam akhir tahun
seluruh satker dapat rekon dengan optimal dengan menyelesaikan
laporan keuangan sesuai standar.

a. Hal-hal yang Mempengaruhi Pencapaian Target


1) Pelaksanaan proses likuidasi aset di lingkungan Kementerian
Kesehatan dengan mengoptimalkan dasar hukum yaitu Surat
Edaran Sekretariat Jenderal Nomor HK.03.03/II/345/2016 tanggal
18 Februari 2016 tentang Pelaksanaan Likuidasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan
2) Sosialisasi kebijakan-kebijakan terkait tata laksana keuangan,
perbendaharaan dan penyusunan laporan keuangan baik BLU
maupun Non BLU yang berkesinambungan
3) Adanya aplikasi e rekon sehingga dapat mengidentifikasi
ketidaksesuaian lebih dini.
4) Koordinasi dengan unit organisasi yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan pelatihan dalam rangka meningkatkan
kompetensi SDM bidang pengelolaan keuangan dan anggaran
5) Memberikan reward kepada satker yang selalu melakukan feedback
baik kepada Eselon I maupun kepada satker-satker terkait capaian
pengelolaan anggaran, progress LHP, permasalahan rekon Laporan
Keuangan, inovasi dalam pengadaan barang/jasa serta kebutuhan-
kebutuhan terkait penyusunan Laporan Keuangan dan Pelaksanaan
Anggaran lainnya

Laporan Kinerja (LKJ)49


Gambar 3.8
Penyerahan Penghargaan Kepada Satker dengan
Pengelolaan Anggaran Terbaik

6) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam penerapan


metode penilaian kinerja pelaksanaan anggaran (IKPA) yang terdiri
dari 12 indikator yang terdiri dari :

Indikator Kinerja Pelaksana Anggaran

Menurut data dari Online Monitoring SPAN per tanggal 28


Desember 2018 Kementerian Kesehatan berada diperingkat 1 dari
13 Kementerian/Lembaga dengan Pagu diatas 10 Triliun dengan
nilai IKPA sebesar 93,84%.

Laporan Kinerja (LKJ)50


Peringkat Kementerian Kesehatan dari hasil penilaian IKPA 2018

b. Permasalahan
Walaupun target kinerja Indikator Pertama tercapai namun masih ada
permasalahan yang muncul sebagai berikut:
1) Kurangnya kualitas SDM dalam bidang akuntansi
2) Sistem aplikasi yang sering berubah dan perubahan sangat dekat
waktunya dengan jadwal rekon.
3) Rotasi pengelola keuangan yang terlalu sering
4) Kesalahan Penggunaan akun dalam perencanaan dan pelaksanaan
anggaran
5) Permasalahan revaluasi yang belum tuntas, dimana pada tahun
mendatang dapat menjadi hambatan dalam mencapai opini WTP

c. Pemecahan Masalah
1) Peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan/penyuluhan
kepada petugas penyusun laporan keungan
2) Meningkatkan koordinasi dengan KPPN dan DAPK Kementerian
Keuangan
3) Mengoptimalkan peranan APIP dalam melakukan review mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan
4) Membentuk SPIPK
5) Revisi Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
menyesuaikan dengan regulasi terbaru
6) Berkoordinasi dengan bagian BMN Ditjen Kekayaan Negara
Kemenkeu secara berkesinambungan untuk menyelesaikan
masalah revaluasi BMN

Laporan Kinerja (LKJ)51


d. Rencana Tindak Lanjut
1) Memaksimalkan ketersediaan anggaran pada DIPA Biro Keuangan
dan BMN untuk kegiatan peningkatan kemampuan penyusun
Laporan Keuangan
2) Pelaksanaan review RKAKL dan LK mulai dari level satker sampai
dengan Kementerian pada setiap periode pelaporan keuangan
3) Penyusunan dan sosialisasi Pedoman Akuntansi dan Penyusunan
Laporan Keuangan
4) Rapat koordinasi dengan APIP, DAPK Kementerian Keuangan
setiap triwulan

2. Indikator Kedua
Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase nilai aset tetap yang telah
mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan”
memiliki definisi operasional yaitu “Presentase Nilai aset tetap yang
berproses mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) yang
mencakup satker Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi”.

Nilai aset tetap yang telah diproses mendapatkan PSP

X 100%

Nilai aset tetap Laporan Keuangan audited

BMN yaitu :
Capaian kinerja Indikator ini tahun 2018 melampaui target yang
ditetapkan, dari total nilai aset yang harus ditetapkan status
penggunaannya yaitu Rp39.727.025.395.104,-, presentase nilai aset tetap
yang telah mendapatkan penetapan status penggunaan sesuai ketentuan
adalah sebesar Rp.41.480.294.294.183,- (104%), melampaui target di
tahun 2017 sebesar Rp.33.633.495.966.468,- (85%).
Gambar 3.9
Grafik Target dan Realisasi Indikator Kedua
120%
104%
100%
100%
85%
80%
80% 70%
66%

60% 54%
50%

40% 30%

20%

0%
2015 2016 2017 2018 2019

TARGET CAPAIAN

Laporan Kinerja (LKJ)52


Terjadi peningkatan sebesar 19% untuk capaian pada indikator
kedua, jika pada tahun 2017 sebesar 85% maka pada tahun 2018
berhasil ditingkatkan menjadi sebesar 104% . Peningkatan terlihat dari
naiknya jumlah aset yang ditetapkan status penggunaannya yaitu sebesar
Rp7.881.255.915.895,-. Dalam waktu 3 (tiga) tahun pengukuran indikator
kedua ini selalu melebihi target yang telah ditetapkan, namun gap selisih
persentase capaian semakin mengecil. Hal ini dikarenakan aset yang
sudah selesai di PSP kan memang sudah sesuai dengan rencana dan
prediksi Biro Keuangan dan BMN sedangkan aset tersisa yang harus
diselesaikan dalam proses PSP memiliki kendala yang lebih kompleks
dan memerlukan effort yang lebih dalam penyelesaiannya.
a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target kinerja
1) Sosialisasi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/558/2016 tentang Pelimpahan sebagian
wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna Barang dalam
Pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian
Kesehatan
2) Sosialisasi Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor
HK.03.03/II/2037/2016 tanggal 13 September 2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara di
lingkungan Kementerian Kesehatan
3) Sosialisasi Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor
HK.03.03/III/2016 tanggal 28 September 2016 tentang Rencana
Kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian Kesehatan
4) Sosialisasi kepada satker di lingkungan Kementerian Kesehatan
dalam percepatan proses revaluasi aset BMN
5) Komitmen pimpinan dalam pengelolaan BMN termasuk dalam hal
ini usul dan proses PSP
6) Koordinasi yang intensif dan optimal dengan Unit Utama dan
Kementerian Keuangan

a. Permasalahan
Walaupun capaian kinerja Indikator Kedua melampaui target, masih
ada permasalahan yang terjadi, yaitu:
1) Pendelegasian wewenang yang memungkinkan Satker melakukan
Penetapan Status Penggunaan di KPKNL Setempat.
2) Petugas SIMAK BMN baru dan belum berpengalaman sehingga
terhambat dan atau salah kewenangan pengajuan usulan PSP
3) Data dukung yang tidak lengkap
4) Anggaran untuk monitoring terhadap Satker yang capaian PSP nya
rendah sangat terbatas sehingga tidak semua Satker terpapar
regulasi-regulasi baru mengenai PSP
b. Pemecahan Masalah
1) Melakukan koordinasi instensif dengan satker terutama yang
capaian PSP nya masih rendah dibawah 50% dan petugas simak
yang masih baru

Laporan Kinerja (LKJ)53


2) Pendampingan satker yang capaian nya masih rendah
c. Rencana Tindak Lanjut
1) Melakukan pertemuan tingkat satker dan sosialisasi regulasi-
regulasi serta kebijakan menyangkut proses usulan PSP
2) Melakukan pendampingan kepada satker yang tingkat capaian
realisasi PSP nya masih rendah
3) Membuat aplikasi yang berisi template PSP sehingga memudahkan
Petugas SIMAK untuk mengusulkan PSP serta mengurangi tingkat
kesalahan usulan PSP

3. Indikator Ketiga
Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase Pengadaan Barang/Jasa (e-
procurement) sesuai ketentuan” memiliki definisi operasional yaitu
“Persentase Jumlah satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang
proses pengadaannya menggunakan SPSE”.
Adapun formulasi pengukuran pada Indikator Pertama Biro
Keuangan dan BMN yaitu :

Jumlah Satker Kantor Pusat dan Satker Kantor Daerah


yang menggunakan SPSE
X 100%

Jumlah seluruh Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah

Capaian kinerja Indikator Ketiga tahun 2017 tidak mencapai target


yang ditetapkan, dikarenakan ada 5 satker yang tidak memiliki belanja
modal yang secara otomatis tidak menggunakan SPSE. Ditargetkan
sebanyak 214 Satker yang terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor Daerah
melakukan pengadaan melalui e-procurement, hasilnya sebanyak 209
Satker (98%) sudah melakukan pengadaan melalui e-procurement.
Dengan demikian pencapaian kinerja tidak mencapai target. Dasar
penetapan target dan realisasi ini adalah perhitungan jumlah Satker
Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang melaksanakan pengadaan dengan
menggunakan e-procurement.
Gambar 3.10.
Grafik Target dan Realisasi Indikator Ketiga
TARGET CAPAIAN

120%
98% 98%
100% 91%
100% 100%
80% 73% 90%
80%
60%
65%

40%

20%

0%
2015 2016 2017 2018 2019

Laporan Kinerja (LKJ)54


Tidak ada peningkatan capaian pada indikator ketiga tahun 2018 (98%)
jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2017 (98%). Hal ini
disebabkan ada 5 satker yang tidak menggunakan SPSE karena tidak ada
alokasi belanja modal pada satker tersebut yaitu Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer, KKP Kelas II Jayapura, KKP Kelas III Gorontalo, Balai
Litbang P2B2 tanah bumbu Kalsel dan Loka Litbang P2B2 Waikabubak NTT.
a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target kinerja
Pencapaian target kinerja Indikator Ketiga tidak lepas dari terobosan
yang dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN yaitu sebagai berikut:
1) Pelatihan dan sertifikasi PBJ yang secara simultan dilaksanakan
setiap tahunnya untuk meningkatkan kualitas SDM pelaksana PBJ;
2) Dilaksanakannya workshop monitoring dan evaluasi pengadaan
barang dan jasa;
3) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pra DIPA 2018
4) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui e katalog
5) Sosialisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui
mekanisme lelang cepat kepada satker di lingkungan Kementerian
Kesehatan
Melalui kegiatan pengadaan menggunakan LPSE Kementerian
Kesehatan telah menyelesaikan 24.981 paket dengan pagu sebesar
Rp15.986.460.060.145,- dengan hasil lelang sebesar
Rp12.259.375.138.263,- dan mampu menghemat keuangan negara
sebesar Rp3.727.084.921.882,- dari nilai pagu selesai yang dilelangkan di
LPSE Kementerian Kesehatan. Nilai tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2017. Pada tahun 2017
pengadaan menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan telah
menyelesaikan 1.964 paket dengan pagu sebesar Rp4.647.070.222.774,-
dengan hasil lelang sebesar Rp4.040.553.645.850,- dan mampu
menghemat keuangan negara sebesar Rp606.516.576.924,-. Hasil yang
melebihi target tersebut seharusnya dapat lebih maksimal dengan
inovasi-inovasi dari para pengelola PBJ seperti pelaksanaan Kontrak
Payung dan optimalisasi pengadaan melalui e catalogue.
b. Permasalahan :
1) Pembaharuan aplikasi RUP oleh LKPP yang menghambat pengisian
RUP oleh satker pada Triwulan I tahun 2018
2) Adanya kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada terjadinya
lelang ulang dan tidak terlaksana
3) Terlambatnya pelaksanaan PBJ yang disebabkan oleh terlambatnya
penyiapan dokumen PBJ dan kualitas dokumen PBJ
4) Perencanaan dan pelaksanaan PBJ Pra DIPA masih belum optimal
5) Pembahasan e catalogue bidang kesehatan di LKPP memakan waktu
yang cukup lama dikarenakan LKPP memerlukan bantuan teknis dari
kementerian terkait.
6) Tidak semua satker memiliki alokasi belanja modal

Laporan Kinerja (LKJ)55


c. Pemecahan Masalah
1) Berkoordinasi dengan LKPP terkait kebijakan updating aplikasi agar
tidak menghambat proses pelaksanaan PBJ.
2) Optimalisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pra DIPA tahun
2019.
3) Peningkatan kualitas SDM terkait pemahaman dan penyusunan
dokumen PBJ
4) Membuat rancangan pembuatan aplikasi PBJ dengan melibatkan
tenaga IT di lingkungan Biro Keuangan dan BMN dan Narasumber dari
LKPP.
5) Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ di lingkungan
Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.
6) Penyusunan ecatalogue sectoral di delegasikan ke Kementerian terkait
(Kemnterian Kesehatan) sehingga tidak perlu menunggu dari LKPP
7) Melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendorong pengelola
PBJ melakukan inovasi dalam proses PBJ seperti kontrak payung,
pengadaan melalui e catalogue dan/atau e purchasing

d. Rencana Tindak Lanjut


1) Melakukan advokasi kepada LKPP untuk mengurangi updating aplikasi
SIRUP di awal tahun anggaran
2) Membuat surat edaran dan koordinasi mengenai pengadaan
barang/jasa melalui proses lelang Pra DIPA kepada seluruh satuan
kerja dan Unit Organisasi di lingkungan Kemenkes
3) Membuat atau mengembangkan aplikasi PBJ untuk pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan PBJ
4) Melaksanakan Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ
(KPA, PPK, PP dan Pokja ULP) di lingkungan Kemenkes untuk
mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.
5) Penguatan Pengadaan Barang/Jasa Kemenkes melalui pembentukan
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) yang pada saat ini masih
dalam tahap penyusunan Naskah Akademik

C. SUMBER DAYA/ REALISASI ANGGARAN


Alokasi anggaran pada tahun 2018 sebesar Rp.26.112.082.000,- dengan
realisasinya sebesar Rp24.467.891.455,- (93.70%). Realisasi pada tahun 2018
ini mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2017
walaupun dari sisi alokasi ada kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar
Rp11.708.609.000,-. Kenaikan tersebut diperuntukkan untuk pembiayaan peserta
terutama untuk kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan dan BMN, dimana
pada tahun 2017 pembiayaan tersebut hilang dikarenakan terbatasnya
anggaran.

Laporan Kinerja (LKJ)56


Gambar 3.11.
Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran 2017 dan 2018

26,112,082,000
24,467,891,455

14,403,473,000 14,280,127,000

2017 2018

ALOKASI REALISASI

Kenaikan alokasi dikarenakan adanya kenaikan belanja modal yang


digunakan untuk Renovasi serta pengadaan Meubelair Ruangan Biro Keuangan
dan BMN, ULP dan LPSE. Penyerapannya tidak mencapai 90%, hal ini
dikarenakan dilakukan secara tender dan mendapatkan harga terbaik sehingga
dapat dikatakan efisiensi dalam hal pengadaan. Sedangkan untuk penyerapan
belanja barang sangat baik yaitu Rp.20.457.638.640,-(97.73%). Biro Keuangan
dan BMN melakukan antisipasi dari setiap stakeholder seperti identifikasi
kegiatan yang tidak perlu dan tidak dapat dilaksanakan menjadi kunci dalam
rangka peningkatan daya serap dan pelaksanaan kegiatan prioritas yang
terlaksana secara optimal.
1. Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai Biro Keuangan dan BMN Sekretariat Jenderal
sampai dengan Tanggal 31 Desember 2018 sebanyak 106 (seratus
enam) pegawai dan dianalisa bahwa dari segi pendidikan dan
kepangkatan memiliki kualitas yang baik. Namun dari segi usia terlihat
adanya ancaman yang serius terkait keberlangsungan SDM di Biro
Keuangan dan BMN. Dari total 106 pegawai sebanyak 45% berusia 51 sd
60 tahun yang artinya dalam waktu 8 tahun kedepan jumlah SDM di Biro
Keuangan dan BMN akan berkurang hampir 50%. Berikut rinciannya :
a. Komposisi SDM Biro Keuangan dan BMN Berdasarkan Usia
Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah

1 21 – 30 9

2 31 – 40 27

3 41 – 50 24

4 51 - 60 46

Total 106

Laporan Kinerja (LKJ)57


b. Komposisi SDM Biro Keuangan dan BMN Berdasarkan Golongan
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah
1 Pengatur / IIc 3
2 Pengatur Muda Tk I / IId 1
3 Penata Muda / IIIa 14
4 Penata Muda Tk I / IIIb 51
5 Penata / IIIc 6
6 Penata Tk I / IIId 20
7 Pembina / IVa 8
8 Pembina Tk I / IVb 2
9 Pembina Utama Madya / IVc 1
Total 106

c. Komposisi SDM Biro Keuangan dan BMN Berdasarkan Pendidikan


Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah
1 SLTP 1
2 SLTA 29
3 DIPLOMA III 9
4 S1 44
5 S2 23
Total 106

d. Komposisi SDM Biro Keuangan dan BMN Berdasarkan Jenis Kelamin


Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah


1 Laki – Laki 49
2 Perempuan 57
Total 106

e. Komposisi SDM Biro Keuangan dan BMN Berdasarkan Jabatan

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan

No Jenis Kelamin Jumlah


1 Struktural 16
2 Staf Pelaksana 83
3 Fungsional 7
Total 106

Laporan Kinerja (LKJ)58


Adapun proses peningkatan kapasitas dan pembangunan karakter
yang telah dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN yaitu :
1. Melaksanakan capacity building dengan melibatkan seluruh pegawai
Biro Keuangan dan BMN di Malang, Jawa Timur
2. Memberikan kursus pelatihan International English Language Testing
System kepada 20 orang pegawai
3. Internalisasi secara berkala nilai-nilai integritas, etika ASN, serta
informasi lain yang diperlukan pegawai dalam memperkaya
pengetahuan pegawai.
4. Mengirimkan pegawai untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Bendahara Pengeluaran APBN Angkatan I, II dan III Tahun 2018
5. Mengirimkan pegawai untuk mengikuti Pelatihan dan Sertifikasi
Peningkatan SDM dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa

Selain itu, dalam rangka meningkatkan motivasi pegawai di


lingkungan Biro Keuangan dan BMN dalam hal kinerja dan gaya hidup
sehat untuk mendukung Germas, memberikan reward kepada beberapa
orang pegawai dengan 2 (dua) kategori :
1. Diberikannya penghargaan Most Dedicated Employee 2018 kepada 1
(satu) orang pegawai Biro Keuangan dan BMN dengan kriteria
penilaian didasarkan pada nilai SKP terbesar, kinerja dan integritas
yang tinggi

Gambar 3.12
Sertifikat Reward kepada Pegawai dengan Kinerja Terbaik

2. Diberikannya penghargaan Most Healthy and Sporty Employee 2018


kepada 3 (tiga) orang pegawai sebagai bentuk keterlibatan dalam
penerapan pola hidup sehat, penerapan K3 dan penerapan 5S.

Adapun progress aksi perubahan nyata Agent of Change Biro


Keuangan dan BMN antara lain sebagai berikut :
1. Pembinaan pengelolaan keuangan dalam hal tingkat kepatuhan
terhadap penerbitan kartu pengawasan pada kontrak yang dilakukan
2. Ajakan perilaku hidup sehat salah satunya dengan mendorong para
pegawai untuk melakukan peregangan setiap pukul 10.00 dan 14.00

Laporan Kinerja (LKJ)59


3. Internalisasi salam sehat, revolusi mental bidang kesehatan dan aksi
perubahan harian pada pertemuan rakorstaf di lingkungan Biro
Keuangan dan BMN

2. Sumber Daya Anggaran


Seluruh Kegiatan Biro Keuangan dan BMN ini dibiayai dari DIPA Biro
Keuangan dan BMN Nomor : SP DIPA-024.01.1.465921/2018 tanggal 5
Desember 2017 sebesar Rp.24.272.281.000,-. Namun dalam
pelaksanaan tahun berjalan terjadi beberapa kali Revisi DIPA, yaitu :
1. Revisi I pada tanggal 9 Februari 2018 dengan anggaran yang
tercantum dalam DIPA menjadi sebesar Rp24.122.281.000,- yaitu
penyelesaian proses buka blokir anggaran sebesar Rp.2.650.000.000,-
yang digunakan untuk proses renovasi ruangan Biro Keuangan dan
BMN, ULP dan LPSE sekaligus pemindahan belanja Perjadin ke Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan sebesar Rp.150.000.000,- yang
digunakan untuk penanggulangan Asmat

2. Revisi II tanggal 24 April 2018 dengan anggaran yang tercantum


dalam DIPA menjadi sebesar Rp25.622.281.000,- yaitu Biro Keuangan
dan BMN mendapatkan tambahan anggaran belanja modal sebesar
Rp.1.500.000.000,- dari Pusat Kesehatan Haji yang dipergunakan
untuk penambahan biaya renovasi ruangan Biro Keuangan dan BMN,
ULP dan LPSE

3. Revisi III tanggal 7 September 2018 dengan anggaran yang tercantum


dalam DIPA menjadi sebesar Rp26.112.081.000,- yaitu Biro Keuangan
dan BMN kembali mendapatkan tambahan anggaran sebesar
Rp.489.800.000,- dari Biro Perencanaan dan Anggaran yang
dipergunakan untuk Kelompok Kerja KPBU (Kerjasama Pemerintah
dan Badan Usaha) untuk pembanguan Tower A dan B Rumah Sakit
Dharmais.

Adapun optimalisasi dan efisiensi anggaran seperti tergambar dalam tabel


berikut:
Tabel 3.19.
Optimalisasi dan Efisiensi Anggaran per output

No. Output/komponen PAGU REALISASI SISA DANA %


1 2035.951 (Layanan internal) 7,950,412,000 7,016,696,184 933,715,816 88.26
2 2035.955 (Layanan manajemen keuangan bidang kesehatan) 8,519,248,000 8,235,255,302 283,992,698 96.67
3 2035.956 (Layanan manajemen BMN bidang kesehatan) 6,445,157,000 6,042,010,040 403,146,960 93.74
4 2035.994 (Layanan perkantoran) 3,197,265,000 3,173,929,929 23,335,071 99.27
Total 26,112,082,000 24,467,891,455 1,644,190,545 93.70

Laporan Kinerja (LKJ)60


3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Berdasarkan Neraca Barang Milik Negara (BMN) Tahun Anggaran 2018,
tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana di Biro Keuangan dan
BMN adalah sebagai berikut :
Tabel 3.20.
Barang Milik Negara yang menjadi Aset Biro Keuangan dan BMN

AKUN NERACA SALDO PER 31 DESEMBER 2018


Barang Konsumsi 139.738.800
Tanah 14.694.375.000
Peralatan dan Mesin 11.001.666.670
Gedung dan Bangunan 4.345.789.688
Jalan,Irigasi dan Jaringan 5.568.420.000
Aset Tetap dalam Renovasi 1.952.758.234
Aset Tetap Lainnya 213.525.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (413.231.166)
Aset Tak Berwujud 0
Akumulasi Amortisasi (1.954.151.571)

Aset Lain-lain 0

Akumulasi Penyusutan atas Aset Lainnya (7.862.169.655)

BMN Ekstrakomptabel 11.640.561

Akumulasi Penyusutan Ekstrakomptabel 0


TOTAL ASET 27.698.361.561

D. ANALISA ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA


Tabel 3.21
Perbandingan Target Dan Capaian Indikator Kinerja
Biro Keuangan Dan BMN Tahun 2018
RENSTRA RKAKL
NO KEGIATAN output 2018 Anggaran 2018
TARGET REALISASI
Target Capaian % Pagu Awal Realisasi %

Persentase satker yang


Layanan Manajemen menyampaikan laporan keuangan
1 Keuangan Bidang tepat waktu dan berkualitas sesuai 100% 1 Layanan 1 Layanan 100% 8,519,248,000 8,235,255,302 96.67%
Kesehatan dengan SAP untuk mempertahankan
WTP (100%)
Persentase nilai aset tetap yang telah
mendapatkan Penetapan Status
116%
Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan
Layanan Manajemen
2 (90%) 1 Layanan 1 Layanan 100% 6,445,157,000 6,042,010,040 93.74%
BMN Bidang Kesehatan
Persentase pengadaan
menggunakan e-procurement 98%
(100%)
Tersedianya Dukungan Layanan
3 Layanan Internal 1 Layanan 1 Layanan 100% 7,950,412,000 7,016,696,184 88.26%
Manajemen

Tersedianya Layanan Operasional


Bulan Bulan
4 Layanan Perkantoran Perkantoran dan Pemeliharaan 12 12 100% 3,197,265,000 3,173,929,929 99.27%
Layanan Layanan
Perkantoran

Total Pagu 26,112,082,000 24,467,891,455 93.70%

Laporan Kinerja (LKJ)61


Dari tabel diatas terlihat beberapa program cukup efektif dalam hal
pencapaian hasil dan serapan. Dari total anggaran sebesar
Rp.26.112.082.000,- terealisasi sebesar Rp.24.467.891.455,- (93,70%) dari
realisasi tersebut seluruh target outputnya tercapai. Selain itu dengan
anggaran yang tersedia membuat para stake holder pengelola anggaran di
Biro Keuangan dan BMN mengalihkan penyerapan anggaran tersebut ke
kegiatan-kegiatan prioritas yang mendukung peningkatan indikator kinerja
biro. Namun demikian di tahun-tahun mendatang perlu dievaluasi efektifitas
perencanaan anggaran tiap-tiap program yang mendukung indikator kinerja
agar lebih meningkat lagi.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan anggaran tahun 2018 berjalan
dengan efektif untuk mendukung pencapaian kinerja, terbukti dengan capaian
kinerja dapat memenuhi/ melebihi target dengan penggunaan dana/anggaran
yang ada.
Analisa Penyerapan dana dekon Biro Keuangan dan BMN TA 2018
realisasi dekon kegiatan pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan
BMN tahun 2018 sebesar Rp.2.002.412.939,- (87,79%) dari pagu total
sebesar Rp.2.280.808.000,-menu dana dekon hanya terdiri dari alokasi
untuk
honorarium petugas SAI-SIMAK dan Perjadin untuk melakukan konsultasi
ke pusat terkait Laporan Keuangan, BMN dan Perbendaharaan.kurang
optimalnya penyerapan disebabkan beberapa satker belum menggunakan
menu kegiatan konsultasi ke pusat sesuai dengan rencana yang telah
dituangkan ke dalam RKAKL.

4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Organisasi


Sasaran kegiatan Biro Hukum dan Organisasi yang telah ditetapkan
adalah meningkatnya bidang layanan dan hukum dengan Indikator kinerja
kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan
organisasi ada dua yaitu:
1) Jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi
pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan
Jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi
pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan meliputi:
a. Jumlah Rancangan Undang-Undang/Rancangan Peraturan
Pemerintah/ Rancangan Peraturan/Keputusan Presiden
b. Jumlah Permenkes/ Kepmenkes
c. Jumlah Perjanjian Kerjasama dan MoU
d. Penanganan Kasus Hukum
e. Fasilitasi Pengawasan dan Penyidikan Bidang Kesehatan
f. Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kesehatan
2) Jumlah produk layanan organisasi dan tatalaksana
Jumlah produk layanan organisasi dan tatalaksana, meliputi :
a. Penataan Organisasi, Penyusunan Pedoman Ketatalaksanaan, Analisa
Jabatan dan Analisa Beban Kerja
b. Fasilitasi Implementasi Reformasi Birokrasi.

Laporan Kinerja (LKJ)62


A. CAPAIAN KINERJA
Pencapaian tujuan dan sasaran akan terlihat secara keseluruhan pada
kurun waktu 5 (lima) tahun, namun demikian perubahan setiap tahun akan
nampak dari pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan setiap
tahunnya. Penetapan sasaran dan indikator kinerja dituangkan sebagaimana
yang ada dalam dokumen Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2015-2019
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018
Gambar 3.13
Grafik Kumulatif target dan capain kinerja Tahun 2015-2018
dan target 2019
500 436 444
422 419
400

300 242 255 249 248 247


Target
200 Kumulatif

100

0
2015 2016 2017 2018 2019

Jika melihat grafik diatas, maka nampak bahwa target akhir tahunan
Renstra hampir mendekati 2 (dua) kali lipat. Hal ini dapat dijadikan bahan
evaluasi dalam penentuan target periode Renstra 2020-2024.

1. Pencapaian indikator tahun 2018


Sebagai gambaran capaian kinerja tahun 2018 , berikut disampaikan
tabelbesaran target dan realisasi masing-masing indikator.
Target dan Realisasi Tahun 2018 Biro Hukum dan Organisasi.
Target Realisasi Prosen
Sasaran Indikator Kinerja
2018 2018 tase
Meningkatnya 1. Jumlah produk 233 404 173,39%
Layanan Bidang hukum, penanganan
Hukum dan masalah hukum dan
Organisasi fasilitasi pengawasan
dan penyidikan yang
diselesaikan
2. Jumlah produk 15 15 100%
layanan organisasi
dan tatalaksana

Jika melihat grafik dibawah ini, maka terlihat bahwa tujuan dan
sasaran di tahun 2019 akan dapat tercapai, mengingat hasil disetiap
tahunnya sudah jauh melebihi jumlah target yang ditetapkan di akhir tahun
Renstra.
Grafik:5

Laporan Kinerja (LKJ)63


Realisasi Kinerja Kumulatif Indikator Jumlah produk hukum,
penanganan masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan
yang diselesaikan Tahun 2015-2018dan Target Kumulatif sampai dengan
Tahun 2019.
1800 1620
1600
1400 1216
1147
1200
1000 915
809
800 682
600
399 399 410448 407 404
400 215 215 233 234 233 232
200
0 0
0
TA 2015 TA 2016 TA 2017 TA 2018 TA 2019

Target Pertahun Realisasi Pertahun Target kumulatif Realisasi kumulatif

Grafik:6
Realisasi Kinerja Kumulatif Indikator Jumlah produk layanan
organisasi dan tatalaksana Tahun 2015-2018dan Target Kumulatif sampai
dengan Tahun 2019.
120

101
100 95
86
80
80 71
65

60
50

37 37
40 34
27 27
23
20 15 15 15 15 15

0 0
0
TA 2015 TA 2016 TA 2017 TA 2018 TA 2019
Target Pertahun Realisasi Pertahun Target kumulatif Realisasi kumulatif

Jika melihat kedua grafik di atas maka nampak bahwa target akhir
tahun Renstra dapat dicapai. Namun, untuk Indikator Jumlah produk
hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan
penyidikan yang diselesaikan deviasi antara target dan capaian cukup
tinggi hampir 2 (dua) kali lipat. Hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam
penyusunan Renstra periode selanjutnya.

Laporan Kinerja (LKJ)64


1) Indikator jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan
fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan :
Definisi operasional dari “jumlah produk hukum, penanganan
masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang
diselesaikan“ adalah sejumlah produk hukum yang dapat berupa
peraturan, proses penanganan masalah hukum serta fasilitasi
pelaksanaan tugas hukum yang diselesaikan dan atau dilimpahkan
sesuai kewenangan.
Untuk mengukur keberhasilan dari indikator tersebut, produk
kegiatan yang dihasilkan sebagai berikut:
a. Rancangan Undang Undang (RUU), Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan/Keputusan
Presiden (R.Perpres/ R.Keppres) Bidang Kesehatan.
Kondisi yang dicapai:
Dalam penyusunan RUU, RPP dan R.PerPres bidang kesehatan
ditargetkan 11 buah sebagaimana dalam Perjanjian Kinerja tahun
2018, dan dihasilkan 3 RUU (RUU Kekarantinaan Kesehatan,
RUU Wabah dan RUU Perubahan atas UU No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika), 2 RPP (RPP UKS dan RPP Transplantasi
Organ), dan 1 Perpres (Perpres Jaminan Kesehatan) total
pencapaian di tahun 2018 ini sebanyak 6 output.
b. Keputusan/Peraturan Meteri Kesehatan/Perjanjian Kerja Sama
Kondisi yang dicapai :
Penyusunan Kep/PerMenkes pada tahun 2018 ditargetkan
sebanyak 92 (sembilan puluh dua) dan telah terealisasi sebanyak
242 (dua ratus empat puluh dua) Kep/PerMenkes.
Perjanjian Kerja Sama pada tahun 2018 ditargetkan sebanyak 15
(lima belas) dan telah terealisasi sebanyak 20 (dua puluh)
Perjanjian Kerja Sama da MoU
Jika diakumulasikan produk peraturan perundangan tersebut
mencapai jumlah 268 (dua ratus enam puluh delapan) produk
perundang-undangan dari target 118 (Seratus delapan belas) atau
setara 227,19%.
Pencapaian pada tahun 2018, apabila dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2017, prosentase pencapaian selalu diatas
100%. Dengan demikian bahwa kinerja yang dihasilkan untuk
mencapai target tahunan selalu optimal.
c. Penanganan Masalah Hukum dan Fasilitasi Pengawasan dan
Penyidikan
Kondisi yang dicapai:
Kegiatan penanganan masalah dan kasus hukum terkait
kepegawaian, asset, pelayanan kesehatan serta judicial
reviewserta fasilitasi pengawasan dan penyidikan dengan target
sebanyak 115 kasus telah terealisasi sebanyak 141 produk.
Justifikasi realisasi output lebih besar dari pada target adalah
dikarenakan jumlah kasus dan permasalahan yang akan masuk

Laporan Kinerja (LKJ)65


tidak dapat diprediksi secara akurat, selain itu banyak kasus dan
permasalahan dari tahun-tahun sebelumnya yang masih
berproses.
Kasus yang tertangani terdiri dari:
1) 35 kasus perdata;
2) 9 kasus TUN;
3) 4 kasus judicial review;
4) penanganan masalah 43 rumah negara di 12 provinsi yang
harus dikembalikan ke rumah negara golongan II hasil
rekomendasi KPK;
5) penanganan 47 masalah sengketa aset di beberapa provinsi.
6) 3 kegiatan fasilitasi pelaksanaan pengawasan dan penyidikan
bidang kesehatan
Dari penanganan masalah dan kasus hukum di atas, Biro Hukum
dan Organisasi berhasil memenangkan kasus antara lain :
1. Gugatan Wanprestasi atas pembatalan penetapan pemenang
lelang pekerjaan pengadaan jasa satuan pengamanan
(satpam) di RSUP Dr. M. Djamil Padang TA 2018;
2. Gugatan PMH terkait paket jasa konstruksi pembangunan
rumah sakit bergerak dan rumah sakit pratama yang
dilaksanakan oleh Ditje. BUKR Tahun Anggaran 2012
3. Gugatan Wanprestasi atas perkara hutan piutang renovasi
Puskesmas Cianjur oleh CV. Kujang Sagara Dunya terhadap
dr. Gumilar Farto Siswoyo;
4. Gugatan SK Menkes tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil a.n. Ita La Tho, SKM,
M.Sc;
5. Proses penerbitan sertifikat atas Tanah Poltekkes Bandung di
Jl. Babakan Cianjur yang belum bersertifikat dan saat ini masih
didiami oleh para pensiunan, dsb.
Output dari kegiatan fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang
kesehatan semula adalah jumlah daerah yang akan dikunjungi
yang berpotensi besar dalam terjadinya pelanggaran terkait
penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan sumber
daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan. Namun karena
sampai saat ini kurikulum maupun modul untuk pendidikan dan
pelatihan tenaga pengawas bidang kesehatan belum selesai,
maka output tersebut belum dapat direalisasikan, sehingga satuan
output diubah menjadi jumlah dokumen proses penyusunan
kurikulum serta modul pendidikan dan pelatihan tenaga pengawas
bidang kesehatan serta pengangkatan dan pelantikan tenaga
PPNS.

Laporan Kinerja (LKJ)66


2) Indikator jumlah produk layanan organisasi dan tatalaksana
Definisi operasional dari “jumlah produk layanan organisasi dan
tatalaksana“ adalah sejumlah pengorganisasian dan tatalaksananya
serta produk reformasi birokrasi yang dihasilkan dan atau dievaluasi.
Indikator kedua ini merupakan sejumlah kegiatan, dimana
produknya diarahkan untuk menata organisasi dan tata kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan.

Kondisi yang dicapai :


Target pada tahun 2018 sebanyak 15 dokumen organisasi dan
tatalaksana dan telah dapat dihasilkan sebanyak 15 dokumen atau
setara dengan 100%.
Kegiatan lainnya yang mendukung pencapaian indikator ini secara
tidak langsung adalah implementasi reformasi birokrasi. Kegiatan ini
menjadi pendukung peningkatan kualitas dan capaian kinerja terhadap
8 (delapan) area perubahan.
Hasil – hasil yang dicapai selama tahun 2018, adalah sebagai
berikut :
1. Usulan tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KTKI
2. Usulan perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
3. Usulan tentang Klasifikasi KKP Ditjen P2P
4. Usulan tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP Ditjen P2P
5. Usulan tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Khusus Ditjen
Yankes
6. Usulan tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
dan Khusus Ditjen Yankes
7. Usulan tentang Organisasi perangkat daerah Rumah Sakit Daerah
8. Rancangan Tahubja Penyebarluasan Informasi Kesehatan
9. Template SOP Ketatausahaan untuk lingkungan Ditjen, Badan,
Itjen, dan UPT
10. Template SOP Bidang Organisasi dan Tatalaksana
11. Rancangan Peta Jabatan Kantor Pusat Kemenkes
12. Rancangan Peta Jabatan UPT Kemenkes
13. Rancangan Peta Jabatan Eselon IV, Jabatan Fungsional dan
Jabatan Pelaksana untuk evaluasi jabatan Kementerian
Kesehatan
14. Infofaktor Jabatan UPT Badan Litbangkes untuk evaluasi jabatan
Kementerian Kesehatan
15. Evaluasi Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2018


a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
Dalam mencapai target produk hukum berupa peraturan
perundang-undangan pada indikator pertama, diperlukan kegiatan-

Laporan Kinerja (LKJ)67


kegiatan pendukung yang harus dilakukan. Kegiatan-kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan Kajian Perundangan Bidang Kesehatan
Sasaran Kegiatan:
Tersedianya bahan/materi/substansi bagi proses penyusunan
peraturan perundang–undangan yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan
Sasaran Kegiatan:
Terselenggaranya sosialisasi peraturan perundang–undangan di
bidang kesehatan di provinsi/kabupaten kota dengan sasaran
petugas dinas kesehatan, biro/bagian hukum pemda, organisasi
profesi, rumah sakit, dan institusi pendidikan.
3) Pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak
Sasaran Kegiatan:
Dilakukannya kegiatan pembahasan hukum bidang kesehatan
ditinjau dari Syarak untuk dilaporkan kepada Menteri Kesehatan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
4) Dokumentasi dan Penerbitan Katalog Hukum Bidang Kesehatan
Sasaran Kegiatan:
Terpantaunya pengelolaan dokumentasi hukum dan pemberian
catalog guna mempermudah administrasi dan pencarian dokumen.
5) Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi (SJDI)
Sasaran Kegiatan:
Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan SJDI hukum
secara nasional dan peningkatan kemampuan penyelenggaraan SJDI
hukum bidang kesehatan oleh instansi kesehatan daerah.
6) Penerbitan Himpunan Peraturan Bidang Kesehatan
Sasaran Kegiatan:
Tujuan kegiatan ini adalah menghimpun semua produk hukum bidang
kesehatan yang dihasilkan oleh Kementerian Kesehatan selama 1
tahun.
7) Penguatan Website
Sasaran Kegiatan:
Tujuan kegiatan ini adalah penataan dan penguatan website sebagai
sarana informasi dari produk dibidang hukum dan Organisasi.
b. Permasalahan
Dalam pelaksanaan pencapaian kinerja masih terdapat beberapa
permasalahan, antara lain sebagai berikut :
1) Permasalahan yang ditemui dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan :
1. kehadiran dan masukan perwakilan kementerian/lembaga
terkait masih menjadi kendala dalam pembahasan
penyusunan RUU, RPP dan R Perpres. Ketidakhadiran
perwakilan menjadisalah satu faktor penghambat karena

Laporan Kinerja (LKJ)68


terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan klarifikasi
dari kementerian yang menjadi penanggungjawabnya;
2. proses penyusunan RUU tentang Kekaratinaan Kesehatan
selesai pada tahap pembahasan Panja, namun sampai
dengan saat ini belum ada undangan dari tim perumus di DPR
untuk pembahasan selanjutnya;
3. masih terdapat rancangan produk hukum dalam bentuk
Permenkes dan atau Kepmenkes dari unit teknis yang masuk
ke Biro Hukum dan Organisasi belum jelas secara substansi
sehingga harus lakukan gelar substansi kembali. Hal ini
tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
penyelesaiannya;
4. khusus pada produk keputusan dan peraturan menteri,
jumlahnya melebihi target karena banyaknya permintaan dari
unit teknis, dan banyak draf yang diajukan secara cito;
5. belum adanya konsistensi antara perencanaan yang telah
diusulkan dalam program legislasi kesehatan dengan realisasi
usulan yang masuk.
2) Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penanganan
masalah dan kasus hukum terkait kepegawaian, asset, pelayanan
kesehatan serta judicial reviewdan fasilitasi pelaksanaan
penyidikan dan pengawasan bidang kesehatan:
1. proses pengosongan lahan Jl. Hang Jebat Jakarta Selatan
yang dikuasai oleh PKBI belum dapat dilaksanakan karena
masih belum adanya persetujuan dariGubernur DKI Jakarta
untuk dilakukan penggusuran terhadap PKBI. Saat ini pihak
PKBI mengajukan gugatan kepada Kemenkes terkait
kepemilikan lahan tersebut sedangkan persetujuan dari
Gubernur DKI Jakarta belum juga keluar sehingga hal tersebut
turut menjadi penghambat dalam pelaksanaan pengosongan
lahan;
2. Sekretariat unit eselon Iterutama bagian-bagian hukormas
dirasa kurang aktif terlibat di dalam penanganan kasus dan
masalah di lingkungan Kementerian Kesehatan;
3. dokumentasi yang kurang baik pada Unit PelaksanaTeknis
(UPT) maupun Sekretariat Unit Eselon I sehingga
menghambat penelusuran dokumen pendukung penanganan
kasus dan masalah di lingkungan Kementerian Kesehatan;
4. perhatian terhadap hal-hal yang berpotensi menjadi masalah
baik di UPT maupun Unit Eselon I masih kurang sehingga
memperbesar potensi masalah yang seharusnya dapat
dicegah menjadi masalah yang dibawa ke ranah peradilan;
5. penyelesaian baik kasus maupun permasalahan di lingkungan
Kementerian Kesehatan banyak yang bergantung pada
Kementerian/Lembaga (K/L)/ pihak lain yang tidak bisa
dikendalikan progressnya oleh Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)69


6. kurikulum dan modul untuk pendidikan dan pelatihan tenaga
pengawas bidang kesehatan belum dapat disusun karena
Permenkes yang menjadi acuannya masih belum ditetapkan;
7. proses pengangkatan dan pelantikan PPNS masih terhambat
karena belum semua unit utama memiliki petugas yang
khusus mengurusi masalah administrasi terkait kelengkapan
yang diperlukan dalam pengajuan pengangkatan dan
pelantikan PPNS sehingga tidak ada yang mengkoordinir para
pegawai yang telah lulus Diklat PPNS untuk melengkapi
berkas dan melakukan proses pengajuan pengangkatan dan
pelantikan PPNS
3) Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan layanan organisasi
dan tatalaksana:
1. usulan/masukan substansi dan tindak lanjut dari unit sangat
lama, tidak komprehensif dan sering berubah-ubah/tidak
sesuai substansi;
2. masih diperlukan pemahaman yang kuat terkait pembentukan
UPT untuk seluruh unit di lingkungan Kementerian Kesehatan;
3. Kementerian Dalam Negeri belum dapat memberi
rekomendasi pembentukan UPT dengan nomenklatur Balai
mengingat balai belum termasuk dalam kategori Fasilitas
Pelayanan Kesehatan berdasar Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
4. masih diperlukan sinkronisasi penataan organisasi
Kementerian Kesehatan dengan organisasi perangkat daerah;
5. data tahapan kegiatan untuk penilaian analisis beban kerja
dari setiap output/produk yang sama masih banyak yang
berbeda-beda;
6. data SOP masih dalam bentuk hard copy, sehingga banyak
memakan tempat untuk arsip memakan waktu untuk pencarian
ketika dibutuhkan;
7. masih diperlukan penguatan kemampuan sumberdaya
manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep
organisasi dan tatalaksana, maupun dalam pengoperasian
aplikasi tertentu pada komputer;
8. kebijakan Kementerian PAN dan RB terkait organisasi dan
sumber daya manusia aparatur masih berubah-ubah dan
belum ada kepastian hukumnya.

c. Pemecahan Masalah
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi adalah sebagai berikut :
1) Upaya Pemecahan Masalah dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan :
1. Dalam menyusun usulan perencanaan program legislasi
kesehatan, sebaiknya unit teknis perlu kematangan konsep

Laporan Kinerja (LKJ)70


sehingga pada saat pelaksanaan usulan yang masuk ke Biro
Hukum dan Organisasi tidak jauh berbeda dengan apa yang
telah direncanakan;
2. membuat sistem uji kelayakan pembentukan peraturan
menteri kesehatan untuk menyaring peraturan menteri
kesehatan yang akan ditetapkan;
3. ditetapkannya kesepakatan agar pejabat yang mewakili
dibekali dengan masukan materi yang akan dibahas;
4. pertemuan koordinasi sinkronisasi dengan unit organisasi
eselon I untuk peningkatan pemahaman konten hukum dan
kepatuhan terhadap SOP;
5. melakukan pembahasan secara intensif misalnya dengan
pendampingan penyusunan rancangan awal produk peraturan.
2) Upaya pemecahan masalah dalam dalam penanganan masalah
dan kasus hukum terkait kepegawaian, asset, pelayanan
kesehatan serta judicial review dan fasilitasi pelaksanaan
penyidikan dan pengawasan bidang kesehatan:
1. berkoordinasi dengan BPK untuk menelusuri alasan belum
keluarnya perintah dari Gubernur DKI Jakarta untuk
melakukan pengosongan lahan PKBI;
2. mengadakan rapat koordinasi di awal tahun mengenai
rencana tindak lanjut penyelesaian kasus dan permasalahan
di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan Unit terkait;
3. melakukan Advokasi kepada UPT agar dapat mengidentifikasi
hal-hal yg berpotensi menjadi permasalahan kasus hukum;
4. tetap memantau penyelesaian kasus yang prosesnya sudah di
luar Kemenkes dengan berkordinasi secara intensif dengan
K/L terkait;
5. terhadap permasalahan yang penyelesaiannya masih
bergantung pada K/L atau pihak lain. Kementerian Kesehatan
akan melakukan upaya hukum di jalur litigasi sehingga ada
progres yang konkrit terhadap penanganannya
3) Upaya penyelesaian masalah dalam kegiatan layanan organisasi
dan tatalaksana:
1. koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian
PAN dan RB, Kementerian Dalam Negeri untuk penyamaan
persepsi kegiatan organisasi dan tata laksana;
2. penguatan dan pembagian peran yang jelas dengan
Sekretariat Unit Eselon I dalam penyelesaian permasalahan
kegiatan;
3. menstandarkan output/produk/tahapan kegiatan untuk satuan
kerja yang sejenis;
4. membangun aplikasi SOP AP untuk memudahlan
pengumpulan data dari unit dan untuk menjadi data base
untuk evaluasi SOP AP Kementerian Kesehatan;

Laporan Kinerja (LKJ)71


5. penguatan kompetensi sumberdaya manusia dalam
perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan
tatalaksana.

d. Rencana Tindak Lanjut


Sebagai upaya tindak lanjut dari pemecahan masalah perlu dilakukan
langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan antara lain :
1) Rencana tindak lanjut dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan :
1. membuat kerangka regulasi legislasi kesehatan n+1 (untuk
tahun berikutnya) melalui e-karina yang diisi oleh unit teknis
terkait;
2. melakukan sosialisasi e-karina kepada Hukormas/ Hukorpeg
dan Tu kumpeg di Lingkungan Unit Eselon I.
2) Rencana tindak lanjut dalam penanganan masalah dan kasus
hukum terkait kepegawaian, asset, pelayanan kesehatan serta
judicial review dan fasilitasi pelaksanaan penyidikan dan
pengawasan bidang kesehatan:
1. melakukan pertemuan koordinasi dengan Hukormas/
Hukorpeg/ TU kumpeg mengenai petunjuk pelaksanaan
dalam penanganan kasus hukum dan aset;
2. melakukan koordinasi dengan Hukormas/ Hukorpeg/ Tu
kumpeg untuk menyusun komitmen bersama dalam
penyelesaian dan penanganan kasus hukum dan aset;
3. membuat matrik prioritas penyelesaian penyelesaian dan
penanganan kasus hukum dan aset;
4. melakukan finalisasi penyusunan kurikulum dan modul segera
setelah Permenkes Pengawasan di tetapkan;
3) Tindak lanjut dalam kegiatan layanan organisasi dan tatalaksana:
1. telah dilaksanakan koordinasi dengan stake holder, K/L lain
terkait penyamaan persepsi kegiatan organisasi dan tata
kelola;
2. telah dibuat aplikasi SOP AP;
3. telah dibuat beberapa Tata Hubungan Kerja di lingkungan Unit
Eselon I;
4. Mengusulkan kegiatan uji kompetensi Inpassing Analis
Kebijakan.

B. SUMBER DAYA/REALISASI ANGGARAN


1. Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Biro Hukum dan Organisasi
didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dimana bekerja
sesuai dengan tugas dan fungsinya karena setiap SDM telah ditetapkan
sesuai dengan jabatan dan keahliannya serta memiliki dedikasi yang baik.
Jumlah SDM Biro Hukum dan Organisasi tahun 2018 sebanyak 69 (enam
puluh sembilan) orang.

Laporan Kinerja (LKJ)72


Berikut penggambaran Sumber Daya Manusia berdasarkan kelompok
umur, jenis kelamin, pendidikan dan golongan di Biro Hukum dan
Organisasi.

a) Diagram 1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur

b) Diagram 2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

c) Diagram 3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

Laporan Kinerja (LKJ)73


d) Diagram 4
Jumlah pegawai berdasarkan distribusi per bagian, sebagai berikut:

2. Sumber Daya Anggaran


Pencapaian indikator kinerja tersebut tidak terlepas dari dukungan
anggaran DIPA Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2018 untuk Kegiatan
Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Organisasi dengan
alokasi awal sebesar Rp.17.662.388,00.Alokasi anggaran dalam
perjalanannya mengalami perubahan sesuai dengan arah kebijakan
pemerintah terkait isu strategis penanganan masalah kesehatan di Suku
Asmat sehingga anggaran berkurang sebesar Rp. 150.000.000,00
menjadi Rp 17.512.388.000,00. Selanjutnya, perubahan kedua anggaran
2018 terdapat penambahan sebesar Rp. 1.000.000.000,00 yang
dimaksudkan untuk penambahan anggaran renovasi ruang kerja Biro
Hukum dan Organisasi sehingga total anggarannya menjadi Rp.
17.512.388.000,00. Total anggaran yang dapat direalisasikan sampai
dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp 16.526,459,862,00 atau 94,37%

Gambar 3.14.
Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Biro Hukum
dan OrganisasiTahun 2015-2019

Laporan Kinerja (LKJ)74


Dari grafik tersebut, Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 maka
terdapat penurunan prosentase penyerapan dari 97,50% menjadi
95,06%. Namun demikian, secara rupiah mengalami peningkatan dari Rp.
9.847.353.456,00 menjadi Rp. 16.646.910.509,00. Hal ini berbanding
lurus dengan peningkatan anggaran dari tahun 2017 ke tahun 2018 yaitu
dari Rp. 10.099.587.000,00 menjadi Rp. 17.512.388.000,00. Dapat
disimpulkan bahwa selama tahun 2015-2018 anggaran yang proporsional
untuk Biro Hukum dan Organisasi berada diangka 14 (empat belas)
sampai dengan 17 (tujuh belas) milyar.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Biro Hukum di dukung dengan
Sarana dan Prasarana yang ada seperti Kendaraan Operasional, Alat
Pengolah Data, Mebelair, dan sebagainya.

C. ANALISA ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA


a. Efisiensi atas Penggunaan Anggaran
Dalam penyusunan kegiatan Biro Hukum dan Organisasi pada tahun
2018 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, dimana dalam proses
penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut:
a. perencanaan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang
telah ditetapkan;
b. perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target
indikator kinerja yang telah ditetapkan;
c. usulan kegiatan dan penganggarannya sudah sesuai ketentuan yang
berlaku.
Setiap bagian di Lingkungan Biro Hukum dan Organisasi dalam
melakukan penyusunan usulan kegiatan berdasarkan fungsinya sesuai
dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan. Usulan anggaran juga disesuaikan
dengan target indikator kinerja organisasi yang telah ditetapkan dalam
perubahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2018. Selain itu kegiatan sudah mengikut petunjuk
penelitian dan reviu RKA K/L alokasi anggaran Kementerian Kesehatan
Tahun Anggaran 2018 dan untuk usulan anggaran kegiatan telah
disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018.
Pada Tahun 2018, alokasi awal sebesar Rp.17.662.388,00.Alokasi
anggaran dalam perjalanannya mengalami perubahan sesuai dengan
arah kebijakan pemerintah terkait isu strategis penanganan masalah
kesehatan di Suku Asmat sehingga anggaran berkurang sebesar Rp.
150.000.000,00 menjadi Rp 17.512.388.000,00. Selanjutnya, perubahan
kedua anggaran 2018 terdapat penambahan sebesar Rp.
1.000.000.000,00 yang dimaksudkan untuk penambahan anggaran
renovasi ruang kerja Biro Hukum dan Organisasi sehingga total
anggarannya menjadi Rp. 17.512.388.000,00. Total anggaran yang dapat

Laporan Kinerja (LKJ)75


direalisasikan sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp
16.646.910.509,00 atau 95,06%. Efisiensi penggunaan anggaran
tercermin dalam e-monev DJA, dengan efisiensi 20 Biro Hukum dan
Organisasi dapat mencapai kinerja sangat baik dengan penyerapan
sebesar 95,06%.
b. Efisiensi pada Sumber Daya Manusia
Bila melihat kajian Analisis Beban Kerja dan kebutuhan pegawai Biro
Hukum dan Organisasi membutuhkan kecukupan beberapa pegawai,
sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang kepala Subbagian Advokasi Hukum III
b. 5 (empat) orang perancang perundang-undangan
c. 2 (dua) orang analis jabatan
d. 1 (satu) orang perencana
e. 1 (satu) orang sekretaris
Untuk mengisi kekosongan sementara, Biro Hukum dan Organisasi
mempekerjakan tenaga non PNS sebagai perancang Perundang-
undangan dan pengolah data sebanyak 11 orang pramubakti untuk
membantu dalam pekerjaan teknis di Biro Hukum dan Organisasi yang
cukup padat.

5. KEGIATAN PENGELOLAAN URUSAN TATA USAHA, KEPROTOKOLAN,


RUMAH TANGGA, KEUANGAN DAN GAJI
Target dan capaian indikator kegiatan pengelolaan urusan tata usaha
keprotokolan, rumah tangga, keuangan dan gaji dapat dijelaskan melalui tabel
berikut ini :
Capaian Kinerja 3 (Tiga) Tahun Terakhir
Matrik Data Target dan Capaian Periode Tahun 2015 s.d. 2018

Laporan Kinerja (LKJ)76


NAMA PROGRAM
NO NAMA SASARAN STRATEGIS NAMA IKSS/IKP/IKK 2015 2016 2017 2018
KEGIATAN
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

1 Pengelolaan Urusan Tata Meningkatnya kualitas administrasi Persentase 91% 92,5% 102% 92% 96,83% 105%
Usaha, Keprotokolan, Rumah korespondensi, pengaturan acara dan terselenggaranya
Tangga dan Gaji kegiatan pimpinan dengan baik dan administrasi
lancar sesuai aturan korespondensi, pengaturan
acara dan kegiatan
pimpinan dengan baik dan
lancar sesuai aturan

Meningkatnya kualitas pelayanan Persentase pelayanan 91% 91,45% 100% 92% 92,98% 101%
dokumen perjalanan dinas luar negeri, dokumen perjalanan dinas
tata naskah dinas dan pengelolaan luar negeri tepat waktu
kearsipan di lingkungan Kementerian
Kesehatan
Persentase pembinaan 80% 85,25% 107% 82% 92,65% 113%
kearsipan dan tata naskah
dinas

60% 67,66% 113% 65% 77,77% 120%

Meningkatnya pengelolaan kantor Persentase tersedianya 100% 96,55% 97% 100% 99,22% 99%
Kementerian Kesehatan sarana dan prasarana
kantor
Meningkatnya kualitas pengelolaan Persentase pembayaran 92% 98% 107% 93% 99,5% 107%
pembayaran gaji dan/atau insentif gaji dan/atau insentif
tenaga kesehatan strategis tepat tenaga kesehatan strategis
sasaran dalam rangka mendukung tepat sasaran
capaian indikator program
pembangunan kesehatan 2015-2019
Terlaksananya urusan tata usaha, Persentase 93% 95% 102% 94% 96% 102%
keprotokolan, rumah tangga dan gaji terselenggaranya
administrasi
korespondensi. pengaturan
acara dan kegiatan
pimpinan sesuai dengan
SOP
Persentase pengelolaan 20% 20,09% 100% 25% 25,11% 100%
kearsipan Kementerian
Kesehatan
Persentase pelayanan 93% 97,17% 104% 94% 98,42% 105%
dokumen perjalanan dinas
luar negeri tepat waktu
Persentase terpeliharanya 96% 96% 100% 97% 97% 100%
prasarana kantor

Persentase pembayaran 97% 97,65% 101% 98% 98,04% 100%


gaji dan / atau insentif
tenaga kesehatan
strategis tepat waktu

A. Capaian Kinerja Tahun 2018


1. Persentase terselenggaranya administrasi korespondensi,
pengaturan acara dan kegiatan pimpinan sesuai dengan SOP
Capaian kinerja Bagian TU Pimpinan dan Protokol dapat dilihat dari
dua antara lain yaitu berdasarkan penyerapan anggaran dan juga
berdasarkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Berdasarkan penyerapan
anggaran, pada tahun 2016 yaitu sebesar 85%, kemudian meningkat
menjadi 97% di tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 92,76%, Sedangkan
apabila ditinjau berdasarkan IKK, yaitu pada tahun 2016 sebesar 97%,
tahun 2017 sebesar 95% dan tahun 2018 sebesar 96%. IKK bagian TU
Pimpinan dan Protokol pada tahun ini pencapaiannya melebihi target
yaitu:

Laporan Kinerja (LKJ)77


2. Persentase Pengelolaan Kearsipan Kementerian Kesehatan
Capaian indikator pada Pengelolaan Kearsipan Kementerian Kesehatan
sesuai dengan pedoman kearsipan yaitu 25,11% dari target yang
ditetapkan pada Tahun 2019 sebesar 25% dari jumlah seluruh Satuan
Kerja yang ada di Kantor Pusat dan UPT, sebagaimana grafik berikut ini :

3. Persentase Pelayanan Dokumen Perjalanan Dinas Luar Negeri


Target Indikator pada Persentase pelayanan dokumen perjalanan dinas
luar negeri tepat waktu pada Tahun 2018 adalah 94%, sedangkan hasil
capaian dari kegiatan tersebut melebihi dari target yang direncanakan
yaitu 98,42%. Berikut rincian capaian indikator setiap bulan yaitu :

Laporan Kinerja (LKJ)78


4. Persentase Terpeliharanya Prasarana Kantor
Berdasarkan data yang ada, capaian Indikator pada Bagian Rumah
Tangga yaitu ‘‘Persentase Terpeliharanya Prasarana Kantor” adalah 97%,
dari hasil perhitungan sampai Tahun 2018 dari target yang ditetapkan
yaitu97% seperti terlihat dari tabel dibawah ini :

5. Persentase pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga kesehatan


strategis tepat waktu
Target indikator kinerja dari pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga
kesehatan strategis tepat waktu Tahun 2018 adalah 98%, realisasi yang
dicapai sama dengan target yaitu 98%. Adapun pembayaran gaji dan
insentif tenaga kesehatan terdiri dari Gaji CPNS dan PNS Sekretariat
Jenderal, PNS DPK, serta tenaga kesehatan strategis yang meliputi
tenaga PTT, Nusantara Sehat, Residen. Pembayaran gaji CPNS dan

Laporan Kinerja (LKJ)79


PNS, dan Nusantara Sehat. Adapun hasil capaian dari kegiatan tersebut
dapat dilihat di dalam tabel dibawah ini yaitu :

Gambar 3.15
Capaian Indikator Pembayaran Gaji dan /atau Insentif
Tenaga Kesehatan Strategis

Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2018


Untuk Indikator Persentase terselenggaranya administrasi
korespondensi, pengaturan acara dan kegiatan pimpinan sesuai
dengan SOP sebagai berikut :
1. Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target
• Kualitas dan kemampuan SDM dalam menjalankan tugas
• Adanya target yang jelas dan sudah disusun pada tahun
sebelumnya
• Komitmen dari pimpinan maupun staff dalam menjalankan setiap
tugas untuk mensukseskan target yang telah ditetapkan
• Terjalinnya komunikasi yang baik dalam satu bagian maupun
dengan luar bagian
• Adanya anggaran dan sarana prasarana yang cukup untuk
menunjang setiap kegiatan

2. Permasalahan
• Komunikasi yang dilakukan membutuhkan dukungan peralatan
komunikasi baik pengolah data maupun alat komunikasi yang
mobile seperti smart phone dan laptop yang mendukung kecepatan
dan ketepatan dalam penyampaian informasi, sedangkan sarana
yang ada masih kurang mendukung
• Jam kerja yang melebihi 8 jam dalam sehari bahkan sering kali
bekerja di hari libur, disesuaikan dengan kebutuhan penyiapan
kegiatan pimpinan

Laporan Kinerja (LKJ)80


• Bahan untuk acara yang mendadak sifatnya akan bersifat kurang
maksimal karena waktu penyiapan yang sangat singkat
• Bahan masuk yang terlalu dekat dengan hari acara, tidak ideal
dengan yang seharusnya yaitu H-7 acara harus diterima oleh Ibu
Menteri
• Pembatalan keberangkatan perjalanan dinas baik dalam maupun
luar negeri yang disebabkan oleh faktor teknis (kendala oleh
maskapai) maupun alasan lain yang mendadak dari pimpinan,
memerlukan tindakan cepat dan dukungan travel agen selaku
penyedia jasa layanan tiket penerbangan.
• Dana perjalanan dinas yang dibatasi mengakibatkan beberapa
perjalanan dinas pimpinan menemui kendala waktu (proses untuk
bersurat ke unit lain) untuk dapat membantu terkait hal pembiayaan
perjalanan dinas pimpinan beserta pendamping.
• Penyerapan dana anggaran Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang
sangat tinggi sehingga berakibat dana habis sebelum akhir tahun
anggaran. Hal ini terjadi karena banyaknya kunjungan kerja
Presiden RI yang tidak bisa diprediksi (diluar perencanaan) dengan
jumlah lokasi lebih dari satu serta jaraknya cukup berjauhan
sehingga memerlukan personil protokol minimal 1 orang per lokasi
• Sumber Daya Manusia di Sub Bagian TU Sekjen berkurang karena
dipindahkan dan diperbantukan ke tempat lain sehingga mengalami
kendala dalam menyelesaikan pekerjaan
• Aplikasi EFS masih perlu perbaikan karena kesulitan dalam proses
input surat masuk, disposisi dan pencarian.
• Masih terdapat Unit Kerja yang membuat verbal surat keluar belum
sesuai dengan Tata Naskah Dinas
• Masih terdapat Unit Kerja yang tidak koordinasi dengan Sub Bagian
TU Sekretaris Jenderal terkait verbal surat keluar yang sifatnya Cito
• Belum adanya fasilitas arsip seperti ruang penyimpanan arsip dan
pemusnahan arsip
• Pengetahuan SDM TU Menteri dan Staf Ahli tentang pengelolaan
arsip yang masih kurang
• SDM Arsiparis yang belum memadai
• Jumlah surat dan dokumen yang cukup banyak memerlukan
penataan yang lebih intens.
3. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, berikut adalah inovasi
yang dapat dijalankan pada tahun 2019:
• Pembuatan SOP E Notula
• Pembuatan SOP RTL Ratas Menteri Kesehatan
• Mengembangkan aplikasi surat masuk dan verbal berbasis android
• Membentuk Tim Kecil Khusus Bahan Menkes yang siap 24 jam,
terdiri dari Para Analis Kebijakan, sehingga sistem bahan Ibu

Laporan Kinerja (LKJ)81


Menkes mulai dari permohonan, penagihan data yang diperlukan,
editing (penambahan pegawai honorer) dan pengarsipan lebih baik
• Mengembangkan web khusus bahan Menkes yang bisa diakses
seluruh unit utama
• Database tiket perjalanan dinas
• Aplikasi laporan perjalanan dinas
• Pertemuan Sekretaris Unit Utama di tahun 2019, kegiatan dilakukan
full day meeting didalam kota, pertemuan-pertemuan dengan para
sekretaris untuk menambah keakraban bisa dilanjutkan dengan
mengadakan kegiatan seperti afternoon tea atau arisan satu bulan
sekali
4. Rencana Tindak Lanjut
• Mengadakan rapat koordinasi penyiapan bahan melibatkan team
speech writerdari setiap unit
• Perlu ditunjuk satu satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap
proses penyiapan bahan Menkes agar bahan tersebut dapat lebih
cepat diterima oleh pimpinan
• Perlu adanya penunjukan staf yang berkompeten selaku kontak
person di tiap tiap satuan kerja untuk mempermudah dan
mempercepat koordinasi penyiapan bahan
• Mengusulkan untuk pengembangan SDM Kearsipan
• Mengusulkan kegiatan penataan dan penyusutan arsip sedikitnya 3
kali dalam setahun.
• Penunjukan dalam penugasan harus lebih efektif dan efisien
dengan tetap mempertimbangkan semua kegiatan bisa terakomodir
dengan baik sesuai dengan jenis acara dan jumlah titik lokasi yang
dikunjungi oleh Menteri Kesehatan.
• Mengajukan permohonan permintaan perlengkapan kantor ke
bagian rumah tangga dengan spesifikasi yang lebih detail.
• Perlu dilakukan Pembinaan teknis (Bimtek) Keprotokolan ke daerah
daerah untuk sosialisasi mengenai keprotokolan di kalangan
internal Kemenkes agar dapat membantu tugas protokol di daerah
• Sosialisasi Tata Naskah Dinas ke semua Unit Kerja
• Mengusulkan ruang penyimpanan arsip dan pemusnahan arsip
• Mengusulkan penambahan staf di Sub Bagian TU Sekjen
• Mengusulkan perlengkapan kantor ke Bagian Rumah Tangga, Biro
Umum sesuai kebutuhan

Persentase Pengelolaan Kearsipan Kementerian Kesehatan dan


Persentase Pelayanan Dokumen Perjalanan Dinas Luar Negeri
Untuk Indikator Persentase Pengelolaan Kearsipan Kementerian
Kesehatan dan Persentase Pelayanan Dokumen Perjalanan Dinas Luar
Negeri sebagai berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)82


1. Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target
• Komitmen dan peran serta pimpinan dalam mensukseskan dan
menggalakkan program-program Bagian Kearsipan dan Admnistrasi
Biro Umum dengan telah ditetapkannya Surat Edaran Menteri
Kesehatan Nomor : HK.02.01/Menkes/231/2017 tentang
Pengelolaan Arsip pada Satker dan UPT Pusat di lingkungan
Kementerian Kesehatan
• Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam menunjang pelaksanaan pengelolaan kearsipan
• Kualitas SDM Kearsipan (Arsiparis dan Pengelola Arsip)
• Komitmen dan Kerjasama Satuan Kerja dan UPT Kementerian
Kesehatan dalam melakukan Pengelolaan Arsip
• Membangun komunikasi dan kerjasama yang baik antara
Kementerian Kesehatan dan Arsip Nasional Republik Indonesia
• Proporsi Anggaran yang cukup baik
• Telah ditetapkannya pedoman-pedoman kearsipan di Tahun 2017-
2018

2. Permasalahan
• Belum optimalnya penguatan pengelolaan arsip di Lingkungan Unit
Utama sehingga masih banyak satker dan UPT yang melakukan
pengelolaan arsip belum sesuai pedoman kearsipan
• Masih kurangnya jumlah Fungsional Arsiparis dan belum optimal
pengetahuan pengelola arsip dalam melaksanakan pengelolaan
arsip di era industri 4.0
• Belum terencana dan terarah peta jalan kearsipan sehingga
pengelolaan arsip di Lingkungan Kementerian Kesehatan masih
belum terkoordinasi dengan baik.
• Masih terdapat waktu pengusulan dari unit yang terlalu mepet
waktunya
• Masih terdapat dokumen persyaratan PDLN yang belum lengkap
saat pengajuan
• Penggunaan aplikasi PDLN Online yang belum maksimal
• Masih terdapat kendala teknis di pihak eksternal Kemenkes
(Setneg, Kemenlu)
• SDM yang berlatar belakang Programming masih kurang

3. Pemecahan Masalah
• Penguatan pengelolaan arsip di Unit Utama dengan melakukan
koordinasi dan pendampingan pengelolaan arsip di Unit Utama, dan
diharapkan dapat diterapkan di satker dan UPT di Unit Utama
masing-masing.
• Untuk menambah jumlah arsiparis dengan melakukan inpassing
arsiparis, sedangkan untuk peningkatan pengetahuan bisa melalui

Laporan Kinerja (LKJ)83


sertifikasi, pelatihan, work shop, dan lain-lain bekerjasama dengan
ANRI, Universitas maupun asosiasi arsiparis Indonesia.
• Membuat peta jalan dengan berkoordinasi dengan ANRI, Biro
Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan serta Unit Utama
dibantu oleh konsultan dari praktisi kearsipan.
• Penambahan SDM dengan kualifikasi menguasai Programming

4. Rencana Tindak Lanjut


• Pendampingan pengelolaan arsip meliputi pemberkasan arsip aktif,
penggunaan aplikasi EFS dan penyusutan arsip dengan metode
pelatihan dan on job training.
• Melakukan inpassing, sertifikasi, pelatihan yang mendukung dan
menunjang peningkatan kapasitas SDM Kearsipan
• Meningkatkan efektifitas surat tanggapan dengan memberikan
batasan yang lebih jelas mengenai dokumen perjalanan dinas luar
negeri yang dapat di proses.
• Meningkatkan Koordinasi dengan Tim Koordinator Unit yang
merupakan Pengelola administrasi PDLN di Sekretariat Unit Utama,
Biro, Pusat dan Set. KKI di lingkungan Sekretariat Jenderal serta
Tim Sekretariat di Biro Umum.
• Meningkatkan Koordinasi dengan para pihak di Kementerian terkait
PDLN.

Persentase Pembayaran Gaji dan/atau Insentif Tenaga Kesehatan


Strategis Tepat Waktu
1. Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target
• Dokumen pendukung diterima sebelum batas waktu pengajuan
pencairan gaji/insentif ke KPPN
• Dokumen yang diterima sesuai kriteria penugasan
• Sarana komunikasi tersedia
• Dukungan sarana prasarana kerja memadai, sistem
informasi/aplikasi gaji berfungsi optimal.
• Kemampuan dan integritas SDM sangat baik.
• Jadwal pencairan dipatuhi secara ketat

2. Permasalahan
• Masih terdapat permasalahan pembayaran insentif terhadap tenaga
kesehatan Nusantara Sehat yaitu :
1. Salah penulisan SK pada penentuan lokus tenaga Nusantara
Sehat daerah terpencil, padahal seharusnya tertulis sangat
terpencil sehingga mengakibatkan perbedaan besaran insentif.
Dalam penyelesaiannya dilakukan usulan pembayaran
kekurangan insentif (gaji/insentif susulan).
2. Terdapat permasalahan pembayaran insentif PTT :

Laporan Kinerja (LKJ)84


a. Terlambat pengusulan gaji/insentif dari Dinas Kesehatan
Kab/Kota yang dikarenakan :
• Dinas Kesehatan Kab/Kota sulit untuk dihubungi
• Kurangnya kelengkapan administrasi pendukung usulan
gaji/insentif
• Lemahnya jaringan internet pada Dinas Kab/Kota
• Pergantian pengelola gaji/insentif PTT di Dinas Kesehatan
Kab/Kota dan tidak disosialisasikan dari yang lama ke yang
baru;
• Terlambat menginformasikan atas perubahan kriteria
penempatan (lokus).
b. Terdapat permasalahan pembayaran insentif terhadap tenaga
kesehatan WKDS yaitu :
• Terlambat terpenuhinya data pendukung (SPMT)
pembayaran insentif;
c. Terdapat permasalahan pembayaran insentif terhadap tenaga
kesehatan Residen yang disebabkan karena :
• Terlambatnya SK diterima di Biro Umum;
• Sulitnya menghubungi pihak Perguruan Tinggi untuk
mendapatkan data dukung untuk diterbitkannya SPMT oleh
Rumah Sakit;

3. Pemecahan Masalah
• Melakukan komunikasi intensif untuk saling korektif atas kekeliruan
dalam penulisan lokus/kriteria penugasan Nusantara Sehat
• Memperkuat komunikasi (melakukan absensi usulan gaji/insentif
dan mengingatkan kepada pengelola gaji PTT yang belum
mengirimkan usulan agar usulan gaji dan insentif PTT melewati
batas waktu)
• Melakukan bimbingan secara online terhadap pengelola PTT yang
baru
• Mengingatkan kepada pengelola WKDS Pusat Perencanaan dan
Pemberdayagunaan SDM Kesehatan untuk mengirimkan dokumen
yang belum lengkap

4. Rencana Tindak Lanjut


 Mendorong agar perekrutan Nakes sesuai dengan time line yang
telah direncanakan.
• Melakukan verifikasi ulang terhadap kriteria dalam SK Penugasan.
• Melakukan komunikasi dengan pengelola gaji tidak sebatas pada
jam kerja.
• Mengusulkan perlunya penyederhanaan dalam penerbitan SK
Penugasan.
• Meningkatkan kompetensi SDM dalam penyusunan laporan IKK.
• Meningkatkan semangat saling cross check atas pelaporan IKK

Laporan Kinerja (LKJ)85


B. Sumber Daya/Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) di Biro Umum tahun 2018 adalah sebagai
berikut:

35%
PNS
Honorer
55%
Outsourcing

10%

Dengan rincian
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
adalah sebanyak 215 orang
b. Tenaga Honorer (Pramubakti, Pengemudi, Pengamanan) adalah
sebanyak 63 orang
Tenaga Outsourcing adalah sebanyak 333 orang

Rincian PNS/CPNS adalah sebagai berikut:

Tabel 3.22
Keadaan Pegawai Menurut Jabatan (Struktural dan Fungsional)

No Jabatan Jumlah
1 Jabatan Struktural 22
A. Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) 6
2
B. Jabatan Fungsional Umum (JFU) 187
Jumlah Seluruh Pegawai 215

Laporan Kinerja (LKJ)86


Komposisi berdasarkan jenis jabatan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.16
Grafik Komposisi Pegawai Menurut Jenis Jabatan

Komposisi menurut golongan:

Tabel 3.23
Keadaan Pegawai Menurut GolonganDi Biro Umum Tahun 2018

No Golongan Jumlah
1 Golongan I 7
2 Golongan II 71
3 Golongan III 126
4 Golongan IV 11
Jumlah Seluruh Pegawai 215

Gambar 3.17
Grafik Perbandingan keadaan pegawai menurut golongan

Laporan Kinerja (LKJ)87


Komposisi menurut pendidikan:

Tabel 3.24
Keadaan Pegawai Menurut PendidikanDi Biro Umum Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah
1 Sekolah Dasar 10
2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 14
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 86
4 Diploma III 28
5 Strata I 52
6 Strata II 24
7 Strata III 1
Jumlah 215

Keadaan Pegawai Honorer Menurut PendidikanDi Biro Umum

Pegawai Honorer Menurut Jabatan

No Pendidikan Jumlah
1 Pramubakti 47
2 Pengemudi 7
3 Pengamanan 9
Jumlah 63

Laporan Kinerja (LKJ)88


Keadaan Pegawai Honorer Menurut PendidikanDi Biro Umum

Tabel dan Grafik di atas menggambarkan kekuatan Sumber Daya


Manusiayang adadi Biro Umum.

Berdasarkan proporsi berdasarkan jenis pendidikan, Sumber Daya


Manusia yang adadirasakan belum memadai mengingat Biro Umum
masih akan terus meningkatkan kualitas pelayanan yang bersifat
teknis maka diperlukan peningkatan kualifikasi pendidikan yang
memadai, minimal pada tingkat diploma.Tingkat pendidikan SDM di
Biro Umum paling banyak adalah lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA).

Dalam rangka memetakan potensi dan kondisi SDM di Biro Umum,


telah dilakukan tes Executive Brain Assesment(EBA) yang
dikoordinasikan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dan
tesAssessment yang dikoordinasikan oleh Biro Kepegawaian. Hasil
tes tersebut digunakan sebagai dasar dalam memetakan pegawai
sesuai dengan kompetensi jabatan, promosi jabatan pegawai, serta
rencana pelatihan/peningkatan kompetensi pegawai.

Selain itu, dalam rangka peningkatan kualitas dan kapasitas SDM,


serta guna ketepatan jumlah, pendidikan, dan ketepatan penempatan
SDM agar sejalan dengan arah Reformasi Birokrasitelah dialokasikan
anggaran untuk pendidikan dan pelatihan setiap tahun. Daftar
pelatihan peningkatan kompetensi selama tahun anggaran 2018
sebagaimana terlampir.

Laporan Kinerja (LKJ)89


2. Sumber Daya Anggaran
Alokasi anggaran pada kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha,
Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan Gaji lebih kepada Belanja
Operasional untuk pembayaran gaji dan tunjangan/insentif serta
Operasional Perkantoran. Postur alokasi anggaran Satuan Kerja Biro
Umum adalah sebagai berikut :
Matrik Perkiraan Kebutuhan Alokasi Anggaran 2015 s.d. 2019
(Renstra Kementerian Kesehatan)

Tren Anggaran 2015 s.d. 2018

Komposisi Pagu Alokasi Awal dan Akhir Tahun Anggaran 2018 :


DIPA AWAL DIPA AKHIR

[] =[]
[] =[]

[] =[]

Laporan Kinerja (LKJ)90


Tabel 3.25
Rincian Pagu Awal dan Akhir

Rincian pagu awal dan akhir adalah sebagai berikut:

NO URAIAN DIPA AWAL DIPA AKHIR SELISIH KETERANGAN


Tugas dan Fungsi (Non
1 55.639.780.000 63.754.780.000 8.115.000.000
Operasional)
 Belanja Barang (52) 28.011.350.000 27.861.350.000 (150.000.000) Realokasi ke Pusat
Krisis untuk KLB
Asmat
 Belanja Modal (53) 27.628.430.000 35.893.430.000 8.265.000.000 Penambahan B.
Modal dari Pusat
Kesehatan Haji
Layanan Perkantoran
2 1.741.943.565.000 1.688.930.969.000 (53.012.596.000)
(Operasional)
 Belanja Pegawai (51) 1.660.589.765.000 1.612.448.852.000 (48.140.913.000) Realokasi 001 ke
Ditjen Yankes untuk
menambah
kekurangan Belanja
Pegawai
 Belanja Barang (52) 81.353.800.000 76.482.117.000 (4.871.683.000) Realokasi 002 ke
KKI untuk
pembayaran gaji 13
dan 14 KKI dan
MKDI sebesar 800 jt
dan Realokasi ke
Ditjen Yankes untuk
menambah
kekurangan 002
Satker RSCM

3 Total 1.797.583.345.000 1.752.685.749.000 44.897.596.000

Dalam mencapai kinerjanya, Biro Umum didukung oleh Sumber Daya


Anggaran sesuai DIPA Tahun Anggaran 2018 Nomor : DIPA-
024.01.1.465930/2018 Tanggal 5 Desember 2017, Pagu Awal Biro Umum
sebesar Rp1.797.583.345.000 (Satu Triliun Tujuh Ratus Sembilan Puluh
Tujuh Milyar Lima Ratus Delapan Puluh Tiga Juta Tiga Ratus Empat
Puluh Lima Ribu Rupiah) dan Pagu Akhir sebesar Rp1.752.685.749.000
(Satu Triliun Tujuh Ratus Lima Puluh Dua Milyar Enam Ratus Delapan
Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
Selama periode berjalan satker Biro Umum beberapa kali revisi dari DIPA
awal. Kronologis revisi Anggaran Biro Umum selama Tahun Anggaran
2018adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)91


REVISI DIPA 1 REVISI DIPA 2
(Kanwil, 9 Februari 2018) (DJA, 24 April 2018)
Realokasi anggaran ke Pusat Penambahan alokasi Belanja
Krisis untuk penanggulangan Modal dari Satker Pusat
KLB (Asmat) Kesehatan Haji

REVISI DIPA 7 REVISI DIPA 3


(Kanwil, 3 Desember 2018) (DJA, 18 Juli 2018)
Revisi Belanja Operasional REVISI Realokasi anggaran Belanja
Kerumahtanggaan dan Revisi Pegawai ke Ditjen Yankes dan
Halaman III DIPA ANGGARAN Perubahan Halaman IV DIPA
(Belanja Modal)
TA 2018

REVISI DIPA 4
REVISI DIPA 6 (DJA, 20 Agustus 2018)
(DJA, 28 November 2018) Perubahan Halaman IV DIPA
Realokasi angagran untuk (Belanja Modal) dan Realokasi
memenuhi kekurangan anggaran ke Sekretariat KKI
Belanja Operasional Satker
REVISI DIPA 5
(Kanwil, 12 Oktober 2018)
Pergeseran anggaran untuk
menambah alokasi WKDS dan
percepatan pelaksanaan anggaran
Biro Umum

Dalam mencapai Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang telah ditetapkan,


realisasi anggaran dalam pencapaian indikator adalah sebagai berikut
berikut:

Tabel 3.26
Alokasi dan Realisasi Anggaran TA 2018

NO URAIAN JENIS BELANJA ALOKASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN SISA ANGGARAN % REALISASI

1 BELANJA PEGAWAI 1.612.448.852.000 1.012.542.673.957 599.906.178.043 62,80%

2 BELANJA BARANG 104.343.467.000 99.845.833.139 4.497.633.861 95,69%

3 BELANJA MODAL 35.893.430.000 33.438.760.148 2.454.669.852 93,16%

TOTAL 1.752.685.749.000 1.145.827.267.244 606.858.481.756 65,38%

Laporan Kinerja (LKJ)92


Target dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2018

Catatan : target tenaga kesehatan adalah kumulatif (existing dari 2016 sd


2018)

Rincian Realisasi Anggaran Berdasarkan Komponen


Kode Output / Komponen Alokasi (Rp.) Realisasi (Rp.) %
2037 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah
Tangga, Keuangan, dan Gaji 1.752.685.749.000 1.145.827.267.244 65,38%

951 Layanan Internal (Overhead) 6.922.286.000 5.859.459.770 84,65%


051 Pengelolaan Kegiatan Urusan Ketatausahaan 6.922.286.000 5.859.459.770 84,65%
962 Layanan Umum 56.832.494.000 52.276.228.561 91,98%
051 Pelayanan Pengelolaan Gaji dan/atau Insentif Tenaga
Kesehatan Strategis 2.511.047.000 2.321.216.338 92,44%

052 Pelayanan Pengelolaan Gaji dan Tunjangan PNS dan


CPNS Kemenkes 1.266.345.000 1.167.722.240 92,21%

053 Pelaksanaan Layanan Administrasi, Korespondensi


dan Acara Pimpinan 7.439.472.000 6.385.652.317 85,83%

054 Pengelolaan Layanan Kearsipan dan Tata Persuratan


Kementerian serta Administrasi Perjalanan Dinas Luar 6.145.350.000 5.884.158.677 95,75%
Negeri Pimpinan
055 Pelaksanaan Urusan dan Pembinaan
3.576.850.000 3.078.718.841 86,07%
Kerumahtanggaan
056 Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1.207.176.000 1.082.448.990 89,67%

057 Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 22.430.212.000 20.959.111.124 93,44%


058 Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan
6.212.214.000 5.354.614.609 86,19%

059 Pengadaan Kendaraan Bermotor 6.043.828.000 6.042.585.425 99,98%


994 Layanan Perkantoran
1.688.930.969.000 1.087.691.578.913 64,40%

001 Pembayaran Gaji dan/atau Insentif 1.612.448.852.000 1.012.542.673.957 62,80%


002 Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 76.482.117.000 75.148.904.956 98,26%
Bagian TU Pimpinan dan Protokol 9.934.933.000 9.723.314.296 97,87%
Bagian Kearsipan dan Administrasi 7.189.712.000 6.985.261.795 97,16%
Bagian Kerumahtanggan 54.030.381.000 53.175.761.508 98,42%
Bagian Gaji dan Tata Usaha 5.327.091.000 5.264.567.357 98,83%

Laporan Kinerja (LKJ)93


Indikator Pelaksanaan Anggaran(IKPA) periode Tahun Anggaran
2018yang terdiri dari 12 indikator instrumen pelaksanaan anggaran
secara umum mendapatkan hasil yang baik dengan nilai sebesar 92.26
(berdasarkan data SPAN per tanggal 31 Desember 2018). Rincian 12
indikator tersebut dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini :

Gambar 3.18.
Grafik Capaian 12 Indikator Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018

Adapun faktor belum optimalnya realisasi anggaran Satker Biro Umum


pada tahun 2018 dikarenakan karena belum optimalnya serapan pada
Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1.012.542.673.957 atau 62,80% dari
alokasi anggaran Belanja Pegawai sebesar Rp1.612.448.852.000. Hal-hal
yang mempengaruhi serapan realisasi anggaran pada belanja pegawai
antara lain :
a. Pengangkatan Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Nusantara
Sehat yang tidak sesuai dengan target dan timeline rencana
pengangkatan;
Nusantara Sehat Tim (Team Based) pada tahun 2018, dengan target
930 tenaga dan realisasi 894

RENCANA REALISASI
NO URAIAN KETERANGAN
PENGANGKATAN PENGANGKATAN
1 Juni 303 315 TMT per 01 Juni 2018 untuk 315 orang
2 September 303 0
TMT per 01 Oktober 2018 untuk 316
3 Oktober 0 316
orang
4 November 324 0
TMT per 01 Desember 2018 untuk 263
5 Desember 0 263
orang

TOTAL 930 894

Laporan Kinerja (LKJ)94


Nusantara Sehat Individu pada tahun 2018, dengan target 3.835
tenaga dan realisasi 2.334 tenaga.

RENCANA REALISASI
NO URAIAN KETERANGAN
PENGANGKATAN PENGANGKATAN
Rencana pengangkatan dimulai Februari
1 Januari 0 0
2018
Rencana T : 175 orang dan ST : 172
2 Februari 347 0 orang, tidak ada pengangkatan Nakes
bulan Februari 2018
Rencana T : 175 orang dan ST : 172
3 Maret 347 30 orang tetapi realisasi T : 18 orang dan
ST : 12 orang
Rencana T : 176 orang dan ST : 173
4 April 349 0 orang, tidak ada pengangkatan Nakes
bulan April 2018
Rencana T : 176 orang dan ST : 173
5 Mei 349 38 orang tetapi realisasi T : 10 orang dan
ST : 28 orang
Rencana T : 176 orang dan ST : 173
6 Juni 349 44 orang, tetapi realisasi T : 0 orang dan ST
: 44 orang
Rencana T : 176 orang dan ST : 173
7 Juli 349 778 orang, tetapi realisasi T : 433 orang dan
ST : 345 orang
Rencana T : 176 orang dan ST : 173
8 Agustus 349 0 orang, Belum ada pengangkatan Nakes
bulan Agustus 2018
9 September 349 0 Belum ada pengangkatan
Pengangkatan NSI ada dibulan Oktober
2018 dan TMT nya 01 Oktober 2018
10 Oktober 349 314
untuk 341 orang, baru akan dibayarkan
dawal bulan November

Pengangkatan NSI ada dibulan


November 2018 dan TMT nya 01
November 2018 untuk 482 orang, baru
11 November 349 512
akan dibayarkan dawal bulan November
+ pengangkatan untuk NSI Bencana
Pasca Lombok sebanyak 29 orang

Pengangkatan NSI ada dibulan


Desember 2018 dan TMT nya 01
Desember 2018 untuk 508 orang, baru
12 Desember 349 618
akan dibayarkan dawal bln Desember +
pengangkatan untuk NSI Pensus
sebanyak 110 orang

TOTAL 3835 2334

b. Tidak terpenuhinya target pengangkatan CPNS pengangkatan tahun


2017 sejumlah 1.000 (seribu) orang tetapi terealiasi sejumlah 840
(delapan ratus empat puluh) orang;
c. Tidak terealiasinya alokasi Belanja Pegawai Transito yang
diperuntukkan untuk Belanja Pegawai Kementerian;
d. Tenaga Kesehatan PTT yang sudah tidak aktif/meninggal di daerah
(data terlampir);
e. Penerbitan dan pengiriman SK Penugasan Khusus Residen/Residen
Senior melewati masa penugasan (terlambat) dan

Laporan Kinerja (LKJ)95


pengangkatan/penugasan tidak serentak/bertahap sehingga
mengakibatkan pembayaran insentif Residen/Residen Senior yang
tidak tepat waktu;
f. Tidak terserapnya anggaran untuk nakes terdampak bencana sebesar
Rp97.056.000.000, dikarenakan belum terbitnya izin prinsip
pembayaran;

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


1. Gedung Bangunan
Sarana Gedung atau bangunan kantor yang menjadi bagian
pengelolaan terkait pemeliharaan / perawatan Subbagian
Pemeliharaan Bagian Rumah Tangga adalah (1) Kantor Pusat :
Gedung Prof. Dr. Sujudi, Gedung Dr. Adhyatma, Gedung Sarana
Penunjang/Gedung Parkir, dan Gedung Utilitas; (2) Gudang
Percetakan Negara; (3) Wisma Sukajadi (4) Rumah Dinas Menteri
Kesehatan; (5) Rumah Dinas Pejabat Eselon I; dan (6) Rumah Dinas
Lainnya. Pemeliharaan / perawatan bertujuan untuk mempertahankan
kondisi bangunan gedung, rumah Negara, gudang Percetakan Negara,
Wisma Sukajadi, dan lingkungannya agar tetap memenuhi persyaratan
laik fungsi atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan dan
menjaga terhadap pengaruh yang merusak sehingga mampu
mempertahankan umur ekonomis bangunan. Uraian singkat dapat
dilihat sebagaimana berikut :
a. Kantor Pusat Kementerian Kesehatan RI yang berkantor di Jalan
H. R. Rasuna Said Blok X5 KAV No. 4 – 9, Kuningan Jakarta
Selatan saat ini memiliki 3 (tiga) bangunan gedung utama dan yaitu:
1) Gedung dr. Adhyatma, MPH dengan luas tanah 43.673 M2 , luas
bangunan 38.258 M2 dengan 9 lantai, total daya 2.770 kVA dan
dengan nilai perolehan Bangunan Gedung senilai Rp
242,393,785,662
2) Gedung Prof. Dr. Sujudi dengan luas bangunan 34.948 M2
dengan 2 basemant 15 lantai, total daya 3.030 kVA, dan dengan
nilai perolehan Bangunan Gedung senilai Rp 148,026,931,697
3) Ketiga Gedung Sarana Penunjang dengan luas bangunan 11.
000 m2, total daya 105 kVA dan dengan nilai perolehan
Bangunan Gedung senilai Rp 72,950,272,657
b. Wisma Kemenkes Sukajadi yang beralamat di Jl. Sukajadi No. 55
luas tanah 1.439 m2, luas bangunan 1.000 m2, total daya 23 kVA
dan dengan nilai perolehan Rp 1,358,912,000
c. Gudang Kemenkes di Jalan Percetakan Negara No. 23 – Jakarta
Pusat, luas bangunan ± 50.000 m2, terdiri dari 10 gudang dan 2
kantor (gudang C, B, H, J, G, A, K2, K3, Ex. HLN, K1, Kantor Ex.
Pemeliharaan, Kantor Ex Biro Keuangan), total daya 106 kVA.
d. Rumah Dinas Menteri Kesehatan yang beralamat di Jalan Denpasar
dengan status BMN di Kementerian Sekretaria Negara dengan luas
bangunan 500 m2 dengan 2 lantai.

Laporan Kinerja (LKJ)96


e. Rumah Negara Golongan I (Jabatan)
f. Rumah Negara Golongan II

2. Peralatan Mesin
Prasarana gedung/kantor/rumah dinas yang dikelola dan menjadi
tanggung jawab Subbagian Pemeliharaan Bagian Rumah Tangga
diantaranya peralatan mesin Tata Udara (Chiller, AC Split, dan AC
Cassette), Lift, Escalator, Sistem Hidrant, Listrik, Genset, dan
prasarana penunjang pengamanan, diantaranya Handy Talky, CCTV,
dan X – Ray. Pada tahun 2018 pemeliharaan prasarana gedung
dilakukan melalui kontrak service dengan perusahaan pemilik
barang/peralatan atau agen tunggal yang diuraikan seperti
sebagaimana berikut :
a. Sistem Pendingin Tata Udara (Chiller, AC Split, dan AC Cassette)
b. Lift, Escalator, dan Instalasinya
c. Instalasi Listrik dan Genset
d. Instalasi PABX
e. Kendaraan Mobil, Bus dan Motor
Total kendaraan dinas dan operasional adalah 125 unit, yang terdiri
atas : Kendaraan Roda 2 sebanyak 42 unit (32 unit dalam keadaan
baik, sisanya 8 rusak berat, dan 2 hilang). Dari 8 unit yang rusak berat,
8 diantaranya proses lelang.

C. Analisa Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2013 tentang keuangan Negara
pasal 3 ayat 4 “Fungsi alokasi APBN mengandung arti bahwa anggaran
negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian”.
Salah satu upaya dukungan dalam mengikuti amanat tersebut maka
Kementerian Kesehatan menerbitkan keputusan Menteri KesehatanNomor
HK.01.07/MENKES/153/2018 tanggal 27 Maret 2018 tentang Gerakan
Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) di Lingkungan Kementerian
Kesehatan. Gerakan Kantor BERHIAS yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan merupakan gerakan berkesinambungan untuk
mengimplementasikan efisiensi penggunaan sumber daya.

PROGRAM ATAU KEGIATAN YANG MENUNJANG KEBERHASILAN


DAN UPAYA PELAYANAN YANG DILAKUKAN BIRO UMUM
1. Pengawasan Kearsipan
Penghargaan dari ANRI kepadaKementerian Kesehatan mendapatkan
peringkat Sangat Baik dengan Nilai 97,86, hal ini merupakan sebuah
peningkatan yang dicapai sebelumnya pada tahun 2016 mendapatkan
predikat cukup dengan Nilai 67,25.

Laporan Kinerja (LKJ)97


2. Juara III Penghargaan Subroto (Efisiensi Energi)
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Biro Umum kembali meraih prestasi
juara III untuk program hemat energi di lingkungan Kementerian/Lembaga
yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.

3. Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Versi 2.0


Dalam rangka perbaikan tata kelola belanja pegawai dilingkungan
Kementerian Kesehatan serta peningkatan pelayanan pembayaran gaji
dan tunjangan Pegawai, pada tahun diadakan pengadaan
aplikasi/software aplikasi e-monev Belanja Pegawai versi 2.0 dengan
penambahan serta perbaikan konten dan fungsi.

4. Buku dan Aplikasi Kantor Berhias

Laporan Kinerja (LKJ)98


5. Pengadaan Bus Jemput Antar Pegawai (JAP)

6. Implementasi e-government Administrasi Perjalanan Dinas Luar


Negeri (PDLN)
Sebagai bentuk tindaklanjut atas implementasi e-government, Biro Umum
mulai memperlakukan registrasi permohonan PDLN secara elektronik
melalui https://www.pdln.kemkes.go.id. Pelatihan bagi staf pelaksana
administrasi PDLN di Kementerian Kesehatan dilaksanakan pada 13 s.d.
15 Februari 2018. Dengan dilaksanakannya registrasi secara online,
diharapkan proses administrasi PDLN menjadi lebih cepat, tertib dan
mudah untuk dimonitor perkembangan dalam tiap tahapan prosesnya.
Selain itu, sistem pelaporan juga dapat lebih akuntabel.

Laporan Kinerja (LKJ)99


7. Rapat Forum Komunikasi Staf Ahli Menteri (Forkomsam)
8. Kegiatan Penghargaan Kearsipan untuk Kategori Arsiparis, Unit
Pengolah dan Unit Kearsipan Terbaik Kementerian Kesehatan
9. Kegiatan Pertemuan Regional Kearsipan di Mataram, Nusa Tenggara
Barat yang dihadiri oleh perwakilan Unit Pelaksana Teknis Daerah

10. Kegiatan Peresmian Record Center Sekretariat Jenderal Kementerian


Kesehatan di Gedung Adhyatma Lantai 7 oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan
11. Forum Sekretaris Unit Utama
12. Kementerian/Lembaga. Hasil pertemuan ini juga disosialisasikan kepada
Kementerian/Lembaga lain.

6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan


A. Capaian Kinerja
Realisasi indikator data kesehatan prioritas tahun 2015 dan 2016
mencapai target (206% dan 175,77%) sedangkan tahun 2017 tidak
mencapai target (86,36%). Capaian indikator jaringan komunikasi data
tahun 2017 melebihi target (121,43%), lebih tinggi dari capaian tahun
2016 yaitu sebesar 105,05% dari target dan tahun 2015 sebesar
105,20% dari target. Capaian indikator pemetaan keluarga sehat
sebesar 479,69% dan indikator SPM 141,29%, kedua indikator ini
mencapai target tahun 2017, namun tidak bisa dibandingkan dengan
tahun 2016 dan 2015 karena merupakan indikator baru. Diharapkan
target akhir renstra tahun 2019 dapat tercapai sesuai rencana.
Selengkapnya capaian kinerjaPusat Data dan Informasi tahun 2015-
2017 terdapat pada Tabel 3.27

Laporan Kinerja (LKJ)100


Tabel 3.27
Capaian Indikator Kinerja Tahun 2015-2018

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017


No Indikator Kinerja
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
1 Persentase kabupaten/kota yang
melaporkan data kesehatan prioritas 30% 61,70% 206% 40% 70,31% 175,77% -- -- --

2 Persentase tersedianya jaringan


komunikasi data yang diperuntukkan 10% 10,52% 105,20% 20% 21,02% 105,05% -- -- --
untuk pelaksanaan e-kesehatan
3 Jumlah kabupaten/kota yang
melaporkan data kesehatan prioritas 154 317 206% 206 361 175,77% 308 266 86,36%

4 Jumlah kabupaten/kota dengan jaringan


komunikasi data untuk pelaksanaan e- 51 54 105,20% 103 108 105,05% 154 187 121,43%
kesehatan
5 Jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan pemetaan keluarga sehat -- -- -- -- -- -- 64 307 479,69%

6 Jumlah provinsi dan kabupaten/kota


yang menyampaikan laporan capaian -- -- -- -- -- -- 310 438 141,29%
SPM

B. Analisis Capaian Kinerja 2018


Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Pusat Data dan
Informasi selama tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.28
Target dan Capaian Pusat Data dan Informasi Tahun 2018

Target Capaian
No. Indikator Persentase
Indikator Indikator
1. Jumlah Kab/Kota yang 412 359 87,14%
melaporkan data
kesehatan prioritas
2. Jumlah Kab/Kota yang 206 212 102,90%
tersedia jaringan
komunikasi data dan
melaksanakan e-
kesehatan
3. Jumlah Kab/Kota yang 514 479 93,19%
melaksanakaaan
pemetaan keluarga
4. Jumlah provinsi dan 386 425 110,10%
kab/kota yang
menyampaikan laporan
capaian SPM

Laporan Kinerja (LKJ)101


1. Kabupaten/Kota yang Melaporkan Data Kesehatan Prioritas
Merujuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019, indikator ini yaitu jumlah kabupaten/kota yang
melaporkan data kesehatan prioritas. Definisi operasional indikator ini
yaitu kabupaten/kota dinyatakan melapor secara lengkap jika
mengirimkan data kesehatan prioritas periode bulanan dengan
keterisian variabel sekurang-kurangnya 80%, melalui aplikasi
Komunikasi Data. Target pada tahun 2018 yaitu 412 kabupaten/kota
melaporkan data kesehatan prioritas.
Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun
2014 tentang penyelenggaraan komunikasi data dalam sistem
informasi kesehatan terintegrasi, data kesehatan prioritas merupakan
muatan data dalam penyelenggaraan Komunikasi Data. Data
kesehatan prioritas adalah sekumpulan data kesehatan yang menjadi
prioritas kebutuhan informasi bidang kesehatan berdasarkan kriteria
tertentu serta sesuai indikator strategis nasional dan global bidang
kesehatan. Data kesehatan prioritas terdiri atas sejumlah elemen
data yang dikelompokkan menjadi data derajat kesehatan, upaya
kesehatan, sumber daya kesehatan, determinan kesehatan atau
terkait lainnya. Data kesehatan prioritas dilaporkan melalui Aplikasi
Komunikasi Data.
Aplikasi Komunikasi Data adalah suatu aplikasi sistem informasi
kesehatan yang digunakan untuk pertukaran data dalam rangka
konsolidasi/integrasi data kesehatan prioritas yang dikirimkan dari
dinas kesehatan kabupaten/kota dan/atau dinas kesehatan provinsi
dalam rangka penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
terintegrasi. Aplikasi ini dapat diakses di www.komdat.kemkes.go.id
dan tampilan muka seperti terlihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19
Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.id

Laporan Kinerja (LKJ)102


Pelaporan data kesehatan prioritas yang diisikan pada aplikasi
Komunikasi Data memiliki batas waktu untuk pengiriman dari
berbagai level pelapor. Untuk data dari Puskesmas disampaikan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota pada tanggal 5 setiap bulannya.
Untuk Pelaporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke provinsi
maksimal disampaikan pada tanggal 10 setiap bulan untuk dilakukan
verifikasi oleh dinas kesehatan provinsi. Data yang telah diverifikasi
akan disampaikan ke Pusat pada tanggal 15 setiap bulannya untuk
diverifikasi pada aplikasi Komunikasi Data. Gambar 3.20
menampilkan absensi keterisian data/variabel dan Gambar 3.21
memperlihatkan salah satu laporan data bulanan.

Gambar 3.20
Tampilan Absensi Keterisian Data/Variabel Bulanan
pada Aplikasi Komunikasi Data

Gambar 3.21
Tampilan Laporan Data Bulanan pada Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.id

Laporan Kinerja (LKJ)103


Adapun upaya yang dilakukan untuk mendukung peningkatan data
kesehatan prioritas:
1. Memfasilitasi pendanaan kegiatan data dan informasi melalui dana
dekonsentrasi provinsi, menu kegiatan sebagai berikut:
a. Honorarium pengelola SIK dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota
b. Pertemuan Rapat Konsolidasi Teknis SIK yang dihadiri
pengelola SIK dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
c. pertemuan pemutakhiran dan analisis data kesehatan tingkat
provinsi (dihadiri pengelola SIK dinas kesehatan
kabupaten/kota, pengelola program dinas kesehatan provinsi)
d. konsultasi petugas SIK dinas kesehatan provinsi ke pusat
2. Membentuk tim pemantauan SIK/data tingkat pusat yang rutin
melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola
data di dinas kesehatan provinsi;
3. Memberikan umpan balik keterisian data ke dinas kesehatan
provinsi;
4. Pendampingan pengisian data kesehatan prioritas melalui
pelatihan dan atau pertemuan;
5. Menjaga keamanan informasi data dengan sertifikasi ISO
27001:2013; serta
6. Menyediakan jaringan komunikasi data melalui Dana Alokasi
Khusus Non Fisik untuk dinas kesehatan dan puskesmas.

Kondisi Capaian Indikator


Pada tahun 2018 target kabupaten/kota yang melaporkan data
kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 412 kabupaten/kota atau 80%
dari 514 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang dikategorikan melapor
apabila kabupaten/kota tersebut mengirimkan laporan data prioritas
kesehatan minimal 80% variabel data bulanan. Realisasi indikator ini
yaitu 359 kabupaten/kota atau 87,14%. Angka ini belum mencapai
target yang telah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan realisasi
tahun 2017, realisasi tahun 2018 mengalami penurunan. Daftar
kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas minimal
80% variabel data bulanan terlampir.
Angka capaian akhir tahun 2018 tiap kabupaten didapatkan
dengan cara menghitung jumlah variabel bulanan bulan Desember
2017 sampai dengan November 2018 yang terisi pada aplikasi
Komunikasi Data dibagi dengan jumlah variabel bulanan selama satu
tahun dikali 100%. Keterisian ini dipantau hingga tanggal
18Desember 2018. Gambar 3.22 memperlihatkan angka capaian per
triwulan.

Laporan Kinerja (LKJ)104


Gambar 3.22
Capaian Indikator Jumlah Kabupaten Kota yang Melaporkan
Data Kesehatan Prioritas Tahun 2018

450

400

350
359
300

250

200 capaian
199
150
151
100

50

0 45
TW I TW II TW III TW IV

Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2019

Analisis Kegagalan Capaian Indikator


Kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pencapaian indikator
tidak sesuai target yaitu:
1. Perubahan struktur organisasi di dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota menyebabkan perubahan personil pengelola data
(Permenkes Nomor 49 tahun 2016 tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota);
2. Mutasi pegawai yang sangat cepat tanpa adanya kaderisasi yang
memadai;
3. Masih perlu ditingkatkan kapasitas tenaga pengolah
data/pengelola SIK di daerah;
4. Data dari Puskesmas setiap bulannya sering terlambat untuk
disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota;
5. Beberapa variabel data kesehatan prioritas perlu ditelaah kembali
sesuai program nasional.

Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan, diantaranya:


1. Menjalin komunikasi intensif dengan pengelola SIK di tingkat
provinsi melalui group komunikasi (whatsapp);
2. Memberikan umpan balik (feedback) terhadap data kesehatan
prioritas yang telah dilaporkan.

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator ini dapat dicapai di tahun
berikutnya yaitu:

Laporan Kinerja (LKJ)105


1. melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan di daerah agar
mutasi pegawai (pengelola SIK) dilakukan setelah ada transfer
knowledge dari pengelola SIK lama kepada pengelola SIK baru;
2. menyusun kebijakan dalam menata pencatatan dan pelaporan
pada sistem informasi puskesmas;
3. menyelenggarakan workshop pengelolaan data dan informasi di
awal tahun;
4. bekerja sama dengan Badan PPSDMK dalam peningkatan
kapasitas tenaga pengelola data/SIK dengan menyisipkan materi
pelatihan terkait pengelolaan data dan informasi pada pelatihan
yang diselenggarakan oleh Badan PPSDMK ataupun Bapelkes;
5. melalukanpengembangan(update)muatan data Aplikasi
Komunikasi Data.

2. Kabupaten/Kota dengan Jaringan Komunikasi Data untuk


Pelaksanaan e-Kesehatan
Merujuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019, indikator ini yaitu jumlah kabupaten/kota
dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan.
Definisi operasional indikator yaitu kabupaten/kota dinyatakan
tersedia jaringan komunikasi data dan melaksanakan e-kesehatan
jika di wilayah kabupaten/kota terdapat Puskesmas yang
melaksanakan sistem informasi Puskesmas dan melaporkan
datanya secara online ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Target
pada tahun 2018 yaitu 206 kabupaten/kota dengan jaringan
komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan.
Jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan
adalah jaringan komputer WAN dalam lingkup ekosistem kesehatan
yang digunakan sebagai media koneksi pertukaran data pada
penyelenggaraan sistem elektronik kesehatan seperti aplikasi sistem
informasi Puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit (RS),
pembelajaran kesehatan jarak jauh, telemedicine, telediagnostik,
teleradiologi, dan sebagainya. Bentuk fisik jaringan komunikasi data
untuk pelaksanaan e-Kesehatan yaitu jaringan internet atau jaringan
intranet (VPN) untuk menyambungkan kantor dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota, Puskesmas, RS, atau lainnya.
Salah satu model pelaksanaan e-kesehatan di puskesmas yang
dikembangkan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Data dan
Informasi yaitu Aplikasi SIKDA Generik. Aplikasi SIKDA Generik terus
dikembangkan dan saat ini yang digunakan yaitu Aplikasi SIKDA
Generik versi 1.4. Aplikasi ini terintegrasi p-Care BPJS Kesehatan,
dinas kependudukan dan catatan sipil untuk data NIK dan sistem
informasi SDM kesehatan (SI SDMK). Aplikasi ini mencatat semua
pelayanan kesehatan dalam gedung puskesmas, mulai dari
pendaftaran, pelayanan kesehatan poli umum, poli gigi, poli KIA,

Laporan Kinerja (LKJ)106


transaksi obat/apotek hingga pembayaran, maupun data ketenagaa
dan sumber daya puskesmas. Laporan yang dapat dihasilkan
diantaranya laporan harian berupa jumlah kunjungan, laporan
bulanan 5 diagnosa terbanyak, laporan 5 kunjungan poli terbanyak.
Dinas kesehatan kabupaten/kota memantau secara online data dari
puskemas yang menggunakan aplikasi SIKDA Generik. Tampilan
muka aplikasi SIKDA Generik akses puskesmas terlihat pada
Gambar 3.23, sedangkan tampilan akses dinas kesehatan
kabupaten/kota terlihat pada Gambar 3.24.

Gambar 3.23
Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Akses Puskesmas

Sumber: Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi, Pusdatin, 2019

Gambar 3.24
Tampilan Muka Aplikasi SIKDA
Akses Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Sumber: Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi, Pusdatin, 2019

Laporan Kinerja (LKJ)107


Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target
indikator ini, yaitu: (1) sosialisasi, pelatihan dan pendampingan
SIKDA Generik bagi daerah yang akan dan telah mengembangkan
aplikasi tersebut; (2) menyelenggarakan workshop sistem informasi
puskesmas (SIP) menggunakan dana dekonsentrasi; (3) advokasi ke
daerah untuk pembangunan infrastruktur SIK melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) fisik bidang kesehatan dan pengadaan internet melalui
DAK non fisik bidang kesehatan; (4) berkoordinasi dengan
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan internet
sampai ke puskesmas; (5) sewa jaringan (intranet, internet),
operasional dan pemeliharaan jaringan sistem informasi.

Kondisi Capaian Indikator


Target kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk
pelaksanaan e-kesehatan tahun 2018 ditetapkan sebesar 206
kabupaten/kota atau 40%dari 514 kabupaten/kota. Kabupaten/kota
dikategorikan tersedia jaringan komunikasi data dan melaksanakan
e-kesehatan jika di wilayah kabupaten/kota terdapat puskesmas yang
melaksanakan sistem informasi puskesmas dan melaporkan datanya
secara online ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan hasil
pendataan tahun 2018terdapat212 kabupaten/kota yang menerapkan
aplikasi SIKDA Generik di puskesmas. Angka ini sudah mencapai
target yang telah ditetapkan (102,9%). Bila dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017, realisasi tahun 2018 sedikit mengalami
penurunan.

Analisis Keberhasilan Capaian Indikator


Keberhasilan capaian indikator ini didukung oleh beberapa hal, yaitu:
1. Kebijakan pusat dan daerah yang mendukung penyelenggaraan
SIK, terutama penataan data transaksi di fasyankes, yaitu
puskesmas.
2. Dimanfaatkannya Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik bidang
kesehatan untuk pengadaan perangkat computer di puskesmas
dan dinas kesehatan kabupaten/kota dan DAK non fisik bidang
kesehatan untuk pengadaat internet.
3. Tingginya komitmen daerah dalam penerapan sistem elektronik di
pelayanan kesehatan.

Namun demikian, masih ditemui kendala/hambatan yang dihadapi


untuk pencapaian indikator ini yaitu (1) masih terbatasnya anggaran
daerah dalam penyediaan infrastruktur SIK; (2) keterbatasan jumlah
dan kapasitas tenaga pengelola teknologi informasi di daerah seiring
dengan pergantian kepala daerah sering diikuti pergantian pejabat di
lingkungan dinas kesehatan serta rotasi staf; dan (3) belum menjadi
prioritas dalam pengajuan anggaran DAK fisik dan non fisik.

Laporan Kinerja (LKJ)108


Adapun solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan,
diantaranya:
1. Melakukan advokasi melalui berbagai pertemuan kepada
Pemerintah Daerah agar menyediakan anggaran SIK, khususnya
dalam penyediaan infrastruktur SIK.
2. Mengupayakan fasilitasi dana hibah untuk penyediaan perangkat
atau infrastruktur SIK.
3. Terus berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di


masa mendatang yaitu:
1. Melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan di daerah agar
menggunakan aplikasi SIKDA Generik;
2. Melakukan sosialisasi dalam memanfaatkan dana dekonsentrasi
dan DAK fisik bidang kesehatan serta pengadaan internet melalui
DAK non fisik bidang kesehatan pada pertemuan Rakontek SIK
dan pertemuan nasional lainnya;
3. Melakukanpengembangan(update)Aplikasi SIKDA Generik;
4. Mengupayakan fasilitasi dana hibah baik untuk penyediaan
perangkat maupun untuk peningkatan kapasitas tenaga pengelola
SIK di puskesmas;
5. Terus berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas.

3. Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pemetaan Keluarga Sehat


Merujuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019, indikator ini yaitu jumlah kabupaten/kota yang
Melaksanakan Pemetaan Keluarga Sehat. Definisi operasional
indikator ini yaitu kabupaten/kota dinyatakan melaksanakan
pemetaan keluarga sehat jika terdapat data keluarga sehat di
wilayahkabupaten/kota dan data keluarga sehat dipantau melalui
aplikasi Keluarga Sehat. Target pada tahun 2018 yaitu 514
kabupaten/kota melaksanakan pemetaan keluarga sehat.
Dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, telah dikembangkan Aplikasi Keluarga
Sehat.Aplikasi Keluarga Sehat merupakan bentuk dukungan
teknologi informasi terhadap proses pengambilan data lapangan,
pengolahan dan analisis data, penyajian data agregat Indeks
Keluarga Sehat (IKS), dengan memanfaatkan akses Nomor Induk
Kependudukan (NIK) dan Nomor Kartu Keluarga dari Dukcapil, serta
membuat Nomor Register Rumah Tangga untuk kepentingan
pendataan kesehatan keluarga di lapangan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan

Laporan Kinerja (LKJ)109


Pendekatan Keluarga menetapkan 12 indikator utama sebagai
penanda status kesehatan sebuah keluarga, yaitu (1) keluarga
mengikuti program Keluarga Berencana (KB); (2) ibu melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan; (3) bayi mendapat imunisasi dasar
lengkap; (4) bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif; (5) balita
mendapatkan pemantauan pertumbuhan; (6) penderita tuberkulosis
paru mendapat pengobatan sesuai standard; (7) penderita hipertensi
melakukan pengobatan secara teratur; (8) penderita gangguan jiwa
mendapat pengobatan secara teratur; (9) anggota keluarga tidak ada
yang merokok; (10) keluarga sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN); (11) keluarga mempunyai akses sarana
air bersih; dan (12) keluarga mempunyai akses atau menggunakan
jamban sehat. Informasi mengenai Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga terdapat pada www.kemkes.go.id
dan www.pispk.kemkes.go.idseperti terlihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25
Pojok Informasi Keluarga Sehat pada Website Kementerian
Kesehatan

Sumber: www.kemkes.go.id

Adapun upaya dalam mendukung pelaksanaan pendataan keluarga


sehat, yaitu: (1) memfasilitasi kegiatan bimbingan teknis
implementasi aplikasi dan pengelolaan data Keluarga Sehat
pengelola SIK dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan
kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi provinsi; (2) bersama
Ditjen Yankes dan Badan PPSDMK melakukan pelatihan pendataan
dan penggunaan aplikasi keluarga sehat untuk dinas kesehatan
provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas; (3)
pemberian akses admin puskesmas; (4) pendampingan penggunaan
aplikasi dan pendataan keluarga sehat; (5) penyediaan aplikasi dan
infrastruktur teknologi informasi keluarga sehat; (6) feedback dan

Laporan Kinerja (LKJ)110


evaluasi pendataan; serta (7) analisis dan diseminasi hasil pendataan
keluarga sehat, salah satunya melalui www.pispk.kemkes.go.id
(Gambar 3.26).

Gambar 3.26
Website Informasi Program Keluarga Sehat dengan Pendekatan
Keluarga

Sumber: www.kemkes.go.id

Kondisi Capaian Indikator


Sampai dengan akhir tahun 2018 terdapat 25.301.017 keluarga yang
telah terdata kondisi kesehatannya dan 479 kabupaten/kota yang
telah mendata diatas 1.000 keluarga pada tahun 2018. Angka ini
belum mencapai target tahun 2018 dengan capaian sebesar 93,19%.
Dibandingkan dengan tahun 2017, capaian indikator ini turun. Hal ini
karena target pada tahun 2017 terlalu rendah yaitu 64
kabupaten/kota, sedangkan tahun 2018 menargetkan seluruh
kabupaten/kota melaksanakan pemetaan keluarga sehat.

Analisis Kegagalan Capaian Indikator


Kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pencapaian indikator
tidak sesuai target yaitu:
1. Target indikator yang tinggi. Berdasarkan Permenkes Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), bahwa
target pelaksanaan Program Indonesia Sehat yaitu 203
kabupaten/kota di 9 provinsi, Namun pada tahun 2017 terjadi
perubahan kebijakan terhadap sasaran kabupaten/kota untuk
pelaksanaan PIS-PK yang disampaikan pada Rakerkesnas tahun
2017 yang mengamatkan seluruh kabupaten/kota melaksanakan
PIS-PK. Sosialisasi dan pelatihan sudah dilakukan namun
pelaksanaannya bergantung pada komitmen daerah. Bila dilihat
pada aplikasi Keluarga Sehat, sejumlah 499 kabupaten/kota sudah
melaksanakan pemetaan keluarga sehat (479 kabupaten/kota

Laporan Kinerja (LKJ)111


telah mendata lebih dari 1.000 keluarga, 30 kabupaten/kota
mendata kurang dari 1.000 keluarga), dan hanya 5 kabupaten/kota
di provinsi Papua yang belum.
2. 35 kabupaten/kota yang belum mencapai 1.000 keluarga
dimungkinkan mengalami hambatan dalam akses geografis
ataupun kendala jaringan, misalnya sudah dilaksanakan pemetaan
keluarga sehat namun data yang dikumpulkan belum dientri ke
aplikasi Keluarga Sehat karena kendala akses internet; terdapat
kendala integrasi data untuk kabupaten/kota di DKI Jakarta.

Solusi yang dilakukan untuk menjawab kendala yaitu:


1. terus berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas;
2. advokasi kepada daerah manfaat Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga
3. peningkatan kapasitas server untuk aplikasi dan database agar
dapat diakses oleh banyak pengguna/user dan menampung
banyak data;
4. membentuk tim pendampingan aplikasi berdasarkan provinsi.

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di


tahun berikutnya yaitu:
1. melakukan pendampingan dan bimbingan teknis dalam
penggunaan aplikasi dan pendataan keluarga sehat;
2. melakukan advokasi dan sosialisasi dalam pemanfaatan DAK fisik
dan DAK non fisik bidang kesehatan untuk pengadaan
infrastruktur dan jaringan teknologi informasi;
3. melakukanpengembangan(update)Aplikasi Keluarga Sehat
terutama versi offline;
4. meningkatkan koordinasi dengan berbagai program dalam
implementasi PIS-PK, khususnya untuk daerah yang belum
memenuhi target melalui bersurat ke penanggungjawab
pembinaan wilayah (Binwil) untuk percepatan pelaksanaan
pendataan KS;
5. mempercepat proses integrasi data dari aplikasi milik Provinsi DKI
Jakarta (aplikasi Ketuk Pintu Layani Dengan Hati/KPLDH) ke
aplikasi KS.

4. Kabupaten/Kota yang Menyampaikan Laporan Capaian SPM


Merujuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019, indikator ini yaitu jumlah kabupaten/kota yang
menyampaikan laporan capaian SPM. Definisi operasional indikator
ini yaitu provinsi dan kabupaten/kota dinyatakan melapor capaian
SPM jika mengirimkan capaian SPM dengan keterisian variabel
sekurang-kurangnya 70% dan pemantauannya dilakukan melalui

Laporan Kinerja (LKJ)112


aplikasi Komunikasi Data. Provinsi akan disertakan menjadi target
setelah SPM provinsi ditetapkan. Target pada tahun 2018 yaitu 386
kabupaten/kota menyampaikan laporan capaian SPM.
Pada Undang-undang (UU) Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah satu dari enam urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Kondisi
kemampuan sumber daya Pemerintahan Daerah (Pemda) di seluruh
Indonesia tidak sama dalam melaksanakan keenam urusan
pelayanan dasar, maka pelaksanaan urusannya diatur dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan
layanan tersebut bagi seluruh warga negara. SPM merupakan
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal. Prinsip dasar SPM bidang kesehatan,
yaitu: (1) kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia; (2) pemenuhan kebutuhan dasar dapat dipenuhi sendiri
oleh warga negara, atau oleh pemerintah daerah; (3) merupakan
pelayanan dasar yang menjadi kewenangan daerah; (4) merupakan
kewajiban bagi pemerintah daerah untuk menjamin setiap warga
negara memperoleh kebutuhan dasarnya; serta (5) berlaku secara
nasional.
SPM bidang kesehatan mulai tahun 2017 mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan yang memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus
dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun sehubungan penilaian
SPM dilakukan setelah satu tahun berjalan, maka pada tahun 2017
menilai laporan capaian SPM tahun 2016 yang masih mengacu pada
SK Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008. Indikator
pelayanan yang dinilai berjumlah 18 indikator.
Adapun upaya yang telah dilakukan untuk mendukung indikator yaitu:
1. Membentuk tim pemantauan SIK/data tingkat pusat yang rutin
melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola
data di dinas kesehatan provinsi;
2. Memberikan umpan balik keterisian data ke dinas kesehatan
provinsi;
3. Pendampingan pengisian data SPM melalui pelatihan dan atau
pertemuan;
4. UpdateAplikasi Komunikasi Data;
5. Menjaga keamanan informasi data dengan sertifikasi ISO
27001:2013; serta
6. ImplementasiPenilaian Mandiri Kualitas Data Rutin (PMKDR).

Laporan Kinerja (LKJ)113


Kondisi Capaian Indikator
Sampai dengan akhir tahun 2018 terdapat 425 kabupaten/kota
yang menyampaikan laporan capaian SPM tahun 2017. Angka ini
sudah mencapai target tahun 2018 dengan capaian sebesar 110,1%.
Capaian ini menurun dibandingkan dengan tahun 2017. Gambar 3.27
memperlihatkan salah satu tampilan laporan capaian SPM
kabupaten/kota.

Gambar 3.27
Tampilan salah SatuLaporan Capaian SPM Kabupaten/Kota
pada Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.id

Analisis Keberhasilan Capaian Indikator


Capaian indikator yang melebihi 100% diantaranya disebabkan oleh:
1. Kesadaran dinas kesehatan kabupaten/kota semakin baik
terhadap kewajiban Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan Standar Pelayanan Minimal.
2. Monitoring dan koordinasi bersama Kementerian Dalam Negeri
dalam pemantauan pelaporan data SPM Bidang Kesehatan.
3. Arahan Menteri Kesehatan dalam Rakerkesnas 2017 agar
program PIS-PK dan Germas mendukung pelaksanaan SPM di
kabupaten/kota.
4. Belum adanya batas waktu pelaporan yang ditetapkan untuk
pelaporan SPM Kesehatan, sehingga pelaporan data tetap
ditunggu atau diterima hingga akhir tahun.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, yaitu:


1. Adanya perubahan indikator SPM bidang kesehatan, sehingga
beberapa daerah masih mengalami kesulitan dalam perhitungan
indikator baru.

Laporan Kinerja (LKJ)114


2. Aplikasi baru untuk pelaporan SPM belum menampilkan
persentase capaian.

Solusi yang dilakukan untuk menjawab kendala yaitu:


1. Menjalin komunikasi dan diskusi aktif dengan pengelola SIK di
tingkat provinsi melalui group komunikasi (whatsapp)
2. Memberikan umpan balik (feedback) terhadap data SPM yang
telah dilaporkan.

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di


tahun berikutnya yaitu:
1. Melakukan pendampingan dan bimbingan teknis dalam
perhitungan dan penggunaan aplikasi SPM.
2. Melakukan sosialisasi indikator SPM baru.
3. Melakukanpengembangan(update) dashboard pelaporan SPM
melalui Aplikasi Komunikasi Data.

Selain capaian indikator, kegiatan pengelolaan data dan informasi


kesehatan yang berhasil dicapai pada tahun 2018, yaitu:
1. Mempertahankan serifikasi ISO 27001:2013 Sistem Manajemen
Keamanan Sistem Informasi, dimana tahun 2018 merupakan
tahun ke-6 pelaksanaan Implementasi ISO 27001:2013
2. Unit kerja yang menerapkan indikator Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) tahun 2018
3. Juara I Kompetisi Buletin Terbitan Internal Kementerian Kesehatan
Tahun 2018 (INFODATIN Edisi Campak 24 April 2018) dalam
rangka Hari Kesehatan Nasional Tahun 2018
4. Juara III Pengelola Arsip Berprestasi di Lingkungan Sekretariat
Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2018
5. Kementerian Kesehatan meraih tiga penghargaan TOP IT &
TELCO 2018 dari Majalah It Works
a. Kementerian Kesehatan RI sebagai TOP IT Implementation
on Ministry2018
b. Kementerian Kesehatan RI sebagai TOP Digital
Transformation Readiness 2018
c. Menteri Kesehatan RI sebagai TOP Leader on IT
Leadership 2018.
6. Telah diterbitkan regulasi tentang Penyelengaraan e-Office di
Lingkungan Kementerian Kesehatan (Permenkes Nomor 12 tahun
2018).
7. Kerjasama di lingkup perlindungan informasi dan transaksi
elektronik antara Kementerian Kesehatan dan Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN).

Laporan Kinerja (LKJ)115


A. Sumber Daya/Realisasi Anggaran
Dalam mencapai kinerjanya, Pusat Data dan Informasi menggunakan
Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran, Sumber Daya Sarana dan
Prasarana.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah SDM di Pusat Data dan Informasi per 31 Desember 2018
berjumlah 92orang, terdiri atas 78 orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 14
orang pegawai honorer (13 orang pramubakti dan I pengemudi).Distribusi
ASN Pusat Data dan Informasi menurut golongan kepangkatan sebagian
besar berada pada golongan III sejumlah 61 orang (78,21%), golongan IV
sejumlah 14 orang (17,95%) dan golongan II sejumlah 3 orang (3,85%).
Distribusi ASN menurut jenis jabatan, yaitu sebagian besar atau 56 orang
(71,79%) menduduki jabatan fungsional umum, 14 orang menduduki jabatan
struktural dan 8 orang menduduki jabatan fungsional tertentu (4 orang
statistisi, 3 orang pranata komputer dan 1 orang analis kepegawaian). Lebih
rinci dapat dilihat pada Tabel 3.29 dan 3.30.

Tabel 3.29.
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Golongan Kepangkatan Tahun 2018

No Golongan Kepangkatan Jumlah Persentase


1 Golongan I 0 0
2. Golongan II 3 3,85
3. Golongan III 61 78,21
4. Golongan IV 14 17,95
Jumlah 78 100
Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2019

Tabel 3.30
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Jenis JabatanTahun 2018

No Jenis Jabatan Jumlah Persentase


1 Struktural 14 17,96
2. Fungsional Tertentu 8 10,25
3. Fungsional Umum 56 71,79
Jumlah 78 100
Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2019

Menurut tingkat pendidikan, 87,18% ASN berpendidikan Diploma IV,


sarjana strata-1 hingga strata-2, 10,26% berpendidikan SLTA dan 2,56%
berpendidikan Diploma III. Jenis kemampuan/bidang keahlian pegawai Pusat
Data dan Informasi didominasi keahlian statistik, manajemen informatika dan
sistem informasi, teknik informatika dan teknik komputer, informatika

Laporan Kinerja (LKJ)116


kesehatan, ilmu komputer dan epidemiologi. Kondisi ini sejalan dengan
kebutuhan sumber daya manusia SIK.

Gambar 3.28
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018

12% Pasca Sarjana


5% (S2)
Diploma IV dan
43% Sarjana (S1)
Diploma III

SLTA
40%

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2019

Selain PNS, Pusat Data dan Informasi juga memiliki tenaga honorer sebanyak
14 orang yang terdiri dari 13 orang pramubakti dan 1 orangpengemudi,
dengan distribusi tingkat pendidikan 8 orang Diploma III, 2 orang sarjana
strata-1dan 4 orang SLTA.
SDM di Pusat Data dan Informasi cukup dapat diandalkan dan memadai
namun masih perlu peningkatan kualitas melalui pelatihan-pelatihan dan
diarahkan menjadi jabatan fungsional tertentu, sehingga diharapkan akan
lebih berdaya guna.

2. Sumber Daya Anggaran


Dalam melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan, alokasi anggaran yang dimiliki
Pusat Data dan Informasi pada awal tahun 2018 sejumlah Rp.
86.058.742.000,- (APBN). Selama tahun 2018 terdapat pengurangan dana
APBN sebesar Rp. 152.850.000,-; penambahan dana APBN sebesar Rp.
4.000.000.000,-; dan penambahan dana hibah Global Fund sebesar Rp.
23.570.616.000,- sehingga total anggaran akhir tahun 2018 sebesar Rp.
113.476.508.000,- Kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan juga
didukung dengan dana dekonsentrasi sebesar Rp. 12.384.032.000,-

Laporan Kinerja (LKJ)117


Gambar 3.29
Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran
Tahun 2018

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, & Monev DJA, 2019

Realisasi penggunaan anggaran APBN tahun 2018 sebesar Rp.


108.880.050.870,- atau sebesar 95,95%. Perbandingan jumlah alokasi dan
realisasi anggaran tahun 2018 menurut sumber dana dapat dilihat pada
Gambar 3.29. Realisasi penggunaan dana dekonsentrasi tahun 2018 sebesar
Rp. 11.855.993.753 atau sebesar 95,74%. Pada Gambar 3.30
memperlihatkan penggunaan dana dekonsentrasi oleh 34 provinsi per 10
Januari 2019. Sejumlah 31 provinsi menggunakan dana lebih dari 90%,
selebihnya menggunakan dana kurang dari 90%, yaitu Provinsi Papua,
Sulawesi Barat dan Maluku.

Laporan Kinerja (LKJ)118


Gambar 3.30
Persentase Penggunaan Dana Dekonsentrasi
Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun Anggaran 2018

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, & Monev DJA, 2019

Alokasi dan realisasianggaran tahun 2018 menurut indikator


kinerja,yaitu sebagai berikut:
a. Indikator jumlah kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan
prioritas dan indikator jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang
menyampaikan laporan capaian SPM dengan alokasi sebesar
Rp.87.806.306.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp.85.180.515.383,-
(97,00%).
b. Indikator jumlah jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan
dengan alokasi sebesar Rp.15.766.185.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp.15.049.831.542,- (95,46%).
c. Indikator jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan keluarga
sehat dengan alokasi sebesar Rp.22.288.049.000,- dan realisasi
anggaran sebesar Rp.20.505.697.698,- (92,00%).

Laporan Kinerja (LKJ)119


Tabel 3.31
Alokasi dan Realisasi Anggaran
Kegiatan Pengeolaan Data dan Informasi Kesehatan
Tahun 2017-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


No Indikator Kinerja
Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %
1 Persentase kabupaten/kota yang
melaporkan data kesehatan prioritas -- -- -- -- -- --

2 Persentase tersedianya jaringan


komunikasi data yang diperuntukkan -- -- -- -- -- --
untuk pelaksanaan e-kesehatan
3 Jumlah kabupaten/kota yang melaporkan
data kesehatan prioritas
Rp. 78.591.161.000,- Rp. 76.018.855.046,- 96,73% Rp. 87.806.306.000,- Rp. 85.180.515.383,- 97,00%
4 Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang
menyampaikan laporan capaian SPM
5 Jumlah kabupaten/kota dengan jaringan
komunikasi data untuk pelaksanaan e- Rp. 12.452.643.000,- Rp. 11.308.244.739,- 90,81% Rp. 15.766.185.000,- Rp. 15.049.831.542,- 95,46%
kesehatan
6 Jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan pemetaan keluarga sehat Rp. 1.398.278.000,- Rp. 1.393.754.977,- 99,68% Rp. 22.288.049.000,- Rp. 20.505.697.698,- 92,00%

Tabel diatas memperlihatkan perbandingan alokasi dan realisasi


anggaran tahun 2017 dan 2018 menurut indikator. Persentase realisasi
anggaran tiga indikator tahun 2018 lebih tinggi dari tahun 2017. Indikator
kinerja kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan sangat bergantung
pada komitmen dan partisipasi kabupaten/kota, sehingga anggaran di pusat
tidak langsung berhubungan dengan capaian indikator. Kendala dan masalah
yang disolusikan di pusat perlu waktu dan upaya untuk dapat diterapkan di
kabupaten/kota. Diharapkan target akhir indikator tahun 2019 dapat tercapai
dengan memaksimalkan penggunaan anggaran.

3. Sumber Daya Sarana Dan Prasarana


Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat
Data dan Informasi sampai dengan 30 Juni 2018 bernilai Rp. 28.599.244.823,-
Rincian sumber daya sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 3.32.

Laporan Kinerja (LKJ)120


Tabel 3.32
Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Pusat Data dan Informasi Tahun 2018
No Uraian Kuantitas Nilai

1 Barang konsumsi Rp. 119.850.739,-


2. Peralatan dan Mesin Rp. 57.732.219.614,-
3. Aset Tetap Lainnya 2 buah Rp. 2.838.000,-
4. Aset Tak Berwujud (software) 1.113 buah Rp. 9.065.361.682,-
5. Aset Tetap yang Tidak Digunakan 3.428 buah Rp. 8.645.790.180,-
6. Aset Tak Berwujud yang Tidak 1.743 buah Rp. 15.864.019.248,-
Digunakan
7. Akumulasi Penyusutan Peralatan (-) Rp.39.594.976.724,-
dan Mesin
8. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (-) Rp. 9.055.150.110,-
yang Tidak Digunakan
9. Akumulasi Amortisasi Software (-) Rp. 5.518.279.933,-
10. Akumulasi Amortisasi Aset Tak (-) Rp.17.717.577.983,-
Berwujud yang Tidak Digunakan
Total Rp.28.599.244.823,-
Sumber : Bagian Tata Usaha, Pusdatin, Tahun 2019

Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat
Data dan Informasi tahun 2018cukup memadai dalam mendukung pencapaian
indikator kinerja.

7. Penanggulangan Krisis Kesehatan


Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan memiliki sasaran
yaitumeningkatnya upaya pengurangan resiko krisis kesehatan.
Perbandingan target dan capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis
Kesehatan tahun 2016 , 2017 dan 2018 dapat dilihat pada table berikut :

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018


Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Indikator Pertama : 69 Lokasi 69 Lokasi 84 Lokasi 84 Lokasi 84 Lokasi 90 Lokasi
Jumlah provinsi dan (100 %) (100 %) (107 %)
kabupaten/kota yang
mendapatkan dukungan
untuk melaksanakan
upaya pengurangan
risiko krisis kesehatan
Indikator Kedua : 24 Tim/ 59 24 kali/tim 45 kali/tim
Jumlah dukungan yang paket Tim/Paket (187,5 %)
diberikan untuk (245,8 %)
penguatan provinsi dan
kabupaten/kota dalam
penanggulangan krisis
kesehatan

Laporan Kinerja (LKJ)121


1) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan
untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan.
Deifinisi operasional : jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah
mendapatkan advokasi, sosialisasi dan pendampingan melalui kegiatan ;
- Assessment kapasitas daerah dalam penerapan manajemen
penanggulangan krisis kesehatan di Provinsi, Kabupaten/Kota;
- Pendampingan penyusunan peta respon, pelatihan sistim
informasi penanggulangan krisis kesehatan;
- Pendampingan penyusunan rencana kontijensi;
- Geladi posko (table top exercise) penerapan manajemen
penanggulangan krisis kesehatan dan Penyelenggaraan gelada
penanggulangan krisis kesehatan.
a. Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan
kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan
Definisi operasional : mendapatkan dukungan tim bantuan kesehatan
dan logistik dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan dan
dukungan perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan.

A. CAPAIAN KINERJA

Tabel 3.33
Kegiatan Utama Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018

Indikator Kinerja I Indikator Kinerja Ii


Jumlah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Yang Jumlah Dukungan Yang Diberikan Untuk
Mendapatkan Dukungan Untuk Melaksanakan Penguatan Provinsi Dan Kabupaten/Kota
Upaya Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
Nama Kegiatan Target Kinerja Nama Kegiatan Target Kinerja
- Assesment Kapasitas Daerah 34 Kabupaten/Kota Dukungan Tim Bantuan 24 Tim/Paket
Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan, Logistik Dan
Penanggulangan Krisis Perlengkapan Dalam
Kesehatan Di 14 Provinsi Dan 34 Rangka Penanggulangan
Kabupaten/Kota Target Renstra Krisis Kesehatan .
Tahun 2017.
- Penyusunan Peta Respon.
- Peningkatan Kapasitas Dalam
Manajemen Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis
Kesehatan.
- Workshop Penyusunan Rencana 8 Provinsi
Kontijensi.
- Workshop Manajemen
Penanggulangan Krisis
Kesehatan Pada Klaster
Kesehatan.
- Workshop Penyusunan Peta
Respon.
Penyusunan Rencana Kontijensi 19 Kabupaten/Kota
Table Top Exercise Penerapan 15 Kabupaten/Kota
Manajemen Penanggulangan Krisis
Kesehatan Di 15 Kabupaten/Kota
Target Renstra Tahun 2017.
Penyelenggaraan Simulasi 8 Kabupaten/Kota
Penanggulangan Krisis Kesehatan.
TOTAL 84 Lokasi TOTAL 24 Tim/Paket

Laporan Kinerja (LKJ)122


Tabel 3.34
Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan
Tahun 2018
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Jumlah provinsi dan 84 Lokasi 90 Lokasi 107 %
kabipaten/kota yang
mendapatkan dukungan untuk
melaksanakan upaya
pengurangan risiko krisis
kesehatan
Jumlah dukungan yang 24 45 kali/tim 187,5%
diberikan untuk penguatan kali/tim
provinsi dan kabupaten/kota
dalam penanggulangan krisis
kesehatan

Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2018 memiliki Indikator Kinerja


yang diperjanjikan yaitu:
Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2018 memiliki Indikator Kinerja
yang diperjanjikan yaitu:
(1) Indikator Pertama yaitu jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang
mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan
risiko krisis kesehatan, dan telah berhasil mencapai target kinerja
sebagaimana yang tertuang dalam dokumen perjanjian kinerja
sebesar 100 %, bahkan jumlahnya melampaui dari target (107 %) .
(2) Indikator Kedua yaitu jumlah dukungan yang diberikan untuk
penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan
krisis kesehatan. realisasi capaian indikator ini telah mencapai
target sebagaimana diperjanjikan sebesar 100 %, bahkan
jumlahnya melampaui dari target (325 %).

1. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator


1.1 Indikator Kinerja Pertama
1.1.1 Assesment Kapasitas Daerah Dalam Penerapan Manajemen
Penanggulangan Krisis Kesehatan
Assesment dalam penerapan manajemen penanggulangan
krisis kesehatan merupakan langkah awal dalam memetakan
risiko krisis kesehatan di wilayah/lokasi yang menjadi target
kinerja Pusat Krisis Kesehatan tahun 2018. Hasil assesment
tersebut dikaji untuk selanjutnya disusun menjadi profil krisis
kesehatan kabupaten/kota yang menggambarkan risiko krisis
kesehatan di wilayah tersebut.
Terdapat 4 (empat) tujuan dari kegiatan assesment, diuraikan
sebagai berikut :
- Memetakan ancaman (hazard), kerentanan dan kapasitas
terkait penanggulangan krisis kesehatan di 34
kabupaten/kota rawan bencana target tahun 2018;

Laporan Kinerja (LKJ)123


- Mengidentifikasi permasalahan terkait penanggulangan
krisis kesehatan di 34 kabupaten/kota rawan bencana target
tahun 2018;
- Memberikan usulan/rekomendasi kebijakan-kebijakan yang
perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam
rangka menyelesaikan permasalahan yang ditemui di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terkait upaya penanggulangan
krisis kesehatan;
- Memberi masukan untuk kebijakan nasional terkait
penanggulangan krisis kesehatan.

Tabel 3.35
Pencapaian Kegiatan Assesment Kapasitas Daerah Tahun 2018
Kegiatan Target Keberhasilan Pencapaian Persentase
Capaian
Assesment Kapasitas Dilaksanakan di 34 Berhasil dilaksanakan 118 %
Daerah Dalam Kabupaten/Kota di 40 Kabupaten/Kota
Penerapan Manajemen
Penanggulangan Krisis
Kesehatan di 9 Provinsi
dan 34 Kabupaten/Kota
Target RENSTRA Tahun
2018

a) Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target


Pelaksanaan kegiatan ini dikatakan berhasil apabila kegiatan
ini dilaksanakan di 34 Kabupaten/Kota target kinerja. Pada
tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah berhasil
melakukan assesment di 40 Kabupaten/Kota rawan
bencana, melampaui 6 kab/kota dari target kinerja.
Pencapaian ini dapat dilaksanakan karena adanya efisiensi
penggunaan anggaran.
b) Faktor pendukung keberhasilan pencapaian target :
- Adanya komitmen dari seluruh unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan, serta dukungan lintas sektor
(Provinsi, Kabupaten/Kota dan stake holder terkait);
- Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota mendapatkan
manfaat dari kegiatan ini untuk peningkatan kapasitas
petugas dan perbaikan manajemen penanggulangan krisis
kesehatan.
c) Permasalahan
Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatan yang mendukung pencapaian target
kinerja. Kegiatan Assesment dilakukan melalui metode
wawancara dengan pejabat struktural dan staf pengelola
program penanggulangan krisis kesehatan di dinas

Laporan Kinerja (LKJ)124


kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, kemudian dilakukan
pengamatan lapangan serta studi kepustakaan terhadap
dokumen-dokumen yang dikumpulkan pada saat wawancara
seperti dokumen peta risiko bencana, rencana kontinjensi
dan dokumen lainnya. Wawancara dilakukan berdasarkan
kuesioner yang telah disusun. Data - data yang didapat
kemudian diolah dengan menggunakan teknologi informasi
berupa decision support system untuk menilai kesenjangan
berdasarkan suatu standar. Hasil kajian ini disampaikan
pada kabupaten/kota dan provinsi target kinerja serta lintas
program, lintas sektor serta organisasi terkait melalui
pengiriman pos dan disebarluaskan di website Pusat Krisis
Kesehatan www.pusatkrisis.kemkes.go.id .
- Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah data
yang diberikan oleh nara sumber tidaklah lengkap dan
terbaru. Beberapa data yang diminta dalam kuesioner
dimiliki oleh program atau SKPD lain di daerah, sehingga
dalam melengkapinya memerlukan waktu yang lama;
- Jadwal pelaksanaan kegiatan yang sudah ditetapkan
mengalami perubahan karena ada beberapa kejadian
bencana yang perlu direspon oleh seluruh sumber daya
pusat krisis kesehatan. Perubahan jadwal tersebut juga
mempengaruhi pelaksanaan kegiatan prioritas program
pengurangan risiko krisis kesehatan;
- Kurangnya komitmen petugas pelaksana dalam
penginputan hasil assessment ke dalam aplikasi.
d) Pemecahan Masalah
- Merencanakan pelaksanaan kegiatan lebih awal dan
menginformasikan kepada dinas kesehatan provinsi,
kabupaten/kota untuk menyiapkan data dukung/dokumen
yang diperlukan untuk melengkapi kegiatan assessment
untuk penginputan dan pengolahan data dengan
menggunakan aplikasi sehingga lebih mudah dan lebih
cepat dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan;
- Data - data terkait hazard, kerentanan dan gambaran
umum diinput oleh tim khusus sebelum asistensi melalui
pencarian data sekunder. Sehingga petugas pelaksana
hanya fokus pada data-data terkait kapasitas;
- Menyiapkan alternatif sumber daya manusia yang
melaksanakan kegiatan assessment, sehingga jadwal
kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu;
- Mengingatkan pelaksana kegiatan untuk segera
melakukan penginputan hasil assessment ke dalam
aplikasi , secara lisan mapun melalui group wa.

Laporan Kinerja (LKJ)125


e) Rencana Tindak Lanjut
- Komunikasi yang intensif dengan Provinsi,
Kabupaten/Kota agar kebutuhan data dan informasi
dibutuhkan dapat di himpun untuk memudahkan
penginputan data;
- Membuat komitmen bersama seluruh pejabat dan staf
pusat krisis kesehatan terkait pelaksanaan kegiatan.

1.1.2 Penyusunan Peta Respon


Peta Respon dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa
peta yang dikembangkan untuk memudahkan upaya
penanggulangan suatu bencana. Tujuan dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas
kesehatan dan terkait lainnya di Kabupaten/Kota dalam
menyusun suatu peta respon sebagai bagian dari upaya
kesiapsiagaan menghadapi potensi krisis kesehatan akibat
bencana dan mempercepat upaya penanggulangan krisis
kesehatan.
Dalam satu peta respon, tergambarkan wilayah yang terancam
atau terdampak suatu bahaya (hazard), sebaran penduduk dan
kelompok rentan di wilayah yang terancam atau terdampak
serta sebaran sumber daya atau kapasitas yang ada di wilayah
tersebut yang dapat digunakan untuk penanganan dampak
bencana. Peta tersebut dibuat bersama-sama oleh semua
stakeholders yang terlibat dan berperan dalam penanggulangan
krisis kesehatan, termasuk instansi pemerintah, perusahaan
daerah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah/LSM,
lembaga internasional dan masyarakat, serta pihak terkait
lainnya.

Tabel 3.36
Pencapaian Kegiatan Peta Respon Tahun 2018

Kegiatan Target Pencapaian Persentase


Keberhasilan Pencapaian
Penyusunan Peta Dilaksanakan Di 34 Berhasil 118 %
Respon Kabupaten/Kota dilaksanakan
di 40
kabupaten/kota

a) Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah
melaksanakan kegiatan ini di 40 Kabupaten/Kota rawan
bencana, hasil ini melampaui 6 kabupaten/kota yang
menjadi target kinerja.

Laporan Kinerja (LKJ)126


b) Faktor pendukung keberhasilan pencapaian target :
- Adanya komitmen dari seluruh unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan, serta dukungan lintas sektor
(provinsi, kabupaten/kota dan stake holder terkait);
- Adanya data dan informasi yang disiapkan oleh lintas
sektor terkait yang berkontribusi dalam pelaksanaan
kegiatan penyusunan peta respon;
- Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/kota mendapatkan
manfaat dari kegiatan ini untuk penyiapan kesiapsagaan
penanggulangan krisis kesehatan dan peningkatan
kapasitas petugas dalam penanggulangan krisis
kesehatan;
- Efisiensi dalam penggunaan anggaran sehingga target
kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi dapat
disertakan tahun 2018.
c) Permasalahan
Peta respon dikatakan lengkap apabila peta tersebut dapat
menggambarkan semua potensi yang dimiliki oleh tiap
stakeholder yang terlibat dan berperan dalam
penanggulangan krisis kesehatan. Pada kegiatan ini peta
respon yang dihasilkan belum menggambarkan seluruh
potensi yang dimiliki oleh daerah, informasi yang dibutuhkan
seperti jalan, sungai, gunung serta nama desa belum dapat
disajikan sehingga cukup sulit menentukan jalur kegiatan
pada peta respon. Serta jumlah fasilitator yang betul-betul
memahami peta respon masih perlu ditingkatkan.
d) Pemecahan Masalah
- Merencanakan pelaksanaan kegiatan lebih awal dan
menginformasikan kepada dinas kesehatan provinsi,
kabupaten/kota untuk menyiapkan data dukung/dokumen
yang dibutuhkan di sesuai dengan karakteristik wilayah
masing-masing;
- Menyiapkan sumber daya manusia (fasilitator) yang
memiliki kapatisan dalam penyusunan peta respon. Atau
bekerjasama dengan lintas sektor terkait untuk dukungan
fasiltator.
e) Rencana Tindak Lanjut
- Komunikasi yang intensif dengan Provinsi,
Kabupaten/Kota agar kebutuhan data dan informasi
dibutuhkan dapat di himpun untuk memudahkan
penginputan data;
- Melakukan peningkatan kapasitas internal untuk
penyiapan fasilitator penyusunan peta respon;
- Melakukan koordinasi yang lebih aktif dengan lintas
sektor terkait untuk dukungan fasilitator penyusunan peta
respon.

Laporan Kinerja (LKJ)127


1.1.3 Penyusunan Rencana Kontijensi
Rencana kontinjensi merupakan rencana penanggulangan
bencana untuk satu jenis ancaman (single hazard) yang dibuat
pada situasi terdapat potensi bencana (fase kesiapsiagaan).
Apabila bencana benar-benar terjadi, maka Rencana
Kontinjensi menjadi dasar dalam menyusun Rencana Operasi
Tanggap Darurat atau Rencana Operasi (Operational Plan)
setelah terlebih dahulu disesuaikan melalui suatu kaji cepat
kondisi di lapangan (rapid assessment).
Rencana kontinjensi merupakan dokumen yang berisi data dan
kapasitas yang dimiliki SKPD daerah yang dibuat secara
bersama-sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multi-
sektor yang terlibat dan berperan dalam penanggulangan
bencana, termasuk di dalamnya adalah pemerintah (sektor -
sektor yang terkait), perusahaan daerah, sektor swasta,
organisasi non pemerintah/LSM, lembaga internasional dan
masyarakat, serta pihak-pihak lain yang terkait/relevan dengan
jenis bencananya.
Secara umum, tujuan kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi
sektor kesehatan yang diwakili oleh Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit Umum Daerah, Puskesmas rawan bencana, unsur
kesehatan TNI dan POLRI di kabupaten/kota dalam menyusun
rencana kontinjensi kesehatan sebagai bagian dari upaya
kesiapsiagaan kabupaten/kota rawan bencana dalam
menghadapi potensi krisis kesehatan di wilayahnya. Selain
sektor kesehatan, dilibatkan pula lintas sektor terkait seperti
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI
Kabupaten/Kota. Dokumen rencana kontijensi merupakan
bagian dari dokumen rencana kontijensi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.

Tabel 3.37
Pencapaian Kegiatan Rencana Kontijensi Tahun 2018

Kegiatan Target Pencapaian Persentase


Keberhasilan Pencapaian
Penyusunan Dilaksanakan di Dilaksanakan di 100 %
Rencana 19 19
Kontijensi Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota

a) Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target


- Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah
melaksanakan kegiatan di 19 kabupaten/kota rawan
bencana yang menjadi target kinerja;

Laporan Kinerja (LKJ)128


- Adanya komitmen dari seluruh unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan, serta dukungan lintas sektor (
Provinsi, Kabupaten/Kota dan stake holder terkait);
- Peserta penyusunan rencana kontijensi dari lintas sektor
hadir dan berkontribusi dengan melengkapi data dukung
yang dibutuhkan.
- Rencana kontijensi bidang kesehatan yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai upaya kesiapsiagaan
menghadapi potensi krisis kesehatan akibat bencana di
wilayahnya.
b) Permasalahan
- Peserta yang yang mengikuti kegiatan ini sebagian bukan
penanggungjawab atau pelaksana program
penanggulangan krisis kesehatan;
- Petugas yang sudah dilatih dimutasikan ke posisi lain yang
tugasnya tidak berkaitan sama sekali dengan
penanggulangan krisis kesehatan;
- Skenario yang dituangkan dalam rencana kontijensi kurang
detail dan rencana kontijensi belum menjadi dokumen
operasional penanggulangan krisis kesehatan didaerahnya;
- Dokumen rencana kontijensi bidang kesehatan belum
dimanfaatkan menjadi dokumen operasional
penanggulangan bencana daerah.
c) Pemecahan Masalah
Rencana kontijensi yang dibuat perlu dilakukan evaluasi dan
diperbaharui secara berkelanjutan sesuai dengan kejadian
bencana yang sering terjadi diwilayahnya.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Memberikan pembekalan kembali (knowledge
refreshment) kepada fasilitator sehingga nantinya dapat
memfasilitasi kegiatan ini secara optimal;
- Dinas kesehatan dapat mengesahkan rencana kontijensi
yang sudah dibuat menjadi kebijakan daerah sebagai
upaya program pengurangan risiko krisis keseahatan;
- Dinas kesehatan kab/kota melakukan advokasi kepada
BPBD di daerahnya renkon yang telah disusun dapat
dijadikan bagian dari dokumen rencana kontijensi BPBD;
- Dinas kesehatan kabupaten/kota jika diperlukan dapat
membuat rencana kontijensi dengan kejadian bencana
sesuai potensi yang ada.
1.1.4 Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan
(SIPKK)
Untuk merespon upaya penanggulangan krisis kesehatan perlu
didukung oleh adanya informasi yang cepat, tepat dan akurat,
yang disampaikan mulai dari lokasi bencana, kabupaten/kota,
provinsi hingga ke tingkat pusat. Untuk mendapatkan informasi

Laporan Kinerja (LKJ)129


yang memadai pada saat kejadian bencana merupakan
tantangan tersendiri karena infrastruktur telekomunikasi
mengalami kerusakan sehingga sulit dalam berkomunikasi.
Kendala lain yang dihadapi adalah kemampuan petugas yang
belum memadai dalam hal pengelolaan data dan sistim
informasi penanggulangan krisis kesehatan dalam situasi
bencana. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan
Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan
untuk petugas dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
pengelolaan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan
sehingga diharapkan petugas kesehatan mampu :
1. Memperoleh data kejadian bencana secara cepat, tepat
dan akurat;
2. Mengolah data menjadi informasi penanggulangan krisis
kesehatan yang mudah dipahami;
3. Menyampaikan informasi penanggulangan krisis kesehatan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara cepat.

Tabel 3.38
Pencapaian Kegiatan SIPKK Tahun 2018

Target Persentase
Kegiatan Pencapaian
Keberhasilan Pencapaian (%)
Pelatihan Sistem Dihadiri Peserta Dilaksanakan Di 100 %
Informasi Dari 34 34
Penanggulangan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Krisis Kesehatan

a) Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah
melaksanakan kegiatan ini dengan peserta yang berasal dari
34 dinas kesehatan kabupaten/kota rawan bencana yang
menjadi target kinerja.
b) Faktor pendukung keberhasilan pencapaian target :
- Mendapatkan dukungan dan komitmen dari Lintas
Sektor terkait sebagai fasilitator;
- Adanya aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis Kesehatan yang mudah di aplikasikan oleh peserta;
- Dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota
mendapatkan manfaat dari kegiatan ini untuk penyiapan
kesiapsagaan penanggulangan krisis kesehatan dan
peningkatan kapasitas petugas dalam penanggulangan
krisis kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)130


c) Permasalahan
- Peserta yang diharapkan mengikuti kegiatan ini
adalah petugas di dinas kesehatan kabupaten/kota yang
tugas sehari-harinya sebagai pengelola data dan
informasi penanggulangan krisis kesehatan.
Permasalahan yang dihadapi adalah sebagian peserta
yang mengikuti kegiatan ini tidak berasal dari unit
pengelola data dan informasi penanggulangan krisis
kesehatan;
- Sistim informasi penanggulangan krisis kesehatan
yang sudah ada belum dimanfaatkan secara optimal oleh
petugas pengelola yang sudah dilatih;
- Adanya kebijakan rotasi/mutasi pegawai
pemerintah daerah, yang menyebabkan petugas yang
sudah dilatih dimutasikan ke posisi lain yang tugasnya
tidak berkaitan sama sekali dengan penanggulangan
krisis kesehatan.
d) Pemecahan Masalah
- Melakukan advokasi dalam setiap kesempatan
pada kegiatan bimbingan teknis kepada pimpinan dinas
kesehatan agar petugas yang sudah dilatih dapat
ditugaskan untuk mengelola sistim informasi
penanggulangan krisis kesehatan;
- Mengembangkan aplikasi Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis Kesehatan yang mudah
digunakan (user friendly).
e) Rencana Tindak Lanjut
- Komunikasi yang intensif dengan dinas kesehatan
provinsi, kabupaten/kota kepada petugas pengelola yang
sudah dilatih sistim informasi penanggulangan krisis
kesehatan agar memanfaatkan secara optimal sehingga
memudahkan dalam penyampaian informasi secara
cepat, tepat dan akurat;
- Melakukan pembaharuan (update) dan
pemeliharaan software sistim informasi penanggulangan
krisis kesehatan agar mudah dimanfaatkan oleh petugas
pengelola di dinas kesehatan kabupaten/kota.
1.1.5 Gladi Posko (Table Top Exercise (TTX)) Penerapan
Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan
Gladi posko (Table Top Exercise (TTX)) dilaksanakan untuk
mencapai peningkatan kemampuan fungsi komando, koordinasi
dan komunikasi dari koordinator klaster kesehatan maupun
anggota sub-klaster. Pada gladi posko, peserta diberikan
serangkaian keadaan dan kejadian tanggap darurat bencana
yang sambung-menyambung dan mengandung persoalan yang

Laporan Kinerja (LKJ)131


harus dipecahkan dan dibuatkan keputusan, rencana, perintah
dan tindakan dari peserta yang berperan sebagai koordinator
klaster/subklaster kesehatan. Peserta gladi posko ( table top
exercise) ini adalah :
1. Koordinator klaster kesehatan;
2. Koordinator sub-subklaster kesehatan;
3. Anggota sub-subklaster kesehatan.

Tabel 3.39
Pencapaian Kegiatan Gladi Posko Tahun 2018

Kegiatan Target Pencapaian Persentase


Keberhasilan Pencapaian (%)
Gladi Dilaksanakan di Dilaksanakan di 100 %
Posko(Table Top 15 15
Exercise) Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Penerapan
Manajemen
Penanggulangan
Krisis Kesehatan

a) Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah
melaksanakan kegiatan ini di 15 kabupaten/kota rawan
bencana yang menjadi target kinerja.
- Mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait
daerah untuk terlibat dalam pelaksanaan kegaiatan;
- Telah tersusunnya rencana kontijensi dengan satu
jenis/kejadian bencana.
b) Permasalahan
- Skenario yang telah disusun pada rencana
kontijensi sebelumnya belum didukung data yang rinci
sehingga memerlukan perlu waktu tambahan untuk
mereview dan memperbaikinya;
- Peserta gladi posko bukan petugas yang ikut
menyusun peta respond dan rencana kontijensi bidang
kesehatan.
c) Pemecahan Masalah
- Sebelum pelaksanaan kegiatan, dilakukan review
dan dilakukan perbaikan atas rencana kontijensi yang
telah disusun sebelumnya untuk mendekati kondisi
sesungguhnya dari suatu kejadian bencana;
- Menyempurnakan skenario dari rencana kontijensi
yang telah disusun untuk dijadikan dasar kegiatan gladi
posko ( Table Top Exercise).

Laporan Kinerja (LKJ)132


d) Rencana Tindak Lanjut
- Membentuk Klaster Kesehatan secara difinitif
melalui penetapan Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten/kota;
- Setelah pelaksanaan gladi posko diharapkan Dinas
Kesehatan Kab/Kota dapat memahami dan menerapkan
system klaster kesehatan (koordinasi, kolaborasi dan
integrasi) dalam penanggulangan krisis kesehatan
dengan lintas sektor terkait.
1.1.6 Penyelenggaraan Gladi/Simulasi Penanggulangan Krisis
Kesehatan
Situasi krisis kesehatan seringkali timbul secara tiba-tiba dan
sulit diprediksi sehingga membutuhkan kemampuan
manajemen penanganan yang baik, tantangan terberat yang
muncul dalam teknis penanggulangan krisis kesehatan adalah
koordinasi dengan lintas program serta lintas sektor terkait.
Banyaknya pihak yang terlibat serta beragamnya Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki harus dapat
dikomunikasikan secara baik agar hasil penanganan dapat
maksimal. Salah satu teknik untuk menguji baik tidaknya SOP
adalah dengan menyelenggarakan geladi.
Geladi adalah salah satu bentuk latihan untuk memberikan
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan melakukan suatu
kegiatan yang telah dipelajari atau dilakukan sebelumnya.
Selain itu, geladi juga berfungsi sebagai sarana untuk menguji
rencana kontinjensi bidang kesehatan yang telah dibuat
sebelumnya. Dalam rencana kontinjensi bidang kesehatan,
telah dibuat skenario kejadian bencana yang disesuaikan
dengan risiko bencana yang mungkin terjadi di suatu daerah.
Sehingga kejadian bencana yang akan digeladikan harus
disesuaikan dengan skenario di dalam rencana kontinjensi.
Penyelenggaraan geladi penanggulangan krisis kesehatan
pada tahun 2018, kegiatan geladi yang dilaksanakan adalah
geladi penanggulangan krisis kesehatan pada 8 kabupaten/kota
target Renstra.

Laporan Kinerja (LKJ)133


Tabel 3.40
Pencapaian Kegiatan Gladi Tahun 2018

Kegiatan Target Pencapaian Persentase


Keberhasilan Pencapaian (%)
Penyelenggaraan Dilaksanakan di Dilaksanakan di 100 %
Geladi 8 8
Penanggulangan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Krisis Kesehatan

a) Hal-hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah
melaksanakan kegiatan ini di 8 kabupaten/kota rawan
bencana yang menjadi target kinerja, penetapan
Kabupaten/kota yang dilakukan gladi/simulasi berdasarkan
tingginya indeks risiko bencana yang dimiliki sesuai data
IRBI (Indeks Rawan Bencana Indonesia) yang dibuat oleh
BNPB dan karakteristik sosio ekonomi dan geografisnya
(diprioritaskan kab./kota yang merupakan daerah tertinggal,
perbatasan dan kepulauan) serta berdasarkan profil
kesehatan daerahnya (diprioritaskan kab./kota yang
merupakan daerah bermasalah kesehatan).
Adapun hal yang mempengaruhi pencapaian target
kegiatan:
- Mendapatkan dukungan pimpinan daerah serta lintas
sektor terkait untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan;
- Telah dilaksanakan kegiatan gladi lapang (table top
exercise) sebelumnya;
- Adanya dokumen rencana kontijensi yang telah di susun;
- Adanya peta respon yang telah di susun.
b) Permasalahan
- Petugas yang dilatih selama program peningkatan
kapasitas sering diganti-ganti sehingga di beberapa
daerah cukup kesulitan saat melakukan simulasi dan
banyak persoalan yang tidak mampu direspon peserta,
serta sarana prasarana pendukung yang tidak tersedia;
- Penyampaian informasi kegiatan simulasi/gladi terlalu
singkat kepada dinas kesehatan kabupaten/kota;
- Setelah TTX tahun kedua, daerah cenderung tidak
merevisi rencana kontijensi secara memadai. Sehingga
menjelang simulasi terjadi kesulitan dalam Penyusunan
Rencana Informasi Gladi (RIG) dan Rencana Operasi
Gladi (ROG). Selain itu dalam rencana kontijensi belum
tergambar tahapan penanggulangan bencana mulai dari
siaga darurat, tanggap darurat hingga transisi darurat;

Laporan Kinerja (LKJ)134


- Koordinasi antara fasilitator masih belum terlaksana
dengan baik.
c) Pemecahan Masalah
- Memperbaiki persiapan dan koordinasi dengan dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk pelaksanaan
simulasi/gladi, termasuk penyediaan sarana prasarana,
lokasi, sarana prasarana, HT dan dokumen simulasi;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk menetapkan peserta gladi adalah
petugas/orang yang sudah pernah ikut serta dalam
kegiatan gladi posko;
- Merencanakan penyampaian pelaksanaan kegiatan
dengan lebih baik lagi;
- Melakukan kooordinasi yang lebih intens antara fasilitator

d) Rencana Tindak Lanjut


- Koordinasi yang lebih baik antara Pusat Krisis Kesehatan
dengan dinas kesehatan kab/kota dan dinas kesehatan
kab/kota dengan lintas sektor terkait di wilayah masing-
masing untuk kebutuhan pelaksanaan simulasi/gladi;
- Peserta yang dilibatkan tetap ikut kegiatan drill dari awal
sampai akhir, dan adanya komitmen dan pengawasan
dari Dinas Kesehatan Kab/kota;
- Pertemuan koordinasi para fasilitator tisp tim sebelum
pelaksanaan kegiatan simulasi/gladi.

1.2 Indikator Kinerja Kedua


Indikator Kinerja Pusat Krisis Kesehatan yang kedua adalah
dukungan tim bantuan kesehatan, logistik dan perlengkapan dalam
rangka penanggulangan krisis kesehatan.
Dukungan Pusat Krisis Kesehatan dalam upaya penanggulangan
krisis kesehatan pada fase tanggap darurat adalah dengan
memobilisasi tim bantuan kesehatan pusat serta pemberian bantuan
logistik kesehatan ke wilayah terdampak bencana. Tim ini terdiri dari
sub-sub klaster kesehatan yang merupakan unit kerja lintas program
Kementerian Kesehatan. Tim yang di kirim bertujuan untuk tugas
melakukan Penilaian Cepat Kesehatan/Rapid Health Assessment
(RHA) dan pendampingan manajemen krisis kesehatan di Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota wilayah terdampak bencana.
Penilaian Cepat Kesehatan/Rapid Health Assessment (RHA) adalah
kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk
menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang
diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana
(definisi WHO). Pada pelaksanaannya Tim RHA melakukan
pengumpulan data dan informasi, melakukan penilaian dampak
bencana yang dapat berpotensi menimbulkan krisis kesehatan,

Laporan Kinerja (LKJ)135


mengidentifikasi kebutuhan dasar kesehatan yang diperlukan bagi
masyarakat terdampak dengan menghasilkan rekomendasi tindakan-
tindakan prioritas yang harus segera di respon. Selain itu TIM RHA
juga melakukan pendampingan teknis dan manajemen bagi dinas
kesehatan tentang upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan
sistem klaster kesehatan.
a) Hal - hal Yang Mempengaruhi Pencapaian Target
Pada tahun 2018, Pusat Krisis Kesehatan telah melaksanakan
upaya penanggulangan krisis kesehatan pada fase tanggap
darurat dengan memobilisasi tim bantuan kesehatan pusat serta
pemberian bantuan logistik kesehatan ke wilayah terdampak
bencana, sebanyak 78 tim/paket. Ini melampaui target indikator
yang ditetapkan 24 Tim/Paket.
Adapun hal yang mempengaruhi pencapaian target kegiatan :
- Koordinasi Klaster Kesehatan Nasional berjalan dengan baik ,
sehingga pelaksanaan mobilisasi tenaga bantuan kesehatan
pusat , organisasi Profesi dan LSM dapat dilakukan secara
cepat untuk upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayah
terdampak bencana;
- Komitmen untuk dukungan bantuan kesehatan melalui
mekanisme Klaster Kesehatan Nasional sangat baik.
b) Permasalahan
- Petugas yang sudah dilatih manajemen penanggulangan krisis
kesehatan, karena kebijakan pemerintah daerah sudah di
rotasi/mutasi ke program lain, sementara petugas pengelola
program krisis kesehatan pengganti belum memperoleh transfer
ilmu pengetahunan manajemen krisis kesehatan;
- Petugas kesehatan yang dibutuhkan untuk upaya
penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota dan fasilitas kesehatan ikut terdampak
bencana sehingga pelayanan kesehatan mengalami
kelumpuhan;
- Kecepatan respon Klaster Kesehatan Nasional terhambat
karena sulitnya sarana transportasi dan jalan ke lokasi
bencana akibat terkena dampak bencana. Petugas yang dilatih
selama program peningkatan kapasitas sering diganti-ganti
sehingga di beberapa daerah cukup kesulitan saat melakukan
simulasi dan banyak persoalan yang tidak mampu direspon
peserta, serta sarana prasarana pendukung yang tidak
tersedia.
c) Pemecahan Masalah
- Melaksanakan kegiatan pendampingan ke dinas kesehatan
provinsi, kab/kota untuk memperkuat manajemen
penanggulangan krisis kesehatan;

Laporan Kinerja (LKJ)136


- Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
terdekat dan organisasi profesi dan LSM untuk mobilisasi
sumber daya kesehatan;
- Melakukan evaluasi pasca penanggulangan krisis kesehatan
untuk pembelajaran atas upaya yang dilakukan untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Koordinasi yang lebih baik antara Pusat Krisis Kesehatan
dengan dinas kesehatan kab/kota dan dinas kesehatan
kab/kota dengan lintas sektor terkait di wilayah masing-masing
untuk manajemen penanggulangan krisis kesehatan;
- Merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas manajemen
penanggulangan bencana bagi sumber daya manusia Dinas
Provinsi, Kab/Kota.

Tabel 3.41
Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan
Tahun 2018

No Kejadian Bencana Upaya Fasilitasi


1 KLB (Gizi Buruk) di Memobilisasi tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Asmat lintas program dan lintas sektor (Pusat Krisis
Kesehatan, IDI, Dit. Gizi, Dit. Kesehatan Lingkungan,
Dit. Promosi Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer)
2 Gempa Bumi Kab. Menurunkan tim Rapid Health Assessment (RHA) ke
Lebak, Banten lokasi terdampak diantaranya Dinas Kesehatan
Provinsi Banten, Dinas Kesehatan Kab. Lebak.
3 Tanah Longsor di Memobilasi tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Brebes, Jawa Tengah lintas program (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, PPK Regional Jawa Tengah)
4 Kecelakaan Kapal Menurunkan Tim Rapid Health Assessment (RHA)
Motor Sinar Bangun, dari Pusat Krisis Kesehatan, PPK Regional Sumatera
Danau Toba Utara dan tim DVI.
5 Erupsi Gunung Agung, Menurunkan Tim Rapid Health Assessment (RHA)
Karangasem, Bali dari Pusat Krisis Kesehatan dan PPK Regional Bali
6 Gempa Bumi Nusa Memobilisasi tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Tenggara Barat lintas program dan Lintas Sektor (Pusat Krisis
(Lombok) Kesehatan, Dinas Provinsi Jawa Timur, PPK
Regional Jawa Timur, PPK Regional Bali, Dit.
P2PTML, Dit. Gizi, Dit. Kesehatan Lingkungan, Dit.
Promosi Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer, Persagi,
HAKLI)
7 Gempa Bumi dan Memobilisasi tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Tsunami di Sulawesi lintas program dan Lintas Sektor (Pusat Krisis
Tengah (Palu, Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Donggala, Sigi) Selatan, PPK Regional Sulawesi Selatan, KKP

Laporan Kinerja (LKJ)137


Makassar, KKP Balikpapan, KKP Soekarno-Hatta,
Dit. Gizi, Dit. Kesehatan Lingkungan, Dit. Promosi
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dit.
Pelayanan Kesehatan Primer, Dit. Kesehatan Jiwa,
Dit. Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Persagi
(2 tim), HAKLI, IDI(2 tim), IBI (2 tim), PPNI (2 tim),
PAEI (2 tim), Universitas Brawijaya, Universitas
Gadjah Mada, Universitas Hassanudin)
8 Tanah Longsor di Kab. Memobilisasi tim Rapid Health Assessment (RHA)
Tasikmalaya, Jawa dari Pusat Krisis Kesehatan.
Barat

No Kejadian Bencana Upaya Fasilitasi


9 Gempa Bumi di Kab. Memobilisasi tim Rapid Health Assessment (RHA)
Mamasa, Sulawesi dari Pusat Krisis Kesehatan.
Barat
10 Banjir di Provinsi Riau Memobilisasi tim Rapid Health Assessment (RHA)
Pusat Krisis Kesehatan, Dinas Provinsi Riau, Dinas
Kab. Kampar
11 Banjir dan Tanah Memobilisasi tim Rapid Health Assessment (RHA)
Longsor di Provinsi Pusat Krisis Kesehatan, PPK Regional Jawa Timur,
Jawa Timur
12 Tsunami di Selat Memobilisasi tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Sunda (Prov. Banten, lintas program (Pusat Krisis Kesehatan, Dinas
Lampung) Kesehatan Provinsi Banten, Dinas Kab. Pandeglang,
Dinas Provinsi Lampung, dan Dinas Kab. Lampung
Selatan).

Sumber Daya Dan Realisasi Anggaran


1. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai yang bekerja di Pusat Krisis Kesehatan per 31
Desember 2018 adalah sebanyak 66 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak
53 orang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 13 orang adalah tenaga
pramubakti. Dari jumlah 53 orang PNS tersebut, sebanyak 13 orang
menduduki jabatan struktural (Pejabat Eselon II, III dan IV) dan 39 orang
menduduki Jabatan Fungsional Umum. Sebanyak 21 orang ditugaskan di
Bagian Tata Usaha, 8 orang di Bidang Fasilitasi Penanggulangan Krisis
Kesehatan, 8 orang di Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan dan
11 orang di Bidang Evaluasi dan Informasi. Kepangkatan pegawai di Pusat
Krisis Kesehatan antara lain, sebanyak 4 orang termasuk dalam Golongan II,
38 orang Golongan III, dan 11 orang Golongan IV.
Jenis pendidikan pegawai di Pusat Krisis Kesehatan terbagi menjadi 2
kelompok besar yaitu kelompok kesehatan sebanyak 26 pegawai dan
kelompok non kesehatan sebanyak 27 orang. Jumlah pegawai berlatang
belakang kesehatan (dokter umum, kesehatan masyarakat, gizi, dan
apoteker) hampir sebanding dengan jumlah pegawai yang memiliki latar
belakang pendidikan non kesehatan (psikologi, manajemen, hukum, sastra

Laporan Kinerja (LKJ)138


Inggris, akuntansi, sekretaris, teknik informatika, teknik elektro, administrasi
pemerintahan dan komunikasi). Ditilik dari jenjang pendidikannya, sebanyak 2
orang pegawai memiliki jenjang pendidikan akhir SMA, 5 orang dengan
pendidikan Diploma, 26 orang dengan pendidikan Sarjana dan sebanyak 19
orang dengan pendidikan Pascasarjana dan 1 orang dengan pendidikan S3.
Sedangkan dari sisi gender, perbandingan antara jumlah pegawai pria
dan jumlah pegawai wanita tidak jauh berbeda. Terdapat 22 orang pegawai
pria dan 31 orang pegawai wanita. Semua keterangan di atas dirangkum
dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.42
Data Kepegawain Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018

No. DIstribusi Pegawai Jumlah Persentase


1. Menurut Status Kepegawaian :
a. Pegawai Negeri Sipil 53 orang
b. Pramubakti 13 orang
2. Menurut Jabatan :
a. Pejabat Eselon II 1 orang
b. Pejabat Eselon III 4 orang
c. Pejabat Eselon IV 9 orang
d. Fungsional Umum 39 orang
3. Menurut eselon III :
a. Bagian Tata Usaha 1 orang
b. Bidang Fasilitasi Penanggulangan 1 orang
Krisis Kesehatan 1 orang
c. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan 1 orang
Kesiapsiagaan
d. Bidang Evaluasi dan Informasi
4. Menurut Kepangkatan :
a. Golongan II 4 orang 7,5%
b. Golongan III 38 orang 71,69%
c. Golongan IV 11 orang 20,75%
5. Menurut Latar Belakang Pendidikan :
a. Kelompok Kesehatan 26 orang 49,05%
b. Kelompok Non Kesehatan 27 orang 50,94%
6. Menurut Jenjang Pendidikan Terakhir :
a. SMA 2 orang 3,77%
b. Diploma 5 orang 9,43%
c. S1 26 orang 49,05%
d. S2 19 orang 35,84%
e. S3 1 orang 1,8%
7. Menurut Jenis Kelamin :
a. Pria 22 orang 41,50%
b. Wanita 31 orang 58,49%

Laporan Kinerja (LKJ)139


Latar belakang pendidikan pegawai di Pusat Krisis Kesehatan sangat
beragam. Hal ini mendukung keberhasilan upaya penanggulangan krisis
kesehatan yang memerlukan berbagai disiplin ilmu dan keahlian. Dari sisi
jumlah SDM yang ada, dirasakan telah cukup untuk mendukung upaya
pencapaian target kinerja organisasi tahun 2018.
Pusat Krisis Kesehatan menyadari bahwa seiring dengan perubahan
dinamika yang terjadi di berbagai Negara dan perubahan iklim sebagai
dampak adanya pemanasan global, telah berdampak terhadap kelangsungan
hidup manusia, kejadian bencana alam dan non alam yang belakang terjadi
hampir di seluruh dunia harus disikapi dengan memperkuat upaya
pengurangan risiko. Berbagai Negara sepakat untuk saling bekerjasma untuk
meningkatkan kompetensi petugas. Dalam kaitan tersebut Pusat Krisis
Kesehatan sepanjang tahun 2018 telah menugaskan sumber daya manusia
untuk mengikuti pelatihan, pertemuan, workshop dan seminar baik nasional
maupun internasional. Tabel berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang
diikuti di luar negeri, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.43
Pelatihan, Pertemuan, Workshop dan Seminar di Luar Negeri
yang Diikuti Pegawai Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018

NO. NAMA KEGIATAN LOKASI DAN WAKTU


1. Brenchmarking Visit to Observe Commonwealth Australia
Games in Gold Coast 12 sd 16 April 2018
2. Mengikuti The Seventh Meeting of The Emergency Swiss
Medical Team (EMT) 06 Februari 2018
3. Regional Consultan on Strengthenin of Emergency India
Medical Teams (EMTs) 05 sd 06 Juni 2018
4. G20 Health Working Group, Global Health Security Swiss
Agende (GHSA) Steering Group Meeting World Health 17 sd 24 Mei 2018
Assembly (WHA) ke-71 dan WHO Executive Board ke
143
5. Regional Consultan on Strengthenin of Emergency India
Medical Teams (EMTs) 05 sd 06 Juni 2018
6. The Daniel K Inouye Asia Pasipic Center For Security Amerika Serikat
Studies (DKI APCSS) Conprehensive Crisis 06 sd 14 Februari 2018
Management (CCM) Course
7 Training for the Project for Strengthening the ASEAN Jepang
Regional Capacity on Disaster Health Management 28 sd 31 Mei 2018
(ARCH Project)

8. The Third Regional Collaboration Drill, Project Working Manila, Philipina


Group I and 2 Meeting, and Regional Coordination 02 sd 08 Desember 2018
Committee Meeting for the Project for Strengthening
the ASEAN Regional Capacity on Disaster Health
Management (ARCH) di Manila , Philipina

2. Sumber Daya Anggaran


Pusat Krisis Kesehatan memperoleh anggaran yang berasal dari APBN
tahun 2018 yang dialokasikan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Laporan Kinerja (LKJ)140


(DIPA) tahun 2018 sejumlah Rp Rp 40.785.956.000,- ( empat puluh milyar
tujuh ratus delapan puluh lima juta sembilan ratus lima puluh enam ribu
rupiah) dan mengalami revisi hingga alokasi akhirnya sejumlah Rp
41.988.806.000,- (empat puluh satu milyar sembilan ratus delapan puluh
delapan juta delapan ratus enam ribu rupiah). Penambahan alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.202.850.000,- diterima Pusat Krisis Kesehatan karena adanya
kebijakan pimpinan untuk percepatan pemulihan kasus gizi buruk di
Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Dari alokasi anggaran tersebut di atas, realisasinya pada tahun 2018
adalah sebesar Rp 40.489.438.034 ,- (96,43 %).
Jika dibandingkan dengan alokasi akhir anggaran tahun 2017 ( Rp.
28.204.081.000,-) maka alokasi akhir anggaran tahun 2018 secara persentase
terjadi penurunan. Realisasi penyerapan anggaran tahun 2017 sebesar
99,32% (Rp. 28.011.901.578,-). Namun jika dibandingkan dengan pagu
anggaran tahun 2017 dengan tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 49 %
(Rp.13.784.725.000,-). Sehingga secara kwantitatif realisasi tahun anggaran
2018 terjadi peningkatan. Berikut ini perbandingan alokasi dan realisasi
anggaran tahun 2017 dengan tahun 2018 :

Gambar 3.31.
Grafik Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Pusat Krisis
KesehatanTahun 2016, 2017 dan 2018

60.000.000.000

50.000.000.000

40.000.000.000

30.000.000.000

20.000.000.000

10.000.000.000

-
ALOKASI REALISASI PERSENTASE
2016 55.795.030.000 36.756.700.534 65,88
2017 28.204.081.000 28.011.901.578 99,32
2018 41.988.806.000 40.489.438.034 96,43

Laporan Kinerja (LKJ)141


Tabel 3.44
Realisasi Anggaran Pusat Krisis Kesehatan Berdasarkan Indikator Kinerja
Pada tahun 2017 dan 2018

Secara garis besar, alokasi anggaran di Pusat Krisis Kesehatan


dikelompokkan dalam empat output kegiatan yaitu :
(1) Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan;
(2) Penanggulangan Krisis Kesehatan;
(3) Layanan Internal dan
(4) Layanan Perkantoran.
Kegiatan - kegiatan utama yang dilakukan untuk mencapai target
Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan tahun 2018 terdapat pada
output Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan. Berikut ini alokasi dan realisasi
anggaran untuk setiap output :

Tabel 3.45
Alokasi dan Realisasi Anggaran per Output Pusat Krisis Kesehatan
Tahun 2018

NO OUTPUT ALOKASI REALISASI PERSENTASE


1. Pengurangan Risiko 15.550.001.000 15.524.532.800 99,8 %
Krisis Kesehatan
2. Penanggulangan 7.149.061.000 6.465.258.320 90,43 %
Krisis Kesehatan
3. Layanan Internal 12.514.944.000 12.158.535.752 97,15 %
4. Layanan Perkantoran 6.774.800.000 6.341.111.162 93,60 %
J U M L A H 41.988.806.000 40.489.438.034 96,43 %

Jika data pada tabel di atas diamati, maka terlihat alokasi anggaran
terbesar terdapat pada output Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan.
Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam output ini adalah kegiatan-
kegiatan prabencana. Hal ini sesuai dengan kebijakan dan paradigma

Laporan Kinerja (LKJ)142


penanggulangan krisis kesehatan bahwa upaya penanggulangan krisis
dititikberatkan pada upaya sebelum terjadinya krisis kesehatan dengan
tetap melaksanakan upaya saat dan pasca krisis kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, anggaran Pusat Krisis Kesehatan mengalami
dua kali revisi DIPA, antara lain Revisi I dalam rangka pergeseran
anggaran antar output dan Revisi II dalam rangka efisiensi anggaran.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Berdasarkan Neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun anggaran 2018,
tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan
digunakan di Pusat Krisis Kesehatan sampai dengan 31 Desember 2018
bernilai Rp 636.515.878.515,-. Aset BMN ini tersebar di kantor Pusat
Pusat Krisis Kesehatan, 9 (sembilan) Pusat Penanggulangan Krisis
Regional dan 2 (dua) Pusat Penanggulangan Krisis Sub-Regional.
Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat
Krisis Kesehatan tahun 2018 telah memadai dalam mendukung
pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan. Rincian sumber daya sarana dan
prasarana adalah sebagai berikut :
Tabel 3.46
Rincian Sumber Daya Sarana dan Prasarana Pusat Krisis Kesehatan
Tahun 2018

SALDO PER 31
KODE AKUN NERACA
NOVEMBER 2018
117111 Barang Konsumsi 32.990.000
117126 Aset Tetap lainnya untuk diserahkan 522.000.000
kepada Masyarakat
117127 Aset Lain-lain untuk diserahkan masyarakat 151.116.200
117128 Barang Persediaan Lainnya untuk 224.049.664
dijual/diserahkan ke masyarakat
117191 Peralatan untuk tujuan strategis/berjaga- 4.242.972.172
jaga
131111 Tanah 607.755.546.000
132111 Peralatan dan Mesin 5.282.006.106
133111 Gedung dan Bangunan 28.972.649.642
134113 Jaringan 517.639.950
135121 Aset Tetap Lainnya 32.515.670
136111 Konstruksi dalam pekerjaan 49.500.000
166112 Aset Tetap Yang Tidak Digunakan dalam 90.701.000
operasi pemerintah
J U M L A H 647.873.686.404

Laporan Kinerja (LKJ)143


Analisa Atas Efisiensi Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya yang dimiliki suatu organisasi merupakan faktor penentu
dalam keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Demikian
halnya dengan Pusat Krisis Kesehatan sebagai salah satu organisasi dalam
struktur Kementerian Kesehatan yang dalam pelaksanaan tugasnya
menetapkan sasaran kerja yang dituangkan dalam Target Kinerja yang
ditetapkan setiap tahun. Untuk pencapaian target kinjera tersebut didukung
dengan sumber daya yang ada terdiri dari sumber daya manusia dan sarana
prasarana ( alat, dana dan metode (peraturan/pedoman).
Untuk pencapaian target kinerja disusunlah dalam program-program yang
saling berkait. Oleh karena itu, setiap sumber daya yang ada harus mampu
dikelola sebaik baiknya dengan cara efektif, efisien dan akuntabel.
Saat ini Pusat Krisis Kesehatan didukung sumber daya manusia
sebanyak 66 orang terdiri dari 53 orang berstatus ASN dan 13 orang tenaga
kontrak. Untuk menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian tugas
sehari-hari di dukung oleh pejabat struktural 13 orang ( (Pejabat Eselon II, III
dan IV) dan 39 orang menduduki Jabatan Fungsional Umum. Apabila dilihat
dari Jenis pendidikan pegawai terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
kelompok kesehatan sebanyak 26 pegawai dan kelompok non kesehatan
sebanyak 27 orang. Jumlah pegawai berlatang belakang kesehatan (dokter
umum, kesehatan masyarakat, gizi, dan apoteker) hampir sebanding dengan
jumlah pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan non kesehatan
(psikologi, manajemen, hukum, sastra Inggris, akuntansi, sekretaris, teknik
informatika, teknik elektro, administrasi pemerintahan dan komunikasi). Ditilik
dari jenjang pendidikannya, sebanyak 2 orang pegawai memiliki jenjang
pendidikan akhir SMA, 5 orang dengan pendidikan Diploma, 26 orang dengan
pendidikan Sarjana dan sebanyak 19 orang dengan pendidikan Pascasarjana
dan 1 orang dengan pendidikan S3.
Sedangkan dari sisi gender, perbandingan antara jumlah pegawai pria
dan jumlah pegawai wanita tidak jauh berbeda. Terdapat 22 orang pegawai
pria dan 31 orang pegawai wanita. Kondisi ini tidak tidak menyebabkan
terjadinya perbedaan, dengan sistim pembinaan yang saat ini berjalan
seluruh staf memiliki kompetensi yang sama untuk menjalankan tugas
kedinasan, baik di kantor maupun khususnya pada kondisi bencana.

Laporan Kinerja (LKJ)144


Gambar 3.32
Grafik Distribusi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pusat Krisis Kesehatan
Tahun 2018Berdasarkan Tingkat Pendidikan

SMA

Diploma
2% 4%
Sarjana (S1)
9%
36% Paska Sarjana (S2)

Doktor (S3)
49%

Sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan


kesehatan dan non kesehatan yang hampir sebanding jumlahnya dan jumlah
ASN wanita yang lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan ASN pria , hal
ini merupakan keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Pusat Krisis Kesehatan.
Kondisi ini di satu sisi jelas memiliki kelebihan dan kekurangan dengan
melihat tugas pokok dan fungsi organsisasi Pusat Krisis Kesehatan dalam
mengkoordinasikan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Pemanfaatan sumber daya manusia bagi Pusat Krisis Kesehatan bukan
merupakan penghambat untuk dalam mencapai target kerja. Kebijakan dan
sistim yang dibangun dalam peningkatan kapasitas petugas dalam berbagai
pelatihan merupakan upaya untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi yang diharapkan.
Hal ini sesuai dengan amanat UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang menyatakan bahwa “ Pengembangan PNS harus sejalan
dengan perubahan dalam sistim penyelenggaraan pemerintahan”. Merujuk
pada undang-undang tersebut secara jelas mengamanatkan bahwa setiap
sumberdaya manusia yang berada disuatu organisasi , termasuk Pusat Krisis
Kesehatan perlu mendapat perhatian secara khusus, selain melalui jenjang
formal dan pelatihan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada standar
kompetensi merupakan suatu syarat agar menghasilkan sumber daya
manusia yang siap menghadapi segala perubahan internal maupun external
organisasinya. Pusat Krisis Kesehatan secara periode memberikan
kesempatan kepada staf untuk meningkatkan kapasitas melaui pendidikan
formal baik dengan mekanisme tugas belajar, izin belajar maupun secara

Laporan Kinerja (LKJ)145


mandiri. Secara informal kegiatan peningkatan kapasitas untuk mengurangi
kesenjangan dilakukan tidak hanya di dalam kelas tetapi juga dengan
melibatkan dalam setiap kegiatan lapangan. Dari pengalaman yang sudah
dilakukan, perbedaan latar belakang pendidikan kesehatan dan non
kesehatan bukan merupakan suatu masalah akan tetapi saling melengkapi.

Grafik 3.33
Perbandingan Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Pusat Krisis
KesehatanTahun 2016, 2017 dan 2018

54
53,5
53
52,5
52
51,5
51
50,5
50
49,5
2016 2017 2018
Jumlah ASN 54 51 53

Dari grafik di atas menggambarkan jumlah pegawai Pusat Krisis


Kesehatan meskipun mengalami pergerakan berkurang dan bertambah,
disebabkan adanya pegawai yang mengalami mutasi pegawai dari Dinas
Kesehatan Provinsi ke Pusat Krisis Kesehatan dan memasuki purna bakti.
Secara umum dengan jumlah pegawai yang saat ini ada masih memadai
untuk mendukung tugas pokok dan fungsi organisasi.

2. Sumber Daya Anggaran


Untuk mendukung terlaksananya tugas pokok dan fungsi Organisasi
Penanggulangan Krisis Kesehatan didukung dengan anggaran yang berasal
dari APBN.
Dari rentang waktu tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 dapat
digambarkan perbandingan besaran anggaran yang telah digunakan, sebagai
berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)146


Tabel 3.47
Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi Pusat Krisis
KesehatanTahun 2016, 2017 dan 2018

No Tahun Alokasi Realisasi Persentase Capaian


Anggaran Realisasi Fisik
1. 2016 55.795.030.000 36.756.700.534 65,88% 100 %
2. 2017 28.204.081.000 28.011.901.578 99,32% 100%
3. 2018 41.988.806.000 40.489.438.034 96,43% 100%

Jika dilihat dari data pada tabel di atas, pada kurun waktu tiga tahun
terakhir Pusat Krisis Kesehatan mendapat alokasi anggaran terbesar pada
tahun 2016 yakni sebesar Rp. 63.965.411.000,- namun dari realisasinya
paling rendah yaitu sebesar 65,88%. Realisasi tertinggi terjadi pada tahun
2017 sebesar 99,32 % dengan alokasi anggaran Rp. 38.460.976.000,-
sementara tahun 2018 meskipun alokasi anggaran yang diperoleh lebih besar
daripada tahun 2017, yakni Rp. 41.988.806.000,-namun realisasinya
mencapai 96,43%.
Jika dilihat dari capaian fisik dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
secara fisik telah memenuhi target yakni 100%.
Perbedaan pada capaian realisasi anggaran dapat dijelaskan karena :
a. Pada tahun 2016 terjadi 7 kali revisi anggaran yang disebabkan oleh
adanya kebijakan terkait dengan efisiensi anggaran tahap I dan II,
perubahan nomenklatur organisasi, penghapusan output cadangan,
pergeseran anggaran antar kode akun dan pencatatan hibah luar negeri.
Revisi yang terjadi secara langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan
kegiatan, karena prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun
proses revisi tersebut tidak mengubah taget kinerja sehingga meskipun
serapan yang terjadi rendah , tetapi capaian fisik sesuai target yakni
mencapai 100%.
b. Untuk tahun 2017, alokasi anggaran Pusat Krisis Kesehatan lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2016, yakni sebesar Rp. 38.460.976.000,-
Dengan alokasi yang tersedia di fokuskan pada output pengurangan risiko
krisis kesehaan. Hal ini sesuai dengan kebijakan dan paradigma
penanggulangan krisis kesehatan bahwa upaya penanggulangan krisis
dititikberatkan pada upaya sebelum terjadinya krisis kesehatan dengan
tetap melaksanakan upaya saat dan pasca krisis kesehatan. Dan
implementasinya dilakukan dengan penambahan indikator target dari
sebelumnya 1 indikator , yakni Jumlah Provinsi,Kab/kota yang mendapat
dukungan untuk melaksanakan program pengurangan risiko krisis
kesehatan dengan target 84 lokasi , ditambah dengan 1 indikator, yaitu
jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi, kab/kota dalam
penanggulangan krisis kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, anggaran Pusat Krisis Kesehatan mengalami
beberapa kali revisi DIPA, antara lain; revisi dalam rangka pergeseran

Laporan Kinerja (LKJ)147


anggaran antar output; karena ada penambahan indikator dan revisi II
dalam rangka efisiensi anggaran.
Meskipun terjadi revisi karena adanya efisiensi anggaran, namun alokasi
yang digunakan untuk capaian target indikator tidak berpengaruh. Capaian
realisasi anggaran dan fisik tahun 2017 sebesar 99,32 % dengan serapan
Rp. 28.204.081.000,- sedangkan capaian fisik mencapai 100 %.
c. Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2018 memperoleh alokasi melalui
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2018 sejumlah Rp Rp
40.785.956.000,- dan mengalami revisi hingga alokasi akhirnya sejumlah
Rp 41.988.806.000,-. Penambahan alokasi anggaran sebesar Rp.
1.202.850.000,- diterima Pusat Krisis Kesehatan karena adanya kebijakan
pimpinan untuk percepatan pemulihan kasus gizi buruk di Kabupaten
Asmat, Provinsi Papua.
Dalam perjalanan tidak terjadi revisi yang menyebabkan berkurangnya
alokasi anggaran yang sudah ditetapkan, namun ada terjadi revisi yang
dilakukan menjelang akhir tahun anggaran. kegiatan yang semula
diperuntukkan renovasi ruang kerja karena adanya kebijakan pimpinan
harus pindah gedung kantor dari yang semula di Gedung Adhiatma ke
Gedung Sujudi, anggaran semula di relokasi ke dukungan manajemen.
Penambahan untuk anggaran dukungan manajemen mempertibangkan
kebutuhan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat kejadian
bencana di Provinsi Sulawesi Tengah yang membutuhkan dukungan untuk
pelayanan kesehatan.
Dari alokasi anggaran tersebut di atas, realisasinya pada tahun 2018
adalah sebesar Rp 40.489.438.034,- (96,43 %) dengan capaian fisik
memenuhi target melampaui 100 %. Hal ini dimungkinkan karena adanya
efesiensi dalam pengelolaan anggaran dan mempetimbangkan adanya
potensi krisis kesehatan di 6 kabupaten/kota yang berdasarkan ancaman
risiko diwilayah tersebut sangat besar berdasarkan 3 (tiga) faktor yaitu bahaya
(hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity). Risiko
bencana di suatu wilayah berbanding lurus dengan tingkat bahaya dan
kerentanan di wilayah tersebut, semakin tinggi tingkat bahaya dan
kerentanan, semakin tinggi risiko bencananya. Sebaliknya, semakin tinggi
kapasitas menanggulangi bencana, akan semakin rendah risiko bencananya.
Olah karena itu, prinsip pengurangan risiko bencana adalah bagaimana
menurunkan tingkat bahaya dan kerentanan serta meningkatkan kapasitas
sehingga dampak dari suatu bencana dapat diminimalisir semaksimal
mungkin. Dalam kaitan tersebut maka dengan mempetimbangakan upaya
pengurangan risiko maka target kinerja yang semula ditetapkan berjumlah 84
lokasi di tambah 6 lokasi sehingga menjadi 90 lokasi.
Pencapaian target indikator kinerja 2018 melebihi dari target yaitu ;
- Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk
melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan yang semula di
tetapkan 84 lokasi dalam realisasinya mencapai 90 lokasi ( 107 %) ;
- Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan
kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan, dengan target

Laporan Kinerja (LKJ)148


awal adalah 24 Tim/paket pada realisasinya mencapai 78 Tim/paket (325
%). Untuk indikator kedua capaian melebihi target terjadi karena adanya
kejadian bencana gempa bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
gempa dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah , yang berdampak pada
kehidupan masyarakat. Sehingga dukungan yang diberikan untuk
penguatan percepatan pelayanan kesehatan dan pemulihan darurat
membutuhkan sumber daya kesehatan dalam jumlah besar.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Dalam prinsip manajemen, sumber daya sarana dan prasarana
merupakan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pusat Krisis Kesehatan sebagai sebuah organisasi yang memiliki
tugas pokok dan fungsi penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penanggulangan krisis
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hal tersebut maka sumber daya sarana dan prasarana yang
dimiliki dapat disebut sebagai Barang Milik Negara. Secara garis besar BMN
yang berada di bawah pengelolaan Pusat Krisis Kesehatan dapat di
kategorikan sarana dan prasarana untuk kegiatan penunjang tugas sehar-hari
dan penunjang tugas penanggulangan krisis kesehatan.
Berdasarkan Neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun anggaran 2018,
tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan
di Pusat Krisis Kesehatan sampai dengan 31 Desember 2018 bernilai Rp
647.873.686.404,-. Aset BMN ini tersebar di kantor pusat Pusat Krisis
Kesehatan, 9 (sembilan) Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan 2 (dua)
Pusat Penanggulangan Krisis Sub-Regional. Aset tahun 2018 nilainya lebih
rendah dari aset tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp. 654.944.114.570,-
sementara nilai aset BMN tahun 2017 jumlahnya lebih rendah dari tahun 2018
yaitu berjumlah Rp. 636.515.878.515,- .Perubahan nilai aset tersebut karena
adanya penambahan dan serah terima beberapa aset BMN Pusat Krisis
Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota , berupa
barang bergerak dan barang habis pakai.
Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat
Krisis Kesehatan tahun 2018 telah memadai dalam mendukung pencapaian
Indikator Kinerja Kegiatan.
Untuk jelasnya perbandingan nilai aset BMN dapat dilihat pada tabel
berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)149


Tabel 3.48
Perbandingan Nilai Aset Barang Milik Negara (BMN) Pusat Krisis
KesehatanTahun 2016, 2017 dan 2018

ASET BMN 2016 2017 2018


PUSAT KRISIS KESEHATAN (Rp) (Rp) (Rp)
Barang Konsumsi 74.392.900 650.000 32.990.000
Bahan Baku 179.972.935 - -
Persediaan Untuk Tujuan 10.891.039.906 4.242.972.172 4.242.972.172
Strategis/Berjaga-jaga
Tanah 588.643.599.999 588.643.560.000 607.755.546.000
Peralatan dan Mesin 11.604.357.961 6.420.335.288 5.282.006.106
Gedung dan Bangunan 42.558.426.635 36.565.676.297 28.972.649.642
Jaringan 540.227.364 525.169.088 517.639.950
Aset Tetap Dalam Renovasi 222.925.000 - -
Aset Tetap Lainnya 32.515.670 32.515.670 32.515.670
Konstruksi Dalam 121.605.000 - 49.500.000
Pengerjaan
Software 49.375.000 - -
Aset Tetap Yang Tidak 25.676.200 - 90.701.000
Digunakan Dalam Operasi
Pemerintahan
Barang Persediaan Lainnya 85.000.000 224.049.664
Untuk Dijual/Diserahkan Ke
Masyarakat
Aset Tetap Lainnya Untuk - - 522.000.000
Diserahkan Kepada
Masyarakat
Aset Lain-lain Untuk - - 151.116.200
Diserahkan Masyarakat
Nilai Aset BMN 654.944.114.570 636.515.878.515 647.873.686.404

Kegiatan Penunjang Di Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018


Selain melaksanakan kegiatan-kegiatan guna mencapai target Indikator
Kinerja. Kegiatan (IKK), Pusat Krisis Kesehatan juga melaksanakan kegiatan-
kegiatan lain yang mendukung pencapaian target IKK tersebut. Dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Pusat Krisis Kesehatan tahun 2018, kegiatan-kegiatan
utama sebagaimana yang telah diuraikan di atas, dimasukkan dalam output
“Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan”. Selain kegiatan utama, dalam output
tersebut juga terdapat kegiatan-kegiatan penunjang pencapaian target IKK.
Kegiatan-kegiatan penunjang lainnya yang bersifat dukungan layanan
manajemen perkantoran, dimasukkan ke output-output yang lain.
Jika ditinjau dari konsepsi siklus penanggulangan bencana, kegiatan
utama yang diuraikan sebelumnya merupakan kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam upaya prabencana. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam upaya
tanggap darurat maupun pascabencana juga dilaksanakan oleh Pusat Krisis
Kesehatan dan dimasukkan ke output "Penanggulangan Krisis Kesehatan".

Laporan Kinerja (LKJ)150


Tabel berikut ini menguraikan output-output yang terdapat pada Rencana
Kerja dan Anggaran Pusat Krisis Kesehatan tahun 2018 beserta pencapaiannya :

Tabel 3.49
Output Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2018

No. Nama Output Target Capaian Persentase Keterangan


Output
1. Pengurangan 84 Lokasi 90 107 % Kegiatan utama maupun
Risiko Krisis Lokasi penunjang terdapat
Kesehatan dalam output ini dan
semuanya merupakan
kegiatan-kegiatan
prabencana.
2. Penanggulangan 24 78 325 % Berisi kegiatan
Krisis Kesehatan Tim/Paket Tim/Pak penunjang dan
et semuanya merupakan
kegiatan-kegiatan
tanggap darurat dan
pascabencana.
3. Layanan Internal 1 Layanan 1 100 Berisi kegiatan
Layanan penunjang yang sifatnya
mendukung pelaksanaan
manajemen dan
administrasi perkantoran
seperti kearsipan, rapat-
rapat teknis, kegiatan
perencanaan,
penganggaran, evaluasi
dan lain sebagainya.
4. Layanan 1 Layanan 1 100 Berisi kegiatan
Perkantoran Layanan penunjang yang jenis
belanjanya sudah
ditentukan besaran
alokasinya maupun
peruntukannya dan
bersifat tidak flexibel
(belanja mengikat).

Pada laporan ini, kegiatan penunjang tidak akan diuraikan satu persatu.
Namun, beberapa kegiatan penunjang unggulan dan kegiatan yang spesifik
terkait penanggulangan krisis kesehatan, akan diuraikan sebagai berikut :
a) Kegiatan-kegiatan Terkait Penetapan Pusat Krisis Kesehatan sebagai
World Health Organisation Collaborating Centre for Training and Research
on Disaster Risk Reduction
Pusat Krisis Kesehatan telah menyandang predikat sebagai World Health
Organization Collaborating Centre (WHO CC) untuk Pelatihan dan
Penelitian dalam Pengurangan Risiko Bencana pada bulan November
tahun 2012. Penunjukan sebagai WHO CC ini berlaku hingga bulan
November tahun 2016. Pada tahun 2016 Pusat Krisis Kesehatan berhasil

Laporan Kinerja (LKJ)151


memperpanjang predikat ini untuk masa kerja 4 (empat) tahun hingga
bulan November tahun 2020.
WHO CC merupakan institusi yang ditunjuk oleh WHO Director General
untuk bersama-sama membentuk jaringan kolaborasi internasional serta
menjalankan aktivitas yang mendukung program-program WHO. Kerja
sama awal berakhir setelah 4 tahun dan setelah itu dapat dilakukan proses
penunjukan ulang atau re-designation. Dengan adanya kolaborasi tersebut,
WHO mendapatkan manfaat karena telah dibantu oleh institusi-institusi
terbaik di seluruh dunia untuk menjalankan program-program yang telah
dimandatkan pada WHO. Begitu pula dengan institusi-institusi yang
berkolaborasi, penunjukan sebagai WHO CC membuat program kesehatan
institusi-institusi tersebut semakin mendapatkan perhatian dari para
pemegang kebijakan dan masyarakat, juga mendapatkan kesempatan
untuk bertukar informasi serta mengembangkan kerjasama teknis dengan
insitusi-institusi lainnya di seluruh dunia. Keuntungan lainnya adalah
institusi tersebut memiliki kesempatan untuk mendapatkan bantuan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan dari pihak donor
Saat ini terdapat lebih dari 800 institusi di lebih dari 80 negara yang telah
menjadi WHO CC. Di Indonesia terdapat 2 WHO CC yang masih aktif yaitu
WHO CC untuk Pencegahan Ketulian serta Gangguan Pendengaran
(Institusi : Universitas Indonesia serta WHO CC untuk Pelatihan dan
Penelitian dalam Pengurangan Risiko Bencana (Institusi : Pusat Krisis
Kesehatan Kementerian Kesehatan) yang merupakan bagian dari subjek
kedaruratan dan upaya kemanusiaan.
Kegiatan-kegiatan terkait WHO CC mengacu pada workplan yang
disepakati PKK dan WHO untuk kegiatan tahun 2016 – 2020 yaitu :
1. Memperkuat manajemen risiko di wilayah risiko tinggi bencana;
2. Memperkuat kesiapsiagaan fasilitas kesehatan untuk bencana;
3. Memperkuat koordinasi klaster/sektor kesehatan dan mobilisasi sumber
daya untuk program pengurangan risiko bencana;
4. Memperkuat Sistem informasi dan komunikasi untuk kedaruratan;
5. Program pelatihan pengurangan risiko bencana baik nasional maupun
internasional.

Laporan Kinerja (LKJ)152


Tabel 3.50
Pencapaian Pokja WHO CC tahun 2018

Program Kegiatan Target 2016 -2020 Pencapaian Target Kinerja


WHO CC
Memperkuat Menyusun - Assesment Kapasitas Daerah 42 kab/kota
manajemen risiko di pemetaan hazard Dalam Penerapan Manajemen
wilayah risiko tinggi dan kerentananan Penanggulangan Krisis
bencana hingga level provinsi Kesehatan.
- Pendampingan Penyusunan
Peta Respon
- Workshop Penyusunan 9 provinsi
Rencana Kontijensi
- Workshop Penyusunan Peta
Respon.
- Pendampingan Penyusunan 34 Kab/Kota
Rencana Kontijensi
- Table Top Exercise Penerapan 15 Kab/Kota
Manajemen Penanggulangan
Krisis Kesehatan
- Penyelenggaraan Geladi 8 Kab/Kota
Penanggulangan Krisis
Kesehatan.
Memperkuat Penguatan - Pertemuan koordinasi Klaster Dokumen
koordinasi koordinasi dan Kesehatan Nasional : Evaluasi dan
klaster/sektor kolaborasi serta  Tema : Percepatan Rekomendasi
kesehatan dan peningkatan Pemulihan Pelayanan tindak lanjut
mobilisasi sumber kapasitas Kesehatan pasca bencana
daya untuk program gempa bumi,tsunami dan
pengurangan risiko likuifaksi di Provinsi
bencana Sulawesi Tengah
(Jakarta,13-14 Nov 2017)
 Tema : Kesiapsiagaan
Klaster Kesehatan dalam
Menghadapi Ancaman
Banjir Bandang dan Tanah
Longsor (Medan, 12-14 Juli
2017)
- Pertemuan Koordinasi Sub
Klaster Kesehatan (6 kali yaitu
Sub klaster Kespro, Yankes,
Gizi, Keswa, Pengendalian
penyakit dan DVI)
- Workshop Manajemen 9 provinsi dan
Penanggulangan Krisis 37 Kab/kota
Kesehatan pada Klaster
Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)153


Program Kegiatan Target 2016 -2020 Pencapaian Target Kinerja
WHO CC
Memperkuat Sistem Sistem informasi - Pelatihan Sistem Informasi 34 kab/kota
informasi dan terintegrasi dan Penanggulangan Krisis
komunikasi untuk kajian operasional Kesehatan.
kedaruratan PRB200 - Menyusun Buku Tinjauan Buku
Penanggulangan krisis
Kesehatan Tahun 2018
- Menyusun Buku Profil Buku
Penanggulangan Krisis
Kesehatan di 37
kabupaten/kota dan 9 provinsi
 Sosialisasi Upaya 18 kab/kota
Pengurangan Risiko Krisis
Kesehatan

Program pelatihan Progra peningkatan  Kajian Pengurangan Risiko Kab Banjar,


pengurangan risiko kapasitas terkait Bencana Kabut Asap di Prov Kalsel
bencana baik PRB bekerja sama dengan MDCM
nasional maupun  Kajian Pengurangan Risiko Kab Pesisir
internasional Bencana gempa bumi dan Selatan, Prov
tsunami bekerja sama dengan Sumbar
Universitas Indonesia
 Kajian pengurangan Risiko
Bencana Banjir dan Tanah Kab.Tanggamu
longsor , Provinsi
Lampung

Pada tahun 2018 terdapat kegiatan rapat konsultasi dan kunjungan dari
luar negeri untuk belajar pengalaman Kementerian Kesehatan dalam
penanggulangan krisis kesehatan, yaitu :
1. Pertemuan konsultasi dan Perkuatan Pembentukan Emergency Medical
Teams (EMTs), 5-6 June 2018, in New Delhi, India.
2. Kunjungan Kementerian Kesehatan Republik Srilanka ke Pusat Krisis
Kesehatan difasilitasi oleh WHO Indonesia pada bulan November dan
Desember 2018.
3. Kunjungan Kementerian Kesehatan Republik Demokrasi Timor Leste ke
Pusat Krisis Kesehatan difasilitasi oleh WHO pada bulan September
2018.

b) Kegiatan Piket Pemantauan Krisis Kesehatan


Krisis kesehatan akibat bencana dapat terjadi setiap saat dan di setiap
tempat sehingga perlu dilakukan upaya secara cepat dan tepat untuk
mengurangi angka kesakitan, kecacatan dan kematian. Untuk dapat
merespon permasalahan krisis kesehatan akibat bencana agar tidak
menimbulkan dampak yang luas terhadap kehidupan dan penghidupan
masyarakat, diperlukan ketersediaan informasi krisis kesehatan secara
cepat dan tepat, baik pada saat terjadinya bencana maupun pasca
bencana.

Laporan Kinerja (LKJ)154


Informasi krisis kesehatan tersebut diperoleh Pusat Krisis Kesehatan
melalui kegiatan piket pemantauan krisis kesehatan yang dilakukan setiap
hari selama 24 jam. Penanggung Jawab Piket Pemantauan Krisis
Kesehatan adalah seluruh pejabat Eselon III pada Pusat Krisis Kesehatan,
supervisor adalah eselon IV dan Koordinatornya adalah staf sub bidang
Pemantauan dan Informasi. Sedangkan pelaksana Piket Pemantauan
Krisis Kesehatan adalah staf bidang pemantauan dan informasi (pada jam
kantor) serta Pramubakti Pusat Krisis Kesehatan (di luar jam kantor).
Pelaksanaan piket pemantauan krisis kesehatan terbagi dalam 2 shift per
harinya. Shift pertama berada di jam kerja (08.00-16.00 WIB) dan shift
kedua di luar jam kerja (16.00-08.00 WIB). Petugas piket melaksanakan
pemantauan melalui media informasi berupa televisi, telepon, internet,
radio komunikasi , pelaporan Android dan pengaduan melalui website PKK.
Kejadian-kejadian krisis kesehatan yang terpantau kemudian dilaporkan
pada jam-jam penyampaian laporan yang sudah ditentukan dan
diperbaharui setiap hari di jam-jam tersebut (bila perlu di luar jam tersebut)
sampai masa tanggap darurat dinyatakan berakhir. Pelaporan ini dikoreksi
oleh koordinator (sistem on call), untuk selanjutnya dikirim ke supervisor
dan penanggung jawab piket melalui grup Whatsapp PKK dan milis PKK.
Hasil dari petugas piket dikaji secara berjenjang oleh supervisor dan
penanggung jawab piket untuk selanjutnya memberikan
masukan/rekomendasi pada Kepala Pusat Krisis Kesehatan terkait respon
yang dibutuhkan.
Selain melaporkan data kejadian krisis kesehatan kepada pimpinan,
petugas piket juga diwajibkan menginput data-data kejadian krisis
kesehatan ke dalam Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan
(SIPKK). SIPKK adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung penanggulangan krisis
kesehatan. SIPKK akan mengolah data yang diinput untuk menghasilkan
informasi penanggulangan krisis kesehatan yang sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam merespon kejadian krisis kesehatan.
(1) Hasil Yang Di Capai
Dengan adanya kegiatan pemantauan krisis kesehatan, diperoleh
database penanggulangan krisis kesehatan yang meliputi :
- Jumlah kejadian krisis kesehatan, korban meninggal, luka
berat/dirawat inap, luka ringan/dirawat jalan, korban hilang dan
pengungsian berdasarkan jenis kejadian bencana (bencana alam,
bencana non alam dan bencana sosial);
- Jumlah kejadian krisis kesehatan, korban meninggal, luka
berat/dirawat inap, luka ringan/dirawat jalan, korban hilang dan
pengungsian berdasarkan provinsi;
- Jumlah kejadian krisis kesehatan, korban meninggal, luka
berat/dirawat inap, luka ringan/dirawat jalan, korban hilang dan
pengungsian berdasarkan provinsi dan jenis bencana;

Laporan Kinerja (LKJ)155


- Jumlah kejadian krisis kesehatan, korban meninggal, luka
berat/dirawat inap, luka ringan/dirawat jalan, korban hilang dan
pengungsian berdasarkan provinsi dan waktu kejadian bencana;
- Kerusakan fasilitas pelayanan kesehatan akibat bencana;
- Gambaran 10 penyakit terbanyak yang timbul pada tiap kejadian
krisis kesehatan;
- Upaya yang dilakukan oleh klaster kesehatan di daerah dan pusat
untuk merespon kejadian krisis kesehatan.
(2) Data Pemantauan Krisis Kesehatan
Data - data hasil pemantauan krisis kesehatan kemudian diolah
sehingga dapat dihasilkan produk-produk informasi yang digunakan
untuk pengembangan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan dan
pengambilan keputusan. Produk-produk informasi yang dimaksud
antara lain :
- Infografis upaya penanggulangan krisis kesehatan;
- Laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan penanggulangan
krisis kesehatan;
- Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan;
- Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Pada tahun 2018 terdapat 2.431 kejadian yang dipantau dan 357 di
antaranya masuk dalam kategori krisis kesehatan. Berikut rinciannya.

Tabel 3.51
Rekapitulasi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2018

No. Uraian Jumlah


1. Krisis kesehatan 357 kali
2. Korban meninggal 4.675 jiwa
3. Luka berat/dirawat inap 15.198 orang
4. Luka ringan/dirawat jalan 164.061 orang
5. Pengungsi 1.057.056 orang
6. Kerusakan fasilitas pelayanan 168 faskes
kesehatan

8. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat


Sasaran pengelolaan komunikasi publik adalah meningkatnya pengelolaan
komunikasi publik, memiliki 3 (tiga) indikator kinerja kegiatan yaitu :
1. Jumlah Publikasi Program Pembangunan Kesehatan yang
disebarluaskan kepada masyarakat.
2. Persentase layanan masyarakat (permohonan informasi dan pengaduan
masyarakat) yang diselesaikan.
3. Jumlah Kementerian Lain yang mendukung pembangunan kesehatan.
A. CAPAIAN KINERJA
Besaran target dan realisasi masing-masing indikator sebagaimana
tertera pada tabel berikut ini:

Laporan Kinerja (LKJ)156


Tabel 3.52
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

PROGRAM/ INDIKATOR T R T R T R
NO SASARAN
KEGIATAN 2016 2016 2017 2017 2018 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Meningkatnya 1 Jumlah publikasi
pengelolaan kesehatan yang
komunikasi disebarluaskan
dan kepada 8744 9884
pelayanan masyarakat
masyarakat
2 Persentase
Pengelolaan pelayanan
Komunikasi permohonan
6 Publik dan 90% 97%
informasi dan
Pelayanan pengaduan yang
Masyarakat telah diselesaikan
1 Jumlah publikasi
program
pembangunan
kesehatan yang 9000 8794 9500 16881
disebarluaskan
kepada
masyarakat
2 Persentase
layanan
masyarakat
(permohonan
96% 98,25% 97% 97,52%
informasi dan
pengaduan
masyarakat) yang
diselesaikan
Meningkatnya 3 Presentase
jumlah Kementerian Lain
Kementerian yang Mendukung
Lain yang Pembangunan 30% 41,17% 40% 44.11%
mendukung Kesehatan
Pembangunan
Kesehatan

• Peningkatan output pada indikator I dikarenakan beberapa hal antara


lain:
1. Adanya isu mengenai bencana,JKN
2. Penerbitan foto berita
3. Kebijakan pembangunan kesehatan yang disebarkan di IG melalui
Info Grafis.
4. Ekspose hasil pembangunan
• Indikator II peningkatan dikarenakan adanya pertanyaan mengenai
Alkes,JKN,CPNS,STR tenaga kesehatan,pelayanan kesehatan.
• Indikator III merupakan indikator yang di terima oleh Biro Komunikasi
dan Pelayanan Masyarakat di bulan Juni 2017 dari Biro Perencanaan
dan Anggaran.

Laporan Kinerja (LKJ)157


Dalam penentuan indikator I dan II Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat terlalu rendah dalam penentuan target.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018


Dilihat dari capaian masing-masing indikator, untuk tahun 2018, Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dapat melaksanakan sasaran
kinerja dengan baik.
Capaian indikator kinerja Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Publikasi Progran Pembangunan Kesehatan Yang
disebarluaskan kepada masyarakat
a) Diseminasi Publikasi Kebijakan Program Pembangunan
Kesehatan Melalui Media Elektronik
Diseminasi dan publikasi kebijakan program pembangunan
kesehatan dilakukan melalui beberapa kanal, diantaranya adalah
melalui media cetak, radio dan televisi.
Bentuk acara melalui media televisi berupa talkshow di Metro
TV, MNC TV dan talkshow bersama wakil rakyat/DPR dan
narasumber Dinkes Kab/Kota di Stasiun TVRI Daerah dan TVRI
Nasional, sedangkan talkshow di radio: elshinta, Sonora dan RRI.
Untuk media cetak bentuknya berupa berita tulisan, foto dan
gambar.
Di tahun 2018, sebagai inovasi baru diresmikan Siaran Radio
Kesehatan (SRK) sejak tanggal 23 Februari 2018. SRK merupakan
radio streaming yang dapat menjangkau dunia. Namun demikian di
tahun 2018 mulai dijajagi untuk bekerjasama dengan Radio
pemancar yang ada di daerah danjuga di universitas, seperti radio
swaragama dan radio di kota Banjarmasin, Palembang dan
Jogjakarta.
Topik-topik yang diangkat dalam mempublikasi melalui media
cetak dan telivisi selama tahun 2018 meliputi Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas, Pendekatan Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS PK), Pekan Imunisasi, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (Puskesmas), Gema
Cermat, Nusantara Sehat, Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS)
dan banyak lagi kegiatan yang berhubungan dengan Hari-hari besar
kesehatan seperti HKN, Hari Aids Sedunia dll. Dibawah ini
beberapa bukti untuk publikasi melalui Televisi dan media cetak:

Laporan Kinerja (LKJ)158


1. Talkshow TV di Metro TV

2. Talkshow di Radio

3. Talkshow di MNC

Laporan Kinerja (LKJ)159


4. Talkshow TV Lokal

5. Advertorial Cetak

6. Running Text

Laporan Kinerja (LKJ)160


7. Siaran Radio Kesehatan

b) Situs Sehat Negeriku dan Situs Resmi Kementerian Kesehatan

Publikasi informasi kepada masyarakat telah dikembangkan melalui


situs resmi Kemenkes www.kemkes.go.id&
www.sehatnegeriku.com.
Publikasi ini menyebarluaskan informasi terkini dalam bentuk teks
atau rilis, foto yang diunggah ke Flickr
(www.flickr.com/sehatnegeriku) dan video yang diunggah ke
Youtube : (http://www.youtube.com/user/sehatnegeriku).

Laporan Kinerja (LKJ)161


Untuk tahun 2018, telah diunggah 730 rilis, 328 album dengan
4.555 foto tayang dan 211 video mengenai program pembangunan
Kesehatan.
Rilis Sehat Flickr

c) Kompetisi Foto
Foto merupakansalah satu bahan publikasi dan
penyebarluasan informasi atas program dan kegiatan yang
dilakukan Kementerian Kesehatan kepada masyarakat dan dapat
disampaikan dalam bentuk kompetisi foto, sehubungan dengan hal
tersebut Biro Komunikasi pada tahun 2018 telah mengadakan 2 kali
kompetisi foto yaitu:
Kompetisi Foto Kemerdekaan dengan tema “Indonesia Sehat
Indonesia Juara”. Peserta adalah tenaga kesehatan seluruh
Indonesia dan peserta maksimal dapat mengirimkan 3 buah foto.
Pengumuman kompetisi foto maupun pengumuman pemenang
disebarluaskan melalui website sehatnegeriku maupun medsos.
Jumlah peserta yang mengikuti kompetisi foto sebanyak 170 foto.

Laporan Kinerja (LKJ)162


Pengumuman Kompetisi Foto

Pengumuman Kompetisi Foto Pengumuman Pemenang


Kemerdekaan RI Kompetisi Foto

Foto Pemenang Kompetisi Foto Kemerdekaan RI

Juara 1 Juara 2 Juara 3


• Judul Foto:
“Pembagian Kaki • Judul Foto: “Seorang • Judul foto:
Palsu Gratis Untuk Siswa sedang “Pelayanan
Warga Tidak Mampu Meringis saat di suntik Keperawatan
di Kota Semarang” Vaksin di Kota Kesehatan di
• Pengirim: Nur Malang, Upaya Dinas Rumah (Home
Chamim (Jl. Kesehatan ini Care)”
Kencono Wungu I Merupakan Program • Pengirim: Mayke
Nol 23 Rt. 02/01 dari Pemerintah” Try Utomo (Jl.
Semarang) • Pengirim: M. Joko Wortel Lorong
Apriyo Putro (Perum Walet Rt. 02/08,
Oma View Jl. Bandara Ds. Malasom,
Narita Blok EA 29 Kec. Aimas)
Cemorokandang
Malang)

Laporan Kinerja (LKJ)163


Dokumentasi Pemberian Hadiah Kepada Para Pemenang
Kompetisi Foto

Juara 1 mendapat Juara 2 mendapat Juara 3 mendapat


sertifikat dan kamera sertifikat dan sertifikat dan Handphone
Mirrorless Handphone

2. Kompetisi Foto Hari Kesehatan Nasional ke 54 dengan tema “Ayo


Hidup Sehat Mulai Dari Kita”. Peserta adalah masyarakat umum dan
peserta maksimal dapat mengirimkan 3 buah foto. Pengumuman
kompetisi foto maupun pengumuman pemenang disebarluaskan
melalui website sehatnegeriku maupun medsos. Jumlah peserta yang
mengikuti kompetisi foto 360 orang peserta dan foto yang tayang 1.580
foto.
Pengumuman Kompetisi Foto HKN ke 54

Pengumuman Kompetisi Foto HKN ke Pengumuman Pemenang


54 Kompetisi Foto HKN ke 54

Laporan Kinerja (LKJ)164


Foto Pemenang Kompetisi Foto HKN ke 54

Juara 1 Juara 2 Juara 3


• Judul foto: “Murid • Judul Foto: “gerakan • Judul foto:
menerima vaksin sikat gigi bersama “ajarkanlah
rubella di SDN 2 siswa SD di bogor biasakanlah
Langkapura, Bandar dalam rangka kebiasaan mencuci
Lampung” mensosialisasikan tangan yang bersih
• Pengirim: Ikhsan Dwi cara menggosok gigi agar generasi
Nur Satrio yang benar” penerus sehat dan
• Pengirim: LILI bebas dari
AINI(Permata cacingan“
Cimanggu Blok E No. • Pengirim: Yohanes
3 RT 008 RW 007 Roberto M (Jln.
Kedung Badak, Tanah Achmad Yani no.85
Sareal) RT 011 RW 03 kel.
Kwamkı kec.
Mımıka baru kab.
Mımıka papua)

Dokumentasi Pemberian Hadiah Kepada Pemenang Kompetisi


Foto HKN ke 54

Juara 1 mendapat Juara 2 mendapat Juara 3 mendapat


plakat, sertifikat dan plakat, sertifikat dan plakat, sertifikat dan
kamera DSLR kamera mirroless handphone

3. Kompetisi Foto Hari Kesehatan Nasional On The Spot dengan tema


“Ayo Hidup Sehat Mulai Dari Kita”. Kompetisi ini dilaksanakan pada
hari puncak HKN ke-54 hari minggu tanggal 18 November 2018 di
Parkir Timur Senayan. Peserta yang mengikuti kompetisi foto HKN on
the spot adalah masyarakat umum yang menghadiri acara Puncak
Peringatan HKN di Parkir Timur Senayan pada hari tersebut. Foto
dapat diambil menggunakan kamera saku, handphone atau DSLR dan

Laporan Kinerja (LKJ)165


mengirimkan ke Instagram (IG) dengan mention @fotografikesehatan
dan 3 orang teman, #kfk_HKNayohidupsehat.

Pengumuman Kompetisi Foto HKN ke 53 On The Spot

Pengumuman Kompetisi Foto HKN ke


54 On The Spot

d) Pameran
Pameran dilakukan dalam bentuk kegiatan Pameran Foto dan
Stan/gerai.
Foto dan Stan/gerai merupakansalah satu media publikasi dan
penyebarluasan informasi atas program dan kegiatan yang
dilakukan Kementerian Kesehatan kepada masyarakat dan dapat
disampaikan dalam bentuk pameran foto, sehubungan dengan hal
tersebut Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat pada tahun
2018 telah mengadakan Pameran foto dan Stan/gerai. Untuk
pameran foto yang diselenggarakan sepanjang selasar Ged.
Adyatma lantai 1 dan pada event Rakerkesnas dan HKN.
Selain itu Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat tampil juga
pada event Pameran Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) “Stan Sekretariat Jenderal” yang diselenggarakan
pada bulan Februari 2018 di Gedung ICE BSD Serpong Tangerang.

Pada penyelenggaraan event asian fest (Asian Games) tanggal 18


Agustus – 2 September 2018, Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat mendapat tugas untuk ikut partisipasi. Bentuk partisipasi

Laporan Kinerja (LKJ)166


berupa Rumah Kementerian Kesehatan (Gerai Kementerian
Kesehatan). Tema Rumah Kementerian Kesehatan adalah
GERMAS. Pelayanan yang dilakukan di Rumah Kementerian
Kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan, konsultasi kesehatan,
penyediaan jamu tradisional dan penyampaian informasi tentang
program Kementerian Kesehatan.

Tampak depan Rumah Kementerian Pelayanan Rumah Kemenkes


Kesehatan

Ada juga partisipasi Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan oleh


Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat pada pameran The
International Public Service Forum tanggal 7-8 November 2018 yang
diselenggarakan oleh Kementerian PAN dan RB. Pada event ini
Kementerian Kesehatan memperoleh penghargaan sebagai stan
favorit.

Pemeriksaan Jamu Tradisional Penghargaan Favorite


Kesehatan Exhibitor

Stan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dalam rangka


pameran Hari Kesehatan Nasional ke 54

Stan Rokomyanmas Publikasi melalui Kuiz

Laporan Kinerja (LKJ)167


Pameran Foto
Foto merupakan salah satu bahan publikasi dan penyebarluasan
informasi atas program dan kegiatan yang dilakukan Kementerian
Kesehatan kepada masyarakat dan dapat disampaikan dalam
bentuk pameran foto, sehubungan dengan hal tersebut Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat pada tahun 2018 telah
mengadakan 5 kali kompetisi foto yang diselenggarakan sepanjang
selasar Ged. Adyatma lantai 1 yaitu:
1. Pameran Foto Triwulan I dengan tema “Kemkes Hadir
Membangun Negeri” jumlah foto yang tayang 63 foto. Foto yang
dipamerkan merupakan hasil liputan kunjungan pimpinan
Kemenkes ke daerah.
2. Pameran Foto Triwulan II dengan tema “Anak Sehat, Anak
Indonesia” jumlah foto yang tayang 63 foto.
3. Pameran Foto Triwulan III dengan tema “Lomba Foto dalam
Rangka Peringatan HAN th. 2018” jumlah foto yang tayang 71
foto sementara foto yang masuk 706 foto.
4. Pameran Foto Triwulan IV dengan tema “Lomba Foto dalam
Rangka Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2018 (168
foto yang dikirimkan oleh peserta lomba)”. jumlah foto yang
tayang 71 foto.
Dokumentasi Pameran Foto di Selasar gedung Adyatma lt. 1

Menkes meninjau pameran


Pembukaan Pameran Foto foto HKN di selasar ged.
HKN di Lobby Gd. Sujudi Sujudi lt. 1

Pelatihan Komunitas Fotografi Kesehatan


Tahun 2018 dilaksanakan Peningkatan Kapasitas Fotografi
Kesehatan dan hunting foto di DIY, dengan tema Fotografi
Kesehatan di Era Digital. Kegiatan tersebut salah satunya adalah
Hunting program Tanggap Bocah (Tabo) Jumantik di Kab. Sleman,
Peresmian KFK oleh Sesjen.

Laporan Kinerja (LKJ)168


e) Narasi Tunggal
Presiden melalui Instruksi Presiden No. 9 tahun 2015 tentang
Pengelolaan Komunikasi Publik mengintruksikan kepada
Kemenkominfo untuk menyebarluaskan kepada publik narasi
tunggal dan data pendukung lainnya yang terkait dengan kebijakan
dan program pemerintah. Birokom Yanmas telah menerbitkan
Narasi Tunggal sebanyak 8kali. Nartung ini telah tayang di kanal
GPR Widget baik di Pusat maupun Daerah.

f) Media Briefing, dan Jumpa Pers


Pertemuan dengan para wartawan media cetak dan elektronik
dilakukan secara rutin setiap Jumat melalui media briefing/ media
dialog.

Jumpa Pers Tentang Imunisasi Measles Rubella

Laporan Kinerja (LKJ)169


Seluruh unit organisasi di Kemenkes diberikan kesempatan untuk
memberikan penjelasan tentang topik/program pembangunan
kesehatan yang sedang menjadi tren pemberitaan/hot issue.Untuk
tahun 2018 telah dilakukan sebanyak 62 kali media briefing dan
jumpa pers Tahun 2018 diadakan kampanye imunisasi measles
rubella. Untuk menginformasikan tentang pentingnya imunisasi ini
pada acara temumedia.

Tabel 3.53
Pelaksanaan media briefing dan jumpa pers periode 2018

Jumlah
Tahun Keterangan
Kegiatan
2018 62 Temu media dan konferensi pers, dengan
tema hari-hari besar kesehatan, kesehatan
haji, imunisasi MR, GHSA, gizi, Kebijakan
Kemenkes,dll.

g) Kunjungan Lapangan Tematik Media Massa


Dalam rangka memperkenalkan program kebijakan pembangunan
kesehatan di daerah, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
menyelenggarakan kegiatan bersama para wartawan media cetak,
online dan elektronik ke provinsi yang telah sukses melaksanakan
kebijakan Kementerian Kesehatan.
Tahun 2018, kegiatan kunjungan lapangan tematik dilakukan ke
Provinsi Gorontalo. Di sini pers diajak untuk melihat upaya melihat
wisuda Baduta terkait imunisasi, dialog dengan Saka Bakti Husada,
kampanye isi piringku, mengunjungi demo stan masak menu sehat.
Kegiatan ini diikuti oleh 29 pers, baik cetak, online maupun
elektronik serta 10 pegiat media sosial.

Laporan Kinerja (LKJ)170


Tahun 2018, kegiatan kunjungan lapangan tematik dilakukan ke
Provinsi Gorontalo. Di sini pers diajak untuk melihat upaya melihat
wisuda Baduta terkait imunisasi, dialog dengan Saka Bakti Husada,
kampanye isi piringku, mengunjungi demo stan masak menu sehat.
Kegiatan ini diikuti oleh 29 pers, baik cetak, online maupun
elektronik serta 10 pegiat media sosial.
Acara Kunjungan Lapangan Tematik ini diikuti oleh Menkes dan
Pejabat Eselon 1. Pada kesempatan tersebut, Menkes dapat lebih
dekat dengan para jurnalis, sehingga terbangun kedekatan untuk
mewujudkan pemberitaan positif.

h) Reportase

Reportase merupakan kegiatan unggulan di Birokom Yanmas. Di


tahun 2018, Birokom Yanmas mengajak media massa untuk melihat
pembangunan kesehatan di Kab. Payakumbuh untuk melihat
implementasi kota sehat, pasar sehat dan kesehatan lingkungan
secara umum. Selain itu, dilakukan pula kegiatan reportase di
Kabupaten Teluk Bintuni untuk melihat uapaya pengendalian
malaria. Reportase lainnya dilakukan di Pulau Buru untuk melihat
pemerataan SDM Kesehatan melalui WKDS.

i) Temu Blogger

Laporan Kinerja (LKJ)171


Blogger merupakan salah satu komunitas yang berpotensi
membentuk publik opini. Untuk itu kelompok ini perlu dirangkul dan
diberikan informasi yang tepat agar tulisan yang dihasilkan benar
dan sesuai. Birokom Yanmas telah melaksanakan 12 kali acara
Temu Blogger dengan peserta adalah blogger dari daerah
Bandung, Manado, Padang, DKI Jakarta. Isu yang diangkat
diantaranya upaya pengendalian rabies, kesehatan berbasis
gender, dan imunisasi. Pada pertemuan ini, Birokom Yanmas
berhasil membuat tranding topic untuk tema yang diangkat.

j) Diklat Pelatihan Menulis Berita bagi Petugas Teknis Humas


Kesehatan Pusat
Keterampilan menulis, penting dimiliki oleh petugas Humas. Dengan
tulisan yang baik, maka dapat dibentuk framing informasi untuk para
pembacanya. Untuk itu, Birokom Yanmas melaksanakan pelatihan
menulis sebagai modal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
publikasi Kementerian Kesehatan.
Kegiatan diikuti oleh 7 provinsi dari Dinas Kesehatan dan Kantor
Kesehatan Pelabuhan.

k) Peliputan Haji di Arab Saudi


Pelaksanaan haji tahun 2018 menyertakan Birokom Yanmas untuk
mempublikasikan upaya pengendalian kesehatan haji baik di Tanah
Air maupun di Tanah Suci.
Selain mengeluarkan rilis selama pelaksanaan haji juga
dilaksanakan 2 kali jumpa pers di Klinik Kesehatan Haji Indonesia di
Madinah.

Laporan Kinerja (LKJ)172


l) Kompetisi Penulisan Berita Kesehatan
Tahun 2018 Birokom Yanmas menyelenggarakan kompetisi
penulisan berita kesehatan. Kompetisi dilakukan untuk kategori
media massa yaitu media cetak, media radio, dan televisi.
Kompetisi penulisan juga dilakukan untuk kategori media social
yaitu blog dan vlog.
Kategori media social baru pertama kali dilakukan dan disambut
antusias oleh netizen

m) Majalah Mediakom
Mediakom merupakan majalah resmi Kementerian Kesehatan yang
dikelola oleh Tim Redaktur Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat. Mediakom disebarluaskan ke seluruh Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, RS
Vertikal, RS di Jabodetabek, UPT Kemenkes, seluruh
Kementerian/Lembaga dan unit utama di Kemenkes RI. Setiap
tahunnya, jumlah produksi Mediakom sebanyak 12 edisi. Total
Mediakom yang sudah terbit sejak 2006 hingga 2018 adalah 101
edisi. Untuk tahun 2018, Mediakomterbit dalam versi cetak dan
online magazine. Terbit 12 edisi versi e-magazine, 5 edisi
diantaranyadicetak dan didistribusikandengan oplah 11.000
eksemplar per edisi.Mediakom versi cetak sudah
mendapatkanInternational Standard Series Number(ISSN).
Mediakom di-online-kan efektif per Januari 2015.
Tahun 2018 Mediakom mendapatkan 2 penghargaan dari ajang
Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMa) 2018 yang
diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS),antara
lainMediakom edisi82meraih penghargaan Silver Winnerthe Best
Government Inhouse Magazine Award (InMA) 2018 dan Mediakom

Laporan Kinerja (LKJ)173


edisi 78 meraih penghargaan Silver Winner the Best of E- Magazine
2018.

Foto. 1 Penghargaan Inhouse Magazine Awards (InMa) 2018

Selain mendapatkan penghargaan dari ajang Indonesia Inhouse


Magazine Awards (InMa) 2018, Mediakom juga memperoleh 3
penghargaan dari ajang PR Indonesia Awards (PRIA) 2018 yang
juga diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS). Tiga
penghargaan tersebut terdiri dari: Gold Winner-Kategori Majalah
Cetak (Mediakom edisi 81); Silver Winner-Kategori Majalah Cetak
(Mediakom edisi 79) dan Bronze Winner-Katagori E-Magazine
(Mediakom edisi 83).

Foto 2. PenghargaanPR Indonesia Awards (PRIA) 2018

Selain mendapatkan penghargaan dari ajang Indonesia Inhouse


Magazine Awards (InMa) 2018, Mediakom juga memperoleh 3
penghargaan dari ajang PR Indonesia Awards (PRIA) 2018 yang
juga diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS). Tiga
penghargaan tersebut terdiri dari: Gold Winner-Kategori Majalah
Cetak (Mediakom edisi 81); Silver Winner-Kategori Majalah Cetak
(Mediakom edisi 79) dan Bronze Winner-Katagori E-Magazine
(Mediakom edisi 83).

Laporan Kinerja (LKJ)174


Majalah Mediakom 2018

n) Media Sosial

Laporan Kinerja (LKJ)175


Tahun 2018, akun media sosial Kemenkes RI berhasil diverifikasi.
Adapun akun twitter @KemenkesRI sampai akhir 2018 memiliki
182,614 followers dengan Isu terbanyak dibahas adalah Difteri, KLB
Asmat, Stunting, Polemik Susu Kental Manis, Isi Piringku, Asian
Games & Asian Para Games dan Bencana Alam.
Akun Facebook Kementerian Kesehatan RI memiliki 88.689
followers dengan isu terbanyak yang dibahas adalah Nusantara
Sehat, Tsunami Sulut dan Selat Sunda dan Germas.
Sementara akun instagram @Kemenkes_RI memiliki
251.634followers dengan isu terbanyak yang dibahas adalah
Polemik Susu Kental Manis,isi piringku, Asian Games & Asian Para
Games,Bencana Alam dan Germas.

o) Buku Kinerja dan Direktori Pejabat Kementerian Kesehatan


Buku kinerja Kementerian Kesehatan disusun setiap tahun untuk
mempublikasi keberhasilan program pembangunan kesehatan.
Buku ini didistribusikan di lingkungan internal Kemenkes RI dan
dicetak dengan tujuan untuk menampilkan program kesehatan yang
strategis yang mempunyai dampak positif kepada masyarakat dan
mempercepat upaya peningkatan akses masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, menuju
terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk
memudahkan pembaca memahami buku ini, selain narasi juga
ditampilkan data dalam bentuk infografis, tabeldan gambar-gambar,
judul buku kinerja tahun 2018 adalah “Kementerian Kesehatan
Bekerja 2015-2018”.

Laporan Kinerja (LKJ)176


Selain menyusun Buku Kinerja Kementerian Kesehatan, tahun
2018Rokomyanmas Kemenkes juga menyusun dan mencetak Buku
Direktori Pejabat Kementerian Kesehatan. Hal ini agar
memudahkan untuk berkomunikasi dengan Pejabat Kemenkes.

p) Kompetisi Terbitan Berkala Tahun 2018 di Lingkungan


Kementerian Kesehatan.
Kompetisi ini diselenggarakan dalam rangka memberikan motivasi
kepada unit di internal Kemenkes, agar publikasi yang diterbitkan
oleh tiap-tiap unit dikemas dengan baik dari segi isi maupun desain
tata letak.
Ada 2 kategori yang dilombakan pada kompetisi ini, yaitu kategori
majalah dan bulletin.

Laporan Kinerja (LKJ)177


Pada tahun 2018, kompetisi ini diikuti oleh 58 peserta dengan
rincian 29 untuk kategori majalah dan 29 untuk kategori bulletin.
Dari 58 peserta tersebut diperoleh 3 pemenang untuk kategori
majalah yaitu juara I diraih oleh Warta Litbangkes (Badan
Litbangkes), Juara II diraih oleh Sauyunan (RS Hasan Sadikin) dan
Juara III diraih oleh Iodikes (Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Magelang). Sedabgkan untuk kategori bulletin, juara I
diraih oleh Infodatin (Pusdatin), Juara II diraih oleh Master Pie
(Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan) dan juara III diraih
oleh Melati (BTKLPP Kelas I Palembang).

q) Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

Perpustakaan Kementerian Kesehatan adalah perpustakaan


pembina bagi semua perpustakaan yang ada dibawah Kementerian
Kesehatan. Layanan publik Perpustakaan Kementerian Kesehatan
yang telah memiliki sertifikasi ISO 9001-2015, melakukan layanan
koleksi secara langsung maupun elektronik atau digital dalam
rangka penelusuran literasi/rujukan/referensi, akses internet, serta
audio visual produk Kemenkes.
Selain itu, disiapkan juga layanan penelusuran Katalog Induk
Nasional Kesehatan (KINK) yang sudah berjalan sejak tahun 2013,

Laporan Kinerja (LKJ)178


Melalui kink one search perpustakaan yang sudah bergabung dan
masyarakat bisa memanfaatkan informasi perpustakaan
.Perpustakaan yang sudah bergabung, yaitu Perpustakaan Unit
Utama, Rumah Sakit dan Politeknik Kesehatan. Perpustakaan
Kementerian Kesehatan selalu meningkatkan dan mengembangkan
jejaring terus menerus. Pada tahun 2018 menggabungkan 65
(enam puluh lima) perpustakaan Plotekkes. Perpustakaan yang
sudah bergabung bisa di lihat pada gambar berikut:

a) Membangun kink onesearch

Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dalam penyediaan


informasi Perpustakaan Kementerian Kesehatan telah
melanggan e-journal dan membeli e-book yang bisa di akses
oleh perpustakaan di Lingkungan Kementerian Kesehatan
Journal yang di langgan adalah:

b. Langganan e-journal

Laporan Kinerja (LKJ)179


c. e-book

d. Alih Media
Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah Alih Media buku-buku
terbitan Kementerian Kesehatan dengan tujuan melestarikan
karya intelektual yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan,
Kegiatan ini terus menerus dilaksanakan pada tahun 2018 telah
mengalihmediakan sebanyak 516 judul buku sesuai dengan
diagram dibawah :
KOMPONEN JUMLAH
No KEGIATAN
KEGIATAN BUKU
A METADATA 1. Pembuatan Deskripsi 516
DESKRIPTIF Bibliografi
2. Penentuan titik akses
pengarang
3. Pengecekan Cover
4. Pengecekan daftar isi
5. Pengecekan isi buku
B META DATA 1. Kepemilikan
ADMINISTRATIF 2. Hak Akses
3. Tahun
C UPLOADING 1. Pemasukan data
2. Edit data
3. Validasi data
4. Uploading

e. Redesign Konten Portal Web perpustakaan


Portal Web Perpustakaan di Update yang semula di alamat
perpustakaan.depkes.go.id,Saat ini portal terbaru bisa dibuka
di perpustakaan.kemkes.go.id

Laporan Kinerja (LKJ)180


f. Diseminasi, Bimbingan Teknis kink onesearch
Diseminasi dan bimbingan teknis perpustakaan dilaksanakan ke
12 (dua belas) Perpustakaan Politeknik Kesehatan, rumah sakit
dan balai loka libang diantanya:
1. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Bandung
2. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Semarang
3. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Denpasar
4. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Tasikmalaya
5. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Makassar
6. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Ternate
7. Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
8. Rumah Sakit Rotinsulu Bandung
9. Rumah Sakit Ario Wirawan Salatiga
10. Rumah Sakit Sanglah Denpasar
11. Rumah Sakit Kariadi Semarang
12. Loka Litbang B2P2VRP

Bagan 1 Poltekkes Denpasar

Laporan Kinerja (LKJ)181


Bagan 2 Poltekkes Makassar

Bagan 3 Poltekkes Ternate

g. Pertemuan nasional Perpustakaan Kementerian Kesehatan


Pertemuan Nasional Perpustakaan Kesehatan di laksanakan di
Yogyakarta pada 13-16Maret 2018 dengan jumlah peserta 110
orang. Di hadiri Bapak Sekjen Kementerian Kesehatan dan
Kepala Perpustakaan Nasional RI serta beberapa direktur rumah
sakit vertikal.

Laporan Kinerja (LKJ)182


h. Pemilihan Perpustakaan Berprestasi (Inovasi)
Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraanperpustakaan di
Lingkungan Kementerian Kesehatan diadakan lomba/pemilihan
Perpustakaan Berprestasi (Inovasi). Diikuti oleh 33
perpustakaan, dalam rangkaian kegiatan tersebut terpilih
10perpustakaan terbaik yang dikunjungi oleh tim juri untuk
dilakukan verifikasi data.

i. Workshop Peningkatan Kapasitas SDM Perpustakaan


Workshop Peningkatan Kapasitas SDM perpustakaan di
Lingkungan Kemenkes diselenggarakan pada:
Workshop pengembangan kapasitas SDM
Jumlah
Waktu Lokasi Materi Narasumber Peserta
Peserta
Pembuatan
Pustakawan
Repository Tim
Hotel dan tenaga IT
7 - 9 Mei dengan Pengembang 55
Sultan Perpustakaan
2018 aplikasi SETIADI dan orang
Jakarta Poltekes dan
SETIADI Inlis-lite
RS Vertikal
dan Inlis-lite
30 Agustus Dama Agung Pustakawan
Hotel
sd 1 Literasi Gustiar dan Perpustakaan 37
Swisbell
September Informasi Abdurahman Poltekes dan Orang
Makasar
2018 Saleh Loka Libang

Laporan Kinerja (LKJ)183


Gambar : Workshop Pembangunan Repository Bidang
Kesehatan

Gambar : Workshop Peningkatan Kapasitas Pustakawan di


Bidang Literasi Informasi

j. Pameran Perpustakaan
Perpustakaan Kementerian Kesehatan melaksanakan promosi
bidang kesehatan melalui pameran perpustakaan sebanya 2 (dua)
kali pada tahun 2018 yaitu : Perpusnas Exspo tanggal 7 – 13 Mei
2018 di Perpustakaan Nasional Jalan Merdeka Selatan No 11 Jakarta
dan IIBF (Indonesia Internasional Book Fair) tanggal 12 – 15
September 2018 di JHCC Senayan
Gambar : Perpusnas Expo

Laporan Kinerja (LKJ)184


Gambar : IIBF

k. Penilaian DUPAK (Daftar Usul Penetapan Angka Kredit) Pustakawan


Tim Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional Pustakawan yang di
bawah Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dalam tahun
berjalan melaksanakan sidang Pleno Penetapan Angka Kredit
minimal 2 (dua) kali, periode April menetapkan 5 SK PAK dan periode
Oktober menyelesaikan7 SK PAK Pustakawan.
l. Menyusun Buku Resensi
Buku-buku yang dibuat resensi adalah buku-buku terbitan
kementerian kesehatan dan yang di prioritaskan adalah buku baru.
Dalam satu tahun 50 judul buku yang bisa diselaikan.
m. Menerbitkan KDT (Katalog Dalam Terbitan) dan Mengurus ISBN
(International Standart Book Number)
Setiap terbitan Kementerian Kesehatan di wajibkan untuk
mencantumkan KDT dan ISBN sesuai dengan Permenkes 38 tahun
2015 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam terbitan
Kementerian Kesehatan.Dalam tahun 2018 terdapat 123 judul

KOMUNIKASI ANTAR LEMBAGA


Dalam penyelenggaraan komunikasi dengan Lembaga Pemerintah dan
non Pemerintah, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat memiliki peran
sebagai penghubung (liasson) dengan kementerian dan lembaga maupun
dengan non Pemerintah. Kegiatan yang telah dilaksanakan dari tahun 2018:

Pendampingan Rapat KerjaMenteri Kesehatan dengan Komisi IX DPR RI.


Sebagai penghubung Kementerian Kesehatan dengan Kementerian/Lembaga
Negara lainnya, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat melakukan
koordinasi, penyiapan dan pelaksanaan pendampingan dalam pelaksanaan
Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat dan Kunjungan Kerja dalam rangka
pengawasan pembangunan kesehatan Kementerian Kesehatan dengan
Kementerian/Lembaga Negara lainnya.

Laporan Kinerja (LKJ)185


Pada tahun 2018 Subbag Komunikasi antar Lembaga telah mendampingi 30
Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI.

Rapat Kerja Menteri dengan Komisi IX DPR RI

Pendampingan Kunjungan Kerja Komisi IX DPR RI ke berbagai provinsi.


Selain pendampingan Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI,
Subbag juga mengkoordinasikan pendampingan Kunjungan Kerja Komisi IX DPR
RI dan Pimpinan dalam rangka pengawasan pembangunan kesehatan. Pada
tahun 2018 subbag Komunikasi antar Lembaga telah mengkoordinasikan
Kunjungan Kerja Komisi IX DPR RI dan Pimpinan dalam rangka pengawasan
pembangunan kesehatan pada 36 Provinsi.

Pendampingan Kunjungan Kerja Komisi IX DPR RI

Laporan Kinerja (LKJ)186


Penyiapan bahan pimpinan
Salah satu tugas dalam Komunikasi antar Lembaga adalah penyiapan bahan
pimpinan (Menteri Kesehatan dan Sekretaris Jenderal) dalam Rapat Kerja DPR
RI, Rapat Tingkat Menteri, Sidang Kabinet, Rapat Terbatas Kabinet, dan acara
kelembagaan lainnya. Subbagian Komunikasi antar Lembaga bertugas untuk
melakukan kompilasi dan standarisasi bahan sesuai dengan standar bahan
pimpinan. Pada tahun 2018 Subbagian Komunikasi antar Lembaga telah
memproses 101 bahan telah disiapkan.

Badan Koordinasi Humas Pemerintah (Bakohumas) dan


Pertemuan Nasional Humas
Bakohumas didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 31 /
KEP / MENPEN / 1971. Lahirnya SK Menpen dalam rangka Pembentukan
Bakohumas yang merupakan kelanjutan dari hasil musyawarah antar humas -
humas Departemen / Lembaga Negara pada tanggal 6 Desember 1967.
Kegiatan bakohumas merupakan kegiatan koordinasi humas-humas pemerintah,
pemerintah daerah, lembaga negara, BUMN dan BUMD, serta Perguruan Tinggi
Negeri seluruh Indonesia, yang memiliki tugas dan fungsi memberikan kontribusi
kepada pemangku kepentingan dan masyarakat. Sebagai salah satu anggota
Bakohumas, Kementerian Kesehatan berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan Bakohumas dalam rangka membagikan informasi atas program yang
dimiliki Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan melalui Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (Subbag Komunikasi antar Lembaga)
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan bakohumas. Pada tahun 2018 telah
berpartisipasi pada 33 forum bakohumas yang diselenggarakan oleh
Kementerian/Lembaga lainnya.
Pada tahun 2018, Forum Bakohumas Kementerian Kesehatan dilaksanakan di
Kota Bandung Provinsi Jawa Barat pada tanggal 30 s.d. 31 Oktober 2018. Forum
Tematik Bakohumas mengangkat tema mengenai Kesehatan mata yaitu
“Dukungan Kementerian/Lembaga dalam mewujudkan Kemudahan dalam
Akses pada Kesehatan Mata”. Laporan Bakohumas terlampir.

Laporan Kinerja (LKJ)187


Pertemuan Bakohumas Tahun 2018

Analisa Keberhasilan
Permasalahan dalam pencapaian Indikator Pertama
Dalam proses capaian kinerja, ada kendala/permasalahan yang dihadapi.
Kendala/permasalahan tersebut antara lain :
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah dan kemampuan SDM masih kurang khususnya dalam pembuatan
konten, dan dalam bidang dokumentasi dan penyediaan bahan berita, SDM
tersebut harus mempunyai kemampuan khusus dalam bidang tersebut. tugas
pendokumentasian harus dilakukan setiap hari, pimpinan dalam suatu
kegiatan lebih dari satu,dan unit lain yang minta diliput membuat bagian
dokumentasi kekurangan SDM. Akibatnya pembuatan laporan dan proses
uploading agak terhambat. Demikian pula dengan penulis berita.
Usulan :
- Penambahan tenaga SDM. Bila tidak memungkinkan, dapat meminta
Humas unit utama, untuk itu perlu komitmen tenaga dan pembiayaan dari
Humas Unit Utama.
- Pelatihan/Training seperti pelatihan pembuatan konten,fotografer.
2. Waktu Kerja
Penugasan di Sub Bagian Peliputan dan dokumentasi serta Sub bagian
Bidang Media Massa dan Media Sosial sangat berkaitan dengan kegiatan
pejabat. Pertemuan di luar jam kerja dan hari libur sering dilakukan, dimana
kegiatan ini perlu pendampingan dari kedua Sub Bagian Tersebut seperti
pendokumentasian, pembuatan berita, dan media handling.
3. Kerja sama/koordinasi dengan unit utama terkait permintaan bahan belum
maksimal/cepat.
4. Bagian produksi komunikasi
Penyesuaian waktu dengan nara sumber dapat menghambat
kegiatan.dikarenakan waktu narsum dengan pelaksanaan yang sudah
direncakan belum sesuai.
5. Rotasi pejabat/pimpinan yang cepat juga merupakan penghambat dalam
koordinasi dengan unit lain juga.

Laporan Kinerja (LKJ)188


2. Indikator Persentase layanan masyarakat (permohonan informasi dan
pengaduan masyarakat) yang diselesaikan
Total Total Pelayanan % Pelayanan
Jenis Pelayanan
Pelayanan Publik Yang Telah Publik Yang
Publik Yang
Publik Yang Diselesaikan Telah
diberikan
Masuk (Close) DIselesaikan
Pojok Info 53 53 100
Halo Kemenkes 15820 15805 99,90
Email 3038 3037 99,96
LAPOR! 425 337 79,48
PPID 144 63 43,75
SMS 524 524 100
Surat 23 10 43,47
Jumlah 20040 19829 80, 93

Telah terbentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di


lingkungan Kementerian Kesehatan berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI
No. 1625/Menkes/SK/VIII/2011, dimana PPID Utama adalah Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Upaya pelaksanaan keterbukaan informasi dan pelayanan informasi publik
telah dilaksanakan melalui:

Target dan realisasi Persentase Indikator II dari tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
Realisasi
No. Tahun Target %
dalam %
1 2018 97% 97,52%

SaranadanPrasaranaPelayanan Informasi Publik


Fasilitas yang tersediadalam memberikan layanan informasi publik
diKemenkes, yaitu:
a) Halo Kemenkes 1500567
Kementerian Kesehatan membangun Halo Kemenkes 1500567 yang
bertujuan untuk memberikan layanan pengaduan dan informasi secara
cepat dan cermat yang diperlukan masyarakat dalam bidang kesehatan

Laporan Kinerja (LKJ)189


dan memberikan respons cepat terhadap permasalahan yang dihadapi
masyarakat di bidang kesehatan melalui hotline 1500567.
Halo Kemenkes merupakan layanan terintegrasi yang memadukan kanal-
kanal seperti telepon, SMS, Email dan Media Sosial dalam satu aplikasi
yang dinamakan SIAP. No telepon call center di (kode lokal) 1500 567.
Waktu pelayanan Halo Kemenkes adalah 24 jam. Pemanfaatan Halo
Kemenkes tidak hanya dari masyarakat dalam negeri tetapi juga luar
negeri. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan Halo Kemenkes untuk
meminta informasi, pengaduan, dan memberikan saran. Jumlah telepon
tahun 2018 sebanyak 15.820 penelepon dan yang telah diselesaikan
15.805 layanan . Halo Kemenkes sudah mendapatkan ISO 9001-2008.
Jam operasional:
• Setiap hari selama 24 jam (non-stop)
Saluran Komunikasi lainnya :
• SMS : 081281562620
• Email : kontak@kemkes.go.id
• Media sosial : twitter (@KemenkesRI) dan facebook (sehatnegeriku
page)
• Surat : Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; gd.
Adhyatma, jl. HR Rasuna Said blok X5 Kav. 4-9
• Laman PPID :
www.ppid.kemkes.go.idatau http://sehatnegeriku.ke
mkes.go.id/kontak/

Dari 15.820 penelpon , terdapat 15.820 permintaan informasi, 575


pengaduan dan 129 saran, dengan jumlah detailnya seperti yang terdapat
dalam chart berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)190


1) Permintaan informasi 13.930 penelpon

Gambar 3.34.
Grafik permintaan informasi telepon Halo Kemenkes

2) Pengaduan sebanyak 1.639 penelpon

Gambar 3.35.
Grafik Pengaduan Telepon Halo Kemenkes

3) Saran yang masuk ke Halo Kemenkes sebanyak 250 penelpon

Gambar 3.36.
Grafik Saran Telepon Halo Kemenkes

Laporan Kinerja (LKJ)191


SMS, E-mail, LAPOR!
Sejak tahun 2010, telah dikembangkan saluran permohonan informasi
dan pengaduan melalui fax(021-52921669), SMS (081281562620),
dan e-mail (kontak@depkes.go.id). Sementara,Unit Kerja Presiden
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
mengembangkan akses pengaduan dan permintaan masyarakat
melalui Unit Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online
Rakyat(LAPOR!).

SMS (No SMS :081281562620)


Permintaan Informasi melalui SMS Halo Kemenkes selama tahun 2018
sebanyak SMS dengan rincian 527 sms, dengan rincian permintaan
informasi sebanyak 506 layanan, saran 10 layanan, pengaduan 11
layanan

Gambar 3.37.
Grafik Permintaan informasi SMS Halo Kemenkes

Gambar 3.38.
Grafik Saran SMS Halo Kemenkes

Laporan Kinerja (LKJ)192


Gambar 3.39
Grafik Pengaduan SMS Halo Kemenkes

LAPOR
Merupakan layanan aspirasi dan pengaduan yang dikelola oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi.
Selama 2018 tercatat Kementerian Kesehatan telah melakukan 345
layanan, dengan rincian seperti pada chart berikut ini:

Gambar 3.40.
Grafik Permintaan informasi pada Lapor

Laporan Kinerja (LKJ)193


Gambar 3.41.
Grafik Pengaduan pada Lapor

Gambar 3.42.
Grafik Saran Pada Lapor

Email (kontak@kemkes.go.id)
Email merupakan salah satu layanan yang telah diintegrasikan dalam
aplikasi SIAP, selama 2018 telah masuk sebanyak 3011 email dengan
rincian permintaan informasi sebanyak 2931 layanan, email
pengaduan sebanyak 44 layanan dan 36 email saran dari masyarakat.

Laporan Kinerja (LKJ)194


Gambar 3.43.
Grafik Permintaan infomasi Email

Gambar 3.44.
Grafik Pengaduan melalui Email

Gambar 3.45.
Grafik Saran melalui Email

Laporan Kinerja (LKJ)195


Sejak tahun 2015 dikembangkan aplikasi terpadu SIAP (Saluran
Informasi Aspirasi & Pengaduan) Kemenkes RI yang mengintegrasikan
semua saluran pelayanan informasi yang ada. Tujuannya, agar
masyarakat mudah dan cepat mengakses informasi dan keluhan serta
mempercepat petugas merespons permintaan informasi dan keluhan.
Selain itu, pimpinan dapat mengetahui penyelesaian akhir secara real
time. Saat ini para admin Unit Utama dan admin unit teknis bisa saling
berhubungan, diharapkan kedepannya, SIAP bisa berhubungan
dengan PPID Pelaksana, RS Vertikal dan UPT Vertikal.

Pelatihan Call Center


diselenggarakan di Ruang Naranta, tanggal 4-5 September 2018.
Dengan jumlah peserta 20 orang, pemateri dari SCB Consulting.
Gambar 3.46.
Sambutan dan pembukaan oleh Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat

Gambar 3.46.
Praktik berkomunikasi efektif oleh salah satu peserta

Laporan Kinerja (LKJ)196


Kompetisi Call Center
Kompetisi Call center diselenggarakan di Park Lane Hotel pada
tanggal 25 oktober 2018 dengan 24 Peserta yang terdiri dari RS
Vertikal, Balai dan Unit Utama. Dalam kompetisi ini didapatkan juara 1
ialah PJN Harapan Kita, juara 2 di raih RSUP Hasan Sadikin,
Bandung and Juara ke 3 di raih RSUP dr. kariadi Semarang.
Gambar 3.47.
salah satu juri sedang mendengarkan rekaman hasil mistery
guest kepada call center UPT

Gambar 3.48.
Foto Bersama Juri Dan Panitia

PPID
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PID) Kemenkes
1) Koordinasi PPID

Laporan Kinerja (LKJ)197


Pada tahun 2018 dilakukan beberapa kali pertemuan berupa rapat
koordinasi PPID untuk di lingkungan Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat (Rokomyanmas), di lingkungan Sekretariat Jenderal, juga ruang
lingkup se-Kementerian Kesehatan dengan mengumpulkan pengelola di
masing-masing Sekretariat Badan, Inspektorat Jenderal serta Direktorat
Jenderal.
Dalam setiap pertemuan, PPID Kementerian Kesehatan yang mana
Sekretariatnya berada di Rokomyanmas selalu mengevaluasi daftarinformasi
publik yang dihasilkan setiap Satker dan kegiatan pelayanan informasi yang
dilakukan.
Website PPID ditahun ini juga dilakukan pembangunan kembali dikarenakan
pada tahun sebelumnya sempat dirusak hacker sehingga backup data dan
unit server tidak tertolong.
Pada bulan Februari, Kemenkes menerima empat surat panggilan sidang
sengketa informasi. Hasil dari sidang tersebut berupa putusan nomor
291/VI/KIP-PS-A/2014, 088/IV/KIP-PS-A/2013, 504/IX/KIP-PS-A/2014, dan
722/IX/KIP-PS-A/2014. Seluruh amar putusan menyatakan permohonan
informasi gugur dikarenakan Pemohon tidak menghadiri sidang-sidang
tersebut.
Pada bulan Maret, PPID Kemenkes berkesempatan menerima kunjungan
studi banding dari Kementerian Tenaga Kerja. Di dalam kunjungan tersebut
terjadi saling tukar pengalaman dalam pengelolaan informasi publik yang
sudah dilakukan selama ini di masing-masing institusi.
Bulan Mei, melalui surat Kepala Rokomyanmas membuat edaran kepada
Satker Setjen dan Sekretariat Unit Utama dalam rangka pembuatan daftar
informasi publik (DIP). Monitoring untuk pembuatan dan pengumpulan DIP
dilakukan sampai akhir tahun.
Arahan pimpinan untuk meninjau ulang tata kelola keterbukaan informasi
publik, bulan Juni diinisiasi pertemuan pengelola petugas informasi. Hasil
dari pertemuan ini adalah draft regulasi berupa pedoman pengelolaan
informasi publik di lingkungan Kemenkes. Sampai dengan akhir tahun,
pedoman ini masih terus berproses dan belum final.

2) Pelayanan Informasi
Salah satu dari sekian bentuk layanan masyarakat, adalah layanan
informasi. Upaya dari Kemenkes dalam rangka transparansi serta
keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan dan kebijakan pemerintah
untuk mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan sesuai
amanat UUD 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, dan Pasal 28 J

Laporan Kinerja (LKJ)198


* Suasana Ruang Pojok Informasi yang berada di selasar lobi gedung
Prof. Sujudi
Daftar saluran permohonan informasi :
• Fax : 021-52921669
• Surel : kontak@kemkes.go.id
• Surat : Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat;
Gedung Adhyatma, Jl. HR Rasuna Said
Blok X-5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan.
• Laman PPID : www.ppid.kemkes.go.id dan www.kemenkes.go.id
Ruang pojok informasi diberlakukan khusus untuk permohonan informasi,
juga sekaligus menerima pengaduan masyarakat. Bagi masyarakat yang
berkeingingan untuk itu dapat datang tatap muka langsung dengan petugas
informasi di gedung Prof. Sujudi, lantai satu, di kompleks kantor Kementerian
Kesehatan di Kuningan Jakarta.
Pojok Informasi tersedia beberapa fasilitas seperti : 8 board display
informasi, ruang diskusi, front desk, brosurdisplay, majalah display, 1 unit
Signage TV Kemenkes, dan perlengkapan penunjang lainya seperti
komputer desktop dan ATK.
Mekanisme layanan informasi di pojok informasi mengacu pada standar
layanan keterbukaan informasi publik. Untuk memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat, petugas informasi akan berupaya menjawab dengan
berasaskan cepat, murah dan efesien.
Pada tahun ini PPID Kementerian Kesehatan memperoleh penghargaan
dari Komisi Informasi Pusat untuk kategori Kementerian sebagai badan
publik cukup informatif.

Laporan Kinerja (LKJ)199


3) Data Rekapitulasi Permohonan Informasi Sepanjang Tahun 2018

Unit Layanan Terpadu (ULT)


Unit Layanan Terpadu (ULT) merupakan implementasi dari Undang Undang
RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang kemudian dibentuk
Unit Layanan Terpadu (ULT) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
509/MENKES/SK/2010 pada tanggal 26 April 2010. Unit ini terletak di gedung
Prof. Dr. Sujudi lantai 1 dengan tujuan mempermudah penyelenggaraan
pelayanan perizinan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan serta
memotong birokrasi yang panjang di bidang kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)200


Jenis layanan yang ada di ULT termuat dalam tabel berikut:

Tabel 3.54
Jenis Layanan Loket ULT
No Jenis Layanan Loket PJ
1 Perizinan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Loket 1 Direktorat Produksi
• Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) Loket 2 dan Distribusi
• Izin Prinsip Industri Farmasi Kefarmasian
• Izin Industri Farmasi (IF)

• Izin Prinsip Industri Obat Tradisional


• Izin Industri Obat Tradisional (IOT)
• Izin Prinsip Industri Ekstrak Bahan Alam
• Izin Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)
• Izin Produksi Kosmetika

• IT/IP/EP/ET Narkotika, Psikotropika dan


Prekusor Farmasi
• SPI/SPE Narkotika, Psikotropika dan
Prekusor Farmasi
2 Pengurusan Surat Keterangan Alkes Loket 3 Direktorat Penilaian
Pengurusan Izin Edar Alkes dan PKRT Loket 4 Alkes dan PKRT
(registrasi Alkes dan PKRT)

3 Pengurusan Izin Penyalur Alat Kesehatan Loket 5 Direktorat


(IPAK), dan Pengawasan Alkes
Perizinan Sertifikasi Produksi Alkes dan PKRT dan PKRT

No Jenis Layanan Loket PJ


4 Administrasi Surat Tanda Registrasi Apoteker Loket 6 Sekretariat Ditjen
(STRA) Farmalkes
5 Layanan DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Loket 7 Sekretariat Ditjen
Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Input Administrasi DUPAK Jabatan Fungsional Loket 13
Tenaga Kesehatan dari persuratan (pos)
6 Layanan Kepegawaian Kemenkes Loket 8 Biro Kepegawaian
dan
Loket 9
7 Konsultasi tentang Alkes dan PKRT serta Loket 10& Dit. Penilaian dan

Laporan Kinerja (LKJ)201


Konsultasi IPAK Loket 11 Dit. Pengawasan
8 Layanan Informasi SDM Kesehatan Loket 12 Set Badan PPSDM
(Internship, Nakes WNA, Nusantara Sehat, Kes
Tubel, PPDS)
9 Loket Pengambilan (STRA) – November 2017 Loket 14 Biro Kom Yanmas
10 Layanan Informasi dan pengaduan Loket 15/ Biro Kom Yanmas
Koord.
ULT

Pada tahun 2018 ULT telah melakukan pelayanan dengan total sebanyak
30.569 layanankepada pelanggan dengan rincian per bulan sebagaimana
ditampilkan pada grafik di bawah ini:

Laporan Kinerja (LKJ)202


Laporan Kinerja (LKJ)203
Laporan Kinerja (LKJ)204
Laporan Kinerja (LKJ)205
Pelatihan Petugas ULT.
Tahun 2018, ULT mengadakan pelatihan Implementasi Layanan Prima yang
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu tanggal 21 – 23 Maret 2018 dan 27 – 29 Maret
2018, diikuti oleh 40 peserta yaitu petugas ULT dan yang terlibat dalam
penyelenggaraan ULT.
Sasaran dari pelatihan yaitu agar petugas layanan ULT dapat :
• Memahami peran, tanggung jawab dan tantangan dalam memberikan
pengalaman layanan yang berkesan bagi customer
• Mampu memilih sikap yang tepat ketika melayani customer dan berupaya
mengimplementasikan langkah – langkah nyata untuk membuat
pengalaman yang “wow” atau “extra” disetiap interaksi layanan
• Berlatih mendemonstrasikan keterampilan menjalin relasi & koneksi baik
dalam situasi normal maupun sulit
• Merumuskan komitmen pribadi untuk mengimplementasikan mutu layanan
di tempat kerja
Pelatihan ini menghasilkan komitmen bersama :

Laporan Kinerja (LKJ)206


• Untuk menambah product knowledge dengan cara diskusi dengan teman
dan sharing jikalau waktu untuk training belum ada
• Meningkatkan disiplin dengan membuat alarm untuk bangun pagi dan
mendisiplinkan diri secara konsisten
• Untuk menjaga motivasi dan konsistensi dengan mengingat hal baik dan
manfaat layanan bagi diri sendiri
• Menjalankan 3S dengan konsisten
• Hadir tepat waktu dan siap sebelum jam buka layanan

Permasalahan Indikator Kedua:


Dalam Indikator ke 2 ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
agar puas sering kali kesulitan saat harus berhubungan dengan Unit Satker
lain. Dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga akan
menimbulkan kekurangpuasan masyarakat.
Saran: untuk menciptakan pelayanan pemerintah yang mudah diakses
masyarakat. diharapkanULT mampu melayani perizinan dan non perizinan
yang cepat dan tidak berbelit, mempercepat respon terhadap masyarakat,
seperti halnya mengacu pada penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu yang memiliki tugas untuk melayani perizinan dan non perizinan dengan
sistem satu pintutetapi di lingkup kerja Kementerian Kesehatan.

3. INDIKATOR KETIGA
Jumlah Kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan
Indikator pertama untuk mencapai sasaran kinerja meningkatnya sinergitas
antar Kementerian/Lembaga adalah jumlah Kementerian lain yang

Laporan Kinerja (LKJ)207


mendukung pembangunan kesehatan. Dari total 34 kementerian, sebanyak
15 Kementerian yang telah mendukung pembangunan kesehatan pada
tahun 2018. Daftar kementerian tersebut sebagai berikut :
DUKUNGAN PROGRAM PEMBANGUNAN
NO KEMENTERIAN
KESEHATAN
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Kementerian Dalam kesehatan, Gerakan Masyarakat
1
Negeri Sehat,Posbindu dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK)
Kementerian
Perencanaan
2 Pembangunan Gerakan Masyarakat Sehat
Nasional
(BAPPENAS)
Dana Alokasi Khusus (DAK)bidang
Kementerian
3 Kesehatan dan Bantuan Operasional
Keuangan
Kesehatan (BOK)
Kementerian
4 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Pertanian
Generasi Sehat Cerdas (Penanganan
stunting di kawasan perdesaaan); Dana
Kementerian Desa,
Desa ( pemanfaatan Dana Desa untuk
5 Perbatasan dan
membangun sarana sosial dasar di
Daerah Tertinggal
pedesaan, misal
polindes,poskesdes,MCK,dll)
Kementerian
Pekerjaan Umum Peningkatan kualitas permukiman, sanitasi,
6
dan Perumahan akses air
Rakyat
Kementerian Riset Tanaman Obat dan Jamu, Produksi
7
Perindustrian dan Distribusi Farmasi
Kementerian
8 Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Perdagangan
9 Kementerian Sosial Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kementerian
10 Nusantara Sehat
Pertahanan
Kementerian
11 Keselamatan Berkendaraan
Perhubungan
Kesehatan Haji, Pos Kesehatan Pesantren,
12 Kementerian Agama
Vaksinasi TT Calon Pengantin
Poliklinik Umum dan Gigi, Papsmear
Kementerian
(pemeriksaan gratis untuk pegawai)
13 Koordinator dan
sosialisasi penyalagunaan narkoba
Perekonomian
(seminar,dll) senam peregangan
14 Kementerian Kominfo Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Stunting

Laporan Kinerja (LKJ)208


Kementerian
Program Gizi anak sekolah dan Unit
15 Pendidikan dan
Kesehatan Sekolah (UKS)
Budaya

Jumlah Kementerian yang mendukung program pembangunan kesehatan


pada tahun 2018 telah melebihi target. Hal ini akan terus ditingkatkan
kedepannya untuk menjadikan pembangunan nasional yang berorientasi
kesehatan.

A. Indikator Penunjang Renstra :


1. Langganan Media Monitoring Online (Media Massa & Media Sosial)
dan Analisis Berita
Media massa sebagai penggerak opini publik menjadikannya sebagai alat
pengonstruksi masyarakat. Perkembangan isu dan berita yang beredar di
media massa tersebut perlu dikelola dengan baik sehingga Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dapat mengetahui opini masyarakat yang sedang
hangat diperbincangkan dan dapat merespons opini/isu tersebut dengan
cepat, tepat dan proporsional.
Selain itu pula, media sosial tidak luput sebagai pengkonstruksi opini
publik. Melalui media sosial, organisasi memiliki kesempatan untuk
mendapatkan yang tidak pernah dapatkan sebelumnya, seperti:
‘mendengarkan”, berbagi pengalaman, buruk dan baik. Dengan
“mendengarkan percakapan”, institusi mendapatkan manfaat yang
berharga untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat.
Semakin berkembangnya teknologi informasi, pekerjaan “gunting–tempel
koran” sudah kurang relevan mengingat tuntutan pekerjaan yang semakin
banyak. Sebagai gantinya, saat ini bertumbuhan penyedia jasa kliping
online yang dapat melakukan klipping dan membantu analisis
pemberitaan dengan cepat, rapi, lengkap dan memiliki jangkauan media
yang lebih luas dibandingkan dengan berlangganan koran konvensional
yang distribusinya terbatas.
Demikian pula dengan cepat berkembangnya isu-isu terhangat yang viral
dan ramai dibicarakan di media sosial, Rokom Yanmas juga
membutuhkan bantuan penyedia jasa yang menyewakan perangkat untuk
melakukan pemantauan dan analisis isu-isu terkait Menkes, Kemenkes,
serta kebijakan-program kesehatan di media sosial
a. Maksud/Tujuan
Melakukan monitoring dan analisis isu dan berita yang dimuat/
ditayangkan/diunggah di media massa dan media sosial.
b. Proses
• Menggunakan online tools media monitoring untuk media massa
bekerja sama dengan PT. Digivla Indonesia. Perangkat ini dapat
diakses melalui: http://frontend.antara-insight.id/ dengan memilih
opsi formal media. Selain Biro Komunikasi dan Yanmas selaku
admin utama, masing masing Humas unit Utama Kemenkes juga

Laporan Kinerja (LKJ)209


dapat mengakses media monitoring dengan user name dan
password tersendiri.
• Menggunakan online tools media monitoring untuk media sosial
bekerja sama dengan PT Mediawave Interaktif. Perangkat ini dapat
diakses melalui: http://monitoring.mediawave.co.id/login.
• Berita dan isu yang termonitor kemudian diolah, dianalisis dan
dilaporkan secara berkala (harian, mingguan, dan bulanan).
• Waktu pelaksanaan: Januari-Desember 2018.
c. Hasil/Keluaran
• Ringkasan berita harian.
• Tinjauan Isu Media Mingguan (TIMM).
• 12 kali media review dengan Menteri Kesehatan dan pejabat tinggi
Kemenkes.
• 9 bahan analisis isu/berita tertentu seperti mengenai imunisasi MR,
JKN, bencana, korupsi, dll.
• 3 laporan mediamonitoring khusus seperti terkait bencana Sulteng,
bencana Selat Sunda, dan Global Health Security Agenda (GHSA).
• 21 talking points/holding statement untuk pimpinan Kemenkes.
• Laporan media monitoring mingguan, bulanan dan tahunan.
• Isu - isu yang dipantau sudah selama kurun waktu tahun 2018:
1) Selama periode Januari-Desember 2018 berita kesehatan
diangkat bersumber dari 313 media cetak dan portal berita
online, dengan 53 media yang menyebut secara langsung
Kementerian Kesehatan.
2) Pemberitaan mengenai Kementerian Kesehatan cukup beragam,
namun terdapat 5 topik besar yang menjadi perhatian media,
antara lain: (i) Program JKN, (ii) Gizi Buruk dan Campak di
Asmat, (iii) Imunisasi MR (Fase 2), (iv) KLB Difteri, dan (v)
Bencana Gempa Bumi.
3) Program JKN menjadi isu utama yang disorot media sepanjang
tahun 2018. Media mengangkat berbagai pemberitaan seputar
program JKN seperti upaya mencapai UHC, wacana kenaikan
iuran peserta BPJS, permasalahan defisit BPJS Kesehatan
hingga persoalan RS yang memutuskan kerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
4) Isu “Cacing Berprotein” menjadi “hot topic” di media sosial di
tahun 2018.

Tren Pemberitaan Januari-Desember 2018

Laporan Kinerja (LKJ)210


Grafik diatas menunjukan pemberitaan terkait Kemenkes berada di titik
tertinggi pada bulan September. Hal itu dipengaruhi oleh berita seputar
polemik defisit bpjs kesehatan dan imunisasi MR (Fase 2).
Sedangkan, pemberitaan terkait Kemenkes mengalami jumlah
pemberitaan terendah padah bulan Juli. Hal itu dikarenakan pada bulan
Juli pemberitaan seputar program JKN mengalami penurunan yang cukup
drastis. Pada bulan tersebut media cenderung mengangkat berita seputar
Asian Games, Polemik SKM dan Kesehatan Haji.

2. Workshop Peningkatan Kapasitas Pejabat Kesehatan dalam


Penanganan Isu Publik di Media
Dengan akan berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik yang efektif dilaksanakan pada bulan Mei
2010, maka lembaga pemerintah wajib hukumnya untuk menyediakan
informasi dengan klasifikasi tertentu. Akibatnya, ini juga harus diiringi
dengan kemampuan bagi para pejabat di lembaga pemerintah yang diberi
kewenangan untuk memberikan informasi/pernyataan kepada
masyarakat, khususnya media massa (pers).
Penyampaian informasi kepada publik oleh pejabat di lingkungan
Kementerian Kesehatan diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
342/MENKES/SK/III/2007 tentang Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Informasi Kepada Pers dan/atau Masyarakat. Sejak tahun 2016 telah
berlangsung revisi kepmenkes tersebut yang dituangkan melalui
pedoman komunikasi krisis yang akan ditetapkan dalam bentuk regulasi
di tahun 2017.
Menghadapi wartawan, baik dalam forum resmi melalui konferensi pers,
maupun yang sifatnya insidentil (door stop) bukanlah perkara yang
mudah, sehingga dianggap perlu memberikan pembekalan kepada para
pimpinan di Kementerian Kesehatan dalam memberikan informasi/
pernyataan kepada pers, agar pesan yang diinginkan dapat tersampaikan
dan tidak menimbulkan citra negatif bagi institusi.
a. Maksud/Tujuan

Laporan Kinerja (LKJ)211


Mengetahui dan meningkatkan kapasitas pejabat Eselon I dan II
Kementerian Kesehatan dalam menghadapi jurnalis/media.
b. Proses
• Mencari penyedia jasa pelatihan komunikasi/kehumasan
Menyiapkan proses pelatihan (lokasi, trainer, metode).
• Mengundang dan menghadirkan peserta pelatihan.
• Menyelenggarakan pelatihan pada bulan Februari dan Mei 2018
berlokasi di Jakarta.
• Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelatihan.
c. Hasil/Keluaran
• Dalam rangka memberikan pembekalan teori dan praktek kepada
para pejabat Eselon 1-2 Kemenkes mengenai kiat dan teknik
mediahandling, personal branding, dan public speaking. Pada
umumnya terdapat 3 komponen utama kegiatan ini yaitu:
1) Review: Menggali pengalam peserta dalam menghadapi media
2) Simulasi wawancara doorstop, wawanca via telepon dan
talkshow
3) Evaluasi dan penyampaian fumpan-balik

Tabel 3.55
Pelaksanaan Workshop Peningkatan Kapasitas Pejabat Kesehatan
dalam Penanganan Isu Publik di Media
Penyedia
Tanggal Peserta Narasumber
Jasa
28 Februari 2018 1. Kepala Biro Hukum dan Alvin Adam 1. Alvin Adam
Organisasi Communicat 2. Riko
2. Kepala Biro Kepegawaian ion School Anggara
3. Direktur Pelayanan
Kefarmasian
4. Kepala Biro Kerja Sama Luar
Negeri
5. Direktur Kesehatan
Lingkungan
30 Mei 2018 1. Ka. Biro Keuangan dan BMN Alvin Adam 1. Ayu Dyah
2. Direktur Promkes dan PM Communicat Pasha
3. Kepala Pusat Penelitian dan ion School 2. Yudi
Pengembangan Humaniora Yudawan
dan Manajemen Kesehatan
4. Direktur Pencegahan dan
Pengendalian PTM
5. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat

Workshop I: 28 Februari 2018 Workshop II: 30 Mei 2018


Februari 2018

Laporan Kinerja (LKJ)212


3. Koordinasi Pengawasan Iklan Bidang Kesehatan dan Penanganan
Kasus Komunikasi Krisis Bidang Kesehatan
a. Maksud/Tujuan
Melakukan pembinaan, pengawasan, pelaporan dan penindakan
terhadap pelanggaran regulasi iklan dan publikasi bidang kesehatan di
media massa, khususnya di media elektronik seperti stasiun televisi.

b. Proses
• Memantau dan menerima laporan pelanggaran iklan/publikasi
bidang kesehatan di media.
• Membuat dan mengirimkan surat teguran media kepada KPI/KPID.
• Mengadakan pertemuan pengawasan iklan dan publikasi kesehatan
di daerah.
• Melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke penyehat tradisional dan
panti sehat di daerah.
• Membuat rilis, pengumuman publik dan laporan hasil pengawasan.
• Waktu pelaksanaan: Januari-Desember 2018.
• Lokasi: Jakarta, Banten, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

c. Hasil/Keluaran
• 6 surat teguran, 2 siaran pers, dan 1 pengumuman publik melalui
situs resmi maupun media sosial Kemenkes.
• 6 kali sidak di Kota Tangerang Selatan, Kota Bandung, Kab Bantul
dan Kota Yogyakarta.
• 3 kali penyelenggaraan pertemuan pengawasan iklan dan publikasi
kesehatan yaitu
- Serang, Banten, 17-18 September 2018
- Bandung, Jawa Barat, 22-24 Oktober 2018
- Yogyakarta, DIY, 28-30 November 2018

Laporan Kinerja (LKJ)213


Sidak ke Penyehat Tradisional di Audiensi ke KPID
Tangsel, 17 September 2018 DKI Jakarta

Pertemuan Pengawasan Iklan dan Publikasi


Kesehatan

4. Penyusunan Pedoman Komunikasi Risiko


Indonesia Negara kepulauan yang terdapat lebih dari 16 ribu pulau
(terdaftar PBB) dan dikelilingi oleh Samudera Hindia dan Pasifik, wilayah
Indonesia berada dalam lingkup ring of fire yang memiliki risiko tinggi
mengalami bencana alam berupa gunung berapi maupun gempa bumi
yang berpotensi tsunami.
Era globalisasi membuat dunia seakan menjadi tanpa batas.
Transportasi/mobilitas barang, manusia dan hewan lintas negara semakin
mudah. Terjadinya global warming dan ekosistem yang mengalami
banyak perubahan sangat sulit untuk memprediksi munculnya penyakit
baru. Hal-hal ini tentu dapat menimbulkan permasalahan kesehatan di
suatu negara yang dapat berdampak negatif pada negara lain di wilayah
regional bahkan dapat menyebar menjadi masalah kesehatan global,
seperti pandemi flu burung, Zika, Mers CoV, dan lain-lain.
Konsekuensinya, keamanan kesehatan global seluruh negara harus
diperkuat.
Hal lainnya adalah secara demografis, penduduk kita sangat beragam,
multikultur, multietnis/ras sehingga rawan akan terjadinya konflik sosial.
Beberapa situasi dan kondisi tersebut menyimpan potensi terjadinya
bencana alam, non alam dan sosial yang tentunya perlu diantisipasi,
terutama dalam aspek komunikasi.
Komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan. Terkait krisis dan risiko yang
dapat kita alami dari berbagai bencana tersebut, komunikasi risiko
memegang peranan penting. Dengan komunikasi risiko, masyarakat akan

Laporan Kinerja (LKJ)214


mendapat informasi yang benar, valid dan akurat, sehingga mampu
membuat keputusan dan tindakan yang tepat untuk menghadapi segala
risiko yang ditimbulkan oleh suatu kondisi darurat/krisis.
Kegiatan ini merupakan upaya Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat untuk meningkatkan kapasitas kita bersama dalam
melakukan komunikasi risiko. Selain itu, pedoman komunikasi risiko
adalah salah satu rekomendasi dari Joint External Evaluation (JEE) yang
telah dilaksanakan pada tahun 2017 khususnya untuk Area Teknis
Komunikasi Risiko.

a. Maksud/Tujuan
• Meningkatkan kapasitas komunikasi risiko program kesehatan.
• Memperkuat koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam
komunikasi risiko pada krisis kesehatan.

b. Proses
• Mengadakan pertemuan penyusunan draft pedoman komunikasi
risiko.
• Melakukan proses pengadaan jasa konsultan komunikasi risiko oleh
WHO Indonesia. Konsultan ini merupakan kegiatan dana hibah
yang dibiayai WHO Indonesia.
• Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) draft pedoman
komunikasi risiko.
• Waktu pelaksanaan: Mei, November, dan Desember 2018.
• Lokasi: Jakarta dan Bogor.

c. Keluaran/Hasil
• 3 kali penyelenggaraan pertemuan penyusunan pedoman
komunikasi risiko di Bogor, Jawa Barat yaitu pada tanggal 8-9 Mei,
1-2 November, dan 10-11 Desember 2018 .
• 1 kali penyelenggaraan FGD penyusunan pedoman komuniikasi
risiko di Jakarta, yaitu pada tanggal 21-22 November 2018.
• 1 buku rancangan pedoman komunikasi risiko.

FGD, 21-22 Nov 2018 Pertemuan Multi-Sektor 1,


1-2 Nov 2018

Laporan Kinerja (LKJ)215


Pertemuan Multi-Sektor 2, 10-11 Des 2018

5. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Isu Publik


Pandangan masyarakat terhadap suatu permasalahan tidak terlepas dari
peran media. Peran media menjadi sangat vital karena bertanggung
jawab dalam membentuk opini masyarakat. Opini yang berkembang di
masyarakat akan menjelma menjadi sikap dan mentalitas dari masyarakat
itu sendiri. Sebuah pemikiran yang tersampaikan pada masyarakat akan
menjadi dasar bagi sikap dan perilaku masyarakatnya. Dampak media
massa dapat meluas kepada siapapun secara holistik dan simultan
membawa masyarakat pada perubahan.
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan
(Rokom Yanmas Kemenkes) memiliki bagian yang memiliki produk
komunikasi untuk stakeholder yang berbeda. Produk-produk ini dibuat
bukan hanya untuk menyamaikan pesan dari Kementerian Kesehatan
kepada audiensnya, tetapi juga untuk pencitraan kementerian untuk
menjaga nama baik dan kredibilitas institusi.
Disamping itu, seluruh publikasi yang selama ini telah dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan melalui pelbagai media massa perlu dievaluasi
untuk mengetahui efektivitasnya dengan cara melakukan riset kepada
masyarakat dengan metode tertentu. Dengan demikian diharapkan akan
didapatkan data dan informasi yang bisa dijadikan landasan dalam
merencanakan program kehumasan berikutnya.
Proses-proses komunikasi yang sudah dibuat perlu diperiksa, dievaluasi
dan diukur secara cermat dan sistematik, sebagaimana halnya dengan
catatan-catatan keuangan. Dengan demikian, kualitas dan kinerja para
eksekutif, pejabat dan staf komunikasi, dapat diketahui dan bila
diperlukan, dapat diperbaiki secara sistematik sehingga efektivitas
maupun efisiensi komunikasipun dapat meningkat.
a. Maksud/Tujuan
Mengukur persepsi dan pengetahuan publik terhadap kebijakan,
program dan kinerja dari Kementerian Kesehatan dan Menteri
Kesehatan. Riset ini menggunakan metode penelitian dengan teknik
kualitatif

Laporan Kinerja (LKJ)216


b. Proses
• Mencari penyedia jasa riset dan mengadakan kontrak kerjasama
• Menyiapkan proses riset (waktu, personil, metodologi, dll.).
• Melakukan proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data.
• Menyusun laporan dan menyajikan hasil riset.
• Melakukan monitoring dan evaluasi riset.
• Mencetak dan mendistribusikan hasil riset.
• Waktu pelaksanaan: April-Mei 2018.
• Lokasi: Jakarta dan 4 kota (Bogor, Malang, Samarinda, Maros).
c. Keluaran/Hasil
• Laporan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Isu Publik Tahun
2018.
• Buku kumpulan riset opini publik tahun 2015-2018
FGD Bogor FGD Malang

FGD Samarinda FGD Maros

Laporan Kinerja (LKJ)217


Buku Kumpulan Riset OP Kemenkes
6. In-house Training
• Pelatihan diberikan kepada para Humas Kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
hal komunikasi krisis.
• Workshop di Jakarta pada 13-14 September yang diikuti oleh 25
peserta. Materi yang diberikan tentang manajemen krisis, strategi
media sosial dan media handling.

Workshop/In-house Training
Humas Kesehatan Pusat

7. Koordinasi Tim Media Sosial Kemenkes


Pada tanggal 9 Juni 2017, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan
Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor
HK.02.02/III/160/2017 tentang Tim Media Sosial Bidang Kesehatan, yang
terdiri dari 114 anggota. Sebagai Koordinator adalah Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat.
Tim media sosial memiliki tugas:
 Membantu akun resmi Kemenkes dalam mempublikasikan informasi
kesehatan dan program Kemenkes
 Menyusun pedoman dan etika bermedia sosial di bidang kesehatan
 Membangun jejaring komunikasi pengguna media sosial baik internal
maupun eksternal organisasi
 Memberi like, share, dan comment dengan akun pribadi terhadap
publikasi informasi atau pernyataan public dari akun resmi Kemenkes
 Mengajak pengguna medoa sosial lain di dalam lingkarannya secara
sukarela untuk melakukan like, share, dan comment
 Menangani informasi pals (hoaks) bidang kesehatan di media sosial
serta mensosialisasikan gerakan anti informasi palsu (hoax) bidang
kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)218


SK Sekretaris Jenderal Tim Media Sosial/Cybertroops
• Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan konsolidasi tim media sosial
Kemenkes sekaligus meningkatkan kapasitasnya.
• Workshop konsolidasi Tim Media Sosial Kemenkes ini bertemakan
tentang “Antihoaks Kesehatan” dilaksanakan di Jakarta, pada tanggal
19 April 2018 yang diikuti oleh anggota tim cybertroops Kemenkes
sebanyak 35 orang.

8. Kegiatan Bidang Komunikasi dan Penyebaran Info Asian Games


XVIII dan Asian Para Games III Tahun 2018
Sebagai tuan rumah untuk kedua ajang olahraga internasional, Indonesia
telah sukses mengukir sejarah dengan pencapaian prestasi yang luar
biasa di dalam Asian Games XVIII dan Asian Para Games III 2018. Peran
serta dan dukungan multi-sektor untuk kedua sport event ini adalah
bagian yang teramat penting untuk kelancaran dan kesuksesan acara.
Kementerian Kesehatan di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam Panitia Nasional
Asian Games XVIII dan Asian Para Games III 2018 sebagai tim
kesehatannya. Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas dan fungsi tim
kesehatan tersebut diterbitkanlah Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor HK.01.07/Menkes/413/2018 tentang Tim Penyelenggara Bidang
Kesehatan dan Rumah Sakit Rujukan Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Asian Games XVIII dan Asian Para Games Tahun 2018
a. Tugas dan Fungsi
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/413/2018
tentang Tim Penyelenggara Bidang Kesehatan dan Rumah Sakit
Rujukan Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Asian Games
XVIII dan Asian Para Games Tahun 2018 mengamanatkan kepada
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyakarat sebagai
Koordinator Bidang Komunikasi dan Penyebaran Informasi untuk
kedua event olahraga internasional memiliki tugas dan fungsi:

Laporan Kinerja (LKJ)219


a) mendukung penyebarluasan informasi tentang pelaksanaan
kegiatan olahraga masyarakat pada Asian Games XVIII dan Asian
Para Games Tahun 2018;
b) melakukan promosi kesehatan tentang penyakit menular langsung
terkait kegiatan Asian Games XVIII dan Asian Para Games Tahun
2018;
c) melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada Ketua.

Di dalam pelaksanaan bidang ini, turut didukung oleh Direktur Promosi


Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktur Pengendalian
Penyakit Menular Langsung, dan Kepala Subbag Advokasi Hukum dan
Humas Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

b. Proses dan Keluaran/Hasil


Dalam rangka mengimplementasikan tugas dan fungsi Bidang
Komunikasi dan Penyebaran Informasi Tim Penyelenggara Bidang
Kesehatan Asian Games XVIII dan Asian Para Games Tahun 2018
telah melakukan berbagai kegiatan, diantaranya:
i. Rapat koordinasi Bidang Komunikasi dan Penyebaran Informasi
yang melibatkan lintas program Kemenkes (UPT Vertikal dan
satuan kerja yang terdapat di dalam SK Tim Kesehatan), WHO
Indonesia, Dinkes/Sudinkes di wilayah pelaksanaan Asian Games
2018, dan tim INASGOC (Medical and Dopping Control Dept.,
Communication Dept, Media and PR Dept) yang telah
diselenggarakan di Jakarta, pada tanggal 20 Juli 2018.

Rapat koordinasi Bidang Komunikasi dan Penyebaran Informasi, 20


Juli 2018

Hasil rapat ini adalah mengupayakan langkah-langkah yang


strategis bekerja sama dengan tim komunikasi serta media & PR
INASGOC untuk mendongkrak publisitas tim kesehatan selama
sebelum dan saat pelaksanaan Asian Games 2018.

ii. Workshop on Strengthening National Risk Communication for Mass


Gatherings and Other PriorityEvents dilaksanakan di Jakarta, pada
tanggal 6-8 Agustus 2018, merupakan kerja sama antara Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dengan WHO Indonesia

Laporan Kinerja (LKJ)220


untuk meningkatkan kapasitas nasional komunikasi risiko
menghadapi dua perhelatan olahraga akbar di Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari media & PR Dept.
INASGOC serta WHO Headquarter, Jenewa. Selain itu, kegiatan ini
juga untuk menguatkan koordinasi dan kerja sama lintas program-
lintas setor dengan mengundang satuan kerja dan UPT Vertikal
Kemenkes yang terdapat di dalam SK Tim Kesehatan), tim
INASGOC, WHO Indonesia, Dinkes, Humas TNI-Polri, humas
BPOM, BNPB-BPBD di wilayah pelaksanaan Asian games 2018.

Workshop on Strengthening National Risk Communication for Mass


Gatherings and Other PriorityEvents, 6-7 Agustus 2018

Pelaksanaan Table Top Exercise yang dipandu oleh Dr. Gaya


Gamhewage dan Mrs. Heini Utunen (WHO Headquarter)

Permasalahan dan Usulan Pemecahan Masalah:


1. Indikator kinerja
Terbentuknya opini publik melalui media massa tidak saja hanya
tergantung faktor internal tetapi juga eksternal. Justru faktor internal seperti
agenda setting media, bad news good news, pemahaman jurnalis,
keawaman publik serta faktor politik dan hukum, sangat berpengaruh
terhadap pemberitaan media yang berdampak pada opini publik. Faktor
internal dalam pembentukan opini publik melalui media seperti peningkatan
kuantitas dan kualitas hubungan media (media relations), tidak cukup
mengimbangi faktor eksternal diatas.

Laporan Kinerja (LKJ)221


Pembentukan opini publik atas Kementerian Kesehatan bukan saja
ditentukan oleh kegiatan atau program Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat. Opini publik atas institusi merupakan hasil kerja kolaborasi
dan sinkronisasi program yang dijalani Unit Utama atau program lintas
program dan sektor yang terkait dengan Kesehatan. Sehingga tidak begitu
tepat kinerja “opini publik positif” hanya menjadi indikator kinerja Rokom
Yanmas, tetapi semestinya menjadi indikator Kementerian Kesehatan yang
harus didukung terutama oleh setiap Unit Utama/unit kerja dibawah
Kemenkes.
Oleh sebab itu, indikator kinerja persentase opini publik positif sebesar
90% sangat sulit tercapai karena pembentukannya bukan sepenuhnya
dibawah pengaruh dan kontrol Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dipertimbangkan perubahan indikator
kinerja dengan definisi operasioal yang lebih jelas dan terukur sesuai
dengan tugas pokok Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.

2. Kesiapan personal
Pelaksanaan kegiatan opini publik memerlukan sumber daya (manusia dan
sarana/prasarana) yang menuntut kecermatan, kecepatan dan ketepatan.
Pengelolaan opini publik dan manajemen isu juga memerlukan
kemampuan analisis, berfikir strategis dan responsif terhadap isu dan opini
yang berkembang di masyarakat. Dalam hal pelaksanaan kegiatan opini
publik ini selain pegawai PNS juga non PNS/honorer sebanyak 1 orang.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan peningkatan kapasitas pegawai baik
kuantitas maupun kualitas sehingga pengelolaan opini publik dan
manajemen isu dapat berjalan lebih baik di masa datang.

SUMBER DAYA/REALISASI ANGGARAN


Dalam rangka mencapai kinerjanya, Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat didukung oleh beberapa sumber daya, antara lain sumber daya
manusia, sumber daya anggaran dan sumber daya sarana dan prasarana.
1. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Keadaan Pegawai Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat
Jenderal sampai dengan 31 Desember 2018 berjumlah 60 Orang, dengan
rincian sebagai berikut :
a. Menurut Jabatan:
• Jabatan Struktural : 13orang
• Jabatan Fungsional Tertentu : 19 orang
Pranata Humas : 13 orang
Pustakawan : 6 orang
• Jabatan Pelaksana :28 orang
b. Menurut Golongan:
• Golongan II : 9 orang
• Golongan III : 43 orang
• Golongan IV : 8 orang

Laporan Kinerja (LKJ)222


c. Menurut Pendidikan:
• SLTP &SLTA : 8 orang
• D3 : 9 orang
• S1 : 32 orang
• S2 : 11 orang

2. SUMBER DAYA ANGGARAN


Dalam mencapai kinerjanya, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
didukung oleh Sumber Daya Anggaran yang berasal dari APBN. Sesuai
DIPA Tahun 2018 Nomor : SP DIPA-024.01.1.477136/2018, dengan
alokasi sebagai berikut:

Tabel 3.56
Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun 2018
Self Realisasi
Pagu Awal Pagu Revisi
Blocking
(Rp.) (Rp.) Anggaran (Rp.) %
(Rp.)
50.488.535.000 50.338.535.000 0 45.374.006.263 90.14

Sejalan dengan tugas dan fungsi Biro Komunikasi dan Pelayanan


Masyarakat, proporsi anggaran terbesar dialokasikan tiap tahunnya untuk
alokasi sasaran indikator publikasi kesehatan yang disebarluaskan kepada
masyarakat yaitu sekitar 50% dari alokasi anggaran.

Dukungan manajemen administrasi perkantoran


Kegiatan dalam rangka dukungan manajemen administrasi perkantoran
yang berhasil dilaksanakan sepanjang tahun 2018 adalah sebagaimana
diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel Kegiatan Dukungan Manajemen Administrasi Perkantoran


No. Jenis Kegiatan/Sub Target Realisasi Persentase
kegiatan thn2018
1 Perbaikan/maintenance 1 PT 1 PT 100%
peralatan kantor
2 Perawatan kendaraan 1 PT 1 PT 100%
bermotor
3 Pemeliharaan jaringan 1 PT 1 PT 100%
sistem informasi
4 Langganan daya dan 1 PT 1 PT 100%
jasa

Laporan Kinerja (LKJ)223


Sasaran kegiatan:
Tujuan dari indikator/kegiatan ini adalah terselenggaranya dukungan
manajemen administrasi bagi pimpinan dan operasional Biro Komunikasi
dan Pelayanan Masyarakat.

Hasil yang diharapkan:


Target tahun 2018 adalah terselenggaranya 4 kegiatan dan telah
terealisasi 4 kegiatan (100%). Dengan demikian penyelenggaraan
manajemen administrasi bagi pimpinan dan operasional telah sesuai
dengan target.
REALISASI ANGGARAN
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat tahun 2018 untuk Program Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dengan alokasi Rp.
50.488.535.000,-. Berikut tabel realisasi anggaran dan persentase
terhadap pagu:
Tabel 3.57
Realisasi Anggaran tahun 2017 - 2018
2017 2018
No. Uraian kegiatan
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
% %
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
A. Program 42.494.256.000 39.848.836.385 93,77 50.338.535.000 45.374.006.263 90,14
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya

Tabel 3.58
Rincian realisasi anggaran per output
Output Alokasi Dana Realisasi Realisasi
Komunikasi 33.947.229.000 31.060.557.208 9.500 Publikasi
Publik
Layanan Publik 8.159.938.000 6.969.871.341 10.800 Layanan
Dukungan 5.621.778.000 4.854.457.173 12 bulan
Layanan
Manajemen
Layanan 2.759.590.000 2.489.120.541 12 bulan
Perkantoran

Laporan Kinerja (LKJ)224


Tabel 3.59
Perbandingan Kinerja Antara Tahun 2017– 2018

INDIKATOR TARGET REALISASI


PROGRAM SASARAN
KINERJA 2017 2018 2017 2018
1. Jumlah
publikasi
program
pembangunan 8.794
9.000 9.500 16.881
kesehatan Publika
Publikasi Publikasi Publikasi
yang si
Meningkatnya disebarluaskan
pengelolaan kepada
komunikasi masyarakat
dan 2. Persentase
Pengelolaan pelayanan Layanan
Komunikasi masyarakat Masyarakat
Publik dan (permohonan
Pelayanan informasi dan 96% 97% 98,25% 97,52%
Masyarakat pengaduan
masyarakat)
yang
diselesaikan
Meningkatnya
3. Persentase
jumlah
Kementerian
Kementerian
lain yang
Lain yang 30% 40% 41,17% 44,11%
mendukung
mendukung
Pembangunan
Pembanguna
Kesehatan
n Kesehatan

Untuk indikator pertama, “Jumlah Publikasi Program Pembangunan


Kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat.” pada tahun 2018
dari target 9500 publikasi,realisasi sebanyak 16.881 publikasi. Kelebihan
target tersebut dikarena adanya beberapa isu seperti bencana, JKN,
adanya penerbitan foto berita,adanya kebijakan kesehatan yang di
sebarkan melalui IG serta adanya kegiatan Ekspose hasil pembangunan.
Untuk indikator kedua, “Persentase layanan masyarakat (permohonan
informasi dan pengaduan masyarakat) yang di selesaikan” dari target 97%,
realisasi 97,52%.
Untuk indikator ke tiga,”Persentase Kementerian lain yang mendukung
Pembangunan Kesehatan” untuk tahun 2018 target 40 %, realisasi 44,11%.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Sarana dan Prasarana mempunyai peranan penting dalam kaitannya
dengan pelaksanan dan penyelesaian tugas dan fungsi satuan organisasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsi pengelolaan komunikasi public dan pelayanan masyarakat, Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat terus berupaya untuk melakukan
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kantor.

Laporan Kinerja (LKJ)225


Berdasarkan Data pada Neraca Laporan Barang Milik Negara tahun 2018,
nilai sarana dan prasarana yang dikelompokkan dalam akun neraca dapat
dijelaskan melalui tabel 3.49 dibawah ini:

Gambar 3.49.
Neraca BMN Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
TA. 2018

Sumber Daya Sarana Dan Prasarana Biro Komunikasi dan Pelayanan


Masyarakat per 31 Desember 2018 dapat disajikan pada Tabel berikut
dibawah ini:

Laporan Kinerja (LKJ)226


Tabel 3.60
REKAPITULASI RINGKASAN BELANJA ASET
PERIODE: 1 JANUARI 2018 S/D 30 JUNI 2018

NO Nama Aset Jumlah

1 P.C Unit 1 buah

2 Mesin Penghitung Uang 1 buah

3 Televisi 1 buah

4 CPU (Peralatan Mini Komputer) 1 buah

5 Video Processor 1 buah

6 P.C Unit 8 buah

7 Printer (Peralatan Personal Komputer) 2 buah

8 Televisi 3 buah

9 Televisi 5 buah

10 Televisi 2 buah

11 Printer 3 buah

12 Wireless 1 buah

13 Microphone/Wireless MIC 4 buah

14 Battery Charger (Peralatan Studio Audio) 1 buah

15 Tripod Camera 2 buah


12
16 Note Book buah

17 Lensa Kamera 4 buah

18 Lampu Blitz Kamera 4buah

19 Alat Penghancur Kertas 3 buah

20 Camera Digital 4 buah

21 Camera Digital 3 buah

22 Microphone/Wireless MIC 1buah


JUMLAH
Sumber: Laporan BMN Biro Kepegawaian Tahun 2018.

Jumlah Pengadaan dalam rangka mendukung kegiatan Biro


Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Dalam pencapaian sasaran strategi, yang menjadi indikatorpenunjang
adalah dukungan dalam pengadaan

Laporan Kinerja (LKJ)227


Tabel Dukungan Kegiatan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
No. Jenis Pengadaan

1. Pengadaan Jasa Maintenance Jaringan dan Konten Media Informasi


Elektronik (TV Signage)
2. Outsourcing petugas operator layanan contact center Halo Kemenkes
1500567 (Agent Halo Kemenkes) Bulan Januari
3. Pengadaan Jasa Maitenance Sistem Layanan Terpadu
4. Jasa Maintenance dan Integrasi Aplikasi Saluran Informasi, Aspirasi dan
Pengaduan (SIAP) Tahun 2018
5. Jasa Langganan Media Massa Monitoring Online
6. Jasa Langganan Media Sosial Monitoring Online
7. Outsourcing petugas operator layanan contact center Halo Kemenkes
1500567 (Agent Halo Kemenkes) Bulan Februari
8. Jasa Penyusunan Panduan Interaksi Layanan Tahun 2018
9. Jasa Penyiar dan Program Director Radio Kesehatan Tahun 2018
10. Jasa Teknis Website dan Training Radio Kesehatan Tahun 2018
11. Advertorial di Media Rakyat Merdeka
12. Digitalisasi Majalah Internal Kementerian Kesehatan
13. Peralatan Komputer Disabilitas Perpustakaan
14. Produksi Majalah Mediakom Tahun 2018
15. Jasa Penyelenggara Pameran Rakerkesnas Tahun 2018
16. Jasa Digitalisasi Bahan Pustaka (Scanning/Alih Media)
17. Jasa Migrasi Otomasi Perpustakaan
18. Jasa Pengembangan Blueprint ULT
19. Workshop Implementasi Layanan Prima Petugas ULT
20. Advertorial di Republika
21. Jasa Monitoring Evaluasi Pengelolaan Isu Publik 2018
22. Advertorial di Koran Sindo
23. Jasa Peningkatan Kapasitas Petugas Operator Layanan Contact Center
24. Jasa Langganan e-Journal
25. Jasa Pembelian E-Book
26. Advertorial di Suara Pembaruan dan Koran Sindo
27. Jasa Pencetakan Buku Direktori Pejabat
28. Jasa Pengembangan Aplikasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
29. Jasa Konsultan Penyusunan Pedoman Informasi Publik
30. Jasa Pembuatan Video Dokumenter Tanggap Bocah (Tabo)
31. Jasa Penggandaan/Pencetakan Bahan Publikasi Pameran
32. Pengadaan Barang Bahan Kontak Publikasi Kesehatan Tahun 2018
33. Pencetakan Buku Laporan Kinerja Kemenkes Bekerja 2015-2017
34. Jasa Pembuatan Video JKN 1 dan 2
35. Jasa Event Pameran
36. Workshop Peningkatan Kapasitas Penanganan Isu 2018 Tahap II
37. Jasa Pembuatan Video Puskesmas 1 dan 2
38. Advertorial di Republika
39. Jasa Langganan e-Journal (Addendeum)
40. Pengadaan Jasa Pengelolaan Website Sehatnegeriku Tahun 2018
41. Pengadaan Jasa Lainnya Dalam Rangka Kegiatan Pelatihan Standar

Laporan Kinerja (LKJ)228


Service Excelence Pelayanan Publik
42. Pengadaan Jasa Lainnya Dalam Rangka Pelatihan Customer Care dan
Komunikasi Efektif
43. Jasa Penggandaan/Pencetakan Bahan Publikasi Pameran
44. Jasa Pembuatan Video Nusantara Sehat 1 dan 2
45. Sewa Tempat dan Peralatan Pendukung Pameran ASEAN Games 2018
46. Jasa Desain dan Pembuatan Stand Pameran
47. Konsultan Perpustakaan
48. Bahan Kontak Publikasi Germas Berupa Kaos dan Jaket
49. Bahan Kontak Publikasi Germas Berupa Berupa Botol Minuman Sari
Buah, Handuk Sport, Payung Lipat dan KIT P3K
50. Renovasi Ruang Rapat
51. Pengadaan Kaos Pameran
52. Pemasangan Advertorial di Sosial Media
53. Pengadaan Kaos Pameran
54. Furniture Lemari File dan Lemari Display
55. Advertorial di Rakyat Merdeka
56. Advertorial di Media Indonesia
57. Jasa Pembuatan Video Profil Dokter Terdepan atau Perbatasan Tahun
2018
58. Pelatihan Customer Care dan Komunikasi Efektif
59. Pengembangan Sistem Informasi dan Monitoring Angka Kredit (SIMAK)
Humas Kementerian Kesehatan RI
60. Pengadaan In-House Training Humas Kesehatan Dalam Rangka
Manajemen Isu Publik
61. Penyusunan Buku Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
62. Advertorial di Indo Pos
63. Penayangan Video Penerima Manfaat JKN Di Media Televisi Berita
64. Surveilance Audit ISO 9001 Manajemen Mutu Layanan Unit Layanan
Terpadu (ULT)
65. Jasa Partisipasi Event Pameran
66. Jasa Survey Kepuasan Pelanggan ULT, Layanan Informasi dan
Perpustakaan)
67. Jasa Konsultan Surveilance Audit ISO 9001 untuk Manajemen Mutu
Layanan Informasi Publik
68. Renovasi Ruang Layanan Contact Center - Halo Kemenkes 1500567
69. Penyusunan Buku Laporan Tahunan Kinerja Kemenkes Tahun 2018
70. Jasa Pembuatan Video Kinerja Sekretariat Jenderal
71. Kompetisi Penulisan Berita Kesehatan Bagi Jurnalis Cetak dan
Komunitas Penggiat Media Sosial Tahun 2018
72. Kompetisi Penulisan Berita Kesehatan Bagi Jurnalis Cetak, Elektronik
dan Komunitas Penggiat Media Sosial Tahun 2018
73. Produksi Kalender Pembangunan Kesehatan Tahun 2019
74. Produksi Kalender Pembangunan Kesehatan Tahun 2019
75. Advertorial di Harian Waspada
76. Advertorial di Media Cetak Daerah
77. Advertorial di Majalah Colour International Tahun 2018
78. Advertorial di Rakyat Merdeka 2
79. Advertorial di Suara Pembaruan dan Koran Sindo
80. Jasa Desain dan Bangun Pameran Foto di Gedung Kemenkes

Laporan Kinerja (LKJ)229


81. Jasa Desain dan Bangun Pameran HKN di ICE BSD
82. Advertorial di Republika
83. Jasa Pengembangan Radio Jejaring 2018
84. Jasa Konsultan ISO Perpustakaan 2018
85. Jasa Pengembangan Radio Jejaring 2018
86. Buku Koleksi Perpustakaan
87. Pengelolaan Media Center Pada Forum Internasional GHSA Denpasar -
Bali
88. Advertorial di Media Indonesia
89. Pameran HUT KORPRI Tahun 2018
90. Jasa Pembuatan Video Tupoksi Birkomyanmas
91. Jasa Pembuatan Video Tupoksi Kementerian Kesehatan Tahun 2018
92. Jasa Pembuatan Video Layanan Publik di Kementerian Kesehatan
Tahun 2018
93. Jasa Pembuatan Video Capaian Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun
2018
94. Advertorial di Suara Pembaruan
95. Advertorial di Majalah Gatra
96. Pengadaan Barang Meja Rapat dan Kursi Untuk Kebutuhan Ruang
Kerja
97. Cetak Ulang Kalender Pembangunan Kesehatan Tahun 2019

Tabel 3.61
Pengadaan Barang/Jasa Melalui ULP dan E-Catalog
No. Jenis Pengadaan

1 Petugas Halo Kemenkes

2 Penerbitan dan Distribusi majalah mediakom

3 Produksi dan Placement Talkshow di TV, Radio, Re Run TV Lokal


Tahun 2018
4 Placement dan Advertorial di Portal Online
5 Pengadaan Peralatan Kantor
6 Talkshow di Televisi Lokal
7 Produksi film publikasi kesehatan
8 Renovasi Ruang Kerja Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
9 Pengadaan Furniture Kantor
10 Meubelair Kantor Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan


Kegiatan peningkatan analisis determinan kesehatan dapat dicapai
dengan satu indikator yaitu Hasil Analisis Kebijakan yang Disusun untuk
Peningkatan Pembangunan Kesehatan. Capaian indikator diperoleh
dengan mendata jumlah hasil analisis kebijakan pembangunan kesehatan dari
sejumlah dokumen analisis kebijakan pembangunan kesehatan yang disusun.

Laporan Kinerja (LKJ)230


Tabel 3.62
Definisi Operasional Indikator
Pusat Analisis Determinan Kesehatan

DEFINISI DATA TARGET


NO INDIKATOR
OPERASIONAL DUKUNG 2015 2016 2018 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Hasil analisis Hasil analisis Hasil Analisis - 9 9 10 10
kebijakan yang kebijakan terdiri dari Kebijakan
disusun untuk analisis politik yang
peningkatan kesehatan, sosial dihasilkan
pembangunan ekonomi, perilaku dan
kesehatan kesehatan
inteligensia

Tabel 3.63
Penjabaran Hasil Kerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan

NO KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT

1 2 3 4 5 6 7
1. Peningkatan Sumberdaya Produk akhir Dokumen Manfaat Hasil Analsis
Analisis yang yang Hasil Analisis yang yang dapat
Determinan digunakan dihasilkan yang dapat diperoleh meningkatkan
Kesehatan dalam PADK adalah dimanfaatkan pada tahun atau
menghasilka berupa hasil dalam tahun 2018 untuk memperbaiki
n output Analisis berjalan LS/LP, kebijakan
berupa hasil Determinan (2018) bagi Pimpinan, strategis,
analisis Kesehatan , LS/LP, Pusat dan manajerial,
determinan dokumen Pimpinan, Daerah, teknis
kesehatan hasil analisis Pusat dan Organisasi
adalah : Kebijakan Daerah, Profesi,
Anggaran Pembanguna Organisasi LSM.
DIPA n Kesehatan, Profesi, LSM.
Satuan buku
Kerja PADK pedoman,
dan buku profil
dilaksanaka
n oleh
seluruh staf
PADK dan
jejaringnya

Berikut capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3 tahun terakhir:

Laporan Kinerja (LKJ)231


Tabel 3.64
Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

2016
No. IndikatorKinerja
Target Realisasi
(1) (2) (3) (4)
1 Jumlah Kebijakan Yang
Disusun Untuk Peningkatan 9 9
Pembangunan Kesehatan

Tabel 3.65
Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

2017 2018
No. IndikatorKinerja
Target Realisasi Target Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan
yang disusun untuk
9 9 10 10
peningkatan pembangunan
kesehatan

Sepuluh dokumen hasil analisis kebijakan yang disusun untuk


peningkatan pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
adalah tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan
UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP, RPJMN 2020-2024, disusun
sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita)
Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla,
dengan menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun
Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN 2020-2024
adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden,
RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional
dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan
RPJPN 2005–2025.
Visi RPJMN 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya
saing.

Laporan Kinerja (LKJ)232


RPJMN memuat prioritas pembangunan nasional, memuat arah dan
kebijakan bidang-bidang pembangunan, dan memuat arah kebijakan
pembangunan kewilayahan. RPJMN menyediakan arah kebijakan,
program, kegiatan, indikator, dan anggaran dasar selama 5 (lima) tahun
sehingga RPJMN menjadi pedoman bagi pemerintah dan masyarakat di
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional lima tahun ke depan.
RPJMN menjadi acuan di dalam penyusunan Dokumen perencanaan
tingkat pusat (Renstra, Renja, RKP), Dokumen anggaran tingkat pusat
(RKA dan RAPBN), Dokumen perencanaan tingkat daerah (RPJMD),
Secara tidak langsung untuk dokumen perencanaan tingkat daerah
(seperti RKPD, Renja SKPD, dll). Keberhasilan pembangunan nasional
dalam mewujudkan visi TERWUJUDNYA INDONESIA YANG
BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
GOTONG ROYONG sebagai arah perubahan yang memberikan jalan bagi
kelahiran Indonesia Hebat. Untuk itu, pelaksanaan pembangunan harus
didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan
demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3) keberpihakan
kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara
aktif (5) sistem birokrasi pemerintahan yang kuat, transparan, akuntabel,
dan efisien. Selain itu, sektor-sektor pembangunan lainnya serta
penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang tidak disebutkan secara
spesifik tetap dilanjutkan di dalam rangka mencapai visi di atas.
Pembangunan nasional yang digariskan dalam RPJMN dilaksanakan
melalui upaya seluruh komponen bangsa, akan membawa Indonesia
menjadi bangsa yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang
ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan.
Mengingat pentingnya background study sebagai langkah awal
penyusunan RPJMN dan juga Renstra K/L maka analisis dan proyeksi
pembangunan kesehatan 2020-2024 menjadi prioritas yang harus segera
diselesaikan sebelum akhir tahun 2018, karena pada awal tahun 2019
akan segera dilaksanakan penyusunan draft Teknokratik RPJMN.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menelaah kondisi umum pembangunan
kesehatan 2015-2019, mengidentifikasi isu-isu strategis, isu determinan
pembangunan kesehatan serta rancangan sasaran pokok setiap isu
strategis, merancang arah kebijakan dan strategi percepatan
pembangunan kesehatan tahun 2020 - 2024.

Laporan Kinerja (LKJ)233


Gambar 3.50
Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


A. REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN REGULASI
• Kebutuhan RegulasiInovasi
• Perlindungan user/pasien
• Dampak penggunaan IT
• Pembinaan pengawasaan kesehatan di daerah
• Mendorong inovasi
• Perencaanan menggunakan big data
B. REKOMENDASI SDM
• Penyusunan kurikulum sesuai dengan kebutuhan RI 4.0
• Peningkatan kompetensi SDM
C. REKOMENDASI SUMBER DAYA
• Penyediaan pusat big data di dalam negri (security) (hard)
• Integrasi sistem dan database (soft) menuju one data

2. Analisis KebijakanPengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018


– 2020
Pengembangan Pariwisata Kesehatan Indonesia tidak terlepas dari
peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat fungsi utama yaitu
persiapan, perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation),
pengendalian (controling).
Untuk pengembangan pariwisata kesehatan, pemerintah telah
membuat peta jalan (road map) yang memetakan kegiatan pokok dari 4
fungsi utama dalam kurun waktu 3 tahun, yang persiapannya dimulai pada
tahun 2017 dengan penyiapan dokumen untuk pemenuhan Fasilitas

Laporan Kinerja (LKJ)234


Layanan Kesehatan di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, membuat MoU
dan Perjanjian Kerjasama antara Kemenkes dengan Kemenpar.
Pada periode 2017-2018 telah dilakukan kegiatan perencanaan, yaitu
1) menyusun dan menetapkan konsep dan Roadmap Health Tourism, 2)
membangun kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan, termasuk
masyarakat, 3) menyusun basis data destinasi pariwisata kesehatan
berbasis teknologi informasi, 4) menetapkan produk pariwisata kesehatan
dengan tema tertentu, 5) pengembangan investasi pariwisata, dan 6)
pengembangan jejaring internasional.
Dalam rangka pengembangan pariwisata kesehatan pemerintah pada
tahun 2018 dan 2019 akan melaksanakan kegiatan 1) melakukan
koordinasi dan sinkronisasi Rencana Pengembangan dan Pengelolaan
Pariwisata Kesehatan Indonesia sesuai dengan Konsep dan Roadmap
Health Tourism, 2) melakukan kolaborasi lintas sektor pelaksana program
pembangunan pariwisata kesehatan, 3) melaksanakan prioritas program
pembangunan. Pemerintah juga akan melaksanakan pengendalian
terhadap 1) implementasi rencana pengembangan dan pengelolaan
pariwisata kesehatan, 2) pengawasan dalam penyelenggaraan
kepariwisataan, 3) melakukan penilaian kepuasan wisatawan, kepuasan
masyarakat, kepuasan usaha pariwisata, dan 4) melakukan penilaian
kontribusi terhadap pencapaian target kepariwisataan.

Gambar 3.51.
Analisis KebijakanPengembangan Wisata Kesehatan Indonesia
2018 – 2020

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Mendorong implementasi/ pelaksanaan pemenuhan dukungan sarana
dan prasarana serta sumber daya kesehatan lainnya pada 10 destinasi
wisata prioritas, sesuai dengan hasil kesepakatan dalam pertemuan
koordinasi bersama Kementerian Pariwisata dengan unit terkait di
lingkungan Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja (LKJ)235


2) Merumuskan ulang konsep Pariwisata Kesehatan yang lebih luas dan
komprehensif (medical tourism, wellness tourism, sport tourism dan
wisata ilmiah kesehatan) dengan potensi pengembangan health
tourism sesuai karakteristik Indonesia, yang akan tertuang dalam
Roadmap Penyelenggaraan Pariwisata Kesehatan.
3) Merumuskan strategi peningkatan rangking TTCI (The Travel and
Tourism Competitiveness Index) pilar Health and Hygiene.untuk
Indonesia.
4) Menyiapkan dan menyempurnakan regulasi :
a. Regulasi keimigrasian, Bebas Visa Kunjungan (BVK), aturan
ambulans untuk penjemputan pasien di bandara dan transportasi,
sistem pembayaran dan asuransi,
b. Regulasi khusus yang dapat menjamin wisman, wisnus, dan tenaga
medis dan non medis yang bekerja di daerah-daerah wisata lainnya
di Indonesia.
c. Tax insentif untuk pelaksanaan wisata kesehatan.
d. Mereviu Kebijakan Penyelenggaraan SPA (pendirian, penguatan
pembinaan dan pengawasan).
5) Menyiapkan SDM Kesehatan yang handal Pengembangan dan
penyiapan SDM kesehatan yang profesional dan terstandar
internasional, mempunyai kemampuan kompetensi lebih bagi para
dokter/perawat
6) Melibatkan peran serta swasta jika perlu mendorong investor asing
untuk ikut mendukung pariwisata kesehatan, khususnya dalam
penyiapan dan penetapan RS pemberi layanan medical tourism.
7) MengusulkankepadaPemerintahuntukmembentukNational Board
WisataKesehatan agar bidang yang
luasinidapatsegeraditanganidengan komprehensif dan lebihbaik.
8) Kementerian Pariwisata Menyiapkan Travel Pattern termasuk Paket
Wisata Kesehatan serta Promosi ke Luar Negeri melalui Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) dan Generasi Wonderful Indonesia
(GenWI).

3. AnalisisKebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian


Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK
Hilirisasi intinya adalah mengantar hasil riset universitas atau
lembaga litbang masuk ke sektor Industri. Kenapa demikian?, karena
pemerintah mengetahui telah banyak dilakukan kegiatan riset di berbagai
bidang dan sektor, tetapi kenyataannya hasil riset itu sebagian berhenti di
laci meja universitas dan lembaga litbang. Tidak sedikit hasil riset
melahirkan produk prototipe, tetapi sedikit sekali hasil riset yang bisa
diantarkan hingga skala industri dan masyarakat.
Industri dan inovasi adalah hal yang saling membutuhkan agar daya
saing terus meningkat. Pemanfaatan inovasi dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi sehingga semakin meningkatkan daya saing di
tingkat regional dan global. Industri tanpa inovasi tak akan bisa bersaing,

Laporan Kinerja (LKJ)236


terutama di kancah global. Inovasi bergerak sangat dinamis dan cepat,
namun saat ini banyak produk inovasi yang tak terserap oleh industri.
Antara industri dan peneliti masing-masing berjalan sendiri sendiri.
Pengguna industri sangat sulit mendapatkan informasi terkait hasil
penelitian inovasi. Demikian juga para peneliti kesulitan untuk
menyalurkan dan mendapatkan informasi ke industri. Banyak riset tetapi
proses hiliriasi hasil riset di Indonesia masih minim. Dari 22 persen yang
mampu sampai ke pasar, sekitar 60 persen biasanya gagal secara
ekonomi. Selanjutnya dari 40 persen yang berhasil secara ekonomi, hanya
8 persen yang berhasil, diimplementasi dan dirasakan oleh masyarakat.
Jika hal ini berjalan terus maka seberapapun pemerintah
mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan Iptek, maka tidak
akan ada manfaatnya bagi industri dan masyarakat. Manfaat yang ada
hanyalah untuk ilmu pengetahuan seperti penerbitan journal, bahan
paparan dan prototipe laboratorium yang akhirnya hanya tersimpan di
ruang-ruang perpustakaan universitas dan lembaga litbang.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
bahwa mewujudkan bangsa yang berdaya saing merupakan salah satu
misi pembangunan nasional. Hal ini dilakukan melalui pembangunan
sumberdaya manusia berkualitas dan berdaya saing serta peningkatan
penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi yang
berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam mewujudkan hal tersebut,
bangsa Indonesia masih menghadapi kondisi lemahnya: 1) kapasitas dan
kompetensi riset, 2) kemampuan pengembangan menuju proses
penciptaan berbasis iptek; 3) jaringan kelembagaan dan peneliti di ranah
lokal, regional, dan global; 4) produktivitas dan relevansi litbang nasional
untuk menjawab kebutuhan teknologi masyarakat; dan 5) pendayagunaan
riset dan pengembangan nasional untuk penciptaan nilai tambah pada
sumberdaya alam dan produk inovasi nasional dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi. Peran strategis pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mensinergikan berbagai kepentingan dari seluruh
stakeholders baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Inovasi menjadi salah satu di antara 12 pilar yang menentukan daya
saing suatu negara di kancah internasional. Pilar-pilar yang dimaksud
meliputi kondisi-kondisi dari (1) kelembagaan negara bersangkutan, (2)
infrastrukturnya, (3) stabilitas makroekonomi, (4) tingkat kesehatan dan
pendidikan dasar, (5) pendidikan tinggi serta intensitas pelatihan-
pelatihan, (6) efisiensi dalam usaha perdagangan, (7) pasar tenaga kerja,
(8) keunggulan pasar keuangan, (9) ketersediaan teknologi, (10)
keterjangkauan pasar, (11) kecanggihan berbisnis, serta (12) kemampuan
inovasi.
Dalam Global Competitiveness Report yang dirilis oleh World
Economic Forum untuk periode tahun 2017-2018, Indonesia menduduki
peringkat ke-36 dari 137 negara dengan poin inovasi di peringkat ke-31.

Laporan Kinerja (LKJ)237


Indeks daya saing Indonesia di kancah global tersebut mengalami
peningkatan lima peringkat dari tahun 2016 di posisi ke-41 menjadi posisi
ke-36 pada 2017.
Pemerintah terus mendorong industri dalam negeri untuk
memanfaatkan hasil inovasi yang diciptakan para peneliti. Pembangunan
iptek pada RPJMN 2015-2019 diarahkan terutama untuk meningkatkan
produktifitas rakyat dan daya saing di pasar international, salah satu
prioritasnya yaitu meningkatkan kapasitas inovasi dan teknologi. Sesuai
dengan Program Riset Nasional (PRN) 2017-2019, maka iptek diharapkan
dapat menghasilkan inovasi yang dapat dihilirisasi sehingga berkontribusi
dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Produk unggulan iptek secara intensif akan dihilirasi terutama pada
bidang pertanian, manufaktur dan farmasi. Inovasi yang terkait Penelitian,
Pengembangan dan Perekayasaan (Litbangyasa) menjadi penggerak
tumbuhnya industri nasional. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan industri
yang mandiri, berdaya saing dan maju perlu ditopang dengan strategi
hilirisasi riset yang tepat. Melalui hilirisasi produk kesehatan dan inovasi
hasil penelitian diharapkan dapat mendorong industri, inovasi dan kreasi
mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan PIS-PK.

Gambar 3.52
AnalisisKebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian
Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Membangun Inter Professional Collaboration lintas
kementerian/kembaga: ABGCM dalam hilirisasi produk dan inovasi
hasil penelitian mendukung GERMAS dan PIS-PK dengan cara:
a. Merevitalisasi fungsi Sentra Hak Kekayaan Intelektual(Sentra
HKI)Badan Penelitian dan Pengembangan

Laporan Kinerja (LKJ)238


Kesehatan(Balitbangkes) dalam rangka memperkuat fungsi
idenfikasi, pembinaan (pendampingan proposal pendanaan, uji lab
uji pasar, dll), pengurusan paten sampai pada memfasilitasi antara
inovator dan industri.
b. Fungsi Sentra HKI dibawah langsung Menteri Kesehatan agar bisa
mengkoordinasikan fungsi Penelitian di Litbangkes, Inovasi
Teknologi Tepat Guna di Balai BesarTeknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit(BBTKLPP), proses
perizinan dan fasiltitasi pendampinganproduk obat/alat kesehatan
di Ditjen Farmalkes, Fungsi Health Technology Assessment (HTA)
serta fungsi lainnya di unit terkait.
c. Memperkuat jaringan dengan Inkubator Pergruan Tinggi, LIPI dan
Kemenristekdikti, BPPT, Swasta dalam mendapatkan informasi
Inovasi produk dan penelitian kesehatan.

2) Dukungan politik dan kebijakan; regulasi dan pembiayaan dengan


cara:
a. Membuat aturan yang jelas terkait hilirisasi inovasi produk dan
hasil penelitian kesehatan.
b. Dukungan pembiayaan mulai dari tahap riset sampai after market
dari pemerintah dan industri (Fasilitasi dengan Ditjen Inovasi
Kemenristekdikti, dan BUMN).
c. Apabila suatu inovasi telah ditetapkan untuk dihilirisasi harus
dibarengi fasilitasi kebijakan untuk mendukung pelaksanaan dan
pemanfaatan.
3) Kementerian Kesehatan aktif mendukung pemberian reward hasil
inovasi produk dan penelitian kesehatan khususnya yang mendukung
program pembangunan kesehatan contoh:
a. Penganugrahan inovasi produk kesehatan dan penelitian
kesehatan dalam kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN).
b. Memfasilitasi promosi dan penyampaian hasil inovasi produk dan
penelitian kesehatan dalam side event Rakerkesnas.
c. Memfasilitasi atau memberikan ruang dalam pameran
Rakerkesnas.

4. Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang


Kesehatan
Pada era desentralisasi urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan wajib yang kewenangannya dibagi antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota. Kesehatan termasuk
salah satu dari enam Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar. Undang-undang juga menyatakan pemerintahan daerah
harus memprioritaskan pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar dengan berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan belanja
daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang

Laporan Kinerja (LKJ)239


terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan
minimal.
Terbitnya PP No. 2/2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang
dimaknai sebagai tanggung jawab Provinsi maupun Kabupaten/Kota,
memberikan amanah kepada kementerian penyelenggara urusan
pemerintah terkait untuk menyusun standar teknis pelaksanaan SPM.
Peraturan Pemerintah ini maka secata otomatis menggantikan Permenkes
No. 43/ 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang
terdiri dari 12 layanan. Maka penyusunan ulang standar teknis menjadi
sesuatu yang penting, agar standar dapat dilaksanakan dengan baik di
semua daerah.
Berikut gambaran pemetaan secara nasional tentang jumlah provinsi yang
mampu mencapai target SPM kabupaten/ kota di Indonesia, dimana belum
ada satupun provinsi yang mampu mencapai target SPM Kabupaten Kota:

JUMLAH
TARGET PROVINSI
NO INDIKATOR
SPM MENCAPAI
TARGET
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100% 1
2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 100% 2
3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 100% 0

4 Pelayanan Kesehatan Balita 100% 0


5 Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan 100% 1
Dasar
6 Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 100% 0
7 Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut 100% 0
8 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 100% 0
9 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 100% 1
Melitus (DM)
10 Pelayanan Kesehatan Orang dengan 100% 4
Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
11 Pelayanan Kesehatan Orang dengan 100% 2
Tuberkulosis (TB)
12 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko 100% 1
Terinfeksi HIV
Sumber: Pusat Data dan Informasi 2018

PP Nomor 2/2018 pasal 20 (1) mengamanatkan apabila kepala daerah


tidak melaksanakan SPM maka dapat dikenakan sanksi administratif,
dimana hal ini dapat berpotensi munculnya gugatan dari kepala daerah
kepada Kementerian Kesehatan selaku penanggung jawab SPM Bidang
Kesehatan. Hal inilah yang menjadi dasar penyesuaian serta penyusunan
ulang standar teknis dari Permenkes No. 43/ 2016 sebagai dasar bagi

Laporan Kinerja (LKJ)240


daerah untuk melaksanakan standar pelayanan minimal. Penyusunan
standar teknis ini mendesak untuk segera dilaksanakan karena
beragamnya kondisi kemampuan sumber daya pemerintah daerah baik
dari sisi pembiayaan, sumber daya manusia maupun dari aspek regulasi
atapun determinan lainnya tersebut maka diperlukan analisis kesiapan
daerah khususnya kabupaten/kota.

Gambar 3.53
Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang
Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


Rekomendasi Kebijakan Dan Regulasi
• Perlu ada regulasi yang mendukung pelaksanaan SPM secara
terpadu yang harus masuk dalam APBD Provinsi, kabupaten, kota.
• Perlu adanya harmonisasi dengan beberapa regulasi seperti RPP
Pembiayaan Kesehatan, Juknis DAK Fisik Non Fisik T.A 2020, Revisi
Permenkes 75/2014 tentang Puskesmas, Revisi Permenkes 56 /2014
tentang RS, Revisi PP 18/2016 ttg Perangkat Daerah.
• Sebaiknya dicantumkan tahapan pelaksanakan, karena ditingkat
daerah mind set belum berubah.
• Diperlukan dukungan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan
antara pencapaian target jenis pelayanan SPM Bidang Kesehatan
dengan target pencapaian Indikator PIS PK.

Rekomendasi Teknis
• Usulan penyesuaian definisi operasional dan mekanisme
penghitungan sasaran dan target SPM yang terdapat dalam
Permenkes 43/ 2016 tentang:

Laporan Kinerja (LKJ)241


• Penetapan perhitungan target Jenis Pelayanan Dasar 1: Denominator
target Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan T1 – T10 perlu
ditetapkan yaitu jumlah ibu hamil Trimester 3.
• Dipertimbangkan agar penilaian capaian target 100% menggunakan
range capaian misal 90% - 100% maka dianggap sudah mencapai
100% atau menggunakan tahapan dalam mencapai 100%.
• Memperkuat sistem informasi untuk memudahkan pelaporan dan
analisis data implementasi dan evaluasi SPM Bidang Kesehatan.
• Memperkuat pelaksanaan PIS PK dan Germas untuk membantu
implementasi SPM.
Rekomendasi Sumber Daya
• Mempercepat akreditasi puskesmas dan FKTP lain diluar puskesmas
termasuk swasta untuk dipersiapkan sebagai fasilitas pelayanan
pasien JKN pada tahun 2020.
• Mempercepat upaya pemenuhan SDM Kesehatan khususnya di
wilayah timur Indonesia pada tahun 2020.
• Memenuhi sarana prasarana puskesmas sesuai standar pada tahun
2020.

Rekomendasi Pembiayaan
• Pengarusutamaan pemanfaatan DAK Fisik dan Non fisik untuk
membantu pemenuhan sumber daya pelaksanaan SPM pada tahun
2020.
• Perlunya regulasi yang mengatur akun khusus untuk SPM agar
memudahkan dalam pencantuman anggaran pembiayaan tahun 2019
agar pemda dapat menghitung besaran proporsional kebutuhan
anggaran untuk pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan.

5. Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang


Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan Kesehatan
Pada akhir tahun 2017 Presiden telah memerintahkan agar program
pemanfaatan dana desa dan program-program kementerian lain yang
dikucurkan ke daerah/desa dilakukan dengan model padat karya/cash for
work, dan swakelola, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan
yang seluas-luasnya, baik di desa maupun di daerah dan menyerap
tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya.Telah ditentukan 1.000 lokus
desa padat karya di 100 kabupaten/kota. Pemilihan 100 kabupaten/kota
didasarkan atas kriteria jumlah dan prevalensi balita stunting, yang
dibobot dengan tingkat kemiskinan provinsi (desa-kota) (TNP2K, 2017).
Program padat karya yang akan fokuskan dalam lokus 1.000 desa dapat
menggunakan Dana Desa dan/atau APBDes serta Dana K/L. Dengan
1.000 lokus desa dibanding jumlah desa saat ini 74.754 desa atau sama
dengan 1,34%, sehingga harus scale-up. Ada dua jenis padat karya yaitu
padat karya infrastruktur dan padat karya produktif.

Laporan Kinerja (LKJ)242


Dalam pelaksanaan program padat karya ini, Kementerian Kesehatan
perlu merumuskan :
1. Mekanisme pelaksanaan padat karya untuk anggaran 2018 sesuai
siklus perencanaan dan anggaran yang telah ditetapkan mengingat
Dana sektor (APBN Kementerian Kesehatan) mekanisme penyaluran
anggaran APBN Kemenkes saat ini hanya sampai Dekon (Provinsi)
dan DAK (Kab/Kota) sehingga tidak ada kegiatan termasuk
anggarannya yang turun langsung ke desa yang masih menjadi
kendali pusat (Kementerian Kesehatan) secara langsung.

2. SDM ditingkat daerah/desa, mulai dari perencanaan untuk


mengusulkan dan mengintegrasikan perencanaan dengan dana
bersumber Dana Desa dan Dana Sektor dan mengembangkan di desa
sesuai dengan kearifan lokal.
3. Mekanisme koordinasi program dan K/L di daerah khususnya desa
agar target penurunan angka stunting dapat tercapai.
4. Metode evaluasi dan instrumen efektifitas program.
5. Antisipasi kemungkinan penyimpangan terburuk.

Tujuan :
Merubah paradigma budaya korupsi menjadi budaya anti korupsi
dengan membangun integritas sektor kesehatan, dengan
mengidentifikasi permasalahan kebijakan baik konflik kebijakan maupun
kesenjangan kebijakan yang mengatur pembangunan integritas di sektor
kesehatan agar berjalan efektif dan efisien; serta membahas isu-isu
strategis dan faktor-faktor determinan perilaku yang berkembang dan
merumuskan relevansinya terhadap hambatan dan peluang keberhasian
pembangunan integritas di sektor kesehatan. Selain itu, kegiatan analisis
ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan kebijakan dalam
solusi efektif dan efisien pembangunan intetgritas baik secara individual
maupun kolektif dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019.

Sasaran :
• Semua individu di Sektor Kesehatan Pusat dan Daerah yang
diharapkan mampu menjadi agen perubahan (AoC) serta peduli dan
tanggap terhadap permasalahan pembangunan kesehatan di unit
kerjanya.
• Pihak pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan unit kerja atau dapat menciptakan iklim kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti pejabat eselon IV, eselon III,
eselon II dan Eselon I, dan widyyaiswara.
• Pihak pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan, perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain lain.

Laporan Kinerja (LKJ)243


Gambar 3.54
Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang
Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Penetapan lokus padat karya tunai Desa tersebut perlu dipayungi
dengan regulasi yang memadai sebagai rujukan mandatory acting dan
atau pengalokasian anggarannya.
2) Menetapkan Time Schedule Pelaksanaan PKTD Bidang Kesehatan.
3) Sosialisasi Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pembinaan Pelaksanaan
STBM serta pengumpulan status proposal Kelompok Kerja Masyarakat
(KKM) segera dilaksanakan
4) SosialisasiPetunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam
Pemberian Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita serta
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Direktur Gizi
Masyarakat dengan 16 Ketua TP-PKK Kabupaten secara simultan
dilaksanakan.
5) Menetapkan Mekanisme Evaluasi PKTD Bidang Kesehatan yakni
evaluasi penyaluran anggaran hingga ke Desa dan evaluasi
perekonomian Desa.
6) Menyusun potensi perluasan kegiatan PKTD Bidang Kesehatan tahun
2019.

6. Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam


Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi
Kementerian Kesehatan sebagai institusi pemerintah yang mendapat
mandat di bidang kesehatan, juga melakukan reformasi birokrasi dengan
mengacu kepada RPJPN, RPJP-K, RPJMN, RKP dan Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi yang diterbitkan Kementerian Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemeneg PAN dan RB).
Secara umum, sasaran reformasi birokrasi adalah mengubah pola pikir
(mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen
pemerintahan.

Laporan Kinerja (LKJ)244


SDM kesehatan merupakan aset yang paling penting dalam meningkatkan
kinerja organisasi. Pengembangan SDM yang bertujuan me-ningkatkan
kemampuan, fleksibilitas dan motivasi kerja merupakan suatu keharusan.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan telah mengembangkan dan
melaksanakan pemeriksaan Executive Brain Assessment pegawai dan
pejabat Kesehatan di pusat dan UPT vertikal dan daerah di lingkungan
Kementerian Kesehatan. Dengan terlaksananya Pemeriksaan Executive
Brain Assessment (EBA) pada Pejabat Pusat dan Daerah maka telah
diperoleh figur-figur pejabat yang berdasarkan profil
potensi otaknya. Sehingga setiap pegawai dan pejabat dapat teridentifikasi
keunikan modalitas belajar, dominasi otak dan model berpikirnya.
Dengan demikian analisis pemanfaatan hasil profil Executive Brain
Assessment (EBA) dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan manajemen
ASN yang saat ini belum berdasarkan pada perbandingan antara
kompetensi dan kualifikasi jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi
yang dimiliki individu khususnya kapasitas potensi otak. Hasil pemeriksaan
Executive Brain Assessment merupakan gambaran potensi otak yang
mendasari kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kepemimpinan
seseorang dalam aktifitasnya di organisasi.
Bagaimana hasil pemeriksaan EBA menjadi salah satu instrumen
pendukung dalam Seleksi Terbuka. Oleh karena itu kebutuhan ini menjadi
dasar untuk dlakukannya analisis kebijakan secara komprehensif untuk
menganalisis sejauhmana EBA dapat menggambarkan kekuatan dan
kelemahan individu dalam memahami persoalan, memecahkan masalah
dan mengambil keputusan. Sehingga hasil tes ini dapat dimanfaatkan
untuk memperlihatkan fungsi-fungsi kemampuan otak yang berhubungan
dengan penyelesaian pekerjaan serta pemecahan masalah pengambilan
keputusan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan analisis ini adalah merekomendasikan usulan kebijakan pemetaan
profil otak SDM dalam identifikasi kualitas dan kapasitas SDM
kepemimpinan, menyusun kebutuhan kebijakan dalam Mendapatkan SDM
yang tepat sesuai kebutuhan potensi otak pada pekerjaan,
mengidentifikasi kesenjangan dan kebutuhan kebijakan dalam
memperoleh ketepatan profil otak SDM yang dibutuhkan
jabatan/pekerjaan dan tujuan lainnya adalah memperoleh gambaran ideal
profil otak SDM dari setiap Jabatan Pimpinan Tinggi.
Manfaat dari analaisis ini adalah menjadi input kebijakan dalam program
pengadaan dan pengembangan SDM di Pemerintahan, dapat menjadi
panduan pada uji kepatuhan dan kelayakan dalam seleksi dan promosi
ASN di Kementerian / Lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah,
dan sekaligus dapat menjadi panduan pada uji kepatutan dan kelayakan
dalam seleksi dan promosi karier jabatan pimpinan serta menjadi dasar
pertimbangan pengembangan diri sesuai dengan bidang kepemimpinan
yang dibutuhkan.

Laporan Kinerja (LKJ)245


Gambar 3.55.
Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam
Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Penguatan teknis tata laksana: menyusun pedoman EBA dalam
sekelsi terbuka jabatan pimpinan tinggi, mengintegrasikan kebijakan-
kebijakan dan mengumpulan terkait peraturan panduan teknis dan
operasional EBA dalam seleksi jabatan pimpinan tinggi
2. Penataan Organisasi kelembagaan pengelolaan SDM, dengan
melalukan pembagian tugas dan fungsi untuk seleksi terbuka jabatan
pimpinan tinggi khususnya lembaga yang menangani EBA dengan
memperjelas kewenangan tugas dan fungsi secara tegas anatara Biro
Kepegawaian selaku pengelolaan manajemen SDM Internal pegawai
Kementerian Kesehatan dengan Badan PPSDM selaku pengelolaan
manajemen SDM Eksternal Nakes seluruh Indonesia untuk
menghilangkan adanya tumpang tindih.
3. SDM : Rekrutmen asesor dan Peningkatan kompetensi administrator
dan sertified asesor EBA secara berkala

7. Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan


Korupsi di indonesia dapat dikatakan sudah merupakan endemik terjadi di
semua lapisan, sistematik, merampas hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya masyarakat banyak sehingga harus diberantas. Para pejabat
korup pada sektor kesehatan telah mencederai upaya pembangunan
kesehatan, karena anggaran untuk membangun sektor kesehatan justru
digunakan untuk memperkaya diri dan kelompoknya dan mengabaikan
hak masyarakat untuk mendapatkan alat kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang baik dan bermutu. Dampak korupsi pada sektor
kesehatan dapat mengakibatkan menurunya derajat kesehatan
masyarakat yang berimbas pada penurunan pada IPM (Indek
Pembangunan Manusia). Indikator IPM seperti angka kematian bayi dan
angka harapan hidup sangat terkait dengan pendanaan sektor kesehatan,
anggaran yang di korup akan berimbas penurunan angka harapan hidup
serta menaikan angka kematian bayi. Dampak korupsi lebih jauh adalah

Laporan Kinerja (LKJ)246


naik dan tingginya harga obat-obatan dan rendahnya kualitas alat
kesehatan pada rumah sakit dan puskesmas serta sarana kesehatan
lainya.

Gambar 3.56
Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Penguatan sistem dengan penegakan hukum, memperbaiki
mekanisme penghadaan dan tunjangan kinerja.
2) Pengembangan budaya integritas dengan melakukan internalisasi
revolusi mental budaya integritas, melalui kurikulum anti korupsi pada
kegiatan pendidikan politeknik kesehatan, pelatihan tingkat
dasar(prajabatan), peserta diklat PIM dengan mewajibkan setiap
jenjang kepemimpinan harus punya sertifikat anti korupsi dan pernah
ikut Tes EBA agar komitmen pimpinan serta mandat yang lebih untuk
para AoC sebagai agen perubahan.
Peningkatan akuntabilitas melalui pemberian reward dan punishment

8. Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam


Pembangunan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan yang sehat, baik fisik dan mental maupun
spiritual dan sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36 tahun 2009 pasal 1&2
tentang kesehatan). Pembangunan Kesehatan menurut Undang-undang
nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud derajat
kesehatan warga masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai instansi
bagi pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengembangkan
program-program terintegrasi dalam mendukung pembangunan kesehatan
Indonesia baik dari pihak pusat maupun daerah. Hal tersebut tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2016 tentang

Laporan Kinerja (LKJ)247


Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga. Namun demikian,
program kesehatan yang telah dirancang untuk mengintegrasikan seluruh
program kesehatan pada pelayanan kesehatan melalui pendekatan
keluarga masihterkendala dalam penerapannya sehingga masyarakat
belum maksimal merasakan program kesehatan tersebut. Oleh karena itu
tingginya faktor determinan dari sektor lain dalam pembangunan
kesehatan mendorong optimalisasi peran aktif lintas sektor
kementerian/lembaga untuk mendukung secara optimal pembangunan
kesehatan berdasarkan Inpres Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat. Namun dalam implementasinya,tetap saja
kendala koordinasi antar sektor masih menjadi hambatan
terimplementasinya Gerakan Hidup Sehat Masyarakat di seluruh lapisan
masyarakat.
Masih adanya perbedaan persepsi, sasaran dan langkah capaian prioritas
yang dimiliki lembaga-lembaga pemerintah merupakan kebutuhan untuk
dilakukannya koordinasi yang efektif dan integrasi strategis antar program
maupun antar sektor terkait. Sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit
serta waktu perencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-
gesamengakibatkan program tidak berjalan dengan baik. Kurang
tersedianya data dan informasi yang memadai, sesuai kebutuhan dan
tepat waktu memicu penundaan program strategis yang perlu dijalankan
dan ditangani dengan segera. Belum adanya mekanisme yang dapat
menjamin keselarasan dan keterpaduan antara rencana dan anggaran
kementerian kesehatan dengan rencana dan anggaran
kementerian/lembaga terkait serta pemerintah daerah baik pemerintah
kabupaten, kota, dan provinsi, termasuk pemanfaatan hasil evaluasi atau
kajian untuk input dalam proses penyusunan perencanaan. Kolaborasi
antar profesi kesehatan masih belum optimal karena masih belum adanya
undang-undang yang mengatur batasan dari setiap jenjang pendidikan.
(co/ perawat dan dokter).
Hal ini mendorong adanya tuntutan aktualisasi nilai-nilai gotong royong
dalam pembangunan kesehatan berdasarkan Instruksi Presiden nomor 21
tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental yang ditindaklanjuti
menjadi Kepmenkes nomor 580 tentang Rencana Aksi Revolusi Mental
Bidang Kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu
sektor yang akan mempengaruhi pencapaian pemanfaatan bonus
demografi. Terciptanya pembangunan kesehatan di masyarakat tidak
dapat berdiri sendiri. Hal tersebut tidak akan tercapai tanpa keterlibatan
semua komponen bangsa. Perlunya peningkatan kerja bersama atau
koordinasi pada segenap pihak baik lintas program maupun lintas sektor,
dan juga keterlibatan masyarakat dalam menciptakan paradigma hidup
sehat.

Laporan Kinerja (LKJ)248


Gambar 3.57.
Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam
Pembangunan Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Penguatan sistem : menyusun pedoman strategis berkoordinasi,
integrasi, dan kolaborasi yang disepakati bersama. Menjadikan
kebijakan berkoordinasi, integrasi dan kolaborasi dalam satu data.
Menyusun SOP proses identifikasi kebutuhan koordinasi, integrasi dan
kolaborasi berdasarkan pencapaian sasaran prioritas pembangunan
nasional
2. Peningkatan Mekanismen Mandat: disusunnya model perilaku
berkoordinasi, integrasi dan kolaborasi
3. Pengembangan budaya perilaku integritas : disusunnya model
perilaku dengan merumuskan model-model koordinasi, integrasi dan
kolaborasi yang disepakati bersama

9. Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan Bagi


Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang bangkit pertumbuhan
ekonominya dengan masyarakat kelas menengah keatas terus berjuang
untuk bisa mencapai sebuah pembangunan yang merata. Akan tetapi
sayangnya, hak dan kesempatan bagi mereka yang terpinggirkan
termasuk penyandang disabilitas, masih kurang mendapat perhatian serta
masih ada diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas di Indonesia.

Masalah penyandang disabilitas baik di dunia maupun di Indonesia perlu


ditangani secara serius, namun sangat disayangkan di beberapa daerah
provinsi di Indonesia, penyandang disabilitas masih dianggap sebagai
warga kedua yang dianggap tidak mampu melakukan apapun dan hanya
pantas di kasihani padahal mereka memiliki kemampuan yang bisa
ditingkatkan kesehatannya sehingga menjadi manusia mandiri, sehat dan
cerdas

Laporan Kinerja (LKJ)249


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Analisis ini
dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan pimpinan dalam menentukan
kebijakan yang tepat dalam optimalisasi program dan pelayanan
kesehatan penyandang disabilitas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (Puskesmas) agar kehidupan meraka (penyandang
disabilitas) menjadi lebih baik.

Gambar 3.58
Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam
Pembangunan Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Pemerintah Daerah diharapkan menerbitkan PERDA sebagai turunan
UUD No 8/2016 tentang Penyandang disabilitas
2. Melaksanakan sinkronisasi, koordinasi, dan integrasi dengan Lintas
Program, Lintas Sektor dan Pemerintah Daerah untuk pelayanan
kesehatan disabilitas di puskesmas sesuai kebijakan Disabilitas.
3. Meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan primer
(Puskesmas) kepada penyandang disabilitas.
4. Pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga dilakukan
melalui kunjungan rumah untuk menjaring data, kondisi kesehatan
sekaligus melakukan intervensi dan tindak lanjut kondisi penyandang
disabilitas
5. Meningkatkan kapasitas melalui pelatihan terhadap tenaga kesehatan
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (Puskesmas),
menitikberatkan pada deteksi dini, dan konseling kesehatan dasar
sebagai prioritas utama, penanganan dan pengobatan tepat guna bagi
penyandang disabilitas
6. Mendukung dan mendorong percepatan kebijakan desentralisasi
dalam ratifikasi Konvensi Hak hak Penyandang Disabilitas dan
penerbitan regulasi yang memberikan perlindungan kepada hak
penyandang cacat dengan mempertimbangkan keunikan nilai sosial
budaya daerah setempat

Laporan Kinerja (LKJ)250


7. Pemenuhan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN), Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Jaminan Kesehatan Khusus
(Jamkesus terpadu) dan Mandiri bagi penyandang disabilitas

10. Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat


Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi setiap permasalahan
determinan yang memengaruhi perawatan jangka panjang (long term
care)pada lansia.
Pertumbuhan penduduk lanjut usia berdampak terhadap meningkatnya
angka ketergantungan lanjut usia terhadap penduduk usia produktif, yang
memerlukan lanjut usia sehat dan aktif agar dapat mandiri selama
mungkin. Namun saat ini lanjut usia yang aktif dan masih bekerja sebagian
besar bekerja di sektor informal dengan terbatasnya perlindungan sosial
hari tua.

Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan


pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan
kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.
Indektifikasi tersebut diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan
dalam menetapkan arah dan langkah kebijakan yang tepat dalam rangka
memaksimalkan peran pemerintah dalam upaya memercepat keberhasilan
pembangunan kesehatan.
Gambar 3.59
Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat

ANALISIS STRATEGIS DETERMINAN KESEHATAN


RAPAT PERSIAPAN
DOKUMEN ANALISIS KEBIJAKAN MEWUJUDKAN LANJUT USIA
BERKUALITAS DAN BERMARTABAT
Jakarta, 19 April 2018

PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN


PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2018

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Batasan lanjut usia potensial dan non potensial perlu dikembangkan
untuk kemandirian baik aspek fisik dan mental
2. Kebijakan lanjut usia harus didekatkan dengan disabilitas untuk
perbaikan dan perawatan lanjut usia
3. Meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan,keluarga dan
masyarakat akan pentingnya perilaku hidup sehat, gizi yang baik dan

Laporan Kinerja (LKJ)251


kesehatan yang terpenuhi agar menjadi lanjut usia sehat, produktif
dan mandiri
4. Arah kebijakan yang sifatnya sektoral tentang pendidikan, informasi
dan komunikasi, transportasi, agama, keuangan, perlu diintegrasikan
dalam mendukung kesejahteraan lanjut usia secara utuh.
5. Arah kebijakan untuk Kementerian Koordinasi Pemberdayaan
Masyarakat dan Kebudayaan perlu ditindak lanjuti dengan koordinasi
kementerian dibawah koordinasinya

Selain terdapat 10 (sepuluh) hasil analisis kebijakan, Pusat Analisis


Determinan Kesehatan juga menyusun analisis tambahan lain diantaranya :

1. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :


a. Jejaring: Joint External Evaluation
Pelaksanaan Joint External Evaluation (JEE) pada 2017 lalu
mengamanatkan rekomendasi upaya peningkatan kapasitas negara
dalam implementasi IHR. Khusus pada bidang National Legislation,
Policy, and Financing, rekomendasi aksinya adalah:
a. Mempertimbangkan keputusan bersama lintas kementerian
koordinasi untuk memformalkan koordinasi antara focal point dan
mencakup semua pemangku kepentingan IHR yang terkait.
b. Melakukan analisis kebijakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi kebutuhan akan kebijakan baru; meninjau kebijakan
yang ada untuk melihat kesenjangan/gap dan potensi konflik;
menyelaraskan dan mengembangkan strategi untuk implementasi
kebijakan di seluruh kementrian/lembaga/institusi terkait.
c. Bekerja dengan kementrian dan pemangku kepentingan utama,
menyusun dan mengimplementasikan rencana advokasi untuk
berbagai peraturan perundang-undangan menyangkut ketahanan
kesehatan global sesuai dengan IHR (2005).
d. Mendokumentasikan dan mempublikasikan pengaturan
administratif dan kebijakan dari berbagai sektor, untuk mendorong
kolaborasi lintas sektoral.

Saat ini sedang disusun milestone dan National Action Plan untuk
bidang National Legislation, Policy, and Financing. Khusus untuk
indikator financing, sedang dikembangkan Health Security Financing
Assessment Tool (HSFAT) sebagai salah satu tools yang dapat
digunakan untuk melengkapi penilaian JEE bekerja sama dengan
World Bank. Tujuan dari implementasi Health Security Financing
Assessment Tool adalah mengembangkan sistem pembiayaan
nasional yang dapat berfungsi untuk kesiapsiagaan nasional dengan
memperkuat sistem pembiayaan dalam mendukung keamanan
kesehatan nasional, sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik
terutama jika terjadi kedaruratan.

Laporan Kinerja (LKJ)252


b. Penyusunan Analisis KLB Difteri Dalam Rangka Jejaring
Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Pada awal tahun 2018 dilakukan penyusunan draft analisis mengenai
KLB difteri yang terjadi sepanjang tahun 2017 lalu. Penyebaran difteri
sudah sedemikian meluas secara cepat di Indonesia. Pemerintah pun
telah menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama tahun
2017, pemerintah telah mencatat terjadi 954 kasus difteri, tersebar di
170 kabupaten/kota di 30 provinsi. Jumlah korban meninggal tahun
2017 mencapai 44 kasus. Pada tahun 2018, sampai dengan tanggal
31 Maret 2018, tercatat 398 kasus difteri dengan jumlah kematian 6
orang (CFR 1,5%), dan terdistribusi di 123 kabupaten/kota di 23
provinsi. Data WHO tentang difteri menunjukkan bahwa jumlah kasus
di Indonesia telah berfluktuasi sejak 1980-an. Populasi penduduk di
Indonesia yang menderita penyakit difteri disebut memang paling
banyak jika dibandingkan negara yang pernah terjangkit wabah yang
sama.
Wabah difteri yang terjadi di Indonesia ini telah memicu
kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pemerintah. Infeksi bakteri
Corynebacterium diphteriae, yang menyerang saluran pernafasan
bagian atas, selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang
konjungtiva, menyebabkan gejala demam tinggi, sakit tenggorokan,
susah menelan, dan kesulitan bernapas. Toksin bakteri tersebut
dapat menyebabkan paralisis otot dan miokarditis yang bahkan fatal
dapat mengakibatkan kematian. Penyakit menular ini telah menyebar
dengan cepat tidak hanya ke daerah dengan fasilitas pelayanan
kesehatan yang terbatas namun juga telah terjadi di beberapa kota
besar, dimana akses, mutu dan kualitas layanan kesehatannya
dianggap lebih baik.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan kasus
difteri? Bagaimana penyebarannya sampai ke kota-kota besar di
Indonesia? Bagaimana efektifitas imunisasi difteri yang selama ini
dilakukan? Apakah ada masalah kebijakan yang melatarbelakangi
terjadinya KLB ini? Pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan analisis
yang tepat dari berbagai evidence yang ada, baik analisis secara
ilmiah maupun analisis dari sudut pandang kebijakan, sehingga
pemerintah dan masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat.
Dengan begitu kompleksnya faktor-faktor yang berkontribusi dalam
suatu penyebaran penyakit menular, apalagi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi ini, maka dapat dipastikan karena adanya
berbagai faktor penyebab.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis KLB
difteri dan rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan KLB
difteri yang terjadi berdasarkan evidence-based. Sedangkan
tujuannya adalah menyusun policy brief atau bahan masukan berupa
analisis, diskusi, kesimpulan dan rekomendasi mengenai KLB difteri

Laporan Kinerja (LKJ)253


sebagai dokumen analisis strategis determinan kesehatan. Kegiatan
ini dilakukan dalam beberapa tahap yaituRapat Persiapan, Forum
Dialog, Assessmen Lapangan dan Finalisasi. Rapat persiapan
dilaksankan untuk mengumpulkan isu-isu, fakta serta data terkait
analisis KLB difteri yang terjadi saat ini, serta analisis awal mengenai
situasi KLB difteri yang terjadi pada akhir tahun 2017 dan awal tahun
2018. Forum Dialogdilaksanakan untuk mendapatkan masukan dari
peserta lintas program dan lintas sektor, akademisi, profesional, dan
konsultan ahli mengenai analisis KLB difteri yang terjadi, serta
undangan dari Provinsi yang memiliki jumlah kasus difteri tinggi,
untuk mendapatkan informasi gambaran umum, penyebab terjadinya
kasus, upaya yang dilakukan, dan analisis potensi maupun hambatan
penanggulangan KLB difteri. Assessment Lapangandimaksudkan
untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut mengenai analisis KLB
difteri yang terjadi, untuk mendapatkan data yang bersifat bottom to
top agar lebih komprehensif serta mengidentifikasi hambatan dan
tantangan yang terjadi di lapangan. Finalisasi dilaksanakan untuk
penyempurnaan draft policy brief Analisis KLB Difteri berupa
rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan KLB difteri yang
terjadi berdasarkan evidence-based.

A. Kesimpulan
1. Kasus difteri terbanyak terjadi pada golongan usia 5-9 tahun,
yang merupakan usia anak prasekolah dan sekolah dasar.
Berdasarkan data cakupan imunisasi anak sekolah kelas 1,
cakupannya telah mencapai di atas 90% dan telah mencapai
target yang ingin dicapai Kementerian Kesehatan dalam
Renstra Kemenkes 2015-2017. Hal ini menunjukkan
rendahnya kualitas vaksin yang masuk ke dalam tubuh
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KLB.
2. Vaksinasi pada kasus penderita yang terdiagnosis difteri tidak
pernah mencapai 100%, hanya sekitar 50-60%.
3. Data besaran masalah penyakit difteri yang ada di Profil
Kesehatan Indonesia hanya mencantumkan jumlah kasus,
kelompok umur, dan status imunisasi difteri, bisa
menimbulkan potensi misleading interpretasi mengenai
besaran masalah penyakit difteri.
4. Berdasarkan Renstra Kemenkes 2010-2014, seharusnya
target UCI tahun 2014 telah mencapai 100%, namun rata-rata
UCI di Indonesia selama tahun 2010-2014 hanya 77,25%. UCI
merupakan pencapaian cakupan atas imunisasi secara
lengkap pada pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia
subur (WUS), dan anak sekolah tingkat dasar.
5. Efektifitas pelaksanaan imunisasi dalam penanggulangan KLB
PD3I, dipengaruhi oleh: a) cakupan imunisasi lengkap yang
tinggi, sehingga bisa menimbulkan herd immunity, dan b)

Laporan Kinerja (LKJ)254


terjaganya kualitas vaksin melalui manajemen pengelolaan
cold-chain vaksin.
6. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2011-2014,
persentase ketersediaan ADS terhadap kebutuhan ADS. Perlu
adanya perencanaan kebutuhan obat berdasarkan
perhitungan trend jumlah kasus difteri tahun-tahun
sebelumnya, sehingga ketersediaan ADS dapat diperkirakan
dengan baik untuk dapat dipergunakan pada tahun berjalan.
7. Ketika terjadi KLB, yang perlu dilakukan adalah: 1) menekan
kematian kasus (short term), terdiri dari deteksi dini dan
rujukan, serta manajemen kasus (merujuk penderita sedini
mungkin, mengobati kasus sebaik mungkin, memberikan ADS
sedini mungkin, mencegah komplikasi, tatalaksana
komplikasi, menyediakan ADS dan antibiotika); 2) menekan
transmisi dan kasus baru (short term), terdiri dari penyelidikan
epidemiologi dan ORI di daerah terjadi kasus, pemberian
profilakasis/obat pada kontak erat kasus dan menunjuk
pengawas minum obat (PMO); serta 3) mencegah KLB (long
term), terdiri dari meningkatkan dan meratakan cakupan
imunisasi, serta meniadakan kantong kosong imunisasi.

B. Rekomendasi:
1. Aspek Regulasi
a. Perlunya penguatan regulasi di daerah terkait upaya
pengendaliandan pencegahan difteri.
b. Perlunya peraturan atau regulasi turunan terkait standar
teknis dan tatalaksana implementasi SPM mengenai
penanggulangan KLB yang merupakan kewenangan
Provinsi.
c. Perlunya untuk memasukkan konten KLB dan imunisasi
dalam revisi Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang
SPM bidang kesehatan. Serta perlunya inisiasi perbaikan
UU Wabah dan inisiasi penyusunan UU KLB.
d. Perlu adanya regulasi tentang definisi penetapan KLB
apakah berdasarkan wilayah Provinsi/kabupaten/kota,
sehingga penetapan pelaksanaan ORI akan dapat
disesuaikan dengan penetapan daerah KLB.
e. Perlu adanya regulasi tentang penetapan masa berakhir
KLB. Selain itu perlu diatur mengenai mekanisme, syarat
dan kriteria pencabutan status KLB.
f. Perlunya menetapkan indikator, target, dan capaian
indikator RPJMN dan Renstra, RAP, RAK 2015-2019
program pengendalian dan pencegahan PD3I.
g. Perlunya revisi pedoman pelaksanaan ORI yang
menyatakan bahwa pelaksanaan ORI menggunakan buffer

Laporan Kinerja (LKJ)255


stock. Hal ini menyebabkan pelaksanaan ORI tidak optimal
karena hanya disesuaikan dengan stock yang ada.
h. Perlunya regulasi terkait penetapan risk communication
policy, penyusunan pedoman atau petunjuk teknis
mengenai risk communication, termasuk dalam
menentukan besaran risiko (risk index) berdasarkan risk
assessment (penilaian risiko).

2. Aspek Teknis
a. Perlunya penguatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat terutama dalam KIE mengenai
program PHBS, dan promosi pentingnya imunisasi.
b. Perlunya penguatan penyelidikan epidemiologi dan
surveilans difteri, tata laksana penderita (deteksi,
pengobatan, isolasi), menangani kesenjangan imunisasi di
bawah 18 tahun, pencapaian cakupan imunisasi rutin
hingga 100%, serta pemberian penyuluhan atau KIE,
dalam upaya penanggulangan KLB difteri.
c. Perlunya peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan .
d. Perlunya penguatan sistem dan mekanisme diagnosis
kasus, melalui pemeriksaan kultur maupun molekuler.
e. Perlunya melakukan upaya menutup kesenjangan imunitas
(immunity gap) pada sasaran usia 1-19 tahun.
f. Perlunya percepatan proses penyediaan kebutuhan logistik
dalam pelaksanaan imunisasi rutin dan pelaksanaan ORI.
g. Perlunya meningkatkan cakupan imunisasi tidak hanya
imunisasi dasar tetapi imunisasi lanjutan dan BIAS untuk
anak sekolah.
h. Perlunya perbaikan sistem dan jejaring untuk mendekatkan
layanan ke masyarakat.
i. Perlunya sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas
imunisasi.
j. Selain pelaksanaan ORI untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit, perlu adanya pemberian profilaksis
yang compliance-nya tinggi untuk kontak erat kasus.
k. Perlunya penelitian dan pengembangan dalam hal
penilaian penggunaan profilaksis apakah sudah terjadi
resistensi obat dan apakah efektif menekan penularan
penyakit.
l. Perlunya inisiasi untuk penyusunan road map
penanggulangan difteri, seperti program eliminasi difteri.
m. Perlunya penguatan komunikasi dan kerja sama antar
lembaga pemerintah dan non pemerintah (tokoh agama,
masyarakat, komunitas, media dan publik figur).
n. Perlunya layanan informasi dan pengaduan masyarakat
terkait KLB difteri.

Laporan Kinerja (LKJ)256


3. Aspek Pembiayaan
a. Perlunya pedoman atau petunjuk teknis terkait
pencegahan, pengendalian dan tata laksana penyakit
difteri, khususnya perencanaan pembiayaannya.
b. Perlunya inisiasi untuk memasukkan penanggulangan KLB
dalam petunjuk teknis DAK, alokasi anggaran DAK provinsi
bisa memperkuat pencapaian SPM provinsi.
c. Perlunyamempertimbangkan komponen pembiayaan
meliputi prevent, detect, dan respond (prinsip-prinsip dalam
IHR) yang harus dipenuhi dalam perencanaan anggaran.

4. Aspek Sumber Daya


a. Perlu adanya penelitian mengenai penilaian atau evaluasi
kompetensi petugas atau SDM kesehatan dalam
melakukan pemberian imunisasi.
b. Perlunya peningkatan kapasitas petugas atau SDM
kesehatan dalam penegakan diagnosis kasus.
c. Perlunya penguatan kepemimpinan program pencegahan
dan pengendalian penyakit, dan menjamin
keberlangsungannya, dimana SDM yang sudah dilatih
terkait diagnostik atau penatalaksanaan penyakit, tidak
dipindahtugaskan.
d. Perlunya pemenuhan tenaga kesehatan berupa program
Nusantara Sehat (NS) dan Wajib Kerja Dokter Spesialis
(WKDS), secara berkelanjutan.

5. Aspek Manajerial
a. Perlunya perbaikan visualisasi data mengenai laporan
difteri pada Profil Kesehatan Indonesia, yang mencakup
adanya informasi atau data tambahan mengenai population
at risk, attack rate, dan cakupan imunisasi, agar analisis
dan interpretasi besaran masalah penyakit difteri
berdasarkan evidence based menjadi lebih tepat.
b. Perlunya penguatan manajemen dalam melakukan
epidemiological preparedness, untuk daerah yang
berbatasan atau dekat dengan daerah endemis atau KLB.
c. Perlunya penguatan manajemen dalam penggunaan atau
pemanfaatan data yang ada dalam memprediksi potensi
KLB.
d. Perlunya penguatan manajemen dalam penyebarluasan
informasi atau komunikasi publik mengenai imunisasi.
e. Perlunya penguatan manajemen sistem dan mekanisme
koordinasi data dan laporan, baik faskes primer dan faskes
rujukan.

Laporan Kinerja (LKJ)257


f. Perlunya peningkatan sinergisme lintas program dan lintas
sektor, pelibatan sektor swasta, dan pelibatan masyarakat.
g. Perlunya penguatan jejaring kerjasama pemerintah,
swasta, perguruan tinggi, lembaga profesi dan masyarakat,
untuk penatalaksanaan kasus, kontak dan karier.
h. Perlunya pelibatan lintas sektor, tokoh pemuka agama,
tokoh masyarakat mengenai kampanye positif imunisasi.
i. Perlunya peningkatan surveilans, strategi pelaksanaan
Drop Out Follow Up (DOFU) imunisasi, yaitu melengkapi
imunisasi bagi sasaran yang belum lengkap status
imunisasi dasarnya, dan sweeping imunisasi yaitu
melakukan imunisasi dengan mendatangi dan memobilisasi
sasaran yang belum pernah mendapatkan imunisasi dasar.
j. Perlunya penguatan manajemen sistem monitoring
evaluasi terpadu.
k. Perlunya penguatan manajemen ketersediaan dan
keterjangkauan vaksin.
l. Perlunya penguatan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

2. Pertermuan Koordinasi Pusat Analisisi Determinan Kesehatan


A. Workshop Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas)Di Taman Pengasuhan AnakDalam Rangka Menyiapkan
Generasi Unggul
Tuntutan hidup untuk memenuhi perekonomian keluarga dan
keinginan ibu bekerja, menyebabkan waktu pengasuhan anak
terbatas padahal peran orangtua (ibu) pada masa bayi dan anak
balita sangatlah penting. Pilihan orangtua biasanya adalah
menitipkan dan memercayakan pengasuhan anak kepada orang lain
selama ditinggal bekerja, seperti kepada pengasuh, asisten rumah
tangga, keluarga terdekat, tetangga atau dititipkan ke Taman
Pengasuhan Anak (TPA).
TPA sebagai wadah untuk perawatan dan pengembangan anak
usia dini baik dari segi asih (kasih sayang), asuh (pengasuhan,
kebutuhan gizi dan kesehatan), dan asah ( pendidikan melaui
bermain) merupakan kebutuhan dasar anak. Dalam perkembangan
bayi dan anak balita, stimulasi sangat diperlukan untuk mendapatkan
kebutuhan dasar anak (asah) yaitu kecerdasanyang dilakukan
melalui peningkatan fungsi sensorik (dengar, raba, lihat, rasa, cium),
motorik ( gerak kasar dan halus), emosi – sosial, bicara, kognitif,
mandiiri, dan kreativitas (moral, dan kepemimpinan), serta dapat
merangsang sel otak (sinaps). Untuk itu sangatlah penting stimulasi
kecerdasan (kecerdasan majemuk), dilakukan pada periode awal
perkembangan struktur dan fungsi otak bayi dan anak sebagai dasar
pembentukan kepribadian manusia secara utuh dalam upaya
pembentukan kecerdasan dan kematangan karakter anak.

Laporan Kinerja (LKJ)258


Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI
mengembangkan TPA sebagai sarana pemenuhan kebutuhan bayi
dan anak usia dini akan kesehatan, gizi, pengasuhan, pendidikan dan
perlindungan bagi keluarga pegawai Kementerian Kesehatan RI yang
diinisiasi oleh DWP kementerian Kesehatan RI. Yang menjadi
permasalahan utama dalam penyelenggaraan,SDM TPA (pengasuh)
harus dapat memberikan pengasuhan mencakup stimulasi,
perawatan, perlindungan dan kesejahteraan disesuaikan dengan
tumbuh kembang usia anak, sehingga anak mendapat stimulasi
secara baik dan optimal dalam tumbuh kembang sementara orangtua
( ibu) bekerja dengan tenang. Sebagai tindaklanjut di tahun 2018,
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mengadakan workshop bagi
pengasuh TPA dengan tema “Stimulasi Anak TPA melalui permainan
edukasi dan Pijat Bayi untuk mengoptimalkan kecerdasan”
Dalam workshop ini menghasilkan suatu rekomendasi, sebagai
berikut :
1) SDM :
a. Diperlukan Perlu SDM berkompeten dalam bekerja di TPA
sehingga pelaksanaan pola asih, asuh dan asah dapat
berjalan dengan baik.
b. Berkomitmen rasio pengasuh TPA dan jumlah anak asuh
harus sesuai standar (permendikbud nomor 146 tahun 2014).
c. Perlunya pelatihan SDM TPA (kepala sekolah, pengelola, dan
pengasuh) secara berkelanjutan.
d. Pola karir yang jelas bagi tenaga kepala sekolah dan
pengasuh maupun tenaga administrasi
2) REGULASI :
a. Perlu kejelasan legalisasi perizinan Taman Pengasuh Anak di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
b. Regulasi Peraturan pemerintah yang berlaku bagi TPA
terutama terkait SK penugasa pengelolaan TPA.
c. Perlu ada komitmen/kontrak secara tertulis bagi tenaga TPA
(kepala sekolah dan pengasuh) agar turn over tenaga TPA
tidak sering terjadi.

3) MANAGERIAL :
a. Perlu peningkatan dalam sarana dan prasarana yang
mendukung tumbuh kembang anak dengan
multitalenta/kecerdasan majemuk (MI).
b. Khusus untuk TPA di Rumah sakit, lokasi TPA harus terpisah
dengan gedung rumah sakit
c. Perlu ada syarat wajib terkait pemeriksaan kesehatan secara
rutin bagi SDM TPA sejak penerimaan dan pemeriksaan
kesehatan berkala minimal setiap 6 bulan sekali

Laporan Kinerja (LKJ)259


d. Meningkatkan jejaring antar lintas program kesehatan dan
lintas sektoral misalnya dalam program imunisasi dan
perlombaan TPA antar instansi.
e. Monitoring dan evaluasi dengan laporan setiap bulan ke
pihak pembina TPA

B. Advokasi Kebijakan Katalog Wisata Kesehatan Indonesia 2018


Pusat Analisis Determinan Kesehatan TA 2018
Sektor pariwisata telah menjadi penyumbang devisa terbesar
kedua setelah minyak sawit mentah. Untuk meningkatkan devisa
sektor pariwisata, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai
langkah diantaranya melalui peningkatan pemasaran, serta
pengembangan sumber daya destinasi baru.
Untuk itu, pariwisata harus dikelola secara profesional agar
mampu menjadi kontributor yang utama bagi pertumbuhan ekonomi
sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat mengingat potensi
Indonesia sangat besar dibandingkan negara lain. Diperlukan
keterlibatan semua pihak dalam kerangka pentahelix ABGCM
(akademik, bisnis, pemerintah, komunitas dan media) serta
strakeholders lainnya untuk memperkuat sektor pariwisata. Seluruh
kementerian dan lembaga termasuk Kementerian Kesehatan sangat
mendukung berbagai upaya untuk meningkatan kunjungan pariwisata
baik lokal maupun mancanegara melalui pengembangan kerangka
konsep pariwisata kesehatan.
Menteri Kesehatan dan Menteri Parwisata telah
menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memberikan
landasan hukum dalam pengembangan sumber daya pariwisata
kesehatan sebagai upaya bersama untuk mendukung destinasi
wisata prioritas serta mengembangkan pariwisata kesehatan yang
bermutu dan paripurna.
Wujud dari salah satu tujuan MoU tersebut Kementerian
Kesehatan melaksanakan kegiatan penyusunan Katalog Wisata
Kesehatan sebagai landasan awal dalam pengembangan Kebijakan
Pariwisata Kesehatan dimasa yang akan datang.

Analisis KeberhasilanPencapaian Indikator 2018


a. Hal-hal yang yang mempengaruhi pencapaian target
- Adanya tugas lain yang mendesak diluar output PADK sesuai
arahan dari pimpinan.
- Penyerapan kegiatan paket meeting yang tidak sesuai dengan
perencanaan (undangan peserta dll), penyerapan belanja modal tidak
maksimal karena gagal lelang, revisi anggaran yang menyesuaikan
dengan situasi yang ada
b. Permasalahan
- Ketidaksesuaian antara jadwal dengan RPK/RPD
- Kurang dukungan Lintas Sektor/Program

Laporan Kinerja (LKJ)260


c. Pemecahan Masalah
- Fokus dalam mengerjakan output
- Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung
pelaksanaan penyerapan anggaran
- Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang
sesuai dengan ouput dan kegiatan PADK. Kerjasama antar lintas
program/sektor yang mendukung pelaksanaan penyerapan anggaran
- Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran
d. Rencana Tindak Lanjut
- Menyesuaikan jadwal dengan RPK/RPD

Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya
dalam mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah
Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Sarana Prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Pegawai Pusat Analisis Determinan Kesehatan sampai dengan tanggal 31
Desember 2018 berjumlah 43 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Menurut Jabatan
Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 3.60.
Grafik Jumlah Pegawai Menurut JabatanTahun 2018

Jumlah Pegawai Menurut Jabatan


Posisi Awal Akhir 2017 Akhir 2018
20
19

566 6 55 6
333 2 2 211 1 2 2 11 1 3 11 111 1 1
3
111 001 011 10 0 0 0 0 0
JFU Arsiparis…
Analis Pengelola…
JFU Analis…
JFT Analis…

JFU Penata…

Pustakawan
JFU Perencana

JFU Arsiparis

JFU Adminkes
Es. II
Es. 3
Es. 4

JFU Prakom
JFT Prakom

JFU Bendahara

JFU Sekretaris

Berdasarkan jabatannya, di Pusat Analisis Determinan Kesehatan,


paling banyak diisi oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.
2) Menurut Golongan:
Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:

Laporan Kinerja (LKJ)261


Gambar 3.61.
Grafik Jumlah Pegawai Menurut Golongan

IV/c
Menurut Golongan IV/d 0%
IV/e 2%
III/a 2% IV/b
10% III/b 6% IV/a
16% 14%

III/c III/d
25% 25%

3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan:


Komposisi SDM di Pusat Analisis Determinan Kesehatan, paling banyak
memiliki tingkat pendidikan S-1 (Strata 1), yaitu sebanyak 60%.
Rinciannya dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.62.
Grafik Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan

Jenis dan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan kekuatan SDM di


Pusat Analisis Determinan Kesehatan. Dengan proporsi SDM yang
ada,dirasakan masih perlu peningkatan kualitas, terutama dalam
pemahaman dan pelaksanaan kegiatan di Pusat Analisis Determinan
Kesehatan. Selain melalui peningkatan jenjang pendidikan formal,
peningkatan kualitas SDM tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan. Di samping itu, kuantitas SDM perlu ditambah mengingat
beban kerja di Pusat Analisis Determinan Kesehatan semakin berat.

Laporan Kinerja (LKJ)262


2. Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2018 DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.
19.037.692.000,- yang bersumber dari APBN.

Tabel 3.66
Sumber daya anggaran (dalam ribuan)

Anggaran
No. Indikator Kinerja
2016 2018 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis
kebijakan yang
disusun untuk
27.758.578 12.168.738 19.037.692 23.400.000
peningkatan
pembangunan
kesehatan

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2018, sumber
daya sarana dan prasarana di Pusat Analisis Determinan Kesehatan
adalah bagai berikut:
Tabel 3.67
Sumber daya sarana dan prasarana
Tahun 2018
AKUN NERACA JUMLAH
KODE URAIAN
117111 BarangKonsumsi 134.349.900
132111 PeralatandanMesin 5.509.565.429
135111 AsetTetapdalamRenovasi 0
135121 AsetTetapLainnya 6.325.000
136111 KonstruksiDalampengerjaan 49.280.000
137111 AkumulasiPenyusutanPeralatandanMesin (3.872.436.004)
162121 HakCipta 1.875.000.000
162151 Software 1.172.157.545
162191 AsetTakBerwujudLainnya 0
166112 AsetTetap 1.040.881.980
yangtidakdigunakandalamoperasipemerintahan
169122 AkumulasiPenyusutanAsetTetap (1.040.881.980)
yangtidakdigunakandalamoperasi
169312 AkumulasiAmortisasiHakCipta (67.746.375)
169315 AkumulasiAmortisasisoftware (608.646.313)
JUMLAH 4.197.849.182

Laporan Kinerja (LKJ)263


Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai satuan kerja dibawah
Sekretariat Jenderal dituntut untuk terus meningkatkan kinerja terutama
kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam meningkatkan hasil
analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan
akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan. Sehingga sangat diperlukan analisis untuk
pemenuhan dan penggunaan sumber daya. Pemenuhan dan penggunaan
sumber daya tentu sangat berkaitan erat dengan Sumber Dana (Anggaran).
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan penunjang kinerja Pusat Analisis
Determinan Kesehatan melakukan beberapa analisis dan efisiensi dalam
pemenuhan dan penggunaan sumber daya maupun sumber dana. Untuk
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia, secara umum
Pusat Analisis Determinan Kesehatan langsung memberi tanggungjawab
kinerja kepada bagian yang berhubungan dengan target kinerjanya dan setiap
pegawai melaksanakan kinerja sesuai tupoksi masing-masing, dimana setiap
harinya Pegawai di Pusat Analisis Determinan Kesehatan membuat Laporan
Kinerja. Sedangkan untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana
(Anggaran), Pusat Analisis Determinan Kesehatan melaksanakan setiap
kinerja dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran
dengan prinsip efektif dan efesien. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian
target kinerja (output dan outcome) yang hampir tercapai keseluruhan. Prinsip
efesien terlihat dari adanya penghematan anggaran atas setiap kinerja yang
dilakukan tanpa mengurangi output atau outcome yang dihasilkan.
Penggunaan Sumber Dana tidak terlepas dari pemenuhan sumber dana.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan terus berinovasi untuk pemenuhan
sumber dana. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan dengan realisasinya.

B. Realisasi Anggaran
Tabel 3.68
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan
2016 2017 2018
Alokasi anggaran
sesuai DIPA
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

[5831.001]
Kebijakan
Pembangunan
Kesehatan Berdasarkan 22.577.836.000 19.640.942.202 6.603.352.000 6.304.527.940 10.948.660.000 9.280.518.705
Analisis Determinan
Kesehatan
[Hasil Analisis]
[5831.002]
RS Vertikal yang
melaksanakan Revolusi - - 1.636.373.000 1.501.137.963 2.066.560.000 1.677.379.738
Mental Bidang
Kesehatan

Laporan Kinerja (LKJ)264


[5831.951]
Layanan Internal
3.239.700.000 1.980.172.300 2.400.071.000 2.333.338.450 4.513.832.000 2.941.171.565
(Overhead) [Bulan
Layanan]
[5831.994]
LayananPerkantoran 1.941.042.000 1.742.471.444 1.528.942.000 1.502.123.806 1.858.640.000 1.609.730.299
[Bulan Layanan]
27.758.578.000 23.363.585.946 12.168.738.000 11.641.128.159 19.387.692.000 15.508.800.307
TOTAL

10. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji


Capaian kegiatan kesehatan jemaah haji dapat dijelaskan melalui
gambaran capaian satu indikator yaitu Persentase Jemaah Haji yang
Mendapatkan Pembinaan Istithaah (kemampuan) Kesehatan Haji. Cara
perhitungan yaitu dari jumlah jemaah haji yang telah mendapat penilaian
istithaah kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari pertama
jemaah tiba di embarkasi dibagi kuota jemaah haji tahun berjalan dikali
100% berdasarkan data siskohatkes.

Perbandingan target dan capaian tahun 2016 dan 2018 dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.69
Target dan Capaian IKK Persentase Jemaah Haji
Yang Mendapatkan Pembinaan Istithaah Kesehatan Haji
Tahun 2016 -2018

2016 2017 2018


No IKK
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
1. Persentase 65% 65,68% 70% 84,90% 75% 102,90%
Jemaah Haji
yang
Mendapatkan
Pembinaan
Istithaah
Kesehatan Haji

Adapun target Indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji dari tahun 2015
s.d 2018 serta capaian hasil pemeriksaan kesehatan haji tahap II dan
penilaian istithaah di masing-masing provinsi tahun 2018 dapat dilihat pada
grafik dan tabel berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)265


Tabel 3.70
Target Indikator Kinerja Pusat Kesehatan Haji dan Realisasi

Tahun Target
No Realisasi
Anggaran Indikator
1 2015 60% 60%
2 2016 65% 65,68%
3 2017 70% 84,90%
4 2018 75% 102,29 %
5 2019 80%

Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji adalah Presentase


jemaah haji yang mendapatkan pembinaan dan penilaian istitha’ah
(kemampuan) kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari
pertama jemaah tiba di embarkasi/kuota tahun berjalan x 100%, berdasarkan
data Siskohatkes. Kinerja Pusat Kesehatan Haji pada tahun 2018 sebesar
102,29%, dengan jumlah Jemaah Haji Reguler yang mendapatkan
pembinaan dan penilaian istitha’ah sebanyak 208.981 Jemaah. Capaian ini
telah melampaui indikator yang ditetapkan dalam Renstra pada tahun 2018
yaitu sebesar 75%.

Analisis Keberhasilan Pencapaian Indikator 2018


Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji
a. Sosialisasi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
Pelaksanaan Sosialisasi Istitha’ahtahun 2018 awalnya direncanakan di 27
lokasi (dengan sasaran jemaah sebanyak 4.725 orang) bersama Komisi
IX DPR-RI, dalam perjalanannya terjadi perubahan lokasi yang
menyebabkan timbulnya efesiensi anggaran. Anggaran yang masih
tersedia digunakan untuk menambah target lokasi kegiatan menjadi 35
lokasi dengan total sasaran jemaah menjadi 6.125 orang.
Dari 35 lokasi yang direncanakan, dapat dilaksanakan sebanyak 33 lokasi
(94,29%) dengan jumlah jemaah sebanyak 4.966 orang (81,08%).
Kondisi ini dipengaruhi oleh:
1) Efisiensi pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Istitha’ah Kesehatan
Jemaah Haji.
2) Koordinasi dengan instansi terkait.
3) Peran aktif pemerintahan daerah.
Permasalahan:
1) Penetapan waktu pelaksanaan yang menyesuaikan jadwal Komisi IX
DPR-RI sehingga jadwal yang sudah disusun dapat berubah
sewaktu-waktu.
2) Mengumpulkan calon jemaah kabupaten/kota dengan alamat tinggal
berjauhan.

Laporan Kinerja (LKJ)266


Pemecahan Masalah:
1) Berkoordinasi dengan Tenaga Ahli (TA) Komisi IX DPR-RI.
2) Berkoordinasi dengan pengelola haji di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Rencana Tindak Lanjut:


1) Melakukan Pembinaan Haji Paripurna (PHP) di seluruh
kabupaten/kota dengan prioritas kabupaten/kota yang memiliki
jemaah haji risiko tinggi kesehatan terbanyak.
2) Meningkatkan koordinasi dengan pengelola haji di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Pemantauan Hygiene Sanitasi Asrama Haji dan Katering Bagi
Jemaah Haji
Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
1) Ketersediaan anggaran.
2) Penyusunan perencanaan kegiatan.
3) Koordinasi dengan instansi terkait.

Permasalahan
1. Pelaksanaan inspeksi sanitasi kesehatan lingkungan hanya dapat
dilakukan di 14 embarkasi/debarkasi dari 18 embarkasi/debarkasi yang
direncanakan (77,7%). Namun demikian kegiatan tersebut tetap
dilakukan disemua embarkasi/debarkasi oleh KKP.
2. Penetapan jadwal pelaksanaan inspeksi sanitasi kesehatan lingkungan
asrama haji embarkasi/debarkasi dipengaruhi oleh kesiapan Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai pelaksana teknis di lapangan.

Pemecahan Masalah
Koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan lintas sektor
lainnya.

Rencana Tindak Lanjut


1) Penyusunan perencanaan kegiatan.
2) Koordinasi dengan instansi terkait.
3) Pelaksanaan inspeksi sanitasi kesehatan lingkungan di 18 embarkasi.

c. Kemitraan dengan Asosiasi dan atau praktisi Haji Umrah


Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target :
1) Ketersediaan anggaran.
2) Penyusunan perencanaan kegiatan.
3) Koordinasi dengan instansi terkait.

Permasalahan
1. Dokter PIHK belum melakukan pembinaan terhadah jemaah haji PIHK
2. Belum ada pelatihan untuk dokter PIHK

Laporan Kinerja (LKJ)267


Pemecahan Masalah
1. Mewajibkan dokter PIHK untuk melakukan pembinaan terhadap
jemaah haji PIHK sejak awal.
2. Menyiapkan pelatihan untuk dokter PIHK

Rencana Tindak Lanjut


1. Bekerjasama dengan Badan PPSDMK untuk membuat pelatihan bagi
dokter PIHK.
2. Memperkuat dukungan penyelenggaraan kesehatan jemaah haji dari
organisasi profesi, ulama, organisasi masyarakat dan akademisi
melalui pertemuan koordinasi lebih lanjut.

d. Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH).


Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
1) Penggunaan KKJH sudah diuji coba di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2017 sehingga sudah diketahui manfaat dan keunggulannya.
2) Sosialisasi penggunaan KKJH melalui surat edaran dari Pusat
Kesehatan Haji maupun pemberian penjelasan pada setiap pertemuan
dengan pengelola program kesehatan haji.
3) Tersedianya sumber daya yang cukup untuk penyediaan KKJH.
4) Adanya kepatuhan Jemaah haji terhadap KKJH.
5) KKJH terintegrasi dengan Siskohatkes.

Permasalahan
Masalah yang sering ditemukan adalah kartu hilang atau rusak setelah
terdistribusi kepada jemaah haji.

Pemecahan Masalah
KKJH yang rusak atau hilang dapat segera digantikan dengan kartu yang
baru oleh petugas kesehatan di pusat maupun di daerah.

Rencana Tindak Lanjut


1) Menyediakan anggaran pengadaan KKJH tahun berikutnya.
2) Melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan KKJH kepada
petugas kesehatan haji kloter (TKHI) dan PPIH Arab Saudi

e. Gelang Penanda Jemaah Risti


Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
1) Tersedianya profil Jemaah haji Indonesia.
2) Penandaan jemaah risti hanya menggunakan satu warna saja
sehingga lebih sederhana dan tidak menyulitkan dalam distribusi.
3) Tidak semua jemaah risti diberikan gelang risti, lainnya diberikan
penanda risti berwarna orange di KKJH-nya.
4) Tersedianya sumber daya yang cukup untuk penyediaan gelang risti.

Laporan Kinerja (LKJ)268


Permasalahan
Sebagian Jemaah haji mengalami reaksi alergi terhadap bahan material
gelang risti.

Pemecahan Masalah
Memperbaiki spesifikasi bahan material gelang risti.

Rencana Tindak Lanjut


Gelang penanda jemaah risti tidak digunakan lagi tetapi akan digantikan
dengan penanda risti yang tertera di KKJH.

f. Alat Pelindung Diri (APD) bagi Jemaah Haji.


Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
1) Tersedianya anggaran pengadaan APD.
2) Tersedianya TKHI dan PPIH Bidang Kesehatan untuk distribusi APD
bagi Jemaah Haji.
3) Pengadaan APD dilaksanakan di Arab Saudi.

Permasalahan
1) APD diterima di Arab Saudi secara bertahap, dan ada sebagian yang
mengalami keterlambatan.
2) Perlu ruang penyimpanan APD yang cukup besar.
3) Perlu sumber daya yang cukup banyak untuk mendistribusikan APD
ke hotel-hotel tempat jemaah haji tinggal.
4) APD hanya dialokasikan untuk jemaah haji saja, tetapi petugas kloter
juga perlu disediakan APD.
5) Kacamata tidak mendapat izin masuk dan ditahan oleh pihak bea
cukai Arab Saudi.

Pemecahan Masalah
1) Segera mendistribusikan APD setelah diterima oleh Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan (PPHP).
2) Meminta kepada pihak penyedia (Kimia Farma Daawa) untuk
menyediakan kacamata sebagai pengganti kacamata yang ditahan
oleh bea cukai.
3) Meminta kepada pihak penyedia (Kimia Farma Daawa) untuk
menyediakan gudang penyimpanan sementara di Madinah.
4) Meminta kepada pihak penyedia (Kimia Farma Daawa) untuk
membantu TPP mendistribusikan APD kepada jemaah haji.
5) Meminta kepada pihak penyedia (Kimia Farma Daawa) untuk
menyediakan APD bagi petugas kloter.

Rencana Tindak Lanjut


1) Menyediakan anggaran untuk pengadaan APD tahun berikutnya
dengan memperhitungkan jumlah petugas kloter.

Laporan Kinerja (LKJ)269


2) Melaksanakan pengadaan APD lebih awal lagi agar tidak terjadi
keterlambatan dalam proses pengadaan APD.

Bidang Pendayagunaan Sumber Daya dan Fasilitasi Pelayanan


Kesehatan Haji.
Hal-hal yang Mempengaruhi Pencapaian Target.
1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2018 tentang Rekrutmen
TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, dan TPK dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
2) Kerjasama dengan pemerintah daerah.
3) Sistem pengelolaan obat dan perbekkes haji di Arab Saudi menggunakan
sistem push distribution. Obat dan perbekalan kesehatan disiapkan dalam
bentuk paket untuk kloter, sektor, apotek KKHI, tim mobile/ bandara, Tim
Promotif dan Preventif (TPP), dan tim gerak cepat (TGC). Obat dan
perbekalan kesehatan didistribusikan tanpa harus menunggu permintaan
terlebih dahulu.
Permasalahan.
1) Adanya beberapa petugas yang gagal berangkat karena hamil atau
kepentingan keluarga.
2) Adanya pengajuan obat diluar formularium obat kesehatan haji.

Pemecahan Masalah.
1) Workshop dan konsolidasi persiapan rekrutmen dan pelatihan TKHI.
2) Sosialisasi obat-obatan formularium kesehatan haji.

Rencana Tindak Lanjut.


1) Workshop fasilitator kesehatan haji.
2) Workshop untuk calon TKHI agar SHARI dan satu persepsi dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji.
3) Implementasi Permenkes nomor 3 tahun 2018 tentang Rekrutmen Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji Arab Saudi Bidang Kesehatan, Tim
Kesehatan Haji Indonesia, dan Tenaga Pendukung Kesehatan.

Sumber Daya/Realisasi Anggaran


Sumber Daya Manusia
Profil Sumber Daya Manusia Pusat Kesehatan Haji
Pada tahun 2018 jumlah pegawai Pusat Kesehatan Haji mengalami peningkatan
sebanyak 16,7% dibanding dengan tahun sebelumnya (tabel 3.19). Peningkatan
ini disebabkan karena adanya tambahan personil pegawai dalam rangka
percepatan program kesehatan haji dan menganti personil yang pensiun.

Laporan Kinerja (LKJ)270


Tabel 3.71
Komposisi Pegawai Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 – 2018

No Jenis Pegawai 2017 2018


1 PNS 52 60
2 Pegawai Pemerintah Non 8 11
PNS/Honorer (termasuk di
Arab Saudi)
Total 60 71

Gambar 3.63
Komposisi Pegawai Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 – 2018

Tabel 3.72
Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2018

Jumlah Pegawai
No Jenjang Pendidikan
PNS Honorer
1 SMP-SMA - 9
2 D3 6 -
3 S1 23 2
4 S2 28 -
5 S3 3 -
Jumlah 60 11

Laporan Kinerja (LKJ)271


Gambar 3.64
Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2018

Tabel 3.73
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan tahun 2018
No Jenis Jabatan Jumlah
1 Struktural 10
2 Administrator Kesehatan (JFU) 28
3 Analisi Kepegawaian (Analis Manajemen Kepegawaian) 2
4 Penata Laporan Keuangan 3
5 Arsiparis (Pranata Arsiparis) 2
6 Perencana 2
7 Bendahara 1
8 Pranata Komputer (Analis Sistem Informasi dan Jaringan) 3
9 Analis data (analis data dan informasi) 1
10 Perawat pemula 1
11 Penyuluh kesehatan masyarakat 1
12 Sanitarian Ahli pertama 1
13 Analis LHP (analis penyelesaian LHP/TGR/TP) 1
14 Pranata komputer pemula (pengelola teknologi informasi) 2
15 Pengelola BMN 1
16 Pranata Hubungan Masyarakat pemula (penyiap bahan 1
publikasi dan sosialisasi informasi)
17 Pegawai Pemerintah Non PNS (Pengemudi) 3
18 Pegawai Pemerintah Non PNS (Pramubakti) 1
19 Pegawai Pemerintah Non PNS (Admnistrasi) 1
20 Pegawai Pemerintah Non PNS (Kesekretariatan di Arab 1
Saudi)
21 Pegawai Pemerintah Non PNS (Pengelola KKHI Makkah) 2
22 Pegawai Pemerintah Non PNS (Pengelola Wisma Jeddah) 2
23 Pegawai Pemerintah Non PNS (Pengelola KKHi Madinah) 1
Total 71

Laporan Kinerja (LKJ)272


Tabel 3.74
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2018

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Laki-laki 47 66.2%
2 Perempuan 24 33.8%
Total 71

Gambar 3.65.
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2018

Tabel 3.75
Komposisi Pegawai (PNS) Pusat Kesehatan Haji Berdasarkan Kategori Usia
No Kelompok Usia 2018
1 < 31 tahun 0
2 31 – 40 tahun 22
3 41 – 50 tahun 28
4 51 – 58 tahun 10
Total 60

Perencanaan Sumber Daya Manusia Pusat Kesehatan Haji


Pusat Kesehatan Haji merencanakan jumlah pegawai dengan
mempertimbangkan strategi, kebijakan program kesehatan haji, jumlah pegawai
yang akan pensiun dan kebutuhan pegawai berdasarkan peta jabatan di Pusat
Kesehatan Haji.
Pada Tahun 2018 terdapat 11 orang pegawai baru yang berasal dari Instansi dan
unit utama Kementerian Kesehatan dan instansi daerah. Komposisi pegawai
baru tahun 2018 adalah:

Laporan Kinerja (LKJ)273


Tabel 3.76
Komposisi Pegawai Baru Pusat Kesehatan Haji Tahun 2018

Pendidikan Jabatan

Analis Data (data

Perawat Pemula
dan Informasi)
Administrator

Kepegawaian
LHP/TP/TGR)
penyelesaian
Masyarakat

Analis LHP
Kesehatan

Kesehatan
Penyuluh
Jenis

(analis

Analis
No
Pegawai SMA D3 S1 S2

1 PNS 0 0 8 3 6 1 1 1 1 1
PPNPNS 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2
(Honorer)
Total 3 0 8 3 6 1 1 1 1 1

Gambar 3.66.
Peta Jabatan Pusat Kesehatan Haji tahun 2018

PEGAWAI 59 ORANG TERDIRI DARI : KEPALA PUSAT KESEHATAN HAJI Ket :


Es.I : 0 Es.III : 3 JF : 1 Kelas 15 KLS : Kelas Jabatan
Es.II : 1 Es.IV : 7 JP : 47 B : Bezetting (Keadaan Pegawai)
K : Kebutuhan (Berdasarkan ABK)
+/- : Selisih

Kepala Bidang Pembimbingan dan Kepala Bidang Pendayagunaan Sumber


Pengendalian Faktor Risiko Daya dan Fasilitasi Pelayanan Kepala Bagian Tata Usaha
Kesehatan Haji Kesehatan Haji
x Kelas 12 Kelas 12
Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/-
Epidemiolog Administrator Analis Kepegawaian
9 0 1 -1 9 0 1 -1 9 0 1 -1
Kesehatan Muda Kesehatan Muda Muda
Penyuluh Kesehatan
9 0 1 -1 Arsiparis Muda 9 0 1 -1
Masyarakat Muda
Kepala Subbidang Penyuluhan Kepala Subbidang Pendayagunaan Kepala Subbagian Program dan
dan Pembimbingan Kesehatan Sumber Daya Kesehatan Haji Informasi Kesehatan Haji
Kelas 9 Kelas 9 Kelas 9
Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/-
Penyuluh Kesehatan Administrator Analis Anggaran
8 0 2 -2 8 0 2 -2 8 0 2 -2
Masyarakat Pertama Kesehatan Pertama Pertama
Administrator Penyuluh Kesehatan
8 0 3 -3 8 0 3 -3 Perencana Pertama 8 0 1 -1
Kesehatan Pertama Masyarakat Pertama
Administrator Administrator Pranata Komputer
7 5 2 3 7 5 2 3 8 0 1 -1
Kesehatan Kesehatan Pertama
Pranata Komputer
7 0 3 -3
Pelaksana Lanjutan
Perencana 7 5 0 5
Pranata Komputer
7 3 1 2
Ahli
Pranata Komputer 5 2 0 2

Kepala Subbidang Pengendalian Kepala Subbidang Fasilitasi Pelayanan Kepala Subbagian Keuangan
Faktor Risiko Kesehatan Haji dan Barang Milik Negara
Kelas 9 Kelas 9 Kelas 9
Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/- Jabatan KLS B K +/-
Administrator Administrator
8 0 2 -2 8 0 5 -5 Analis Keuangan 7 3 4 -1
Kesehatan Pertama Kesehatan Pertama
Epidemiolog Administrator
8 0 2 -2 7 5 2 3 Bendahara 7 2 1 1
Kesehatan Pertama Kesehatan
Sanitarian Pertama 8 1 1 0 Analis Kebijakan BMN 7 0 2 -2
Administrator Pengadministrasi
7 5 2 3 6 0 5 -5
Kesehatan Keuangan
Pengelola BMN 6 2 3 -1

Kepala Subbagian Kepegawaian


dan Umum
Kelas 9
Jabatan KLS B K +/-
Arsiparis Pertama 8 0 1 -1
Pengelola Pengadaan
8 0 3 -3
Barang/Jasa Pertama
Analis Kepegawaian
7 0 1 -1
Pelaksana Lanjutan
Arsiparis Mahir 7 0 1 -1
Arsiparis Terampil 7 0 3 -3
Analis Kepegawaian
7 1 1 0
Ahli
Arsiparis Ahli 7 2 0 2
Sekretaris 6 1 1 0
Pengadministrasi
3 0 4 -4
Umum
Pengemudi 3 0 1 -1
Pramubakti 3 0 1 -1

Laporan Kinerja (LKJ)274


Program Pengembangan Kompetensi Pegawai Pusat Kesehatan Haji
Pengembangan kompetensi dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pegawai Pusat Kesehatan Haji. Adanya program
inpassing Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) juga mewajibkan adanya pelatihan
kompetensi. Adapun pengembangan kompetensi yang terlah dilaksanakan
selama tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.77
Pelatihan/Workshop Kompetensi Pegawai Pusat Kesehatan Haji tahun 2018

Jumlah
No Jenis Pelatihan/Wokshop Waktu Kegiatan
peserta
1 Pelatihan JFT Epidemiologi 1 22 Oktober – 2 November
2018
2 Pelatihan pengolahan data 1 18 – 21 Desember 2018
besar dan analisa model
skoring
3 Pelatihan GIS & Stat Planet 7 14 – 16 Oktober 2018
4 Pelatihan Infografis 14 20 – 23 November 2018
5 Pelatihan Perencanaan 2 13 – 17 Agustus 2018
18 – 19 Oktober 2018
6 Pelatihan Basic Trauma 1 17 - 21 September 2018
Cardiac Life Support (BTCLS)
7 Workshop pengembangan 35 10 – 12 September 2018
media cetak
8 TOT Fasilitator TKHI 5 November – Desember
2018
9 Pelatihan Arsiparis 2 6 – 10 Agustus 2018

Selain pelatihan kompetensi dan workshop, program pengembangan lain adalah


dengan mengikutsertakan pegawai Pusat Kesehatan Haji pada program Tugas
Belajar, adapun Pegawai yang mengikuti Tugas belajar tahun 2018 adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.78
Daftar Pegawai Tugas Belajar Tahun 2018

No Jenjang Jurusan Tahun Tahun Jumlah


Pendidikan Masuk Lulus
1 S2 Informatika 2016 2018 1 orang
Kesehatan
Gizi klinik 2018 Sedang 1 orang
berlangsung
2 S3 Epidemiologi 2015 2018 1 orang
Komunitasi

Laporan Kinerja (LKJ)275


Untuk meningkatkan pengetahuan pegawai Pusat Kesehatan Haji juga telah
melaksanakan beberapa pertemuan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman pegawai pusat kesehatan haji mengenai peraturan, hukum sebagai
ASN, etika berorganisasi dll. Adapun kegiatannya antara lain:
1. Pertemuan kepegawaian dan penyusunan SOP serta ABK online pusat
kesehatan haji tahun 2018.
2. Orientasi Pegawai Pusat Kesehatan Haji.
3. Sosialisasi Jabatan Fungsional.
4. Analisa Laporan Penyelenggaraan Kesehatan Haji Arab Saudi.

Sumber Daya Anggaran


Sumber daya anggaran Pusat Kesehatan Haji Tahun Anggaran 2018
bersumber dari DIPA APBN dengan sumber dana adalah rupiah murni yang
terdapat pada 2 (dua) kantor bayar yaitu Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Jakarta VII dan KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah (KPH).
Anggaran Pusat Kesehatan Haji tahun 2018 sebesar Rp.307.016.647.000,-.
dipergunakan untuk kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji, dimana 85%
pagu anggaran berada pada pembiayaan Layanan Operasional Haji Bidang
Kesehatan. Pembiayaan tersebut diantaranya untuk biaya operasional pelayanan
kesehatan haji, penyediaan sarana dan prasarana Klinik Kesehatan Haji, serta
penugasan 2.027 tenaga pendamping kesehatan jemaah haji Indonesia di Arab
Saudi. Sedangkan Pembiayaan sebesar 15% dari pagu anggaran dipergunakan
untuk kegiatan PKHI yang Profesional, Pembinaan Kesehatan Haji, dan
Dukungan Layanan Manajemen.
Pagu anggaran Pusat Kesehatan Haji Tahun 2018 terdiri dari 2 (dua) jenis
belanja, yaitu belanja barang dan modal dengan total pagu anggaran sebesar
Rp. 307.016.647.000,-. Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember
2018 adalah sebesar Rp. 290.596.312.983,- atau 94.65% dari total pagu
anggaran. Realisasi belanja barang sebesar Rp. 284.581.569.106 atau 95.67%
dari total pagu anggaran dan realisasi belanja modal sebesar Rp.6.014.743.877,-
atau 63.02% dari total pagu anggaran.
Realisasi anggaran s/d 31 Desember 2018 adalah sebesar
Rp290.596.312.983,- atau 94.65% dari total pagu anggaran, pagu anggaran
terdiri dari 2 (dua) jenis belanja, yaitu belanja barang dan modal. Realisasi
belanja barang sebesar Rp284.581.569.106 atau 95.67% dari total pagu
anggaran dan realisasi belanja modal sebesar Rp6.014.743.877,- atau 63.02%
dari total pagu anggaran. Uraian pagu dan realisasi per komponen kegiatan
disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)276


Tabel 3.79
Realisasi Anggaran Pusat Kesehatan Haji Tahun 2018

Laporan Kinerja (LKJ)277


Terlihat dari table diatas bahwa sisa pagu anggaran yang tidak terealisasi
terdiri dari sisa pelaksanaan kegiatan dan sisa kegiatan pengadaan barang/jasa.
Berikut tergambar realisasi pendapatan dan realisasi anggaran berdasarkan jenis
belanja:

Tabel 3.80
Realisasi Pendapatan dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Pusat Kesehatan Haji Tahun 2018

Dari tabel di atas, realisasi pendapatan berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) sebesar Rp.1.019.374.580,- terdiri dari :
1. Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
sebesar Rp.423.909.649,-
2. Pendapatan dari Untung Selisih Kurs Uang Persediaan sebesar
Rp.118.438.584,-
3. Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu yaitu
berupa temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang tertuang dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan nomor 01/HP/XIX/01/2018 tanggal 10 Januari

Laporan Kinerja (LKJ)278


2018 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja
Penyelenggaraan Kesehatan Haji Semester I Tahun 2017 pada
Kementerian Kesehatan dan Instansi Terkait Lainnya di Jakarta dan Arab
Saudi. Total nilai pengembalian dalam rekomendasi temuan BPK sebesar
Rp488.705.621,-, sampai dengan 31 Desember 2018 telah dikembalikan
ke kas negara sebesar Rp477.026.347,-. Terdapat selisih Rp11.679.274,-
yang masih harus dikembalikan ke kas Negara.
SERAPAN DEKONSENTRASI PER PROVINSI TAHUN 2018
PROGRAM : (024.01.01) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan
KEGIATAN : (2041) Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
KODE REALISASI REALISASI
NO. SATKER PAGU HARIAN
SATKER SP2D (%)
1 200006 DINKES PROVINSI SULAWESI TENGGARA 170.732.000 168.667.000 98,79
2 010024 DINKES PROVINSI DKI JAKARTA 586.594.000 578.690.320 98,65
3 080010 DINKES PROVINSI SUMATERA BARAT 379.545.000 371.208.965 97,80
4 140010 DINKES PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 223.406.000 218.048.000 97,60
5 180006 DINKES PROPINSI SULAWESI TENGAH 184.324.000 179.410.000 97,33
6 310013 DINKES PROVINSI GORONTALO 161.486.000 156.565.000 96,95
7 110009 DINKES PROVINSI SUMATERA SELATAN 375.658.000 363.901.600 96,87
8 100003 DINKES PROVINSI JAMBI 210.140.000 201.999.900 96,13
9 240012 DINKES PROVINSI NTT 191.283.000 182.500.011 95,41
10 300005 DINKES PROVINSI BANGKA BELITUNG 137.320.000 129.091.784 94,01
11 340039 DINKES PROPINSI SULAWESI BARAT 133.958.000 125.665.600 93,81
12 030018 DINKES PROPINSI JAWA TENGAH 1.233.010.000 1.139.311.625 92,40
13 190004 DINKES PROVINSI SULAWESI SELATAN 656.144.000 603.999.400 92,05
14 280004 DINKES PROPINSI MALUKU UTARA 155.658.000 142.417.900 91,49
15 060003 DINKES PROVINSI NANGGROE ACEH 382.934.000 350.173.000 91,44
16 160016 DINKES PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 359.470.000 325.122.800 90,45
17 260012 DINKES PROVINSI BENGKULU 168.932.000 152.113.500 90,04
18 250003 DINKES PROVINSI PAPUA 248.138.000 223.052.000 89,89
19 040008 DINKES PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 147.955.000 132.975.500 89,88
20 220006 DINKES PROVINSI BALI 185.341.000 166.124.000 89,63
21 090017 DINKES PROVINSI RIAU 212.330.000 188.802.000 88,92
22 210010 DINKES PROVINSI MALUKU 161.128.000 142.504.750 88,44
23 130012 DINKES PROVINSI KALIMANTAN BARAT 198.700.000 173.419.300 87,28
24 417660 DINKES PROVINSI KALIMANTAN UTARA 134.161.000 116.604.600 86,91
25 050009 DINKES PROVINSI JAWA TIMUR 1.435.181.000 1.242.650.103 86,58
26 320015 DINKES PROVINSI KEPULAUAN RIAU 345.412.000 298.327.200 86,37
27 290004 DINKES PROVINSI BANTEN 246.514.000 209.284.000 84,90
28 070028 DINKES PROVINSI SUMATERA UTARA 478.492.000 404.512.600 84,54
29 150033 DINKES PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 358.830.000 297.547.700 82,92
30 230003 DINKES PROVINSI NTB 301.020.000 249.189.000 82,78
31 170033 DINKES PROVINSI SULAWESI UTARA 129.330.000 106.949.800 82,70
32 020037 DINKES PROVINSI JAWA BARAT 1.294.948.000 931.747.500 71,95
33 120012 DINKES PROVINSI LAMPUNG 219.608.000 155.688.848 70,89
34 330150 DINKES PROVINSI PAPUA BARAT 192.317.000 122.673.105 63,79
11.999.999.000 10.550.938.411 87,92

Laporan Kinerja (LKJ)279


Melihat hasil serapan dana dekonsentrasi dari setiap provinsi diketahui bahwa
provinsi yang mempunyai serapan terbesar adalah provinsi Sulawesi Tenggara
dengan serapan sebesar 98,79%. Sedangkan Provinsi dengan serapan terendah
yaitu provinsi Papua Barat sebesar 63,79% dan Provinsi Lampung dengan
serapan sebesar 70,89% dan provinsilainnya yang juga kecil serapannya yaitu
provinsi Jawa Barat sebesar 71,95%.
Kecilnya serapan ini terutama diprovinsi Papua Barat karena adanya
pemindahan petugas pengelola haji yang lama sehingga petugas baru belum
menjiwai tugasnya, sedangan untuk provinsi Jawa Barat dari hasil monitoring
diketahui bahwa penyerapan kecil pada pengadaan pakaian seragam petugas
kesehatan haji dengan biaya kurang dari separuhnya.

Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Renovasi Ruang Kerja Pusat Kesehatan Haji
Pada tahun 2018 jumlah pegawai Pusat Kesehatan Haji meningkat
membawa konsekuensi yang harus dipersiapkan yaitu memperhitungkan
kapasitas daya tampung ruang kerja. Pusat Kesehatan Haji menempati lantai 7
gedung Sujudi Kementerian Kesehatan bersama dengan Biro Kerjasama Luar
Negeri. Hal ini menyebabkan ruang kerja dan ruang gerak pegawai semakin
terbatas.
Pengerjaan renovasi tata ruang kerja lantai 7 gedung Sujudi diperlukan
sebagai penunjang dalam pelaksanaan kegiatan bekerja para pegawai. Ruang
kerja ditata sedemikian rupa agar sesuai dengan standar kesehatan kerja
sehingga meminimalisir risiko kecelakaan dalam bekerja serta memberikan
kenyamanan pegawai dalam bekerja. Pengelolaan ruang kerja dapat
berimlplikasi kepada produktifitas dan kinerja pegawai pusat kesehatan haji.
Dengan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan proses renovasi
ruang kerja Pusat Kesehatan Haji yang sesuai standar kesehatan kerja dan
memberikan rasa nyaman dalam bekerja para pegawai Pusat Kesehatan Haji.
Renovasi dilaksanakan pada 25 Juni – 23 Agustus 2018, dengan
menggunakan metode Pemilihan Penyedia Pekerjaan Kontruksi/Renovasi di
lakukan dengan Pengadaan Langsung, dengan pelaksana pengadaan adalah
Pejabat Pengadaan Pusat Kesehatan Haji.
Selain merenovasi ruang kerja, Pusat Kesehatan haji juga melaksanakan
Pengadaan meubelair ruang kerja, pengadaan elektronik, dan pengadaan non
elektronik. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendukung pegawai Pusat
Kesehatan Haji dalam melaksanakan pekerjaanya di ruang kerja.

Total Aset yang Dimiliki Pusat Kesehatan Haji


Pada tahun 2018, Pusat Kesehatan Haji memiliki total nilai aset sebesar
Rp67.372.975.921,- terdapat kenaikan nilai aset apabila dibandingkan tahun
2017, kenaikan nilai aset pada tahun 2018 diperoleh dari realisasi belanja modal
sebesar Rp6.014.743.877,-. belanja modal adalah uang berkurang barang
bertambah. Berikut total aset Pusat Kesehatan Haji yang tertuang dalam Laporan
Barang Milik Negara.

Laporan Kinerja (LKJ)280


1.1.2. Penghargaan yang diterima Pusat Kesehatan Haji
Pada tahun 2018, Pusat Kesehatan Haji kembali memperoleh
penghargaan dari Kerajaan Arab Saudi dan Menteri Kesehatan RI, adapun daftar
penghargaan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Plakat Penghargaan yang diberikan oleh Ketua Komite Kantor Urusan Haji
Makkah Al Mukarramah, Kerajaan Arab Saudi kepada Pemerintah Republik
Indonesia atas Pelayanan Kesehatan Haji tahun 1439 H/2018 M.

Gambar 3.67
Penghargaan dari Ketua Komite Kantor Urusan Haji Makkah Al Mukarramah

2. Piagam Penghargaan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Kesehatan


Daerah Makkah, Kerajaan Arab Saudi kepada Pemerintah Republik
Indonesia atas dukungan dan upaya dalam keberhasilan Program Kesehatan
Haji tahun 1439 H/2018 M.

Gambar 3.68
Penghargaan dari Direktur Jenderal Kesehatan Daerah Makkah

Laporan Kinerja (LKJ)281


3. Piagam Penghargaan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Klinik Kementerian Kesehatan Arab Saudi kepada Misi Kesehatan Haji
Indonesia atas Promotif dan Preventif yang sangat baik dan membantu
Kementerian Kesehatan Arab Saudi dalam Program Edukasi Kesehatan Haji
bagi seluruh Negara.

Gambar 3.69
Penghargaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Klinik Kementerian
Kesehatan Arab Saudi

4. Penghargaan Menteri Kesehatan kepada Pusat Kesehatan Haji sebagai


Koordinator Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Arab Saudi.
Dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 54, Menteri Kesehatan
RI memberikan penghargaan kepada Pusat Kesehatan Haji (PPIH Bidang
Kesehatan Arab Saudi) tahun 2018 sebagai apresiasi atas kinerja yang baik
pada penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi tahun 1439 H/2018 M.

Gambar 3.70
Penghargaan dari Menteri Kesehatan pada Hari Kesehatan Nasional ke 54

Laporan Kinerja (LKJ)282


11. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
Capaian kegiatan peningkatan kerja sama luar negeri dapat dijelaskan
melalui gambaran capaian indikator Jumlah kesepakatan kerjasama luar
negeri di bidang kesehatan. Capaian diperoleh dari jumlah dokumen
kesepakatan internasional yang telah ditandatangani termasuk kesepakatan
dalam persidangan internasional yang bersifat kepemerintahan dan telah
diimplementasikan oleh Kementerian kesehatan untuk mendukung sasaran
strategis pembangunan kesehatan yang diukur dengan pelaporan monitoring
dan evaluasi secara berkala dan komprehensif dalam satu tahun.
Perbandingan capaian kinerja kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar
Negeri tahun dari 2015-2019 sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.81
Capaian Target Kinerja Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No. Indikator
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Target : Target : Target : Target : Target
kesepakatan 8 9 8 7 :
kerja sama Realisasi : Realisasi Realisasi Realisasi 8
luar negeri 8 (100%) :9 :8 :7
bidang (100%) (100%) (100%)
kesehatan

Berdasarkan tren kinerja sejak tahun 2015 sampai dengan 2019, dapat
disimpulkan bahwa pencapaian kinerja dalam periode jangka menengah tahun
2015-2019 dapat dicapai, sebagaiman disajikan pada grafik di bawah ini :

Gambar 3.71.
Grafik Target Kinerja dan Realisasi Kinerja sesuai Renstra
Kementerian Kesehatan 2015 – 2019

Laporan Kinerja (LKJ)283


Wujud dari pelaksanaan misi pembangunan Presiden dan Sasaran
Strategis Kementerian Kesehatan, dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2018. Berdasarkan Perjanjian Kinerja, Biro
Kerja Sama Luar Negeri mempunyai 1 (satu) Sasaran Strategis/Kegiatan dan 1
(satu) Indikator Kinerja dengan target kinerjanya adalah 7 dokumen kesepakatan
kerja sama luar negeri bidang kesehatan. Hasil yang dicapai sampai dengan
akhir tahun 2018 sebanyak 7 dokumen atau 100% dari target.
Adapun hasil dari pengukuran kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri pada
tahun 2018 disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.82
Pengukuran Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2018

Sasaran Strategis/
No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian
Kegiatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Meningkatnya peran Jumlah 7 Dokumen 7 Dokumen 100


dan posisi Indonesia kesepakatan kerja
dalam kerja sama luar sama luar negeri
negeri di bidang di bidang
kesehatan /Peningkatan kesehatan
kerja sama luar negeri

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2018 (Awal) : Rp. 18.095.320.000,00


Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2018 (Revisi Akhir) : Rp. 25.103.545.000,00
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2018 : Rp. 22.473.883.189,00

Berdasarkan tabel tersebut di atas, pada tahun 2018 telah dihasilkan 7


dokumen kesepakatan kerja sama luar negeri bidang kesehatan. Adapun rincian
7 dokumen tersebut disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.83
Capaian Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2018

No. Nama Output Target Capaian % Keterangan

1 Kesepakatan 3 3 100% 1. MoU Kesehatan RI – Denmark


kerja sama luar : Pertukaran Informasi dalam
negeri bilateral rangka Implementasi MoU
bidang bidang Kesehatan (Agustus
kesehatan 2018)
(Dokumen 2. MoU Kesehatan RI – Kerajaan
kesepakatan) Arab Saudi : Joint Working
Group (Desember 2018)
3. MoU Kesehatan RI – INGO
(SIMAVI) (

Laporan Kinerja (LKJ)284


No. Nama Output Target Capaian % Keterangan

2 Kesepakatan 2 2 100% 4. Health Priority Prevention of


kerja sama luar Injuries AHC 1 : The Workshop
negeri regional on the Establishment of
bidang Regional Network of National
kesehatan Collaborating Bodies on Road
(Dokumen Traffic Injuries (RTI) (April
kesepakatan) 2018)
5. ASEAN Leader Declaration of
th
the 13 ASEAN Health
Ministers Meeting : Final draft
of the ASEAN Action Plan on
Nutrition 2018-2030, Way
Forward(September 2018)

3 Kesepakatan 2 2 100% 6. Global Health Security Agenda


kerja sama luar (GHSA) RancanganInstruksi
negeri Presiden mengenai konsep
multilateral One Health (Februari 2018)
bidang 7. UN – Political Declaration on
kesehatan the Fight Against Tuberculosis
(Dokumen Co-Facilitator : National Action
kesepakatan) Plan AMR (OP4)
Total 7 7 100%

Berikut rincian capaian kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2018 :

A. Kesepakatan kerja sama luar negeri bilateral bidang kesehatan


1. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Denmark
Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian
Kesehatan RI dan Kementerian Kesehatan Denmark di Bidang Kerja
Sama Kesehatan telah ditandatangani pada tanggal 24 Mei 2017 di
sela-sela sidang WHA ke-70 di Jenewa, Swiss.
MoU Kerja Sama Kesehatan RI-Denmark, mencakup kerja sama
di bidang (a) promosi kesehatan, (b) kesehatan masyarakat, (c)
peningkatan kapasitas, alih pengetahuan, (d) pertukaran informasi
dalam kerangka pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular
(PTM), (e) pengembangan e-health, termasuk alih pengetahuan, dan
berbagi pengetahuan terkait sistem DRG Denmark, serta (f) penelitan
dan pengembangan kesehatan.
Sebagai tindak lanjut dari MoU tersebut dilaksanakan kunjungan
kerja Kementerian Kesehatan ke Kopenhagen, Denmark pada tanggal
1-3 Agustus 2018 dalam rangka pertukaran informasi. Pada kunjungan
kerja dimaksud, delegasi telah melakukan serangkaian pertemuan
dengan Kementerian Kesehatan Denmark, Healthcare Denmark,
Sundhed.dk, Odense University Hospital, Open Telehealth dan Novo
Nordisk. Hasil dari kunjungan tersebut antara lain :

Laporan Kinerja (LKJ)285


a. Sistem kesehatan di Denmark digerakkan oleh beberapa prinsip
dasar, yaitu: 1) memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan
bebas biaya, 2) jaminan kesehatan semesta, dan 3) melakukan kerja
sama lintas sektoral. Sistem kesehatan di Denmark saat ini berfokus
kepada kualitas pelayanan kesehatan. Dalam kaitan ini, Denmark
telah menerapkan sistem Health Level-7 (HL7) yang merupakan
seperangkat standar internasional yang digunakan sebagai acuan
dalam melakukan pemindahan data administratif dan klinis antar
aplikasi perangkat lunak yang digunakan oleh berbagai penyedia
pelayanan kesehatan. Pemilihan sistem ini didorong oleh
penggunaan sistem yang sama oleh berbagai negara Uni Eropa
lainnya. Selain itu salah satu hal yang membedakan sistem
pembiayaan kesehatan di Denmark adalah sumber pembiayaan
jaminan kesehatan di Denmark berasal dari perpajakan sedangkan
Indonesia masih menggunakan sistem premi. Dalam sesi ini
diperoleh informasi bahwa Denmark telah memiliki Sistem Rekam
Kesehatan Nasional. Namun demikian, pemerintah pusat tetap
memberikan kewenangan bagi masing-masing rumah sakit untuk
mengembangkan dan memiliki sistem informasinya sendiri.
b. Melalui pendekatan Telehealth yang memiliki 5 fokus utama, yaitu:
knowledge on time, prevention, trustworthiness and secure data,
progress and common building blocks, dan the patient as an active
partner, Dengan adanya standar klinis yang digunakan oleh tiap
fasilitas layanan kesehatan memungkinkan rekam kesehatan
elektronik pasien dibaca di berbagai tempat. Dalam kaitan ini,
Sundhed.dk yang merupakan bagian dari sektor kesehatan
masyarakat Denmark, memiliki peranan sebagai portal e-health
nasional dan merupakan jalur utama untuk mengakses data
kesehatan personal termasuk informasi terkait kesehatan di
Denmark.
c. Dalam kunjungan ke Odense University Hospital diketahui bahwa
penggunaan teknologi digital untuk kesehatan telah berkembang
pesat di Denmark, khususnya di Denmark Selatan. Sebagai negara
yang keunggulannya dalam bidang teknologi sudah diakui oleh dunia
internasional, Denmark telah menggunakaan teknologi robotic
surgery, drone dan artificial intelligence lainnya di bidang kesehatan.
Teknologi drone buatan Denmark telah digunakan dalam bidang
kebencanaan di Denmark yang salah satunya adalah PBB. Denmark
juga tengah mengembangkan e-Health City (Svenborg) dimana
seluruh aspek pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya akan
dilakukan seluruhnya menggunakan teknologi kesehatan berbasis
digital. Dalam kaitan ini, CIMT OUH menggarisbawahi bahwa e-
Health merupakan proses organisasional dimana selain investasi
untuk teknologi (20%), investasi yang lebih besar perlu difokuskan
untuk pengembangan sumber daya manusia (80%) yang terkait
dengan pengembangan, penggunaan, dan pengawasan penggunaan

Laporan Kinerja (LKJ)286


teknologi e-Health dimaksud, baik medis maupun non medis. salah
satu hal yang perlu digarisbawahi dalam penggunaan teknologi
kesehatan digital adalah pentingnya pelaksanaan riset yang
melibatkan lintas sektoral (kesehatan, komunikasi, teknologi, dll)
dalam mendukung keputusan penggunaan teknologi kesehatan
digital. Beberapa aspek riset terkait teknologi kesehatan digital
adalah termasuk aspek efektifitasnya dari segi medis (clinical
effectiveness) maupun pembiayaan (health economic). Pemanfaatan
teknologi informasi di bidang kesehatan saat ini dinilai tidak
bertentangan dengan etika medis yang diterapkan di Denmark.
d. Berdasarkan praktek penggunaan teknologi kesehatan digital yang
telah dilakukan bertahun-tahun di Denmark, didapatkan pembelajaran
bahwa jika pengelolaan penggunaan wearable apps dan
measurement medical devices dalam sistem tele-health dilakukan
sesuai protokol yang telah disusun, maka penggunaan teknologi-
teknologi tersebut dijamin dapat memberikan data yang akurat untuk
mendukung pengambilan keputusan medis yang tepat.
e. Dalam kunjungan ke Novo Nordisk, disampaikan bahwa pada tanggal
24 Agustus 2018 akan ditandatangani perjanjian kemitraan dengan
Pemerintah DKI Jakarta untuk program Cities Changing Diabetes,
sebuah program yang telah dilakukan di 16 kota besar lainnya.
Dalam program yang akan dilakukan sampai tahun 2020 ini, didorong
untuk mengoptimalkan kerjasama Public-Private-Partnership (PPP)
untuk meningkatkan status kondisi lingkungan perkotaan yang
mendukung pengendalian diabetes.
f. Selain itu, salah satu informasi penting yang diperoleh adalah terkait
panduan nasional penanganan diabetes di Denmark dimana salah
satu komponennya adalah terkait efek diabetes terhadap penyakit
kardiovaskular dan intervensi gaya hidup sehat. Selain itu juga
disampaikan tentang keunggulan pemberian terapi intensif daripada
terapi konvensional kepada pasien diabetes.
g. Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam melakukan penanganan
diabetes, Denmark telah mengeluarkan berbagai peraturan, panduan
dan mekanisme pemantuan yang terdiri dari strategi nasional untuk
diabetes, strategi nasional untuk mengurangi angka kelebihan berat
badan dan obesitas, strategi nasional untuk mengurangi inaktifitas
fisik, protocol penanganan diabetes berbasis bukti, standardisasi
mekanisme rujukan dari fasilitas pelayanan primer ke rujukan, dan
register diabetes.
2. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Kerajaan
Arab Saudi (KAS)
Pertemuan Pertama Joint Working Group (JWG) on Health
Cooperation RI – KAS telah dilaksanakan di Jakarta tanggal 17-18
Desember 2018. Pertemuan dimaksud dilakukan untuk sebagai langkah
konkret implementasi MoU Kerja Sama Bidang Kesehatan antara RI-

Laporan Kinerja (LKJ)287


KAS yang telah ditandatangani Menkes RI dan Menkes Arab Saudi
tanggal 1 Maret 2017 di Bogor.
Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa KAS akan
memberikan dukungan dengan memberikan pelatihan kepada calon
perawat yang akan bekerja di Arab Saudi untuk memperoleh sertifikat
tes prometrik yang merupakan syarat mutlak bekerja di Arab Saudi. Di
sisi lain, Kementerian Kesehatan RI dengan BNP2TKI akan menyiapkan
sarana dan sumberdaya untuk memenuhi harapan Arab Saudi.
Kementerian Kesehatan KAS menyatakan membutuhkan 2000
perawat Indonesia untuk bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan
milik pemerintah. Kedua Delegasi menyepakati suatu pilot project untuk
perekrutan 100 perawat Indonesia dalam waktu dekat.
Delegasi KAS melakukan kunjungan ke Poltekes Kemenkes
Jakarta III dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD). Tujuan dari
kunjungan tersebut untuk memberi gambaran kepada Delegasi KAS
mengenai sistem pendidikan perawat di Indonesia secara umum dan
kunjungan ke rumah sakit diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai bagaimana perawat Indonesia dapat bekerja secara
profesional di Rumah sakit.
Pertemuan JWG on Health RI – KAS berikutnya disepakati akan di
selenggarakan di KAS pada tahun 2019 guna membahas lebih detail
mekanisme pengrekrutan, penempatan dan perlindungan tenaga
kesehatan Indonesia ke KAS dan penanganan kesehatan haji dan
umroh, serta isu-isu lain terkait implementasi Plan of Action MoU RI-
KAS.

3. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI –


International Non-Governmental Organization (SIMAVI)
Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian
Kesehatan RI dan Simavi di Bidang Kerja Sama Kesehatan telah
ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2018. Selama jangka waktu
kerjasama ada 5 program yang dilakukan yaitu :
a. Sustainable sanitation for eastern Indonesia (SEHATI)
SEHATI menetapkan 4 hal sebagai hasil (outcome) di akhir
program, yaitu: (1) Kepemimpinan dan komitmen serta kapasitas
yang baik dari pemerintah (tingkat kabupaten dan kecamatan) untuk
melaksanakan dan melanjutkan STBM 5 pilar; (2) Kapasitas CSO
yang semakin kuat dalam hal lobi dan advokasi pemerintah daerah
untuk menyediakan layanan STBM yang baik, dan pada tingkat
nasional lobi dan advokasi pembuat kebijakan untuk promosi
penyediaan layanan yang efektif; (3) Meningkatnya keterlibatan
sektor di tingkat daerah untuk meningkatkan kualitas dan
keterjangkauan produk dan layanan terkait WASH; dan (4)
tersedianya sebuah model (yang dapat diimplementasikan) untuk
memastikan bahwa pemerintah daerah mampu mereplikasi dan
melanjutkan STBM 5 pilar dalam skala kabupaten.

Laporan Kinerja (LKJ)288


b. Pro Poor Private Investment in Water Supply (PROPOPI)
Program yang disubsidi oleh Sustainable Water Funds (RVO) dari
Belanda ini bertujuan untuk menyediakan akses dan layanan air
bersih kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di
kawasan kumuh perkotaan di Kota Bandung. Selain itu, program ini
juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi
air bersih di instalasi pengolahan air PDAM Tirtawening Kota
Bandung.
Menindaklanjuti lokakarya, pada bulan Maret 2018 para mitra
kembali mendiskusikan hal-hal rinci yang meliputi manajemen
proyek, manajemen keuangan, MOU tentang mandat dari PDAM ke
VEI, merevisi dokumen proyek, dan menyiapkan laporan tahunan
2017 yang akan jatuh tempo pada 5 April 2018. Pada kesempatan
itu Simavi mengusulkan Result Chain (rantai hasil) yang baru,
pengaturan anggaran baru dan beberapa dokumen proyek yang
direvisi.
c. Proyek Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran pada USDP-2
Proyek ini adalah proyek singkat yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan untuk menyerap
serta mendokumentasikan pembelajaran dan praktek baik selama
prosesnya. Dalam proyek ini, Simavi bersama mitra pelaksana
Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) di Lombok didukung
pendanaannya oleh Royal Haskoning (mitra pemerintah untuk
pengelolaan program USDP 1 dan USDP 2).
d. Get Up Speak Out (GUSO)
Get Up, Speak Out (GUSO) adalah sebuah program yang
dikembangkan untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi
bagi remaja putri dan perempuan muda melalui pendekatan multi
komponen. Pendekatan multi komponen adalah pendekatan yang
men-sinergi-kan antara menciptakan permintaan (creating demand)
serta menyediakan layanan dan lingkungan yang kondusif (enabling
environment). Tujuan akhir dari program ini adalah (1) penyediaan
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi; (2) penyediaan
layanan kesehata reproduksi yang berkualitas dan ramah remaja;
dan (3) mendorong terbangunnya sistem dukungan (kebijakan)
yang mendukung.
Sasaran dari program ini adalah:
• Remaja putri dan perempuan muda memiliki kemampuan
menyuarakan kebutuhannya;
• Orangtua dan Guru mau dan mampu memberikan informasi
dan pendidikan kesehatan reproduksi yang baik;
• Penyedia layanan kesehatan yang memberikan pelayanan
yang peduli pada remaja (sesuai dengan Standar Nasional
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja);

Laporan Kinerja (LKJ)289


• Pembuatan kebijakan dan pemangku kepentingan yang
memastikan terpenuhinya layanan kesehatan reproduksi
remaja dan perempuan muda.
Materi pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan adalah
materi yang komprehensif, termasuk materi pendidikan tentang HIV
dan AIDS dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja
atas HIV dan AIDS melalui pendekatan kader kesehatan remaja
(konselor sebaya/pendidik sebaya/peer educator). Selain itu,
program ini akan mendorong pendewasaan usia perkawinan.
e. Menstrual Hygiene Management (MHM)
Proyek Menstrual Hygiene Management (MHM) dirancang
berdasarkan hasil penelitian operasional yang dilakukan oleh mitra
pelaksana di daerah tentang perilaku hidup sehat dan higiene
perempuan terkait MHM di 2 desa di daerah. Penelitian ini
menghasilkan sebuah proyek yang menggabungkan aspek sanitasi
dan higiene dengan aspek kesehatan reproduksi sekaligus.
Tujuan umum dari proyek ini adalah agar perempuan yang tinggal di
wilayah proyek mau dan mampu mempraktekkan MHM yang baik
karena telah terlebih dahulu terinformasi dengan MHM.
Beberapa sasaran proyek adalah:
• Perempuan dan remaja putri memahami dan berbagi
pengetahuan tentang MHM kepada rekan sebaya mereka;
• Pembalut yang dapat dipakai ulang dan diproduksi secara
lokal menjadi alternatif pembalut yang sehat (higiene) dan
murah;
• Meningkatnya akses dan penggunaan air di toilet untuk MHM;
Kedua program ini dilakukan secara langsung oleh mitra Simavi di
lapangan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Dukungan
Simavi di Jakarta sangat terbatas sebab program ini dirancang
untuk dikelola oleh sebuah konsorsium INGO yang berada di
Belanda, yang masing-masing anggotanya juga membentuk
konsorsium di Indonesia. Simavi adalah bagian dari konsorsium
yang ada di Belanda dan menunjuk Yayasan IHAP menjadi bagian
dari konsorsium yang ada di Indonesia bersama organisas lain
seperti Rutgers Indonesia, PKBI, ARI, dll.

B. Kesepakatan kerja sama luar negeri regional bidang kesehatan


1. Health Priority Prevention of Injuries AHC 1 : The Workshop on the
Establishment of Regional Network of National Collaborating Bodies
on Road Traffic Injuries (RTI)
Kegiatan The Workshop on the Establishment of Regional Network
of National Collaborating Bodies on Road Traffic Injuries (RTI) telah
dilaksanakan di Jakarta, tanggal 18-20 April 2018. Workshop tersebut
dihadiri oleh delegasi dari 6 negara ASEAN antara lain Filipina, Indonesia,
Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Kegiatan ini merupakan bagian
dari implementasi salah satu dari tujuh program kerja prioritas ASEAN

Laporan Kinerja (LKJ)290


Health Cluster 1 Promoting Healthy Lifestyle, yaitu pencegahan
kecelakaan guna mendukung negara-negara ASEAN dengan
membangun jejaring dan memperkuat manajemen data melalui kolaborasi
multisektoral sehingga mampu memperkuat program pencegahan dan
pengendalian kecelakaan lalu lintas dalam meningkatkan keselamatan di
jalan raya.
Workshop menyepakati Term Of References (TOR) tentang
modalitas dan mekanisme dalam melaksanakan jejaring regional tentang
pencegahan cedera dan rekomendasi kerja sama regional pencegahan
kecelakaan lalu lintas untuk kemudian disirkulasikan ke seluruh negara
anggota ASEAN untuk dimintakan persetujuan lebih lanjut.
Kesepakatan para delegasi dalam rekomendasi dan TOR tersebut,
antara lain:
a. Mendukung negara-negara anggota ASEAN sebagai perwakilan
komunitas global untuk memperkuat manajemen data melalui
kolaborasi multi-sektoral.
b. Memperkuat program pencegahan kecelakaan lalulintas serta
membangun kapasitas jaringan nasional melalui pertukaran ide,
pembaruan teknologi/inovasi, berbagi praktik berbasis bukti,
mengadvokasi kebijakan, pendekatan global, dan berbagi
pengetahuan.
c. Agar secara teratur berkomunikasi melalui milis Gmail dan kemajuan
lain dalam teknologi dengan biaya rendah dengan kecepatan yang
lebih tinggi yang untuk menghasilkan peningkatan efisiensi dalam
komunikasi dan koordinasi.
d. Kegiatan berbagi pengetahuan dan informasi melalui teleconference
(panggilan video) dilakukan oleh AMS setiap enam bulan untuk
mengupdate kemajuan program kecelakaan lalu lintas di negara
masing-masing atau mendiskusikan masalah global.
e. AMS dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengundang seorang
ahli selama teleconference, untuk menyampaikan masalah teknis
spesifik.
Telah disepakati dan dilaunching jejaring berupa gmail grup, yaitu
ASEAN RTI PREVENTION NETWORK dengan Indonesia sebagai
koordinator dan admin. Unit teknis Kemenkes sebagai penanggung jawab
jejaring regional tersebut adalah Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
bersama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Berkaitan dengan kegiatan jejaring regional dan program RTI
ditindaklanjuti dalam Kelompok Kerja Program Aksi Keselamatan Jalan
Kemenkes sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.01.07/Menkes/95/2018 (Direktur Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat sebagai Ketua dan Kesekretariatan ada di
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga).

Laporan Kinerja (LKJ)291


Pokja Aksi Keselamatan Jalan membahas evaluasi dan tindak lanjut
hasil workshop, khususnya mekanisme dan teknis operasional
pelaksanaan jejaring regional dan rencana kegiatan lainnya.

2. ASEAN Leader Declaration of the 13th ASEAN Health Ministers


Meeting : Final draft of the ASEAN Action Plan on Nutrition 2018-
2030, Way Forward
Pertemuan Core Group Meeting on The Draft ASEAN Action Plan on
Nutrition 2018 – 2030 telah dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada
tanggal 4 – 8 September 2018 sebagai tindak lanjut dari ASEAN Leaders’
Declaration (ALD) yang telah disepakati para Menteri Kesehatan di
wilayah ASEAN pada KTT ASEAN bulan November 2017 di Filipina. ALD
tersebut terdiri dari : (1) ALD on Ending All Forms of Malnutrition; (2) ALD
on Combating Anti-Microbial Resistance; dan (3) ALD on Disaster Health
Management.
Kegiatan ini sebagai bentuk implementasi dari ALD on Ending All Forms
of Malnutrition. Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Filipina, Lao PDR,
Indonesia, dan ASEAN Secretariat.
Pertemuan diantaranya membahas tentang :
a. Strategic Thrust 1 : Dukungan untuk percepatan tindakan
multisektoral berbasis bukti untuk mengakhiri semua bentuk
kekurangan gizi, khususnya di antara kelompok yang paling rentan,
miskin dan kurang beruntung di ASEAN (Meningkatkan pengiriman
layanan gizi);
b. Strategic Thrust 2 : Dukungan untuk mengintensifkan upaya untuk
terlibat dengan sektor-sektor dan pemangku kepentingan terkait untuk
menangani multi-korban dari semua bentuk kekurangan gizi
(Memastikan dukungan kebijakan dan koherensi antar sektor);
c. Strategic Thrust 3: Dukungan untuk meningkatkan investasi publik,
multi-sektoral dan tingkat kerja sama untuk meningkatkan nutrisi dan
memastikan diet yang sehat (Mobilisasi sumber daya);
d. Strategic Thrust 4 : Dukungan untuk memperkuat kapasitas manusia
dan kelembagaan dalam perencanaan dan evaluasi multisektoral,
analisis dan advokasi kebijakan, penelitian kesehatan dan nutrisi,
pengawasan gizi dan pemberian layanan (Pengembangan kapasitas
untuk pemangku kepentingan gizi);
e. Strategic Thrust 5 : Untuk memantau kemajuan kerangka kerja
strategis ASEAN untuk nutrisi dan rencana aksi (Pemantauan dan
evaluasi melalui ASEAN Nutrition Surveillance);
f. Pengembangan Sistem Pengawasan Nutrisi berbasis GIS untuk
ASEAN;
g. Diskusi tentang Rencana Aksi yang diusulkan tentang Nutrisi 2018-
2030, dan kemungkinan kolaborasi dengan Mitra Pembangunan yang
diundang.

Laporan Kinerja (LKJ)292


C. Kesepakatan kerja sama luar negeri multilateral bidang kesehatan
1. Global Health Security Agenda (GHSA) Rancangan Instruksi
Presiden tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah,
Mendeteksi, dan Merespon Wabah Penyakit, Pandemi Global dan
Terorisme NUBIKA
Pembahasan Rancangan Inpres (R-Inpres) tentang Peningkatan
Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespon Wabah
Penyakit, Pandemi Global dan Terorisme NUBIKA telah diselenggarakan
pada tanggal 26 Juni 2018 di Sekretariat Kabinet.
Rancangan Inpres ini disusun dalam rangka meningkatkan
kemampuan ketahanan nasional dalam menghadapi kedaruratan
kesehatan masyarakat dan/atau bencana nonalam akibat wabah
penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia yang
dapat berdampak nasional dan/atau global.
Dalam Inpres tersebut disebutkan tugas-tugas Kementerian
Kesehatan asalah sebagai berikut :
a. mengkaji dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di bidang kesehatan terkait peningkatan ketahanan
kesehatan global serta dukungan pembiayaan;
b. meningkatkan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan
merespons wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir,
biologi, dan kimia;
c. meningkatkan koordinasi teknis pelaksanaan International Health
Regulation (IHR) 2005 dengan pendekatan multisektor;
d. meningkatkan kapasitas surveilans kesehatan yang mampu
mengidentifikasi kejadian yang berpotensi menyebabkan kedaruratan
kesehatan masyarakat, termasuk situasi di pintu keluar masuk negara,
resistensi antimikroba, dan keamanan pangan;
e. meningkatkan cakupan dan kualitas pelaksanaan imunisasi;
f. meningkatkan pencegahan dan pengendalian zoonosis dan resistensi
antimikroba;
g. meningkatkan kapasitas dan memperkuat jejaring laboratorium yang
mendukung identifikasi permasalahan kesehatan masyarakat;
h. melaksanakan analisis risiko dan melaporkan penyakit dan/atau
kejadian yang berpotensi menyebabkan kedaruratan kesehatan
masyarakat secara akurat dan tepat waktu; dan
i. mempersiapkan dan meningkatkan kapasitas serta menggerakkan
sumber daya manusia kesehatan, sarana, dan logistik untuk
menanggulangi kedaruratan kesehatan masyarakat.
Penyusunan Inpres ini melibatkan Lintas Kementerian/Lembaga,
TNI/Polri serta para Kepala Daerah di wilayah Republik Indonesia.

Laporan Kinerja (LKJ)293


2. UN – Political Declaration on the Fight Against Tuberculosis Co-
Facilitator : National Action Plan AMR (OP4)
Antimicrobial Resistance (AMR) telah muncul sebagai salah satu
ancaman kesehatan masyarakat terbesar pada zaman modern. Di World
Health Assembly (WHA) ke-68 pada Mei 2015, rencana aksi global
tentang AMR (GAP AMR) diadopsi sebagai tanggapan terhadap
pengakuan krisis yang muncul ini. GAP AMR telah dikembangkan di
permintaan Health Assembly sesuai dengan resolusi WHA67.25 pada
bulan Mei 2014, yang mencerminkan konsensus global bahwa AMR
merupakan ancaman utama untuk kesehatan manusia.
Salah satu persyaratan menyeluruh yang digariskan oleh GAP AMR
adalah bahwa semua Member States (MS) harus mengembangkan
Rencana Aksi Nasional mereka sendiri yang dibuat berdasarkan AMR
(NAP AMR) yang sejalan dengan kondisi nasional masing-masing negara
anggota. Proses membingkai NAP AMR yang digerakkan secara
kontekstual akan memberikan dasar untuk memahami situasi AMR lokal,
dengan menyoroti celah dan ketersediaan kapasitas. Ini akan berfungsi
sebagai informasi berharga, yang memungkinkan berbagai negara untuk
melakukannya untuk menyesuaikan NAP AMR mereka sesuai dengan
realitas lokal mereka.
Tujuan dari GAP AMR adalah: “untuk memastikan, kesinambungan
keberhasilan pengobatan selama mungkin dan pencegahan penyakit
menular dengan efektif dan aman menggunakan obat-obatan yang
terjamin kualitasnya, digunakan secara bertanggung jawab, dan dapat
diakses oleh semua/siapapun yang membutuhkan "
Untuk mencapai hal ini, GAP-AMR telah menetapkan lima tujuan
strategis yang membentuk dasar untuk mengembangkan respons
kesehatan masyarakat terhadap AMR secara global. Tujuan strategis ini
adalah:
• Tujuan 1: Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi
antimikroba melalui komunikasi, pendidikan, dan pelatihan yang efektif.
• Tujuan 2: Memperkuat basis pengetahuan dan bukti melalui
pengawasan dan penelitian.
• Tujuan 3: Mengurangi kejadian infeksi melalui sanitasi yang efektif,
langkah-langkah pencegahan infeksi dan kebersihan.
• Tujuan 4: Mengoptimalkan penggunaan obat antimikroba pada
manusia dan kesehatan Hewan.
• Tujuan 5: Mengembangkan kasus ekonomi untuk investasi
berkelanjutan dengan memperhitungkan kebutuhan semua negara,
dan meningkatkan investasi dalam obat-obatan baru, alat diagnostik,
vaksin dan intervensi lainnya.

Selain itu, AMR NAP diharapkan bisa mencerminkan lima prinsip


berdasarkan strategi AMR GAP yang telah diumumkan. Ini termasuk:
1) Keterlibatan seluruh masyarakat termasuk pendekatan One
Health. Resistensi antimikroba akan mempengaruhi semua orang, di

Laporan Kinerja (LKJ)294


mana pun mereka hidup, kesehatan mereka, keadaan ekonomi, gaya
hidup atau perilaku. Hal tersebut akan mempengaruhi sektor-sektor di
luar kesehatan manusia, seperti kesehatan hewan, pertanian,
ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi. Karena itu, semua
orang – di segala sektor dan disiplin - harus dilibatkan dalam
implementasi rencana aksi.
2) Pencegahan pertama. Pencegahan infeksi dapat mengurangi angka
kematian, morbiditas dan meningkatkan efektivitas biaya. Pencegahan
infeksi dapat diimplementasikan di segala sektor, bahkan ketika
sumber daya terbatas. Implementasi tindakan pencegahan infeksi dan
penahanan dapat memperlambat perkembangan dan membatasi
penyebaran infeksi yang disebabkan oleh resistensi antibiotik.
3) Akses. Kemampuan untuk mengobati infeksi memerlukan akses yang
terjangkau terkait penggunaan obat antimikroba yang efektif dan aman
serta diagnosis yang tepat dan akurat. Implementasi nasional dan
rencana aksi global yang efektif untuk mengatasi resistensi
antimikroba tergantung pada akses, fasilitas kesehatan, perawat
kesehatan profesional, dokter hewan, teknologi preventif, alat
diagnostik, dan juga pada pengetahuan, pendidikan dan informasi.
4) Keberlanjutan. Semua negara harus memiliki rencana aksi nasional
resistensi antimikroba yang mencakup penilaian kebutuhan sumber
daya. Implementasi dari rencana-rencana ini akan membutuhkan
investasi jangka panjang, misalnya pengawasan, penelitian
operasional, laboratorium, manusia dan sistem kesehatan hewan,
kapasitas regulasi yang kompeten, dan profesional pendidikan dan
pelatihan, baik di sektor kesehatan manusia dan hewan. Diperlukan
komitmen politik dan kolaborasi internasional mempromosikan
investasi teknis dan keuangan yang diperlukan agar efektif
pengembangan dan implementasi rencana aksi nasional.
5) Target tambahan untuk implementasi. Negara-negara Anggota
memiliki tahapan yang sangat berbeda dalam hal mengembangkan
dan mengimplementasikan rencana nasional untuk memerangi
resistensi antimikroba. Agar semua negara dapat memanfaatkan yang
terbaik untuk kemajuan menuju penerapan rencana aksi global tentang
resistensi antimikroba, fleksibilitas akan dimasukkan ke dalam
pemantauan dan pelaporan pengaturan untuk memungkinkan setiap
negara untuk menentukan prioritas tindakan yang perlu diambil untuk
mencapai masing-masing dari lima tujuan strategis.
Pencapaian kinerja pada tahun 2018, antara lain didukung oleh
suksesnya Kementerian Kesehatan melalui Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam
menyelenggarakan pertemuan/kegiatan internasional, yaitu :
a. Peluncuran ASEAN Car Free Day pada tanggal 5 Agustus 2018, Jakarta
Peluncuran Hari Bebas Kendaraan Bermotor ASEAN di Jakarta
dilaksanakan bersamaan dengan pemecahan Rekor Dunia untuk Tari Poco-
Poco dengan peserta terbanyak. Kegiatan Car Free Day diharapkan dapat
mempererat kolaborasi multi-sektor, dan bertujuan tidak hanya untuk

Laporan Kinerja (LKJ)295


mempromosikan gaya hidup sehat dan mengurangi tingkat polusi udara
dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di jalan, tetapi juga
untuk mendorong terciptanya masyarakat yang damai, inklusif, tangguh,
sehat, dan harmonis.Peluncuran Hari Bebas Kendaraan Bermotor ASEAN
telah diresmikan dan digaungkan melalui media briefing yang dihadiri oleh
perwakilan Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Perwakilan Tetap untuk ASEAN dari
negara anggota ASEAN di Jakarta, Sekretaris Jenderal ASEAN, dan Deputi
Sekretaris Jenderal untuk Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Media briefing
yang bertempat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, mengundang lebih dari 50 perwakilan dari media
cetak, online dan siaran, termasuk blogger.

b. The 5th Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting :


Advancing Global Partnership pada tanggal 6 – 8 November 2018, Bali
Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Global Health Security Agenda (GHSA)
ke-5 telah diselenggarakan pada tanggal 6 – 8 November 2018 di Bali. PTM
dengan tema “Advancing Global Partnerships” bertujuan untuk
meningkatkan komitmen negara dalam memperkuat ketahanan menghadapi
ancaman keamanan sekaligus sebagai upaya berbagi pengalaman dan
praktik terbaik dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan menanggapi cepat
berbagai penyakit menular berpotensi wabah dan pandemi. PTM dihadiri
oleh 635 peserta dari 49 negara (44 negara anggota GHSA dan 5 negara
pengamat), organisasi internasional, dan mitra terkait lainnya.
PTM GHSA ke-5 dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan dan menghasilkan 2 dokumen penting yaitu “2024
GHSA Framework” yang akan melandasi peningkatan kinerja GHSA pada
periode 2019-2024 dan “GHSA Bali Declaration” yang berisikan komitmen
negara-negara dan semua pemangku kepentingan terkait untuk
meningkatkan kapasitas dan kerja sama pada tingkat global, regional dan
nasional melalui pendekatan multi-sektor dan multi-disiplin (pendekatan
“One Health”—sinergi kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan).
Secara khusus Indonesia berhasil mendorong kesadaran pentingnya ASEAN
membangun platform kerja sama mengatasi ancaman keamanan kesehatan
di kawasan. Dalam Pertemuan Informal Menteri Kesehatan ASEAN di sela-
sela PTM GHSA ke-5 telah disepakati prakarsa pembentukan platform kerja
sama tersebut yang akan dilaporkan pada Pertemuan Menteri Kesehatan
ASEAN tahun 2019 di Kamboja.
PTM GHSA ke-5 menyimpulkan antara lain sebagai berikut:
a. Dunia menghadapi tantangan resiko keamanan kesehatan global yang
terus meningkat sejak munculnya wabah potensi pandemi Severe Acute
Respiratory Sindrome (SARS) tahun 2003, flu burung (H5N1) tahun
2004, flu babi (H1N1) tahun 2009, Middle East Respiratory Syndrome-
Corona Virus (MERS-CoV) tahun 2013, Ebola tahun 2014, dan Zika
tahun 2015.

Laporan Kinerja (LKJ)296


b. Pengalaman membuktikan bahwa penyebaran wabah tersebut telah
mengakibatkan dampak kerusakan besar pada pembangunan ekonomi
dan stabilitas negara serta perdagangan barang dan jasa, pariwisata,
dan stabilitas demografi.
c. Kesiapan terhadap ancaman kesehatan global hanya bisa dicapai
melalui upaya berkelanjutan, komitmen kuat, investasi dan kerjasama
multisektor yang kuat dalam mewujudkan sistem kesehatan nasional
masing-masing yang tangguh melalui pelayanan kesehatan primer dan
pendekatan One Health, serta peningkatan kerja sama regional dan
global.
Langkah-langkah peningkatan kerja sama multi-sektor dengan pendekatan
One-Health sebagai berikut:
a. Penyelesaian Rencana Aksi Nasional Keamanan Kesehatan Global.
b. Penguatan kelembagaan di Pusat dan Daerah melalui Instruksi Presiden
tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan
Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global dan Kedaruratan Nuklir,
Biologi, dan Kimia.
c. Pengarusutamaan Keamanan Kesehatan Global dalam pembangunan
nasional dan penyediaan anggaran khusus bagi pembangunan
kapasitas Keamanan Kesehatan Global.
d. Peningkatan sosialisasi dan simulasi penanganan pandemi, serta
pengetahuan mengenai Keamanan Kesehatan Global pada pendidikan
formal, informal dan non-formal.

c. The Regional Consultative Meeting to Identify and Update Mental


Health Gaps in the ASEAN Member States pada tanggal 28-29
November 2018, Jakarta
Untuk memperkuat kesehatan mental di ASEAN dan mempromosikan kerja
sama di antara Negara-Negara Anggota ASEAN (AMS), ASEAN Mental
Health Taskforce (AMT)didirikan pada 2011, dan kemudian disahkan oleh
Pertemuan SOMHD ke-7 di Cebu, Filipina pada tahun 2012. Workshop untuk
membahas Mental Health GAP (mhGAP) dan mekanisme pemantauan dan
evaluasi untuk mengidentifikasi kesenjangan telah dilakukan pada Mei 2015
di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Vietnam, Thailand dan Indonesia, di
bawah program kerja AMT.Output dari workshop adalah indikator yang
disepakati untuk mengidentifikasi dan mengukur kesenjangan yang ada
sebagai sistem pemantauan dan evaluasi berbasis hasil.
Sebagai kelanjutan dari AMT, Mempromosikan Kesehatan Mental menjadi
prioritas di bawah Program Kerja ASEAN Health Cluster 1: Mempromosikan
Gaya Hidup Sehat dari ASEAN Pasca-2015 Agenda Pengembangan
Kesehatan 2016-2020, Prioritas Kesehatan 5. 2 kegiatan proyek tentang
Mempromosikan Kesehatan Mental adalah :
a. Untuk melakukan pertemuan untuk berbagi informasi, praktik dan model
yang efektif bekerja sama dengan AMS dan pemangku kepentingan
terkait, yang dipimpin oleh Filipina; dan

Laporan Kinerja (LKJ)297


b. Melakukan workshop untuk mengidentifikasi kesenjangan dan untuk
mengembangkan pedoman tentang integrasi kesehatan mental dalam
tingkat perawatan primer dan sekunder untuk AMS, dipimpin oleh
Indonesia dan dipimpin oleh Vietnam.

Indonesia, sebagai lead country untukworkshop untuk mengidentifikasi


kesenjangan dan untuk mengembangkan pedoman tentang integrasi
kesehatan mental dalam tingkat perawatan primer dan sekunder untuk AMS,
memulai diskusi pendahuluan yang diadakan pada 29 Agustus 2018 di
Jakarta, back to back dengan SEA Mental Health Forum 2018, untuk
meninjau secara singkat pembaruan pertemuan sebelumnya tentang GAP
kesehatan mental, membahas ruang lingkup dan tonggak perkembangan
pedoman ini. Diskusi pendahuluan diikuti oleh Focal Point Mental Health
ASEAN yaitu Indonesia dan Thailand, Sekretariat ASEAN dan WHO
Indonesia. Diskusi setuju untuk melanjutkan dengan mhGAP dan melakukan
beberapa kegiatan pada tahun 2018 dan 2019 sebagai berikut:
a. Mengadakan Regional Consultative Meeting to Identify and Update
Mental Health Gaps in the ASEAN Member States secara berurutan
dengan Pertemuan Konsultatif Regional WHO untuk mempercepat
implementasi mhGAP, di Jakarta, Indonesia, pada bulan November
2018. Hasil yang diharapkan adalah:
1) Kesenjangan yang teridentifikasi untuk mengintegrasikan kesehatan
mental ke tingkat perawatan primer dan sekunder di AMS
2) Menyetujui rancangan struktur Pedoman
b. Membuat e-group ahli kesehatan mental dan titik fokus ASEAN untuk
merumuskan draf pedoman pertama
c. Menyelenggarakan Pertemuan Konsultatif Regional untuk
menyelesaikan pedoman pada 2019. Pedoman ini diharapkan menjadi
pedoman praktis yang memiliki fleksibilitas untuk diterapkan di setiap
AMS.
Sebagai langkah pertama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
bekerja sama dengan WHO Regional SEARO dan WPRO mengadakan
Regional Consultative Meeting to Identify and Update Mental Health Gaps in
the ASEAN Member States pada tanggal 28 – 29 November 2018 di Jakarta.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh delegasi dari Brunei Darussalam,
Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Myanmar, Thailand dan Vietnam.

B. REALISASI ANGGARAN
Anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri pada awal tahun 2018 sebesar Rp.
18.095.320.000,00 sesuai dengan DIPA Biro Kerja Sama Luar Negeri No.SP
DIPA-024.01.1.648428/2018 dengan rincian belanja barang sebesar Rp.
15.713.733,00 dan belanja modal sebesar Rp. 2.381.587,00.

Dengan adanya penyelenggaraan Global Health Security Agenda (GHSA)


Ministerial Meeting, pada bulan Oktober 2018, Biro Kerja Sama Luar Negeri

Laporan Kinerja (LKJ)298


mendapat tambahan anggaran sebesar Rp. 7.008.225.000,00 sehingga
anggaran yang pada akhir tahun 2018 sebesar sebesar Rp. 25.103.545.000,00.

Tabel 3.84
Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 - 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
(dalam rupiah)
Tahun Anggaran DIPA Realisasi Presentase
Tahun 2015 12.145.931.000 8.366.939.371 68.89 %
Tahun 2016 10.369.663.000 9.029.049.328 87.07 %
Tahun 2017 9.502.055.000 9.395.889.481 98.88 %
Tahun 2018 25.103.545.000 22.473.883.189 89.52 %
Tahun 2019 21.000.000.000 0 0%
Sumber : Aplikasi eMonev Anggaran Kementerian Keuangan dan Renstra Kemenkes
2015-2019

Gambar 3.73.
GrafikPerbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

30.000.000.000

25.000.000.000

20.000.000.000
DIPA
15.000.000.000
Realisasi
10.000.000.000

5.000.000.000

0
2015 2016 2017 2018 2019

Sesuai dengan Laporan Keuangan Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun
2018, realisasi anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri sampai dengan 31
Desember 2018 sebesar 89.52% dari pagu Rp. 25.103.545.000,00. Sisa
anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri pada tahun 2018 sebesar Rp.
2.629.661811,00 atau sebesar 10.48% dari total pagu Rp. 25.103.545.000,00.
Berdasarkan capaian kinerja yang ditetapkan pada awal tahun 2018, Biro
Kerja Sama Luar Negeri telah mencapai 100%. Pada monitoring evaluasi kinerja
penganggaran yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan dalam aplikasi e-monev anggaran PMK 248, dinyatakan
bahwa dari 3 output beserta keluarannya sesuai DIPA/POK Biro Kerja Sama
Luar Negeri Tahun Anggaran 2018, telah mencapai 100% dengan nilai kinerja
sebesar 92,47%.Ketiga output tersebut adalah :

Laporan Kinerja (LKJ)299


1. Layanan Internal
2. Layanan Kerja Sama Internasional Bidang Kesehatan
3. Layanan Perkantoran

Tabel 3.85
Evaluasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2018
Nama
No. Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Target Capaian %
Output

1 Layanan 5.273.165.000 4.355.886.219 83% 4 4 100%


Internal
2 Layanan 18.467.902.000 15.985.126.584 87% 8 8 100%
Kerja Sama
Internasional
Bidang
Kesehatan
3 Layanan 1.362.478.000 1.257.398.494 92% 12 12 100%
Perkantoran

C. Analisa Keberhasilan
Pencapaian kinerja tersebut di atas, terkait langsung dengan sumber daya
yang tersedia di Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya pembiayaan
pelaksanaan kegiatan.
Seperti diuraikan sebelumnya, dibalik terpenuhinya target jumlah
kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan
pada tahun 2018, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan
sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :
a. Keberhasilan Indonesia atau Kementerian Kesehatan menyelenggarakan
pertemuan internasional.
b. Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti
perkembangan isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.
c. Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup.
Meskipun hasilnya cukup baik, sejumlah tantangan/permasalahan masih
perlu menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Tantangan tersebut adalah :
1) Dinamika internasional berlangsung dengan sangat cepat, khususnya
perkembangan isu-isu politik dan ekonomi. Kesehatan merupakan isu yang
tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh perkembangan isu-isu lainnya di
dunia internasional.
2) Sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi
untuk berkontribusi di forum internasional masih terbatas. Ini akan
berpengaruh pada mutu kesepakatan internasional yang dihasilkan.
3) Masih belum optimalnya koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
kerja sama internasional di bidang kesehatan.
4) Pada saat proses penyusunan kertas posisi, khususnya terkait pengumpulan
bahan-bahan kertas posisi dimaksud masih sulit didapatkan. Hal ini
dikarenakan Biro Kerja Sama Luar Negeri memiliki akses yang terbatas

Laporan Kinerja (LKJ)300


terhadap data dan informasi terkini yang hanya dapat diperoleh dari unit
teknis terkait.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Kesehatan telah
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan kementerian atau
lembaga terkait, terutama Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui peta
politik dan ekonomi di dunia internasional.
2) Memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia di Kementerian
Kesehatan untuk meningkatkan kompetensinya, termasuk melalui pemberian
kesempatan mengikuti kegiatan internasional.
3) Terus meningkatkan koordinasi, baik di internal Kementerian Kesehatan
maupun di lingkup nasional.

D. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Anggaran dan Sumber


Daya Manusia
Dari segi anggaran dan sumber daya manuasi, Kementerian Kesehatan
dalam kerja sama internasional telah melakukan efisiensi tanpa mengurangi
capaian kinerja, diantaranya dengan cara :
1) Disela-sela menghadiri pertemuan internasional, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan pertemuan Side-Event Bilateral dengan negara-negara
sahabat, untuk membicarakan kemungkinan kerja sama yang bisa dijalin
antara Indonesia dan negara sahabat. Hal ini dapat menghemat anggaran,
karena tidak perlu menyelenggarakan pertemuan bilateral tersendiri yang
membutuhkan anggaran tidak sedikit.
2) Mengurangi jumlah delegasi pada pertemuan internasional, dengan
menyusun delegasi pada setiap pertemuan internasional yang hanya
mengikutsertakan unit kerja yang terkait.

12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia


Capaian kegiatan pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia dapat
dijelaskan melalui gambaran capaian dua indikator sebagai berikut:

Tabel 3.86
Perbandingan Target dan Capaian Indikator Kinerja Utama KKI Tiga Tahun
Terakhir 2016, 2017 dan 2018
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Sasaran Indikator
Target Capaian % Target % % Target Capaian %
Terselenggara 1. Jumlah
nya registrasi penanganan
dr/drg, kasus
pendidikan pelanggaran 37 40 108.11 39 65 166.67 41 49 119.5
profesi, disiplin dr & drg
pembinaan yang
serta terselesaikan

Laporan Kinerja (LKJ)301


penanganan 2. Jumlah Surat
kasus Tanda
pelanggaraan Registrasi
displin dokter (STR) dokter
& dokter gigi dan dokter gigi
72.000 72.011 100.02 35.000 52.780 150.80 20.000 47.403 237.02
yang
terregistrasi
dan
terselesaikan
tepat waktu

Pencapaian kinerja Utama dari dua indikator tersebut pada tahun 2018,
digambarkan dengan tabel di bawah ini.

A. CAPAIAN KINERJA

Tabel 3.87.
Pencapaian Kinerja Utama Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2018

Tahun 2018
Sasaran Indikator
Target Capaian %

Jumlah penanganan
Terselenggaranya
kasus pelanggaran
registrasi dr/drg, 41 49 119.5
disiplin dr & drg yang
pendidikan,
terselesaikan
profesi, pembinaan
serta penanganan Jumlah Surat Tanda
kasus dugaan Registrasi (STR) dokter
pelanggaran dan dokter gigi yang
20.000 47.403 237.02
disiplin dokter dan teregristrasi dan
dokter gigi terselesaikan tepat
waktu

Analisis Pencapaian Kinerja


a. Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi
yang teregistrasi
Target indikator “Jumlah Surat TandaRegistrasi (STR) Dokterdan
Dokter Gigiyang teregistrasi danterselesaikan tepat waktu”
merupakan target pertahun di tahun 2018, target yang ditetapkan
adalah sebanyak 20.000 STR dan telah terealisasi sebanyak
47.403STR atau sebesar 237.02 %.

Laporan Kinerja (LKJ)302


Gambar 3.74.
Grafik Target dan Capaian STR

80.000 72.011
72.000
70.000
60.000 52.780
47.123
50.000
40.000 35.000
30.000 20.000
20.000
10.000
-
2016 Target
2017 Realisasi 2018

Pada grafik 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Konsil


Kedokteran Indonesia menargetkan 72.000STR yang terselesaikan
dan realisasi mencapai 72.011 (100.02%) dan pada tahun 2017
Konsil Kedokteran Indonesia menargetkan 35.000 STR layanan Surat
Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang diterbitkan
dengan capaian sebesar52.780STR (150.80%). Pada Tahun 2018
capaian 47.403 dari 20.000 target realisasi STR (237.02%).

Analisa penyebab keberhasilan pencapaian target indikator Jumlah


Surat TandaRegistrasi (STR) Dokterdan Dokter Gigiyang teregistrasi
danterselesaikan tepat waktuadalah sebagai berikut:
1) Analisa Manajemen
1. Meningkatnya kesadaran dokter dan dokter gigi terhadap
pentingnya registrasi.
2. Penyempurnaan sistem registrasi online.
3. Responsif melalui Sistem Komunikasi Cepat (SMS gateway).
4. Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan penjagaan mutu pendidikan
profesi dan pembinaan praktik kedokteran.
5. Reviu regulasi tentang registrasi agar sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
6. Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan, registrasi
dan pembinaan.
7. Menjaga mutu pelayanan registrasi untuk mempertahankan ISO
9001:2008.

2) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber dayadalam


pencapaian kinerjaadalah sebagai berikut
1. Adanya kesepakatan interoperabilitas data Registrasi dengan
Organisasi Profesi.
2. Pemutakhiran dan pengembangan Sistem Informasi Registrasi
dan Website KKI.

Laporan Kinerja (LKJ)303


3. Paper less system yang sudah dijalankan sejak Juli tahun 2018
4. Pelayanan satu pintu (mencakup semua kegiatan divisi)
5. Keterpaduan pelaksanaan program KKI dan MKDKI.

3) Analisisprogram/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian


target kinerja yaitu:
1. Peningkatan kapasitas SDM.
2. Mempertahankan mutu SOP.
3. Pemutakhiran dan pengembangan sistem interoperabilitas
registrasi online yang terintegrasi dengan sistem ijazah dan
sertifikat kompetensi.
4. Harmonisasi dalam penyusunan regulasiantara KKI dengan
pemangku kepentingan.
5. Penyampaian produk KKI kepada masyarakat dan para
stakeholder melalui pertemuan koordinasi, website, Buletin KKI,
dan media lainnya.

b. Penanganan kasus pelanggaran disiplin profesi dokter dan


dokter gigi
Target indikator “Jumlah penanganankasus pelanggaran
disiplinDokter dan Dokter Gigiyang terselesaikan” di tahun
2018ditargetkan sebanyak 41kasus dan telah terselesaikan sebanyak
49 kasus atau sebesar 119.5%.
Target indikator “Jumlah penanganankasus pelanggaran
disiplinDokter dan Dokter Gigiyang terselesaikan” berdasarkan
Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 telah ditetapkan sebanyak197
kasus sampai dengan akhir tahun 2019. Sampai akhir tahun
2018total kasus yang telah selesai sebanyak 185kasus atau sebesar
93.90% dari 197 Kasus yang ditargetkan.
Gambar 3.75.
GrafikCapaian indikator “Penanganan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan2016, 2017
dan 2018

Laporan Kinerja (LKJ)304


Grafik diatas menunjukkan bahwa capaian penanganan kasus
pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi dalam tiga tahun selalu
melebihi dari target yang ditetapkan

Analisa penyebab keberhasilan pencapaian target indikator Jumlah


penanganan kasus pelanggaran disiplin Dokter dan Dokter Gigi yang
terselesaikan adalah sebagai berikut:
(1) Analisa Manajemen
a. Penjadwalan dua bulan kedepan kegiatan sidang MKDKI.
b. Kegiatan sidang dilakukan secara paralel.
c. Seluruh sidang dilaksanakan dengan korum sepenuhnya.
d. Komunikasi dan hubungan antar personal anggota MKDKI,
petugas khusus dan saksi ahli berjalan dengan baik dan lancar.
e. Perubahan Perkonsil 32 tahun 2015 menjadi perkonsil 50 tahun
2017 sudah diimplementasikan sepenuhnya dalam rangka tugas,
fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari Majelis Pemeriksa
Disiplin (MPD) dan MKDKI secara organisasi.
f. Evaluasi bulanan dan rencana tindak lanjutnya dilakukan setiap
hari jumat akhir bulan.

B. Analisi Sumber daya


Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya antara lain yaitu:
1. Sidang dilakukan secara paralel.
2. Fleksibilitas SDM anggota Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD) dalam
memenuhi kuorum sidang;

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


pencapaian target kinerja yaitu:
1. Pembekalan dan optimalisasi anggota MKDKI diawal penugasan.
2. Kerjasama antar anggota MPD dan petugas Khusus.
3. Penjadwalan kegiatan yang konsisten.
4. Evaluasi bulanan dilaksanakan konsisten.
5. Identifikasi masalah dan alternative solusi dilakukan setiap bulan.
6. Kerjasama dari saksi ahli berdasarkan hubungan yang baik dengan
OP, Penegak hukum, sektor terkait.
Pengukuran Kinerja Pendukung
1. Target dan Hasil Pencapaiannya
Selain dua indikator Kinerja Utama di atas, dilaksanakan pula indikator
Kinerja Pendukung sesuai dengan tupoksi KKI sebagaimana yang
diamanahkan dalam UU No. 29 tahun 2004.Tabel di bawah ini
memberi gambaran Capain Indikator Kinerja Pendukung

Laporan Kinerja (LKJ)305


Tabel 3.88
Target dan Capaian Indikator Kinerja Pendukung Set. KKI tahun 2018
Indikator
Target
Kegiatan Sasaran kinerja Lain Capaian %
2018
(Pendukung)

Pengelolaan Meningkatnya 1. Dukungan 5 5 100


Konsil pelayanan Layananan Dokumen Dokumen
Kedokteran registrasi dan Manajemen
Indonesia penyelenggaraan Kegiatan
standarisasi Pengelolaa
pendidikan profesi, n Konsil
pembinaan serta kedokteran
penanganan kasus Indonesia
pelanggaran
2. Layanan
disiplin Dokter dan 12 bulan 12 Bulan 100
Perkantoran
Dokter Gigi

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa capaian Kinerja Lain (Pendukung) yang
telah ditetapkan keduanya mencapai target 100%.

Analisis Capaian Kegiatan Lain berdasarkan Bagian di lingkungan


Sekretariat KKI
Untuk hasil analisa hasil capaian kinerja tahun 2018 masing-masing bagian
dilingkungan Sekretariat KKI dapat dijelaskan sebagai berikut;

A. BAGIAN STANDARDISASI PENDIDIKAN PROFESI


Sekretariat KKI melalui Bagian Standardisasi Pendidikan Profesi telah
memfasilitasi Divisi Standar Pendidikan Profesi Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi dalam menjalankan program-program kegiatannya,
yaitu sebagai berikut :
1. Penyusunan Revisi Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
2. Penyusunan Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia
3. Penyusunan Revisi Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia
4. Penyusunan revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
5. Penyusunan revisi Pedoman Adaptasi bagi Dokter/Dokter Spesialis
dan Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis WNI Lulusan Luar Negeri.
6. Penyusunan Pedoman Adaptasi Dokter dan Dokter Gigi WNA
7. Penyusunan revisi Standar Pendidikan Dokter Spesialis dan Dokter
Gigi Spesialis.
8. Rekomendasi Pembukaan dan Penutupan Program Studi Baru
(Kedokteran, Kedokteran Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi
Spesialis)
9. Monitoring dan Evaluasi/Bimbingan teknis penerapan standar
pendidikan dan standar kompetensi dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis.

Laporan Kinerja (LKJ)306


10. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Perkonsil tentang Alih Ilmu
Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
11. Penyusunan Pedoman Persetujuan Alih Iptek Kedokteran dan
Kedokteran Gigi.
12. Penyusunan Pedoman Tumpang TindihKompetensi/Shared
Competency dan Percabangan Ilmu dalam Pendidikan Dokter
Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis.

1. Capaian Kinerja Bagian Standardisasi Pendidikan Profesi Tahun


2018

Tabel 3.89
Capaian Kinerja Bagian Standardisasi Pendidikan Profesi Tahun 2018

INDIKATOR TARGET CAPAIAN


PENANGGUNG
NO KINERJA OUTPUT KINERJA KINERJA KETERANGAN
JAWAB
KEGIATAN TH 2018 TA 2018

Penyusunan Kebijakan dan Ketentuan KKI Tentang Standardisasi Pendidikan Profesi

1 Penyempurnaa Pedoman 5 10rancanga - Subag Dikdok 1. Standar


n Standar Standar rancangan n - Subag Dikdok Pendidikan
Pendidikan Pendidikan Spesialis Dokter Spesialis
dan Standar dan Bedah Anak
Kompetensi Kompeten 2. Standar
Dokter dan si Pendidikan
Dokter Gigi Dokter Spesialis
Akupunktur
3. Standar
Pendidikan
Dokter Spesialis
Gizi Klinik
4. Standar
Pendidikan
Dokter Spesialis
Jantung dan
Pembuluh Darah
5. Standar
Pendidikan
Dokter Spesialis
Kedokteran
Keluarga
Layanan Primer
(KKLP)
6. Standar
Pendidikan
Dokter Spesialis
Kedokteran

Laporan Kinerja (LKJ)307


Kelautan
7. Standar
Pendidikan
Dokter Spesialis
Emergensi
Medisin
8. SKDI tahun
2018
9. Standar
spesialis dan
subspesialis
Ilmu Kesehatan
Anak
10. Pedoman
Adaptasi
3 Koordinasi Rekomend 4 5 Laporan - Subag Dikdok 1. Rekomendasi
Kebijakan asi rekomenda pembukaan - Subag Dikdok PembukaanProd
Pemberian pembukaa si KKI prodi baru Spesialis i
Rekomendasi n prodi Dr Spesialis
Pembukaan, Bedah Saraf FK
Pembinaan Udayana
dan Penutupan 2. Rekomendasi
Prodi Pembukaan
Pendidikan Prodi Dr
Kedokteran Spesialis
dan Anestesiologi
Kedokteran dan Terapi
Gigi Intensif FK
Unsrat
3. Rekomendasi
Pembukaan
Prodi Dr
Spesialis
Pulmonologi dan
Kedokteran
Respirasi FK
Unila
4. Rekomendasi
Pembukaan
Prodi Dr
Spesialis
Anestesiologi
dan Terapi
Intensif FK
Unsoed
5. Rekomendasi
Pembukaan
Prodi Drg
Spesialis Bedah
Mulut dan

Laporan Kinerja (LKJ)308


Maksilofasialis
FKG Universitas
Hasanuddin

4 Penyelesaian 1 White 2 Pedoman 2 pedoman Subag Dikdok KK :


Tumpang Paper KK buku putih Spesialis Buku Putih
Tindih 1 White Kompetensi
Kompetensi Paper KG Manajemen
/Shared Intervensi Nyeri
Competency (Interventional Pain
dan Management)
Percabangan KG : Rancangan
Ilmu Dalam Final Buku Putih
Pendidikan dr. Implan Kedokteran
Sp & drg. Sp Gigi
5 Monitoring dan Laporan 3 dokumen 3 dokumen Subag Pendidikan 1. Laporan Monev
Evaluasi monev Laporan Berkelanjutan Alih Iptekdok
Pelaksanaan AANHS Medan
Alih Iptekdok 2. Laporan Monev
Alih Iptekdok
Anestesio
Peribulbar RS
Mata Cicendo
Bandung
3. Laporan Monev
Pelaksanaan
Alih Iptekdok
kegiatan Bali
ESAG Course
2018 (European
Society of
Aesthetic
Gynecology and
Surgical Live
Case Training
Course on
Female
Genitalia and
Reconstructive
Prosedure)
6 Monitoring dan Laporan 12 Institusi 13 Laporan - Subag Dikdok 1. Prodi
Evaluasi monev Pendidikan - Subag Dikdok Pulmonologi FK
Penerapan Spesialis Universitas
Standar Andalas
Pendidikan 2. FK Universitas Al
dan Standar Azhar Mataram
Kompetensi dr, NTB
drg, dr Sp, drg 3. Prodi Neurologi
Sp FK Universitas
Brawijaya

Laporan Kinerja (LKJ)309


4. Prodi
Dermatologi dan
Venereologi FK
Universitas
Sriwijaya
5. FK Abulyatama
Banda Aceh
6. FKG
Univ.Mulawarma
n
7. FKG Universitas
Muhammadiyah
Semarang
8. FKG Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
9. FKG Universitas
Udayana
10. FKG Universitas
Lambung
Mangkurat
11. FK Abdurrab
Pekanbaru
12. FK Universitas
Bengkulu
13. FK Universitas
Hang Tuah
Surabaya
7 Rapat Laporan Laporan 69 laporan - Subag Dikdok 1. Rapat
koordinasi Rapat koordinasi rapat - Subag Dikdok pembahasanPen
Divisi koordinasi Spesialis yempurnaan
Pendidikan - Subag Standar
Konsil Pendidikan pendidikan
Kedokteran Berkelenjutan 2. Rapat kualifikasi
/Konsil tambahan
Kedokteran 3. Rapat tim pokja
Gigi dengan Pendidikan KK
Pengandil dan KKG
4. Rapat
Koordinasi
pembukaan
prodi baru
5. Rapat koordinasi
shared
competency
6. Rapat-rapat
koordinasi
dengan
stakeholder

Laporan Kinerja (LKJ)310


2. Rekapitulasi Permohonan Dan Rekomendasi/Belum Rekomendasi
Program Studi Dokter Spesialis Tahun 2018
Pada tahun 2018 jumlah permohonan Program Studi Spesialis sebanyak
7 (tujuh) Program Studi dari 6 (Enam) institusi dengan rincian sebagai
berikut;
Tabel 3.90
Rekapitulasi Permohonan Dan Rekomendasi/Belum Rekomendasi Program
StudiDokter Spesialis Tahun 2018

INSTITUSI PRODI DR/DRG


NO DESK EVALUATION VISITASI REKOMENDASI KET
PENDIDIKAN SPESIALIS

1 FK Udayana Bedah Saraf 20 Februari 2018 22 Maret 2018 Direkomendasi


2 FK Universitas Sam Anestesiologi dan 18 September 2018 8 November 2018 Direkomendasi
Ratulangi Terapi Intensif
3 FK Univ Lampung Pulmonologi dan 4 September 2018 1 November 2018 Direkomendasi
Kedokteran
Respirasi
4 FK Univ Jenderal Anestesiologi dan 13 September 2017 29 Maret 2018 Direkomendasi
Sudirman Terapi Intensif
5 FKG Universitas Bedah Mulut dan 19 September2017 14 Mei 2018 Direkomendasi
Hasanuddin Maksilofasialis

6 FK Unsyiah Oftalmologi 14 November 2018 - - Perbaikan


proporsal
7 FK Unsyiah Bedah Plastik dan 18 Desember2018 - - Perbaikan
Estetik proporsal
Rekonstruksi

3. Rekapitulasi Permohonan Pengesahan Standar Pendidikan Dan


Standar Kompetensi Dokter/Dokter Gigi Dan Dokter Spesialis/Dokter
Gigi Spesialis Tahun 2018
Pada tahun 2018 jumlah permohonan Pengesahan Standar Pendidikan
dan tandar Kompetensi Dokter/Dokter Gigi sebagai berikut:

Tabel 3.91
Rekapitulasi Permohonan Pengesahan Standar Pendidikan Dan Standar
Kompetensi Dokter/Dokter Gigi Dan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis
Tahun 2018

STANDAR
NO KOLEGIUM PENDIDIKAN/ KETERANGAN
KOMPETENSI
Bedah Anak Perkonsil 52 tahun 2018 tentang Standar
1 Indonesia Bedah Anak Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Bedah Anak
Ilmu
Kedokteran
Kedokteran
2 Keluarga Layanan Perbaikan
Keluarga
Primer (KKLP)
Indonesia

Laporan Kinerja (LKJ)311


STANDAR
NO KOLEGIUM PENDIDIKAN/ KETERANGAN
KOMPETENSI
Akupunktur
3 Akupunktur Proses pengesahan di Kemenhumkam
Indonesia

Gizi Klinik
4 Gizi Klinik Proses pengesahan di Kemenhumkam
Indonesia
Kedokteran
Kedokteran
5 Kelautan Perbaikan
Kelautan

Emergensi Emergensi
6 Proses harmonisasi dengan Kemenhumkam
medisin medisin
Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit
7 Jantung dan Jantung dan Proses harmonisasi dengan Kemenhumkam
Pembuluh Darah Pembuluh Darah
Standar spesialis
dan subspesialis
Ilmu Kesehatan
8 Ilmu Kesehatan Perbaikan
Anak Indonesia
Anak

Ilmu Penyakit Subspesialis Ilmu


9 Proses pembahasan
Dalam Indonesia Penyakit Dalam
Kolegium Dokter
Indonesia
bersama dengan
Assosiasi
SKDI tahun 2018 Proses pembahasan dan pengkajian tim pokja
10 Institusi
pendidikan KKI
Pendidikan
Kedokteran
Indonesia
(AIPKI)

4. Rekapitulasi Permohonan Adaptasi Dokter / Dokter Spesialis Dan


Dokter Gigi / Dokter Gigi Spesialis Tahun 2018
Pada Tahun 2018 terdapat 113 Permohonan Adaptasi Adaptasi
Dokter / Dokter Spesialis Dan Dokter Gigi / Dokter Gigi Spesialis Tahun
2018, dengan rincian sebagai berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)312


Tabel 3.92
Permohonan Adaptasi Dokter / Dokter Spesialis Dan Dokter Gigi / Dokter
Gigi Spesialis Tahun 2018

PERMOHONAN PLACEMENT
NO KELULUSAN ADAPTASI
BARU TEST

1 Dr WNI LLN 14 14 53

2 Dr WNI LDN, Dr Sp LLN 55 55 57

3 Drg WNI LLN 2 2 1

4 Drg WNI LDN, Drg Sp LLN 3 3 2

TOTAL 74 74 113

5. Rekapitulasi Surat Persetujuan Alih Iptek Tahun 2018

Tabel 3.93
Surat Persetujuan Alih Iptek Tahun 2018

Berkas
Berkas Permohonan Surat Persetujuan Jumlah Surat
Ditolak
Permohonan Online (Hands dan Rekomendasi NonHands On
On)
Dokter 8
34 39 25 3
Spesialis
Dokter Gigi 0
2 2 0 0
Spesialis
8
TOTAL 36 41 25 3

Laporan Kinerja (LKJ)313


B. BAGIAN REGISTRASI
1. Kegiatan Bagian Registrasi Tahun 2018
Hasil capaian kegiatan Bagian Registrasi tahun 2018 dapat
dijelaskan pada tabel berikut ini;

Tabel 3.94
Tabel Kegiatan Bagian Registrasi
Uraian
No Tujuan Kegiatan Output
Kegiatan

1 Revisi Terciptanya - Rapat Draft tata naskah


Regulasi regulasi yang Koordinasi KKI penerbitan surat tanda
Dr/Drg sempurna untuk dengan registrasi dokter dan
para dr/drg Stakeholders dokter gigi
- Penyusunan,
Penyempurnaan
dan Finalisasi,
serta
Penyusunan
pedoman

2 Monitoring Adanya Pertemuan di Monitoring dan evaluasi


dan pengawasan daerah dokter dan dokter gigi
Evaluasi dari KKI dalam rangka pemetaan
Implementa terhadap dr/drg data dinas kesehatan
si yang kota/kabupaten
Registrasi menjalankan
Dr/Drg praktik dan yang
masa berlaku
STR-nya telah
habis serta
dr/drg yang
melakukan
kegiatan
kedokteran
(pelayanan/
pendidikan)di
Indonesia

3 Pemantaua Rapat-rapat pertemuan - Terlaksananya


n dan koordinasi Divisi mengundang pemanfaatan data
Penataan registrasi dr/drg Organisasi Profesi dalam proses
Data dr/drg dengan registrasi dengan
Yang Ogrnasisasi Interopabilitas ke
Melakukan Profesi PB-IDI Organisasi Profesi
Praktik dan PB-PDGI PB-IDI dan PB-
Kedokteran PDGI.
- Terlaksananya
registrasi online
Surat tanda registrasi
dengan lesspaper

Laporan Kinerja (LKJ)314


4 Layanan Pelayanan 1. Pencetakan Cetak Box arsip, Cetak
Surat proses Folder
Tanda registrasi
Registrasi dokter/dokter
gigi dalam
rangka
penerbitan
STR

2. Updating data 2 Propinsi


registrasi

3. Penataan Arsip Penghapusan dan


STR pemetaan arsip

4. Rakornas KKI Pertemuan Koordinasi


KKI dan Pemangku
kepentingan Makassar

5. Penyusunan Data dokter dan dokter


dan laporan Data gigi
Registtasi

6. Evaluasi dan Rapat Koordinasi


pengembangan Sistem Registrasi
Sistem Online

2. Capaian Kinerja Bagian Registrasi

Tabel 3.95
Capaian Kinerja Bagian Registrasi

SASARAN INDIKATOR TARGET CAPAIAN

Implementasi Terselesaikannya Peraturan/ - Perkonsil No 53 tahun


Regulasi/ Penyusunan Keputusan/ 2018 tentang tata cara
Pedoman/ket Regulasi Tentang Pedoman registrasi dokter dan
entuan KKI Registrasi Sistem dokter gigi dengan sistem
tentang Elektronik. elektronik
Registrasi - Kepkosil no 10 tahun 2018
Dokter/Dokter tentang Sertifikat profesi
gigi sebagai persyaratan
pengajuan surat tanda
registrasi
- Kepkonsil no 50 tahun
2018 tentang kesesuaian
masa berlaku sertifikat
kompetensi dengan surat
tanda registrasi dokter dan
dokter gigi

Laporan Kinerja (LKJ)315


SASARAN INDIKATOR TARGET CAPAIAN

Monitoring dan 4 Provinsi 4 Propinsi


Evaluasi
Implementasi
Registrasi
Dokter/Dokter Gigi
Pemantauan dan Organisasi - Koneksitas PB-IDI dan
penataan data Profesi PB- PDGI
registrasi dokter data PB-IDI - Perjanjian Kerjasama KKI
dan dokter gigi dan PB- dengan BSrE
yang melakukan PDGI - MoU KKI dengan PT.Pos
praktik kedokteran
Terselesaikannya 20.000STR 47.403 STR
Surat Tanda
Registrasi (STR)
dokter dan dokter
gigi.

3. Rekapitulasi Jumlah STR yang terselesaikan


Tabel dibawah ini menggambarkan jenis STR yang diselesaikan
selama tahun 2018.

Tabel 3.96
Rekapitulasi Capaian STR 2018

JENIS DOKTER DOKTER DOKTER GIGI


NO DOKTER TOTAL
REGISTRASI GIGI SPESIALIS SPESIALIS

1 Registrasi Baru 211 2.503 6 2 2.722

Registrasi
2 8.212 2.566 3.403 343 14.524
Ulang

3 Internsip 11.755 11.755

4 PPDS/PPDGS 3.604 157 3.761

Peningkatan
5 2.732 375 3.107
Kompetensi

Selesai
6 11.533 11.533
Internsip

Penurunan
7 1 1
Kompetensi

JUMLAH 35.316 5.226 6.141 720 47.403

Laporan Kinerja (LKJ)316


Selain capaian dalam pelaksanaankegiatandiatas,sampai dengan 31
Desember 2018,dokterdan dokter gigi yang telah teregistrasi dan memiliki
STR sejumlah 207.527orang, terdiri dari :
a. dokter : 134.459
b. dokter spesialis : 37.599
c. dokter gigi : 31.651
d. dokter gigi spesialis : 3.818
Capaian dari tanggal 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember2018
telah dilakukannya registrasi secara online oleh para dokter/dokter gigi
yang akan mendaftar STR. Adapun rekapitulasi STR secara online,
adalah
a. STR secara online : 47.403

Penerbitan STR Dokter/Dokter Gigi WNA tahun 2018, mencakup :


a. STR Bersyarat : Tahun 2018 ada1 (total 16 STR Bersyarat
sejak
tahun 2010)
b. STR Sementara : Tahun 2018 ada 3 (total 12 STR sejak
tahun 2010)

C. BAGIAN PELAYAN HUKUM


Bagian Pelayanan Hukum Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia
mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi pembinaan dan penyusunan
peraturan, persidangan, serta bantuan hukum dibidang kehormatan dan
disiplin kedokteran Indonesia, serta kehormatan dan disiplin kedokteran
perorangan sesuai dengan pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1442/Menkes/Per/X/2005 tanggal 11 Oktober 2005 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia.
Pada tahun 2018 Bagian Pelayanan Hukum telah memfasilitasi MKDKI dalam
hal menerima, memeriksa, memutuskan kasus pengaduan disiplin profesi
dokter dan dokter gigi serta penyusunan pedoman dan tata cara penanganan
kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi sebagaimana diatur di
dalam pasal 64 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Berdasarkan Perkonsil 47 Tahun 2016 tentang Renstra KKI dengan sasaran


terselenggaranya registrasi, pendidikan profesi, pembinaan serta
penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang salah
satu indikator luaran target per tahun untuk jumlah penanganan kasus
pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi di tahun 2018 sejumlah 41
pengaduan yang terselesaikan

Bagian pelayanan hukum memfasilitasi MKDKI dalam kegiatan :


a. Persidangan
MKDKI di tahun 2018 telah mencapai 49 putusan (pengaduan yang
terselesaikan) dari target 41 putusan (pengaduan yang terselesaikan) atau
119,5%.

Laporan Kinerja (LKJ)317


b. Penyusunan pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran
disiplin dokter atau dokter gigi

MKDKI beserta fasilitator telah menyusun panduan sebagai berikut


1) Rencana Aksi Program (RAP) MKDKI dengan Nomor
437/U/MKDKI/II/2018.
2) Kode Etik Anggota MKDKI, Panitera dan Fasilitator dengan Nomor
533/U/MKDKI/III/2018.
3) Alur Penanganan Pengaduan Disiplin Dokter dan Dokter Gigi dengan
Nomor 1056/U/MKDKI/VII/2018.
4) Template tata persuratan terkait penerimaan, pemeriksaan dan
memutuskan pengaduan Disiplin.
5) Rencana Aksi Kegiatan (RAK) yang menjadi acuan bagi MKDKI, Panitera
dan Fasilitator dalam melaksanakan segala kegiatan per bulan.

Hal – hal sebagaimana tersebut di atas di unggah pada website KKI


(www.kki.go.id)

Rincian pelaksanaan sidang dapat dilihat pada tabel di bawah ini


Tabel 15. Rincian Pelaksanaan Sidang MKDKI 2018
Pelaksanaan Sidang Jumlah

Sidang Jakarta 15 Kali

Sidang Daerah 34 Kali

Total 49 Kali

Dalam hal tugas memfasilitasi perancangan peruandangan-undangan


capaian kinerjanya digambarkan pada tabel berikut;

Tabel 3.97
Capaian Kinerja Perancangan Peraturan 2018

NO KEGIATAN TARGET OUTPUT

1 Penyusunan Rancangan  6 Perkonsil  5 Perkonsil + 4 Proses draft


Peraturan perkonsil Timcil

 37 Kep KKI tentang  69 Kep KKI


Pelaksanaan
Putusan MKDKI  12 Telaah/Kajian Hukum

Laporan Kinerja (LKJ)318


Pada tahun 2018 bagian Pelayanan Hukum telah menghasilkan 5 (lima
Regulasi). Nomor dan judul regulasi yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel
berikut;
Tabel 3.98
Regulasi yang telah diterbitkan KKI ditahun 2018

No. No Regulasi Judul Regulasi Tanggal Ditetapkan

1 30 Tahun 2018 Rencana Strategis Konsil 30 Desember 2018


Kedokeran Indonesia Tahun 2015-
2019
2 46 Tahun 2018 Standar Pendidikan Dokter 12 April 2018
Spesialis Penyakit Dalam
3 49 Tahun 2018 Tata Cara Pembayaran STR 23 Agustus 2018
Dokter dan Dokter Gigi dan
Sertifikat Kelaikan Praktik
Kedokteran (Certificate Of Good
Standing) Pada Sistem Informasi
Registrasi yang terintegrasi dengan
sistem pembayaran Online
(SIMPONI)
4 50 Tahun 2018 Tata Cara Penanganan 29 November 2018
Pengaduan Disiplin Dokter dan
Dokter Gigi
5 51 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pembinaan 13 Desember 2018
Dokter / Dokter Gigi Terpadu

Untuk tugas Bagian Pelayanan Hukum dalam memfasilitasi bantuan hukum


diuraikan pada tabel dibawah ini;

Tabel 3.99
Kinerja Sub Bagian Bantuan Hukum Tahun 2018

NO KEGIATAN TARGET OUTPUT

7 Kali
Monitoring dan Evaluasi
(Surabaya, Jakarta, Pekanbaru,
1 Pelaksanaan Sanksi Disiplin 6 Kali
Kalimatan Timur, Medan,
Kedokteran
Jakarta, Padang)

7 Propinsi
Bimbingan Teknis Peningkatan
(Ternate, Bali, Labuan Bajo,
2 Pemahaman Profesionalisme 6 Provinsi
Bandung, Medan, Palembang dan
Dokter dan Dokter Gigi
Tangerang Selatan)

Diseminasi Regulasi Pembinaan 1 Kali


3 1 Kali
Praktik Kedokteran (Bogor)

Penanganan Gugatan di 5 Gugatan


4
Pengadilan (2 Gugatan masih berproses)
Telaah Hukum/Kajian tentang
5 13 Telaah/Kajian tentang Hukum
Hukum

Laporan Kinerja (LKJ)319


Selain kegiatan tersebut diatas Bagian Pelayanan Hukum juga memfasilitasi
penerbitan Sertifikat Kelaikan Praktik Kedokteran atau Certificate of Good
Standing (COG). Sertifikat ini diberikan kepada dokter yang akan meneruskan
pendidikan, pelayanan kesehatan, pelatihan, penelitian dan bakti sosial di luar
wilayah Republik Indonesia. Pada tahun 2018 jumlah Sertifikat yang
diterbitkan sebanyak 77 dokumen. Rincian peruntukkan sertifikat Kelaikan
Praktik digambarkan pada grafik dibawah ini

Gambar 3.76
GrafikSertifikat Kelaikan Praktik Kedokteran tahun 2018

D. BAGIAN ADMINISTRASI UMUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT


Bagian Admnistrasi Umum dan Hubungan Masyarakat (Adum dan Humas)
mempunyai tugas memfasilitasi: pelaksanaan penyusunan perencanaan
anggaran, urusan tata usaha, perlengkapan, rumah tangga dan
kepegawaian; pelaksanaan urusan keuangan, pelaksanaan pengelolaan
informasi dan hubungan masyarakat. Capaian kinerja bagian Adum dan
Humas dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini;
Tabel 3.100
Capaian kinerja bagian Adum& Humas
No Indikator Kinerja Target Capaian Keterangan

1. Terselenggaranya 4 Dok 4 dokumen 1. Dokumen Perencanaan


Layanan Penyusunan (TOR, RAB, POK);
Perencanaan 2. Tata usaha : Arsip surat
Anggaran, Urusan masuk dan surat
Tata Usaha dan keluar;
Rumah Tangga, 3. Rumah tangga dan
Perlengkapan, Perlengkapan :
Kepegawaian Dokumen BMN;
4. Kepegawaian :
Dokumen Pegawai.
2. Terselenggaranya 4 Dok 4 Dokumen 1. Lakip
Urusan Keuangan. 2. Laptah
3. LK Triwulan dan
semester
4. Monev (Bappenas, e
performance, DJA)

Laporan Kinerja (LKJ)320


3. Terselenggaranya 4 Dok 4 Dokumen 1. Newsletter
Pengelolaan Informasi 2. Peliputan,
dan Hubungan 3. Talshow dan pameran
Masyarakat 4. Survey kepuasan
pelanggan
4. Pengadaan Perangkat 48 Unit 48 Unit 17 TV /digital signange,
Pengolah Data dan 16 PC dan 15 Laptop
Komunikasi.

5. Resertifikasi ISO Resertif Resertifikas ISO 9001:2008 menjadi


Pengelolaan ikasi i ISO 9001:2015
Administrasi Keuangan ISO
PNBP

Dalam hal memfasilitasi pelaksanaan pengelolaan informasi dan hubungan


masyarakat, sub bagian Humas telah melakukan berbagai kegiatan yaitu:
1) Terselenggaranya talkshow untuk sosialisasi program dan kebijakan KKI
mellaui media radio
2) Keikutsertaan KKI pada 2 (dua) kali pameran yaitu pada acara Hospital
Expo tanggal 17 – 20 Oktober 2018 di JCC Senayan dan Hari Kesehatan
Nasional ke-54 pada tanggal 8 – 10 November 2018 di ICE BSD
Tangerang.
3) Terlaksananya 8 (delapan) kegiatan Peliputan, pada kegiatan:
a. Bimbingan Teknis Stunting yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan pada tanggal 2 Februari 2018 di Pontianak, Kalimantan
Barat.
b. Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Profesionalisme Dokter
dan Dokter Gigi di Medan, Sumatera Utarapada tanggal 22 Maret 2018
bertempat di RSUP H. M. Adam Malik,
c. Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Profesionalisme Dokter
dan Dokter Gigi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur
pada tanggal 20 Juli 2018 bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Manggarai Barat.
d. Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Profesionalisme Dokter
dan Dokter Gigi di Ternate pada tanggal 7 September 2018 bertempat
di Aula Dinas Kesehatan Kota Ternate.
e. Monitoring dan evaluasi Penerapan Standar Pendidikan dan Standar
Kompetensi Dokter/Dokter Spesialis pada Program Pendidikan Dokter
Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di FK Universitas
Andalas, Padang pada tanggal 22 Oktober 2018.
f. Monitoring dan evaluasi serta pembinaan implementasi registrasi
dokter dan dokter gigi di Aula Dinas Kesehatan Padang, Sumatera
Barat pada tanggal 10 Desember 2018
g. Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Profesionalisme Dokter
dan Dokter Gigi di Yogyakarta pada tanggal 17 Desember 2018.

Laporan Kinerja (LKJ)321


h. Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Profesionalisme Dokter
dan Dokter Gigi di Lampung pada tanggal 26 Desember 2018.
4) Penerbitan Newsletter KONSIL sebanyak 5 (lima) edisi:
5) Penerbitan Leaflet produk-produk KKI:
6) Konferensi pers: KKI mengundang para wartawan melalui Kementerian
Kesehatan RI untuk mempublikasikan kegiatan KKI pada acara Rapat
Koordinasi Nasional KKI pada tanggal 23 Mei 2018 di Makasar, dan acara
Sarasehan Nasional KKI pada tanggal 13 Desember 2018 di Jakarta.
7) Pelayanan Customer Service:
- Jumlah pelanggan yang datang ke kantor KKI per 31 Desember 2018
sebanyak 9281 orang.
- Jumlah pelanggan yang konsultasi melalui telepon sebanyak 1890
pelanggan.
8) Fasilitasi kegiatan Perjalanan Dinas Luar Negeri:

Dalam hal melaksanakan Perencanaan Program, Penganggaran, Program


Pembinaan dan Evaluasi bagian Adum dan Humas telah menghasilkan 10
dokumen (sesuai dengan target) yaitu:
1) Dokumen RKAKL
2) Dokumen RKP
3) Dokumen Laporan SIMAK BMN
4) Dokumen Laporan Keuangan Semester I (satu)
5) Dokumen Laporan Keuangan Tahunan
6) Dokumen e-monev (triwulan)
7) Dokumen Laporan Tahunan 2018
8) Dokumen Laporan Laporan Akuntabilitas 2018
9) Juknis Pengelolaan Keuangan Sekretariat KKI 2018
10) Dokumen Standar Operasional Prosedur PencatatanPelaporan
Penerimaan PNBP, Bendahara Pengeluaran, Barang Persediaan, dan
Evaluasi Kinerja.
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan diperlukan sarana perkantoran
yang memadai.
Pada tahun 2018 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia mengadakan
sejumlah perangkat pengolah data dan komunikasi sebanyak 48 unit.

C. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelaksanaan kegiatan dan program KKI 2018 tidak terlepas dari upaya-
upaya seluruh personel di KKI. Terdapat 3 (tiga) unsur dalam organisasi
KKI yaitu anggota Konsil Kedokteran Indonesia, anggota Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, dan staf Sekretariat Konsil
Kedokteran Indonesia Berikut sumber daya manusia yang ada di KKI
tahun 2018:

Laporan Kinerja (LKJ)322


a. Sumber Daya Manusia Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Gambar 3.77.
Gambar Struktur Organisasi Konsil Kedokteran Indonesia

Pada tahun 2018 satu anggota tidak aktif bekerja di Konsil


Kedokteran Indonesia mulai bulan Februari yaitu Prof. Dr. I. Oetama
Marsis, Sp.OG

Laporan Kinerja (LKJ)323


b. Sumber Daya Manusia Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MDKI)

Gambar 3.78.
Struktur Organisasi Majelis Kehormatan Disiplin Indonesia

c. Sumber Daya Manusia Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia.


Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1442/Menkes/
Per/X/2005 tanggal 11 Oktober 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat KKI setingkat Eselon II dengan struktur organisasi
sebagai berikut :
c.1. Tata Kelola Set. KKI
Sumber daya manusia Sekretariat KKI selama tahun 2018
sebanyak 110 (seratus sepuluh) orang seperti tabel berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)324


Tabel 3.101
SDM Sekretariat KKI

NO TENAGA JUMLAH
I Menurut Jabatan
A. Struktural
• Eselon I
• Eselon II 1
• Eselon III 4
• Eselon IV 12
B. Fungsional 1
C. Staf 47
D. Tenaga Kontrak 28
Jumlah 93

II Menurut Golongan
• Golongan IV 10
• Golongan III 45
• Golongan II 10
• Golongan I -
III Menurut Pendidikan
• S3 1
• S2 18
• S1 25
• Sarjana Muda/D3 7
• SLTA 13

d. Sumber Daya Manusia Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia.


Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1442/Menkes/
Per/X/2005 tanggal 11 Oktober 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat KKI setingkat Eselon II dengan struktur organisasi
sebagai berikut :

2. Sumber Daya Anggaran


a. Alokasi dana
Untuk mencapai sasaran dan target indikator tersebut didukung oleh
anggaran yang tersedia dalam DIPA tahun 2018 yang telah direvisi.
Ada dua sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan Sekretariat KKI
Tahun 2018, yaitu sebagai berikut :

Laporan Kinerja (LKJ)325


Tabel 3.102
Sumber Daya Anggaran

NO SUMBER DANA JUMLAH PAGU

1 Rupiah Murni 28.167.632.000

2 PNBP 6.398.019.000

TOTAL 34.565.651.000

b. Perbandingan Pencapaian Target Kinerja dengan


Serapan/penggunaan anggaran
Dari total dana di atas, dialokasikan untuk 4(empat) pokok kegiatan
yaitu; Investigasi Pengaduan Pelanggaran Kode Etik dan
Persidangan Pelanggaran Disiplin dokter dan dokter Gigi; Investigasi
Pengaduan Pelanggaran Kode Etik dan Persidangan Pelanggaran
Disiplin dokter dan dokter Gigi ; Dukungan Layanan Internal; Layanan
Perkantoran. Alokasi pagu kegiatan dan perbandingan pencapaian
target kinerja di tahun 2018 beserta serapannya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.103
Perbandingan pencapaian Program/kegiatananggaran di
Tahun 2018

NO Program Kegiatan Capaian 2018 Anggaran 2018


Target Capaian % Pagu Realisasi %

Investigasi Pengaduan 41 Kasus 49 119.5 3.171.703.000 3.010.443.824 94.92


Pelanggaran Kode
1 Etik dan Persidangan
Pelanggaran Disiplin
dokter dan dokter Gigi
2 Investigasi Pengaduan 20.000 47.403 237.02 8.197.195.000 7.768.672.586 94.77
Pelanggaran Kode STR
Etik dan Persidangan
Pelanggaran Disiplin
dokter dan dokter Gigi

Layanan Internal 5 Dok 5 Dok 100 8.591.595.000 6.046.640.991 70.37


3

Layanan Perkantoran 12 bln 12 bln 100 14.605.158.000 13.661.948.078 93.54


4

JUMLAH 34.565.651.000 30.487.705.479 88.20

Laporan Kinerja (LKJ)326


Dari tabel di atas menunjukan bahwa capaian serapan anggaran
sekretariat KKI tahun 2018sudah cukup baik yaitu sebesar88.20%.
Dari empat pokok kegiatan /output, sebanyak 3 output capaian
serapan melebihi 90% dan hanya satu pokok kegiatan dengan capaian
dibawah 90%.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Aset Barang Milik Negara yang menjadi Aset Sekretariat Konsil Kedokteran
Indonesia berdasarkan Neraca per 31 Desember 2018 sebagai berikut :

Tabel 3.104
Barang Milik Negara yang menjadi Aset Sekretariat
Konsil Kedokteran Indonesia
AKUN NERACA JUMLAH
KODE URAIAN
117111 Barang Konsumsi 2.332.449.400
117113 Bahan untuk Pemeliharaan 0
117128 Barang Persediaan Lainnya untuk 0
dijual/diserahkan ke masyarakat
117131 Bahan Baku 0
131111 Tanah 113.300.000.000
132111 Peralatan dan Mesin 13.395.464.676
133111 Gedung dan Bangunan 41.257.824.000
134113 Jaringan 0
135121 Aset Tetap Lainnya 69.761.780
136111 Konstruksi Dalam Pengerjaan 0
137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin (11.595.778.553)
137211 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan (458.378.444)
137313 Akumulasi Penyusutan Jaringan 0
162151 Software 4.372.489.520
162191 Aset Tak Berwujud Lainnya 0

166112 Aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi 57.365.000


pemerintahan
169112 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yangtidak (57.365.000)
digunakan dalam operasi
169315 Akumulasi amortisasi software (3.588.895.200)

JUMLAH
159.491.979.869

Laporan Kinerja (LKJ)327


13. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Ada 5 (lima) indikator dalam kegiatan Pengembangan Pengembangan
Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
A. CAPAIAN KINERJA
Pencapaian Target Indikator Kinerja Tahun 2016 sd 2018
Gambaran yang disajikan pada tabel 3.2 dibawah dapat disimpulkan
bahwa pencapaian target dibandingkan dengan realisasi Indikator Kinerja
tahun 2016-2018 dapat dicapai seluruhnya (100%). Selain itu pada tabel
3.2 terlihat target Indikator Kinerja Tahun 2016-2018 mengalami beberapa
perubahan indikator ditahun 2016-2018, antara lain:
1. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2016-2017.
Pada Tahun 2017 terdapat penambahan 3 (tiga) indikator baru yang
merupakan indikator prioritas nasional, yaitu: 1) indikator Jumlah
pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan
dalam JKN; 2) Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama
pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan
dan 3) Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai
sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di
puskesmas. Ketiga indikator prioritas nasional tersebut merupakan
hasil dari pertemuan bilateral meeting antara PPJK dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada tahun 2016
yang kemudian disesuaikan ke dalam perubahan RENSTRA
Kementerian Kesehatan 2015-2019. Sedang 2(dua) indikator yang
dihilangkan adalah 1) Jumlah penduduk yang menjadi peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS); 2) indikator terkait dokumen
kebijakan realisasi iuranpeserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
JKN/KIS. Hilangnya indikator kinerja Jumlah penduduk yang menjadi
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dikarenakan dikarenakan
indikator tersebut menjadi Indikator Kinerja Program (IKP) Eselon I
Sekretaris Jenderal.

2. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2017-2018.


Jumlah indikator kinerja PPJK pada perjanjian kinerja mengalami
perubahan di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 dengan
dihilangkannya 2 (dua) indikator prioritas nasional yaitu skema
pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta dan
pedoman optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas. Hilangnya
indikator prioritas nasional tersebut disebabkan capaian ke-2 indikator
tersebut telah diselesaikan/tercapai di tahun 2017.

Laporan Kinerja (LKJ)328


Tabel 3.105
Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2016-2018
No Indikator 2016 2017 2018
Target Realisasi % Target Realisas % Target Realisasi %
i
1 Jumlah penduduk yang 92,4 91,13 Juta 98,6 - - - - - -
menjadi peserta Juta
Penerima Bantuan
Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
2 Jumlah pedoman - - - 2 Dok 2 Dok 100 2 Dok 2 Dok 100
penguatan secondary
prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN
3 Jumlah pedoman untuk - - - 1 Dok 1 Dok 100 - - -
optimalisasi
pemanfaatan berbagai
sumber dana untuk
mendukung upaya
promotif dan preventif
di Puskesmas
4 Jumlah skema - - - 1 Dok 1 Dok 100 - - -
pembiayaan melalui
ppp kerjasama
pemerintah dan swasta
(KPS) di bidang
kesehatan yang
dihasilkan
5 1 Jumlah hasil 10 Dok 10 Dok 100 5 Dok 10 Dok >100 5 Dok 7 Dok >100
kajian/monev
pengembangan
pembiayaan
kesehatan dan
JKN/KIS
2 Jumlah dokumen 2 Dok 2 Dok 100 2 Dok 2 Dok 100 2 Dok 2 Dok 100
hasil Health
Technology
Assessment (HTA)
yang disampaikan
kepada Menteri
Kesehatan
3 Jumlah dokumen 3 Dok 3 Dok 100 - - - - - -
kebijakan realisasi
iuran peserta
Penerima Bantuan
Iuran (PBI)
JKN/KIS

Capaian Target Indikator Kinerja Tahun 2018


Pengukuran Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran, indikator dan target kinerja
yang telah ditetapkan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya.
PPJK sebagai salah satu eselon II Kementerian Kesehatan pada tahun

Laporan Kinerja (LKJ)329


2018, telah melakukan perjanjian kinerja untuk 3 (tiga) indikator dan
besaran targetnya. Adapun indikator dan besaran target pada perjanjian
kinerja tersebut telah disesuaikan dengan indikator dan target pada revisi
RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran capaian
kinerja PPJK dilakukan dengan cara membandingkan realisasi capaian
target dari masing-masing indikator. Berikut rincian capaian target dari
masing-masing indikator yang disajikan pada Tabel di bawah

Tabel 3.106 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian


Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2018

2018
No Sasaran Indikator Kinerja
Target Realisasi %
1 Perumusan pedoman penguatan Jumlah pedoman penguatan 2 Dok 2 Dok 100%
secondary prevention pelayanan secondary prevention
kesehatan dalam JKN yang pelayanan kesehatan dalam
ditetapkan JKN
2 Perumusan pedoman untuk Jumlah pedoman untuk - - -
optimalisasi pemanfaatan optimalisasi pemanfaatan
berbagai sumber dana untuk berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotiF dan mendukung upaya promotif dan
preventif di puskesmas preventif di puskesmas
3 Skema pembiayaan melalui Jumlah skema pembiayaan - - -
kerjasama pemerintah dan swasta melalui ppp kerjasama
(KPS) di bidang kesehatan. pemerintah dan swasta (KPS)
di bidang kesehatan yang
dihasilkan
4 Dihasilkannya bahan kebijakan 1 Jumlah hasil kajian/monev 5 Dok 7 Dok >100%
teknis Pengembangan pengembangan pembiayaan
Pembiayaan Kesehatan dan kesehatan dan JKN/KIS
Jaminan Kesehatan Nasional
2 Jumlah dokumen hasil 2 Dok 2 Dok 100%
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Health Technology
Assessment (HTA) yang
disampaikan kepada
Menteri Kesehatan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pencapaian kinerja PPJK


berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2018 untuk 2 indikator yaitu Jumlah
pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam
JKN dan Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA)
yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dapat tercapai 100%.
Sedangkan untuk 1 indikator, yaitu Jumlah hasil kajian/monev
pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS tercapai >100%.

Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2018 dengan RPJMN 2015-


2019 dan RENSTRA 2015-2019
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

Laporan Kinerja (LKJ)330


Dengan diterbitkannya Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
RPJMN tahun 2015-2019 ini merupakan acuan bagi
Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra)
tahun 2015-2019 pada masing-masing Kementerian/Lembaga. Walaupun
demikian dalam perjalannya terjadi perubahan/revisi RENSTRA
Kementerin Kesehatan 2015-2019, sehingga terjadi penyesuaian jumlah
target capaian Indikator pada Perjanjian Kinerja PPJK di Tahun 2018.
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa indikator RPJMN 2015-2019 terdapat
perbedaan dengan target RENSTRA tahun 2018 maupun dengan target
Perjanjian Kinerja di Tahun 2018.
Berikut penjelasan terkait perbedaan tersebut, sebagai berikut:
1. Untuk indikator PBI tidak lagi masuk ke dalam indikator Perjanjian
Kinerja PPJK di Tahun 2018, dikarenakan indikator tersebut
merupakan Indikator Kinerja Program yang masuk dalam indikator
Perjanjian Program pada Sekretaris Jenderal sejak tahun 2017.
Walaupun Indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS) tidak masuk dalam Perjanjian Kinerja PPJK
namun kegiatan pelaksanaan dan anggaran untuk pencapaian
indikator PBI dilaksanakan oleh PPJK sebagai satker di bawah Eselon
I Sekretaris Jenderal.
2. Besaran target indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) antara RPJMN dengan target pada
RENSTRA atau pada perjanjian kinerja terdapat perbedaan
dikarenakan pada target Resntra 2018 dan PK 2018 indikator jumlah
penduduk yang menjadi peserta PBI melalui JKN/KIS merupakan
target indikator kinerja Setjen
3. Adapun perbedaan lainnya, yaitu pada besaran target indikator Jumlah
hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan
JKN/KIS dan indikator Jumlah dokumen hasil Health Technology
Assessment (HTA) di tahun 2018. Penurunan target pada kedua
indikator tersebut merupakan hasil pembahasan pada pertemuan
Bilateral Meeting antara BAPPENAS dengan Kementerian Kesehatan.
4. Penghapusan indikator dokumen kebijakan realisasi iuran peserta
penerima bantuan iuran JKN/KIS pada target RENSTRA dan
Perjanjian Kinerja dikarenakan secara otomotis dokumen terkait
pembayaran selama tahun berjalan tersebut pasti akan selalu
dilaksanakan dan tidak memerlukan anggaran dalam proses
pencapaian.

Laporan Kinerja (LKJ)331


Tabel 3.107 Perbedaan Indikator dan Target pada Perjanjian
Kinerja PPJK 2018
Target Target Perjanjian Kinerja Tahun
No Indikator RPJMN RENSTRA 2018
2018 2018 Target Realisasi %
1 Jumlah penduduk yang 106,0 92,4 Juta 1 - -
menjadi peserta Penerima Juta Jiwa
Bantuan Iuran (PBI) melalui Jiwa
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS)
2 Jumlah pedoman penguatan - 2 Dok 2 Dok 2 Dok 100
secondary prevention
pelayanan kesehatan dalam
JKN
3 Jumlah pedoman untuk - - - - -
optimalisasi pemanfaatan
berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif
dan preventif di Puskesmas
4 Jumlah skema pembiayaan - - - - -
melalui ppp kerjasama
pemerintah dan swasta
(KPS) di bidang kesehatan
yang dihasilkan
5 1 Jumlah hasil kajian/monev 10 Dok 5 Dok 5 Dok 7 Dok >100
pengembangan
pembiayaan kesehatan
dan JKN/KIS
2 Jumlah dokumen hasil 4 Dok 2 Dok 2 Dok 2 Dok 100
Health Technology
Assessment (HTA) yang
disampaikan kepada
Menteri Kesehatan
3 Jumlah dokumen 3 Dok - - - -
kebijakan realisasi iuran
peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
JKN/KIS

Laporan Kinerja (LKJ)332


B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018
1. Definis Operasional Indikator 2018
Definisi operasional atas Indikator Kinerja disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3.108 Definisi Operasonal Pencapaian Indikator Kinerja


Pada Perjanjian Kinerja PPJK 2018

Dokumen yang Dihasilkan


2018
2018
No Indikator Kinerja Definisi Operasional (Dok)

T R
1 Jumlah pedoman • Jumlah Kebijakan 2 2 1. Pedoman Deteksi Dini Faktor
penguatan Teknis/Rancangan /Draft Resiko Penyakit Jantung dan
secondary yang disusun tentang Pembuluh Darah Program
prevention Pedoman Deteksi dini/ JKN
pelayanan Skrining Program JKN 2. Pedoman Deteksi Dini Faktor
kesehatan dalam • Cara Perhitungan, yaitu Resiko Penyakit Ginjal Kronik
JKN Jumlah Kebijakan (PGK) Dalam Program JKN
Teknis/Rancangan /Draft
tentang Pedoman Deteksi
dini/ Skrining Program JKN
yang dihasilkan selama 5
tahun dan dijabarkan pada
tiap tahunnya.
2 Jumlah bahan 1 • Jumlah rancangan /Draft 5 7 1. Draft Grouper INA CBGs
kebijakan teknis Peraturan Pemerintah, 2. Perhitungan Pembiayaan
Pengembangan Peraturan Presiden, Pelayanan Paliatif Pasien
Pembiayaan peraturan Menteri Kanker Stadium Terminal
Kesehatan dan Kesehatan, Keputusan Dalam JKN
Jaminan Menteri Kesehatan, 3. Perpres Nomor 82 Tahun
Kesehatan Kajian/studi, Draft 2018 tentang Jaminan
Nasional Kebijakan Teknis, Kesehatan
(JKN)/Kartu Dokumen monitoring- 4. Analisis Efisiensi
Indonesia Sehat evaluasi JKN yang Pembiayaan Kesehatan Pada
(KIS) disusun dalam rangka Program Kesehatan
pengembangan Bersumber BOK Puskesmas
pembiayaan kesehatan Tahun 2017
dan JKN/KIS 5. National Health Account
• Cara Perhitungan, yaitu (NHA)
jumlah rancangan /Draft 6. Permenkes Nomor 40 Tahun
peraturan pemerintah, 2018 tentang Pedoman
peraturan presiden, Pelaksanaan Kerjasama
peraturan Menteri Pemerintah Dengan Badan
Kesehatan, Keputusan Usaha Dalam Penyediaan
Menteri Kesehatan, Infrastruktur Daerah
Kajian/studi, Kebijakan 7. Evaluasi Nasioanal
Teknis, Dokumen Pelaksanaan Program JKN
monitoring-evaluasi JKN
yang dihasilkan dalam

Laporan Kinerja (LKJ)333


rangka pengembangan
pembiayaan kesehatan
dan JKN/KIS selama 5
tahun dan dijabarkan
pada tiap tahunnya.
2 • Jumlah dokumen hasil 2 2 1. Evaluasi Ekonomi Terapi
kajian/studi Health Setuksimab Untuk Pasien
Technology Assessment Dengan Kanker Kolorektal
(HTA) (KKR) Metastasis
• Cara Perhitungan, yaitu 2. Evaluasi Penambahan
Jumlah dokumen hasil Bevazicumab Pada Regimen
kajian/studi Health Kemoterapi Untuk Terapi
Technology Assessment Kanker Kolorektal Metastase
(HTA) yang dihasilkan (mCRC)
selama 5 tahun dan
dijabarkan pada tiap
tahunnya

Berdasar tabel 3.2 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada


Perjanjian Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Tahun
2016-2018 dapat digambarkan bahwa capaian kinerja PPJK baik
tahun 2016 sampai tahun 2018 secara konsisten selalu tercapai
realisasi atas target kinerja seluruhnya (100%). Pencapaian atas
Indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2018 yang
dijabarkan dalam dokumen indikator kinerja dalam proses untuk
mencapai Indikator tersebut terdapat faktor-faktor dan permasalahan
yang dapat mempengaruhi pencapaian target Indikator Kinerja.
Identifikasi atas faktor-faktor dan masalah yang mempengaruhi
capaian kinerja ini menjadi penting agar diperoleh solusi atas
permasalahan dan upaya tindaklanjut yang efektif agar target
indikator kinerja dapat tercapai seluruhnya pada tahun ini dan
menjadi upaya yang efektif dalam pencapaian kinerja PPJK ditahun
yang akan datang. Penjabaran atas dokumen-dokumen yang
dihasilkan oleh PPJK sebagai dasar penetapan capaian Indikator
Kinerja dan analisis keberhasilan/kegagalan pencapaian Indikator
Kinerja di tahun 2018 sebagai berikut:

A. Gambaran Dokumen Pencapaian Indikator


a. Indikator 1: Jumlah pedoman penguatan secondary prevention
pelayanan kesehatan dalam JKN
Indikator Jumlah pedoman penguatan secondary prevention
pelayanan kesehatan dalam JKN merupakan indikator yang menjadi
Prioritas Nasional (PN). Capaian indikator Jumlah pedoman
penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
pada tahun 2018 dapat tercapai seluruhnya, yaitu dari 2 (dua) target
dokumen yang ditetapkan diperoleh realisasi capaian sebanyak 2

Laporan Kinerja (LKJ)334


(dua) dokumen, sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Berikut 2
(dua) dokumen tersebut, yaitu:
1. Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Program JKN
Pedoman ini akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan
deteksi dini Faktor Resiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Tujuan dari Pedoman ini adalah 1) memberikan petunjuk
pelaksanaan deteksi dini dalam rangka pencegahan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada peserta JKN; 2)
Terselenggaranya tindak lanjut dari hasil; dan 3)
Terselenggaranya tata laksana deteksi dini faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah dalam rangka mendorong peserta
JKN untuk melakukan promotif dan preventif.
Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Program JKN ini secara umum mengatur
tentang:
1) Ketentuan Umum tentang Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah
2) Alur pelaksanaan deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah di Posbindu PTM dan pelaksanaan deteksi dini
di FKTP.
3) Pembiayaan deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah.
4) Indikator dilakukannya pelaksanaan deteksi dini faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah di Posbindu PTM dan
Indikator pelaksanaan deteksi dini di FKTP.
Tahap dalam proses penyusunan pedoman deteksi dini faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah antara lain: 1)
pertemuan koordinasi dengan lintas sektor/program terkait faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah ;2) Uji coba instrument
deteksi dini ;3) pengumpulan informasi lapangan terkait uji coba
instrumen; dan 4) penyusunan pedoman

2. Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Ginjal Kronik


(PGK) Dalam Program JKN
Pedoman ini akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan
deteksi dini Faktor Resiko Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Tujuan
dari Pedoman ini adalah 1) memberikan petunjuk pelaksanaan
deteksi dini dalam rangka pencegahan risiko penyakit ginjal kronik
(PGK) pada peserta JKN; 2) Terselenggaranya tindak lanjut dari
hasil; dan 3) Terselenggaranya tata laksana deteksi dini faktor
risiko penyakit ginjal kronik (PGK) dalam rangka mendorong
peserta JKN untuk melakukan promotif dan preventif.
Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Program JKN ini secara umum mengatur tentang:
1) Ketentuan Umum tentang Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

Laporan Kinerja (LKJ)335


2) Alur pelaksanaan deteksi dini faktor risiko penyakit ginjal kronik
(PGK) di Posbindu PTM dan pelaksanaan deteksi dini di FKTP.
3) Pembiayaan deteksi dini faktor risiko penyakit ginjal kronik
(PGK).
4) Indikator dilakukannya pelaksanaan deteksi dini faktor risiko
penyakit ginjal kronik (PGK) di Posbindu PTM dan Indikator
pelaksanaan deteksi dini di FKTP.
Tahap dalam proses penyusunan pedoman deteksi dini faktor
risiko penyakit ginjal kronik (PGK) antara lain: 1) pertemuan
koordinasi dengan lintas sektor/program terkait faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah; 2) Uji coba instrument
deteksi dini; 3) pengumpulan informasi lapangan terkait uji coba
instrument; dan 4) penyusunan pedoman

b. Indikator 2: Jumlah hasil kajian/monev pengembangan


pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
Realisasi indikator JumlahHasil kajian/monev pengembangan
Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS pada tahun 2018 dapat
tercapai >100% dengan jumlah realisasi dokumen yang melebihi
target, yaitu dokumen yang dihasilkan sebanyak 7 (tujuh) dokumen
dari target 5 (lima) dokumen. Berikut 7 (tujuh) dokumen tersebut, di
antaranya:
1. Draft Grouper INA CBGs
Penyusunan draft Grouper/reklasifikasi INA CBGs INA-CBG
merupakan proses penyusunan native-grouper yang
mengakomodir pengelompokan kasus yang lebih sesuai dengan
norma di Indonesia. Tujuan dari penyusunan Reklasifikasi INA
CBGs adalah terbentuknya kemandirian dalam implementasi
sistem DRG dan diperolehnya native-grouper sesuai dengan local
norm Indonesia. Penyusunan reklasifikasi INA CBGs INA-CBG
dilaksanakan dengan melibatkan Lintas sektor dan unit terkait,
Provider BPJS Kesehatan (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan),
dan Organisasi Profesi Kedokteran. Tahap dalam proses
penyusunan reklasifikasi INA CBGs INA-CBG dilaksanakan
melalui kegiatan sebagai berikut: 1) Pertemuan Tim Tarif INA-
CBGs dengan Organisasi Profesi Kedokteran; 2) melakukan
pengelompokkan diagnosis dan prosedur sesuai dengan
kesepakatan dengan Organisasi Profesi Kedokteran; 3) Membuat
algoritma grouper INA CBGs; 4) Mengumpulkan data billing RS; 5)
Membuat manual koding INA CBGs; dan 6) Membuat grouper
INA-CBG.
2. Perhitungan Pembiayaan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker
Stadium Terminal Dalam JKN
Latar belakang dari kegiatan Perhitungan Pembiayaan Pelayanan
Paliatif Pasien Kanker Stadium Terminal Dalam JKN adalah
tingginya prevalensi kanker di Indonesia dan besarnya biaya yang

Laporan Kinerja (LKJ)336


dikeluarkan oleh pasien yang menderita kanker. Atas dasar latar
belakang tersebut, penelitian di berapa negara menunjukan bahwa
Pelayanan paliatif terhadap pasien kanker stadium terminal
dianggap bersifat cost effective dengan menurunkan biaya
pelayanan kesehatan terutama pada pasien stadium terminal,
menurunkan Length Of Stay (LOS), menurunkan angka re-admisi,
menurunkan angka rawat ICU, menurunkan kemungkinan
tindakan atau intervensi kesehatan yang tidak tepat. Namun
sampai saat ini dalam program JKN belum ada gambaran
perhitungan pembiayaan terkait pelayanan paliatif bagi pasien
kanker stadium terminal di rumah sakit dan homecare, oleh karena
itu diperlukan proses perhitungan atau costing dengan melibatkan
Organisasi Profesi dan data costing dari RS. Tujuan dari
Perhitungan Pembiayaan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker
Stadium Terminal Dalam JKN adalah Memperoleh gambaran
biaya pelayanan kesehatan untuk pelayanan paliatif pada pasien
kanker stadium terminal di Rumah Sakit (RS). Sedangkan Tahap
dalam proses penyusunan kegiatan tersebut dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut:1) penyusunan instrumen studi; 2)
pengambilan data; 3)Pengolahan dan analisis Data;
4)Dissemiinasi Hasil; dan 5) penyusunan laporan Perhitungan
Pembiayaan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker Stadium.

Studi Perhitungan Pembiayaan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker


Stadium Terminal Dalam JKN diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1) Pelayanan paliatif dilaksanakan dengan variasi cukup besar di
Indonesia
2) Pelayanan paliatif pada penderita kanker stadium terminal
telah dilaksanakan di indonesia, namun belum optimal karena
pembiayaannya belum di cover secara spesifik dalam INA-
CBGs. Belum ada group tersendiri untuk pelayanan paliatif
kanker khususnya stadium terminal.
3) JKN mendorong program paliatif karena pelayanan paliatif
bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan pasien
4) Pelayanan paliatif kanker stadium terminal dapat mengurangi
penderitaan pasien dan membuat pasien lebih bermartabat
pada saat meninggal
5) Pelaksanaan pelayanan homecare paliatif bermanfaat namun
perlu didukung untuk pembiayaannya.

Saran yang diberikan dalam studi Perhitungan Pembiayaan


Pelayanan Paliatif Pasien Kanker Stadium Terminal Dalam JKN
sebagai berikut:
1) Perlu adanya ketetapan tentang diagnosa dan standar
pelayanan paliatif agar semua yang terlibat dalam pelayanan

Laporan Kinerja (LKJ)337


paliatif kanker stadium terminal mempunyai persepsi yang
sama untuk dapat melakukan tindakan yang efektif dan
efisien.
2) Pembiayaan kanker menelan biaya besar dan membuat
pasien menderita, oleh karena itu perlu lebih meningkatkan
upaya promotive dan preventif melalui deteksi dini kanker.
3) Tim tarif perlu menyusun grouper INA-CBGs yang mendukung
terbentuknya grup tarif paliatif kanker stadium terminal dengan
filter grouper yang lebih sensitif dan spesifik terhadap paliatif
stadium terminal.
4) Dalam perbaikan tarif kedepan, hendaknya pelayanan paliatif
kanker stadium terminal dideskripsikan dengan tegas dalam
grouper INA-CBG’s
5) JKN mendorong program paliatif karena pelayanan paliatif
bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan pasien.
3. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan merupakan kebijakan yang disusun dalam upaya
menjaga kesinambungan Program JKN secara optimal khususnya
untuk mendukung upaya pengendalian defisit atas Dana Jaminan
Sosial (DJS), dimana jumlah pendapatan iuran JKN masih lebih
kecil dari jumlah pengeluarannya dan penyempurnaan
penyelenggaran JKN. Beberapa bauran kebijakan
Penyelenggaran JKN yang merupakan amanah dari Peraturan
Presiden Nomor 82 Tahun 2018, antara lain:
1) Dukungan Pemerintah Daerah pada pasal 99-100
2) Administrasi Klaim pada pasal 75-78
3) Perbaikan manajemen klaim faskes(mitigasi fraud) pada pasal
92-93
4) Sistem Rujukan dan Rujuk Balik pada pasal 55
5) Urun Biaya pada pasal 80, 81
6) Standar Tarif pada pasal 69
7) Pengembangan Metode Pembayaran pada pasal 71,72
8) Kendali mutu dan kendali biaya pada pasal 86,87
9) Sinergitas BPJS Kesehatan dengan BPJS Ketenagakerjaan
terkait Penyakit Akibat Kerja pada pasal 53-54

Laporan Kinerja (LKJ)338


4. Analisis Efisiensi Pembiayaan Kesehatan Pada Program
Kesehatan Bersumber BOK Puskesmas Tahun 2017
Latar belakang dari kegiatan studi Analisis Efisiensi Pembiayaan
Kesehatan Pada Program Kesehatan Bersumber BOK Puskesmas
Tahun 2017 adalah dengan adanya peningkatan alokasi anggaran
sektor kesehatan dari 3,8% (2015) menjadi 5% (mulai 2016).
Salah satu yang meningkat setiap tahunnya adalah dana transfer
anggaran kesehatan (termasuk BOK dan BOKB). Peningkatan
tersebut diharapkan menyokong arah kebijakan anggaran
kesehatan: (a) Meningkatkan dan memperbaiki distribusi Faskes
dan Nakes, (b) Penguatan program promotif dan preventif, (c)
Meningkatkan efektivitas dan keberlangsungan program JKN, dan
(d) Meningkatkan peran Pemda untuk supply-side dan
peningkatan mutu layanan. Tujuan dari studi Analisis Efisiensi
Pembiayaan Kesehatan Pada Program Kesehatan Bersumber
BOK adalah menilai efisiensi teknis pada program kesehatan
masyarakat yang menggunakan BOK Puskesmas tahun 2017.
Program kesehatan masyarakat pada analisis ini adalah program
kesehatan ibu dan anak, serta imunisasi.
Hasil analisis menggunakan metode data envelopment analysis
(DEA) menunjukkan bahwa terdapat variasi skor efisiensi
antar kabupaten/kota. Rata-rata efisiensi adalah 63% dengan skor
minimal sebesar 15% dan maksimal sebesar 100%.
Kabupaten/kota dengan skor efisiensi tinggi berada di area kaya
atau mudah diakses. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa
kabupaten/kota dengan perencanaan bottom-up dan top-down,
dasar pembagian distribusi, dan beberapa kriteria untuk setting
prioritas memiliki skor efisiensi yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian/studi Analisis Efisiensi Pembiayaan
Kesehatan Pada Program Kesehatan Bersumber BOK Puskesmas
Tahun 2017 dalam rangka mencapai efisiensi program kesehatan
bersumber BOK, Pemerintah perlu memberikan prioritas pada
daerah yang menggunakan sumber daya kesehatan banyak, tetapi
menghasilkan output yang rendah. Kabupaten/kota dapat
mencapai efisiensi dengan melakukan perencanaan dan
penganggaran yang baik dan terencana, serta memanfaatkan

Laporan Kinerja (LKJ)339


hasil monitoring dan evaluasi untuk melihat permasalahan yang
ada. Dalam mencapai efisiensi, pemerintah juga perlu
memerhatikan “keunikan” atau permasalahan kesehatan khusus
dari setiap daerah sehingga program yang diterapkan sesuai
dengan kebutuhan daerah. Data menjadi hal yang penting dalam
mencapai efisiensi, baik dari segi kelengkapan maupun
kevalidannya. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah perlu melakukan sinkronisasi data dan tertib
data. Tidak hanya sinkronisasi data, sinkronisasi juga perlu
dilakukan dalam hal kebijakan antara Pusat dan Daerah. Dengan
melihat secara bersamaan antara anggaran/realisasi dan sumber
daya kesehatan lain dan output kesehatan yang dicapai, efisiensi
dapat menjadi sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja
program atau kabupaten/kota dalam memanfaatkan anggaran
untuk mencapai output.
5. National Health Account (NHA)
Pemerintah Indonesia terutama Kementerian Kesehatan cq. Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan telah berkomitmen untuk
melakukan produksi NHA secara rutin setiap tahunnya. Tim NHA
yang diharapkan akan meningkatkan peran serta berbagai
pemangku kepentingan dalam proses pengumpulan data hingga
diseminasi hasil NHA dalam proses produksi di tahun 2018.
Penyusunan NHA di tahun 2018 menghasilkan gambaran belanja
kesehatan tahun 2016 (dokumen NHA 2016). NHA 2016
mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil
ini menunjukkan total belanja kesehatan Indonesia di tahun 2016
sebesar Rp 414,0 triliun dan bila diproporsikan terhadap
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) menghasilkan jumlah 3,3%.
Total belanja kesehatan terhadap PDB di tahun 2016 cenderung
relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila jumlah tersebut
dibagi dengan jumah penduduk menghasilkan nilai sebesar Rp 1,6
juta/kapita.

Laporan Kinerja (LKJ)340


Gambar 3.79.
Belanja Kesehatan Indonesia Tahun 2010-2016

Sumber: NHA 2016 http://ppjk.kemkes.go.id

Tiga sumber pembiayaan terbesar di Indonesia dalam NHA 2016


secara berturut-turut adalah pengeluaran tunai langsung dari
rumah tangga (OOP) 35%, diikuti skema Pemerintah Daerah
sebesar 17,3% dan skema asuransi sosial sebesar 17,3%. Pada
gambar 3.3 terlihat bahwa Penyelenggaran Program Jaminan
Kesehatan memberi kontribusi penurunan dari tahun ke tahun
atas pembiayaan Rumah Tangga dan Skema Asuransi
Kesehatan Sosial dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

Gambar 3.80.
Belanja Kesehatan Indonesia 2010-2016

Sumber: NHA 2016 http://ppjk.kemkes.go.id

Laporan Kinerja (LKJ)341


6. Permenkes Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
(KPBU) Dalam Penyediaan Infrastruktur Daerah
Latar belakang permenkes ini yaitu ketersediaan FKTP dan
FKRTL yang saat ini belum merata di seluruh Indonesia
merupakan tantangan tebesar dari pelaksanaan JKN. Hal ini
menyebabkan kesenjangan antara demand dan supply dari
pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan dimana demand
untuk pelayanan kesehatan tumbuh jauh lebih cepat dari
kemampuan pemerintah untuk membangun dan memperbaiki
kualitas fasilitas kesehatan di Indonesia, sehingga skema KPBU
dapat menjadi skema pembiayaan alternatif yang dapat digunakan
oleh pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan FKTP
atau FKRTL untuk pemerataan faskes di Indonesia.
KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan adalah
kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam hal
penyediaan infrastruktur kesehatan seperti bangunan, prasarana,
dan peralatan pada FKTP dan FKTL, serta dalam hal penyediaan
pelayanan kesehatan (baik atas sebagian maupun keseluruhan
dari kegiatan pemberian jasa pelayanan kesehatan dan/atau
perumahsakitan) yang mengacu pada spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh Menteri Kesehatan yang tertuang
dalam peraturan tentang standar teknis bangunan, prasarana,
peralatan, dan pelayanan pada FKTP dan FKTL. Pelaksanaan
proyek KPBU dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: Proyek KPBU
brownfield dan greenfield. Proyek KPBU brownfield merupakan
proyek KPBU dalam penyediaan infrastruktur kesehatan pada
fasilitas kesehatan yang sudah tersedia bangunan dan
prasarananya serta manajemen BadanLayanan Usaha/Daerah
(BLU/D), sedangkan untuk proyek KPBU greenfield merupakan
KPBU proyek penyediaan infrastruktur kesehatan pada lokasi
yang belum tersedia sama sekali bangunan dan prasarananya.

Laporan Kinerja (LKJ)342


7. Evaluasi Nasioanal Pelaksanaan Program JKN
Latar belakang dilaksanakan kegiatan ini adalah dengan telah
diimplementasikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai
jalan untuk mencapaiUniversal Health Coverage (UHC)
denganmenjamin seluruh warga Indonesia pada JKN/KIS pada
tahun 2019. Sebagai salah satu program kesehatan prioritas di
Indonesia dan juga merupakan salah satu sasaran dalam tujuan
pembangunan nasional, maka aspek monitoring dan evaluasi
penting dalam penyelenggaraan JKN/KIS dalam rangka
menyongsong UHC 2019. Aspek yang penting untuk dilihat dalam
monitoring dan evaluasi adalah: kepesertaan, fasilitas kesehatan,
SDM Kesehatan, obat dan alat kesehatan, utilisasi pelayanan dan
keuangan serta organisasi dan kelembagaan, perlu senantiasa
dipantau dan dievaluasi agar dalam pelaksanaan berjalan sesuai
target JKN. Tinjauan monitoring dan evaluasi program ini
melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama yakni:
Kementerian Kesehatan, DJSN, BPJS Kesehatan, Kementerian
dan Lembaga terkait,Development Partner/NGO,Pakar/Akademisi,
perhimpunan profesi, asosiasi fasilitas kesehatan, dan lain-lain
perlu dilakukan, agar dari berbagai pandangan konstruktif yang
dikemukakan dapat disarikan upaya-upaya perbaikan diberbagai
area untuk pencapaian Universal Health Coverage di tahun 2019.

Pokok-pokok hasil diskusi dalam Pertemuan Evaluasi Nasioanal


Pelaksanaan Program JKN ini dibagi dalam 4 (empat) aspek:
1. Aspek Kepesertaan
a. Dalam upaya pencapaian UHC, Pemerintah daerah dapat
melakukan mapping potensi kepesertaan dari setiap
segmen untuk selanjutnya dapat dirumuskan skema
perluasan cakupan.
b. Kemendagri telah menghimbau Pemerintah Daerah harus
mendukung pelaksanaan JKN dan tidak
menyelenggarakan skema jaminan kesehatan diluar yang
diselenggarakan BPJS Kesehatan.
2. Aspek Pelayanan
a. Implementasi sistem rujukan berjenjang dalam JKN
diharapkan dapat membagi sistem pelayanan berdasarkan
kompetensi RS, namun saat ini belum optimal karena
masih dijumpai RS yang cenderung merujuk pasien karena
berbiaya besar. Sistem rujukan saat ini juga menyebabkan
penurunan utilisasi di RS tipe B. Diusulkan agar rujukan
berjenjang diatur untuk tingkat tersier adalah RS tipe A,
sedangkan tingkat sekunder adalag RS tipe B, C, dan D,
yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
b. Diusulkan perlunya mengevaluasi kualitas pelayanan
dalam JKN.

Laporan Kinerja (LKJ)343


c. Perlu dilakukan evaluasi terkait otomatisasi Sistem Rujukan
yang diterapkan oleh BPJS Kesehatan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 001 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan dan usulan pengintegrasian dengan Sistem
Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) yang di kembangkan oleh
Kementerian Kesehatan
d. Permasalahan kekosongan obat dalam pelayanan JKN
terutama terjadi karena proses perencanaan obat melalui
RKO yang belum optimal. Faskes perlu meningkatkan
kepatuhan dan memperbaiki kualitas perencanaan obat
melalui RKO sehingga dapat menjadi acuan industri obat
dalam melakukan produksi. Selain itu penyebab
kekosongan obat disebabkan karena ketidaksiapan dari
penyedia obat industri farmasi dalam memenuhi kebutuhan
Faskes.
e. Pemberlakuan Peraturan Direktur Pelayanan BPJS
Kesehatan No. 2, 3, dan 5 tahun 2018 merupakan upaya
BPJS Kesehatan untuk mengendalikan biaya pelayanan
kesehatan. Terkait dengan adanya penolakan di lapangan,
Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan telah bersurat kepada BPJS
Kesehatan untuk menunda pemberlakuan Peraturan
Direktur tersebut diatas sampai dilakukan pembahasan
lebih lanjut bersama pemangku kepentingan terkait. Selain
itu, DJSN bersama profesi serta stakeholder terkait telah
menyepakati untuk meminta BPJS Kesehatan menunda
dan memperbaiki peraturan Direktur Pelayanan No. 2, 3,
dan 5 tahun 2018 serta memastikan keberlangsungan
pelayanan JKN.
f. Program Rujuk Balik (PRB) penting dalam menurunkan
angka katastrofik, saat ini implementasi PRB masih
terkendala pada akses peserta untuk mendapat obat rujuk
balik, untuk mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan peran
swasta dalam hal ini klinik swasta dalam memberikan
pelayanan.
g. Dinas Kesehatan baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
direkomendasikan untuk mengakses data JKN, serta
memanfaatkannya untuk melakukan upaya-upaya
preventif. Perlu peningkatan kapasitas bagi Dinas
Kesehatan untuk menganalisa dan memanfaatkan data-
data dari BPJS Kesehatan.
h. Diusulkan peningkatan perbedaan tarif INA CBG antara RS
Swasta dan Pemerintah dan ada insentif bagi RS nonprofit.

Laporan Kinerja (LKJ)344


3. Aspek Tata Kelola
a. Pemantapan Tata Lembaga dan Organisasi antara BPJS
Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Pemerintah
daerah perlu di optimalkan untuk menghindari timbulnya
dispute regulasi.
b. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari
subsistem pembiayaan kesehatan dan pelayanan
kesehatan, sehingga segala implementasi maupun
penyusunan regulasinya harus bersinergi dengan
subsistem kesehatan lainnya.
4. Aspek Pendanaan
Pendapatan dana kapitasi Puskesmas merupakan bagian
dari pendapatan daerah yang pengelolaannya masuk dalam
skema APBD, yang pemanfaatannya mengacu pada
Permenkes no. 21 tahun 2016. Dalam hal terjadi sisa lebih
penghitungan anggaran, Puskesmas menganggarkan
kembali untuk digunakan pada tahun berikutnya.

C. Indikator 3: Jumlah dokumen hasil Health Technology


Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri
Kesehatan
Pada tahun 2018 indikator ini dapat tercapai 100% sebagaimana
target yang ditetapkan, yaitu dihasilkannya 2 (dua) dokumen studi
Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) sebagai berikut:
1. Evaluasi Ekonomi Terapi Setuksimab Untuk Pasien Dengan
Kanker Kolorektal (KKR) Metastasis
Latar belakang dilaksanakan kegiatan ini disebabkan jumlah
KKR di Indonesia menjadi salah satu kasus kanker dengan
insidens tertinggi, yaitu 12,8 per 100.000 penduduk dengan
tingkat mortalitas mencapai 9,5% dari keseluruhan kasus kanker.
Selain itu, beban ekonomi untuk penyakit kanker di Indonesia
pada tahun 2016 mencapai sekitar 1,9 triliun rupiah. Sebagian
besar pasien datang dalam tahap metastasis, yang seringkali
tidak dapat ditangani melalui tindakan operasi reseksi tumor.
Terapi lini pertama yang diberikan pada pasien metastasis
adalah kemoterapi, terdiri dari 5-fluorouracil (5- FU)/leucovorin
(LV)/oxaliplatin (FOLFOX) atau 5-FU/LV/irinotecan (FOLFIRI),
dikombinasikan dengan terapi target antibodi monoklonal
(bevasizumab) atau anti reseptor faktor pertumbuhan
epidermal/anti-EFGR (setuksimab). Biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan terapi target ini sangat besar. Khusus untuk
terapi setuksimab, total klaim pada tahun 2014 hingga Juni 2016
mencapai sekitar 28 miliar rupiah untuk 94 pasien dengan KKR
metastasis. Merujuk pada besaran masalah tersebut, maka
penilaian efektivitas biaya terapi setuksimab pada pasien dengan

Laporan Kinerja (LKJ)345


KKR metastasis menjadi penting untuk menjamin keberlanjutan
(sustainability) program JKN.
Metode penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu: 1)
systematic review dan meta- analisis untuk menilai efektivitas
klinis; 2) evaluasi ekonomi berbasis model Markov untuk
menganalisis efekvitas biaya; serta 3) analisis dampak anggaran
dari setiap alternatif terapi.
Hasil evaluasi ekonomi penelitian ini menunjukkan bahwa terapi
setuksimab dan FOLFOX dibandingkan dengan pemberian
FOLFOX atau FOLFIRI saja menghasilkan Incremental Cost
Effectiveness Ratio (ICER) berturut-turut sebesar Rp
1.744.943.818 dan Rp 1.494.737.964 untuk mendapatkan satu
tahun hidup berkualitas yang disesuaikan. Sedangkan jika
dibandingkan dengan setuksimab dan FOLFIRI, ICER yang
dihasilkan adalah Rp 1,951,881,031 per Quality Adjusted Life
Years (QALYs).
Berikut simpulan hasil penelitian:
1) Penggunaan setuksimab pada pasien KKR metastasis
umumnya tidak diberikan segera setelah pasien terdiagnosis
mengingat adanya keterbatasan akses untuk pemeriksaan
gen KRAS. Selain itu, temuan di lapangan menunjukkan
adanya penggunaan setuksimab di luar indikasi formularium
nasional.
2) Hasil network meta-analysis menunjukkan bahwa risiko relatif
kombinasi setuksimab dan FOLFOX, setuksimab dan
FOLFIRI, serta FOLFIRI saja dibandingkan dengan FOLFOX
saja tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal mortalitas.
Sementara dalam hal tingkat respon, penambahan
setuksimab pada kemoterapi standar menunjukkan perbedaan
yang signifikan.
3) Ponatinib dapat digunakan untuk kasus LGK dengan mutasi
T135I tetapi hal yang perlu diingat adalah frekuensi reaksi
simpang vaskular serius yang cukup sering. Alternatif lain
yang dapat dipertimbangkan untuk kasus tersebut adalah
penggunaan Radotinib, Omacetaxine atau transplantasi sel
punca hematopoietik alogenik dengan tingkat kecocokan
donor yang tinggi.
4) Penambahan setuksimab pada regimen kemoterapi untuk
pasien dengan KKR metastasis tidak mengindikasikan hasil
yang cost-effective. Selain itu, tambahan luaran yang
diberikan, dalam hal tambahan tahun hidup, tidak signifikan.
5) Dampak biaya yang muncul akibat penambahan setuksimab
terhadap kemoterapi standar sangat tinggi dan terus
meningkat setiap tahun. Karena itu, pemerintah perlu
mempertimbangkan kelayakan setuksimab untuk dimasukkan
dalam paket manfaat JKN.

Laporan Kinerja (LKJ)346


Berikut rekomendasi yang diberikan:
1) Diperlukan sistem verifikasi yang ketat untuk menjamin bahwa
penggunaan terapi setuksimab sesuai dengan indikasi dan
restriksi yang tercantum pada formularium nasional
2) Diperlukan keterlibatan dari National Cancer Registry dalam
penyediaan data prevalens, insidens, dan survival pasien KKR
metastasis untuk memberikan informasi yang lebih presisi
3) Diperlukan pencatatan data dan standarisasi format rekam
medis yang konsisten serta komprehensif
4) Diperlukan dukungan dari Komite Penilaian Teknologi
Kesehatan dan Kementerian Kesehatan untuk memfasilitasi
proses perijinan di rumah sakit lokasi penelitian

2. Evaluasi Penambahan Bevazicumab Pada Regimen


Kemoterapi Untuk Terapi Kanker Kolorektal Metastase
(mCRC).
Kanker merupakan salah satu penyakit katastrofik di era Jaminan
Kesehatan Nasional. Kanker kolorektal stadium awal tidak
menunjukkan tanda, sehingga pasien kanker kolorektal biasanya
datang ke pusat kesehatan saat stadium lanjut atau metastasis.
Hal ini sangat tidak menguntungkan, karena pada stadium lanjut
kanker kolorektal lebih susah ditangani. Terdapat beberapa
modalitas terapi kanker kolorektal yang telah metastasis,
diantaranya adalah kemoterapi menggunakan gabungan
beberapa agen sitotoksik dan agen biologi, diantaranya adalah
bevacizumab. Bevacizumab masuk dalam formularium nasional
dengan indikasi kanker kolorektal metastatik dengan hasil
pemeriksaan KRAS wild type positif (normal) dan harus termasuk
dalam daftar obat dengan high cost. Harga bevacizumab sangat
mahal, yaitu sekitar 4,8-5,2 juta/vial dengan kandungan 100 mg
dalam 4 mL. Dosis pemberiannya adalah 5 mg/kg per siklus
dengan siklus sebanyak 4-6 siklus (Anonim, 2014). Apabila berat
badan 60 kg, maka per kali pemberian diperlukan 300 mg
bevacizumab atau 3 vial bevacizumab, dan untuk seluruh siklus
diperlukan 12-18 vial. Dengan demikian, untuk setiap pasien
kanker kolorektal metastatik setidaknya diperlukan biaya sebesar
Rp 57,6-93,6 juta.
Terkait dengan tingginya biaya penggunaan bevacizumab dan
efektivitasnya yang masih kontroversial, maka pada penelitian ini
akan dilakukan evaluasi ekonomi penggunaan bevacizumab
pada kanker kolorektal metastasis (metastatic colorectal cancer)
di Indonesia.
Metodologi penelitian Penilaian indikator efikasi dilakukan
dengan menghitung progression free survival (PFS) dan overall
survival (OS). Pencarian bukti mengenai efektivitas klinis
bevacizumab sebagai tambahan kemoterapi dibandingkan

Laporan Kinerja (LKJ)347


dengan kemoterapi saja pada kasus kanker kolorektal metastatik
dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu: 1) Penelitian observasional
menggunakan metode kohort retrospektif dan 2) systematic
review dan meta- analisis untuk menilai efektivitas klinis.

Berikut kesimpulan dari hasil penelitian, yaitu:


1. Penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi untuk
terapi pasien mCRC menghasilkan outome klinik
progression free survival (PFS) lebih panjang dua bulan dan
overall survival (OS) lebih panjang satu bulan, dengan nilai
ICER sebesar Rp 531.527.028 per tahun PFS dan Rp
1.012.060.452 per tahun OS.
2. Penambahan bevacizumab pd regimen kemoterapi pasien
mCRC tidak cost e ffective.
ICER dari perspektif penyedia
layanan (rumah sakit) sebesar Rp 837.347.291 per QALY
dan dari perspektif masyarakat sebesar Rp 890.239.956 per
QALY.
3. Penambahan bevacizumab pada regimen kemoterapi pasien
mCRC membutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp
15.304.442.205.165 untuk pasien mCRC yang ada di
Indonesia selama 5 tahun.

B. Analisis Keberhasilan/ Kegagalan Pencapaian Indikator 2018


Pencapaian target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun
2016-2018 pada tabel 3.3 terlihat bahwa capaian kinerja PPJK baik
tahun 2016 sampai tahun 2018 secara konsisten tercapai realisasi atas
target kinerja seluruhnya sebesar 100%. Keberhasilan atas pencapaian
kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan pada tahun 2018
disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.
2. Koordinasi yang baik antara unit satuan kerja PPJK dengan
narasumber/konsultan/stakeholders terkait lainnya. Sebagai contoh
bentuk koordinasi yang telah dilakukan, di antaranya dalam bentuk
rapat rutin pembahasan topik HTA oleh tenaga teknis yang telah
ditunjuk setiap minggunya, rapat Dewan Pertimbangan Teknologi
Kesehatan yang dilakukan setiap bulan, koordinasi kegiatan NHA
dengan Tim NHA Universitas Indonesia, dan rapat tim tarif.
3. Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu
dengan membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap bidang
dan bagian sehingga terjadi akselerasi antar kegiatan di bidang dan
bagian.
4. Komitmen pegawai Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
untuk pencapaian kinerja tahun 2018.
Walaupun demikian dalam proses pelaksanaan Indikator tersebut
terdapat faktor-faktor dan permasalahan yang dapat mempengaruhi
pencapaian target indikator kinerja. Identifikasi atas faktor-faktor dan

Laporan Kinerja (LKJ)348


masalah yang mempengaruhi capaian kinerja ini menjadi penting agar
diperoleh solusi atas permasalahan dan upaya tindaklanjut yang efektif
agar target indikator kinerja dapat tercapai. Penjabaran mengenai
indentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator
kinerja, masalah yang timbul, serta tindak lanjut terhadap permasalah
sebagai berikut:

1. Indikator 1: Jumlah pedoman penguatan secondary prevention


pelayanan kesehatan dalam JKN
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Arah Kebijakan guna menyongsong kendali mutu dan kendali
biaya.
2. Perkembangan pelaksanaan skrining BPJS Kesehatan
3. Perkembangan pelaksanaan Posbindu PTM dalam rangka
deteksi dini
b. Permasalahan dalam proses kegiatan berupa perbedaan metode
pelaksanaan deteksi dini dalam penyelenggaraan JKN dari
kuesioner self-assessment menjadi Posbindu PTM. Permasalah
tersebut menyebabkan kegiatan ini terhenti kurang lebih 3 bulan.
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Koordinasi Direktorat P2PTM, Direktorat PKP, dan BPJS
Kesehatan untuk menyamakan persepsi metode deteksi dini.
2. Penyesuaian metode deteksi dini yang dituangkan dalam
pedoman deteksi dini.
3. Dilakukannya diseminasi Penyusunan Pedoman Deteksi Dini
dengan mengundang lintas sektor/lintas program, dan pihak-
pihak terkait dengan deteksi dini penyakit ginjal kronik dan
jantung dan pembuluh darah.

2. Indikator 2: Jumlah hasil kajian/monev pengembangan


pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Arah kebijakan dalam penetapan tariff INA CBG dan
komitmen organisasi profesi kedokteran yang terlibat dalam
penyusunan reklasifikasi INA CBG
2. Kemampuan dan kapasitas tim teknis pelaksa kegiatan
3. Data Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan paliatif
bagi Pasien Kanker Stadium Terminal program JKN
4. Hasil LRA audited tersedia setelah bulan Mei, data belanja
kesehatan untuk perusahaan dan swasta sudah out dated
dan perjanjian kerjasama (PKS) dengan BPS pada
penyusunan dokumen NHA di tahun 2018.
5. Ketersedian data realisasi BOK, data SDM Puskesmas, data
Rasio Puskesmas dan Posyandu, dan data capaian Ibu hamil
yang mendapat pelayanan ANC, KN1, Balita ditimbang >4
kali, cakupan imunisasi dasar lengkap pada kegiatan Analisis

Laporan Kinerja (LKJ)349


Efisiensi Program Kesehatan Bersumber Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas.
6. Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi,
pakar/akademisi terkait penyusunan kebijakan
pengembangan pembiayaan dan JKN.
b. Permasalahan dalam proses kegiatan:
1. Koordinasi dengan Organisasi Profesi Kedokteran
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam melakukan
pengelompokkan diagnosis dan prosedur serta membuat
algoritma grouper dan pengumpulan data billing RS belum
sesuai sehingga dapat meghambat pelaksanaan kegiatan
Reklasifikasi INA-CBG.
2. Kurangnya komitmen kontributor data (RS) untuk mengisi
instrumen sesuai kesepakatan waktu pada kegiatan
Perhitungan Pembiayaan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker
Stadium Terminal Dalam JKN.
3. Dokumen NHA idealnya dihasilkan T-1 namun ketersediaan/
keterbatasan data dan sumber daya manusia merupakan
tantangan terbesar untuk menghasilkan dokumen tepat
waktu.
4. Proses PKS dalam penyediaan data NHA dengan BPS
memerlukan diskusi yang panjang dan mendalam.
5. Masih kurangnya kemampuan tim di Pusat PJK terkait
metodologi SHA sebagai bagian dari proses penyusunan
NHA.
6. Kurangnya Validitas dan kelengkapnya data yang digunakan
dalam Analisis Efisiensi Program Kesehatan Bersumber
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Tahun
2017.
7. Pengolahan data kualitatif (FGD) pada studi Analisis
Efisiensi Program Kesehatan Bersumber Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) hanya dilakukan pada 6
lokasi sehingga tidak dapat memberikan gambaran nasional
8. Peserta undangan yang sering tidak sama/berbeda untuk
setiap pertemuannya sehingga pembahasan sering
berulang-ulang dan menjadi lama.
9. Belum fokusnya metodelogi yang digunakan dalam
pelaksanaan studi-studi khusus.
10. Jadwal pertemuan yang kadang masih menyesuaikan
dengan jadwal narasumbernya dan keterbatasan Hotel
daerah yang memiliki daya tampung dengan peserta dengan
jumlah besar pada kegiatan Pertemuan Evaluasi Nasioanal
Pelaksanaan Program JKN.

Laporan Kinerja (LKJ)350


c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Melibatkan asosiasi fasilitas kesehatan untuk pengumpulan
data untuk kegiatan INA CBG’s dan Melakukan koordinasi
dengan BPJS Kesehatan terkait data individual peserta JKN
2. Melakukan uji coba grouper INA CBG, membuat manual
coding serta melakukan sosialisasi grouper.
3. Melakukan koordinasi intensif dengan RS yang
melaksanakan Pelayanan Paliatif Pasien Kanker Stadium
Terminal peserta JKN sehingga dapat membentuk komitmen
dalam memberikan data (RS) dalam bentuk mengisi
instrumen yang disediakan.
4. Kemampuan tim di Pusat PJK terhadap pemahaman
penyusunan NHA menggunakan metodelogi SHA perlu terus
diperkuat dengan alih ketrampilan dari tim akademisi.
5. Pembuatan PKS dengan beberapa K/L untuk menjamin
akses data dan upaya kelembagaan atas proses produksi
dengan K/L perlu selalu dibangun dan diperkuat antara lain
dengan pertemuan rutin.
6. Advokasi kepada pimpinan untuk dukungan pembiayaan
melalui diseminasi hasil-hasil NHA dan penggunaan NHA
untuk masukan kebijakan (policy briefs).
7. Publikasi hasil-hasil NHA untuk meningkatkan kesadaran
berbagai pihak atas pentingnya kegunaan NHA untuk
mendukung perbaikan kebijakan Kesehatan.
8. Diseminasi hasil perlu diperluas kepada para pemangku
kepentingan agar dapat menjadi umpan balik peningkatan
kualitas produksi dokumen NHA.
9. Satker terkait dengan studi Analisis Efisiensi Program
Kesehatan Bersumber Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) Puskesmas perlu mengupayakan kelengkapan dan
validitas data input dan output.
10. Membuat susunan tim penyusun kegiatan agar diperoleh
suatu keterikatan kerjasama dalam mencapai output
kegiatan. Pembuatan tim ini juga sebagai untuk mengatasi
agar peserta atau pembahas pada kegiatan tersebut tetap
orang yang sama dan sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan sehingga capaian outputnya dapat optimal.
11. Penajaman metodelogi membutuhkan pelaksanaan studi-
studi khusus yang perlu didukung dengan kecukupan
anggaran di tahun selanjutnya
12. Koordinasi lebih lanjut dan intensif dalam penyesuaian
jadwal kegiatan, materi yang dibawakan oleh narasumber
pelaksanaan Pertemuan Evaluasi Nasioanal Pelaksanaan
Program JKN. Serta untuk mengantisipasi hotel yang dapat
menampung jumlah peserta yang besar, maka pelaksanaan
evaluasi dibagi dalam beberapa lokasi/regional pertemuan

Laporan Kinerja (LKJ)351


3. Indikator 3: Jumlah dokumen hasil Health Technology
Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri
Kesehatan
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Target HTA dalam Rencana Strategis Kemenkes RI tahun
2015-2019.
2. Usulan topik untuk pelaksanaan Penilaian Teknologi
Kesehatan.
3. Data klaim BPJS Kesehatan
4. Panduan pelaksanaan Penilaian Teknologi Kesehatan
(PTK)/HTA
5. Kapasitas SDM pelaksana PTK dan Regulasi/ kebijakan
Rumah Sakit.
b. Permasalahan dalam proses kegiatan:
1. Proses pelaksanaan studi PTK 2017 berlanjut hingga tahun
2018 dikarenakan perubahan judul/topik studi PTK 2018
setelah kegiatan tersebut sudah jalan selama 4 bulan
2. Waktu yang cukup lama dalam mendapatkan persetujuan
etika penelitian dan ijin penelitian RS sebagai syarat
sebelum dilakukan pengumpulan data di RS tersebut.
3. Validitas data RS (Ketidaklengkapan data yang dibutuhkan
dalam proses penyusunan HTA.
4. Terbatasnya SDM pelaksana PTK
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Meningkatkan koordinasi dengan unit-unit LS/LP terkait PTK.
2. Menyusun time schedule yang dapat disepakati bersama
oleh para pelaksana PTK.
3. Melakukan lanjutan pengumpulan dan analisis data studi
HTA.
4. Pelaksanaan hasil studi HTA dilakukan appraisal oleh
Komite PTK.
5. Meningkatkan kapasitas SDM PTK termasuk mengirim
tenaga SDM PTK untuk pelatihan yang berhubungan
dengan HTA di dalam negeri maupun luar negeri.

C. Sumber Saya/Realisasi Anggaran


a. Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya PPJK sesuai dengan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan didukung oleh sumber daya manusia yang
bekerja sesuai tugas dan fungsinya yang ditempatkan sesuai dengan
jabatan dan keahliannya serta memiliki dedikasi disiplin yang baik.
Jumlah SDM PPJK pada tahun 2018 sebanyak 76 orang dengan rincian
sebagai berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)352


Gambar 3.81
Distribusi Pegawai PPJK

Jumlah SDM PNS di PPJK berdasarkan jenis kelamin terbesar adalah


wanita sebanyak 40 orang (63%) dengan jumlah pria sebanyak 23 orang
(37%). Distribusi PNS di PPJK berdasarkan latar belakang pendidikan
sangat beragam karena dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya
dibutuhkan SDM dengan latar belakang berbeda. Sedangkan
berdasarkan jenjang pendidikan diperoleh gambaran PNS dengan tingkat
Pendidikan S2 memiliki jumlah terbanyak di PPJK sebanyak 27 orang
(43%). Pada distribusi usia terlihat bahwa PNS dengan usia 31-40 tahun
memiliki proporsi terbanyak sebesar 32 orang (51%).

Gambar 3.82
Distribusi Pegawai PPJK Berdasarkan Pendidikan dan Usia

Laporan Kinerja (LKJ)353


b. Sumber Daya Anggaran
Dalam penyusunan kegiatan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
pada tahun 2018 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, dimana
dalam proses penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang
telah ditetapkan
2. Perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target
indikator kinerja yang telah ditetapkan
3. Usulan kegiatan dan penganggaranya sudah sesuai ketentuan yang
berlaku
Setiap subbidang dan subbagian di lingkungan Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan dalam melakukan peyusunan usulan kegiatannya
berdasarkan fungsinya pada Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Usulan-usulan
kegiatan tersebut juga telah disesuaikan dengan target indikator kinerja
organisasi yang telah ditetapkan pada perubahan RENSTRA
Kementerian Kesehatan 2015-2019. Selain itu, setiap kegiatan sudah
mengikuti petunjuk penelitian dan reviu RKA K/L alokasi anggaran
Kementerian Kesehatan TA 2018
Pada tahun 2018 jumlah Anggaran yang bersumber dari APBN sebesar
Rp 25.552.277.623.000. Dengan rincian Belanja Bantuan Sosial PBI JKN
sebesar Rp 25.502.400.000.000; Belanja Barang sebesar
29.903.914.000; dan Belanja Modal Sebesar Rp 19.973.709.000. Dari
total alokasi anggaran sebesar Rp 15.835.037.000 belanja modal
mengalami blokir, sehingga tidak dapat direalisasikan/digunakan.
Realisasi anggaran PPJK tahun 2018 PPJK disajikan pada gambar 3.7
berikut:

Gambar 3.83
Realisasi Anggaran PPJK TA 2018

Berdasarkan gambar 3.8 menunjukan tren realisasi penyerapan anggaran


PPJK pada tahun 2016-2018 mengalami tren kenaikan positif pada tiap

Laporan Kinerja (LKJ)354


tahunnya dan penjabaran realisasi anggaran dalam rangka pencapaian
Indikator Kinerja digambarkan pada tabel 3.5.

Gambar 3.84
Realisasi Anggaran PPJK TA 2016-2018

Realisasi Anggaran PPJK TA 2016-2018


Rp 25.028,9 M Rp 25.516,8 M Rp 25.552,2 M
99,66% 99,89%
[VALUE]

2016 2017 2018

Alokasi Realisasi

Tabel 3.109
Realisasi Anggaran PPJK 2017-2018
Dalam Ribuan
2017 2018
No Indikator Kinerja
Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %
1 Jumlah penduduk yang 25.502.400.000 25.417.797.053 99,6 25.502.400.000 25.492.043.146 99.6
menjadi peserta
Penerima Bantuan
Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu
indonesia Sehat (KIS)
2 Jumlah pedoman 234.965 233.181,1 99,2 500.000 221.669,1 44,3
penguatan secondary
prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN
3 Jumlah skema 101.570 100.536 98,9 - -
pembiayaan melalui
ppp kerjasama
pemerintah dan swasta
(KPS) di bidang
kesehatan yang
dihasilkan
4 Jumlah pedoman untuk 772.515.000 770.134,4 99,6 - -
optimalisasi
pemanfaatan berbagai
sumber dana Kapitasi
JKN dan BOK untuk
mendukung upaya
promotif dan preventif di
Puskesmas

Laporan Kinerja (LKJ)355


5 1 Jumlah dokumen 11.892.249 11.676.275,05 98,1 20.812.700 19.699.658,6 94,8
hasil studi/
monitoring dan
evaluasi
pelaksanaan
pengembangan
pembiayaan
kesehatan &
JKN/KIS
2 Jumlah dokumen 1.405.384 1.402.830,76 99,8 2.076.650 1.797.449,0 86,6
hasil Health
Technology
Assessment (HTA)
yang disampaikan
kepada Menteri
Kesehatan
6 Kegiatan Pendukung - - - 26.488.273 9.441.404,1 35.6
(Tata Usaha)
Pencapaian Indikator
TOTAL 26.288.549.168 25.431.980.010 99,6 25.552.277.623 25.523.203.326,8 99,9

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan telah menyediakan dana


dekonsentrasi di tahun 2018 yang kewenangan pemanfaatannya didelegasikan
pada pemerintah daerah dengan mengacu pada petunjuk teknis dekonsentrasi
Kementerian Kesehatan.Pengalokasian anggaran dekonsentrasi tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dalam upaya mempercepat
pencapaian tujuan dan target kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan
dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta
menciptakan keselarasan dan sinergitas antara program dan kegiatan
dekonsentrasi yang didanai dari APBN dengan program dan kegiatan
desentralisasi yang didanai dari APBD. Pengelolaan anggaran dan pelaksanaan
kegiatan yang menggunakan dana dekonsentrasi harus terintegrasi, terpadu
dengan kegiatan yang berasal dari sumber anggaran lainnya, tidak boleh
duplikasi, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, transparan,
akuntabel, dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat
Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pengembangan Pembiayaan
Kesehatan dan JKN-KIS di tahun 2018 sebesar Rp 29.734.111.000 yang
dialokasikan ke 34 provinsi di seluruh Indonesia. Pelaksanaan kegiatan
dekonsentrasi ini berdasarkan petunjuk teknis dekonsentrasi Kementerian
Kesehatan tahun 2018 dengan keluaran (output) yang dihasilkan sebagai berikut:
1. Adanya penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
tentang Tim Monitoring dan Evaluasi JKN Tingkat Provinsi.
2. Adanya penetapan Surat Keputusan Gubernur tentang “Tim Pertimbangan
Klinis Provinsi
3. Adanya penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
tentang Tim Monitoring dan Evaluasi JKN Tingkat Kabupaten/Kota” yang
diusulkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Laporan Kinerja (LKJ)356


4. Adanya penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
tentang Pengelola Keuangan DIPA di Provinsi.
5. Adanya penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
tentang Besaran Biaya terhadap semua Surat Keputusan tersebut diatas.
6. Tersedianya Dokumen Laporan Pelaksanaan Pengembangan Pembiayaan
Kesehatan dan JKN/ KIS.

I. Alokasi dan Realisasi Dekonsentrasi 2018


Realisasi Dekonsentrasi di tahun 2018 sebesar Rp 26.309.945.808 atau
88,48%. Realisasi anggaran tersebut sebagian besar digunakan untuk
kegiatan Honorarium Tim Monitorong dan Evaluasi Tingkat Provinsi dan
Tingkat Kabupaten/ Kota Honor serta Perjalanan dinas dalam rangka
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN/KIS di tingkat Provinsi ataupun di tingkat Kabupaten/Kota. Hasil
gambaran atas realisasi Dekonsentrasi pada 34 Provinsi didapatkan hasil
bahwa Provinsi dengan realisasi penyerapan terbesar adalah Provinsi
Sulawesi Tengah (99,28%) dan Provinsi dengan penyerapan terendah
adalah Provinsi Maluku (66,25%).

Laporan Kinerja (LKJ)357


Tabel 3.110.
Alokasi dan Realisasi Dekonsentrasi Per Provinsi Tahun 2018
No Provinsi Pagu Realisasi %
1 DKI JAKARTA 291.466.000 266.446.000 91,42
2 JAWA BARAT 1.450.220.000 1.314.700.000 90,66
3 JAWA TENGAH 2.125.810.000 2.028.338.800 95,41
4 DI YOGYAKARTA 450.233.000 431.129.425 95,76
5 JAWA TIMUR 2.231.510.000 1.844.376.069 82,65
6 ACEH 1.285.033.000 1.191.277.307 92,70
7 SUMATERA UTARA 1.873.334.000 1.680.470.750 89,70
8 SUMATERA BARAT 1.147.890.000 1.054.645.000 91,88
9 RIAU 675.500.000 633.635.400 93,80
10 JAMBI 670.400.000 563.247.675 84,02
11 SUMATERA SELATAN 850.000.000 794.516.700 93,47
12 LAMPUNG 780.720.000 748.705.244 95,90
13 KALIMANTAN BARAT 785.850.000 607.250.567 77,27
14 KALIMANTAN TENGAH 795.910.000 743.371.671 93,40
15 KALIMANTAN SELATAN 715.000.000 599.249.374 83,81
16 KALIMANTAN TIMUR 696.500.000 627.890.421 90,15
17 SULAWESI UTARA 830.650.000 823.419.347 99,13
18 SULAWESI TENGAH 605.100.000 600.736.000 99,28
19 SULAWESI SELATAN 1.575.500.000 1.560.254.599 99,03
20 SULAWESI TENGGARA 710.000.000 704.692.000 99,25
21 MALUKU 660.600.000 437.672.221 66,25
22 BALI 520.650.000 485.016.450 93,16
23 NUSA TENGGARA BARAT 665.000.000 584.870.400 87,95
24 NUSA TENGGARA TIMUR 1.201.500.000 1.151.004.000 95,80
25 PAPUA 1.585.800.000 1.071.554.000 67,57
26 BENGKULU 590.900.000 535.001.400 90,54
27 MALUKU UTARA 612.600.000 524.803.200 85,67
28 BANTEN 510.700.000 388.140.000 76,00
29 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 454.000.000 384.113.791 84,61
30 GORONTALO 455.960.000 413.499.496 90,69
31 KEPULAUAN RIAU 488.000.000 419.793.385 86,02
32 PAPUA BARAT 673.145.000 481.598.000 71,54
33 SULAWESI BARAT 384.700.000 343.201.116 89,21
34 KALIMANTAN UTARA 383.930.000 271.326.000 70,67
TOTAL 29.734.111.000 26.309.945.808 88,48%

II. Tren Realisasi Dekonsentrasi 2016-2018


Tren Realisasi Dekonsentrasi kegiatan Pengembangan Pembiayaan
Kesehatan dan JKN-KIS tahun 2016-2018 mengalami
kenaikan/penurunan pada tiap tahunnya. ada tahun 2017 terdapat
kenaikan realisasi dekonsentrasi jika dibandingkan tahun 2016, dan di
tahun 2018 terjadi penurunan realisasi dekonsentrasi bila dibandingkan
tahun 2017.

Laporan Kinerja (LKJ)358


Tren Realisasi Dekonsentrasi
kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN-KIS 2016-2018
Alokasi Realisasi

100%

95%
53.524.800.000 90,78% 88,48%
90%
23.097.060.000
85%
86,47% 29.734.111.000
80%

75%
2016 2017 2018

III. Permasalahan Pelaksanaan Dekonsentrasi


Penurunan realisasi Dekonsentrasi tahun 2018 bila dibandingkan
realisasi tahun 2017 disebabkan beberapa permasalahan yang timbul
dalam pelaksanaannya, seperti:
1. Beberapa Kabupaten/Kota tidak melakukan kegiatan rapat
koordinasi lintas sektor/lintas program
2. Perjalanan dinas monitoring evaluasi JKN tidak dilaksanakan
secara optimal oleh dinas Kesehatan dikarenakan:
a. alokasi anggaran transportasi perjalanan dinas kesehatan
kab/kota menuju puskesmas tidak mencukupi
b. Kesulitan dalam mensinkronisasikan jadwal perjalanan dinas
kesehatan Provinsi dalam melakukan monev ke
Kabupaten/Kota dikarenakan kesibukan dari tim monev dan
keterbatasan SDM pengelola Dekonsentrasi.
c. Terjadi pergantian personil tim Monev JKN provinsi dan
kabupaten kota karena mutasi, rotasi, pension, sehingga
menghambat pelaksanaan kegiatan
3. Kurangnya koordinasi antar pengelola program JKN Provinsi
dengan Pengelola JKN Kabupaten Kota, sehingga mempengaruhi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Ketersediaan sarana dan prasarana memegang peran penting dalam
upaya pencapaian Indikator Kinerja. Ketersediaan sarana dan prasarana
yang berada diruang PPJK dengan pembelian di tahun 2009-2017
digambarkan sebagai berikut:

Laporan Kinerja (LKJ)359


Gambar 3.85.
Gambaran Sarana dan Prasarana di Ruangan PPJK

C. Analisa Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Pencapaian target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun
2018 dengan hasil tercapai realisasi atas target kinerja seluruhnya
disebabkan oleh dukungan anggaran yang memadai, SDM PPJK yang
komitmen dan kompeten terhadap pencapaian kinerja, serta ketersiapan
sarana dan prasarana pendukung kerja. Penjabaran tentang sumberdaya
diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi pengunaan sumberdaya
terhadap pencapaian Indikator Kinerja sudah baik, hal itu tergambar dari:
1. Hasil realisasi anggaran yang tergambar di tabel 3.5 sebesar 99,9 %
yang diikuti dengan pencapaian Indikator Kinerja tahun 2018, yaitu
diatas 100%.
2. Hasil perhitungan Penilaian Prestasi Kerja PNS (PPKP) di PPJK di
tahun 2017 dengan indikator penilaian adalah Penilaian Kinerja dan
Perilaku Kerja diperoleh hasil bahwa hamper keseluruhan PNS PPJK
memperoleh nilai “Baik”.
3. Distribusi PNS di Pusat PPJK berdasarkan tingkat Pendidikan dan
usia PNS didapatkan bahwa distribusi PNS terbesar memiliki
Pendidikan S2 sebanyak 27 orang (43%) diikuti dengan Pendidikan
S1 sebanyak 25 orang (39%) dengan usia PNS terbanyak adalah
berumur 31-40 tahun sebanyak 32 orang (51%). Tingkat pendidikan
tinggi, mayoritas usia PNS PPJK masih muda, serta PPKP pegawai
memperoleh nilai baik merupakan modalitas yang dapat mempercepat
tercapainya Indikator Kinerja PPJK tahun 2018.
Selain itu untuk pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-
K/L yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249/PMK.02/2011 dengan mengunakan aplikasi online e-monev DJA dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
dengan mengunakan aplikasi e-monev Bappenas diperoleh hasil bahwa
kepatuhan pelaporan PPJK sudah baik dengan indikator bahwa
pelaporan telah dilakukan pada bulan Januari-Desember 2018.

Laporan Kinerja (LKJ)360


Gambar 3.86
Pelaporan Aplikasi E-monev DJA dan E-Monev Bappenas

II. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


A. Realisasi Anggaran PPJK
Dalam Ribuan
2017 2018
No Indikator Kinerja
Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %
1 Jumlah penduduk yang 25.502.400.000 25.417.797.053 99,6 25.502.400.000 25.492.043.146 99.9
menjadi peserta
Penerima Bantuan Iuran
(PBI) melalui Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu indonesia
Sehat (KIS)

B. Capaian Program PBI-JKN


Proses pembiayaan iuaran peserta PBI JKN melalui APBN dimulai
dengan Penetapan kriteria peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) oleh
Kementerian Sosial berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Nomor
5/HUK/2018 tentang Penetapan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan Tahun 2018, setelah itu dilakukan Pendaftaran Peserta PBI
Jaminan Kesehatan tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan mengacu
pada Keputusan Menteri Sosial Nomor 5/HUK/2018 yang tertuang dalam
Surat Kementerian Kesehatan Nomor JP.02.01/X/150/2018 tanggal 15
Januari 2018 tentang Pendaftaran Peserta PBI Jaminan Kesehatan tahun
2018.
Target peserta PBI yang dibiayai melalui APBN di tahun 2018
ditetapkan sebesar 92,4 juta jiwa. Target PBI Tahun 2018 tersebut sama
dengan jumlah target di tahun 2017. Realisasi capaian indikator PBI tahun
2018 ini sebesar 92,46 juta jiwa atau 100,07%. Jika dibandingkan tahun
2016 sampai 2017 hasil capaian PBI tahun 2018 ini meningkat
dibandingkan realisasi capaian PBI di tahun 2016 (91,1 juta jiwa atau
91,5%.) dan tahun 2017 (92,3 juta jiwa atau 99.9%.Perhitungan dalam

Laporan Kinerja (LKJ)361


menentukan realisasi angka capaian tersebut didapatkan dari besaran
jumlah peserta yang didaftarkan oleh Kementerian Kesehatan, dan
dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) pada 31 Desember 2018. Sedangkan penentuan
target didapatkan dari hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi
IX dan hasil trilateral meeting antara Kementerian Keuangan dan
Bappenas.

Berikut ini tabel Progress Capaian PBI Tahun 2018


No Bulan Target Capain
1 Januari 92.400.000 92.349.729
2 Februari 92.400.000 92.356.799
3 Maret 92.400.000 92.317.193
4 April 92.400.000 92.316.248
5 Mei 92.400.000 92.269.541
6 Juni 92.400.000 92.223.010
7 Juli 92.400.000 92.223.010
8 Agustus 92.400.000 92.293.841
9 September 92.400.000 92.285.054
10 Oktober 92.400.000 92.242.653
11 November 92.400.000 92.263.133
12 Desember 92.400.000 92.468.657

Pada tabel diatas tergambarkah bahwa jumlah PBI tahun 2018 tiap
bulannya mengalami fluktuatif (kenaikan/penurunan), hal ini disebabkan
adanya perubahan peserta yang meninggal, peserta ganda, perubahan
status, dan bayi baru lahir sehingga timbul perbedaan antara peserta PBI
yang ditetapkan dengan peserta yang terdaftar. Perbedaan tersebut
didapatkan dan didasari dari data PBI yang dibayarkan kapitasinya oleh
BPJS Kesehatan ke FKTP yang disampaikan kepada PPJK. Agar
diperoleh ketepatan/presisi terhadap realisasi capaian PBI dan
menghindari terjadinya kerugian negara yang disebabkan pembayaran
Iuran PBI JKN kepada peserta yang tidak tepat, maka dilakukan
rekonsiliasi data antara PPJK dan BPJS Kesehatan setiap triwulan

Laporan Kinerja (LKJ)362


Tabel Data Jumlah Peserta PBI yang dibayarkan Tahun 2018

Data tabel di atas menunjukkan bahwa capaian Peserta PBI di


bulan Desember 2018 sebanyak 92.468.657 jiwa dengan demikian
menunjukkan bahwa capaian kinerja cakupan PBI telah melewati target
peserta PBI di tahun 2018 sebesar 92,4 juta jiwa atau 100.07%

Tabel 3.111
Gambaran Realisasi PBI Per Bulan

NO Bulan Peserta Premi REALISASI Sisa %

Pagu 92.400.000 23.000 25.502.400.000.000

1 Jan 92.349.729 23.000 2.124.043.767.000 23.378.356.233.000 8,33%


2 Feb 92.356.799 23.000 2.124.206.377.000 21.254.149.856.000 16,66%
3 Maret 92.317.193 23.000 2.123.295.439.000 19.130.854.417.000 24,98%
4 April 92.316.248 23.000 2.123.273.704.000 17.007.580.713.000 33,31%
5 Mei 92.269.541 23.000 2.122.199.443.000 14.885.381.270.000 41,63%
6 Juni 92.240.982 23.000 2.121.542.586.000 12.763.838.684.000 49,95%
7 Juli 92.343.210 23.000 2.123.893.830.000 10.639.944.854.000 58,28%
8 Agustus 92.377.985 23.000 2.124.693.655.000 8.515.251.199.000 66,61%
9 Sepetember 92.319.169 23.000 2.123.340.887.000 6.391.910.312.000 74,94%
10 Oktober 92.374.423 23.000 2.124.611.729.000 4.267.298.583.000 83,27%
11 November 92.615.766 23.000 2.130.162.618.000 2.137.135.965.000 91,62%
12 Desember 92.468.657 23.000 2.126.779.111.000 10.356.854.000 99,96%
JUMLAH 461.609.510 25.492.043.146.000 99,96%

Laporan Kinerja (LKJ)363


Dalam proses pelaksanaan pencapaian Indikator tersebut terdapat
faktor-faktor dan permasalahan yang dapat mempengaruhi pencapaian
target indikator kinerja. Identifikasi atas faktor-faktor dan masalah yang
mempengaruhi capaian kinerja ini menjadi penting agar diperoleh solusi
atas permasalahan dan upaya tindaklanjut yang efektif agar target
indikator kinerja dapat tercapai. Penjabaran mengenai indentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator kinerja, masalah yang
timbul, serta tindak lanjut terhadap permasalah sebagai berikut:
Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Arah Kebijakan pengganggaran PBI di komisi IX dan ketersedian dana
pembayaran iuran PBI.
2. Kebijakan penetapan jumlah peserta PBI yang ditetapkan oleh Menteri
Sosial seperti SK penetapan peserta PBI awal, SK Kemensos tentang
pergantian peserta PBI
3. Kebijakan pendaftaran peserta PBI oleh Menterian Kesehatan
4. Kebijakan yang berkaitan dengan PBI

Permasalahan dalam proses kegiatan berupa adanya perubahan


peserta yang meninggal, peserta ganda, perubahan status, dan bayi baru
lahir sehingga timbul perbedaan antara peserta PBI yang ditetapkan
dengan peserta yang terdaftar.
Pemecahan masalah dan tindaklanjut berupa koodinasi intensif
dengan Kementerian Sosial dan BPJS Kesehatan untuk dilakukan
pemadanan peserta yang didaftarkan sehingga pada triwulan IV Kuota
PBI JKN-KIS dapat tercapai sesuai yang ditetapkan

C. Sumber Dana/Realisasi Anggaran

Berdasarkan data Omspan, Total anggaran Sekretariat Jenderal diluar dekon,


pada tahun 2016 sebesar Rp.29.434.648.616.000,00 dengan realisasi sebesar
Rp.28.330.779.861.626,00 atau 96,25%. Pada tahun 2017, realisasi turun
menjadi 95,43 % dari pagu Rp.28.333.284.524.000,00. Sedangkan pada tahun
2018 realisasi 97,52 % dari pagu Rp.28.058.905.117.000,00.

Laporan Kinerja (LKJ)364


Berikut Tabel Anggaran dan Realisasi Satker Lingkup Sekretariat Jenderal Tahun 2016 sd 2018.

Tabel 3.112a
Anggaran dan Realisasi Satker Lingkup Sekretariat Jenderal
Tahun 2016-2018
2016 2017 2018
PROGRAM KEGIATAN
PAGU REALISASI % PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

Program Dukungan Manajemen HUKOR 24.761.232.000 16.026.788.205 64,73 10.099.587.000 9.847.353.456 97,50 17.512.388.000 16.523.604.199 94,35
dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan ROPEG 79.121.860.000 40.909.236.708 51,70 42.132.278.000 41.033.108.005 97,39 36.434.722.000 33.920.171.325 93,10

ROKEU BMN 28.672.687.000 21.487.127.991 74,94 14.403.473.000 14.280.126.662 99,14 26.112.081.000 24.467.891.455 93,70

ROREN 54.465.370.000 46.562.405.480 85,49 32.363.441.000 31.784.509.539 98,21 82.005.170.000 69.291.767.815 84,50

ROUM 3.123.267.237.000 2.930.305.552.584 93,82 2.237.111.150.000 1.061.000.062.987 47,43 1.752.685.749.000 1.144.761.251.331 65,31

PUSDATIN 81.948.393.000 63.530.785.234 77,53 80.388.963.000 76.898.181.841 95,66 113.476.508.000 108.264.687.288 95,41

BKLN 14.107.888.000 9.029.049.328 64,00 9.502.055.000 9.395.889.481 98,88 25.103.545.000 22.236.807.314 88,58

HAJI 268.547.558.000 216.143.631.886 80,49 280.662.786.000 257.787.325.442 91,85 307.016.647.000 290.328.183.466 94,56

ROKOM 62.379.728.000 52.393.119.903 83,99 42.494.256.000 39.848.836.385 93,77 50.338.535.000 45.374.006.263 90,14

KRISIS 55.795.030.000 36.756.700.534 65,88 28.204.081.000 28.011.901.578 99,32 41.988.806.000 40.151.573.835 95,62

KKI 44.669.802.000 27.266.254.961 61,04 26.947.033.000 25.595.882.473 94,99 34.565.651.000 30.487.705.479 88,20

PADK 37.711.192.000 23.351.563.796 61,92 12.168.738.000 11.554.354.152 94,95 19.387.692.000 15.179.293.306 78,29

TOTAL DUKMAN 3.875.447.977.000 3.483.762.216.610 89,89 2.816.477.841.000 1.607.037.532.001 57,06 2.506.627.494.000 1.840.986.943.076 73,44

Program Penguatan PPJK 25.559.200.639.000 24.847.017.645.016 97,21 25.516.806.683.000 25.431.980.010.319 99,67 25.552.277.623.000 25.523.203.326.829 99,89
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional
TOTAL SETJEN 29.434.648.616.000 28.330.779.861.626 96,25 28.333.284.524.000 27.039.017.542.320 95,43 28.058.905.117.000 27.364.190.269.905 97,52

Sumber : OMSPAN 25 Januari 2019

Laporan Kinerja (LKJ)359


Tabel 3.112b
Anggaran dan Realisasi Dekonsentrasi Satker Lingkup Sekretariat Jenderal
Tahun 2018

PPJK RORENGGAR HAJI ROKEUBMN PUSDATIN


NO SATKER
ALOKASI REALISASI % ALOKASI REALISASI % ALOKASI REALISASI % ALOKASI REALISASI % ALOKASI REALISASI %
1 DINAS KESEHATAN PROP. JAWA BARAT 1.450.220.000 1.314.700.000 90,66 337.841.000 316.773.500 93,76 1.294.948.000 931.747.500 71,95 78.532.000 66.599.000 84,80 470.653.000 470.312.000 99,93
2 DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH 2.125.810.000 2.028.338.800 95,41 726.684.000 698.635.435 96,14 1.233.010.000 1.139.311.625 92,40 65.378.000 51.192.130 78,30 606.120.000 565.157.100 93,24
3 DINAS KESEHATAN PROPINSI MALUKU UTARA 612.600.000 524.803.200 85,67 862.209.000 855.122.700 99,18 155.658.000 142.417.900 91,49 49.375.000 48.311.100 97,85 436.550.000 415.201.900 95,11
4 DINAS KESEHATAN PROPINSI SULAWESI BARAT 384.700.000 343.201.116 89,21 623.337.000 510.764.487 81,94 133.958.000 125.665.600 93,81 66.045.000 50.341.400 76,22 230.001.000 202.254.768 87,94
5 DINAS KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGAH 605.100.000 600.736.000 99,28 672.307.000 636.694.000 94,70 184.324.000 179.410.000 97,33 76.389.000 71.417.600 93,49 285.582.000 285.178.000 99,86
6 DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 520.650.000 485.016.450 93,16 501.680.000 451.854.039 90,07 185.341.000 166.124.000 89,63 59.879.000 46.052.200 76,91 344.547.000 324.322.200 94,13
7 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG 454.000.000 384.113.791 84,61 411.616.000 388.674.645 94,43 137.320.000 129.091.784 94,01 51.504.000 45.774.317 88,88 205.235.000 201.159.808 98,01
8 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN 510.700.000 388.140.000 76,00 168.168.000 162.808.000 96,81 246.514.000 209.284.000 84,90 68.229.000 68.229.000 100,00 278.438.000 264.368.000 94,95
9 DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU 590.900.000 535.001.400 90,54 476.988.000 470.956.575 98,74 168.932.000 152.113.500 90,04 49.634.000 47.335.700 95,37 314.190.000 310.096.600 98,70
10 DINAS KESEHATAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 450.233.000 431.129.425 95,76 376.704.000 333.926.725 88,64 147.955.000 132.975.500 89,88 46.574.000 37.207.025 79,89 160.931.000 159.407.800 99,05
11 DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA 291.466.000 266.446.000 91,42 158.427.000 154.038.000 97,23 586.594.000 578.690.320 98,65 73.522.000 73.522.000 100,00 146.726.000 136.788.040 93,23
12 DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO 455.960.000 413.499.496 90,69 608.374.000 603.842.724 99,26 161.486.000 156.565.000 96,95 79.147.000 77.944.980 98,48 235.516.000 232.608.200 98,77
13 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI 670.400.000 563.247.675 84,02 441.622.000 368.225.058 83,38 210.140.000 201.999.900 96,13 53.476.000 48.470.000 90,64 212.007.000 211.921.000 99,96
14 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR 2.231.510.000 1.860.776.069 83,39 1.046.184.000 896.004.800 85,65 1.435.181.000 1.242.650.103 86,58 70.876.000 44.011.400 62,10 607.321.000 568.884.000 93,67
15 DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 785.850.000 607.250.567 77,27 549.405.000 428.167.307 77,93 198.700.000 173.419.300 87,28 60.865.000 43.117.000 70,84 352.550.000 331.226.800 93,95
16 DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 715.000.000 599.249.374 83,81 567.840.000 510.050.079 89,82 358.830.000 297.547.700 82,92 68.730.000 57.584.000 83,78 339.980.000 321.891.100 94,68
17 DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 795.910.000 743.371.671 93,40 341.393.000 307.024.527 89,93 223.406.000 218.048.000 97,60 70.280.000 57.120.000 81,27 354.430.000 324.351.900 91,51
18 DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 696.500.000 627.890.421 90,15 695.988.000 669.617.400 96,21 359.470.000 325.122.800 90,45 70.659.000 66.846.000 94,60 274.082.000 266.808.850 97,35
19 DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 383.930.000 271.326.000 70,67 600.835.000 450.380.214 74,96 134.161.000 116.604.600 86,91 69.658.000 64.111.000 92,04 238.307.000 224.981.470 94,41
20 DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 488.000.000 419.793.385 86,02 482.613.000 462.145.950 95,76 345.412.000 298.327.200 86,37 69.588.000 68.471.112 98,39 203.251.000 198.174.800 97,50
21 DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG 780.720.000 748.705.244 95,90 335.988.000 327.933.800 97,60 219.608.000 155.688.848 70,89 69.020.000 64.005.225 92,73 334.362.000 332.415.600 99,42
22 DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU 660.600.000 437.672.221 66,25 1.020.027.000 682.367.875 66,90 161.128.000 142.504.750 88,44 51.707.000 51.593.850 99,78 516.318.000 436.084.900 84,46
23 DINAS KESEHATAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.285.033.000 1.191.277.307 92,70 996.909.000 878.848.265 88,16 382.934.000 350.173.000 91,44 86.014.000 80.199.900 93,24 541.590.000 511.298.617 94,41
24 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 665.000.000 584.870.400 87,95 558.206.000 499.283.200 89,44 301.020.000 249.189.000 82,78 71.016.000 67.883.200 95,59 279.283.000 265.316.600 95,00
25 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1.201.500.000 1.151.004.000 95,80 1.093.770.000 1.086.692.549 99,35 191.283.000 182.500.011 95,41 63.510.000 61.370.000 96,63 534.866.000 534.866.000 100,00
26 DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUA 1.585.800.000 1.080.636.000 68,14 1.718.041.000 1.716.400.000 99,90 248.138.000 228.087.221 91,92 86.217.000 73.428.700 85,17 435.374.000 408.224.000 93,76
27 DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUA BARAT 673.145.000 481.598.000 71,54 997.318.000 993.756.128 99,64 192.317.000 122.673.105 63,79 89.610.000 88.510.000 98,77 318.870.000 318.870.000 100,00
28 DINAS KESEHATAN PROVINSI RIAU 675.500.000 633.635.400 93,80 528.192.000 488.222.800 92,43 212.330.000 188.802.000 88,92 55.338.000 55.029.300 99,44 306.760.000 304.663.800 99,32
29 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN 1.575.500.000 1.560.254.599 99,03 956.203.000 743.224.550 77,73 656.144.000 603.999.400 92,05 72.210.000 70.688.800 97,89 521.110.000 519.611.600 99,71
30 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 710.000.000 704.692.000 99,25 763.266.000 738.377.200 96,74 170.732.000 168.667.000 98,79 66.259.000 65.500.000 98,85 400.227.000 392.481.700 98,06
31 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA 830.650.000 823.419.347 99,13 772.587.000 721.780.799 93,42 129.330.000 106.949.800 82,70 73.277.000 66.975.600 91,40 376.449.000 370.730.100 98,48
32 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1.147.890.000 1.054.645.000 91,88 671.596.000 604.406.548 90,00 379.545.000 371.208.965 97,80 78.346.000 73.748.900 94,13 491.189.000 478.237.800 97,36
33 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 850.000.000 794.516.700 93,47 604.529.000 495.854.414 82,02 375.658.000 363.901.600 96,87 55.854.000 53.935.800 96,57 355.111.000 351.080.600 98,87
34 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA 1.873.334.000 1.680.470.750 89,70 1.125.663.000 942.526.600 83,73 478.492.000 404.512.600 84,54 64.090.000 54.315.400 84,75 676.106.000 639.024.100 94,52
TOTAL 29.734.111.000 26.335.427.808 88,57 22.792.510.000 20.595.380.893 90,36 11.999.999.000 10.555.973.632 87,97 2.280.808.000 2.060.841.639 90,36 12.384.032.000 11.877.999.753 95,91
TOTAL DEKON 79.191.460.000

Sumber : OMSPAN 25 Januari 2019

Laporan Kinerja (LKJ)360


Di tahun 2018, rincian anggaran pada Program Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dan Program Penguatan
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan pada masing-masing satker eselon II
lingkup Sekretariat Jenderal sebagai berikut:

Tabel 3.113
Rincian Pagu Anggaran Awal Satuan Kerja Tahun 2018

No Satuan Kerja Pagu Anggaran (Rp)

1 Biro Umum 1,797,583,345,000


2 Biro Kepegawaian 36,584,722,000
3 Biro Hukum dan Organisasi 16,662,388,000
4 Biro Perencanaan dan Anggaran 79,290,170,000
5 Biro Keuangan dan BMN 24,272,281,000
6 Biro Komunikasi dan Pelayanan 50,488,535,000
Masyarakat
7 Biro Kerjasama Luar Negeri 18,095,320,000
8 Pusat Data dan Informasi 86,058,742,000
9 Pusat Kesehatan Haji 332,664,672,000
10 Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19,037,692,000
11 Pusat Krisis Kesehatan 40,785,956,000
12 Pusat Pembiayaan dan Jaminan 25,552,277,623,000
Kesehatan
13 Sekretariat KKI 32,917,516,000
14 Dekonsentrasi 79,191,460,000
Jumlah 28,165,890,422,000

Tabel 3.14
Pagu Anggaran pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018

No Program Anggaran (Rp)


1 Program Dukungan Manajemen dan 2,613,612,799,000
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan
2 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan 25,552,277,623,000
Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
Jumlah 28,165,890,422,000

Laporan Kinerja (LKJ)361


Tabel 3.115
Pagu Anggaran pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018 Revisi
No Program Anggaran
1 Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Rp 2,585,818,954,000
Kementerian Kesehatan
2 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Rp. 25,552,277,623,000
Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia
Sehat (KIS)
Jumlah Rp. 28,138,096,577,000

Tabel 3.116
Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasarkan IKP
Tahun Anggaran 2016
Indikator Kinerja
No Anggaran Realisasi %
Program
1. Harmonisasi Dukungan
Manajemen dan
4,001,944,000,000 3,584,169,000,000 89,60%
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
2. Penduduk yang menjadi
peserta Penerima luran
(PBI) melalu Jaminan
25,612,725,000,000 24,893,300,000,000 97,20%
Kesehatan Nasional
(JKN)/ Kartu Indonesia
Sehat (KIS) (dalam juta)
TOTAL 29,614,670,000,000 28,477,469,000,000 96,16%

Tabel 3.117
Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasar IKP
Tahun Anggaran 2017
Indikator Kinerja
No Anggaran (Rp) Realisasi %
Program
1. Harmonisasi Dukungan
Manajemen dan 2,860,448,000,000
1,617,159,000,000 56,50%
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
2. Penduduk yang menjadi
peserta Penerima luran
(PBI) melalu Jaminan 25,539,904,000,000
25,452,947,000,000 99,70%
Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia
Sehat (KIS) (Dalam juta)
TOTAL 28,400,352,000,000 27,070,106,000,000 95,32%

Laporan Kinerja (LKJ)362


Tabel 3.118
Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Berdasar IKP diluar dekon
Tahun Anggaran 2018

Indikator Kinerja
No Anggaran (Rp) Realisasi %
Program
1. Harmonisasi Dukungan 2,506,627,494,000 1,840,986,943,076 73,44
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
2. Penduduk yang menjadi 25,552,277,623,000 25,523,203,326,829 99,89
peserta Penerima luran
(PBI) melalu Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia
Sehat (KIS) (Dalam juta)
TOTAL 28,058,905,117,000 27,364,190,269,905 97,52

Sumber: OMSPAN 25 Januari 2019

Penyerapan sebesar 97,52% masuk dalam kategori Baik (simbol warna


hijau). Pencapaian ini tidak terlepas dari proses pengawasan terpadu yang
dilakukan secara rutin baik bulanan maupun triwulanan dengan memperhatikan
segala aspek yang bisa menghambat kegiatan serta rencana tindak lanjut yang
dapat dilakukan oleh masing-masing satker.

D. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Sekretariat Jenderal adalah unit utama yang memiliki satuan kerja
dibawahnya sebanyak 13 (tiga belas) satuan kerja. Sekretariat Jenderal berperan
dalam memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unit di
lingkungan Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu untuk mendukung hal
tersebut diperlukan analisis untuk pemenuhan dan penggunaan sumber daya.
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan penunjang Kinerja, Sekretariat Jenderal
melakukan beberapa analisis dan efisiensi dalam pemenuhan dan penggunaan
sumber daya maupun sumber dana.
Untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia,
Sekretariat Jenderal secara umum langsung memberi tanggung jawab kinerja
kepada Satuan Kerja yang berhubungan dengan target kinerja serta tugas pokok
dan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011
Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, rencana kerja dan target
yang akan dicapai oleh seorang pegawai (PNS) dinilai dengan Sasaran Kerja
Pegawai (SKP). SKP yang telah ditetapkan selanjutnya akan dilakukan penilaian
secara sistematis oleh Pejabat Penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan
perilaku kerja pegawai (PNS).
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2011 pasal 33, mulai Tahun 2014 Kementerian Kesehatan mulai

Laporan Kinerja (LKJ)363


mengimplementasikan SKP dengan berdasarkan prinsip, objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif dan transparan. Dalam rangka mengukur kinerja pegawai
(PNS) sudah dibuatkan modul yang dapat mengukur aktivitas pegawai.
Untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana (anggaran),
Program Dukungan Manajemen dan JKN pelaksanaannya sudah menerapkan
prinsip efektif dan efisien serta money follow program terlihat pada anggaran
pada setiap kegiatan sudah sesuai dengan kebutuhan kegiatan dan anggaran
dengan program. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian target kinerja pada
sasaran Program Dukungan Manajemen dan Program Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan dan sasaran Program Terselenggaranya Penguatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017. Berikut tabel target dan
capaian sesuai IKP Sekretariat Jenderal tahun 2016-2018 dan tahun 2019:

Tabel 3.119
Target dan Capaian IKP Sekretariat Jenderal
Tahun 2016-2018 dan Tahun 2019

2016 2017 2018 2019


No IKP
T C % T C % T C %
1 Jumlah kebijakan 100 3
publik 3
- - - 3 4 133.3 3
berwawasan
kesehatan
2 Persentase
harmonisasi
dukungan
manajemen dan 92 105.3 114.5 94 124.65 132.6 96 124.60 129,79 98
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya
3 Jumlah penduduk
yang menjadi
peserta Penerima
Bantuan Iuran
(PBI) melalui
99.
Jaminan 91.1 91.5 92.4 92.3 99.9 92.4 92.47 100.08 107.20
6
Kesehatan
Nasional
(JKN)/Kartu
Indonesia Sehat
(KIS) (dalam juta)
Sumber: Lampiran Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 Revisi 1

Laporan Kinerja (LKJ)364


Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan dimana pengampu
sebelumnya di tahun 2015 adalah satker Promkes, kemudian seiring dengan
pemberlakuan Permenkes nomor 64 Tahun 2015 dimana Promkes pindah
dari Sekretariat Jenderal ke Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
maka pada tahun 2016 indikator tersebut tidak masuk dalam Renja-KL
Sekretariat Jenderal. Namun dengan adanya Renstra Kemenkes Tahun
2015-2019 Revisi 1 yang mulai berlaku pada tanggal 29 Agustus 2017,
dimana indikator tersebut dicantumkan kembali untuk penyesuaian dengan
RPJMN maka meskipun satker Promkes sudah pindah tetapi dicarikan jalan
tengah dengan satker Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai
pengampu untuk capaian indikator jumlah kebijakan publik berwawasan
kesehatan. Dari 3 target yang ditetapkan pada tahun 2017 dapat dicapai 4
target (133,3%) sebagai realisasinya. Adapun keempat kebijakan tersebut
antara lain:
a. Inpres nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
b. Inpres nomor 3 Tahun 2017 tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
c. Inpres nomor 8 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan JKN.
d. Permendes-PDTT nomor 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018.
Capaian tahun 2016 tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2017 karena
pada tahun 2016 indikator jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan
ditiadakan seiring pindahnya Satker Promkes sebagai pengampu indikator
ini. Pada akhir tahun pelaksanaan kegiatan sesuai Renstra Kemenkes
Tahun 2015-2019 Revisi 1, dimana target pada Tahun 2019 sebanyak 3
kebijakan publik berwawasan kesehatan maka Sekretariat Jenderal optimis
dapat mencapai target yang sudah ditetapkan tersebut.
Pada tahun 2018, pengampu indikator kebijakan publik berwawasan
kesehatan adalah satker Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Dari
target 3 di tahun 2018, tercapai 3 atau 100 %. Kebijakan publik tersebut
adalah
a. Pedoman Umum Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa Tahun 2018
b. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Rencana Aksi Pangan dan Gizi
c. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

2) Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas


teknis lainnya dari target 96 tahun 2018 dapat dicapai sebesar 124,60
(129,97%). Persentase realisasi indikator tahun 2018 sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2017 yang capaiannya sebesar 124,65% (132,6%). Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja Satker Biro/Pusat/ Sekretariat (eselon II)
lingkup Sekretariat Jenderal masih cukup bagus dalam merealisasikan
kegiatan-kegiatannya. Target pada tahun 2019 sebesar 98 yang diyakini dan

Laporan Kinerja (LKJ)365


optimis dapat dicapai oleh Sekretariat Jenderal di akhir tahun 2019. Tabel
perhitungan persentase harmonisasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya dapat dilihat pada lampiran laporan LKj ini.
3) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari
target 92,4 juta jiwa di tahun 2018 dapat dicapai sebesar 92,47 juta jiwa
(92.468.657 juta jiwa) atau 100,08%. Capaian tahun 2018 sedikit lebih baik
bila dibandingkan dengan capaian tahun 2017 yaitu sebanyak 92,3 juta jiwa
(99,9%). Sedangkan target tahun 2019 sebesar 107,2 juta jiwa dimana
lonjakan target ini diperhitungkan dengan pertumbuhan penduduk. Strategi
di tahun 2019 dimana perlu menambah cakupan PBI sebanyak 14.800.000
jiwa dan sangat ditentukan pula oleh ketersediaan anggaran pemerintah
pada tahun 2019 mendatang. Saat ini upaya yang dilakukan oleh PPJK
sebagai pengampu indikator tersebut adalah berkoordinasi dengan
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan dan juga
dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),
selanjutnya Menteri Kesehatan akan menyampaikan usulan cakupan PBI
sesuai dengan target RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun
2019 kepada Presiden untuk ditindaklanjuti.

Laporan Kinerja (LKJ)366


BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Jenderal Tahun 2018 ini merupakan


bentuk pertanggungjawaban kinerja Sekretariat Jenderal sekaligus sebagai
informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

A. Kesimpulan
1. Pada tahun 2018, Sekretariat Jenderal dapat mencapai target 2
indikator kinerja program yaitu meningkatnya koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian
Kesehatan dengan capaian sebesar 114,90% dan terselenggaranya
penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JK)) / Kartu Indonesia Sehat
(KIS) dengan capaian 100,08%
2. Dari sisi anggaran, berdasarkan data OMSPAN dimana pagu akhir
alokasi anggaran Sekretariat Jenderal diluar dekon sebesar
Rp.28.058.905.117.000,- (dua puluh delapan trilyun lima puluh delapan
milyar sembilan ratus lima juta seratus tujuh belas ribu rupiah) dan
terealisasi sebesar Rp.27.364.190.269.905,- (dua puluh tujuh trilyun tiga
ratus enam puluh empat milyar seratus sembilan puluh juta dua ratus
enam puluh sembilan ribu sembilan ratus lima rupiah) atau dalam
presentase realisasi sebesar 97,52%, lebih tinggi dari realisasi tahun
2017 sebesar 95,32%. Keberhasilan Sekretariat Jenderal dalam
mencapai target kinerja pada tahun 2018 ini diharapkan dapat menjadi
parameter agar kegiatan-kegiatan di tahun mendatang dapat
dilaksanakan lebih efektif, efisien, dan akuntabel. Segala kekurangan
dan hal-hal lain yang menjadi hambatan dalam pencapaian target yang
sudah direncanakan dapat dicarikan solusi serta diselesaikan dengan
mengedepankan profesionalisme di lingkungan Sekretariat Jenderal.

B. Tindak Lanjut
1. Indikator Renstra dijabarkan dalam indikator Renja-K/L dan tuangkan
dalam RKA-K/L sesuai dengan kebutuhan anggarannya, sehingga
antara Renstra, Renja dan RKA-K/L dapat selaras dan sejalan.
2. Penetapan indikator kinerja harus dilakukan dengan cermat,
menggunakan indikator yang dapat diukur, sesuai tugas pokok dan
fungsinya, data dapat dipenuhi oleh unit pelaksana, serta memenuhi
kaidah SMART.
3. Sinergi antara perencana, pelaksana, dan pemantau (monev) sehingga
terjadi keterpaduan dalam menjangkau akuntabilitas kinerja, perlu
dipertahankan dan terus ditingkatkan.

Laporan Kinerja (LKJ) 367


4. Advokasi ke Bappenas dan DJA terkait pengintegrasian aplikasi
evaluasi.
5. Meningkatkan koordinasi terhadap pemenuhan target indikator kinerja
yang melibatkan lintas sektor dan kementerian/lembaga, seperti
koordinasi pemutakhiran dan validasi data PBI (Penerima Bantuan
Iuran) melalui JKN/KIS.

6. Upaya yang dilakukan untuk indikator yang belum tercapai adalah :


1) Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
Sehubungan tidak tercapainya indikator ketiga yaitu persentase
pengadaan barang/jasa (e-procurement) sesuai ketentuan, yang
disebabkan adanya lima satker yang tidak memiliki belanja modal
sehingga otomatis tidak dapat melaksanakan SPSE maka akan
dilakukan upaya perbaikan pada Definisi Operasional maupun Cara
Perhitungan Renstra 2020-2024 bila indikator tersebut tetap akan
dipergunkan , yaitu pembaginya adalah jumlah seluruh satker Kantor
Pusat dan Kantor Daerah yang memiliki belanja modal

2) Pusat Data dan Informasi


a. melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan di daerah agar
mutasi pegawai (pengelola SIK) dilakukan setelah ada transfer
knowledge dari pengelola SIK lama kepada pengelola SIK baru;
b. menyusun kebijakan dalam menata pencatatan dan pelaporan
pada sistem informasi puskesmas;
c. menyelenggarakan workshop pengelolaan data dan informasi di
awal tahun;
d. bekerja sama dengan Badan PPSDMK dalam peningkatan
kapasitas tenaga pengelola data/SIK dengan menyisipkan materi
pelatihan terkait pengelolaan data dan informasi pada pelatihan
yang diselenggarakan oleh Badan PPSDMK ataupun Bapelkes;
e. melalukan pengembangan (update) muatan data Aplikasi
Komunikasi Data.
f. melakukan pendampingan dan bimbingan teknis dalam
penggunaan aplikasi dan pendataan keluarga sehat;
g. melakukan advokasi dan sosialisasi dalam pemanfaatan DAK
fisik dan DAK non fisik bidang kesehatan untuk pengadaan
infrastruktur dan jaringan teknologi informasi;

Laporan Kinerja (LKJ) 368


h. melakukan pengembangan (update) Aplikasi Keluarga Sehat
terutama versi offline;
i. meningkatkan koordinasi dengan berbagai program dalam
implementasi PIS-PK, khususnya untuk daerah yang belum
memenuhi target melalui bersurat ke penanggungjawab
pembinaan wilayah (Binwil) untuk percepatan pelaksanaan
pendataan KS;
j. mempercepat proses integrasi data dari aplikasi milik Provinsi
DKI Jakarta (aplikasi Ketuk Pintu Layani Dengan Hati/KPLDH) ke
aplikasi KS.

Laporan Kinerja (LKJ) 369


SEKRETARIAT JENDERAL

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan


akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : drg. Oscar Pimadi, MPH


Jabatan : Sekretaris Jenderal

Selanjutnya disebut pihak pertama

Nama : Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K)


Jabatan : Menteri Kesehatan

Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai
lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti
yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan
pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi
terhadap capaian kinerja dari perjanjian dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam
rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta, Desember 2018

Pihak Kedua, Pihak Pertama,


PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018
SEKRETARIAT JENDERAL

No. Sasaran Indikator Kinerja Target


(1) (2) (3) (4)
Jumlah kebijakan publik 3
1. Meningkatnya koordinasi berwawasan kesehatan
pelaksanaan tugas, pembinaan
dan pemberian dukungan
manajemen Kementerian Persentase harmonisasi 96%
Kesehatan dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis
lainnya

2. Terselenggaranya penguatan Jumlah penduduk yang menjadi 92.4


Jaminan Kesehatan Nasional peserta Penerima Bantuan Iuran
(JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (PBI) melalui Jaminan
(KIS) Kesehatan Nasional (JKN)/
Kartu Indonesia Sehat (KIS)
(dalam juta)

Program Anggaran

1. Program Dukungan Manajemen dan Rp 2.585.818.954.000,-


Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan

2. Program Penguatan Pelaksanaan Rp 25.552.277.623.000,-


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/
Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Jakarta, Desember 2018

Pihak Kedua, Pihak Pertama,


TABEL % Harmonisasi Setjen 2018
Harmonisasi
Satker Target Capaian % % Satker Setjen % capaian
Roren 30 30 100,00 100,00 124,60 129,79
26 26 100,00
34 34 100,00
Ropeg 90 90,01 100,01 103,91
85 86,75 102,06
91 99,8 109,67
Rokeu 100 100 100,00 108,96
90 116 128,89
100 98 98,00
Rohukor 233 404 173,39 136,70
15 15 100,00
Roum 94 96 102,13 101,46
94 98,42 104,70
25 25,11 100,44
97 97 100,00
98 98,04 100,04
Pusdatin 412 359 87,14 98,34
206 212 102,91
514 479 93,19
386 425 110,10
PPK 84 90 107,14 147,32
24 45 187,50
Rokom 9500 16881 177,69 194,25
97 97,52 100,54
40 44,11 110,28
PADK 10 10 100,00 100,00
PKH 75 102,9 137,20 137,20
BKLN 7 7 100,00 100,00
KKI 41 49 119,51 178,26
20000 47403 237,02
P2JK 2 2 100,00 113,33
5 7 140,00
2 2 100,00

Keb Publik 3 3 100,00 229,79


harmonisasi 96 124,60 129,79 114,90 Rata2 Dukman
JKN 92,40 92,47 100,08
109,96
Data cut off 1 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai