Anda di halaman 1dari 4

PENINGGALAN PENGARUH HINDU-BUDDHA

YANG MASIH ADA DALAM MASYARAKAT ACEH

Peninggalan agama Hindu – Budha ini digambarkan sebagai Trail Aceh Lhee Sagoe, yaitu konstelasi
yang berbentuk segi tiga menghubungkan tiga benteng besar. Benteng utamanya seluas 4900
meter persegi. Didirikan pada posisi yang strategis jauh sebelum Islam masuk ke Aceh di tahun
604 M oleh Putra Raja Harsya dari India yang melarikan diri dari pengejaran bangsa Huna.

1. Benteng Indrapatra

Aceh ternyata memiiki beberapa peninggalan dari kerajaan Hindu-Budha yang digambarkan


sebagai Trail Aceh Lhee Sagoe. Trail Aceh Lhee Sagoe merupakan sebuah konstelasi berbentuk
segitiga yang menguhubungkan 3 benteng besar peninggalan kerajaan Hindu-Budha pada
masa lalu. Dengan posisi yang sangat strategis benteng ini ternyata didirikan jauh sebelum
Islam menyebarkan pengaruhnya di tanah rencong. Salahsatu dari ketiga benteng dalam Trail
Aceh Lhee Sagoe adalah sebuah benteng bernama Indra Patra. Sebuah benteng peninggalan
kerajaan Hindu pertama di Aceh yang masih dapat Anda lihat hingga saat ini terletak di
dekat Pantai Ujong Batee, Desa Ladong, Jalan Krueng Jaya, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten
Aceh Besar. benteng ini sangat tepat dijadikan sebagai salahsatu destinasi objek wisata
menarik di Aceh saat ini. Bisa dibilang, Benteng Indra Patra merupakan saksi bisu perjalanan
sejarah dari masa ke masa; dari masa kejayaan Hindu hingga berjayanya kerajaan Islam
di Aceh.
Benteng ini di bangun sekitar pada abad ke 17 atau pada tahun ke 604 M, benteng Indra
Patra berukuran besar dan terbuat dari susunan batu gunung setebal 2 meter.Luas benteng ini
adalah 70 × 70 meter, Setelah kerajaan Hindu runtuh, benteng ini tetap digunakan sebagai
bangunan pertahanan dari musuh oleh Sultan Iskandar Muda dan Laksamana Malahayati
2.Masjid Tua Indrapuri
Masjid Tuha Indrapuri adalah sebuah bangunan bersejarah bekas Istana
dan candi dari Kerajaan Hindu Lamuri sekitar abad ke-12 Masehi dan merupakan tempat
pemujaan sebelum agama Islam masuk. benteng Tuha Indrapuri atau sekarang yang sudah
merupakan masjid Kerajaan Islam Aceh Darussalam yang berdiri di atas reruntuhan istana dan
candi.

Berada sekira 24 kilometer dari Kota Banda Aceh, Masjid Tuha Indrapuri memang memiliki
daya tarik tersendiri baik dari sisi arsitekturnya yang masih sangat tradisonal maupun
sejarahnya. Mesjid ini merupakan salah satu masjid kuno atau tertua di Aceh.Mesjid yang
didirikan pada abad ke-12 dan berfungsi sebagai candi sebelum dirubah menjadi masjid pada
masa Sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi. Walaupun telah
diubah menjadi mesjid arsitektur bergaya hindu dapat kita temukan tembok masjid serta
pondasi masjid yang berbentuk punden berundak serta atap mesjid yang bertingkat. Para
penganut agama Hindu juga mendirikan sebuah candi yang diberi nama Indrapuri di kawasan
itu.Candi itu dihancurkan, kemudian dibangun masjid oleh Sultan Iskandar Muda, pada bekas
candi tersebut. Masjid tersebut masih bertahan hingga sekarang dan menjadi kawasan yang
harus dikunjungi oleh para pecinta sejarah.

3.Mesjid Indrapurwa

Indrapurwa adalah satu dari tiga kerajaan Hindu yang pernah berkembang di ujung Sumatera
sebelum masuknya pengaruh Islam. Sebuah riwayat menyebutkan, Masjid Indrapurwa
dibangun seangkatan dengan Masjid Indrapuri di Aceh Besar pada masa Sultan Iskandar Muda
memimpin Kerajaan Aceh Darussalam pada periode 1607-1636 M. 
Serupa dengan Masjid Indrapuri, Masjid Indrapurwa juga dibangun di atas pertapakan
reruntuhan pura, tempat peribadatan umat Hindu Kerajaan Lamuri, Pura yang menjadi pondasi
masjid ini diperkirakan dibangun sekira abad 10. Menurut tokoh masyarakat Lambadeuk, Faisal
Mahmud, Masjid Indrapurwa awalnya terletak di Gampong Lambaro Kemukiman Lampague
yang kini sudah menjadi laut atau dekat Pulau Tuan. Pulau Tuan sendiri masih jelas terlihat
sekira 3 kilometer dari bibir Pantai Lambadeuk.Ketika dipindah hingga ke Lambadeuk,
bangunan masjid diyakini tetap mengikuti gaya dan arsitektur lamanya yang penuh nilai seni
Hindu-Buddha, beratap dua mengerucut ke atas, berdinding papan, dan pondasinya terbuat
dari beton. Indrapurwa juga merupakan sebuah kerajaan Hindu di Aceh. Namun setelah
berdirinya kerajaan Islam Aceh Darussalam kerajaan itu mulai runtuh dan hilang kekuasaannya.
 
Bahkan bekas pura milik kerajaan tersebut dibangun masjid di atasnya. Nasibnya persis seperti
Indrapuri.Bekas kerajaan Indrapurwa terletak di Ujong pancu, Desa Lambaduek Kecamatan
Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.

3.Masjid Pulo Kameng


Masjid Kuno Pulo Kameng sebagai salah satu artefak peninggalan Islam penting di Aceh
Selatan,Masjid Pulo Kameng yang kaya akan nilai filosofis. Hasilnya adalah: Pertama, Masjid
Pulo Kameng didirikan pada masa Teuku Kejruen Amansyah, pada tanggal 28 Ramadhan 1285
H.pendiriannya melibatkan beberapa desa yaitu Kampung Paya, Kampung Purut, Kampung
Kluet, Kampung Batu Krueng, Kamoung Ruwak, dan Kampung Tinggi. Kedua, arsitektur
masjid dapat dianggap sebagai gambaran bagaimana masyarakat Aceh menoleransi dan
mengakomodasi berbagai perbedaan etnis dan budaya karena Kubah (bagian atas masjid) dan
atapnya bercirikan berbagai budaya: Tionghoa, Hindu, Budha dan yang lokal.
4. Kerajaan Lamuri
 Kerajaan Lamuri di Aceh Besar diyakini sebagai kerajaan tertua di Aceh. Kerajaan ini menjadi
cikal bakal berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam di Gampong Pande, Banda Aceh. Awalnya,
Kerajaan Lamuri adalah kerajaan Hindu, bukan Islam. Menurut T. Iskandar dalam
disertasinya De Hikayat Atjeh (1958), diperkirakan bahwa Lamuri berada di tepi laut (pantai),
tepatnya berada di dekat Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam. Lamuri merupakan kerajaan laut agraris. Artinya, dasar kehidupan masyarakat di
Lamuri di samping mengandalkan hasil pertanian juga mengandalkan hasil perdagangan yang
dilakukan masyarakat sekitar dengan pedagang-pedagang dari luar, seperti dari Arab, India,
dan Cina. Hasil perdagangan yang dimaksud berupa lada dan jenis rempah-rempah lain, emas,
beras, dan hewan ternak. 
 Lamuri telah berdiri sejak sekitar tahun 900-an Masehi. Pada awal abad ini, Kerajaan
Sriwijaya telah menjadi sebuah kerajaan yang menguasai dan memiliki banyak daerah
taklukan. Pada tahun 943 M, Lamuri tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai