Anda di halaman 1dari 15

c c


 
 


 

Sapta Satria (03061005094)


Marwan (03061005054)
Zulkarnain (03061005040)

Anggy Median (03061005016)


Nimrod Napitu (03061005074)
Satria Oktariadi (03061005002)
M.Datuk Sobli (03061005046)
Riki Juliansyah (03061005006)
Gregy N.P (03061005102)

  c 
 
 cc 
  c  

ÈÈ 
 

 cÈ 

Energi merupakan suatu kebutuhan yang dapat di kategorikan dalam


sebuah kebutuhan yang sangat penting selain tentunya kebutuhan Sandang,
Pangan, dan Papan.Energi merupakan suatu penggerak kehidupan,dimana apabila
terdapat energi,maka akan ada kehidupan. Sebaliknya apabila tidak ada energi
bisa di pastikan kehidupan itu tidak akan berjalan dengan baik dan benar.Banyak
macam dari energi-energi tersebut seperti energi angin,energi matahari,energi
panas bumi,energi air,energi dari batu bara dan sebagainya.Energi energi tersebut
pada dasarnya telah tersedia untuk manusia sehinga dalam proses pemanfaatannya
pun tergantung pada manusia itu sendiri untuk menjaankannya.Energi energi
diatas pun mempunyai kapasitas yang sangat beser hingga cukup untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Tetapi sejalan dengan waktu berjalan,energi tersebut lambat laun mulai


berkurang sehingga diperkirakan untuk jangka waktu kedepan di khawatirkan
energi tersebut tidak tersedia lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga
dicarilah energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Salah satunya
adalah energi yang di hasilkan oleh sisa pembuangan manusia itu sendiri,yaitu
energi sampah. Energi sampah merupakan energi yang di hasilkan atau didapat
kan melalui pengolahan sampah sampah baik itu sampah organik maupun sampah
sampah non organik.Energi yang dihasilkan pun apabila di kelolah secara baik
maka akan dapat memenuhi kebutuhan manusia.Pada pembahasan makalah
ini,pemakalah menyampaikan sedikit banyak cara,pemanfaatan serta penggunaan
energi yang dihasilkan dari sisa pembuangan manusia atau energi sampah.

Pada dasar nya energi sampah apabila kita bisa memanfaatkan nya dengan
baik maka energi tersebut akan selalu ada dan tidak akan habis. Karena setiap
manusia itu sendiri akan senantiasa menghasilkan sampah sehingga bahan baku
utama utuk menghasilkan energi pun senantiasa tersedia.

Tetapi untuk mengolah sampah itu sendiri menjadi sebuah energi tidak lah
mudah karena banyak tahapan tahapan yang harus dilakukan. Bahkan di negara
kita sendira pengolahan sampah untuk menjadi energi belumlah dilakukan secara
maksimal.Hanya di beberapa daerah dan tempat saja yang telah memulai
memanfaatkan energi dari sampah yang telah mereka hasilkan tersebut.Sebut saja
provinsi Denpasar dan kota Bekasi yang telah mulai memanfaatkan energi sampah
mereka untuk di jadikan energi listrik sebagai energi alternatif yang mereka
pergunakan.


 c  

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari energi
alternatif yaitu berupa pemanfaatan p p  yang bisa di manfaatkan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka pada masa yang akan
datang.Dimana energi energi yang tersedia sebelumnya lambat laun akan mulai
terkurangi seiring dengan berlalunya waktu.


ÈÈ 
 
 

|    

Energi sampah merupakan salah satu energi alternatif yang bisa digunakan
sebagai energi pengganti yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.Energi sampah sendiri merupakan satu dari sekian banyak energi
alternatif yang sangat efisien karena mempunyai bahan baku yang selalu tersedia
dan selalu terbaharukan.Karena bahan bakar nya berasal dari sisa pembuangan
manusia itu sendiri.

È|   


 
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan ,
pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan.

Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.


Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.Praktek pengelolaan
sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga
antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri
biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.Metode pengelolaan
sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah
yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.Sampah ternyata bukan
hanyadapat diolah menjadi pupuk organik semata, tetapi juga menjadi sumber
energi alternatif. Konsep sampah menjadi tenaga listrik ini sebenarnya timbul saat
adanya polemik sekitar pemanfatan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Sampah perkotaan yang organik yang dapat dikonversi menjadi energi melalui
sejumlah proses pengolahan.

Dengan atau tanpa oksigen yang bertemperatur tinggi, sampah-sampah


diproses menghasilkan energi listrik, gas, energi panas dan dingin. pemanfaatan
biomass dari sampah sebagai sumber energi listrik seperti ini telah diakui oleh
pakar sebagai energi terbarukah yang ramah lingkungan. Penerapan biomass
dianggap telah sesuai dengan mekkanisme pembangunan bersih dan berkurangnya
jumlah emisi.

Teknologi yang dugunakan cukup sederhana, pisang-pisang dimasukan ke


dalam peti penampungan yang tertutup rapat.Pisang-pisang itu dibiarkan hingga
terdekomposisi sehingga menghasilkan gas metana.Dari gas inilah terbin
digerakan untuk pembangkit listrik.Segi menarikmya dari teknologi ini , meski
tergolong kecil namun berjaEnergi sampah tidak termasuk kedalam kelompok
energi terbarukan. Namun ini adalah energi yang tidak mungkin habis sepanjang
masa.

Bahkan cenderung meningkat dan menjadi masalah kehidupan modern.


Sebelum sampah musnah dengan sendirinya maka akan menimbulkan polusi dan
penyakit. Membakar sampah dan mengambil energi panasnya lebih
menguntungkan dibandingkan membuangnya ke TPA yang memakan biaya
pengangkutan yang tidak dapat dikatakan murah. Panas yang dihasilkan dari
pembakaran sampah di kota dapat menghasilkan listrik yang cukup besar untuk
kepentingan masyarakat.Sedangkan beberapa Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Kota Bandung yang sebelumnya menjadi lahan pembuangan akhir
sampah dengan menggunakan sistem open dumping, memiliki keterbatasan baik
lahan maupun daya tampung. TPA Cicabe, Pasir Impun, Leuwigajah, Babakan
Ciparay dan Jelekong yang berlokasi di Kota Bandung pun akhirnya dinyatakan
tutup, menyusul tragedi longsornya TPA Leuwi gajah yang memakan puluhan
korban jiwa, dan ratusan orang kehilangan rumah tinggal beberapa waktu lalu.

Akibat keterbatasan lahan dan adanya musibah tersebut, maka diperlukan


penerapan teknologi yang dapat mereduksi sampah dengan cara-cara yang efisieri,
etektif dan berkesinambungan atau jangka panjang (sustain). Sementara
pengolahan sampah di Kota Bandung sampai saat ini masih menggunakan metode
open dumping, dimana sampah dari sumbernya seperti jalan, pasar, tempat
komersial dan fasilitas umum dan pemukiman, dikumpulkan di TPS-TPS, untuk
kemudian diolah di TPA, dalam hal ini TPA Sarimukti. Terlebih lagi, kata Dosen
Teknik Mesin ITB ini, semakin maju peradaban dan taraf hidup masyarakat maka
volume sampah yang dihasilkan pun akan semakin besar. Contohnya saja, volume
total sampah Kota Bandung 2.785 m3/hari. Masyarakat kawasan Bandung Timur
menghasilkan sampah 815 m3/hari, Bandung Barat 1.066 m3/hari dan Bandung
Tengah 905 m3/hari. 'Jika dilihat, taraf kehidupan masyarakat kawasan Bandung
Barat secara umum lebih baik. Itu salah satu contoh kecil. Artinya, ke depan,
peradaban masyarakat Kota Bandung akan semakin maju dan volume sampah pun
akan semakin meningkat," tandasnya. Berdasarkan hasil kajian di beberapa
negara, jenis PLTSa yang cocok untuk diterapkan di Kota Bandung adalah PLTSa
kondensor berpendingin air. Kapasitas PLTSa yang akan dibangun berkapasitas
500-700 ton/hari dengan kebutuhan air baku 20 liter per detik. Kebutuhan air baku
tersebut akan diperoleh dari air olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
PDAM Kota Bandung yang berlokasi di Bojongsoang. Saat ini, volume sampah
Kota Bandung berkisar 2.785 m3/hari, belum dikurangi 25,44% oleh para
pemulung. Sehingga volume sampah yang benar-benar dimanfaatkan sebagai
bahan baku PLTSa hanya sekitar 2.000 m3/hari atau sekitar 450-500 ton/hari.
Sampah Kota Bandung umumnya memiliki komposisi (dalam A berat) sebagai
berikut : 42 % organik, 27 % sisa makanan, 9 % plastik bukan daur ulang, 5 %
tekstil, 3 % karet dan 14 % lain-lain, dengan kandungan air sampah segar pada
kondisi normal kering 40 % dan mencapai 70 % pada musim penghujan. "Adanya
fluktuatif kadar air sampah ini, terutama ketika tinggi, tidak akan menjadi
masalah, karena pada pengolahan awal, sampah akan ditiriskan terlebih dahulu
selama kurang lebih 5 hari di dalam bunker sambil dicacah sehingga kadar air
berada pada kisaran 50-55 %," ujarnya.
ÈÈ 

c  
c 
 


Bagi negara lain, khususnya di belahan Uni Eropa, pengolahan sampah


dengan teknologi PLTSa bukan hal baru lagi. Bahkan pada umumnya satu negara
tidak hanya memiliki satu PLTSa, tetapi puluhan bahkan ratusan. Seperti halnya
Negara Perancis, yang kini memiliki 130 PLTSa, lalu Italic (52) dan Jerman (61
pabrik). Sedangkan di Singapura, terdapat 4 Incinerator Plant, masing-masing Ulu
Pandan Incinerator Plant berkapasitas 1.100 ton/hari, Tuas Incinerator Plant
(1.700 ton/hari), Senoko Incinerator Plant (2.400 ton/hari) dan Tuas South
Incinerator Plant (3.000 ton/hari).

Persoalan adanya perbedaan kultur atau budaya antara negara lain dengan
Indonesia, khususnya Kota Bandung yang mempengaruhi cara, kedisiplinan dan
perlakuan masyarakatnya dalam mengolah sampah, diyakini Ari menilai tidak
akan menjadi kendala, karena peran masyarakat dalam PLTSa bisa dikatakan kecil
yaitu hanya ketika proses pemilahan awal dari sumber sampah. Selanjutnya,
sampah akan diolah secara teknologi. Ari juga membantah adanya ketakutan jika
dalam proses pembangunan pabrik misalnya, terjadi penyelewengan atas spesif
ikasi instalasi pabrik yang akan menyebabkan kurang optimalnya operasional
pabrik. "Siapa bilang. Memangnya di Indonesia tidak ada pabrik berskala besar?
Kalau pabrik pupuk di Kaltim (dikerjakan secara tidak profesional sehingga) ada
masalah, dampaknya bahaya sekali, bisa ribuan orang mati karena gas beracun
yang ditimbulkannya," ujarnya.

Meski hasil kajian FS membuktikan bahwa PLTSa layak untuk diterapkan


di Kota Bandung , Ari menegaskan bukan berarti metode 3R (Reuse, Recycle,
Reduce) tidak diperlukan lagi. Di negara maju lain yang sudah menerapkan
PLTSa pun, 3R masih digunakan bahkan dikelola secara proiesional. Kalau pun
hendak menggunakan konsep 3R, harus menjadi gerakan nasional, mulai
masyarakat, produsen hingga pemerintah. Juga dimulai ketika masyarakat akan
memilih barang untuk dibeli dan ini juga harus didukung oleh paraprodusen. "Kita
tidak bisa menerapkan konsep 3R kalau secara nasional tidak diberlakukan.
Masyarakat pun harus konsisten, jika mau bersikap reduce, hams menolak
kantong plastik ketika berbelanja dan membawa kantong plastik sendiri dari
rumah. Mendidik seperti itu kan ga sebentar, perlu satu atau dua dua generasi.
Intinya, mulai dari diri kita sendirilah," tambahnya. Ari mencontohkan, kalau ke
supermarket masyarakat terbiasa memakai kantong plastik, padahal kantong
plastik itu sampah. Masyarakat tidak pernah menanyakan, apakah kantong yang
digunakan hasil recycle atau bukan.

Di Eropa sudah menggunakan kertas, di kita masih plastik. Jadi kebijakan


pemerintah juga harus mendukung, sehingga semua produk misalnya deterjen,
harus bio-degradable," tambahnya. Hanya saja, kata pria berkaca mata ini,
konsekuensi yang harus dihadapi jika pemerintah menggiatkan gerakan nasional
tersebut adalah produk atau barang akan menjadi mahal. "Masalahnya,
masyarakat kita siap ga dengan itu. Semuanya bisa di reduce, reuse dan recycle.
Tapi tentunya kalau kita mendesak pihak industri untuk menggunakan bahan
kimia recycle, jatuhnya jadi mahal. Jadi, tinggal bagaimana keseriusan
pemerintah. Mahal (atau} murah kan sebenarnya tergantung pemerintah, tapi yang
jelas cakupannya harus nasional," ujarnya, yang sangat yakin jika metode reduce
tidak akan mengurangi sampah melainkan hanya menunda siklusnya saja.
Pada kesempatan tersebut, Ari juga menambahkan, pengelolaan sampah pada
dasarnya mencakup 5 aspek. Yaitu mencegah pada sumbernya (pollution
prevention), mengurangi jumlah sampah (waste minimation), mendaur ulang
(recycling), mengolah yang tidak dapat didaur ulang (treatment) dan membuang
(disposal). Untuk prinsip pertama hingga ketiga, berkaitan erat dengan kultur
masyarakat sedangkan prinsip keempat dan kelima berkaitan dengan teknologi.

=|  c

 Limbah PLTSa terbagi atas lindi (air kotor) dan bau (NH3-N dan H2S)
yang dihasilkan pada awal proses penirisan sampah dan abu (bottom ash), debu
terbang (fly ash) dan gas buang yang dihasilkan selama proses pembakaran.
Namun semua limbah tersebut akan diolah melalui proses yang canggih dan
sangat ketat sehingga baik limbah gas buang, cair dan padatnya, semaksimal
mungkin tidak akan merugikan apalagi membahayakan lingkungan hidup
khususnya masyarakat sekitar. Sedangkan racun dioksin, yang sempat
dikhawatirkan akan terbentuk ketika proses pembakaran sampah berlangsung,
ternyata tidak akan pernah terjadi karena dalam waktu tidak lebih dari 2 (dua)
detik akan terurai pada temperatur 850-900 derajat Celsius. Dioksin bisa
dihasilkan dari proses pembakaran senyawa yang mengandung klorin dengan
hidrokarbon pada temperatur rendah sekitar 250 derajat Celsius. "Ini
membuktikan bahwa PLTSa ramah lingkunqan. Justru dioksin itu dihasilkan dari
pembakaran sampah yang dilakukan rumah tangga karena temperaturnya kurang
dari 850 derajat Celsius," katanya.

=|  !"# # $$ %

Lindi akan ditampung untuk kemudian diolah sampai pada tingkat tertentu
kemudian disalurkan ke Bojongsoang untuk diolah lebih lanjut. Sedangkan bau
(NH3-N dan H2S) dan gas methan yang dihasilkan dari proses pembusukan
selama sampah ditiriskan akan disalurkan ke dalam ruang bakar (tungku) sehingga
gas terbakar dan terurai. Dengan begitu, tidak akan ada bau yang dilepaskan ke
udara.

=|  !"# %&$%'( !$ !)% !

Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang sebesar 20% dari berat atau
5 % dari volume akan diuji kandungan bahan berbahaya dan beracunnya (B3) di
laboratorium, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, untuk ditentukan apakah bisa
diolah untuk dimanfaatkan atau tidak. Jika dari hasil uji diketahui aman dan bisa
dimanfaatkan, maka abu akan digunakan sebagai material untuk membuat jalan
dan debu terbang akan dimanfaatkan sebagai bahan campuran bagi material
bangunan. Misalnya campuran semen atau batako. Sebaliknya, jika dari hasil uji
laboratorium diketahui tidak aman untuk dimanfaatkan, maka abu dan debu
terbang akan diproses sesuai dengan ketentuanyang berlaku.
Direncanakan pada lokasi PLTSa akan dibangun penampungan abu dengan
kapasitas 1.400 m3 yang mampu menampung abu yang dihasilkan selama 14 hari
beroperasi dan silo penampungan debu dengan kapasitas 5.500 m3 yang mampu
menampung debu terbang yang dihasilkan selama 5 tahun beroperasi.

Mekanisme pengolahan sampah dari sampah basah, organik dan an-


organik menjadi energi yang dapat di gunakan manusia.

Proses pemisahan bahan baku.

-| Sampah yang telah terkumpul di tempat pembuangan akhir sampah di


angkut menggunakan truk ke PLTSa.
-| Sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik, an-organik dan
sampah basah.
-| Sampah yang telah diangkut ke PLTSa tersebut di simpan dan di tampung
didalam sebuah bungker.
-| Bungker tersebut berda di dalam tanah.
Proses pengolahan sampah tersebut

-| Sampah yang telah disimpan di dalam bungker tersebut di lapukkan


selama minimal satu minggu.
-| Bungker tersebut mempunyai teknologi yang sangat tinggi sehingga dapat
meredam bau busuk yang biasa dikeluarkan sampah.
-| Pada saat proses pembakaran, polusi yang di hasilkan sangatlah tipis atau
bisa di katakan tidak ada.
-| Hal tersebut di karenakan pembakarannya menggunakan suhu di atas
V  .

Skema sederhana PLTSa :









ÈÈ 

 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumber energi


yang berasal dari sampah dapat kita rasakan secara terus menerus karena
ketersediaan sumber energi sampah ini selalu bisa ditemukan sebagai sumber
cadangan baru. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi alternatif sangat penting
untuk menghasilkan energi yamg dibutuhkan itu. 

Tenaga energi sampah merupakan salah satu sumber energi yang cukup
menjanjikan untuk dijadikan energi alternatif dalam upaya memenuhi kebutuhan
energi yang terus meningkat.

Proses energi sampah terbagi sebagai berikut :

Proses pemisahan bahan baku.

-| Sampah yang telah terkumpul di tempat pembuangan akhir sampah di


angkut menggunakan truk ke PLTSa.
-| Sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik, an-organik dan
sampah basah.
-| Sampah yang telah diangkut ke PLTSa tersebut di simpan dan di tampung
didalam sebuah bungker.
-| Bungker tersebut berda di dalam tanah.

Proses pengolahan sampah tersebut

-| Sampah yang telah disimpan di dalam bungker tersebut di lapukkan


selama minimal satu minggu.
-| Bungker tersebut mempunyai teknologi yang sangat tinggi sehingga dapat
meredam bau busuk yang biasa dikeluarkan sampah.
-| Pada saat proses pembakaran, polusi yang di hasilkan sangatlah tipis atau
bisa di katakan tidak ada.
-| Hal tersebut di karenakan pembakarannya menggunakan suhu di atas 850 o.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mungkin bisa untuk
menerapkan sistem pembangkit listrik tenaga sampah, karena Indonesia adalah
negara yang mempunyai limbah- limbah sampah rumah tangga yang cukup tinggi
yang bisa dimanfaatkan kembali untuk sumber energi sampah ini.
c c

''*+,,--- $% !!"$,./0('$'#1$0234

http://2003.mesinunila.org/

http://www.londonwaste.co.uk/

http://joindeklab.files.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai