ABSTRACT
The value of self-worth is the assessment performed by individuals to themselves associated
with individuals, and bullying can occur anywhere, in the school environment and in public.
The aggressive behavior (bullying) has caused various physical and psychic effects,
psychological effects such a psychological trauma, fear, insecurity revenge, erosion,
coordination, creativity, loss of intiative, and endurance of students, declining confidence,
and the pressure of the dismay. The purpose of this study is to identify the repercussions of
bullying for the young self (self esteem) the young man in the new SMAN 5 Pekanbaru. The
design of this research is a descriptive clarity with a cross sectional approach. Analysis of
what was used was a univariate analysis and bivariat using the chi-square test using the tee-
sampling technique. There is an effect of bullying behavior against the youth’s self-esteem,
with the value of p value= 0.010<0.05. it is hoped that this study can give knowledge and
insight for the people who are a youth, so that it can lower their level of aggressive behavior
(bullying).
Keywords : self esteem, bullying
ABSTRAK
Harga diri adalah penilaian yang dilakukan oleh seseorang individu untuk dirinya berkaitan
dengan individu, dan bullying bisa terjadi di mana saja, di lingkungan sekolah maupun di
tempat umum. Perilaku agresif (bullying) yang terjadi mengakibatkan berbagai dampak fisik dan
psikis, dampak psikologis seperti trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya
semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa,
menurunnya rasa percaya diri, dan adanya tekanan beban fikrian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dampak perilaku bullying terhadap harga diri (self esteem) remaja di
SMAN 5 Pekanbaru. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan
cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat melalui uji
Chi-Square dengan menggunakan tekhnik pengambilan snowball sampling. Terdapat dampak
perilaku bullying terhadap harga diri remaja, dengan nilai p value=0.010<0.05. Diharapkan
penelitian ini dapat memberi pengetahuan dan wawasan bagi responden yaitu remaja,
sehingga dapat menurunkan tingkat perilaku agresif (bullying) sesama remaja.
Kata Kunci : self esteem, bullying
dirinya sendiri yang berkaitan dengan diri sendiri di Indonesia di dapatkan bahwa 10-
individu sendiri, penilaian tersebut 60% siswa melaporkan telah menjadi
biasanya mencerminkan penerimaan atau korban bullying, mereka mendapat
penolakan terhadap dirinya dan cemoohan, ejekan, pengucilan, pemukulan
menunjukkan seberapa jauh individu itu dan tendangan sekurang-kurangnya sekali
percaya bahwa dirinya mampu akan dalam seminggu.
berhasil, merasa penting, serta merasa
berharga. Pada masa ini juga seseorang Di Indonesia kasus bullying di
akan mengenali dan megembangkan sekolah menduduki peringkat teratas
seluruh aspek dalam dirinya, sehingga pengaduan masyarakat ke Komisi
menentukan apakah ia akan memiliki self Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari
esteem yang positif atau negatif sektor pendidikan. KPAI mencatat 369
(Noordjanah, 2013). pengaduan terkait bullying dari Januari
2011 sampai Agustus 2014. Jumlah itu
Maslow mencatat dua versi sekitar 25% dari total pengaduan di bidang
kebutuhan self esteem, yaitu positif dan pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying
negatif, Self esteem yang positif akan yang disebut KPAI sebagai bentuk
membangkitkan rasa percaya diri, kekerasan di sekolah mengalahkan tawuran
penghargaan diri, rasa yakin akan pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun
kemampuan diri, rasa berguna serta rasa aduan pungutan liar (Firmansyah, 2014).
bahwa kehadiran nya diperlukan didalam Setyawan (2014) menambahkan 3 bahwa
dunia ini, berbeda dengan Self esteem yang kasus bullying di sekolah merupakan
negatif akan memandang dirinya negatif fenomena gunung es, yaitu kejadian yang
merasa dirinya tidak berharga tidak terjadi jauh lebih banyak dari yang terlihat
berguna dalam segi apapun, hal ini di permukaan, karena kasus yang
membuat anak tidak mampu menjalin dilaporkan hanya sebagian kecil. KPAI
hubungan dengan temannya, sehingga anak juga menyebutkan bahwa kasus bullying
mudah marah dan tersinggung, dan akan yang menimpa anak-anak di Indonesia,
mudah menyakiti orang lain. Norma baik di perkotaan dan pedesaan hampir
kelompok juga dapat membuat perilaku sama rata kasusnya (Syarifah, 2014).
bullying muncul yang pada akhirnya
membuat perilaku tersebut menjadi Menurut Andri Priyatna (2010)
berkembang (Boyle 2008). menyebutkan beberapa dampak buruk
yang dapat terjadi pada anak yang menjadi
Bullying bisa terjadi dimana saja, di korban bullying, antara lain kecemasan,
lingkungan sekolah maupun ditempat merasa kesepian, rendah diri, tingkat
umum. Beberapa tahun terakhir ini kompetensi sosial yang rendah, depresi,
bullying mulai marak dibicarakan penarikan sosial, kabur dari rumah,
termasuk bullying yang dilakukan di konsumsi alkohol dan obat-obatan yang
sekolah. Menurut Liu & Graves, (2011). terlarang,bunuh diri. Bullying ini bisa
Pada awal tahun 2015 tahun lalu kembali terjadi di sekolah negeri, swasta, bahkan
bermunculan kasus-kasus bulyying sekolah bertaraf internasional (Setyawan,
dikalangan remaja yang kasusnya semakin 2014).
parah dan memperhatinkan. Data kasus
bullying di amerika serikat dilaporkan oleh Yayasan Sejiwa, (2008), bentuk
josephon institute of ethinics yang bullying ada 3 macam, antara lain; bullying
melakukan survei pada 43000 remaja, fisik, bullying verbal dan bullying
hasilnya 47% remaja yang berusia 15-18 mental/psikologis. Sedangkan menurut
tahun telah bullying dan 50% dari remaja Bauman (2008), Ada tiga perilaku bullying
tersebut menggangu, menggoda, mengejek yaitu overt bullying (intimidasi terbuka),
siswa lain.Selain di amerika di Negara kita indirect bullying (intimidasi tidak
9
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
responden mayoritas responden berumur 1 Rendah 36 64.3 20 35,7. 56 100 0,010 2.907
2 Tinggi 20 37.7 33 62.3 53 100 (1.362-
15-16 tahun sebanyak 68 orang (62.4%) Jumlah 56 51.4 53 48.6 109 100 6.474)
dan berjenis kelamin perempuan sebanyak
61 orang (56%).
Terdapat hubungan yang erat
korban bulltying tinggi dengan self esteem
rendah dan terdapat hubungan yang erat
Tabel 2
korban bullying rendah terhadap self
Distribusi Frekuensi Responden
esteem tinggi pada siswa SMAN 5 Kota
Berdasarkan Perilaku Agresif (Bullying)
Pekanbaru.
di SMAN 5 Kota Pekanbaru Tahun
Berdasarkan hasil uji statistik chi-
2018
square diperoleh nilai p value =0,010,
pada nilai α 5% (0,05) yang berarti p value
NO Perilaku Agresif Jumlah Persentase
(Bullying) (%) <0,05. Hal ini menunjukan bahwa
1 Rendah 56 51.4 hubungan perilaku agresif (bullying)
2 Tinggi 53 48.6 terhadap self esteem remaja di SMAN 05
Total 109 100% Kota Pekanbaru. Nilai Odds Ratio
didapatkan 2.907 (1.373-6.464) artinya
Hasil analisis menunjukan bahwa responden yang menjadi korban bullying
mayoritas responden sebagai korban tinggi umumnya lebih beresiko memiliki
bullying kategori rendah di SMAN 5 Kota self esteem rendah di bandingkan dengan
Pekanbaru sebanyak 56 responden (51.4%) siswa SMA dengan perilaku bullying
dan hampir sebagian responden kategori rendah.
korban bullying tinggi sebanyak 53 orang
(47%).
PEMBAHASAN
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan
Frekuensi Responden Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Self Esteem Di SMAN 5 Hasil menunjukan bahwa, dari 109
Kota PekanbaruTahun 2018 responden mayoritas responden berumur
15-16 tahun sebanyak 68 orang (62.4%).
N Self Esteem Jumlah Persentase Umur atau usia adalah satuan waktu yang
o (%) mengukur waktu keberadaan suatu benda
1 Tinggi 56 51.4 atau makhluk, baik yang hidup maupun
11
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
yang mati Menurut WHO, yang disebut responden dengan jenis kelamin
remaja adalah mereka yang berada pada perempuan dan sebagiannya laki-laki.
tahap transisi antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Batasan usia remaja menurut Hubungan Perilaku Agresif (Bullying)
WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Terhadap Self Esteem
Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 usia Terdapat hubungan yang erat
remaja terbai dua yaitu masa remaja korban bulltying tinggi dengan self esteem
awal 12 –16 tahun dan masa remaja akhir rendah dan terdapat hubungan yang erat
17–25 tahun (Kemenkes RI, 2012). Hasil korban bullying rendah terhadap self
penelitian didapatkan mayoritas responden esteem tinggi pada siswa SMAN 5 Kota
pada usia remaja awal. Pekanbaru.
Responden berjenis kelamin Berdasarkan hasil uji statistik chi-
perempuan sebanyak 61 orang (56%), jenis square diperoleh nilai p value =0,006,
kelamin merupakan perbedaan antara pada nilai α 5% (0,05) yang berarti p value
perempuan dengan laki-laki secara biologis <0,05. Hal ini menunjukan bahwa
sejak seseorang lahir. jenis kelamin hubungan perilaku agresif (bullying)
berkaitan dengan tubuh laki-laki dan terhadap self esteem remaja di SMAN 05
perempuan (Hungu, 2013). Perilaku Kota Pekanbaru. Nilai Odds Ratio
bullying dapat ditemukan baik pada anak didapatkan 2.907 (1.373-6.464) artinya
laki-laki maupun anak perempuan akan responden yang menjadi korban bullying
tetapi intensitasnya dipengaruhi oleh tinggi umumnya lebih beresiko memiliki
proses sosialisasi yang mereka terima, self esteem rendah di bandingkan dengan
bukan karena adanya perbedaan tingkat siswa SMA dengan perilaku bullying
keberanian dan ukuran fisik (Coloroso, rendah.
2012). Menurut Hertinjung dan Karyani Menurut Usman (2013) tindakan
(2015) bahwa anak laki-laki cenderung kekerasan dan perilaku bullying banyak
melakukan tindakan bullying dibandingkan muncul pada remaja di kalangan pelajar
anak perempuan. Anak laki-laki cenderung sekolah, hal tersebut dikarenakan pada
melakukan bullying dalam bentukbentuk masa remaja muncul sifat egoisentrisme
agresi fisikal. Dikatakan juga bahwa anak yang tinggi. Meskipun begitu di masa ini
laki-laki memiliki lebih banyak kebebasan seorang remaja diharapkan mampu untuk
untuk mengekspresikan perilaku agresif mengontrol perasaan mereka serta mampu
mereka sedangkan anak. untuk mengendalikan dan memahami
Damantari (2011) bullying dan gejolak emosi sehingga akan tercapai
victimization lebih sering terjadi pada anak kondisi emosional yang adaptif dengan
laki-laki, hal yang sama juga disebutkan begitu remaja akan mampu menyelesaikan
bahwa perilaku bullying lebih menonjol tugas-tugas perkembangan dengan baik
terjadi pada kalangan laki-laki daripada (Paramitasari & Alfian, 2012). Keinginan
perempuan. Hal tersebut sejalan dengan kuat remaja untuk menjadi pusat perhatian
pendapat Dagun (2013) bahwa laki-laki juga membuat remaja melakukan hal-hal
memiliki karakteristik yang sangat agresif, yang dapat menarik perhatian orang lain,
sangat dominan, sangat aktif, menyukai salah satu bentuk perilaku menarik
kompetisi dan menyukai situasi agesif perhatian orang lain di masa remaja yaitu
selain itu laki-laki juga tidak peka terhadap perilaku bullying, remaja yang melakukan
perasaan orang lain, sedangkan perempuan bullying untuk membuat orang lain
tidak agresif, cenderung pasif dan penuh memperhatikannya (Halimah, dkk, 2015).
kasih sayang, tidak menyukai situasi yang Perilaku bullying adalah tindakan
agresif , dan peka terhadap perasaan orang yang dilakukan untuk menyakiti orang
lain.Hasil penelitain didapatkan mayoritas lain, tindakan tersebut berupa
mengungkapkan hal-hal yang
12
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
13
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
moment diperoleh nilai koefisien korelasi perilaku bullying, artinya self esteem turut
(rxy)= -0,292 dengan taraf signifikansi = menjadi salah satu faktor munculnya
0,002 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan perilaku bullying pada remaja. Namun
negatif antara self esteem dengan perilaku terdapat faktor lain yang juga
bullying pada remaja. mempengaruhi perilaku bullying yaitu pola
Penelitian terdahulu juga asuh orangtua, norma kelompok dan iklim
mengungkapkan terdapat hubungan yang sekolah.
signifikan antara self esteem dan perilaku Asumsi peneliti berdasarkan teori dan
bullying, hubungan tersebut cenderung penelitian terkait, kaitan antara perilaku
berbanding terbalik yakni jika self esteem agresif (bullying) dengan self esteem
tinggi maka perilaku bullying akan sangat erat dimana semakin tinggi tingkat
cenderung rendah dan sebaliknya (Septrina bullying maka akan semakin rendah self
dkk, 2009). Menurut Erol dan Orth (2011) esteem seseorang dan sebaliknya semakin
dikatakan bahwa seseorang yang pada rendah perilaku agresif (bullying) maka
masa remaja memiliki self esteem yang akan semakin baik keadaan self esteem
rendah atau negatif maka remaja tersebut seseorang.
akan cenderung memiliki perilaku-perilaku
yang juga negatif, self esteem yang rendah Keterbatasan Penelitian
pada masa remaja dapat menyebabkan Responden dengan jumlah yang besar
kesehatan mental yang buruk, keadaan membuat peneliti kewalahan dalam
fisik yang lebih buruk, dan resiko mengontrol keseriusan responden,
kejahatan kriminal yang lebih tinggi. Maka sehingga peneliti harus ekstra dalam
dapat diartikan bahwa self esteem mengontrol keseriusan responden ketika
merupakan salah satu faktor yang mengisi kuisioner.
mempengaruhi perilaku bullying pada Penelitian ini hanya mengkaji kaitan
remaja. Tingkat self esteem dalam antara perilaku agresif (bullying) terhadap
penelitian ini termasuk kedalam kategori self esteem, tetapi tidak mampu mengkaji
tinggi, sedangkan tingkat perilaku bullying faktor-faktor lain dari penyebab rendahnya
pada remaja dalam penelitian ini termasuk self esteem seoarang remaja.
kategori yang rendah. .
Hasil penelitian juga Pendapat
diatas didukung oleh penelitian yang PENUTUP
menyatakan bahwa self esteem yang
rendah diduga memiliki kecenderungan Kesimpulan
menjadi rentan terhadap depresi, Karakteristik responden dari 109
penggunaan narkoba dan dekat dengan responden mayoritas responden berumur
perilaku bullying (Srisayekti dkk, 2015). 15-16 tahun sebanyak 68 orang (62.4%)
Dengan kata lain individu yang memiliki dan berjenis kelamin perempuan sebanyak
self esteem yang rendah rentan terhadap 61 orang (56%).
perilaku bullying dibandingkan dengan Sebagian besar responden sebagai
individu yang memiliki self esteem yang korban bullying kategori rendah di SMAN
tinggi. 5 Kota Pekanbaru sebanyak 56 responden
Penelitian dilakukan oleh Annisa (51.4%).
(2012) yang menyatakan bahwa self esteem Sebagian besar responden dengan
menjadi salah satu faktor penyebab kategori self esteem tinggi di SMAN 5
munculnya perilaku bullying pada remaja, Kota Pekanbaru sebanyak 56 orang
yang menyatakan bahwa terdapat (51.4%).
hubungan yang signifikan antara self Ada hubungan yang erat antara
esteem dan perilaku bullying, semakin perilaku agresif (bullying) terhadap self
tinggi self esteem maka semakin rendah esteem, dimana semakin rendah korban
bullying maka akan semakin tinggi tingkat
14
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
self esteem dan semakin tinggi korban Kemenkes RI. (2014). Riskedas Tahun
bullying maka akan semakin rendah tingkat 2013( Riset Kesehatan Dasar).
self esteem. Jakarta. Kemenkes RI
15
Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No.1 Juli 2019
16