Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK KONVERGENSI MEDIA PADA

KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA


(Refleksi dan Konstruksi Komunikasi Politik)

Untuk Memenuhi Tugas Kuis Mata Kuliah Komunikasi Politik


Dosen Pengampu: Bambang Dwi Prasetyo, Dr., S. Sos., M.Si

Oleh: Ashlaha Baladina


175120207121011
I. PENDAHULUAN

Transformasi politik adalah bagian dari kontribusi media. Media sekarang memberikan
kontribusi penting agar orang memahami perilaku politik mereka. Menanggapi perubahan politik
di Orde Baru, beberapa profesional media menghadapi kenyataan politik yang dinamis. Keadaan
ini telah mengubah perilaku politik penduduk. Faktor penting adalah publikasi media yang
melaporkan perubahan politik dan kebebasan pers, sehingga laporan mereka menjadi lebih
independen (Syobah, 2012). Hal tersebut adalah latar belakang untuk mengubah perilaku politik
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Peran jurnalisme kemudian menjadi sangat penting
dalam proses komunikasi politik di Indonesia.

Pada awal abad ke-21 jurnalisme mulai memasuki babak baru dan termasuk salah satu
babak terbaik karena jangkauan luas dari outlet-outlet berita, operasi berita, dan tempat yang
tersedia untuk mendapat informasi yang semakin bertambah tentang dunia yang berubah dengan
cepat (Castells, 2011). Namun hal ini juga merupakan salah satu waktu terburuk dalam jurnalisme.
Khalayak menjadi semakin terfragmentasi, ketika pemilik media berita semakin terkonsentrasi.
Jurnalisme pun menjadi terdefinisikan ulang. Seseorang yang memiliki situs web atau website dan
memiliki akses blog dengan khalayak ramai memiliki pengaruh lebih besar daripada Koran harian
atau majalah bulanan. Hal tersebut juga dikenal dengan istilah konvergensi media. Konvergensi
media juga mengakibatkan berubahnya budaya komunikasi politik sehingga menimbulkan
berbagai dampak positif dan negative dalam pelaksanaannya. Konvergensi media secara langsung
mengubah pola pikir masyarakat terhadap politik dan bagaimana para actor politik memanfaatkan
perubahan tersebut agar bisa lebih diterima oleh masyarakat.

Keadaan politik di Indonesia saat ini bisa dibilang sangat dipengaruhi oleh media. Hal itu
karena media berperan penting dalam proses politik di Indonesia yaitu sebagai “medium” atau
penyambung antara para aktor politik dan masyarakat luas. Politik dan media merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Secara langsung maupun tidak langsung, keduanya saling
berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain (Hikayat, 2010). Politik membutuhkan
media sebagai penyalur ideologi-ideologi atau propaganda yang ia miliki, dan media (sebagai
perusahaan atau institusi) juga membutuhkan berbagai berita ataupun konten agar dapat terus
bertahan melayani publik. Politik dan media juga dibutuhkan masyarakat. Politik berkaitan dengan
ideologi yang fokus dan topiknya mengarah pada kehidupan sosial rakyat. Sedangkan media
merupakan jembatan antara topik yang diangkat dengan rakyat yang tersebar. Secara teoritis,
keduanya bisa berjalan dengan harmonis. Media bisa memediasi kegiatan politik,ataupun
memediasi opini, tuntutan, atau reaksi masyarakat terhadap politisi. Dunia politik juga sangat
memahami peran media yang begitu besar dalam melancarkan aksi politiknya. Menurut C.
Sommerville kegiatan politik niscaya akan berkurang jika tidak disorot media. Pada makalah ini,
penulis ingin mengelaborasi lebih jauh mengenai dampak konvergensi media pada pelaksanaan
komunikasi politik di Indonesia.

II. RUMUSAN MASALAH

Dalam jurnalisme, konvergensi berarti suatu jalan pemikiran baru mengenai berita,
memproduksi berita, menyampaikan berita, menggunakan potensi maksimal dari seluruh bentuk
media untuk tercapainya perbedaan dan reaksi publik yang meningkat (Castells, 2011). Terdapat
juga konvergensi ekonomi, yaitu kondisi melemahnya nilai-nilai jurnalistik yang mendukung
nilai-nilai pemasaran telah menambah penyebab protes terhadap aspek penting lainnya dari
konvergensi ekonomi pada media.

Pada konvergensi jurnalistik, tujuannya adalah untuk kualitas berita yang lebih baik dalam
berbagai format yang tersedia; cetak, online, radio, dan televisi. Namun masalah kembali muncul
karena konvergensi dianggap membawa dampak positif bagi perusahaan media, bukan untuk
konsumen yang menggunakannya. Konvergensi jurnalistik membutuhkan perubahan pada
bagaimana organisasi berita berpikir tentang berita dan liputan berita, bagaimana mereka
memproduksi dan menyebarkan berita. Tetapi, banyak organisasi berita yang mulai berpikir untuk
memproduksi berita secara berbeda. Mereka mencoba untuk meyakinkan bahwa berbagai berita
yang mereka produksi adalah yang paling sesuai untuk khalayak di tiap aspek. Organisasi-
organisasi tersebut menyadari ‘pembaca Koran’ menginginkan lebih banyak konteks dan detail
pada cerita-cerita yang ada, dan online browsers yang mencari kecepatan dalam memperoleh
informasi. Konvergensi jurnalistik terjadi pada berbagai ruang cerita dalam berbagai cara.
Khususnya pada ruang politik dan mempengaruhi pelaksanaannya pada komunikasi politik.
Graber memandang bahwa komunikasi politik merupakan proses pembelajaran,
penerimaan dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules),
struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Sementara
itu, Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam Handbook of Political Communication (1981), juga
mengungkap masalah-masalah komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis yang
dikaitkan dengan peran media massa (Nimmo, 2000).

Proses komunikasi politik tentu saja melibatkan media sebagai penyalur atau medium
untuk memudahkan aktivitasnya. Namun seiring berkembangnya zaman, media menjadi semakin
terkonvergensi sehingga menimbulkan berbagai permasalahan baru, khususnya dalam
pelaksanaan komunikasi politik. Lantas seberapa besar dampak konvergensi media pada
pengaplikasian komunikasi politik?

III. PEMBAHASAN

Konvergensi kemudian juga diartikan sebagai teknologi-teknologi yang digunakan


bersamaan dari alat yang berbeda untuk membuat dan menyebarkan suatu berita. Konvergensi
media berfokus pada teknologi: komputer dan digitalisasi (Castells, 2011). Digitalisasi adalah
proses penyatuan beberapa teknologi seperti komputer, televisi, telepon, Koran, dan lainnya
menjadi satu media. Contohnya seperti telepon genggam di era ini, kita bisa mengakses berbagai
teknologi seperti berkirim pesan, telepon, membaca berita, melihat tayangan televisi, mendengar
musik, dan lain sebagainya. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, kita juga bisa menggunakan
telepon genggam dalam hal-hal akademik seperti membaca buku, mengunduh jurnal, membuat
presentasi, dan sebagainya. Perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi telah bekerjasama
dalam mempengaruhi barbagai macam khalayak dalam mendapatkan informasi dan cara yang
mereka inginkan untuk mendapatkannya.

Khalayak berita menjadi terfragmentasi karena gaya hidup mereka yang berbeda-beda.
Manusia di zaman ini berbicara tentang multi-tasking, yaitu melakukan lebih dari satu hal dalam
satu waktu. Mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan semua hal yang mereka
inginkan dalam satu hari. Hal tersebut berdampak pada bagaimana suatu berita harus disampaikan.
Konvergensi meletakkan berita untuk khalayak pada format yang berbeda, waktu yang berbeda,
mencoba untuk menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup yang terjadi pada khalayak berita.
Perkembangan internet, satelit global, dan wireless communication telah membuat
terfragmentasinya khalayak dan menumbuhan ekspektasi tentang bagaimana manusia dapat
memperoleh berita dan informasi (Castells, 2011). Saat ini, orang-orang tidak akan berpikir dua
kali jika ingin mendapatkan berita atau informasi baik di siang atau malam hari. Namun bagi
generasi dahulu, hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Kemajuan teknologi dalam
peralatan komunikasi telah membuat berita dan informasi dapat tersebar secara instan. Hasilnya,
khalayak berita berekspektasi pada berita yang instan.

Lanskap ekonomi untuk organisasi berita juga bergeser. Pergeseran itu memiliki implikasi
mendalam terhadap bagaimana jurnalisme diproduksi dan didistribusikan. Konsolidasi telah
menjadi hal biasa di industri berita. Khalayak mendapatkan lebih banyak sumber dalam
memperoleh informasi dan berita, dan dalam waktu bersamaan, kontrol finasisal pada berbagai
sumber menjadi terkonsentrasi hanya pada beberapa entitas. Industri media berevolusi menjadi
dua arah yang tampaknya saling bertentangan. Media massa menjadi semakin massif, sedangkan
media lain menjadi mengecil. Konvergensi jurnalistik membuat berita dan menyebarkannya
dengan berbagai medium, berupaya untuk mengendalikan ombak besar perubahan dalam bisnis
media.

Konvergensi jurnalistik menyediakan berita dan informasi lebih dari satu format,
menggunakan kekuatan dari berbagai format untuk menyampaikannya dengan baik kepada
khalayak. Hal itu bertujuan agar merespon berbagai fragmentasi dari khalayak media dan
mengakui realita ekonomi atas konsolidasi kepemilikan media. Organisasi berita yang berupaya
untuk mengkonvergensi jurnalistik, bagaimanapun berpendapat bahwa konvergensi akan bekerja
secara maksimal, kebutuhan khalayan harus dipenuhi oleh strategi perusahaan. Mereka melihat
publik sebagai pemenang inti dari pengorbanan yang mereka lakukan. Sebagai hasilnya, mereka
harus mendefinisikan ulang tentang bagaimana tugas mereka dan cara yang harus ditempuh untuk
mengerjakannya. Mereka harus mengembangkan pola pikir yang berbeda tentang jurnalisme.
Dalam konteks komunikasi politik, media juga turut andil dalam mengubah pola komunikasi
politik menjadi semakin up-to-date atau cenderung mengikuti perubahan model jurnalistik.

Salah satu tokoh politik, Dan Nimmo menjelaskan pengaruh-pengaruh politik dimobilisasi
dan ditransmisikan antara institusi pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih
masyarakat pasa sisi lain (Nimmo, 2000). Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas
pada event-event politik seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk
komunikasi yang dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak
tertentu untuk memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang
berlangsung dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung (Arifin, 2003). Karena
itu, kegiatan komunikasi politik di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari proses politik nasional
yang menjadi latar kehidupannya.

Adapun prinsip-prinsip komunikasi politik (Syobah, 2012): pertama, konsistensi. Dalam


melakukan komunikasi politik, informasi yang disampaikan harus konsisten dengan substansi
platform partai dan konsisten terhadap paradigma partai dan solusi atas problem-problem yang
dihadapi oleh konstituen dan publik. Kedua, replikasi. Dalam melakukan komunikasi politik,
informasi harus disampaikan berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul dengan
content/isi platform partai dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga, evidence.
Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan oleh partai harus ada dan dapat dibuktikan
kebenaran dan eksistensinya.

Terkonvergensinya media menyebabkan proses komunikasi politik menjadi semakin


kompleks. Dampak positifnya adalah proses komunikasi politik dapat dikatakan menjadi lebih
mudah karena media bisa memasukkan nilai-nilai politik ke berbagai platform agar tersampaikan
kepada pembacanya. Sehingga nilai-nilai komunikasi tersebut dapat mudah terserap dan
memengaruhi pikiran para pembaca. Namun di sisi lain, dengan konvergensi media juga
menimbulkan berbagai persepsi yang muncul dan semakin sulit menyeragamkan pikiran para
pembaca. Media yang semakin beragam juga membuat aktor politik susah ‘menguasai’ seluruh
media yang ada.

IV. KESIMPULAN & SARAN

Dengan semua fragmentasi dari khalayak media saat ini, jurnalis juga harus mencapai
keseimbangan yang lebih baik. Mereka tidak bisa merasa lebih baik tentang pekerjaan mereka
sehingga mereka lupa untuk siapa mereka melakukan jurnalisme, atau didorong untuk menjadi
populer sehingga mereka melupakan tanggung jawab mereka untuk menyediakan jurnalisme yang
bermanfaat. Pada era konvergensi, di mana jurnalis bekerja di media yang berbeda untuk
mengatasi perubahan kebutuhan informasi publik, merupakan peluang bagi media tradisional yang
telah menyimpang dari fokus dan tujuan dasarnya. Dengan mengadopsi pendekatan baru,
konvergensi, mereka dapat kembali ke nilai-nilai tradisional mereka dalam melayani publik.

Kesimpulannya, konvergensi jurnalisme adalah suatu pemikiran baru mengenai berita,


memproduksi dan menyampaikannya dengan berbagai media untuk mencapai potensi yang
maksimal dan mendapat perhatian publik yang berbeda-beda kebutuhannya. Tujuannya adalah
untuk menyesuaikan fragmentasi yang terus meningkat pada khalayak media. Perubahan gaya
hidup dan teknologi yang semakin berkembang mempengaruhi bagaimana dan kapan orang-orang
bisa mendapatkan berita, tipe berita yang ingin mereka baca, dan cara mereka mendapatkannya.
Selain itu, kedua hal tersebut juga meningkatkan ekspektasi mereka dalam mendapat suatu
informasi. Perubahan tersebut berarti khalayak berita yang terbatas oleh jarak dan waktu dalam
mendapat suatu informasi. Konvergensi memfokuskan kembali jurnalisme ke misi intinya - untuk
memberi informasi kepada publik tentang dunianya dengan cara terbaik. tetapi saat ini, cara terbaik
bukan hanya satu arah: koran atau televisi atau internet. Namun cara terbaik adalah dengan
memanfaatkan berbagai media yang ada. Konvergensi jurnalisme juga membawa perubahan besar
pada komunikasi politik. Karena politik yang tidak bisa dipisahkan dengan media, maka proses
komunikasi politik menjadi semakin kompleks. Masyarakat menjadi semakin mandiri karena
memiliki berbagai pilihan media atau berita yang ingin mereka dapatkan. Media juga menjadi sulit
dikendalikan para aktor politik, karena banyaknya alternatif-alternatif media yang muncul di
masyarakat. Di sisi lain, media juga tidak kehilangan akal untuk tetap dapat mempengaruhi
pembacanya, sehingga media berlomba-lomba untuk memiliki perbagai platform agar lebih dekat
kepada konsumennya.

Dalam konteks politik, sebaiknya masyarakat bisa menjadi lebih jeli dalam memilih berita
yang semakin bermacam-macam dan bisa menyaring berita yang benar dan sesuai fakta dengan
berita bohong atau hoax. Terkonvergensinya media menyebabkan platform yang semakin beragam
untuk melayani masyarakat yang membutuhkan informasi, namun jika masyarakat terlalu mudah
mengambil berbagai informasi tanpa memilahnya, dapat dipastikan bahwa kesalahpahaman dapat
terjadi. Yang terpenting adalah masyarakat dapat mengetahui sumber berita yang jelas dan tidak
asal membagikan suatu berita ke orang lain sebelum memastikan berita tersebut benar atau tidak.
V. Daftar Pustaka

Arifin, A. (2003). Komunikasi Politik: Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi dan Komunikasi
Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Castells, M. (2011). The Rise of the Network Society. John Wiley & Sons.

Hikayat, M. (2010). Komunkasi Politik, Teori dan Praktek. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media.

Nimmo, D. (2000). Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Rosda Karya.

Syobah, H. S. (2012). PERAN MEDIA MASSA DALAM KOMUNIKASI POLITIK. Jurnal


Komunikasi dan Sosial Keagamaan , 13-24.

Anda mungkin juga menyukai