Referat Kurang Dikit
Referat Kurang Dikit
Oleh:
Pembimbing:
Arifin, dr., SpPD-KIC, FINASIM
Oleh :
Pada
Hari, tanggal : Rabu, 1 Juni 2020
Pembimbing
Arifin, dr., SpPD-KIC, FINASIM
1. HIPONATREMIA
a. Definisi
b. Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi hiponatremia
c. Etiologi
d. Tatalaksana
∆Na+ serum = (kandungan Na+ cairan infus – kadar Na+ serum) / (Jumlah air
tubuh* + 1)
*jumlah air tubuh = BB (kg) x 0.6 (laki-laki) / 0.5 (lanjut usia)
BB (kg) x 0.5 (perempuan) / 0.45 (lanjut usia)
- Menggunakan cairan infus yang mengandung ion K+, maka
kadar Na+ pasca koreksi dapat diperkirakan dengan rumus :
2. HIPERNATREMIA
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tatalaksana
d. Rumus
1. Defisit air
a. Estimasi total cairan tubuh: 50-60% BB
b. Hitung defisit air: ((Na plasma-140)/140) x jumlah air dalam tubuh
c. Hasil defisit air diberikan dalam 48-72 jam
2. Ongoing water loss (OWL)
Bersihan air= v (1-Na urin+ K urin/Na serum)
3. Insensible water loss (IWL)
5-10 ml/ kgBB/hari
4. Jumlah OWL dan IWL diberikan setiap harinya. Cairan yang
digunakan adalah salin hipotonik (NaCl 4,5% atau dextrose 5%).
(Tanto, 2014).
3. HIPOKALEMIA
a. Definisi
Hipokalemia secara umum digambarkan sebagai kondisi dimana
potassium serum kurang dari 3.5 mEq/L atau 3.5 mmol/L (Castro,
2020).
b. Klasifikasi
Derajat hipokalemia dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat.
Hipokalemia ringan adalah ketika potassium serum 3 to 3.4 mmol/L,
hipokalemia sedang ketika potassium serum 2.5 to 3 mmol/L, dan
hipokalemia berat saat potassium serum 2.5 mmol/L (Castro, 2020).
c. Etiologi
Hipokalemia bisa disebabkan ambilan potassium yang tidak adekuat,
peningkatan ekskresi potassium, dan pergeseran potassium dari
ekstraseluler ke intraseluler. Peningkatan ekskresi adalah mekanisme
yang paling sering (Lederer, 2018).
Ambilan potassium yang tidak adekuat
Bisa disebabkan karena gangguan makan seperti anoreksia atau
bulimia. Selain itu, masalah pada gigi menyebabkan
ketidakmampuan mengunyah atau menelan sehingga ambilan
potassium tidak maksimal. Kemiskinan menyebabkan
kurangnya kuantitas dan kualitas makanan sehingga nilai gizi
tidak terpenuhi.
Peningkatan ekskresi potassium
Jumlah mineralkortikoid endogen maupun eksogen berlebihan
dapat meningkatkan pengeluaran mineralkortikoid seperti pada
hiperaldosteron, cushing syndrome, depresi imun karena
penggunaan kortikosteroid, tubular disorder, genetik. Selain itu,
hipokalemia bisa disebabkan peningkatan pengluaran
potassium gastrointestinal seperti pada muntah dan diare yang
biasanya terjadi pada penyakit tropis seperti malaria dan
leptospirosis. Penggunaan obat diuretik (Karbonic anhydrase
inhibitor, loop diuretic, thiazide) meningkatkan permeabilitas
duktus kolektikus dan meningkatkan gradient sekresi
potassium sehingga menyebabkan kehilangan potassium dalam
tubuh, selain itu obat seperti manitol dan kondisi hiperglikemia
dapat menyebabkan diuresis osmotic. Obat lain yang dapat
menyebabkan hipokalemia adalah verapamil, diltiazem, beta
blocker, gentamicin, amphicilin, dan agen antifungal.
Hiperrenism dan kelainan genetic seperti kongenital adrenal
hyperplasia dan sindrom bartter juga dapat menyebabkan
hipokalemia.
Pergeseran potassium dari ruang ekstraseluler ke intraseluler
Kondisi ini disebabkan alkalosis, penggunaan insulin,
hipotermia, stimulasi beta-adrenergik secara intensif, gangguan
makan, kondisi lapar, dan alkoholisme.
d. Tatalaksana
Prinsip tatalaksana pada hipokalemia adalah mereduksi kehilangan
potassium, meningkatkan penyimpanan potassium, mengevaluasi
toksik yang potensial, dan merencanakan pencegahan lebih lanjut
(Lederer, 2018).
Hipokalemia ringan sampai sedang biasanya diberikan suplemen
potassium oral 60-80 mmol/hari selama beberapa hari-1 minggu untuk
hasil yang cukup baik (Castro, 2020). Pada hipokalemia ringan bisa
diberikan tablet potassium 72 mmol/hari atau secara intravena 25 ml
(75 mmol/hari). Pada hipokalemia sedang, diberikan tablet potassium
96 mmol/hari atau secara intravena 25 ml (100 mmol/hari) (Kardalas,
2018). Pemberian oral memiliki risiko hyperkalemia yang rendah,
namun memiliki efek samping seperti iritasi mukosa gastrointestinal
yang menyebabkan perdarahan atau ulserasi. Sehingga, pemberian
oral harus diberikan dalam dosis terbagi. Pemberian secara intravena
diberikan jika tidak memungkinkan secara oral (Castro, 2020;
Kardalas, 2018).
Pada hipokalemia berat, harus diberikan terapi pengganti berupa
potassium klorida 40 mmol setiap 3-4 jam secara oral atau IV
sebanyak 3 dosis jika dibutuhkan. Pemberian K intravena dalam
bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan
kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan
otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl
dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik. Terapi tidak
direkomendasikan diberikan dengan dekstrosa karena dapat memicu
sekresi insulin yang memperparah hipokalemia melalui pergeseran ke
intraseluler. Potasium serum harus dicek setiap 2-4 jam (Castro,
2020).
DAFTAR PUSTAKA