1.2 Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembanguan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
yang berteampat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. (trihono, 2010)
1.4 Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.
2. Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya
3. Khusus untuk pembangnan kesehatan, upaya yang dilakukan
pusksesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan
4. pusat pelayanan kesehatan strata pertama, menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan seperti pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
1.5 Kedudukan
Dibedakan menurut kriterianya dengan sistem kesehatan nasional, sistem
kesehatan kab/kota dan sistem pemerintah daerah:
1. Sistem kesehatan nasional
Sebagai sarana pelayanan kesehatan (perorangan dan masyarakat) strata
pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Unit pelaksana teknis dinas yang bertanggung jawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota
3. Sistem pemerintah daerah
Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan
unit struktural pemerintah daerah kabupaten kota bidang kesehatan di
tingkat kecamatan.
4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama
Diwilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poloklinik dan balai keseshatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah
sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesma terdaoat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat sepereti
posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas
di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis da
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.
1.6 Pendanaan
1. Pemerintah
Sesuai dengan asas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal
dari pemerintah terutama pemerintah kabupaten/kota. Dana yang
disediakan oleh pemerintah dibedakan dua macam:
a. Dana anggararan pembangunan yang mencakuo dana pembangunan
gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat.
b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan
gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya
operasional
2. Pendapatan puskesmas
Masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan
perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditetukan oleh perda
masing-masing (retribusi). Ada beberapa kebijakan yg terkait dengan
pemanfaatan dana dari penyelenggaraan UKP yaitu:
a. Seluruhnya disetor ke kas daerah
b. Sebagaian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
3. Sumber lain
a. PT AKSES yang peruntukannya sebagai imbal jasa pelayanan yang
diberikan kepada para peserta AKSES. Dana tersebut dibagikan
kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. PT (persero) jamsostek yang peruntukannaya juga sebagai imbal
jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c. JPSBK/PKPSBBM untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah
menyalurkan dana secara langsung ke puskesmas. Pengelolaan dana
ini mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
2.2 Pedoman
Pedoman Manajemen Puskesmas diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada kepala, penanggungjawab upaya kesehatan dan staf
Puskesmas di dalam pengelolaan sumber dayadan upaya Puskesmas agar
dapat terlaksana secara maksimal.
Pedoman Manajemen Puskesmas ini juga dapat dimanfaatkan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan
bimbingan teknis manajemen kepada Puskesmas secara berjenjang.
1) Menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam
rencana tahunan
2) Menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efesien dan efektif
3) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja
puskesmas
4) Mengelola sumber daya secara efisien dan efektif
5) Menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam menggerakkan, me
motivasi, dan membangun budaya kerja yang baik serta bertanggung
jawab untuk meningkatkan mutudan kinerjanya.
2.3 Komponen
1. penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan
setahun sekali di Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kerja sama
antar petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas,
melalui suatu proses dinamika kelompok yang diikuti dengan analisis
beban kerja masing-masing tenaga yang dikaitkan dengan berbagai
kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil
stratifikasi Puskesmas,
2. penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka
meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor terkait melalui suatu pertemuan lintas sektoral setahun sekali.
Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas
sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
termasuk keterpaduan KB-Kesehatan,
3. rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral,sebagai tindak lanjut pertemuan
penggalangan kerja sama lintas sektoral,dilakukan pertemuan lintas
sektoral setiap 3 (tiga) bulan sekali untukmengkaji hasil kegiatan kerja
sama lintas sektoral selama 3 (tiga) bulan yang lalu dan memecahkan
masalah yang dihadapi, kemudian disusun rencana kerja sama lintas
sektoral bulan selanjutnya, dan
4. Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu pertemuan antar tenaga
Puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan
rencana kerja bulan yang lalu dan membuat rencana bulan yang akan
datang.
3.2 Penggerakkan
Untuk fungsi penggerakan, Dinas Kesehatan melakukan supervisi
terhadap kegiatan Puskesmas, termasuk kegiatan UKM dan UKP.
Kemudian, Puskesmas melakukan manajemen untuk pengelolaan (i)
SDM; (ii) logistik: obat dan alat kesehatan; dan (iii) keuangan. Yang
terakhir adalah manajemen sistem informasi, yaitu mengelola Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), laporan
keuangan (SPJ DAK non-fisik dan penggunaan dana kapitasi), P-Care
dan SIKDA (di Provinsi NTT). Seluruh Puskesmas yang dikunjungi
mengeluh akan beban kerja untuk mengelola sistem informasi tersebut.
Sebagai contoh, Puskesmas harus mengisi sekitar 720 item data setiap
bulan untuk SP2TP. Di Provinsi NTT, SIKDA banyak berisi item yang
sama dengan SP2TP, akan tetapi menggunakan form berbeda. Laporan
SPJ DAK non-fisik diisi setiap bulan dan menjadi syarat untuk
mendapatkan dana DAK non-fisik bulan berikutnya. Pengisian SPJ
DAK non-fisik memakan tenaga dan waktu yang lama
2. penyelenggaraan
para penanggung jawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan
pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan
puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Perlu
dilakukan kegiatan untuk terselenggaranya:
a. mengkaji ulang recana pelaksanaan yang telah disusun
terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target
pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para
penanggung jawab dan pelaksana.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban harus
dibagi rata kepada seluruh petugas.
c. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Waktu penyelenggaraan kegiatan harus
diperehatikan hal-hal berikut:
Azas penyelenggaraan puskesmas
Berbagai standar dan pedoman pelyanan kesehatan
Kendali mutu
Kendali biaya
3.4 Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus sdiikuti dengan kegiatan pemantauan
yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup:
1. melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai yang dibedakan atas dua hal: a. telaahan internal yaitu
telaahan bulanan terhdadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan
standar pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari sistem
informasi manajeman puskesmas (SIMPUS) yng berlaku.
Kesimpulan dirumuskan dalam dua bentuk. Pertama, kinerja
puskesmas yang terdiri dari cakupan (coverage), mutu (quality) dan
biaya (cost) kegiatan puskesmas. Kedua, masalah dan hambatan
yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan puskesmas.
Telaahan bulanan ini dilakukan dalam lokakarya mini bulanan
puskesmas. b. telaahan eksternal yaitu telaahan triwulan terhadap
hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya serta asektor lain terkait yang ada di wilayah kerja
pusksesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini
triwulan puskesmas secara lintas sektor
3. Asas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan:
1) Keterpaduan lintas program
Upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contohnya:
a. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
b. Upaya kesehatan sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan
gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
c. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
d. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan
4. Asas rujukan
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesma (wajib, pengembangan dan
inovasi) harus ditopang oleh asas rujukan.
Ada dua macam rujukan:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupannya adalah kasus penyakit. Jika suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (horizontal dan vertikal). Sebaliknya
pasien pasca rawaat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Ada 3 macam rujukan UKP:
a. Rujukan kasusu untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik dll
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboraturium yang lebih lengkap
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan atau pun menyelenggarakan pelayanan medik di
puskesmas
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupannya adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya
kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Dilakukan
jika puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat
tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu
puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Ada tiga macam rujukan UKM:
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjamana peralatan,
fogging, peminjaman alat laboraturium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai
dan bahan makanan.
b. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hukum kesehatan, penangguangan gangguan kesehatan karena
bencana alam.
c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah,
usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan ini dilakukan jika puskesmas tidak mampu.