Anda di halaman 1dari 15

Peran Internal Auditor dalam Melaksanakan Good Corporate Governance

(Studi Kasus pada Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi)

Isma Setiarahmah
NIM. 135020307111009
setiarahmahisma@gmail.com

Akie Rusaktiva Rustam, MSA., Ak.


Dosen Pembimbing

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya

Abstrak:
Rumah sakit islam jakarta pondok kopi merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
terletak di jakarta timur, merupakan salah satu rumah sakit yang banyak dituju masyarakat
sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas good corporate governance dan
pelaksanaan internal audit dalam melaksanakan good corporate governance pada rumah sakit
islam jakarta pondok kopi. Metode analisis yang dilakukan oleh peneliti pada penelititan ini
dilakukan dengan kualitatif deskripsi dengan mengumpulkan data melakukan wawancara,
telaah dokumen, dan tinjauan pustaka. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,
rumah sakit islam telah memiliki satuan pengendalian internal yang memadai untuk
menunjang pelaksanaan aktivitas internal audit, namun masih ditemukan karyawan yang
belum memenuhi standar perusahaan selain itu monitoring internal audit belum dilakukan
secara mendalam. Selanjutnya rumah sakit telah melaksanakan prinsip good corporate
governance dengan baik, namun pada beberapa prinsip, rumah sakit masih belum
melaksanakan good corporate governance dengan efektif hal ini dapat dilihat dalam prinsip
responsibilitas, independensi, dan kesetaraan dan kewajaran yang masih terdapat kelemahan
berupa lemahnya pengawasan, masih terdapat karyawan yang memiliki hubungan keluarga,
dan pengumuman rekrutmen karyawan baru yang kurang efisien. Untuk peran internal audit
dalam melaksanakan good corporate governance, ini telah dilakukan dengan baik dan efektif
pada semua prinsip good corporate governance. Saran yang diberikan peneliti dalam
pelaksanaan good corporate governance yaitu melakukan tindak lanjut atas adanya karyawan
yang memiliki hubungan keluarga di satu unit yang sama, membuat whistleblowing system,
dan mengumumkan pengumuman rekrutmen karyawan pada website rumah sakit. Untuk
pelaksanaan internal audit, perlu dilakukan pengawasan mendalam untuk memastikan laporan
yang diberikan telah benar dilaksanakan.
Abstract:
This research’s background was due to the urgency of good corporate governance in
Indonesia and also the importance of internal audit role to become the supervisor of
company’s internal activity in order to implement the good corporate governance. It aims to
know the good corporate governance activity and the implementation of internal audit in
implementing good corporate governance in Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. The
analysis method used in this research was qualitative descriptive by collecting data from
interview, document research, and references overview. From the result of this research, it
can be concluded that RumahSakit Islam Jakarta Pondok Kopi have already had appropriate
internal control unit to support the implementation of internal audit activity, however there
were employee who have not met the company standards. Besides, internal audit monitoring
has not been deeply applied. The next, RumahSakit Islam Jakarta Pondok Kopi have
conducted good corporate governance untuk beberapa Negara di asean, dan
principle, yet to some principles have not survey tersebut menunjukkan bahwa
conducted effectively by RumahSakit praktik pelaksanaan corporate governance
Islam Jakarta Pondok Kopi which can be di Indonesia lebih rendah dibandingkan
seen from the independency, equality and dengan Negara asean lainnya seperti,
proper principles since there were Filipina, Singapore, Malaysia, dan
weaknesses such as external audit who Thailand. Hal-hal tersebut menunjukkan
came from organization institution and the penerapan GCG di Indonesia belum
existence of employee who have family dilaksanakan dengan baik, dilihat dari
relationship. For internal audit role in pelaksanaan beberapa poin prinsip GCG
implementing good corporate governance, yang berada dalam tingkat rendah.
it has been well and effectively conducted Menurut FCGI (Forum for Corporate
to all good corporate governance Governance in Indonesia) Good Corporate
principles. Governance merupakan seperangkat
PENDAHULUAN: peraturan yang diterapkan perusahaan
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, guna mengatur hubungan antara pemegang
perkembangan bisnis tentu sangat saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
berkembang secara pesat. Perusahaan- pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
perusahaan dituntut untuk dapat bersaing para pemegang kepentingan intern dan
agar tetap hidup dan dapat terus ekstern lainnya yang berkaitan dengan
mempertahankan aktivitas bisnisnya. hak-hak dan kewajiban mereka, atau
Dalam pelaksanaan aktivitas bisnisnya, dengan kata lain suatu sistem yang
perusahaan tentu memiliki banyak digunakan untuk mengatur dan
keterkaitan pihak didalamnya agar mengendalikan perusahaan. Agar
aktivitas bisnis tetap berjalan, agar pihak- perusahaan dapat terkendalikan dengan
pihak tersebut memiliki hubungan yang baik perlu adanya penerapan prinsip-
baik, bekerja dengan peraturan yang ada, prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan
dan tidak melakukan tindakan yang di semua jajaran perusahaan. Prinsip-
menyimpang maka diperlukan sebuah tata prinsip GCG menurut Komite Nasional
kelola perusahaan yang baik bagi sebuah Kebijakan Governance (2006) diantaranya
perusahaan. Good Corporate Governance yaitu, transparansi, akuntabilitas,
(GCG) merupakan isu sentral dalam responsibilitas, independensi, serta
pengelolaan perusahaan pada saat sekarang kewajaran dan kesetaraan.
ini. Dengan terjadinya berbagai peristiwa Untuk mendukung terlaksananya good
yang menimpa banyak perusahaan besar, corporate governance pada perusahaan
yang selanjutnya beberapa diantaranya maka diperlukan peran yang tinggi bagi
dinyatakan bangkrut, di Amerika Serikat, internal auditor. Internal auditor memiliki
telah menyadarkan banyak pihak di peran sebagai pengawas atas semua
seluruh dunia tentang pentingnya aktivitas yang terjadi dalam perusahaan,
pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang sehingga secara tidak langsung peran
baik dan benar (Utama 2004:7). Masalah internal auditor diperlukan agar
terkait Good Corporate Governance pelaksanaan good corporate governance
menjadi salah satu sorotan terutama di perusahaan dapat terlaksana secara efektif.
Indonesia terutama karena Indonesia Menurut KNKG (2006) peran internal
berada di peringkat yang rendah jika audit berguna untuk memaksimalkan
dibandingkan dengan negara ASEAN fungsi dan peran dari Dewan Direksi yang
lainnya. Survey yang telah dilakukan oleh dimana Dewan Direksi memiliki tugas dan
OECD (Organisation for EconomicCo- bertanggungjawab secara kolegial dalam
operation and Development) atas nilai mengelola perusahaan. Penelitian ini
corporate governance pada tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui aktivitas good
corporate governance dan peran internal 1. Mereview sistem akuntansi dan sistem
audit dalam melaksanakan good corporate pengendalian internal.
governance pada rumah sakit islam jakarta 2. Mempertimbangkan informasi
pondok kopi. keuangan dan operasi; metode review
TINJAUAN PUSTAKA yang digunakan dapat dengan
Definisi Audit Internal mengidentifikasi, menghitung,
Menurut Agoes (2012:204) Audit Internal mengklasifikasi, dan melaporkan
(pemeriksaan internal) adalah proses informasi pemeriksaan spesifik
pemeriksaan terhadap laporan keuangan beberapa aspek aktivitas yang
dan catatan akuntansi perusahaan maupun dipisahkan termasuk detail verifikasi
ketaatan terhadap kebijakan manajemen transaksi, account balances, dan
puncak yang telah ditentukan dan ketaatan prosedur yang digunakan untuk
terhadap peraturan pemerintah dan mengatur hal tersebut
ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi 3. Mereview fungsi ekonomi secara
yang berlaku yang dilakukan oleh bagian fungsional, efisiensi serta efektivitas
internal audit perusahaan. semua aktivitas dan operasi.
Tujuan dan Ruang Lingkup Audit 4. Mereview kesesuaian aturan yang
Internal dikeluarkan perusahaan dengan
Menurut Tugiman (2003) tujuan internal ketentuan hukum yang berlaku.
audit adalah untuk membantu anggota 5. Melakukan investigasi special untuk
organisasi dalam melaksanakan tanggung tujuan tertentu, seperti kecurigaan
jawabnya dengan cara yang efektif. Agar adanya penipuan dan hal lain mengenai
tujuan ini dapat tercapai, staf audit internal losses prevention.
diharapkan dapat memenuhinya dengan
melakukan analisis, penilaian, Independensi Auditor Internal
rekomendasi, konsultasi, dan informasi Sawyer (2006:35) mengemukakan bahwa
tentang kegiatan yang dianalisis. auditor internal yang professional harus
Sawyer (2005) menjelaskan bahwa ruang memiliki independensi untuk memenuhi
lingkup internal audit terdiri dari tiga kewajiban profesionalismenya; memberika
kategori, yaitu keuangan, ketaatan, dan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak
operasional. Dalam kategori keuangan, dibatasi; dan melaporkan masalah apa
internal audit memiliki peran untuk adanya; bukan melaporkan susai dengan
menganalisis aktivitas ekonomi keinginan eksekutif atau lembaga.
perusahaan yang kemudian diukur dan Pelaksanaan Internal Audit
dilaporkan melalui metode akuntansi. Menurut Tugiman (2003:57-58)
Fungsi dan Tanggung Jawab Audit menjelaskan bahwa terdapat empat
Internal langkah kerja pelaksanaan audit internal,
Fungsi audit menurut Mulyadi (2002;211) diantaranya yaitu:
adalah untuk menyelidiki dan menilai 1. Perencanaan audit. Auditor internal
pengendalian intern dan efisien harus merencanakan setiap
pelaksanaan fungsi sebagai unit organisasi. pelaksanaan audit dengan benar dan
Dengan demikian fungsi internal audit akurat. Perencanaan ini harus dicatat
merupakan bentuk pengendalian yang dan didokumentasikan dan harus
fungsinya adalah untuk mengukur dan meliputi; penetapan tujuan audit,
menilai efektivitas unsur-unsur mendapatkan informasi tentang latar
pengendalian intern yang lain. belakang, menentukan sumber daya
Selanjutnya, dibawah ini merupakan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tanggung jawab internal audit menurut audit, mengkomunikasikan hasil
Morariu et al (2009): penugasan audit dengan semua pihak
yang berkaitan, mengidentiikasi
bidang-bidang yang menjadi perhatian 4. Tindak lanjut hasil audit. Auditor
audit, menulis program audit, internal harus melakukan tindak lanjut
mengidentifikasi prosedur untuk masalah yang dikemukakan ataupun
mengkomunkasikan hasil audit, dan yang direkomendasikan dalam laporan
mendapatkan persetujuan atas rencana hasil audit. Auditor internal juga harus
kerja audit. menentukan apakah setiap tindakan
2. Pengujian dan pengevaluasian perbaikan yang diperlukan, yang
informasi. Auditor internal harus dinyatakan dalam laporan audit telah
mengumpulkan bukti-bukti dan dilakukan atau manajemen menyadari
informasi yang akurat dan kompeten adanya risiko yang terkait dengan tidak
serta memadai untuk emnunjang melakukan perbaikan atas hal tersebut.
temuan audit agar bermanfaat bagi
organisasi dalam mencapai sasarannya. Corporate Governance
Auditor juga harus Definisi Corporate Governance menurut
mendokumentasikan temuan- Cadbury Committee yang memandang
temuannya dengan menggunakan corporate governance sebagai:
kertas kerja audit, mencatat informasi Seperangkat aturan yang merumuskan
yang diperoleh dan membuat setiap hubungan antara para pemegang saham,
analisis dari informasi yang diperoleh manajer, kreditor, pemerintah, karyawan
tersebut. dan pihak-pihak yang berkepentingan
3. Penyampaian hasil audit. Pekerjaan lainnya baik internal maupun eksternal
auditor hanya akan memberikan sehubungan dengan hak-hak dan tanggung
manfaat yang sedikit untuk entitas jawab mereka. (I Nyoman et al, 2003;27)
apabila hasil penugasan audit tidak Prinsip-Prinsip Corporate Governance
dikomunikasikan dengan baik kepada Prinsip-prinsip Good Corporate
pihak-pihak yang berkaitan. Setelah Governance menurut Pedoman Umum
audit diselesaikan, auditor internal Good Corporate Governance yang disusun
harus menyerahkan laporan tertulias oleh KNKG (2006) yaitu transparansi,
yang ditandatangani. Standar praktik akuntabilitas, responsibilitas, independensi
professional audit internal mendorong serta kewajaran dan kesetaraan.
auditor internal untuk membahas a. Transparansi (Transparency). Prinsip
kesimpulan adit dan juga ini untuk menjaga obyektivitas dalam
rekomendasinya dengan tingkat menjalankan bisnis, perusahaan harus
manajemen yang sesuai sebelum menyediakan informasi yang material
menerbitkan laporan akhir hasil audit. dan relevan dengan cara yang mudah
Laporan audit internal harus dilaporkan diakses dan dipahami oleh pemangku
secara objektif dan ditulis sejelas kepentingan. Perusahaan harus
mungkin. Laporan audit internal tidak mengambil inisiatif untuk
hanya menguraikan ruang lingkup mengungkapkan tidak hanya masalah
audit dan tujuannya, namun juga harus yang disyaratkan oleh peraturan
disertai dengan hasil audit. Laporan ini perundang-undangan, tetapi juga hal
harus disampaikan secara tepat waktu yang penting untuk pengambilan
dan bersifat konstruktif serta keputusan oleh pemegang saham,
disampaikan juga dengan rekomendasi kreditur dan pemangku kepentingan
untuk peningkatan ataupun lainnya.
rekomendasi atas hasil yang b. Akuntabilitas (Accountability).
ditemukan. Laporan audit internal juga Perusahaan harus dapat
harus memuat kinerja yang mempertanggungjawabkan kinerjanya
memuaskan. secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan untuk mengungkapkan rahasia tertentu,
kepentingan perusahaan dengan tetap dilakukan dengan menghimpun data dalam
memperhitungkan kepentingan keadaan sewajarnya, mempergunakan cara
pemegang saham dan pemangku bekerja yang sistematik, terarah dan dapat
kepentingan lain. Akuntabilitas dipertanggungjawabkan, sehingga tidak
merupakan prasyarat yang diperlukan kehilangan sifat ilmiahnya atau
untuk mencapai kinerja yang serangkaian kegiatan atau proses
berkesinambungan. menjaring data/informasi yang bersifat
c. Responsibilitas (Responsibility). sewajarnya, mengenai suatu masalah
Perusahaan harus mematuhi peraturan dalam kondisi aspek atau bidang
perundang-undangan serta kehidupan tertentu pada obyeknya.
melaksanakan tanggung jawab Jenis Data
terhadap masyarakat dan lingkungan 1. Data Primer. Menurut Indrianto dan
sehingga dapat terpelihara Supomo (1999) data primer merupakan
kesinambungan usaha dalam jangka sumber data penelitian yang diperoleh
panjang dan mendapat pengakuan secara langsung dari sumber asli (tidak
sebagai good corporate citizen. melalui perantara). Data primer secara
d. Independensi (Independency). Untuk khusus dikumpulkan oleh peneliti
melancarkan pelaksanaan asas GCG, untuk menjawab pertanyaan penelitian.
perusahaan harus dikelola secara Data primer dapat berupa opini subyek
independen sehingga masing-masing (orang) secara individual atau
organ perusahaan tidak saling kelompok, hasil observasi terhadap
mendominasi dan tidak dapat suatu benda (fisik), kejadian atau
diintervensi oleh pihak lain. kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). penelitian ini peneliti mendapatkan
Dalam melaksanakan kegiatannya, data primer melalui hasil wawancara
perusahaan harus senantiasa yang telah dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan pemegang responden.
saham dan pemangku kepentingan 2. Data Sekunder. Peneliti juga
lainnya berdasarkan asas kewajaran melakukan pengumpulan data
dan kesetaraan. Perusahaan harus sekunder. Menurut Sugiyono
memberikan perlakuan yang setara dan (2012:13) data sekunder adalah data
wajar kepada pemangku kepentingan yang tidak langsung memberikan data
sesuai dengan manfaat dan kontribusi kepada pengumpul data, data sekunder
yang diberikankepada perusahaan. diperoleh melalui orang lain atau
Perusahaan harus memberikan dengan melakukan pengmpulan
kesempatan yang sama dalam dokumen-dokumen yang dibutuhkan
penerimaankaryawan, berkarir dan bagi penelitian yang dilakukan. Data
melaksanakan tugasnya secara sekunder diperoleh melalui
profesional tanpamembedakan suku, pengumpulan dokumen seperti
agama, ras, golongan, gender, dan peraturan-peraturan yang ada pada
kondisi fisik. rumah sakit, job desc pada masing-
masing divisi yang dituju oleh peneliti,
METODOLOGI PENELITIAN dan juga data pendukung lainnya yang
Jenis Penelitian terdapat dalam internet.
Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Mengutip dari Teknik Pengumpulan Data
Nawawi dan Martini dalam Kasiram Teknik pengumpulan data yang dilakukan
(2010) yang menyatakan bahwa penelitian dalam penelitian ini ilakukan dengan
kualitatif adalah suatu konsep keseluruhan menggunakan teknik wawancara,
observasi, dokumentasi, dan penelitian 1. Reduksi Data. Reduksi data adalah
pustaka. Berikut merupakan pengertian proses penelitian dengan melakukan
dari setiap teknik pengumpulan data yang penelitian dan pemusatan perhatian
dilakukan. untuk penyederhanaan, abtraksi, dan
1. Wawancara. Wawancara dilakukan transformasi dari data kasar yang
dengan divisi yang berkaitan dengan diperoleh. Dengan demikian, data yang
topik yang diambil peneliti, yaitu direduksi akan memberikan gambaran
wawancara dengan bagian internal lebih spesifik dan mempermudah
auditing dan bagian-bagian yang peneliti melakukan pengumpulan data
terkait dengan pengimplementasian selanjutnya.
gcg pada perusahaan. 2. Penyajian Data. Setelah melakukan
2. Observasi. Metode observasi ini reduksi data, peneliti melakukan
dilakukan peneliti dalam melihat penyajian data. Dalam proses
kejadian-kejadian yang terjadi selama penyajian data yang telah direduksi,
proses penelitian, seperti kegiatan datadiarahkan agar terorganisasikan,
internal audit yang dilakukan dalam tersusun dalam pola hubungan,
perusahaan dalam menerapkan gcg, sehingga semakin mudah untuk
yang nantinya akan dijadikan dasar dipahami. Penyajian data dapat berupa
melakukan evaluasi. uraian naratif, seperti bagan, diagram
3. Dokumentasi. Peneliti menggunakan alur, table, dan lain-lain.
metode pengumpulan data dengan 3. Tahap terakhir adalah menarik
mengumpulkan data yang diperlukan, kesimpulan. Penarikan kesimpulan
metode ini dapat dilakukan dengan berdasarkan temuan dan melakukan
mencatat dokumen-dokumen yang verifikasi data dengan mencari makna
diperoleh dari perusahaan, setiap gejala yang diperoleh dari
mengumpulkan data-data mengenai lapangan, mencatat keteraturan,
hal-hal berupa catatan, berkas, dan konfigurasi yang mungkin ada, dan
formulir- formulir yang setidaknya proposisi. (Siregar, 2012)
diperlukan dalam penelitian ini, dan
juga merekam proses wawancara. Teknik Keabsahan Data
4. Studi Pustaka. Peneliti melakukan Pada penelitian kualitatif, data dapat
studi pustaka dengan membandingkan dinyatakan valid apabila tidak ada
hasil wawancara dan hasil penelitian perbedaan antara apa yang dilaporkan
lainnya dengan membandingkannya peneliti dengan apa yang sesungguhnya
dengan teori-teori yang peneliti terjadi (Siregar, 2012:148). Uji keabsahan
gunakan dalam penelitian ini. data dengan pada penelitian ini melakukan
Triangulasi Data. Menurut Moleong
Teknik Analisis Data (2007:330) triangulasi adalah teknik
Menurut Miles dan Huberman dikutip oleh pemeriksaan keabsahan data yang
Salim (2006: 20-24), menyebutkan ada memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
tiga langkah pengolahan data kualitatif, membandingkan hasil wawancara terhadap
yakni reduksi data (data reduction), hasil penelitian.
penyajian data (data display), dan Dalam penelitian ini peneliti hanya
penarikan kesimpulan (conclusion drawing menggunakan dua teknik keabsahan data
and verification), peneliti menggunakan yaitu triangulasi sumber dan trianglasi
tiga analisis data yang telah disebutkan teknik. Triangulasi sumber yang berupa
tersebut. Dibawah ini pengertian mengenai informasi dari objek penelitian, serta
tiga analisis teknik data tersebut, dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
diantaranya yaitu: menunjang penelitian ini. Selanjutnya,
triangulasi metode (teknik) merupakan
triangulasi yang berupa teknik perusahaan dan semua karyawan
pengumpulan data, triangulasi metode ini secara jelas dan selaras dengan visi,
didapatkan dengan cara yang sudah misi, nilai-nilai perusahaan (corporate
disebutkan sebelumnya yaitu, wawancara, values), dan strategi perusahaan dan
observasi, dokumentasi, dan penelitian perusahaan harus memiliki ukuran
pustaka. kinerja untuk semua jajaran perusahaan
yang konsisten dengan sasaran usaha
PEMBAHASAN perusahaan, serta memiliki sistem
Pelaksanaan Good Corporate penghargaan dan sanksi (reward and
Governance pada Rumah Sakit Islam punishment system). Rumah sakit telah
Jakarta Pondok Kopi memiliki susunan organisasi yang jelas
pada setiap susunan organisasi, dan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai juga telah telah menetapkan rincian
pelaksanaan Good Corporate Governance tugas pada setiap unit yang ada pada
pada rumah sakit islam jakarta pondok susunan organisasi sesuai dengan
kopi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ruang lingkup dan kemampuan
telah disusun dalam KNKG (2006) yaitu masing-masing susunan organisasi.
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, peneliti menilai bahwa pengukuran
independensi, dan kesetaraan dan kinerja karyawan telah memiliki
keawajaran. elemen penilaian kinerja yang
a. Transparansi. Perusahaan harus memadai, untuk sistem pengukuran
menyediakan informasi secara tepat reward and pusnihment peneliti
waktu, memadai, jelas, akurat dan menilai bahwa rumah sakit telah
dapat diperbandingkan serta mudah memiliki penilaian yang efektif dan
diakses oleh pemangku kepentingan telah dijalankan sesuai dengan
sesuai dengan haknya dan Kebijakan peraturan yang telah disusun sehingga
perusahaan harus tertulis dan secara sistem ini dapat memberikan motivasi
proporsional dikomunikasikan kepada bagi karyawan agar terus
pemangku kepentingan. peneliti tidak mengembangkan dirinya dan menjauhi
dapat mengakses laporan keuangan, larangan-larangan agar tidak
maka peneliti menilai bahwa mendapatkan sanksi.
transparansi atas laporan keuangan c. Responsibilitas. Organ perusahaan
belum sepenuhnya dijalankan dengan harus berpegang pada prinsip kehati-
rumah sakit. Karena peneliti tidak bisa hatian dan memastikan kepatuhan
memastikan dan menilai apakah betul terhadap peraturan perundang-
rumah sakit telah menyajikan laporan undangan, anggaran dasar dan
keuangan tersebut dan telah peraturan perusahaan (by-laws) dan
dipublikasikan secara tepat waktu atau perusahaan harus melaksanakan
tidak. sakit telah ditulis secara jelas tanggung jawab sosial dengan antara
dan dipublish di website rumah sakit. lain peduli terhadap masyarakat dan
Prinsip ini telah dijalankan dengan kelestarian lingkungan terutama di
baik oleh rumah sakit, yang dimana sekitar perusahaan dengan membuat
PKB telah dikomunikasikan kepada perencanaan dan pelaksanaan yang
karyawan melalui sosialisasi PKB memadai. peneliti menilai bahwa
yang dilakukan dua tahun sekali dan pemantauan akan lebih baik jika
telah menerapkan kebijakan mutu dilakukan dengan seluruh jajaran
dengan baik kepada pasien. organisasi yang ada pada rumah sakit
b. Akuntabilitas. Perusahaan harus islam, hal ini dapat dilakukan dengan
menetapkan rincian tugas dan menyusun whistleblowing system agar
tanggung jawab masing-masing organ seluruh anggota organisasi dapat
melaporkan penyimpangan- kepentingan sesuai dengan manfaat
penyimpangan yang terjadi. dan kontribusi yang diberikan kepada
Berdasarkan dengan wawancara yang perusahaan dan perusahaan harus
dilakukan dengan staff pembinaan memberikan kesempatan yang sama
puskesmas dan kesehatan, yang dalam penerimaan karyawan, berkarir
menjelaskan bahwa telah dilaksanakan dan melaksanakan tugasnya secara
pembinaan kesehatan pada daerah profesional tanpa membedakan suku,
cakung penggilingan di bulan juli, jika agama, ras, golongan, gender, dan
dibandingkan dengan jadwal yang kondisi fisik. penyusunan pelatihan
telah disusun hal ini telah dilaksanakan dan pengembangan karyawan
dengan sesuai dan tepat waktu, yang dilakukan setiap tahunnya, pelatihan
dimana peneliti melakukan wawancara dan pengembangan karyawan pada
setelah staff pembinaan puskesmas dan setiap tahunnya disusun sesuai dengan
kesehatan telah selesai melakukan kebutuhan rumah sakit. Bagi
pengobatan umum. pengumuman rekrutmen karyawan
d. Independensi. Masing-masing organ sebaiknya dilakukan publikasi di
perusahaan harus menghindari website, misalnya dengan melakukan
terjadinya dominasi oleh pihak publikasi alamat e-mail unit SDI
manapun, tidak terpengaruh oleh sehingga individu hanya perlu untuk
kepentingan tertentu, bebas dari mengirimkan e-mail terkait dengan
benturan kepentingan (conflict of dokumen-dokumen yang diperlukan
interest) dan dari segala pengaruh atau oleh rumah sakit islam agar lebih
tekanan, sehingga pengambilan efisien bagi individu yang ingin
keputusan dapat dilakukan secara mendaftarkan dirinya sebagai calon
obyektif dan masing-masing organ karyawan di rumah sakit islam jakarta
perusahaan harus melaksanakan fungsi pondok kopi.
dan tugasnya sesuai dengan anggaran
dasar dan peraturan perundang-
undangan, tidak saling mendominasi Pelaksanaan Internal Audit pada
dan atau melempar tanggung jawab Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok
antara satu dengan yang lain. Peneliti Kopi.
menilai bahwa prinsip ini belum a. Perencanaan audit. auditor harus
dijalankan dengan baik oleh rumah merencanakan setiap pelaksanaan audit
sakit. Hal ini tidak selaras dengan dengan benar dan akurat. Perencanaan
peraturan yang telah disusun dalam yang dilakukan dapat meliputi;
PKB (Perjanjian Kerja Bersama) Bab penetapan tujuan audit, mendapatkan
pasal 14 dan 16 terkait dengan informasi tentang latar belakang,
hubungan kerja dan kedudukan menentukan sumber daya yang
pegawai yang berstatus suami istri atau dibutuhkan untuk melaksanakan audit,
mempunyai hubungan keluarga. mengkomunikasikan hasil penugasan
Peneliti menilai bahwa prinsip ini telah audit dengan semua pihak yang
dilaksanakan dengan baik oleh rumah berkaitan, mengidentifikasi bidang-
sakit, sikap independensi menjadi bidang yang menjadi perhatian audit,
pegangan dalam melakukan tugas dan menulis program audit,
tanggung jawabnya sehingga dalam mengidentifikasi prosedur untuk
melaksanakan tugasnya tidak mengkomunkasikan hasil audit, dan
mendominasi pihak lain. mendapatkan persetujuan atas rencana
e. Kesetaraan dan Kewajaran. Perusahaan kerja audit. Pada langkah ini peneliti
harus memberikan perlakuan yang menilai bahwa SPI rumah sakit telah
setara dan wajar kepada pemangku melakukan perencanaan audit yang
memadai, hal ini dapat dilihat dari penyampaian hasil audit oleh tugiman
penyusunan rencana audit yang telah (2003). SPI melakukan penyusunan
disusun dengan rinci dan sesuai dengan laporan hasil audit yang nantinya
kriteria yang telah disebutkan ditandatangani oleh direktur utama dan
sebelumnya seperti menetapkan tujuan dilaporkan kepada bagian direksi dan
pemeriksaan, menyusun latar belakang auditee dan melakukan penyampaian
pemeriksaan, mengidentifikasi bidang- laporan hasil audit kepada pihak yang
bidang yang menjadi ruang lingkup bersangkutan untuk menjelaskan
pemeriksaan, menyusun program audit, temuan-temuan audit yang ditemukan
dan mendapatkan persetujuan atas dan hasil rekomendasi yang diberikan
rencana kerja audit. pada waktu yang telah ditentukan.
b. Pengujian dan pengevaluasian d. Tindak lanjut hasil audit. Setelah
informasi. pengujian dan melakukan penyampaian hasil audit,
pengevaluasian informasi dapat Auditor internal harus melakukan
dilakukan dengan mengumpulkan tindak lanjut masalah yang
bukti-bukti dan informasi yang akurat dikemukakan ataupun yang
dan kompeten serta memadai untuk direkomendasikan dalam laporan hasil
menunjang temuan audit agar audit. Auditor internal juga harus
bermanfaat bagi organisasi dalam menentukan apakah setiap tindakan
mencapai sasarannya. Auditor juga perbaikan yang diperlukan, yang
harus mendokumentasikan temuan- dinyatakan dalam laporan audit telah
temuannya dengan menggunakan dilakukan atau manajemen menyadari
kertas kerja audit, mencatat informasi adanya risiko yang terkait dengan tidak
yang diperoleh dan membuat setiap melakukan perbaikan atas hal tersebut
analisis dari informasi yang diperoleh (Tugiman, 2003). Peneliti menilai
tersebut. Berdasarkan dengan langkah bahwa sebaiknya tindak lanjut hasil
pengujian dan pengevaluasian audit juga perlu merangkul bagian SPI,
informasi SPI rumah sakit islam telah ini perlu dilakukan agar SPI dapat
disusun sesuai dengan kriteria memastikan bahwa rekomendasi yang
pelaksanaan pengujian dan diberikan telah dijalankan dengan baik
pengevaluasian informasi oleh oleh auditee dan dilaksanakan sesuai
Tugiman (2003) yang dimana dengan waktu yang telah ditentukan,
dilakukan dimulai dari melakukan sehingga auditor dapat memastikan
pengumpulan dokumen-dokumen bahwa laporan monitoring yang
terkait hingga proses penyusunan dilakukan auditee betul-betul telah
laporan audit. dilaksanakan.
c. Penyampaian hasil audit. Setelah
melakukan tugas audit, auditor harus Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan
menyerahkan laporan tertulis yang bagaimana peran internal audit rumah sakit
ditandatangani. Standar praktik islam Jakarta pondok kopi dalam
professional audit internal mendorong melaksanakan GCG pada rumah sakit
auditor internal untuk membahas islam jakarta pondok kopi dengan
kesimpulan adit dan juga menggunakan prinsip-prinsip pada KNKG
rekomendasinya dengan tingkat (2006) yaitu Transparansi, Akuntabilitas,
manajemen yang sesuai sebelum Responsibilitas, Independensi, dan
menerbitkan laporan akhir hasil audit Kesetaraan dan Kewajaran.
(Tugiman, 2003). Langkah a. Transparansi. Internal auditor harus
penyampaian rumah sakit islam telah dapat menyediakan informasi secara
dilaksanakan optimal oleh SPI rumah tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
sakit dan telah sesuai dengan kriteria dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan lanjut hasil audit. Dari penjelasan
sesuai dengan haknya (KNKG, 2006). diatas peneliti menilai bahwa SPI telah
Berdasarkan dengan kriteria melaksanakan prinsip
Transparansi KNKG (2006) dan akuntabilitasdengan telah disusunnya
standar persyaratan pelaksanaan, rincian kerja audit SPI, dan bagaimana
pelaporan audit dan pengelolaan unit SPI menjalankan fungsinya dengan
spi, prinsip ini telah dilaksanakan melakukan pengawasan internal.
dengan efektif oleh SPI rumah sakit Namun dalam langkah pengawasan
islam, yang dimana pelaksanaan internal masih ditemukan kelemahan,
prinsip ini dapat dikaitkan dengan yang dimana monitoring tindak lanjut
penjelasan sebelumnya, yang dimana hasil audit hanya dilakukan sebatas
SPI melaksanakan prinsip ini pada dengan membuat laporan hasil
tahap penyampaian laporan audit, yang monitoring oleh auditee dengan tidak
dimana SPI melakukan audiensi melakukan monitoring langsung atas
kepada Direksi dan auditee atas pelaksanaan rekomendasi yang telah
laporan hasil pemeriksaan dan diberikan.
rekomendasi yang diberikan kepada c. Responsibilitas. Responsibilitas atau
auditee, audiensi yang dilakukan sesuai tanggung jawab merupakan kepatuhan
dengan schedule yang telah disusun. dalam mengelola perusahaan terhadap
b. Akuntabilitas. Prinsip akuntabilitas ini prinsip korporasi, tidak hanya itu
menyangkut dengan kejelasan fungsi, prinsip rensponsibilitas juga dilihat
tugas, tanggung jawab, dan sistem bagi sejauh mana perusahaan telah
setiap organ perusahaan agar melakukan tanggungjawabnya
pengelolaan perusahaan dapat (KNKG, 2006). Pada prinsip ini
terlaksana secara efektif dan efisien peneliti menilai bahwa SPI telah
(KNKG, 2006). Internal audit harus melaksanakan tanggung jawabnya
memiliki kejelasan fungsi, tugas, dan sesuai dengan ruang lingkup kerjanya,
tanggung jawabnya agar dapat dan memastikan bahwa penyajian
mengelola perusahaan secara efektif laporan perusahaan telah memenuhi
dan efisien sesuai dengan visi, dan misi peraturan dengan melakukan
perusahaan. Berdasarkan dengan pelaksanaan audit dalam langkah
kriteria Akuntabilitas oleh KNKG pengujian dan pengevaluasian
(2006) yang menjelaskan bahwa informasi dengan menggunakan 3
internal harus memiliki kejelasan langkah utama yaitu deskripsi,
fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya. dokumentasi, dan demonstrasi. Hal ini
Job description SPI telah diatur dalam juga didukung dengan hasil wawancara
Buku Pedoman Organisasi Satuan yang telah dilakukan dengan pihak SPI
Pengendalian Internal rumah sakit dan direktur keuangan yang
islam jakarta pondok kopi dalam menjelaskan bahwa SPI memiliki
dokumen yang telah dijelaskan tanggung jawab kepada direktur utama
sebelumnya. Akuntabilitas SPI juga untuk melaporkan segala kegiatan yang
dapat dilihat dari sejauh mana SPI dilakukan,, dan melaporkan laporan
melaksanakan pelaksanaan audit, yang hasil audit kepada direksi unit yang
dimana telah dijelaskan pada diaudit, pemberi tugas (direktur
pembahasannya sebelumnya bahwa utama).
SPI melaksanakan internal audit d. Independensi. Independensi
dengan melakukan empat langkah merupakan sikap kemandirian dalam
yaitu perencanaan audit, pengujian dan melakukan setiap tugas dengan tidak
pengevaluasian informasi, berpengaruh dengan pihak lain dan
penyampaian hasil audit, dan tindak juga tidak adanya benturan
kepentingan dan setiap tugas yang auditee dan pemberi tugas sebelum
dilakukan sesuai dengan regulasi yang laporan hasil diberikan kepada auditee,
telah dibuat perusahaan maupun sehingga rekomendasi yang diberikan
peraturan perundang-undangan yang sudah menjadi rekomendasi yang
ada. Internal auditor harus menghindari obyektif melalui pertimbangan-
terjadinya dominasi oleh pihak pertimbangan yang telah diberikan
manapun, tidak terpengaruh oleh tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
kepentingan tertentu, bebas dari dengan pihak marketing yang menjadi
benturan kepentingan (conflict of auditee pun menjelaskan bahwa,
interest) dan dari segala pengaruh atau diadakan pertemuan internal dengan
tekanan, sehingga pengambilan pihak SPI, Direktur Utama, dan kepala
keputusan dapat dilakukan secara Unit Direksi yang bersangkutan
obyektif (KNKG, 2006). Berdasarkan apabila ditemukan miskomunikasi
dengan pengumpulan dokumen, terkait beberapa hal tertentu
susunan organsisasi SPI tidak memiliki menyangkut dengan aktivitas audit
rangkap jabatan di unit organisasi yang dilakukan SPI. Berdasarkan
rumah sakit islam lainnya. Selanjutnya dengan penjelasan diatas, peneliti
berdasarkan dengan wawancara yang menilai bahwa SPI rumah sakit telah
telah dilakukan dengan kepala unit menjalankan prinsip ini dengan efektif.
SPI, dalam melaksanakan tugasnya
setiap staff SPI harus menjaga
independensi, dan profesionalitas agar KESIMPULAN DAN SARAN
dalam menjalankan tugasnya tidak ada Kesimpulan
intervensi dari pihak lain. Berdasarkan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
dengan hasil observasi, independensi yang telah dilakukan peneliti pada bab
internal auditor juga dilakukan dengan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
menyusun batasan kerja auditor bahwa:
sehingga auditor mengetahui bagian a. Pelaksanaan Good Corporate
mana saja yang menjadi tanggung Governance. Pelaksanaan good
jawab auditnya, sehingga SPI memiliki corporate governance pada rumah
batasan dan tidak melakukan intervensi sakit telah dilaksanakan dengan baik
tugas yang tidak menjadi ruang dan sesuai dengan prinsip yang telah
lingkup kerjanya. disusun oleh KNKG (2006). Namun
e. Kesetaraan dan Kewajaran. Dalam masih ada beberapa prinsip yang
kriteria KNKG (2006) menjelaskan belum dijalankan dengan maksimal
bahwa aalam melaksanakan oleh rumah sakit islam jakarta pondok
kegiatannya, internal auditor harus kopi, seperti pada prinsip transparansi
senantiasa memperhatikan kepentingan yang dimana rumah sakit masih belum
pemangku kepentingan berdasarkan melakukan transparansi laporan
asas kewajaran dan kesetaraan. keuangan, hal ini juga dikarenakan
Berdasarkan dengan hasil wawancara rumah sakit yang masih belum go
dengan pihak SPI yang menjelaskan public. Selanjutnya, pada prinsip
bahwa dalam melaksanakan tugasnya independensi masih ditemukan
SPI memberikan kesempatan kepada kelemahan dimana yaitu masih
auditee dan pemberi tugas pemeriksaan ditemukan hubungan kerja berupa
apabila terdapat hal-hal yang tidak hubungan keluarga antar karyawan
sesuai dengan hasil temuan selama yang dimana hal tersebut menunjukkan
pemeriksaan berlangsung. Hal ini bahwa pelaksanaan gcg pada rumah
biasanya dilakukan pada saat sakit belum sepenuhnya dilaksanakan
pertemuan internal dengan pihak oleh rumah sakit islam jakarta pondok
kopi dan tidak sesuai dengan peraturan ditindak lanjut karena tidak sesuai
yang telah disusun oleh rumah sakit dengan tata tertib yang telah disusun
islam. Dan yang terakhir pada prinsip pada PKB.
kesetaraan dan kewajaran yang telah 2. Memberikan informasi yang jelas
dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa terkait dengan rekrutmen tenaga kerja
masih ditemukan beberapa kelemahan baru dengan melakukan publish di
pelaksanaan gcg dalam rumah sakit website agar lebih efisien.
islam jakarta pondok kopi dimana 3. Membuat whistleblowing system agar
rumah sakit belum melakukan semua pihak berkepentingan dapat
publikasi terkait dengan rekrutmen melaporkan karyawan yang bekerja
karyawan agar dapat lebih efektif tidak sesuai dengan peraturan.
untuk diakses bagi calon karyawan 4. Perlu dilakukannya monitoring atau
baru. pengawasan tindak lanjut yang lebih
b. SPI rumah sakit islam sudah memiliki mendalam terhadap hasil rekomendasi
langkah pelaksanaan audit yang audit yang diberikan, hal ini perlu
memadai, pelaksanaan audit terdiri dari dilakukan untuk memastikan apakah
perencanaan audit yang dilakukan hasil rekomendasi yang diberikan telah
dengan menyusun program tahunan, dijalankan atas perbaikan dari temuan-
meminta surat tugas, dan menyusun temuan yang telah dilakukan oleh
kerangka acuan kerja pemeriksaan. auditor.
Selanjutnya dalam pengujian dan
pengevaluasian informasi, ini Bagi penelitian selanjutnya:
dilakukan dengan melakukan tiga poin 1. Melakukan penelitian dengan
utama yaitu deskripsi, demonstrasi, mengikuti proses audit dengan pihak
dan dokumentasi. Langkah selanjutnya internal audit sehingga peneliti dapat
yang dilakukan yaitu penyampaian mengetahui kendala dan masalah
hasil audit, penyampaian hasil audit selama proses audit berlangsung.
dilakukan kepada pihak-pihak yang 2. Melakukan penelitian dengan
bersangkutan seperti auditee dan melakukan wawancara dengan lingkup
pemberi tugas. Penyampaian hasil yang lebih luas seperti wawancara
audit dilakukan dengan audiensi dengan Direktur Utama.
internal. Lalu langkah terakhir yang 3. Melakukan pembahasan Good
dilakukan dengan melakukan tindak Corporate Governance pada ruang
lanjut hasil audit, tindak lanjut hasil lingkup yang lebih luas tidak hanya
audit dilakukan dengan dibuatnya terfokus pada masalah sumber daya
laporan tindak lanjut yang dibuat oleh manusia perusahaan.
auditee kepada SPI dan direksi, namun
pada langkah ini SPI tidak melakukan
monitoring atau pengawasan atas
tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi
audit yang mendalam kepada auditee
apakah dari laporan yang telah disusun
auditee telah dilaksanakan atau belum.
Saran
Bagi manajemen:
1. Pelaksanaan independensi yang lemah
yang dapat dilihat dari hubungan kerja
yang masih terdapat hubungan
keluarga didalamnya hal ini perlu
DAFTAR PUSTAKA

Achmat, Badjuri. 2011. Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit,
AuditorIndependen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Keuangan dan Perbankan, Volume 3 Nomor 2 ISSN : 1979 - 4878.

Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Akmal. 2006. Pemeriksaan Intern (Internal Audit). Jakarta: PT. Indek.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta

Economic Co-operation and Development (OECD). 2015. Indonesia Policy Brief.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan).
Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II.

Gempur, Santoso. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:


Gramedia.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE.

Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia,


Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 8 Nomor 1 ISSN: 1411-1438, e-
ISSN: 2338-8234.

Kamal, Miko. 2011. Konsep Corporate Governance di Indonesia: Kajian atas Kode
Corporate Governance. Jurnal Manajemen Teknologi Volume 10 Number 2 2011

Komite Nasional Kebijakan Coporate Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesional Audit Internal.
Jilid 1. Jakarta: Yayasan Pendidikan Internal Audit.

Messier, William F. Dkk. 2014. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Sistematis. Jakarta:
Salemba Empat.

Moleong, Lexy J. 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morariu, Ana et al. 2009. Internal Audit and Corporate Governance, an Added Value for
Entitie’s Management. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 11(1)
Mulyadi. 2002. Auditing, Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyana, Dedy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Panduan Pelaksanaan Satuan Pengendalian Internal. 2017. RS Islam Jakarta Pondok Kopi

Pedoman Satuan Pemeriksaan Internal. 2017. RS Islam Jakarta Pondok Kopi

Perjanjian Kerja Bersama. 2017. BPH Rumah Sakit Islam Jakarta

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 56 /POJK.04/2015 Tahun 2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Penyusunan Piagam Audit Internal

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Sukrisno, Agoes. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H. 2005. Audit Internal


SawyerThe Institute of Internal Auditors, Diterjemahkan oleh Desi Adharaini.
Jakarta: Salemba Empat.

Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H. 2006.Internal Auditing,


Diterjemahkan oleh Ali Akbar. Jakarta: Salemba Empat

Syakhroza, Ahmad. 2003. Best Practices dalam Konteks Lokal Perbankan Indonesia.
Majalah Usahawan. No. 06 Th.XXII, 8 halaman.

Siregar, S. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tjager, I Nyoman et al. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi
Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo.

Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius: Yogyakarta

Tugiman, Hiro. 2003. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius: Yogyakarta

Uraian Pekerjaan Kepala Satuan Pengendalian Internal FORM.PK-76000.035/Rev.05.


2017. Bagian Satuan Pengendalian Internal.
Uraian Pekerjaan Staf Khusus Auditor Keuangan Internal FORM.PK-76000.035/Rev.05.
2017. Bagian Satuan Pengendalian Internal.

Uraian Pekerjaan Staf Khusus Auditor Manajemen FORM.PK-76000.035/Rev.05. 2017.


Bagian Satuan Pengendalian Internal.

Uraian Pekerjaan Staf Khusus Auditor Mutu Pelayanan FORM.PK-76000.035/Rev.05.


2017. Bagian Satuan Pengendalian Internal.

Utama, Marta. 2004. Komite Audit, Good Corporate Governance dan Pengungkapan
Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 1.

WHO Technical Report Series No. 122/1957

www.cnnindonesia.com/teknologi/20150715151210-185-66575/ada-skandal-akuntansi-ceo-
toshiba-mundur/, diakses 20 Maret 2017.

www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170314135204-78-199997/kpk-soroti-rangkap-jabatan-
pejabat-eselon-i-di-bumn/, diakses 20 Maret 2017.

www.hukumonline.com/berita/baca/lt51c7fdb93a6c2/bi-sebut-empat-bank-tak-terapkan-
gcg, diakses 20 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai